Anda di halaman 1dari 63

LAPORAN

PRAKTEK PENGENALAN EKOSISTEM HUTAN

DI KOTA/ KABUPATEN KUPANG

(TANGGAL 22 - 27 Juli 2022)

OLEH

ROBERTUS TEKE

2123812076

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN HUTAN

JURUSAN KEHUTANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTEK PENGELOLAAN EKOSISTEM HUTAN (PPEH)

Diajukan oleh :

Nama Mahasiswa : Robertus Teke

NIM : 2123812076

Program studi : Pengelolaan Hutan

Jurusan : Kehutanan

Judul laporan : Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)

Laporan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) ini telah disetujui


oleh dosen pembimbing pada tanggal : .............................................................2022.

Mengetahui Mengesahkan,

Pembimbing PPEH Ketua Program Studi Pengelolaan Hutan

( Fransiskus X. Dako, S.Hut., M.Sc, IPU) (Yudhistira A.N.R. Ora.S.Hut. G. Dip For., M.For)
NIP :19751227 200212 1 002 NIP : 19780914 200312 2 003

i
RINGKASAN

“Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH)” dilaksanakan pada


tanggal 19 Juli 2022 - 22 Juli 2022. Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan ini
diselenggarakan oleh Program Studi Pengelolaan Hutan, Politeknik Pertanian
Negeri Kupang.

Tujuan dari praktek ini agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk


mengidentifikasi serta mengamati karakteristik berbagai tipe-tipe hutan serta
interaksi antara komponen biotik maupun abiotik yang ada di Indonesia,
khususnya di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.

Metodelogi praktek yang dilakukan adalah dengan praktek lapangan


meliputi pengamatan, pengambilan data (mengukur dan menghitung) dengan
metode analisis vegetasi garis berpetak dan transek jalur untuk satwa. Praktek
berlokasi di Kupang di antaranya Ekosistem mangrove, Ekosistem Savana,
Ekosistem dataran rendah, dan Ekosistem pantai.

Pada pengamatan yang dilakukan pada keempat ekosistem hutan di Kota


Kupang dan Kabupaten Kupang, di ekosistem Mangrove yang berada di
Kelurahan Oesapa barat ditemukan terdapat lima jenis spesies mangrove yakni:
Sonneratia alba, Avicennia alba, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, dan
Rhizophora mucronata yang penyebarannya terdapat hampir disetiap lokasi
dengan kondisi substrat yang berbeda. Genus Rhizopora merupakan Genus yang
mendominasi pada hutan tersebut. Pada pengamatan satwa ditemukan beberapa
jenis kepiting, ikan, keong dan kadal.

Pada ekosistem hutan savana yang diamati di desa Penfui timur didapati
bahwa dari total luasan analisis vegetasi yang dibuat terdapat dua jenis tanaman
yang ditemukan yakni gamal, lamtoro, asam, dan kudo. Hasil dari analisis tingkat
semai, pancang, tiang dan pohon menunjukan bahwa gamal merupakan tanaman
yang mendominasi kawasan tersebut. Untuk satwa yang diamati terdapat beberapa
jenis satwa yakni tikus, cicak, burung, cacing dan hewan ternak yakni kambing,.

ii
Untuk ekosistem hutan pantai terdapat dua jenis tumbuhan yang
mendominasi kawasan tersebut yaitu, lontar dan johar. Pada pengamatan satwa
ditemukan beberapa jenis kepiting dan keong di pesisir pantai, burung, serta ulat
dan kadal.

Pada ekosistem hutan dataran rendah terdapat beberapa jenis vegetasi


yang ditemukan mulai dari kapuk, kelapa, asam, mangga, mete, akasia, dan johar.
Dari beberapa jenis tumbuhan yang ditemukan tadi jenis kapuk dan asam
merupakan jenis yang mendominasi pada kawasan hutan tersebut. Untuk
pengamatan satwa yang ada di kawasan tersebut ditemukan delapan jenis satwa.

Keberadaan jenis flora dan fauna yang terdapat dalam empat ekosistem
hutan yang ada di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang tersebut merupakan
keanekaragaman hayati yang saling beriteraksi dengan lingkungannya.
Keanekaragaman ini pun menjadi penanda keasrian dan kelimpahan flora ddan
fauna yang berada pada kawasan-kawasan tersebut.

iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Moto :

Dum Adhuc Spirat, Vita Mea Semper Veritatem Quaerit

“ Selagi Masih Bernafas, Hidupku Senantiasa Mencari Kebenaran ”

Persembahan :

Karya tulis ini penulis persembahkan untuk orang-orang yang telah


bersama-sama dalam melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan dan yang
telah membantu dalam penyusunan dan penyajian data. Juga untuk keluarga yang
telah mendukumg dalam setiap doa dan motivasi. Juga untuk dosen pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk membibing penulis dalam menyusun
laporan ini.

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berkat
kasih karunia dan rahmat-Nya, penulis dimampukan untuk menyusun laporan
“Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH).” Laporan ini memuat tentang
pengenalan tipe-tipe ekosistem hutan. Pengenalan berbagai bentuk tipe hutan
yaitu hutan savana, hutan dataran rendah, hutan pantai, dan hutan mangrove yang
ada di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, didasarkan pada pengamatan secara
langsung di lapangan.

Dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak


yang berkontribusi dalam penyusunan dan penyelesaian laporan ini. Selain itu,
tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada para pakar yang telah
penulis kutip tulisannya dalam penyusunan karya tulis ini sebagai bahan rujukan.

Penulis sadar bahwasannya laporan yang telah disusun ini masih jauh dari
kata sempurna, baik dari segi tata bahasa, penulisan maupun materinya. Oleh
karenanya penulis berharap setiap masukan, kritik dan saran dari para pembaca
untuk melengkapi dan menyempurnakan laporan ini. Akhirnya dengan segala
hormat penulis berharap, semoga laporan ini dapat memberikan informasi,
pemahaman dan manfaat bagi setiap pembaca yang budiman mengenai tipe-tipe
ekosistem hutan di kota Kupang dan Kabupaten Kupang serta bermanfaat bagi
setiap pihak yang membutuhkan.

Kupang, 10 Oktober 2022

(Robertus Teke)
NIM : 2123812076

v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................i

RINGKASAN ..........................................................................................................ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................... iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

DAFTAR ISI .......................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................xi

BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan .......................................................................................................2

1.3 Manfaat .....................................................................................................3

BAB II

KONDISI UMUM LOKASI PPEH .......................................................................4

2.1 Letak dan Luas ......................................................................................... 4

2.2 Iklim dan Topografi ..................................................................................4

2.3 Struktur Geologi ....................................................................................... 4

2.4 Kondisi Hutan ...........................................................................................5

a. Ekosistem Mangrove (Oesapa Barat) ......................................................... 6

vi
b. Ekosistem Dataran Rendah (Batu Nona-Oesapa Kupang) ........................7

c. Ekosistem Savana (Bukit Cinta-Penfui Kupang) ....................................... 8

d. Ekosistem Pantai (Batu Nona-Oesapa Kupang) .........................................9

BAB III

METODE PRAKTEK ....................................................................................... 11

3.1 Waktu dan Tempat ............................................................................... 11

3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 12

3.4 Teknik Pengambilan Data .................................................................... 13

3.5 Analisis Data ........................................................................................ 15

3.6 Analisis Data Sosial ..............................................................................15

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 16

4.1. Tipe - Tipe Ekosistem Dan Komponen Penyusunnya .........................16

1. Ekosistem Hutan Mangrove ................................................................... 16

2. Ekosistem Hutan Pantai ..........................................................................17

3. Ekosistem Hutan Savana ........................................................................ 17

4. Ekosistem Hutan Dataran Rendah ..........................................................18

4.2 Komponen Ekosistem (Biotik dan Abiotik) .........................................19

1. Komponen Ekosistem Hutan Mangrove ................................................ 19

vii
2. Komponen Ekosistem Hutan Pantai .......................................................22

3. Komponen Ekosistem Hutan Savana ..................................................... 23

4. Komponen Ekosistem Hutan Dataran Rendah .......................................26

4.3 Interaksi Komponen Biotik dan Abiotik .............................................. 28

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 31

5.1 Kesimpulan ...........................................................................................31

5.2 Saran .....................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................33

LAMPIRAN ...................................................................................................... 35

Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................35

Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................36

Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................37

Tally Sheet Pengamatan Satwa .......................................................................... 38

Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................39

Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................39

Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................40

Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................41

Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................42

viii
Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................43

Tally Sheet Pengamatan Vegetasi ......................................................................45

Tally Sheet Pengamatan Satwa .......................................................................... 46

Tally Sheetpengamatan Satwa ........................................................................... 49

ix
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan PPEH............................................................................11

Tabel 2. Analisis Tingkat Semai Pada Hutan Mangrove.......................................17

Tabel 3. Analisis Tingkat Tiang Pada Hutan Mangrove........................................17

Tabel 4. Analisis Tingkat Pohon Pada Hutan Mangrove.......................................18

Tabel 5. Hasil Pengamatan Satwa Pada Hutan Mangrove.....................................18

Tabel 6. Analisis Tingkat Semai Pada Hutan Pantai.............................................19

Tabel 7. Analisis Tingkat Pohon Pada Hutan Pantai.............................................20

Tabel 8. Hasil Pengamatan Satwa Pada Hutan Pantai...........................................20

Tabel 9. Analisis Tingkat Semai Pada Hutan Savana............................................20

Tabel 10. Analisis Tingkat Pancang Pada Hutan Savana......................................21

Tabel 11. Analisis Tingkat Tiang Pada Hutan Savana...........................................21

Tabel 12. Analisis Tingkat Pohon Pada Hutan Savana..........................................22

Tabel 13. Hasil Pengamatan Satwa Pada Hutan Savana........................................22

Tabel 14. Analisis Tingkat Semai Pada Hutan Dataran Rendah............................23

Tabel 15. Analisis Tingkat Pohon Pada Hutan Dataran Rendah...........................24

Tabel 16. Hasil Pengamatan Satwa Pada Hutan Dataran Rendah.........................25

x
DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1. Lokasi Hutan Mangrove.........................................................................6

Gambar 2. Lokasi Hutan Dataran Rendah...............................................................7

Gambar 3. Lokasi Hutan Savana..............................................................................8

Gambar 4. Lokasi Hutan Pantai...............................................................................9

Gambar 5. Peta Lokasi Pengamatan.......................................................................10

Gambar 6. Bentuk Petak Ukur Pada Metode Jalur Berpetak Untuk Analisis
Vegetasi Pada Hutan Alam Selain Mangrove........................................................14

Gambar 7. Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi
Pada Hutan Mangrove............................................................................................14

xi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman


hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan
kutub (iklim kutub). Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia ini terlihat
dari berbagai macam ekosistem yang ada di Indonesia, seperti: ekosistem pantai,
ekosistem hutan bakau, ekosistem padang rumput, ekosistem hutan hujan tropis,
ekosistem air tawar, ekosistem air laut, ekosistem savanna, dan lain-lain. Masing-
masing ekosistem ini memiliki keaneragaman hayati tersendiri. Menurut Maknun
(2017), ekosistem merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang
membangunnya. Dalam suatu ekosisiem terdapat kesatuan proses yang saling
terkait dan mempengaruhi antara semua komponen. Pada suatu ekosistem terdapat
komponen yang hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik).
Hutan adalah sebuah ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon yang
cukup rapat dan luas. Seringkali terdiri dari tegakan-tegakan yang beraneka ragam
sifat seperti : komposisi jenis, struktur, kelas umur dan proses-proses yang saling
berhubungan pada umumnya mencakup: padang rumput, sungai, ikan, dan satwa
liar. Hutan mencakup pula bentuk khusus seperti: hutan industri, hutan milik non
industri, hutan tanaman, hutan publik, hutan lindung dan hutan kota. Dapat
dikatakan bahwa ekosistem hutan ini merupakan hubungan antara kumpulan
beberapa populasi (baik itu populasi binatang maupun tumbuh-tumbuhan) yang
hidup di permukaan tanah dan berada di pada suatu kawasan hutan.
Ekosistem hutan membentuk satu kesatuan ekosistem yang berada dalam
keseimbangan yang bersifat dinamis dan dalam interaksi baik langsung maupun
tidak langsung dengan lingkungannya antara satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan. Ekosistem hutan termasuk dalam kategori ekosistem daratan dan juga
masuk ke dalam kategori ekosistem alamiah. Karena hutan memiliki peranan yang
sangat penting untuk dapat mengatur dan menjaga keseimbangan alam.


Hutan menurut UU no. 41 tahun 1999 tentang kehutanan merupakan suatu
kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan dilihat sebagai satu kesatuan karena
hubungan timbal balik antara masyarakat hutan dengan lingkungannya yang tidak
dapat dipisahkan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat,
mengingat hutan itu dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-
masing komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan
saling bergantungan antara yang satu dengan yang lainnya.
Provinsi Nusa Tenggara Timur khususnya daerah Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang memiliki beberapa ekosistem hutan yang cukup beragam.
Ekosistem hutan pada daerah terbagi atas ekosistem hutan dataran rendah, pantai,
mangrove dan savana. Persebaran hutan savana adalah yang paling luas di antara
yang lain karena pengaruh iklim dan topografi wilayah pulau Timor yang berbukit
dan panas. Hutan pantai yang dimiliki daerah ini termasuk luas dikarenakan garis
pantai pulau Timor yang cukup panjang. Sedangkan untuk hutan Mangrove,
daerah ini memiliki kawasan hutan Mangrove yang terletak di Kelurahan Oesapa
barat Kota Kupang.
Keberadaan ekosistem yang cukup bergam tersebut digunakan sebagai
bahan dan objek pembelajaran bagi mahasiswa dalam Praktek Pengenalan
Ekosistem Hutan. Dengan menjadikannya sebagai bahan pengenalan untuk
memahami dan mengenal ekosistem hutan yang ada di Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang.

1.2 Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengenali tipe-tipe ekosistem hutan beserta


komponen- komponen penyusunannya dari hutan mangrove, hutan pantai, hutan
savana, dan hutan dataran rendah.
2. Mengidentifikasi dan mengukur parameter dari komponen ekosistem (biotik
dan abiotik) disetiap tipe hutan.


3. Mempelajari perilaku, interaksi, peranan, dan fungsi setiap tipe ekosistem hutan
bagi kehidupan.

1.3 Manfaat

1. Mahasiswa mampu Secara teoritis, melalui laporan prakek ini diharapkan dapat
memperluas wawasan dan menambah pengetahuan pembaca mengenai ekosistem
hutan di NTT khususnya di Kota/ Kabupaten Kupang.
2. Dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi pihak atau instansi tertentu dalam
melakukan evaluasi terhadap kelestarian hutan.


BAB II

KONDISI UMUM LOKASI PPEH

2.1 Letak dan Luas

Secara geografis Kota Kupang terletak pada 10º 36’ 14’’ - 10º 39’ 58’’
Lintang Selatan dan 123º 32’ 23’’ - 123º 37’ 01’’ Bujur Timur. Kota Kupang
dengan luas 180,27 km2 atau 18.027 ha terdiri atas 4 kecamatan dan 45 kelurahan
secara administratif berbatasan langsung dengan Kabupaten Kupang. Wilayah
Kota Kupang sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kupang, sebelah selatan
berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang, sebelah timur
berbatasan dengan Kecamatan Kupang Tengah dan Kupang barat Kabupaten
Kupang, dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kupang Barat
Kabupaten Kupang dan Selat Semau.

2.2 Iklim dan Topografi

Kota Kupang terletak pada daerah dataran dan perbukitan dengan


kemiringan antara 0 - 2 % pada bagian barat, sedangkan pada bagian selatan
merupakan wilayah berbukit dengan kemiringan > 15%. Daerah tertinggi terletak
di bagian selatan, yaitu 100 – 350 meter di atas permukaan laut (dpl), sedangkan
daerah terendah pada bagian utara kota, terletak pada 0 – 50 meter dpl. Udara
Kota Kupang cukup panas dengan rerata suhu bulanan 32,3 °C dan kelembaban
udara sekitar 75%. Suhu udara maksimum terjadi pada bulan Oktober (35,2 °C)
dan suhu udara minimum terjadi pada bulan Juli (20,1 °C). Rata-rata curah hujan
di Kota Kupang sangat rendah, yaitu 200 – 300 mm/bulan atau 1597 mm/ tahun.
Curah hujan tertinggi pada bulan Februari (851,4 m³ ) dan terendah adalah bulan
Oktober (3,0 m³ ) (BPS Kota Kupang, 2010).

2.3 Struktur Geologi

Struktur geologi Kota Kupang dan sekitarnya terutama terdiri atas formasi
batu gamping dan coral dalam satuan otokton, terutama karang berbentuk teras
sebagai akibat dari adanya proses pengangkatan. Umumnya pada formasi ini


terdapat rongga-rongga alam yang disebabkan karena melarutnya sebagian batu
gamping oleh air hujan. Jenis tanah yang terdapat dalam wilayah kota Kupang
secara umum terdiri atas dua jenis tanah yaitu Rhodustalf dan Pellustert dengan
reaksi agak asam sampai netral. Kedua jenis tanah ini berasal dari bahan induk
batuan gamping dan coral. Tingkat kestabilan tanah cukup tinggi sehingga erosi
yang terjadi masih dalam batas yang diperbolehkan. Selain itu terdapat juga
tempat-tempat dalam luasan yang terbatas terdapat jenis tanah alluvial sebagai
endapat dari daerah-daerah sekitar yang lebih tinggi.

2.4 Kondisi Hutan

Berdasarkan SK. 7875 / MenLHK-PHPL / KPHP / HPL. 0/12/2020, kota


Kupang memiliki kawasan hutan dengan luas total 17.171,46 Ha, yang man terdiri
dari : Area Penggunaan Lain (10.068,44 Ha), Hutan Lindung (1.506,79 Ha),
Hutan Produksi Konversi (5.225,00 Ha), dan Kawasan Suaka Alam Laut (371,23
Ha). Dengan luas total kawasan hutan tersebut menjadikan kota Kupang sebagai
daerah dengan kawasan hutan paling sedikit di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Pembagian wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Kota


Kupang dibagi menjadi 2 kategori yaitu; kategori Hutan Lindung (HL) seluas
1.439,59 Ha (96,06 %) dan kategori Hutan Produksi (HP) seluas 59,02 Ha
(3,94 %). Data luasan ini kemudian dikelompokkan kedalam blok dan petak.
Pembagian blok dilakukan dengan memperhatikan karakteristik biofisik lapangan,
kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar, potensi sumberdaya alam, dan
keberadaan hak-hak izin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.
Selain itu pembagian blok juga harus mempertimbangkan peta arahan
pemanfaatan sebagaimana diarahkan oleh Rencana Kehutanan Tingkat Nasional
(RKTN) / Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi (RKTP) dan fungsi kawasan
hutan di wilayah kelola KPHL Kota Kupang.


a. Ekosistem Mangrove (Oesapa Barat)

Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas rawa-rawa berair payau
yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Ekosistem mangrove di Kelurahan Oesapa Barat termasuk dalam kawasan Teluk
Kupang yang di dalam pengelolaannya telah ditetapkan sebagai Taman Laut
Nasional. Pantai di sepanjang Kelurahan Oesapa dicirikan oleh adanya berbagai
ekosistem pesisir tropis, yakni mangrove, terumbu karang, estuaria dan padang
lamun. Ekosistem mangrove sudah mengalami kerusakan baik kuantitas maupun
kualitasnya. Kerusakan tersebut umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia,
seperti pengambilan kayu mangrove untuk kayu bakar dan bahan bangunan,
konversi lahan untuk keperluan pembangunan dan pemukiman dan pembuangan
sampah. Akan tetapi beberapa wilayah dalam ekosistem mangrove masih
memiliki tanaman mangrove dari berbagai spesies sehingga masih dapat
dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi/pariwisata dan juga sebagai tempat bagi
ikan dan organisme laut lainnya untuk melakukan pemijahan, pemeliharaan dan
mencari makan.

Hutan mangrove di pantai Paradiso adalah salah satu area di NTT dengan
luas 17,58 Ha. Hutan mangrove di pantai Paradiso berada dekat dengan
pemukiman penduduk dan menjadi bagian dalam kebudayaan hidup masyarakat
setempat. Hal ini tentunya akan memberikan tekanan pada hutan mangrove di
daerah tersebut. Dalam pengamatan di lapangan ditemukan beberapa komunitas
flora dan fauna yang mendominasi kawasan hutan mangrove tersbut antara lain :
jenis soneratia dan rhizopora. Kelompok satwa yang ditemukan dalam kawasan
hutan mangrove ialah jenis satwa burung pipit, kepiting, belut, kerang, udang,
kupu-kupu.


Gambar 1. Lokasi Hutan Mangrove

b. Ekosistem Dataran Rendah (Batu Nona-Oesapa Kupang)

Hutan dataran rendah terletak di kelurahan Oesapa, Kecamatan Kelapa


Lima, Kota Kupang. Hutan dataran rendah memiliki struktur vegetasi yang sangat
komplek dan beragam hutan ini seringkali dirujuk sebagai hutan hujan. Pohon
terbesar memiliki diameter lebih dari satu meter dengan tinggi pohon pencuat
(emergent) mencapai 70 m, lapisan bawah hutan umumnya tidak tersinari
matahari dengan cukup, lantai hutan penuh dengan anakan pohon, dan benih
tanaman. Batang pohon banyak ditumbuhi epipit. Kanopi utama hutan ini
mencapai 30-45m dengan pohon pencuat mencapai 60 m. Hutan dataran rendah
berada di bawah elevasi 1000 mdpl kondisi hutan yang dataran rendah yang ada
pada gambar di bawah ini.


Gambar 2. Lokasi dataran rendah

c. Ekosistem Savana (Bukit Cinta-Penfui Kupang)

Savana adalah tipe ekosistem di dataran rendah, atau dataran tinggi, dimana
komunitasnya terdiri dari beberapa pohon yang tersebar tidak merata dan lapisan
bawahnya didominasi oleh suku rumput-rumputan. Formasi ini sangat umum
dijumpai di wilayah yang sangat kering di Nusa Tenggara. Savana memiliki peran
penting dalam kehidupan. Beberapa daerah savana merupakan landscape dominan
yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal subsisten, budaya,
serta sebagai habitat satwa termasuk mamalia besar seperti banteng, gajah, jerapah,
dan herbivora lainnya. Dengan demikian savana memiliki peran sebagai pool
biodiversity. Savana dinamai berdasarkan jenis pohon yang mendominasinya
(Monk et al., 2000, dalam Sutomo. 2016).
Ekosistem savana di pulau Timor merupakan tipe Savana Palms, yang
didominasi oleh lontar (Borrasus flabellifer) dan gewang (Corypha utan Lamarck),
merupakan tipe savana yang dominan (Monk, et al, dalam Kurniawan dan Yuniat.
2015). Hutan Savana di Desa Penfui timur terletak di perbatasan Kota Kupang dan
Kabupaten Kupang, tepatnya di wilayah kelurahan Penfui Timur, Kecamatan
Kupang Tengah, Kabupaten Kupang. Pengelolaan kawasan hutan dilakukan oleh
masyarakat sekitar hutan. Pada pengamatan di lapangan komposisi hutannya


adalah padang rumput yang dipenuhi oleh semak/perdu dan dikelilingi oleh
beberapa jenis pohon yang tumbuh menyebar, seperti gamal dan reo.
Gambar 3. lokasi hutan savana

d. Ekosistem Pantai (Batu Nona-Oesapa Kupang)

Ekosistem (hutan) pantai memiliki komunitas vegetasi formasi pescaprae


dan formasi baringtonia. Ekosistem pantai ini terletak di Oesapa, Kecamatan
Kelapa Lima, Kota Kupang. Ekosistem pantai adalah ekosistem yang letaknya di
pesisir pantai, kondisi tanah berpasir dan berbatu serta terletak di atas garis
pancang tertinggi, pada daerah ini memiliki genangan air laut, namun sering
terkena angin kencang hembusan garam. Hutan pantai juga disebut dengan
vegetasi litoral yang berkembang di wilayah pasang surut pesisir perairan asin
dangkal dengan substrak air atau karang. Kondisi hutan pantai umumnya susbstrat
pasir serta ditemukan beberapa jenis tumbuhan seperti, lontar dan gamal. Jenis
yang banyak ditemukan adalah lontar.


Gambar 4. lokasi hutan pantai

10
BAB III

METODE PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat

Praktek pengenalan ekosistem hutan dilaksanakan pada 22 - 27 Juli 2022.


Pratikum ini berlokasi di kota Kupang dan Kabupaten Kupang. Pengamatan
dilakukan pada 4 ekosistem hutan yakni Hutan Mangrove, Hutan Dataran Rendah,
Pantai dan Savana.

Tabel 1 Jadwal kegiatan PPEH

No Tanggal Kegiatan Lokasi

1. 22 Juli 2022 Praktek di Hutan Bukit Cinta, Kelurahan Penfui


sabana Timur, Kecamatan Kupang
Tengah, Kabupaten kupang

2. 23 juli 2022 Praktek di Hutan Oesapa, Kelurahan Lasiana


Pantai

3. 26 Juli 2022 Praktek di Hutan Oesapa, Kelurahan Lasiana


Dataran Rendah

4. 27 Juli 2022 Praktek di Hutan Oesapa Barat, Kota Kupang


Manggrove

11
Gambar 5. Peta lokasi pengamatan

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain: GPS, pita meter, patok kayu, tali nilon, tali
rafia dan rol meter.

3.3 Jenis Data


1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan secara
langsung di lapangan. Data tersebut meliputi jenis-jenis vegetasi penyusun hutan
mangrove serta hasil analisis vegetasi yang menunjukan nilai INP yang di peroleh.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan untuk menunjang
pelaksanaan penelitian. Data tersebut didapatkan dengan cara studi pustaka atau
pencarian literatur melalui buku, jurnal, artikel ilmiah maupun internet dan data
bio fisik lingkungan.

12
3.4 Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode systematic


sampling yang didistribusikan secara sistematis di seluruh kawasan hutan yang
berada pada empat lokasi.

a) Data Abiotik
Pengumpulan data abiotik yaitu menggunkan plot ada rinciannya sebagai
berikut. Plot dibuat pada setiap tipe hutan dan ekosistem savana, hutan dataran
rendah, ekosistem pantai. Di buat plot sampel pada jalur pengamatan vegetasi
(satu plot sampel pada petak vegetasi ukuran 20×20 m).
b) Data Biotik
Pengumpulkan data biotik berupa :

Flora :

1) Metode pengumpulan data dengan metode jalur berpetak dengan petak ukur
berbentuk persegi (hutan alam) dan petek ukur berbentuk lingkaran (hutan
tanaman).

2) Petak ukur untuk hutan alam selain mangrove berbentuk persegi dengan
ukuran sebagai berikut :

Petak ukur yang di buat sebanyak 4 petak ukur yang di tempatkan


pada dua jalur pengamatan (masing-masing jalur sebanyak 2 petak ukur). Jarak
dari titik ikat ke petak ukur pertama adalah 20 meter, jarak antar jalur adalah
50 meter dan jarak antar petak ukur adalah 50 meter.

13
Gambar 6. Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi
di hutan alam selain mangrove

a). 2m x 2m untuk semai


b). 5m x 5m untuk pancang
c). 10 x 10 m untuk tiang
d). 20m x 20 m untuk pohon
3) Petak contoh hutan mangrove berukuran minimal 10 m x 10 petak ukur
(panjang jalur sesuai kebutuhan pengamatan). a. 2 m x 2 m untuk semai b. 5 m x 5
m untuk pancang c. 10 m x 10 m untuk tiang dan pohon.

Gambar 7. Bentuk petak ukur pada metode jalur berpetak untuk analisis vegetasi
di hutan mangrove.
Parameter yang di amati dan di ukur adalah jenis vegetasi dan jumlah
vegetasi.
Fauna digunakan metode jalur (transek) dan pengamatan secara langsung dalam
plot contoh dan sekitar plot contoh pengamatan serta melakukan pengamatan
sepanjang perjalanan menuju lokasi pengamatan vegetasi. Variabel yang diamati
dan diukur adalah nama jenis,jumlah jenis dan aktivitas.

14
3.5 Analisis Data

Jumlah Individu
Kerapatan (K) =
Luas Petak

Kerapatan semua jenis


Kerapatan Relatif (KR) = x 100%
Kerapatan seluruh jenis

Jumlah petak terisi suatu jenis


Kekerapan (F) =
Jumlah Seluruh petak

Frekuensi suatu jenis


Kekerapan Relatif (FR) = x 100%
Frekuensi seluruh jenis

Luas bidang dasar dalam petak


Dominansi (D) =
luas petak

Dominansi suatu jenis


Dominansi Relatif (DR) = x 100%
Dominansi seluruh jenis

Indeks Nilai Penting (INP) = Kerapatan Relatif + FrekuensI Relatif +Dominansi


Relatif

3.6 Analisis Data Sosial

Jumlah penduduk kota Kupang per 2021 maenurut data Bada Pusat Statistik
provinsi Nusa Tenggara Timur, berjumlah 456 626 jiwa. Dengan jumlah laki-laki
sebanyak 228 043 jiwa dan perempuan sebanyak 224 583 jiwa. Kepadatan
penduduk di kota Kupang mencapai 2.231 jiwa / km² dengan kecamatan terpadat
yaitu kecamatan Kota Lama dengan kepadatan mencapai 10.632 jiwa / km² dan
kecamatan dengan kepadatan terendah adalah kecamatan Alak yaitu 714 jiwa /
km². Laju pertumbuhan penduduk tahun 2010 - 2020 adalah sebesar 2,79 %. Kota
Kupang memiliki pendapatan per kapita mencapai 56,5 juta dan pertumbuhan
ekonomi sebesar 6,29 %.

15
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Tipe - Tipe Ekosistem Dan Komponen Penyusunnya

1. Ekosistem Hutan Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu
atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut
tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang
terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut
dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8%
(Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000). Menurut Nybakken (1992),
hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan
suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies
pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak
yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga :
Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera,
Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).
Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya
kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada
wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies
pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan asin/payau
(Santoso, 2000). Dalam suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus
terdapat semua jenis spesies mangrove. Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut,
sedimentasi, mineralogi, efek neotektonik. IUCN (1993), menyebutkan bahwa
komposisi spesies dan karakteristik hutan mangrove tergantung pada faktor-faktor
cuaca, bentuk lahan pesisir, jarak antar pasang surut air laut, ketersediaan air
tawar, dan tipe tanah.

16
2. Ekosistem Hutan Pantai

Pantai adalah daerah pertemuan antara daerah darat dan daerah laut. Pantai
merupakan suatu wilayah peralihan yang mempertemukan antara wilayah darat
dengan wilayah laut. Wilayah pesisir yang menuju ke daratan, memiliki kondisi
lingkungan kering dan juga terdapat kondisi yang terendam air. Kondisi tersebut
dengan kata lain, pada wilayah pantai dipengaruhi sifat-sifat seperti pasang surut
air laut, angin kencang dan kondisi tanah berpasir. Menurut Tuwo (2011), sebagai
wilayah peralihan, ekosistem pantai memiliki struktur komunitas yang khas
dibandingkan dengan ekosistem lainnya. Berbagai macam pola interaksi secara
fungsional terjadi di wilayah pantai, sehingga membentuk suatu sistem ekologi
yang sangat unik.
Tumbuhan yang banyak ditemukan di pantai kebanyakan tumbuhan jenis
legum adalah Canavalia 14 maritima dan Vigna marina, jenis rumput-rumputan
adalah Cyperus maritima, dan jenis semak Spinefex littreus, Andropogon
zizanioides dan Thuarea involuta. Marga vegetasi yang dominan ditemuka pada
pantai berpasir ini adalah Ipomoea (Convolvulaceae) dan Canavalia (Fabaceae).
Berbagai pantai di Indonesia juga ditemukan tegakan cemara laut (Casuarina
equisetifolia).

3. Ekosistem Hutan Savana

Padang rumput didefinisikan sebagai areal atau daerah di mana vegetasi


penutup yang ada didominasi oleh rerumputan. Savana didefinisikan sebagai
padang rumput dengan pohon‐pohon yang tersebar. Savana ini karena umumnya
berada dan tersebar di daerah tropis, lazim juga disebut dengan savana
tropis. Walker & Gillison (l982, dalam Suhadi. 2012) mendefinisikan savana
sebagai tipe vegetasi dari padang rumput dengan pohon‐pohon yang terpencar
jarang sampai rapat dan berklimaks api. Kehadiran savana tropis disebabkan oleh
adanya kebakaran tumbuhan berkayu, tetapi tidak menimbulkan kerusakan yang
berarti bagi rumput pada permukaan tanah. Horton (1992. dalam Suwarni. 2015),

17
juga mendefinisikan padang rumput sebagai daerah–daerah terbuka bertumbuhan
rumput–rumputan dan semak, daerah ini terjadi karena adanya kebakaran hutan
secara alami.
Flora atau tumbuhan yang hidup di hutan sabana ini antara lain adalah
rumput, beberapa pohon seperti akasia dan juga pohon palem. Sebagian besar
yang menutupi tanah (baca: jenis tanah) yang ada hutan sabana ini adalah rumput.
Hal ini karena curah hujan yang sedikit yang menimpa wilayah hutan ini
menjadikan rumput satu- satunya tanaman yang dapat tumbuh subur. Meski
demikian masih ada beberapa pohon yang tumbuh ditengah-tengah padang rumput
tersebut. Pohon- pohon ini tumbuh tidak beraturan dan jumlahnya pun hanya
beberapa.

4. Ekosistem Hutan Dataran Rendah

Hutan dataran rendah terletak pada ketinggian 0 - 1000 meter dari


permukaan laut dan merupakan bagian terbesar hutan yang mencakup kawasan
yang paling luas di Indonesia. Hutan dataran rendah ditandai dengan adanya
tumbuhan pemanjat pohon yang banyak dan lebat, pohon-pohon berbanir besar
dan banyak pohon-pohon dengan batang yang tinggi bulat mempunyai kulit yang
halus (Anwar et al., 1992). Di hutan dataran rendah banyak terdapat spesies pohon
anggota famili Dipterocarpaceae, selain itu terdapat famili Lauraceae, Myrtaceae,
Miristicaceae, dan Ebenaceae (Soerianegara & Indrawan, 2016).
Menurut Soerianegara dan Indrawan (2016), hutan dataran rendah dapat
dikelompokkan kedalam dua kategori, yakni hutan dataran rendah
Dipterocarpaceae yang didominasi oleh genus Shorea, Dipterocarpus,
Dryobalonops, Cotylelobium dan Hopea. Sedangkan hutan dataran rendah Non-
Dipterocarpaceae yang didominasi oleh genus Anisoptera, Hopea, Shorea, dan
Vatica. Sementara hutan dataran rendah Non-Dipterocarpaceae di temukan di
belahan Indonesia bagian timur Sulawesi, Maluku, BaliLombok, dan Papua-
Nugini (Purwaningsih, 2004).

18
4.2 Komponen Ekosistem (Biotik dan Abiotik)

1. Komponen Ekosistem Hutan Mangrove

Berdasarkan hasil pengamatan, hutan mangrove di pantai Paradiso


memiliki 2 jenis yang keduanya merupakan jenis mangrove mayor. Menurut
Tomlinson (1986. dalam Seran, 2019), mangrove mayor merupakan tumbuhan
yang sepenuhnya hidup pada ekosistem mangrove di pasang surut dan tidak
tumbuh di ekosistem lain, serta beradaptasi secara morfologi dan fisiologi untuk
hidup dalam lingkungan mangrove. Adapun mangrove minor merupakan
tumbuhan yang hidup di tepian ekosistem mangrove dan tidak mampu
membentuk komponen utama vegetasi yang mencolok. Jenis-jenis mangrove ini
diantaranya yaitu Avicenia marina dari famili Acanthaceae dan Rhizopora sp. dari
famili Rhizophoraceae.
a. Flora
1) Semai

Semai adalah anakan pohon yang tingginya kurang dari 1,5 cm data dapat
dilihat pada table di bawah ini.

No Nama Jumlah Jumlah K KR F FR INP


Jenis individ (%) (%) (%)
u

1 Rhizopora apikulata 9 4 5.6 75 1 100 175


2
2 Soneretia alba 3 2 1.8 25 0,5 50 75
7
1 Rhizopora apikulata 4 3 400 57,1 0,75 75 132,14
4
2 Soneretia alba 3 2 300 42,8 0,5 50 92,85
5
Tabel 2. Analisis tingkat semai pada hutan mangrove.
Pada analisis tingkat semai di hutan mangrove terdapat 2 jenis spesies yaitu
Rhizopora apikulata dan Soneritia alba dari kedua jenis tersebut memiliki INP
yang paling besar adalah Rhizopora apikulata INP-nya adalah 175% dan INP 75%.

2). Pancang

19
Pancang adalah jenis tingkat pohon denagan ukuran dengan tinggi
mencapai 1,5 m.

3). Tiang

Tiang adalah jenis jenis tingkat pohon dengan diameter lebih dari 21 cm
keatas untuk datanya dapat dilihat pada tebel di bawah ini.

No Nama Jumlah Jumlah K KR F FR D DR INP


Jenis Individ Petak (%) (%) (%) (%)
u ditemuka
n
1 Rhizopor 4 3 100 30,7 0,75 75 5,86 43,8 149,5
a 6 1 7
apikulata
2 Soneretia
alba 13 4 325 100 1 100 7,52 56,1 163,7
8
Tabel 3. Analisis tingkat tiang hutan mangrove
4). Pohon

No Nama Jumlah Jumlah K KR F FR INP


(%) (%) (%)
Jenis individ Petak
u ditemuka
1 Rhizo 4 n3 400 57,14 0,75 75 132,14
Pora
apikulata
2 Soneretia 3 2 300 42,85 0,5 50 92,85
alba

Tabel 4. Analisis tingkat pohon hutan mangrove

Hasil analisis menunjukan bahwa pada hutan mangrove terdapat 2 jenis


spesies yaitu Rhizopora apikulata dan Soneritia alba dari kedua jenis ini untuk

20
INP yang paling besar adalah Soneretia alba yaitu 163,7%. Kedua jenis tersebut
merupakan jenis yang mendominasi kawasan hutan tersebut.
a. Fauna
Fauna adalah Segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau
periode tertentu, jenis fauna yang ditemukan pada hutan mangrove dapat dilihat
pada tabel di bawah ini

PU Nama local Nama ilmiah jumlah aktivitas


I a. Kepiting Ocypode kuhlii 4 Mencari makan
b. Keong Pila Ampullacea 6
c. Ikan Euthynnus affinis 7
II a. Kepiting Ocypode kuhlii 7 Mencari makan
b. Ikan Euthynnus affinis 8
c. Keong Pila Ampullaceae 10
d. Kadal Lacertilia 2 Berjemur
III a. Siput Gastropoda 12
b. Ikan Euthynnus affinis 4 Bermain
c. Kepiting Ocypode kuhlii 9
d. Ulat bulu Malacosoma 1
americanum
e. Semut Formicidae 8
IV a. Kepiting Ocypode kuhlii 10 Mencari makan
b. Ulat bulu Malacosoma 4
americanum
c. Semut Formicidae 12 Mencari makan
d. Siput Gastropoda 15

Tabel 5. Hasil pengamatan satwa hutan Mangrove

21
2. Komponen Ekosistem Hutan Pantai

a. Flora
1. Semai

No Nama Nama Jumlah Jumlah K KR F FR INP


. Jenis Ilmiah Individu Petak (%) (%) (%)

1 Lontar Borrasus 6 2 3,75 85,71 0,5 66,6 152,31


flabilifer

2 Johar Cassia 1 1 625 14,28 O,25 33,3 47,58


siamea

Tabel 6. Analisis tingkat semai hutan pantai


Berdasarkan hasil analisis ditemukan pada hutan pantai kami menemukan 2
jenis spesies yaitu Lontar dan Johar dari kedua jenis ini untuk INP yang paling
besar adalah Lontar yaitu 152,31%.

2. Pohon

Tabel 7. Analisis tingkat semai hutan pantai


No Nama Jumlah Jumlah K KR F FR D DR INP
Jenis Individu Petak (%) (%) (%) (%)
ditemukan

1. Lontar 10 3 62,5 71,42 0,75 60 7,6 62,68 131,42

2 Johar 4 2 25 28,57 0,5 40 4,52 37,31 68,57

22
Hasil analisis vegetasi tingkat semai pada hutan pantai ditemukan 2 jenis
spesies yaitu Lontar dan Johar, kedua jenis ini untuk INP yang paling besar adalah
Lontar yaitu 131,42%.
b. Fauna
Fauna adalah segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau
periode tertentu, jenis fauna yang ditemukan pada hutan pantai dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 8.Hasil pengamat satwa pada hutan pantai
PU Nama local Nama ilmiah jumlah aktivitas
I a. Kepiting Ocypode kuhlii 4 Mencari
b. Keong Gastropoda 12 makan
c. Burung Charadrius alexandrines 1
Terbang
II a. Kepiting Ocypode kuhlii 1 Mencari
b. Keong Gastropoda 5 makan
III a. Ulat Spodoptera 1 Mencari
b. Kadal Lacertilia 1 makan
c. Kepiting Ocypode kuhlii 2
IV a. Kadal Lacertilia 1 Berjemur
b. Keong Gastropoda 7

3. Komponen Ekosistem Hutan Savana

a. Flora

1. Semai

Tabel 9. Analisis tingkat semai hutan savana


No Nama Jumlah Jumlah K KR F FR INP
. Jenis Individu Petak (%) (%) (%)
1 Gamal 1 1 625 33 0,25 50 83

23
2 Lamtoro 2 2 1,25 66 0,5 100 166

Berdasarkan hasil analisis yang didapat pada hutan savana kami


menemukan 2 jenis spesies yaitu Gamal dan Lamtoro dari kedua jenis ini untuk
INP yang paling besar adalah Lamtoro yaitu 166%.

2. Pancang

Tabel 10. Analisis tingkat pancang hutan savana


No Nama Jumlah Jumlah K KR F FR INP
. Jenis Individu Petak (%) (%) (%)
1 Gamal 1 1 250 100 0,25 100 200

Berdasarkan hasil analisis yang diamati pada hutan savana terdapat 1 jenis
spesies yaitu Gamal dengan INP : 200% pada tingkat pancang.

3. Tiang

Tabel 11. Analisis tingkat tiang hutan savana

N Nama Nama Jumlah Jumlah K KR F FR D DR INP


o Jenis Ilmiah Individu Petak (%) (%) (%) (%)
ditemukan
1. Gamal Gliricidia 1 1 25 50 0,25 50 0,029 26,51 126,52
sepium
2 Lamtoro Leucaena 1 1 25 50 0,25 50 0,079 73,48 173,48
leucocepha
la

Gamal dan Lamtoro merupakan jeni-jenis yang ditemui pada kawasan


hutan savana tersebut. Keberadaan kedua jenis itu memiliki indeks nilai penting
adalah 300 %.

4. Pohon

24
Tabel 12. Analisis tingkat pohon hutan savana

No Nama Nama Jumlah Jumlah K KR F FR D DR INP


. Jenis Ilmiah Individu Petak (%) (%) (%) (%)
ditemukan

1. Asam Tamarindus 1 1 6,5 8,3 0,25 25 0,30 6,54 39,34


indica
2 Kudo 1 1 6,25 8,3 0,25 25 1,04 0,98 34,28

3 Gamal Gliricidia 8 4 50 66 1 100 5,28 114,25 280,2


sepium
4 Lamtor Leucaena 2 2 12,5 16,6 0,5 50 0,73 15,75 82,41
o leucocephala

Hasil analisis menunjukan bahwa pada hutan savana terdapat 4 jenis pohon
yaitu Asam, kudo, gamal, lamtoro dari keempat jenis tersebut INP yang paling
besar adalah Gamal yakni 280,2%.

b. Fauna

Fauna adalah segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau
priode tertentu, Jenis fauna yang ditemukan pada hutan savana dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :

Tabel 13. Hasil pengamatan satwa pada hutan savana

PU Nama local Nama ilmiah jumlah aktivitas


I a. Tikus Muridae 1 Mencari makan
b. cicak Gekkonidae 1
c. Burung Buteonina 1
II a. ulat bulu Malacosoma americanum 4
b. cacing Lumbricina 1
III a. kambing Capra aegagrus hircus 4
b. burung Buteonina 2 Terbang

25
IV a. cacing tanah Lumbricina 1
b. cicak Gekkonidae 1
c. kadal Lacertilia 1 berjemur
Berdasarkan hasil praktikum yang kami amati pada hutan Savana, Jenis
fauna yang banyak ditemui adalah ulat bulu dan kambing.

4. Komponen Ekosistem Hutan Dataran Rendah

a. Flora

1. Semai

Semai adalah jenis pohon tingkat semai dengan tingggi kurang dari 1,5cm
dan untuk data analisisnya ada ditabel dibawah ini.

No. Nama Jumlah Jumlah


Jenis Individu Petak K KR F FR INP
(%) (%) (%)
1 Akasia 2 1 125 66,6 0,25 50 116,66
2 Mangga 1 1 625 33,33 0,25 50 83,33
Tabel 14. analisis tingkat semai pada hutan dataran rendah

Berdasarkan hasil analisis yang kami amati pada hutan dataran rendah kami
menemukan 2 jenis spesies yaitu Akasia dan Mangga dari kedua jenis ini untuk
INP yang paling besar adalah Akasia yaitu 116,66%

2. Pancang.

Pancang adalah jenis pohon tingkat pancang dengan diameter 1,5cm


sampai kurang dari 9 cm

3.Tiang.

Tiang adalah jenis tingkat pohon dengan diameter 10 cm sampai 20 cm.

26
4. Pohon

Pohon adalah jenis tigkat pohon dengan diameter 21 cm keatas dan untuk
datanya ada ditabel dibawah ini.

No. Nama Nama Jumlah Jumlah K KR F FR D DR INP


Jenis Ilmiah Individu petak (%) (%) (%) (%)

1. Kapuk Ceiba 3 3 18,75 23,07 0,75 25 3,17 37,86 85,93


pethandra
2 Kelapa Cocos 1 2 12,5 15,8 0,25 8,33 1,45 17,32 41,45
nucivera
3 Asam Tamarindu 3 3 18,75 23,07 0,75 25 1,87 22,40 70,47
s
indica
4 Mangg Mangivera 2 2 12,5 15,38 0,5 50 0,54 6,422 71,80
a indicus

5 Mente 1 1 12,5 7,69 0,25 8,33 0,66 7,841 23,86

6 Akasia Acacia 1 1 6,25 7,69 0,25 8,33 0,27 3,286 19,31


mangium

7 Johar Cassia 1 1 6,25 7,69 0,25 8,33 0,41 4,85 20,87


siamea

Tabel 15. Analisis tingkat pohon pada hutan dataran rendah


Berdasarkan hasil analisis yang kami amati pada hutan dataran rendah kami
menemukan 7 jenis spesies dari ketujuh jenis ini untuk INP yang paling besar
adalah Kapuk yaitu 85,93%.

b. Fauna

Fauna adalah Segala macam jenis hewan yang hidup di bagian tertentu atau
priode tertentu, Jenis fauna yang ditemukan pada hutan dataran rendah dapat
dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 16. Hasil pengamatan satwa pada hutan dataran rendah

PU Nama lokal Nama ilmiah jumlah aktivitas

27
I a. keong Pila ampullacea 4 Mencari Makan
b. kepiting Ocypode kuhlii 1

II a. siput Gastropoda 3
b. cacing lumbricina 6
III a. cicak Cosymbotus platyurus 1
b. kepiting Ocypode kuhlii 2 Berjemur
c. anjing Canis lupus familiaris 1 Mencari makan
d. babi Sus 1 Mencari makan

IV a. semut Formicidae TT Mencari makan


b.cacing lumbricina 1

Ket : TT: tak terhingga

4.3 Interaksi Komponen Biotik dan Abiotik

Ekosistem adalah suatu konsep dalam biologi yang terbentuk oleh


hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, yaitu terdiri
dari komponen-komponen hidup dan tak hidup yang bekerja secara teratur sebagai
suatu kesatuan. Adapun masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan
bekerja sama dengan baik, keteraturan ekosistem itu pun terjaga, Tipe-tipe
ekosistem secara umum ada tiga tipe ekosistem yaitu ekosistem air (akuatik),
ekosistem darat (terestrial), dan buatan Soemarwanto (2008, dalam Irwan 2010).

Setiap ekosistem suatu hutan memiliki karakteristik-karakteristiknya


masing-masing. Dari karakteristik-karakteristik tersebut terdapat berbagai
komponen penyusunnya yang mana dalam mendukung suatu ekosistem
komponen-komponen saling berinteraksi ssatu sama lain dan akhirnya
mengalirkan energi di dalam ekosistem. Keberadaan komponen penyusun
ekosistem yakni abiotik dan biotik menjadi pembeda antara satu ekosistem dengan
ekosistem lainnya.

28
Hutan mangrove sebagai sebuah ekosistem terdiri dari komponen biotik
dan abiotik. Komponen biotik terdiri dari vegetasi mangrove yang meliputi 24
pepohonan, semak, dan fauna. Sedangkan komponen abiotik yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan hutan mangrove adalah pasang surut air laut,
lumpur berpasir, ombak laut, pantai yang landai, salinitas laut, dan lain sebagainya.
Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang
biak (nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan
(feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya
ikan dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, dan
lain-lain (Kustanti, 2011).

Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil,
melindungi pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai
perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan,
melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan
angin kencang, mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat, mengolah
limbah organik, dan sebagainya (Kusmana, 2008).

Ekosistem hutan savana memiliki komponen abiotik dan biotik yang saling
berinteraksi. Komponen biotiknya yakni vegetasi dari famili Palmae, dan genus
Acacia, serta menyimpan biodiversitas rumput yang dapat mendukung upaya
pengembalaan ternak, mengurangi evaporasi, dan memperbaiki kondisi fisik dan
kimia tanah. Dapat dilihat bahwasannya interaksi antara komponen abiotik dan
biotik pada ekosistem savana merupakan suatu interaksi yang kuat. Yang mana
dengan adanya rerumputan mendukung pula perbaikan kondisi fisik dan kimia
dari tanah. Juga terdapat jenis rumput (Kahirik) yang memberikan pengaruh yang
lebih baik terhadap kerapatan isi tanah dan porositas tanah.

Menurut Handayani (2006), adanya faktor kimia dan fisika menjadikan


pantai sebagai perairan yang kaya keanekaragaman jenis. Berdasarkan hal pantai
merupakan perbatasan antara perairan dan laut yang memiliki zona tertentu,
lingkungan pantai dipengaruhi kondisi lingkungan yang mempengaruhi

29
keanekaragaman jenis oraganisme. Pantai terdiri dari 2 komponen utama yaitu
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotiknya adalah terdiri dari
tumbuhan (flora) dan hewan (fauna) sementara komponen abiotiknya adalah
gelombang, arus, angin, pasir, batuan, dll.

Interaksi dari kedua komponen pada hutan pantai adalah pepohonan


atauvegetasi menjadi tempat lindung bagi hewan pesisir dari terjangan angin
kencang dan ombak pasang. Formasi bebatuan pada bibir pantai pun menjadi
tempat berlindung dari fauna-fauna kecil di pesisir.

30
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Tipe-tipe ekosistem yang ada di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang terbagi
menjadi empat bentuk ekosistem yakni : 1). Tipe ekosistem hutan mangrove yang
berada di pantai Oesapa Barat. Ekosistem Mangrove ini terbentang sepanjang
pesisir pantai sepanjang teluk Kupang; 2). tipe ekosistem hutan pantai yang
berada di pantai Lasiana; 3). tipe ekosistem hutan savana yang merupakan
kawasan hutan dominan di pulau Timor; 4). tipe hutan dataran rendah yang berada
di wilyah Lasiana.
2. Tipe-tipe ekosistem hutan yang berada di Kupang memiliki komponen abiotik
dan biotik yang beragam. Pada ekosistem mangrove terdapat vegetasi Rhizopora
yang merupakan dominan dan satwa seperti ikan, kepiting. Komponen abiotinya
seperti lumpur, dan batu-batuan karang. Pada ekosistem hutan pantai terdapat
pepohonan, pasir bebatuan cadas dan satwa kadal, kepiting, dan burung. Pada
ekosistem hutan savana terdapat beberapa jenis pohon yaitu lamtoro dan gamal,
lalu rerumputan dan bebatuan cadas. Pada ekosistem hutan dataran rendah
ditemukan beberapa jenis vegetasi yaitu kapuk, asam, kelapa, kudo dan akasia,
serta bebatuan, dan tanah.
3. Ekosistem hutan mangrove berperan sebagai penghalang intrusi air laut dan
pencegah abrasi. Kebeadaannya menjadi tempat yang ideal bagi tempat hidup
biota-biota air. Hutan pantai berperan dalam meredam hempasan gelombang,
melindungi ekosistem dara dari hempasan angin dan badai. Hutan savana
berinteraksi dengan satwa dengan menyediakan sumber makanan berupa
rerumputan dan mampu memperbaiki porositas dan infiltrasi tanah. Ekosistem
hutan dataran rendah berinteraksi dengan lingkungannnya dengan menyediakan
unsur hara bagi tanah lewah seresah yang jatuh dari pepohonannya.

31
5.2 Saran

1. Perlunya referensi lebih baik dalam memahami keanekaragaman ekosistem


hutan di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang.

2. Berbagai tipe hutan yang ditemui di wilayah Kota/Kabupaten Kupang,


memiliki ciri khas sesuai dengan kondisi geografis wilayah Ntt. Setiap tipe hutan
yang diamati cenderung kurang mendapat perhatian dari masyarakat umunya dan
pemerintah khususnya. Perlu adanya langkah perlindungan kawasan yang sinergi
antara pemerintah dan masyarakat sekitar kawasan hutan agar kondisi hutan dapat
dijga, diawasi dan dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

32
DAFTAR PUSTAKA

.............................. 1999.UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN.

Anwar, J., Damanik S.J., Hisyam N., & Whitten A.J. (1992). Ekologi Ekosistem
Sumatera. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Bengen, D.G. 2000. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir. Pusat
Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian
Bogor. Bogor, Indonesia. Bengen, D.G. 2001.

Dombois, M. D. dan Ellenbergh, H. 2013. Ekologi Vegetasi (terj. Kartawinata dan


Abdulhadi. 2016). Jakarta : LIPI Press.

Irma Dewiyanti dan Yunita, 2013. Identifikasi dan Kelimpahan Hama Penyebab
Ketidakberhasilan Rehabilitasi Ekosistem Mangrove. Jurnal
ILMU KELAUTAN September 2013 Vol. 18(3):150–156.
Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Semarang.

Istomo dkk. 2008. Panduan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan. Bogor:


Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan IPB.

Maknun, D. 2017. Ekologi populasi, komunitas, Ekosistem Mewujudkan


Kamppus Hijau Asri, Islami, dan Ilmiah. Cirebon : Nurjati
Press.

Mardiastuti, A. 2018. EKOLOGI SATWA Pada Lanskap yang Didominasi


Manusia. Bogor : IPB Press.

Marsono. 1997. Analisis Pertumbuhan Tanaman Laboratorium Bioekologi


Tumbuhan. Bandung.

Rosmawati, T. 2011. Ekologi Perairan. Jakarta : Hilliana Press.

33
Soerianegara, I., & Indrawan A. (2016). Ekologi Hutan Indonesia. Departemen
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan. Bogor: Institut
Pertanian Bogor.

34
LAMPIRAN

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN MANGROVE

Kordinat : S 10*08*10.38” E 123*39*29.78”

Nomor Jalur 1 Petak1


No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera
lokal ilmiah total bebas tajuk antar ngan
Cabang pohon
SEMAI
1 Bakau 29cm 3
2 Bakau 28cm 3
3 Bakau 29cm 3
PANCANG
1 Bakau 3m 19 6,0cm
TIANG
1 Bakau 10m 1m 50cm 15,92cm 2m
2 Bakau 14m 3m 39cm 12,42cm 2m
3 Bakau 18m 2,9m 35cm 11,14cm 2m
4 Bakau 16m 3m 39cm 12,42cm 2m
POHON
1
2

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN MANGROVE

Kordinat :S 10*08*10.38” E 123*39*29.78”

Nomor Petak 2 Jalur 1

35
No Nama Nama Tingi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera
lokal ilmiah total bebas tajuk antar ngan
Cabang pohon
SEMAI
1 Bakau 29cm 2m
2 Bakau 28cm 2m
PANCANG
1 Bakau 110cm 10cm 3,18cm 2m
2 Bakau 151cm 15cm 4,7cm 2m
TIANG
1 Bakau 8m 3m 40cm 12,22cm 90cm 3
2 Bakau 11m 6m 49cm 15,60cm 95cm 3
3 Bakau 15m 5m 35cm 11,14cm 1m 3
POHON
1
2

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN MANGROVE

Kordinat :S 10*08*10.38” E 123*39*29.78”

Nomor Petak 1 Jalur 2


No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera
lokal ilmiah total bebas tajuk antar ngan
Cabang pohon
SEMAI
1 Bakau 59cm 2m
2 Bakau 60cm 2m
PANCANG
1 Bakau 1m 12m 3,8cm 2
2 Bakau 1,3m 15cm 4,77cm 2

36
TIANG
1 Bakau 10m 2m 35cm 11,14cm 3m
2 Bakau 11m 1,9m 32cm 10,19cm 3m
3 Bakau 7m 3m 39cm 12,42cm 3m
POHON
1
2

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN MANGROVE

Kordinat :S 10*08*10.38” E 123*39*29.78”

Nomor Petak 2 Jalur 2


No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera
lokal ilmiah total bebas tajuk antar ngan
Cabang pohon
SEMAI
1 Bakau 90cm 2m
2 Bakau 91cm 2m
3 Bakau 90cm 2m
PANCANG
1 Bakau 1,2m 10cm 6,86cm 2
2 Bakau 2m 12cm 3,3cm 2
TIANG
1 Bakau 12m 4m 36cm 11,46cm 3m
2 Bakau 15m 3m 34cm 10,82cm 3m
3 Bakau 10m 5m 33cm 10,50cm 3m
POHON
1
2

37
TALLY SHEET PENGAMATAN SATWA

Lokasi :HUTAN MANGROVE

Koordinat : S 10*08*10.38” E 123*39*29.78”


No Nama lokal Nama ilmiah Jumlah Aktivitas
PETAK 1 JALUR 1
1 Kepiting 4
2 Keong 6
3 Ikan 7
PETAK 2 JALUR 1
1 Kepiting 7
2 Ikan 8
3 Keong 10
4 Kadal 2
10
PETAK 1 JALUR 2
1 Siput 12
2 Ikan 4
3 Kepiting 9
4 Semut 8
5 Bulu 2
PETAK 2 JALUR 2
1 Kepiting 10
2 Ulat Bulu 4
3 Semut 12
4 Siput 15

38
TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN PANTAI

Koordinat

Nomor Petak 1 Jalur 1

No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Keter


lokal ilmiah total bebas tajuk antar angan
cabang pohon
SEMAI
1 lontar 20cm 3m
2 lontar 15cm 1m
3 lontar 22cm 1m
PANCANG
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 Lontar 20m 156cm 49,68cm 4m 3m
2 Lontar 15m 150cm 47,77cm 4,2m 3m
3 Lontar 19m 119cm 47,45cm 3m m
4 Lontar 20m 98cm 31,21cm 4m 3m

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN PANTAI

Koordinat :

39
Nomor Petak 2 Jalur 1

No Nama lokal Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera
ilmiah total bebas tajuk antar ngan
cabang pohon
SEMAI
1 Lontar 20cm 9m
2 lontar 29cm 12m
3 johar 98cm 1m
PANCANG
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 lontar 21m 98cm 31,21cm 4m 2m
2 lontar 20m 102cm 32,48cm 5m 2m
3 lontar 21m 140cm 44,58cm 4m 2m
4 johar 15m 125cm 39,80cm 5m 2m

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN PANTAI

Koordinat :

Nomor Petak 1 Jalur 2

No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera


lokal ilmiah total bebas tajuk antar ngan
cabang pohon

40
SEMAI
1
2
PANCANG
1 johar 5m 2m 80m 25,47cm 4m 2m
2 johar 6m 2,4m 75m 25,88cm 3,2m 2m
3 johar 3m 1,5m 84m 26,75cm 3,9m 2m
TIANG
1
2
POHON
1
3

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN PANTAI

Koordinat :

Nomor Petak 2 Jalur 2

No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera


lokal ilmiah total bebas tajuk antar ngan
cabang pohon
SEMAI
1
2
PANCANG
1
2

41
TIANG
1
2
POHON
1 lontar 19m 105cm 33,43cm 6m 2m
2 lontar 20m 115cm 36,62cm 4m 2m
3 lontar 20m 104cm 33,12cm 4,2m 2m
TALLY SHEET PENGAMATAN SATWA

Lokasi :HUTAN PANTAI


Koordinat :
No Nama lokal Nama ilmiah Jumlah Aktivitas
PETAK 1 JALUR 1
1 Kepiting 4
2 Keong 12
3 Burung 1
PETAK 2 JALUR 1
1 Kepiting 1
2 Keong 5
PETAK 1 JALUR 2
1 Ulat 1
2 Kadal 1
3 Kepiting 2
PETAK 2 JALUR 2
1 Kadal 1
2 Keong 7

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN SAVANA

42
Kordinat :S 10*09*34.95” E 123*39*50.19”

Nomor Petak 1 Jalur 1

No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Leba Jarak Keteran


lokal ilmiah total bebas r antar gan
cabang tajuk pohon
SEMAI
1
2
PANCANG
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 Asam 4m 3m 78cm 24,84cm 3m 12m
2 Reo 8m 4m 145cm 46,17cm 5m 12m

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN SAVANA

Kordinat :S 10*09*34.95” E 123*39*50.19”

Nomor Petak 2 Jalur 1


No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Keterang
lokal ilmiah total bebas tajuk antar an
cabang pohon
SEMAI

43
1 Gamal
2 Lamtoro
PANCANG
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 Gamal 14m 2m 90cm 28,66cm 4m 2m
2 Gamal 12m 4m 87cm 27,70cm 2m 2,1m
3 Gamal 10 4m 89cm 28,34cm 4m 3,4m
4 Gamal 11m 3,4m 95cm 30,25cm 3,5m 4m

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN SAVANA

Kordinasi :S 10*09*34.95” E 123*39*50.19”

Nomor Petak 1 Jalur 2


No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Keteran
lokal ilmiah total bebas tajuk antar gan
cabang pohon
SEMAI
1
2
PANCANG
1
2
TIANG
1

44
2
POHON
1 Gamal 8m 2m 72cm 22,92cm 4m 1,5m
2 Gamal 10m 2,9m 69cm 21,97cm 4,1m 3m
3 Gamal 8m 2,7m 74cm 23,56cm 3,8m 2m
4 Gamal 7m 3m 79cm 25,15cm 4m 3,2m

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN SAVANA

Kordinat :S 10*09*34.95” E 123*39*50.19”

Nomor Petak 2 Jalur 2


No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Keteran
lokal ilmiah total bebas tajuk antar gan
cabang pohon
SEMAI
1 Lamtoro 5cm
2
3
PANCANG
1 Lamtoro 2m 20cm 6,36cm 1m 2m
2
TIANG
1 Lamtoro 2m 20m 6,36 1m 2m
2
POHON
1 Gamal 10m 4m 70cm 22,29cm 2m 5m
2 Lamtoro 15m 7m 82cm 26,11cm 3,3m 10m

45
TALLY SHEET PENGAMATAN SATWA

Lokasi :HUTAN SAVANA

Kordinat :S 10*09*34.95” E 123*39*50.19”


No Nama lokal Nama ilmiah Jumlah Aktivitas
PETAK 1 JALUR 1
1 Burung 1
2 Tiuks 1
3 Cicak 1
PETAK 2 JALUR 1
1 Ulat bulu 4
2 Cacing 1
PETAK 1 JALUR 2
1 Kambing 4
2 Burung 2
PETAK 2 JALUR 2
1 Cacing tanah 1
2 Cicak 2

.TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN DATARAN RENDAH

Kordinat :

Nomor Petak 1 Jalur 1


No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Ketera
lokal ilmiah total bebas tajuk antar ngan
cabang pohon
SEMAI
1 Akasia 21cm
2 Akasia 28cm
PANCANG

46
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 Kapuk 24m 20m 170cm 54,14cm 5m 7m
2 Kelapa 20m 120cm 38,21cm 7m 6m
3 Asam 16m 2m 135cm 42,99cm 4m 4m
4 Kelapa 20m 122cm 38,85cm 7m 3m

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN DATARAN RENDAH

Kordinat :

Nomor Petak 2 Jalur 1


No Nama Nama Tingg Tinggi Keliling Diameter Leba Jarak Keteranga
lokal ilmiah i total bebas r antar n
cabang tajuk pohon
SEMAI
1
2
PANCANG
1
2
TIANG
1
2
POHON

47
1 Mangga 16m 4m 79cm 25,5cm 4m 2m
2 Mente 15m 2m 115cm 36,62cm 3,4m 5m
3 Kapuk 23m 7m 101cm 32,16cm 6m 9m
9

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi : HUTAN DATARAN RENDAH

Kordinat :

Nomor Petak 1 Jalur 2

No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Keteran


lokal ilmiah total bebas tajuk antar gan
cabang pohon
SEMAI
1
2
PANCANG
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 Kapuk 21m 12m 135cm 42,99cm 6m 3m
2 Asam 17m 4m 97cm 30,89cm 4m 4m
3 Akasia 10m 3m 75cm 23,88cm 1,9m 5m

TALLY SHEET PENGAMATAN VEGETASI

Lokasi :HUTAN DATARAN RENDAH

48
Kordinat :

Nomor Petak 2 Jalur 2


No Nama Nama Tinggi Tinggi Keliling Diameter Lebar Jarak Keteran
lokal ilmiah total bebas tajuk antar gan
cabang pohon
SEMAI
1 Mangga 14cm
PANCANG
1
2
TIANG
1
2
POHON
1 Asam 9m 3m 101cm 32,16cm 2m 2m
2 Johar 7m 4,1m 91cm 28,98cm 1,9m 3m
3 Mangga 9m 5m 69cm 21,97cm 3m 2m

TALLY SHEETPENGAMATAN SATWA

Lokasi :HUTAN DATARAN RENDAH


Kordinat :
No Nama lokal Nama ilmiah Jumlah Aktivitas
PETAK 1 JALUR 1
1 Keong 4
2 Kepiting 1
PETAK 2 JALUR 1
1 Cacing 3
2 Siput 6

49
PETAK 1 JALUR 2
1 Cicak 1
2 Kepiting 2
3 Anjing 1
4 Babi 2
PETAK 2 JALUR 2
1 Semut
2 Cacing

50

Anda mungkin juga menyukai