SKRIPSI
Diajukan oleh:
EKA SUSANTI
NIM. 180703025
Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
Program Studi Biologi
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari, bahwa selama penelitian dan penilisan skripsi ini tidak
lepas dari bimbingan, pengarahan, bantuan dan dukungan yang sangat berari dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini peulis menyampaikan
ucapan terimakasih dan penghargaan yang tak terhingga kepada:
1. Bapak Dr. Ir. M. Dirhamsyah, M.T., IPU selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh.
2. Bapak Muslich Hidayat, M.Si selaku Ketua Prodi Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Ar-Raniry Banda Aceh dan selaku Pembimbing Akademik
(PA) serta selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi yang telah
memberikan arahan, saran dan membimbing penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
3. Bapak Rizky Ahadi, M.Pd selaku pembimbing II dalam penulisan skripsi
yang telah memberikan arahan dan membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi.
4. Dosen dan staf Prodi Biologi yang telah banyak membantu dari awal masa
perkuliahan hingga sekarang ini.
5. Ayahanda bapak Jumingan Tumangger dan Ibunda tercinta Ibu Ngatemi
yang telah mendukung dan memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
vi
6. Saudara sekandung penulis Suryani Tumangger, Misgianto Tumangger,
Riskiyani Tumangger dan Edi Rezeki Tumangger yang selalu memberikan
semangat kepada penulis.
7. Seluruh teman-teman seperjuangan Biologi 2018.
Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Eka Susanti
vii
DAFTAR ISI
viii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 23
IV.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 23
IV.1.1 Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Setiap Jenis Pohon
di Kawasan Hutan Lindung Pantai Kuala Baru, Aceh
Singkil .................................................................................. 23
IV.1.2 Jumlah Total Biomassa dan Karbon Tersimpan pada
Pohon di Kawasan Hutan Lindung Pantai Kuala Baru,
Aceh Singkil ........................................................................ 24
IV.1.3 Jumlah Kandungan Karbon per Hektar pada Setiap Plot di
Kawasan Hutan Lindung Pantai Kuala Baru, Aceh Singkil 25
IV.2 Pembahasan........................................................................................... 26
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 33
V.1 Kesimpulan ............................................................................................. 33
V.2 Saran ........................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. 40
RIWAYAT HIDUP PENULIS ...................................................................... 54
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Siklus Karbon ......................................................................... 10
Gambar III.1 Peta Lokasi Penelitian ............................................................ 19
Gambar III.2 Garis Transek dan Plot ........................................................... 21
x
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Jumlah biomassa tersimpan pada setiap jenis pohon di kawasan
hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil ............................ 23
Tabel IV.2 Jumlah total biomassa dan karbon tersimpan pada pohon di
kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil ............. 24
Tabel IV.3 Jumlah kandungan karbon per hektar pada setiap plot di
kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil ............. 25
Tabel IV.4 Parameter fisik di seluruh lokasi penelitian kawasan hutan
lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil..................................... 26
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat keterangan pembimbing skripsi ......................................... 40
Lampiran 2 Surat izin penelitian .................................................................... .41
Lampiran 3 Surat keterangan bebas laboratorium .......................................... 42
Lampiran 4 Tabel hasil penelitian .................................................................. 43
Lampiran 5 Data penelitian biomassa dan karbon jenis pohon ..................... 49
Lampiran 6 Dokumentasi kegiatan penelitian ................................................ 52
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Hutan merupakan salah satu komponen lingkungan hidup yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, hutan memiliki banyak fungsi sumber
kayu untuk manusia, salah satu yang dapat mencegah terjadinya pemanasan
global, antisipasi banjir dan lain sebagainya (Pasai, 2020). Hutan dapat menyerap
gas karbon dioksida yang berbahaya bagi manusia dan menghasilkan gas oksigen
yang sangat dibutuhkan manusia, hutan juga digunakan sebagai tempat hidup
hewan pada kawasan hutan banyak ditemukan keanekaragaman hayati dan
sumber daya alam, maka dari itu hutan sangat dibutuhkan dalam kehidupan
(Shafitri et al., 2018)
1
tanaman dapat diketahui melalui biomassa tanaman tersebut (Bhaskara et al.,
2018). Hutan berperan dalam penyerapan karbon dioksida (CO2) dari atmosfer
melalui proses fotosintesis. Hasil dari fotosintesis kemudian disimpan dalam
bentuk biomassa yang mempengaruhi tumbuh besar dan tingginya suatu vegetasi.
Pada suatu hutan secara umum pohon yang dalam fase pertumbuhan yang mampu
menyerap lebih banyak karbon dioksida (CO2) dibandingkan dengan hutan
dewasa yang tidak dapat menyerap karbon dioksida berlebih namun dapat
menyimpan stok karbon (Tuah et al., 2017).
Penyerapan karbon dioksida oleh vegetasi merupakan salah satu faktor yang
dapat menurunkan akumulasi karbon dioksida (CO2). Menurut Handoyo et al.,
(2020) dengan menghitung jumlah kandungan karbon yang ada di hutan, maka
dapat diketahui bahwa ada berapa jumlah CO2 di atmosfer yang dapat diserap oleh
hutan tersebut. Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai
potensi biomassa karbon tersimpan pada pohon yaitu seperti pada hutan kota UI
terdapat jumlah cadangan karbon yaitu 172,86 ton/ha. Dengan nilai cadangan
karbon pohon sebesar itu dapat dikategorikan sebagai hutan alam tropis, yang
memiliki cadangan karbon berkisar 161-300 ton/ha (Lubis et al., 2013). Pada
2
penelitian yang telah dilakukan di kawasan hutan primer Pulo Aceh terdapat hasil
biomassa karbon sebesar 29,2146 ton/ha dan untuk stok karbon pada pohon
tersebut adalah sebesar 13,4387 ton/ha (Rulianti et al., 2018). Penelitian yang
dilakukan oleh (Yuningsih et al., 2018) mendapatkan hasil potensi simpanan
karbon atas permukaan di hutan lindung sebesar 287,438 ton/C. Menurut Istomo
& Farida, (2017) suatu tegakan pohon memiliki hubungan erat dengan simpanan
karbon yang terkandung pada suatu tegakan pohon. Simpanan karbon tersebut
terus meningkat sampai suatu tegakan pohon terus tumbuh hingga mencapai batas
maksimal, setelah mencapai batas maksimal maka simpanan karbon relatif
optimal, diameter pohon menjadi salah satu faktor besar kecilnya nilai karbon
yang ada di pohon.
Pada penelitian di hutan sekunder stok karbon pada area reklamasi tersebut
diperoleh 113.79 ton/ha, rendahnya stok karbon tersebut karena pada kawasan
tersebut merupakan salah satu perusahaan tambang nasional yang melakukan
kegiatan reklamasi berupa revegetasi sehingga berkurangnya pelestarian hutan
(Antam et al., 2014). Dapat diketahui dari data-data penelitian hutan memiliki
peran penting dalam isu pemanasan global yang dapat menyerap karbon dioksida
(CO2). (Ariani et al., 2014) menyatakan bahwa jumlah pohon yang ada di
kawasan hutan juga mempengaruhi simpanan karbon pada suatu tumbuhan bawah
jika jumlah pohon banyak maka masa karbon rendah karena sinar matahari tidak
dapat menyentuh lantai hutan.
Aceh Singkil berada pada titik 2°27’30” LU dan 97°45’00” BT. Pada tahun
2012 data Dinas Kehutanan dan Perkebunan Aceh Singkil menyebutkan bahwa
Aceh Singkil memiliki kawasan ekosistem mangrove yang memiliki luas sebesar
6.514 Ha. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 166/Kpts-II/198 kawasan
Suaka Margasatwa Rawa Singkil ditetapkan pada 26 Februari 1998, dengan luas
kawasan 102.500 Ha. Selain sebagai kawasan Suaka Margasatwa, Rawa Singkil
ini juga ditetapkan sebagi bagian dari Kawasan Ekosistem Leuser berdasarkan
Keppres No. 33 Tahun 1998 (Firmadiana et al., 2021).
3
Secara geografis KPH Wilayah VI ini di antara 9o 53’ 54,66” - 98o 11’ 3,27”
BT dan 2o 18’ 44,87” – 3o 42’ 49,82” LU. Sebagian besar wilayah KPH VI berada
di kabupaten Aceh Selatan sedangkan sisanya tersebar di Aceh Tenggara, Kota
Subulussalam, Kabupaten Aceh Singkil dan sebagian kecil di Kabupaten Aceh
Barat Daya. Berdasarkan keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor: 103/MenLHK-II/2015 yang merupakan perubahan atas keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 865/Menhut-II/2014 tanggal 29 september 2014
tentang kawasan hutan dan konservasi perairan Provinsi Aceh. Luas KPH
Wilayah VI adalah 310.552 ha yang terdiri dari hutan lindung seluas 261.301 ha,
hutan produksi seluas 41,312 ha dan hutan produksi terbatas seluas 7.490 ha. Luas
hutan lindung pada Aceh Singkil yaitu 2.440 ha (Aceh, 2019).
Pada survey yang telah dilakukan, kawasan hutan lindung tersebut menjadi
pemisah antara pantai dengan sungai, sehingga hutan tersebut di lindungi, yang
dapat dilihat dari peta belum ada terjadi abrasi namun setelah dilakukan survey
dapat dilihat sudah terjadi abrasi. Menurut (Nugraha et al., 2020) abrasi yaitu
berkurangnya hutan atau daerah daratan pada suatu lokasi yang disebabkan oleh
ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat setempat.
Penyebab lainnya dari abrasi adalah naiknya permukaan air laut karena telah
terjadi mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi yang diakibatkan oleh
pemanasan global. Pemanasan global terjadi karena gas-gas CO2 yang berasal dari
pabrik maupun dari gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya
gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas
4
tersebut akan tetap terperangkap dalam atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu
dipermukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat dan membuat
es di kutub mencair. Air lelehan es tersebut akan mengakibatkan permukaan air di
seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan terus mengikis daerah yang
permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat
kaitannya dengan peningkatan air laut yang disebabkan terutama peningkatan
suhu akibat tingginya CO2 di udara (Choliq et al., 2016).
Rusaknya suatu hutan yang disebabkan oleh faktor alam seperti tsunami dan
abrasi serta disebabkan ulah campur tangan manusia yaitu dengan penebangan
hutan untuk kebutuhan kayu, pembakaran hutan, dan alih fungsi lahan seperti
kawasan industri. Jumlah karbon tersimpan mengalami penurunan atau bahkan
bisa hilang sehingga karbon terlepas dan mengalami emisi karbon. Apabila hal ini
terus menerus dilakukan maka akan terjadi peningkatan karbon dioksida (CO2) di
udara sehingga terjadinya pemanasan global. (Handoyo et al., 2020).
5
Untuk saat ini tidak ada literatur, penelitian, publikasi maupun dokumentasi
pada kawasan hutan lindung tersebut yang berhubungan dengan vegetasi dan
karbon tersimpan di kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, oleh karena itu
berdasarkan latar belakang di atas peneliti merasa penting untuk melakukan
penelitian di kawasan hutan lindung pantai tersebut dengan judul Estimasi
Biomassa dan Karbon Tersimpan pada Pohon di Kawasan hutan Lindung
Pantai Kuala Baru, Aceh Singkil.
6
2. Bagi masyarakat, dapat menambah informasi dan masukan tentang
pentingnya estimasi biomassa dan karbon tersimpan pada pohon yang ada
di kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil.
3. Bagi penelitian lain yang akan datang, dapat dijadikan literasi dan
perbandingan untuk mengembangkan lebih mendalam mengenai estimasi
biomassa dan karbon tersimpan pada pohon yang ada di kawasan hutan
lindung pantai Kuala Baru Aceh Singkil.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kumpulan dari beberapa jenis tumbuhan yang hidup pada satu tempat
bersamaan itu disebut dengan vegetasi, dengan adanya interaksi yang erat antara
tumbuhan dengan hewan yang ada pada vegetasi tersebut maka dapat disebut
dengan faktor lingkungan, maka daripada itu yang dapat dikatakan dengan
vegetasi bukan saja kumpulan dari individu-individu tumbuhan saja melainkan
suatu kesatuan individu yang saling bergantung antara satu sama lain dengan kata
lain disebut dengan komunitas. Jika pada tumbuhan memiliki hubungan erat
8
antara komponen organisme dengan faktor lingkungan maka hal itu disebut
dengan ekosistem (Rahim, 2017).
Karbon adalah salah satu unsur alam yang memiliki lambang C. Salah satu
unsur pembentuk bahan organik makhluk hidup adalah karbon. Sebagian besar
dari seluruh organisme hidup adalah berupa karbon, karena penyimpanan karbon
secara alami lebih banyak di simpan di darat dan laut daripada di atmosfer.
Simpanan karbon merupakan jumlah berat karbon yang tersimpan di dalam
ekosistem pada waktu tertentu, baik berupa biomassa mati ataupun karbon di
dalam tanah (Rulianti et al., 2018).
Karbon merupakan salah satu bahan dasar untuk penyusun semua senyawa
organik, melalaui ekosistem pergerakannya beraturan dengan pergerakan energi
yang dapat melewati zat kimia lain. Pada proses pembetukan karbon dioksida
(CO2) yaitu karena adanya suatu ikatan karbon (C) dengan oksigen (O) pada saat
9
berlangsungnya proses fotosintesis. Dengan adanya bantuan cahaya matahari
sebagai penggerak daur C dan O sehingga CO2 dan H2O dapat diubah menjadi
karbohidrat yang ada didalam tubuh tumbuhan hijau dengan melalui proses
fotosintesis, dengan melalui proses rantai makanan karbohidrat kemudian akan
ditransfer pada tumbuhan dan hewan. Terjadinya proses respirasi CO2 yang ada di
udara maupun di air di dalam tanah tumbuhan dan hewan yang mati menjadi
decomposer dengan beberapa proses pembusukan dihasilkan kembali CO 2 yang
akan di pakai kembali pada saat proes fotosintesis.
Dapat dibagi menjadi 3 proses tahapan dalam siklus karbon yaitu proses
penyerapan, penyimpanan dan pengeluaran. Proses penyerapan yaitu melalui
proses fotosintesis tumbuhan menyerap karbon dioksida (CO2) yang ada di
atmosfer yang berguna untuk membentuk akar, batang dan daun. Pada proses
yang kedua yaitu proses penyimpanan pada proses ini karbon yang sudah diserap
tadi akan disimpan pada bagian akar, batang dan daun yang telah terbentuk pada
proses penyerapan. Proses yang ketiga yaitu pengeluaran pada proses ini
diakibatkan oleh beberapa hal yaitu diantaranya pada penebangan pohon,
pembakaran hutan dan pembukaan lahan (Alongi, 2012).
10
Respirasi dan metabolisme karbon yang terkait di dalamnya melepas energi
yang tersimpan di dalam senyawa karbon (molekul organik) dengan cara yang
terkontrol untuk di gunakan oleh sel. Proses respirasi dapat dimulai dengan
berbagai senyawa kimia. Glukosa yang umum digunakan pada substrat respirasi,
dalam sel tumbuhan substrat respirasi yang berasal dari sukrosa, heksosa fosfat
dan triosa fosfat yang berasal dari fotosintesis dan perombakan pati, fruktosa,
gula-gula lainnya, lemak terutama triasilgliserol, asam-asam organik dan kadang
protein. Respirasi sel tumbuhan merupakan oksidasi molekul organik oleh oksigen
dari udara membentuk karbondioksida dan air (Advinda, 2018).
Fotosintesis adalah suatu proses yang berlangsung pada tanaman hijau. Bahan
kimia proses fotosintesis yang dalam bentuk senyawa organik yang berawal dari
molekul karbon dioksida dan air ini adalah berupa cahaya matahari. Pada
kehidupan yang ada di bumi tegantung langsung dari adanya proses asimilasi
karbon dioksida menjadi senyawa organik dengan bantuan energi cahaya matahari
dengan melewati perantara klorofil/pigmen hijau (Advinda, 2018).
II.3 Biomassa
Biomassa merupakan suatu zat yang secara umum dapat diperoleh secara
langsung maupun tidak secara langsung dari tumbuhan yang kemudian dapat
digunakan dalam jumlah besar untuk bahan bakar dan energi. Biomassa dapat
dijadikan bahan bakar organik yang dibentuk dari bahan organik pada tumbuhan
dengan bantuan sinar matahari selama proses fotosintesis. Secara umum bahan
bakar dibagi menjadi bahan bakar arang dan bahan bakar padat yang mengandung
unsur-unsur kimia yairu seperti Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen
(N), Belerang (S), abu dan air yang terikat dalam satu senyawa, serta biomassa
yang merupakan bahan bakar alternatif yang digunakan untuk sumber energi
(Gunawan et al., 2022).
Sumber zat biomassa diperoleh dari organisme hidup yaitu seperti tumbuhan
misalnya pupuk, limbah, serbuk gergaji dan lain sebagainya, sumber energi
biomassa yang terbarukan yaitu kaya akan karbon berbeda dengan sumber daya
11
alam lain seperti minyak tanah, batu bara dan bahan bakar nuklir. Bahan bakar
ialah suatu bahan yang apabila dipanaskan pada suhu tertentu mengalami oksidasi
oleh oksigen (O2) dan menyebabkan terjadinya proses pembakaran (Gunawan et
al., 2022)
Jenis biomassa berbeda jika komposisi biomassa nya juga berbeda. Bahan
utama komposisi biomassa ialah berupa protein, pati, selulosa, dan hemiselulosa.
Pohon yang mengandung komposisi lignin, selulosa dan hemiselulosa tersebut
biasanya tanaman herba tetapi dengan proporsi yang berbeda, biomassa dari segi
pemanfaatan energi lignoselulosa yang utama mengandung selulosa dan lignin
dengan ketersedian tinggi dan dalam jumlah besar (Gunawan et al., 2022).
Menurut (Ja, 2010) yang sebelumnya telah menyatakan bahwa ada dua
kategori kelompok pada saat melakukan pendugaan biomassa di atas permukaan
tanah yaitu (1) metode pemanenan yaitu metode pemanenan individu yang
mempunyai luas bidang dasar rata-rata, (2) metode pendugaan tidak langsung
yaitu metode dengan hubungan allometrik yaitu dengan cara mencari korelasi
antara dimensi pohon dengan biomassanya dan menggunakan seperangkat
elektroda yang kedua kutubnya diletakkan di atas permukaan tanah pada jarak
tertentu yang disebut dengan crop meter.
12
tumbuhan mampu membuat makanan sendiri yang disebut dengan produktivitas
primer. Sekitar 60% keragaman kandungan biomassa dari berbagai komponen
yaitu total biomassa pohon pada bagian kayu 3-5% dan 50% biomassa hutan yang
tersusun atas unsur karbon. Biomassa memiliki peran penting dalam siklus
biogeokimia yang sangat berpengaruh pada siklus karbon, 50% karbon hutan dari
jumlah keseluruhan tersimpan dalam vegetasi dan apabila terjadi kerusakan hutan
seperti kebakaran hutan atau lainnya maka akan berubah pula jumlah karbon yang
ada di atmosfer (Wistara, 2009).
Serasah memiliki nilai yang sangat penting dalam mengembalikan karbon dan
siklus karbon. Unsur hara yang dihasilkan oleh proses dekomposisi serasah sangat
penting bagi pertumbuhan tanaman. Jenis penyusunan dan kerapatan pohon sangat
berpengaruh terhadap produktivitas serasah suatu tegakan. Produktivitas serasah
13
akan meningkat dan mencapai maksimal pada musim kemarau dan akan menurun
pada musim hujan. Hal ini disebabkan oleh persaingan di antara tanaman untuk
mendapatkan cahaya matahari sehingga akan mengakibatkan terjadinya efisiensi
dalam proses fotosintesis dan tanaman akan cepat melakukan regenerasi. Faktor
yang mempengaruhi jatuh nya serasah yaitu keadaan lingkungan meliputi iklim,
ketinggian dan kesuburan tanah, faktor fisik dan kimia yang mempengaruhi
produksi serasah yaitu seperti suhu udara, kelembaban tanah, kelembaban udara
dan pH tanah (Maulidya et al., 2018).
14
faktor seperti jumlah pohon, karakteristik batang pohon dan umur pohon (Irundu
et al., 2020)
Potensi simpanan karbon yang berbeda disebabkan antara lain usia pohon,
pohon yang berpengaruh pada diameter pohon, ikim dan tingkat akurasi metode
yang digunakan dalam analisis vegetasi (Arsalan et al., 2020). Nilai karbon selain
dipengaruhi kerapatan pohon juga dipengaruhi oleh besarnya diameter pohon itu
sendiri, hal ini dikarenakan semakin besar diameter suatu pohon maka semakin
besar pula nilai karbonnya. Seiring dengan pertumbuhan suatu tegakan pohon
maka akan menghasilkan nilai biomassa dan karbon tersimpan yang besar pula
karena adanya penyerapan karbon dioksida dari atmosfer melalui proses
fotosintesis (Sardi et al., 2021).
Karbon merupakan suatu unsur yang diserap dari atmosfer melalui proses
fotosintesis dan disimpan dalam bentuk biomassa. Tingkat penyerapan karbon di
hutan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain iklim, topografi, karakteristik
lahan, umur dan kerapatan vegetasi, komposisi jenis serta kualitas tempat tumbuh.
Tempat penyimpanan utama karbon adalah terdapat dalam biomassanya (yaitu
termasuk bagian atas yang melipui batang, cabang, ranting, daun, bunga dan buah
serta bagian bawah yang meliputi akar), bahan organik mati, tanah dan dan yang
tersimpan dalam produk kayu yang nantinya dapat diemisikan untuk produk
15
jangka panjang (Manafe et al., 2016). Adapun faktor yang mempengaruhi karbon
yaitu:
Kerapatan pada suatu kawasan vegetasi hutan maka akan menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi nilai biomassa. Nilai biomassa selain dipengaruhi oleh
kerapatan pohon juga dipengaruhi oleh besarnya diameter pohon itu sendiri, hal
ini dikarenakan semakin besar diameter suatu pohon maka semakin besar pula
nilai bomassanya. Pengaruh dari besarnya nilai diameter batang terhadap nilai
biomassa suatu tegakan pohon sangat besar di bandingkan dengan kerapatan. Hal
ini sejalan dengan perkataan (Mardliyah et al., 2019) bahwa terdapat hubungan
erat antara dimensi pohon (diameter dan tinggi pohon), dengan biomassa terutama
dengan diameter pohon. Karena seiring dengan pertumbuhan suatu tegakan pohon
maka akan menghasilkan biomassa dan karbon yang nilainya besar juga sebab
terjadinya penyerapan CO2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis yang
menghasilkan biomassa dan kemudian dialokasikan ke daun, ranting, batang dan
akar yang akan mengakibatkan penambahan diameter dan tinggi pohon. Hal ini
menjelaskan bahwa ada hubungan positif antara biomassa dan karbon sehingga
apapun yang menyebabkan penurunan maupun peningkatan biomassa maka akan
berpengaruh pula pada penurunan dan peningkatan pada kandungan karbon.
16
Nilai biomassa yang akan diperoleh yakni dapat menunjukkan bahwa berapa
banyak kandungan karbon yanga ada pada suatu tegakan pohon, karena dari 50%
nilai biomassa tersebut berupa kandungan karbon. Maka dari itu semakin besar
nilai biomassanya maka semakin besar pula kandungan karbon pada suatu tegakan
pohon di kawasan tersebut, apabila suatu hutan di alih fungsikan menjadi lahan
pertambakan, pertanian, perkebunan dan kawasan industri, maka jumlah karbon
yang tersimpan pada kawasan akan merosot atau hilang bahkan kurang. Sehingga
karbon terlepas dan terjadi emisi karbon yang apabila terjadi terus menerus akan
berujung pada meningkatnya jumlah karbon dioksida di udara yang menyebabkan
pemanasan global (Desti et al., 2016).
17
Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang mempunya fungsi utama yaitu
salah satunya adalah sebagai sistem penyangga kehidupan untuk tata air,
mencegah banjir, pengendalian erosi, mencegah intrusi air laut, dan juga
memelihara kesuburan tanah. Hutan lindung dilarang melakukan kegiatan yang
dapat merubah fungsi dari kawasan tersebut seperti penebangan pohon, membakar
hutan, membuka kebun, membuat bangunan dan lain sebagainya (Senoaji, 2009)
Hutan lindung pantai Kuala Baru merupakan pantai yang dekat dengan
pemukiman masyarakat. Ada berbagai pohon yang tumbuh pada kawasan lindung
tersebut. Akan tetapi, warga setempat sering sekali melakukan penebangan pohon
dan juga pembakaran hutan. Banyak dari warga tersebut tidak terlalu paham
bahwasannya wilayah tersebut hutan lindung. Sebenarnya, jika terus warga
setempat melakukan hal-hal yang dilarang maka akan fatal akibatnya, seperti
diketahui dalam survey hutan tersebut adalah merupakan pemisah antara pantai
dengan sungai. Hutan inilah yang menahan agar tidak terjadi abrasi pada laut.
Dari beberapa literatur yang telah dibaca, penelitian tentang biomassa karbon
diwilayah tersebut belum ada dilakukan.
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
19
III.5 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode transek dan kuadrat. Metode transek dan
kuadrat ini bertujuan untuk mengetahui jenis, peranan, penyebaran, dan struktur
pohon yang akan di amati, dalam penelitian ini menggunakan data primer yang
diambil langsung dari lapangan seperti pengukuran pH dan kelembaban serta data
sekunder yaitu dari buku maupun jurnal yang telah melakukan penelitian terlebih
dahulu. Data primer yaitu merupakan data yang diambil langsung oleh seorang
peneliti yang berarti utama, asli atau langsung dari sumbernya. Data primer ini
dapat dikatakan sebagai data asli yang dikumpulkan oleh peneliti itu sendiri untuk
menjawab masalah peneliti secara khusus, sedangkan data sekunder dapat
didefinisikan sebagai data yang telah dikumpulkan pihak lain bukan dari peneliti
itu sendiri (Istijanto, 2005).
Pengumpulan data yang dilakukan sampel daun diambil dengan cara dan
metode yang sama, kemudian diolah dan menghasilkan data mentah yang
20
kemudian dikumpulkan dan diolah kembali menjadi data yang lengkap dan
sempurna. Berikut dapat dilihat gambar bentuk garis transek dan plot.
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
(10 x 10) (10 x 10)
m m
SFJW= 0,11.BJ.D2.62
Keterangan:
W : Biomassa (gr/cm2)
BJ : Berat jenis pohon (gr.cm3)
D : Diameter pohon (cm) (Ketterings et al., 2001).
Menghitung berat jenis (BJ), dengan menggunakan rumus:
𝑩𝑲
BJ=
𝑽
Keterangan:
BJ : Berat Jenis setiap pohon (gr/cm3)
BK : Berat kering daun setelah di oven (gr)
21
V : Volume (V= π.r2.T) (cm3) (Sutaryo, 2009).
Analisis cadangan karbon menggunakan rumus sebagai berikut
C= 0,5 × W
Keterangan:
C : Cadangan karbon (gr/cm2)
W : Biomassa (gr/cm2)
0,5 : koefisien kadar karbon pada tumbuhan (Hadi Lubis et al., 2013).
Perhitungan cadangan karbon per hektar pada tiap plot
𝑪𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎𝟎
Cn = 𝟏𝟎𝟎𝟎 × 𝒍 𝒑𝒍𝒐𝒕
Keterangan:
22
BAB IV
Tabel IV.1 Jumlah biomassa dan karbon tersimpan pada setiap jenis pohon di
kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil
Nama Biomassa Karbon
No
Lokal Indonesia Ilmiah (ton/ha) (ton/ha)
1. Cemara Cemara pantai Casuarina
equisetifolia L 4,37 2,18
2. Biak Sampare Glocidian
urophylloides elmer 4,15 2,08
3. Laban sungu Laban tandok Vitex pinnata 3,95 1,98
4. Mangga laut Bintaro Carbera manghas L 3,73 1,87
5. Wuni Buni keraton Ardisia escallonioides 4,49 2,24
6. Leban Laban Vitex pubescens 3,58 1,79
7. Sirsak Sirsak gunung Annona montana
macfad 2,94 1,47
8. Meulu cut Melati malam Cestrum fragile 5,03 2,51
9. Naupaka Merambong Scaevola taccada**
pantai 2,37 1,19
10 Hatapang Ketapang Terminalia catappa* 6,09 3,04
11. Rambai Tampu Macaranga
rhizinoides 2,98 1,49
Keterangan. *Jumlah biomassa dan karbon tertinggi**Jumlah biomassa dan karbon terendah
Berdasarkan tabel IV.1 di atas, diketahui bahwa ada 11 jenis pohon yang
terdapat di kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil. Jumlah
biomassa dan karbon tersimpan pada pohon per jenis di kawasan hutan lindung
pantai Kuala Baru, Aceh Singkil yang memiliki jumlah biomassa terbesar adalah
pohon ketapang (Terminalia catappa) sebesar 6,09 ton/ha dengan jumlah karbon
23
sebesar 3,04 ton/ha. Jumlah biomassa dan karbon tersimpan pada pohon di
kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil yang terendah terdapat
pada pohon merambong (Scaevola taccada) yaitu sebesar 2,37 ton/ha dan jumlah
karbon sebesar 1,19 ton/ha. Jumlah biomassa tanaman berbanding lurus dengan
jumlah cadangan karbon tersimpan dengan mengalikan 0,5 dengan biomassa.
Tabel IV.2 Jumlah total biomassa dan karbon tersimpan pada pohon di kawasan
hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil
Nama Biomassa Karbon
No
Lokal Indonesia Ilmiah (ton/ha) (ton/ha)
1. Cemara Cemara pantai Casuarina
equisetifolia L 209,64 104,54
2. Biak Sampare Glocidian
urophylloides elmer 16,61 8,31
3. Laban sungu Laban tandok Vitex pinnata 7,89 3,95
4. Mangga laut Bintaro Carbera manghas L 7,46 3,73
5. Wuni Buni keraton Ardisia
escallonioides 4,49 2,24
6. Leban Laban Vitex pubescens 3,58 1,79
7. Sirsak Sirsak gunung Annona montana
macfad 2,94 1,47
8. Meulu cut Melati malam Cestrum fragile 5,03 2,51
9. Naupaka pantai Merambong Scaevola taccada 2,37 1,19
10. Hatapang Ketapang Terminalia catappa 6,09 3,04
11. Rambai Tampu Macaranga
rhizinoides 2,98 1,49
Jumlah 269,08 134,26
Berdasarkan tabel IV.2 di atas, diketahui bahwa jumlah total biomassa
pohon di kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil sebesar 269,08
ton/ha dan jumlah total karbon sebesar 134,26 ton/ha. Berdasarkan hasil
perhitungan didapat bahwa nilai karbon dipengaruhi oleh nilai biomassa pohon,
semakin besar biomassa maka semakin besar simpanan karbon.
24
IV.1.3 Jumlah Kandungan Karbon per Hektar pada Setiap Plot di Kawasan
Hutan Lindung Pantai Kuala Baru, Aceh Singkil
Berdasarkan hasil perhitungan jumlah kandungan karbon per hektar pada
setiap plot di kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil dapat di
lihat pada tabel IV.3 sebagai berikut:
Tabel IV.3 Jumlah kandungan karbon per hektar pada setiap plot di kawasan
hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil
Stasiun Plot Karbon (ton/ha)
I 1 1,78
2 1,39
3 1,21
4 0,42
5 0,49
II 6 1,11
7 0,58
8 0,52
9 0,39
10 1,51
III 11 0,63
12 1,31
13 0,91
14 0,6
15 0,56
Jumlah 13,41
Rata-rata 0,89
Berdasarkan tabel IV.3 di atas, diketahui bahwa jumlah kandungan karbon
per hektar pada setiap plot di kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh
Singkil dengan jumlah sebesar 13,41 ton/ha dengan rata-rata 0,89 ton/ha.
Besarnya variasi nilai karbon yang tersimpan pada masing-masing plot diduga
dipengaruhi oleh DBH, serta kerapatan pohon tersebut.
25
Tabel IV.4 Parameter fisik di seluruh lokasi penelitian kawasan hutan lindung
pantai Kuala Baru, Aceh Singkil
Berdasarkan tabel IV.4 di atas dapat diketahui bahwa parameter fisik pada
lokasi penelitian di kawasan hutan lindung pantai kuala baru, Aceh Singkil suhu
udara di hutan lindung pantai kuala baru berkisar antara 29,7-31,30C dengan suhu
tertinggi terdapat pada stasiun II dan suhu udara terendah terdapat pada stasiun I.
Kelembaban udara di hutan lindung pantai kuala baru berkisar antara 44-63,2%
dengan kelembaban udara tertinggi terdapat pada stasiun I dan kelembaban udara
terendah terdapat pada stasiun II. pH tanah di hutan lindung pantai kuala
baruberkisar antara 6,4-6,7pH dengan pH tanah tertinggi terdapat pada stasiun III
dan pH terendah terdapat pada stasiun I. Kelembaban tanah di hutan lindung
pantai kuala baru berkisar antara 20-23,6% dengan kelembaban tanah tertinggi
terdapat pada stasiun I dan kelembaban tanah terendah terdapat pada stasiun II.
Perbedaan nilai pada parameter fisik di lokasi penelitian diakibatkan karena
pengukurannya pada waktu yang berbeda.
IV.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa jumlah spesies pohon
pada kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil sebanyak 11
spesies. Jumlah biomassa dan karbon tertinggi pada kawasan hutan lindung pantai
Kuala Baru, Aceh Singkil adalah ketapang (Terminalia catappa) didapatkan
jumlah biomassa sebesar 6,09 ton/ha dan jumlah karbon sebesar 3,04 ton/ha.
Karena pohon ketapang ini mampu tumbuh dengan optimal pada daerah pantai
dan tanaman ini juga disebut sebagai tanaman pinggir laut atau ketapang laut.
26
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh (Harmida dan Nita Aminasih,
2019) potensi biomassa tanaman ketapang dan cadangan karbon yang terbesar
terdapat pada lokasi II yaitu 5,52 kg/tanaman, dengan cadangan karbon 2,66
kg/tanaman, sedangkan potensi biomasa terendah pada lokasi III sebesar 1,49
kg/tanaman. Perbedaan biomassa dan cadangan karbon yaitu adanya perbedaan
ukuran tinggi dan diameter rata-rata pohon. Jumlah cadangan karbon antar lahan
berbeda-beda, tergantung pada keanekaragaman, dan kerapatan tumbuhan yang
ada, jenis tanahnya serta cara pengelolaannya kerapatan yang tinggi
mengakibatkan persaingan tanaman dalam mengambil unsur hara untuk
pertumbuhan tanaman tersebut (Hamidi et al., 2014).
Pada penelitian yang telah dilakukan jumlah biomassa dan karbon yang
terendah di lokasi penelitian yaitu pada jenis pohon merambong (Scaevola
taccada) jumlah biomassa sebesar 2,37 ton/ha dan jumlah karbon sebesar 1,19
ton/ha. Merambong merupakan tanaman pesisir buahnya berbentuk bulat tidak
sempurna. Berbedanya jumlah biomassa pada setiap jenis pohon disebabkan oleh
pengaruh dari DBH (diameter setinggi dada), tinggi total pada masing-masing
pohon, berat jenis dan berat kering pohon. Semakin besar DBH pada suatu pohon
maka semakin besar pula nilai biomassa yang dihasilkan. Hakim et al., (2021)
menyatakan bahwa biomassa memiliki keterkaitan dengan dimensi pohon yaitu
diameter dan tinggi, semakin besar diameter pohon berkayu semakin tinggi juga
nilai biomassanya.
Namun pada lokasi penelitian pohon yang dominan lebih banyak tumbuh
yaitu cemara pantai (Casuarina equisetifolia L) dengan didapatkan jumlah
biomassa sebesar 4,37 ton/ha dan jumlah karbon sebesar 2,18 ton/ha. Jenis pohon
cemara pantai ini merupakan jenis pohon yang memiliki jumlah biomassa dan
karbon yang tertinggi di lokasi penelitian. Karena pada lokasi penelitian yang
berdekatan dengan pantai. Serta jenis pohon ini yang dominan lebih banyak jika
dibandingkan dengan jenis pohon lain. Selain itu pohon jenis cemara pantai
mampu beradaptasi terhadap salinitas dan kekeringan, mempunyai perakaran yang
dalam dan memiliki pertumbuhan yang cepat dengan akumulasi karbon mencapai
27
8,2 Mg C/ha/tahun (Budiadi, 2020). Cemara pantai memiliki perakaran yang kuat
dan daun berbentuk jarum sehingga cemara pantai sangat baik digunakan untuk
rehabilitas kawasan pantai yang memiliki fungsi utama dalam meningkatkan
kesuburan tanah, meningkatkan kelembaban tanah, memecah angin dan
menurunkan kadar garam udara (Sugiarti, 2019).
Jumlah biomassa dan karbon di kawasan hutan lindung pantai kuala baru,
Aceh Singkil pada jenis pohon cemara pantai (Casuarina equisetifolia L) sebesar
4,37 ton/ha dengan jumlah karbon sebesar 2,18 ton/ha. Pohon cemara pantai ini
merupakan tanaman tanggul angin yang dapat tumbuh di pesisir pantai. Pada jenis
sampare (Glocidion urophylloides elmer) jumlah biomassa sebesar 4,15 ton/ha
dan jumlah karbon sebesar 2,08 ton/ha. Pohon sampare merupakan tumbuhan
perdu, tumbuh liar di daerah beriklim hutan hujan tropis, dengan habitat di lahan
terbuka, pada tanah yang agak kering dan gembur. Pada jenis laban tandok (Vitex
pinnata) jumlah biomassa sebesar 3,95 ton/ha dan jumlah karbon sebesar 1,98
ton/ha. Pohon laban tandok ini umumnya banyak ditemukan di daerah terutama
hutan terbuka, hutan sekunder dan di tepi sungai, tumbuhan ini memiliki duri di
bagian percabangan nya.
28
Pada jenis pohon sirsak gunung (Annona montana macfad) jumlah biomassa
sebesar 2,94 ton/ha dengan jumlah karbon 1,47 ton/ha. Sirsak gunung merupakan
tanaman dikotil, memiliki buah bulat agak lonjong, khasiat dari sirsak gunung ini
dapat membunuh sel kanker. Pada pohon jenis melati malam (Cestrum fragile)
memiliki jumlah biomassa 5,03 ton/ha dan jumlah karbon sebesar 2,51 ton/ha.
Pohon ini habitat nya di tepi sungai, yang memiliki batang berkayu, memiliki
bunga yang berwarna putih harum. Pada jenis pohon merambong (Scaevola
taccada) jumlah biomassa sebesar 2,37 ton/ha dan jumlah karbon sebesar 1,19
ton/ha.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi biomassa tegakan antara lain yaitu
suhu. Semakin tinggi suhu udara maka akan menyebabkan berkurangnya
kelembaban udara, kelembaban udara juga akan menyebabkan atau
mempengaruhi laju fotosintesis. Hal ini disebabkan udara yang relatif tinggi
dibandingkan dengan tekanan udara parsial CO2 akan memudahkan uap air
berfungsi melalui stomata. Akibat selanjutnya adalah laju fotosintesis akan turun,
sehingga rendah pula jumlah biomassa pada suatu tegakan (Munir, 2017).
Jumlah biomassa dan karbon total di kawasan hutan lindung pantai Kuala
Baru, Aceh Singkil pada jumlah biomassa total sebesar 269,08 ton/ha dan jumlah
29
total karbon sebesar 134,26 ton/ha. Besar kecilnya nilai biomassa dipengaruhi
oleh diameter batang dan masa jenis kayu (Hermialingga et al., 2020). Pada
penelitian yang telah dilakukan oleh (Heriyanto et al., 2020) di Sumatra Selatan
penelitian ini ada 3 jenis hutan yaitu hutan sekunder tua dengan jumlah total
biomassa sebesar 181,61 ton/ha, jumlah karbon 90,79 ton/ha, hutan sekunder
muda jumlah biomassa sebesar 117,04 ton/ha jumlah karbon sebesar 50,51 ton/ha,
dan jumlah total biomassa hutan belukar tua sebesar 1,33 ton/ha serta jumlah
karbon sebesar 0,66 ton/ha. Penelitian (Hakim et al., 2021) di hutan lindung Liang
Anggang jumlah biomassa tumbuhan bawah dengan rata-rata 5,89 ton/ha.
Besarnya biomassa hutan ditentukan oleh kerapatan, kesuburan tanah, diameter,
tinggi dan berat jenis kayu.
30
terhadap simpanan karbon. Parameter lain yang dapat mempengaruhi simpanan
karbon dalam tegakan pohon adalah kerapatan individu, keragaman jenis pohon
dan jenis tanah (Miranti, 2011). Faktor yang dapat menurunkan cadangan karbon
pada hutan lindung terjadi akibat kegiatan manusia seperti pemanfaatan lahan
untuk kegiatan pertanian, melakukan peladangan berpindah yang menyebabkan
kebakaran, ektraksi kayu dan aktivitas manusia lainnya (Hakim et al., 2021).
Menurut penelitian ini, hutan lindung pantai kuala baru ini relatif sedikit dalam
menyimpan cadangan karbon karena hutan tersebut sudah adanya campur tangan
manusia dengan mengambil kayu yang ada di dalam lahan tersebut serta sudah
terjadinya abrasi. Sehingga pada lokasi penelitian tersebut sedikit dalam menyerap
karbon di bandingkan dengan hutan lindung lainnya.
Biomassa yaitu jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon
dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering. Biomassa hutan dapat digunakan
untuk menduga potensi serapan karbon yang tersimpan dalam pohon pada suatu
hutan. Karena 50% biomassa tersusun oleh karbon. Nilai biomassa selain
dipengaruhi oleh kerapatan pohon, juga dipengaruhi oleh besarnya diameter
pohon tersebut, hal ini dikarenakan semakin besar diameter pohon maka semakin
besar pula nilai biomassanya (Sribianti et al., 2022).
31
pada suatu lingkungan, maka akan menyebabkan radiasi matahari tidak langsung
sampai ke bumi tetapi akan bertahan di tajuk pohon, menyebabkan suhu udara
menjadi turun atau rendah
32
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Jumlah biomassa dan karbon pada jenis pohon yang lebih besar di
kawasan hutan lindung pantai Kuala Baru, Aceh Singkil yaitu ketapang
(Terminalia catappa) dengan jumlah biomassa sebesar 6,09 ton/ha dan
jumlah karbon sebesar 3,04 ton/ha. Jumlah biomassa dan karbon terendah
yaitu jenis merambong (Scaevola taccada) dengan jumlah biomassa
sebesar 2,37 ton/ha dan karbon sebesar 1,19 ton/ha.
2. Jumlah total biomassa pada pohon di kawasan hutan lindung pantai kuala
baru, Aceh Singkil sebesar 269,08 ton/ha dan jumlah total karbon sebesar
134,26 ton/ha.
V.2 Saran
33
DAFTAR PUSTAKA
[BSN] Badan Standar Nasional. (2011). Pengukuran dan Penghitungan
Cadangan Karbon – Pengukuran Lapangan untuk Penaksiran Cadangan
Karbon Hutan ( Ground Based Forest Carbon Accounting ). 1–24.
Agustien, D. H. I. R., Ph, D., Lb, D., & Pd, M. (2018). Estimasi Stok Karbon
Tanaman Peneduh di Jalan Protokol Kota Semarang. 1–47.
Ainurrohmah, S., & Sudarti, S. (2022). Analisis Perubahan Iklim dan Global
Warming yang Terjadi sebagai Fase Kritis. Jurnal Phi: Jurnal Pendidikan
Fisika, 3(3), 1–10.
Ariani, Sudhartono, A., & Wahid, A. (2014). Biomassa dan Karbon Tumbuhan
Bawah Sekitar Danau Tambing pada Kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Warta Rimba, 2(1), 164–170.
Arsalan, A., Gravitiani, E., & Irianto, H. (2020). Biomassa di Atas Tanah dan
Penghitungan Simpanan Karbon Hutan Kalibiru Kabupaten Kulon Progo.
Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 6(1), 1–8.
Ayu, S. M., Rosdayati, A., & Nadjib, N. N. (2020). Simpanan Karbon Tanah pada
Ekosistem Mangrove Kelurahan Songka Kota Palopo. Journal TABARO,
4(2), 484–489.
Bhaskara, D. R., Qurniati, R., Duryat, D., & Banuwa, I. S. (2018). Karbon
Tersimpan pada Repong Damar Pekon Pahmungan, Kecamatan Pesisir
Tengah, Kabupaten Pesisir Barat. Jurnal Sylva Lestari, 6(2), 32.
34
Rehabilitation Area of Java Island Hasil Penelitian Riwayat Naskah. Jurnal
Ilmu Kehutanan, 14, 71–83.
Choliq, A., Pimay, A., & Anas, A. (2016). Pemberdayaan Pesantren untuk
Penanggulangan Abrasi di Pantai Demak dan Jepara. Dimas: Jurnal
Pemikiran Agama Untuk Pemberdayaan, 15(2), 53.
Drupadi, T. A., Ariyanto, D. P., & Sudadi, S. (2021). Pendugaan Kadar Biomassa
dan Karbon Tersimpan pada Berbagai Kemiringan dan Tutupan Lahan di
KHDTK Gunung Bromo UNS. Agrikultura, 32(2), 112.
Firdaus, M. R., & Wijayanti, L. A. (2019). Fitoplankton dan Siklus Karbon Global
Oseana, 44(2), 35–48.
Hadi., L, S., S, A, H., & Samsoedin, I. (2013). Analisis Cadangan Karbon Pohon
pada Lanskap Hutan Kota di Dki Jakarta. Jurnal Penelitian Sosial Dan
Ekonomi Kehutanan, 10(1), 1–20.
Hakim, R., Suyanto, S., & Asyari, M. (2021). Estimasi Cadangan Karbon Atas
Permukaan Tanah di Kawasan Hutan Lindung Liang Anggang Kota
Banjarbaru Kalimantan Selatan. Jurnal Sylva Scienteae, 4(5), 793.
Handoyo, E., Amin, B., & Elizal, E. (2020). Estimation of Carbon Reserved in
Mangrove Forest of Sungai Sembilan Sub-District, Dumai City, Riau
Province. Asian Journal of Aquatic Sciences, 3(2), 123–134.
35
Harmida., Nita, A, N. T. (2019). Potensi Cadangan Karbon dan Serapan
Karbondioksida pada Tanaman Ketapang (Terminalia Catappa L.) di
Kampus Unsri Indralaya. Prosiding Seminar Nasional Sains Matematika
Informatika dan Aplikasinya IV, 4, 78–85.
Heriyanto, N. M., Priatna, D., & Samsoedin, I. (2020). Vegetation Structure and
Carbon Stocks in Secondary Forests of Muara Merang Forest Complex,
South Sumatera. Jurnal Sylva Lestari, 8(2), 230.
Irundu, D., Beddu, M. A., & Najmawati, N. (2020). Potensi Biomassa dan Karbon
Tersimpan Tegakan di Ruang Terbuka Hijau Kota Polewali, Sulawesi Barat.
Jurnal Hutan Dan Masyarakat, 12(1), 49.
Istomo, I., & Farida, N. E. (2017). Potensi Simpanan Karbon di Atas Permukaan
Tanah Tegakan (Acacia Nilotica L). di Taman Nasional Baluran, Jawa
Timur. Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 7(2), 155–
162.
Jenkins, J. C., Chojnacky, D. C., Heath, L. S., & Birdsey, R. A. (2003). National-
Scale Biomass Estimators For United States Tree Species. Forest Science,
49(1), 12–35.
Ketterings, Q. M., Coe, R., Van Noordwijk, M., Ambagau’, Y., & Palm, C. A.
(2001). Reducing Uncertainty in the Use of Allometric Biomass Equations
for Predicting Above-Ground Tree Biomass in Mixed Secondary Forests.
Forest Ecology and Management, 146(1–3), 199–209.
Lubis, S. H., Arifin, H. S., Samsoedin, I., & Belakang, A. L. (2013). Analisis
Cadangan Karbon Pohon pada Lanskap Hutan Kota di DKI Jakarta.
Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan, 10(1), 1–20.
Manafe, G., Kaho, M. R., & Risamasu, F. (2016). Estimasi Biomassa Permukaan
dan Stok Karbon pada Tegakan Pohon Avicennia Marina dan Rhizophora
Mucronata di Perairan Pesisir Oebelo Kabupaten Kupang. Bumi Lestari
36
Journal of Environment, 16(2), 163.
Mardliyah, R., Ario, R., & Pribadi, R. (2019). Estimasi Simpanan Karbon pada
Ekosistem Mangrove di Desa Pasar Banggi dan Tireman, Kecamatan
Rembang Kabupaten Rembang. Journal of Marine Research, 8(1), 62–68.
Mellyadi, M., & Harliana, P. (2022). Segmentasi Citra Satelit dalam Observasi
dan Konservasi Hutan Lindung Taman Nasional Gunung Lauser
Menggunakan Algoritma Fuzzy C-Means. Hello World Jurnal Ilmu
Komputer, 1(2), 90–96.
Miranti, D. (2011). Model Persamaan Alometrik Massa Karbon Akar dan Root To
Shoot Ratoi Biomassa dan Masa Karbon Pohon Mangium.
Munir, M. (2017). Estimasi Biomassa, Stok Karbon, dan Sekuestrasi Karbon dari
Berbagai Tipe Habitat Terestrial di Gresik, Jawa Timur Secara Non-
Destructive dengan Persamaan Allometrik. 1–79.
Nugraha, F. W., Pribadi, R., & Wirasatriya, A. (2020). Kajian Perubahan Luasan
untuk Prediksi Simpanan Karbon Ekosistem Mangrove di Desa Kaliwlingi,
Kabupaten Brebes. Buletin Oseanografi Marina, 9(2), 104–116.
Nuranisa, S., Sudiana, E., & Yani, E. (2020). Hubungan Umur Dengan Biomassa,
Stok Karbon Dioksida, Tegakan Pohon Duku (Lansium Parasiticum) di Desa
Kalikajar Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga. BioEksakta :
Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed, 2(1), 146.
37
Pahlawan, 3, 1–9.
Rulianti, F., Devi, R., Mela, R., Mulyadi, & Hidayat, M. (2018). Estimasi Karbon
(Estimasi Stok Karbon) pada Pohon di Kawasan Hutan Primer Pegunungan
Deudap Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik 2018, 246–258.
Safe’i, R., Wulandari, C., & Kaskoyo, H. (2019). Penilaian Kesehatan Hutan pada
Berbagai Tipe Hutan di Provinsi Lampung. Jurnal Sylva Lestari, 7(1), 95–
109.
Satriawan, H., Fuady, Z., & Ernawita, E. (2022). Potensi Karbon Tanah dari
Gulma di Bawah Tegakan Kelapa Sawit. Prosiding Seminar Nasional Biotik,
9(2), 5.
Shafitri, L. D., Prasetyo, Y., & Hani’ah. (2018). Analisis Deforestasi Hutan di
Provinsi Riau dengan Metode Polarimetrik Dalam Pengindraan Jauh. Jurnal
Geodesi Undip, 7(1), 212–222.
Sribianti, I., Daud, M., Aziz Abdullah, A., & Sardiawan, A. (2022). Estimasi
Biomassa, Cadangan Karbon, Produksi O2 dan Nilai Jasa Lingkungan
Serapan CO2 Tegakan Hutan di Taman Hutan Raya Abdul Latief. Jurnal
Hutan Dan Masyarakat, 14(1), 12–26.
38
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantiatif, Kualitatif dan R&D (26th ed.).
ALFABETA.
Sulistyorini, I. S., Edwin, M., & Imanuddin, I. (2020). Estimasi Stok Karbon
Tanah Organik pada Mangrove di Teluk Kaba dan Muara Teluk Pandan
Taman Nasional Kutai. Agrifor, 19(2), 293.
Tuah, N., Sulaeman, R., & Yoza, D. (2017). Penghitungan Biomassa dan Karbon
di Atas Permukaan Tanah di Hutan Larangan Adat Rumbio Kabupaten
Kampar. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Riau,
4(1), 1–10.
Uthbah, Z., Sudiana, E., & Yani, E. (2017). Analisis Biomasa dan Cadangan
Karbon pada Berbagai Umur Tegakan Damar (Agathis Dammara) di Kph
Banyumas Timur. Scripta Biologica, 4(2), 119.
39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Keterangan pembimbing skripsi
40
Lampiran 2. Surat izin penelitian
41
Lampiran 3. Surat keterangan bebas laboratorium
42
Lampiran 4. Tabel Hasil Penelitian
W= Cn=
Nama Nama BK V= BJ=Bk/V 0,11.BJ.D2,62 C=0,5.W C=0,5.W C=0,5.W (Cx/1000).(10000/100)
No Lokal ilmiah (gr) π.r2.T (cm) (gr/cm3) (gr/cm2) (gr/cm2) (kg/m2) (ton/ha) (ton/ha)
Cemara Casuarina
1 Pantai 1 Equisetifolia L 50,83 60.933,12 0,000834193 0,06 0,03 0,32 3,15
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 366.878,98 0,000138547 0,12 0,06 0,59 5,94
Glocidion
Urophylloides
3 Sampare Elmer 37,63 8.152,87 0,004615555 0,04 0,02 0,18 1,81
Glocidion
Urophylloides
4 Sampare Elmer 37,63 5.374,20 0,007001967 0,05 0,02 0,23 2,32
Glocidion
Urophylloides
5 Sampare Elmer 37,63 10.059,71 0,003740663 0,05 0,02 0,23 2,30
Cemara Casuarina
6 Pantai Equisetifolia L 50,83 15.923,57 0,003192124 0,04 0,02 0,22 2,24
0,18 1,78 17,76 1,78
0,03 0,30 17,76
Cemara Casuarina
1 Pantai 2 Equisetifolia L 50,83 60.692,68 0,000837498 0,04 0,02 0,22 2,19
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 92.659,24 0,000548569 0,07 0,03 0,34 3,42
Cemara Casuarina
3 Pantai Equisetifolia L 50,83 713.033,44 7,1287E-05 0,04 0,02 0,21 2,09
4 Sampare Glochidion 37,63 9.203,82 0,004088519 0,04 0,02 0,19 1,88
43
Urophylloides
Elmer
Laban
5 Tandok Vitex Pinnata 32,05 114.697,45 0,000279431 0,04 0,02 0,21 2,06
Carbera
6 Bintaro Manghas L 41,84 123.113,06 0,00033985 0,04 0,02 0,22 2,24
0,14 1,39 13,87 1,39
0,02 0,23 2,31
Buni Keraton Ardisia
1 3 Escallonioides 38,88 24.219,75 0,001605302 0,04 0,02 0,22 2,24
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 532.834,39 9,53955E-05 0,05 0,02 0,24 2,37
Carbera
3 Bintaro Manghas L 41,84 17.245,22 0,002426179 0,03 0,01 0,15 1,49
Cemara Casuarina
4 Pantai Equisetifolia L 50,83 167.734,87 0,000303038 0,05 0,03 0,27 2,74
5 Laban Vitex Pubescens 48,62 19.108,28 0,002544447 0,04 0,02 0,18 1,79
Sirsak Annona Montana
6 Gunung Macfad 43,97 26.974,52 0,001630057 0,03 0,01 0,15 1,47
0,12 1,21 12,11 1,21
0,02 0,20 2,02
Cemara Casuarina
1 Pantai 4 Equisetifolia L 50,83 2.370.063,69 2,14467E-05 0,03 0,02 0,17 1,72
2 Melati Malam Cestrum Fragile 37,61 60.549,36 0,000621146 0,05 0,03 0,25 2,51
0,04 0,42 4,23 0,42
0,02 0,21 2,12
Cemara Casuarina
1 Pantai 5 Equisetifolia L 50,83 596.273,89 8,52461E-05 0,04 0,02 0,22 2,19
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 279.872,61 0,000181618 0,03 0,02 0,16 1,56
44
Scaevola
3 Merambong Taccada 30,55 43.694,27 0,000699176 0,02 0,01 0,12 1,19
0,05 0,49 4,94 0,49
0,02 0,16 1,65
stasuin
2
Cn=
V=Π.R2.T Bj=Bk/V W=0,11.Bj.D2,62 C=0,5.W C=0,5.W C=0,5.W (Cx/1000).(10000/100)
No Nama Lokal Nama Ilmiah Bk (cm) (cm) (gr/cm2) (gr/cm2) (kg/m2) (ton/ha) (ton/ha)
Cemara Casuarina
1 Pantai 1 Equisetifolia L 50,83 19.267,52 0,002638119 0,05 0,02 0,24 2,38
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 149.068,47 0,000340984 0,18 0,09 0,88 8,77
0,11 1,11 11,15 1,11
0,06 0,56 5,57
Cemara Casuarina
1 Pantai 2 Equisetifolia L 50,83 269.211,78 0,00018881 0,03 0,02 0,15 1,54
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 34.824,84 0,00145959 0,05 0,02 0,23 2,25
Cemara Casuarina
3 Pantai Equisetifolia L 50,83 15.808,12 0,003215436 0,04 0,02 0,20 1,98
0,06 0,58 5,77 0,58
0,02 0,19 1,92
Cemara Casuarina
1 Pantai 3 Equisetifolia L 50,83 64.689,49 0,000785754 0,02 0,01 0,10 0,99
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 19.267,52 0,002638119 0,05 0,02 0,24 2,38
Cemara Casuarina
3 Pantai Equisetifolia L 50,83 19.108,28 0,002660103 0,04 0,02 0,19 1,87
0,05 0,52 5,24 0,52
45
0,02 0,17 1,75
Cemara Casuarina
1 Pantai 4 Equisetifolia L 50,83 142.273,09 0,000357271 0,08 0,04 0,39 3,91
0,04 0,39 3,91 0,39
0,04 0,39 3,91
Terminalia
1 Ketapang 5 Catappa L 50,57 16.847,13 0,003001698 0,06 0,03 0,30 3,04
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 68.662,42 0,000740288 0,03 0,01 0,13 1,26
Cemara Casuarina
3 Pantai Equisetifolia L 50,83 911.544,59 5,57625E-05 0,06 0,03 0,32 3,17
Cemara Casuarina
4 Pantai Equisetifolia L 50,83 25.270,70 0,00201142 0,04 0,02 0,20 2,04
Cemara Casuarina
5 Pantai Equisetifolia L 50,83 19.311,31 0,002632137 0,04 0,02 0,21 2,10
Cemara Casuarina
6 Pantai Equisetifolia L 50,83 25.047,77 0,002029322 0,04 0,02 0,18 1,83
Cemara Casuarina
7 Pantai Equisetifolia L 50,83 13.805,73 0,003681804 0,03 0,02 0,17 1,69
0,15 1,51 15,14 1,51
0,02 0,22 3,79
stasiun
3
W= Cn=
Nama Nama V= Π.R2.T Bj= 0,11.Bj.D2,62 C= 0,5.W C= 0,5.W C= 0,5.W (Cx/1000).(10000/100)
No Lokal Ilmiah Bk (cm) Bk/V (cm) (gr/cm2) (gr/cm2) (kg/m2) (ton/ha) (ton/ha)
Cemara Casuarina
1 Pantai 1 Equisetifolia L 50,83 652229,30 7,79327E-05 0,02 0,01 0,12 1,15
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 592515,92 8,57867E-05 0,02 0,01 0,11 1,12
46
Cemara Casuarina
3 Pantai Equisetifolia L 50,83 78025,48 0,000651454 0,04 0,02 0,20 1,98
Cemara Casuarina
4 Pantai Equisetifolia L 50,83 87197,45 0,00058293 0,04 0,02 0,21 2,05
0,06 0,63 6,31 0,63
0,02 0,63 1,58
Cemara Casuarina
1 Pantai 2 Equisetifolia L 50,83 69363,06 0,000732811 0,04 0,02 0,19 1,91
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 27515,92 0,001847294 0,04 0,02 0,21 2,09
Cemara Casuarina
3 Pantai Equisetifolia L 50,83 64490,45 0,000788179 0,03 0,02 0,16 1,60
Cemara Casuarina
4 Pantai Equisetifolia L 50,83 46433,12 0,001094693 0,03 0,02 0,17 1,69
Cemara Casuarina
5 Pantai Equisetifolia L 50,83 32101,91 0,001583395 0,04 0,02 0,18 1,80
Cemara Casuarina
6 Pantai Equisetifolia L 50,83 101910,83 0,000498769 0,04 0,02 0,22 2,16
Cemara Casuarina
7 Pantai Equisetifolia L 50,83 65222,93 0,000779327 0,04 0,02 0,19 1,88
0,13 1,31 13,13 1,31
0,02 0,19 1,88
Cemara Casuarina
1 Pantai 3 Equisetifolia L 50,83 81528,66 0,000623462 0,03 0,02 0,15 1,50
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 161934,71 0,000313892 0,03 0,02 0,16 1,64
Cemara Casuarina
3 Pantai Equisetifolia L 50,83 76512,74 0,000664334 0,03 0,01 0,15 1,47
Cemara Casuarina
4 Pantai Equisetifolia L 50,83 84164,01 0,00060394 0,03 0,01 0,13 1,34
Cemara Casuarina
5 Pantai Equisetifolia L 50,83 126464,97 0,000401929 0,03 0,02 0,15 1,52
47
Cemara Casuarina
6 Pantai Equisetifolia L 50,83 68861,46 0,000738149 0,03 0,02 0,16 1,64
0,09 0,91 7,47 0,75
0,02 0,15 1,52
Cemara Casuarina
1 Pantai 4 Equisetifolia L 50,83 131019,11 0,000387959 0,04 0,02 0,22 2,15
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 120453,82 0,000421987 0,04 0,02 0,19 1,95
Laban
3 Tandok Vitex Pinnata 32,05 4681,53 0,006846054 0,04 0,02 0,19 1,89
0,06 0,60 5,99 0,60
0,02 0,20 2,00
Macaranga
1 Tampu 5 Rhizinoides 42,25 32101,91 0,001316121 0,03 0,01 0,15 1,49
Cemara Casuarina
2 Pantai Equisetifolia L 50,83 44785,03 0,001134977 0,03 0,01 0,14 1,43
Cemara Casuarina
3 Pantai Equisetifolia L 50,83 82404,46 0,000616836 0,03 0,01 0,13 1,25
Cemara Casuarina
4 Pantai Equisetifolia L 50,83 21556,53 0,002357986 0,03 0,01 0,14 1,45
0,06 0,56 5,63 0,56
0,01 0,14 1,41
48
Lampiran 5. Data penelitian biomassa dan karbon jenis pohon
Biomassa Karbon
Jenis (ton/ha) (ton/ha)
Cemara pantai
(Casuarina equisetifolia stasiun I
L) 6,31 3,15
11,87 5,94
4,99 2,24
4,37 2,19
6,84 3,42
4,17 2,09
4,75 2,37
5,48 2,74
3,44 1,72
4,38 2,19
3,12 1,56
stasiun II 4,76 2,38
17,54 8,77
3,09 1,54
4,51 2,25
3,95 1,98
1,98 0,99
4,76 2,38
3,74 1,87
7,81 3,91
2,51 1,26
6,35 3,17
4,08 2,04
4,21 2,1
3,66 1,83
3,38 1,69
stasiun III 2,31 1,15
2,24 1,12
3,97 1,98
4,11 2,05
3,83 1,91
4,19 2,09
3,21 1,6
3,38 1,69
3,59 1,8
4,31 2,16
49
3,76 1,88
3 1,5
3,28 1,64
2,95 1,47
2,68 1,34
3,04 1,52
3,27 1,64
4,31 2,15
3,89 1,95
2,86 1,43
2,51 1,25
2,9 1,45
jumlah 209,64 104,54
rata-rata 4,37 2,18
Sampare (Glochidion
stasiun I
urophylloides elmer) 3,62 1,81
4,63 2,32
4,60 2,30
3,76 1,88
stasiun II 0,00 0,00
stasiun III 0 0
jumlah 16,61 8,31
rata-rata 4,15 2,08
Laban tandok (Vitex
stasiun I
pinnata) 4,11 2,06
Stasiun II 0 0
stasiun III 3,78 1,89
jumlah 7,89 3,95
rata-rata 3,945 1,975
Bintaro (Carbera
stasiun I
manghas L) 4,48 2,24
2,98 1,49
Stasiun II 0 0
Stasiun III 0,00 0,00
jumlah 7,46 3,73
rata-rata 3,73 1,87
Buni keraton (Ardisia
escallonioides) stasiun I 4,49 2,24
stasiun II 0,00 0,00
stasiun III 0,00 0
jumlah 4,49 2,24
rata-rata 4,49 2,24
50
Laban (Vitex pubescens) stasiun I 3,58 1,79
Stasiun II 0,00 0
Stasiun III 0,00 0
jumlah 3,58 1,79
rata-rata 3,58 1,79
Sirsak gunung (Annona
montana macfad) stasiun I 2,94 1,47
Stasiun II 0,00 0
Stasiun III 0,00 0
jumlah 2,94 1,47
rata-rata 2,94 1,47
Melati malam (Cestrum
fragile) stasiun I 5,03 2,51
Stasiun II 0,00 0
stasiun III 0,00 0
jumlah 5,03 2,51
rata-rata 5,03 2,51
Merambong (Scaevola
taccada) stasiun I 2,37 1,19
Stasiun II 0,00 0
stasiun III 0,00 0
jumlah 2,37 1,19
rata-rata 2,37 1,19
Ketapang (Terminalia
catappa L) stasiun I 0,00 0
Stasiun II 6,09 3,04
stasiun III 0 0
jumlah 6,09 3,04
rata-rata 6,09 3,04
Tampu (Macaranga
rhizinoides) stasiun 1 0 0
stasiun II 0 0
stasiun III 2,98 1,49
jumlah 2,98 1,49
rata-rata 2,98 1,49
51
Lampiran 6. Dokumentasi kegiatan penelitian
52
Membuat jalur transek dan plot penelitian Pengukuran faktor fisik lokasi
penelitian
53