OLEH
ROBERTUS TEKE
2123812076
JURUSAN KEHUTANAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan oleh :
NIM : 2123812076
Jurusan : Kehutanan
Mengetahui Mengesahkan,
( Fransiskus X. Dako, S.Hut., M.Sc, IPU) (Yudhistira A.N.R. Ora.S.Hut. G. Dip For., M.For)
NIP :19751227 200212 1 002 NIP : 19780914 200312 2 003
i
RINGKASAN
Pada ekosistem hutan savana yang diamati di desa Penfui timur didapati
bahwa dari total luasan analisis vegetasi yang dibuat terdapat dua jenis tanaman
yang ditemukan yakni gamal, lamtoro, asam, dan kudo. Hasil dari analisis tingkat
semai, pancang, tiang dan pohon menunjukan bahwa gamal merupakan tanaman
yang mendominasi kawasan tersebut. Untuk satwa yang diamati terdapat beberapa
jenis satwa yakni tikus, cicak, burung, cacing dan hewan ternak yakni kambing,.
ii
Untuk ekosistem hutan pantai terdapat dua jenis tumbuhan yang
mendominasi kawasan tersebut yaitu, lontar dan johar. Pada pengamatan satwa
ditemukan beberapa jenis kepiting dan keong di pesisir pantai, burung, serta ulat
dan kadal.
Keberadaan jenis flora dan fauna yang terdapat dalam empat ekosistem
hutan yang ada di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang tersebut merupakan
keanekaragaman hayati yang saling beriteraksi dengan lingkungannya.
Keanekaragaman ini pun menjadi penanda keasrian dan kelimpahan flora ddan
fauna yang berada pada kawasan-kawasan tersebut.
iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Moto :
Persembahan :
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
kasih karunia dan rahmat-Nya, penulis dimampukan untuk menyusun laporan
“Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH).” Laporan ini memuat tentang
pengenalan tipe-tipe ekosistem hutan. Pengenalan berbagai bentuk tipe hutan
yaitu hutan savana, hutan dataran rendah, hutan pantai, dan hutan mangrove yang
ada di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, didasarkan pada pengamatan secara
langsung di lapangan.
Penulis sadar bahwasannya laporan yang telah disusun ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dari segi tata bahasa, penulisan maupun materinya. Oleh
karenanya penulis berharap setiap masukan, kritik dan saran dari para pembaca
untuk melengkapi dan menyempurnakan laporan ini. Akhirnya dengan segala
hormat penulis berharap, semoga laporan ini dapat memberikan informasi,
pemahaman dan manfaat bagi setiap pembaca yang budiman mengenai tipe-tipe
ekosistem hutan di kota Kupang dan Kabupaten Kupang serta bermanfaat bagi
setiap pihak yang membutuhkan.
(Robertus Teke)
NIM : 2123812076
v
DAFTAR ISI
RINGKASAN ..........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
BAB II
vi
b. Ekosistem Dataran Rendah (Batu Nona-Oesapa Kupang) ........................7
BAB III
BAB IV
vii
2. Komponen Ekosistem Hutan Pantai .......................................................22
BAB V
LAMPIRAN ...................................................................................................... 35
viii
Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................43
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
Gambar 6. Bentuk Petak Ukur Pada Metode Jalur Berpetak Untuk Analisis
Vegetasi Pada Hutan Alam Selain Mangrove........................................................14
Gambar 7. Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi
Pada Hutan Mangrove............................................................................................14
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hutan menurut UU no. 41 tahun 1999 tentang kehutanan merupakan suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan dilihat sebagai satu kesatuan karena
hubungan timbal balik antara masyarakat hutan dengan lingkungannya yang tidak
dapat dipisahkan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat,
mengingat hutan itu dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-
masing komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan
saling bergantungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya daerah Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang memiliki beberapa ekosistem hutan yang cukup beragam.
Ekosistem hutan pada daerah terbagi atas ekosistem hutan dataran rendah, pantai,
mangrove dan savana. Persebaran hutan savana adalah yang paling luas di antara
yang lain karena pengaruh iklim dan topografi wilayah pulau Timor yang berbukit
dan panas. Hutan pantai yang dimiliki daerah ini termasuk luas dikarenakan garis
pantai pulau Timor yang cukup panjang. Sedangkan untuk hutan Mangrove,
daerah ini memiliki kawasan hutan Mangrove yang terletak di Kelurahan Oesapa
barat Kota Kupang.
Keberadaan ekosistem yang cukup bergam tersebut digunakan sebagai
bahan dan objek pembelajaran bagi mahasiswa dalam Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan. Dengan menjadikannya sebagai bahan pengenalan untuk
memahami dan mengenal ekosistem hutan yang ada di Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang.
1.2 Tujuan
2
3. Mempelajari perilaku, interaksi, peranan, dan fungsi setiap tipe ekosistem hutan
bagi kehidupan.
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mampu Secara teoritis, melalui laporan prakek ini diharapkan dapat
memperluas wawasan dan menambah pengetahuan pembaca mengenai ekosistem
hutan di NTT khususnya di Kota/ Kabupaten Kupang.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pihak atau instansi tertentu dalam
melakukan evaluasi terhadap kelestarian hutan.
3
BAB II
Secara geografis Kota Kupang terletak pada 10º 36’ 14’’ - 10º 39’ 58’’
Lintang Selatan dan 123º 32’ 23’’ - 123º 37’ 01’’ Bujur Timur. Kota Kupang
dengan luas 180,27 km2 atau 18.027 ha terdiri atas 4 kecamatan dan 45 kelurahan
secara administratif berbatasan langsung dengan Kabupaten Kupang. Wilayah
Kota Kupang sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kupang, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah dan Kupang barat Kabupaten
Kupang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat
Kabupaten Kupang dan Selat Semau.
Struktur geologi Kota Kupang dan sekitarnya terutama terdiri atas formasi
batu gamping dan coral dalam satuan otokton, terutama karang berbentuk teras
sebagai akibat dari adanya proses pengangkatan. Umumnya pada formasi ini
4
terdapat rongga-rongga alam yang disebabkan karena melarutnya sebagian batu
gamping oleh air hujan. Jenis tanah yang terdapat dalam wilayah kota Kupang
secara umum terdiri atas dua jenis tanah yaitu Rhodustalf dan Pellustert dengan
reaksi agak asam sampai netral. Kedua jenis tanah ini berasal dari bahan induk
batuan gamping dan coral. Tingkat kestabilan tanah cukup tinggi sehingga erosi
yang terjadi masih dalam batas yang diperbolehkan. Selain itu terdapat juga
tempat-tempat dalam luasan yang terbatas terdapat jenis tanah alluvial sebagai
endapat dari daerah-daerah sekitar yang lebih tinggi.
5
a. Ekosistem Mangrove (Oesapa Barat)
Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau
yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Ekosistem mangrove di Kelurahan Oesapa Barat termasuk dalam kawasan Teluk
Kupang yang di dalam pengelolaannya telah ditetapkan sebagai Taman Laut
Nasional. Pantai di sepanjang Kelurahan Oesapa dicirikan oleh adanya berbagai
ekosistem pesisir tropis, yakni mangrove, terumbu karang, estuaria dan padang
lamun. Ekosistem mangrove sudah mengalami kerusakan baik kuantitas maupun
kualitasnya. Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia,
seperti pengambilan kayu mangrove untuk kayu bakar dan bahan bangunan,
konversi lahan untuk keperluan pembangunan dan pemukiman dan pembuangan
sampah. Akan tetapi beberapa wilayah dalam ekosistem mangrove masih
memiliki tanaman mangrove dari berbagai spesies sehingga masih dapat
dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi/pariwisata dan juga sebagai tempat bagi
ikan dan organisme laut lainnya untuk melakukan pemijahan, pemeliharaan dan
mencari makan.
Hutan mangrove di pantai Paradiso adalah salah satu area di NTT dengan
luas 17,58 Ha. Hutan mangrove di pantai Paradiso berada dekat dengan
pemukiman penduduk dan menjadi bagian dalam kebudayaan hidup masyarakat
setempat. Hal ini tentunya akan memberikan tekanan pada hutan mangrove di
daerah tersebut. Dalam pengamatan di lapangan ditemukan beberapa komunitas
flora dan fauna yang mendominasi kawasan hutan mangrove tersbut antara lain :
jenis soneratia dan rhizopora. Kelompok satwa yang ditemukan dalam kawasan
hutan mangrove ialah jenis satwa burung pipit, kepiting, belut, kerang, udang,
kupu-kupu.
6
Gambar 1. Lokasi Hutan Mangrove
7
Gambar 2. Lokasi dataran rendah
Savana adalah tipe ekosistem di dataran rendah, atau dataran tinggi, dimana
komunitasnya terdiri dari beberapa pohon yang tersebar tidak merata dan lapisan
bawahnya didominasi oleh suku rumput-rumputan. Formasi ini sangat umum
dijumpai di wilayah yang sangat kering di Nusa Tenggara. Savana memiliki peran
penting dalam kehidupan. Beberapa daerah savana merupakan landscape dominan
yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal subsisten, budaya,
serta sebagai habitat satwa termasuk mamalia besar seperti banteng, gajah, jerapah,
dan herbivora lainnya. Dengan demikian savana memiliki peran sebagai pool
biodiversity. Savana dinamai berdasarkan jenis pohon yang mendominasinya
(Monk et al., 2000, dalam Sutomo. 2016).
Ekosistem savana di pulau Timor merupakan tipe Savana Palms, yang
didominasi oleh lontar (Borrasus flabellifer) dan gewang (Corypha utan Lamarck),
merupakan tipe savana yang dominan (Monk, et al, dalam Kurniawan dan Yuniat.
2015). Hutan Savana di Desa Penfui timur terletak di perbatasan Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang, tepatnya di wilayah kelurahan Penfui Timur, Kecamatan
Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Pengelolaan kawasan hutan dilakukan oleh
masyarakat sekitar hutan. Pada pengamatan di lapangan komposisi hutannya
8
adalah padang rumput yang dipenuhi oleh semak/perdu dan dikelilingi oleh
beberapa jenis pohon yang tumbuh menyebar, seperti gamal dan reo.
Gambar 3. lokasi hutan savana
9
Gambar 4. lokasi hutan pantai
10
BAB III
METODE PRAKTEK
11
Gambar 5. Peta lokasi pengamatan
Alat yang digunakan antara lain: GPS, pita meter, patok kayu, tali nilon, tali
rafia dan rol meter.
12
3.4 Teknik Pengambilan Data
a) Data Abiotik
Pengumpulan data abiotik yaitu menggunkan plot ada rinciannya sebagai
berikut. Plot dibuat pada setiap tipe hutan dan ekosistem savana, hutan dataran
rendah, ekosistem pantai. Di buat plot sampel pada jalur pengamatan vegetasi
(satu plot sampel pada petak vegetasi ukuran 20×20 m).
b) Data Biotik
Pengumpulkan data biotik berupa :
Flora :
1) Metode pengumpulan data dengan metode jalur berpetak dengan petak ukur
berbentuk persegi (hutan alam) dan petek ukur berbentuk lingkaran (hutan
tanaman).
2) Petak ukur untuk hutan alam selain mangrove berbentuk persegi dengan
ukuran sebagai berikut :
13
Gambar 6. Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi
di hutan alam selain mangrove
Gambar 7. Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi
di hutan mangrove.
Parameter yang di amati dan di ukur adalah jenis vegetasi dan jumlah
vegetasi.
Fauna digunakan metode jalur (transek) dan pengamatan secara langsung dalam
plot contoh dan sekitar plot contoh pengamatan serta melakukan pengamatan
sepanjang perjalanan menuju lokasi pengamatan vegetasi. Variabel yang diamati
dan diukur adalah nama jenis,jumlah jenis dan aktivitas.
14
3.5 Analisis Data
Jumlah Individu
Kerapatan (K) =
Luas Petak
Jumlah penduduk kota Kupang per 2021 maenurut data Bada Pusat Statistik
provinsi Nusa Tenggara Timur, berjumlah 456 626 jiwa. Dengan jumlah laki-laki
sebanyak 228 043 jiwa dan perempuan sebanyak 224 583 jiwa. Kepadatan
penduduk di kota Kupang mencapai 2.231 jiwa / km² dengan kecamatan terpadat
yaitu kecamatan Kota Lama dengan kepadatan mencapai 10.632 jiwa / km² dan
kecamatan dengan kepadatan terendah adalah kecamatan Alak yaitu 714 jiwa /
km². Laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 - 2020 adalah sebesar 2,79 %. Kota
Kupang memiliki pendapatan per kapita mencapai 56,5 juta dan pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,29 %.
15
BAB IV
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu
atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut
tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang
terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut
dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8%
(Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000). Menurut Nybakken (1992),
hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan
suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies
pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak
yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga :
Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera,
Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya
kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada
wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies
pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau
(Santoso, 2000). Dalam suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus
terdapat semua jenis spesies mangrove. Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut,
sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik. IUCN (1993), menyebutkan bahwa
komposisi spesies dan karakteristik hutan mangrove tergantung pada faktor-faktor
cuaca, bentuk lahan pesisir, jarak antar pasang surut air laut, ketersediaan air
tawar, dan tipe tanah.
16
2. Ekosistem Hutan Pantai
Pantai adalah daerah pertemuan antara daerah darat dan daerah laut. Pantai
merupakan suatu wilayah peralihan yang mempertemukan antara wilayah darat
dengan wilayah laut. Wilayah pesisir yang menuju ke daratan, memiliki kondisi
lingkungan kering dan juga terdapat kondisi yang terendam air. Kondisi tersebut
dengan kata lain, pada wilayah pantai dipengaruhi sifat-sifat seperti pasang surut
air laut, angin kencang dan kondisi tanah berpasir. Menurut Tuwo (2011), sebagai
wilayah peralihan, ekosistem pantai memiliki struktur komunitas yang khas
dibandingkan dengan ekosistem lainnya. Berbagai macam pola interaksi secara
fungsional terjadi di wilayah pantai, sehingga membentuk suatu sistem ekologi
yang sangat unik.
Tumbuhan yang banyak ditemukan di pantai kebanyakan tumbuhan jenis
legum adalah Canavalia 14 maritima dan Vigna marina, jenis rumput-rumputan
adalah Cyperus maritima, dan jenis semak Spinefex littreus, Andropogon
zizanioides dan Thuarea involuta. Marga vegetasi yang dominan ditemuka pada
pantai berpasir ini adalah Ipomoea (Convolvulaceae) dan Canavalia (Fabaceae).
Berbagai pantai di Indonesia juga ditemukan tegakan cemara laut (Casuarina
equisetifolia).
17
juga mendefinisikan padang rumput sebagai daerah–daerah terbuka bertumbuhan
rumput–rumputan dan semak, daerah ini terjadi karena adanya kebakaran hutan
secara alami.
Flora atau tumbuhan yang hidup di hutan sabana ini antara lain adalah
rumput, beberapa pohon seperti akasia dan juga pohon palem. Sebagian besar
yang menutupi tanah (baca: jenis tanah) yang ada hutan sabana ini adalah rumput.
Hal ini karena curah hujan yang sedikit yang menimpa wilayah hutan ini
menjadikan rumput satu- satunya tanaman yang dapat tumbuh subur. Meski
demikian masih ada beberapa pohon yang tumbuh ditengah-tengah padang rumput
tersebut. Pohon- pohon ini tumbuh tidak beraturan dan jumlahnya pun hanya
beberapa.
18
4.2 Komponen Ekosistem (Biotik dan Abiotik)
Semai adalah anakan pohon yang tingginya kurang dari 1,5 cm data dapat
dilihat pada table di bawah ini.
2). Pancang
19
Pancang adalah jenis tingkat pohon denagan ukuran dengan tinggi
mencapai 1,5 m.
3). Tiang
Tiang adalah jenis jenis tingkat pohon dengan diameter lebih dari 21 cm
keatas untuk datanya dapat dilihat pada tebel di bawah ini.
20
INP yang paling besar adalah Soneretia alba yaitu 163,7%. Kedua jenis tersebut
merupakan jenis yang mendominasi kawasan hutan tersebut.
a. Fauna
Fauna adalah Segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau
periode tertentu, jenis fauna yang ditemukan pada hutan mangrove dapat dilihat
pada tabel di bawah ini
21
2. Komponen Ekosistem Hutan Pantai
a. Flora
1. Semai
2. Pohon
22
Hasil analisis vegetasi tingkat semai pada hutan pantai ditemukan 2 jenis
spesies yaitu Lontar dan Johar, kedua jenis ini untuk INP yang paling besar adalah
Lontar yaitu 131,42%.
b. Fauna
Fauna adalah segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau
periode tertentu, jenis fauna yang ditemukan pada hutan pantai dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 8.Hasil pengamat satwa pada hutan pantai
PU Nama local Nama ilmiah jumlah aktivitas
I a. Kepiting Ocypode kuhlii 4 Mencari
b. Keong Gastropoda 12 makan
c. Burung Charadrius alexandrines 1
Terbang
II a. Kepiting Ocypode kuhlii 1 Mencari
b. Keong Gastropoda 5 makan
III a. Ulat Spodoptera 1 Mencari
b. Kadal Lacertilia 1 makan
c. Kepiting Ocypode kuhlii 2
IV a. Kadal Lacertilia 1 Berjemur
b. Keong Gastropoda 7
a. Flora
1. Semai
23
2 Lamtoro 2 2 1,25 66 0,5 100 166
2. Pancang
Berdasarkan hasil analisis yang diamati pada hutan savana terdapat 1 jenis
spesies yaitu Gamal dengan INP : 200% pada tingkat pancang.
3. Tiang
4. Pohon
24
Tabel 12. Analisis tingkat pohon hutan savana
Hasil analisis menunjukan bahwa pada hutan savana terdapat 4 jenis pohon
yaitu Asam, kudo, gamal, lamtoro dari keempat jenis tersebut INP yang paling
besar adalah Gamal yakni 280,2%.
b. Fauna
Fauna adalah segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau
priode tertentu, Jenis fauna yang ditemukan pada hutan savana dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
25
IV a. cacing tanah Lumbricina 1
b. cicak Gekkonidae 1
c. kadal Lacertilia 1 berjemur
Berdasarkan hasil praktikum yang kami amati pada hutan Savana, Jenis
fauna yang banyak ditemui adalah ulat bulu dan kambing.
a. Flora
1. Semai
Semai adalah jenis pohon tingkat semai dengan tingggi kurang dari 1,5cm
dan untuk data analisisnya ada ditabel dibawah ini.
Berdasarkan hasil analisis yang kami amati pada hutan dataran rendah kami
menemukan 2 jenis spesies yaitu Akasia dan Mangga dari kedua jenis ini untuk
INP yang paling besar adalah Akasia yaitu 116,66%
2. Pancang.
3.Tiang.
26
4. Pohon
Pohon adalah jenis tigkat pohon dengan diameter 21 cm keatas dan untuk
datanya ada ditabel dibawah ini.
b. Fauna
Fauna adalah Segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau
priode tertentu, Jenis fauna yang ditemukan pada hutan dataran rendah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini
27
I a. keong Pila ampullacea 4 Mencari Makan
b. kepiting Ocypode kuhlii 1
II a. siput Gastropoda 3
b. cacing lumbricina 6
III a. cicak Cosymbotus platyurus 1
b. kepiting Ocypode kuhlii 2 Berjemur
c. anjing Canis lupus familiaris 1 Mencari makan
d. babi Sus 1 Mencari makan
28
Hutan mangrove sebagai sebuah ekosistem terdiri dari komponen biotik
dan abiotik. Komponen biotik terdiri dari vegetasi mangrove yang meliputi 24
pepohonan, semak, dan fauna. Sedangkan komponen abiotik yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan hutan mangrove adalah pasang surut air laut,
lumpur berpasir, ombak laut, pantai yang landai, salinitas laut, dan lain sebagainya.
Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang
biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan
(feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya
ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, dan
lain-lain (Kustanti, 2011).
Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil,
melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai
perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan,
melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan
angin kencang, mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat, mengolah
limbah organik, dan sebagainya (Kusmana, 2008).
Ekosistem hutan savana memiliki komponen abiotik dan biotik yang saling
berinteraksi. Komponen biotiknya yakni vegetasi dari famili Palmae, dan genus
Acacia, serta menyimpan biodiversitas rumput yang dapat mendukung upaya
pengembalaan ternak, mengurangi evaporasi, dan memperbaiki kondisi fisik dan
kimia tanah. Dapat dilihat bahwasannya interaksi antara komponen abiotik dan
biotik pada ekosistem savana merupakan suatu interaksi yang kuat. Yang mana
dengan adanya rerumputan mendukung pula perbaikan kondisi fisik dan kimia
dari tanah. Juga terdapat jenis rumput (Kahirik) yang memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap kerapatan isi tanah dan porositas tanah.
29
keanekaragaman jenis oraganisme. Pantai terdiri dari 2 komponen utama yaitu
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotiknya adalah terdiri dari
tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) sementara komponen abiotiknya adalah
gelombang, arus, angin, pasir, batuan, dll.
30
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Tipe-tipe ekosistem yang ada di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang terbagi
menjadi empat bentuk ekosistem yakni : 1). Tipe ekosistem hutan mangrove yang
berada di pantai Oesapa Barat. Ekosistem Mangrove ini terbentang sepanjang
pesisir pantai sepanjang teluk Kupang; 2). tipe ekosistem hutan pantai yang
berada di pantai Lasiana; 3). tipe ekosistem hutan savana yang merupakan
kawasan hutan dominan di pulau Timor; 4). tipe hutan dataran rendah yang berada
di wilyah Lasiana.
2. Tipe-tipe ekosistem hutan yang berada di Kupang memiliki komponen abiotik
dan biotik yang beragam. Pada ekosistem mangrove terdapat vegetasi Rhizopora
yang merupakan dominan dan satwa seperti ikan, kepiting. Komponen abiotinya
seperti lumpur, dan batu-batuan karang. Pada ekosistem hutan pantai terdapat
pepohonan, pasir bebatuan cadas dan satwa kadal, kepiting, dan burung. Pada
ekosistem hutan savana terdapat beberapa jenis pohon yaitu lamtoro dan gamal,
lalu rerumputan dan bebatuan cadas. Pada ekosistem hutan dataran rendah
ditemukan beberapa jenis vegetasi yaitu kapuk, asam, kelapa, kudo dan akasia,
serta bebatuan, dan tanah.
3. Ekosistem hutan mangrove berperan sebagai penghalang intrusi air laut dan
pencegah abrasi. Kebeadaannya menjadi tempat yang ideal bagi tempat hidup
biota-biota air. Hutan pantai berperan dalam meredam hempasan gelombang,
melindungi ekosistem dara dari hempasan angin dan badai. Hutan savana
berinteraksi dengan satwa dengan menyediakan sumber makanan berupa
rerumputan dan mampu memperbaiki porositas dan infiltrasi tanah. Ekosistem
hutan dataran rendah berinteraksi dengan lingkungannnya dengan menyediakan
unsur hara bagi tanah lewah seresah yang jatuh dari pepohonannya.
31
5.2 Saran
32
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, J., Damanik S.J., Hisyam N., & Whitten A.J. (1992). Ekologi Ekosistem
Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian
Bogor. Bogor, Indonesia. Bengen, D.G. 2001.
Irma Dewiyanti dan Yunita, 2013. Identifikasi dan Kelimpahan Hama Penyebab
Ketidakberhasilan Rehabilitasi Ekosistem Mangrove. Jurnal
ILMU KELAUTAN September 2013 Vol. 18(3):150–156.
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang.
33
Soerianegara, I., & Indrawan A. (2016). Ekologi Hutan Indonesia. Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
34
LAMPIRAN
35
No Nama Nama Tingi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera
lokal ilmiah total bebas tajuk antar ngan
Cabang pohon
SEMAI
1 Bakau 29cm 2m
2 Bakau 28cm 2m
PANCANG
1 Bakau 110cm 10cm 3,18cm 2m
2 Bakau 151cm 15cm 4,7cm 2m
TIANG
1 Bakau 8m 3m 40cm 12,22cm 90cm 3
2 Bakau 11m 6m 49cm 15,60cm 95cm 3
3 Bakau 15m 5m 35cm 11,14cm 1m 3
POHON
1
2
36
TIANG
1 Bakau 10m 2m 35cm 11,14cm 3m
2 Bakau 11m 1,9m 32cm 10,19cm 3m
3 Bakau 7m 3m 39cm 12,42cm 3m
POHON
1
2
37
TALLY SHEET PENGAMATAN SATWA
38
TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI
Koordinat
Koordinat :
39
Nomor Petak 2 Jalur 1
No Nama lokal Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera
ilmiah total bebas tajuk antar ngan
cabang pohon
SEMAI
1 Lontar 20cm 9m
2 lontar 29cm 12m
3 johar 98cm 1m
PANCANG
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 lontar 21m 98cm 31,21cm 4m 2m
2 lontar 20m 102cm 32,48cm 5m 2m
3 lontar 21m 140cm 44,58cm 4m 2m
4 johar 15m 125cm 39,80cm 5m 2m
Koordinat :
40
SEMAI
1
2
PANCANG
1 johar 5m 2m 80m 25,47cm 4m 2m
2 johar 6m 2,4m 75m 25,88cm 3,2m 2m
3 johar 3m 1,5m 84m 26,75cm 3,9m 2m
TIANG
1
2
POHON
1
3
Koordinat :
41
TIANG
1
2
POHON
1 lontar 19m 105cm 33,43cm 6m 2m
2 lontar 20m 115cm 36,62cm 4m 2m
3 lontar 20m 104cm 33,12cm 4,2m 2m
TALLY SHEET PENGAMATAN SATWA
42
Kordinat :S 10*09*34.95” E 123*39*50.19”
43
1 Gamal
2 Lamtoro
PANCANG
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 Gamal 14m 2m 90cm 28,66cm 4m 2m
2 Gamal 12m 4m 87cm 27,70cm 2m 2,1m
3 Gamal 10 4m 89cm 28,34cm 4m 3,4m
4 Gamal 11m 3,4m 95cm 30,25cm 3,5m 4m
44
2
POHON
1 Gamal 8m 2m 72cm 22,92cm 4m 1,5m
2 Gamal 10m 2,9m 69cm 21,97cm 4,1m 3m
3 Gamal 8m 2,7m 74cm 23,56cm 3,8m 2m
4 Gamal 7m 3m 79cm 25,15cm 4m 3,2m
45
TALLY SHEET PENGAMATAN SATWA
Kordinat :
46
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 Kapuk 24m 20m 170cm 54,14cm 5m 7m
2 Kelapa 20m 120cm 38,21cm 7m 6m
3 Asam 16m 2m 135cm 42,99cm 4m 4m
4 Kelapa 20m 122cm 38,85cm 7m 3m
Kordinat :
47
1 Mangga 16m 4m 79cm 25,5cm 4m 2m
2 Mente 15m 2m 115cm 36,62cm 3,4m 5m
3 Kapuk 23m 7m 101cm 32,16cm 6m 9m
9
Kordinat :
48
Kordinat :
49
PETAK 1 JALUR 2
1 Cicak 1
2 Kepiting 2
3 Anjing 1
4 Babi 2
PETAK 2 JALUR 2
1 Semut
2 Cacing
50