Email : emailpraktikan@ugm.ac.id
INTISARI
Infiltrasi dan laju infiltrasi sangat penting dalam proses hdrologi air yang terjadi di dalam
tanah. Sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi infiltrasi dalam tanah dan
perlu diketahui besarnya laju infiltrasi yang ada di dalam suatu area. Pada praktikum kali ini, yaitu
mengenai infiltrasi yang memiliki tujuan yaitu agar para masiswa dapat membuat persamaan laju
infiltrasi. Pengukuran laju dan kapasitas infiltrasi dilakukan dengan alat double ring infiltrometer.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Double Ring Infiltrometer untuk mengukur
laju infiltrasi. Kemudian seperangkat alat infiltrometer seperti palu, ember, plastik, dan penggaris serta
alat tulis untuk pengambilan data pada Double Ring Infiltrometer. Lokasi pengamatan ada di tiga lokasi
berbeda di Fakultas kehutanan UGM.
Laju infiltrasi tertinggi ada pada lokasi a kemudian lokasi b dan yang terakhir lokasi c.
Perbedaan laju infiltrasi disetiap lokasi disebabkan oleh kondisi lokasi di ketiga area tersebut. Infiltrasi
dipengaruhi oleh strata tajuk, jenis tanah, luas lahan, kemiringan, jarak rata-rata pohon dan tegakan
perluasan.
Kata Kunci: : Infiltrasi, Horton, hutan, air (Diusahakan berbeda dengan judul)
I. LATAR BELAKANG
Infiltrasi merupakan proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan)
masuk kedalam tanah (Seyhan, 1997). Perkolasi merupakan proses kelanjutan aliran
air yang berasal dari infiltrasi ke tanah yang lebih dalam (Asdak, 2007). Kebalikan
dari infiltrasi adalah rembesan (speege). Laju maksimal gerakan air masuk kedalam
tanah dinamakan kapasitas infiltrasi. Kapasitas infiltrasi terjadi ketika intensitas hujan
melebihi kemampuan tanah dalam menyerap kelembaban tanah (Harto, 1997).
Infiltrasi dan laju infiltrasi sangat penting dalam proses hdrologi air yang
terjadi di dalam tanah. Sehingga perlu diketahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi infiltrasi dalam tanah dan perlu diketahui besarnya laju infiltrasi yang
ada di dalam suatu area. Pada praktikum kali ini, yaitu mengenai infiltrasi yang
memiliki tujuan yaitu agar para masiswa dapat membuat persamaan laju infiltrasi.
Pengukuran laju dan kapasitas infiltrasi dilakukan dengan alat double ring
infiltrometer
Tujuan praktikum pada acara ini yaitu mengetahui persamaan laju infiltrasi di
lokasi jalan setapak, rumput, dan dibawah tegakan area fakultas kehutanan ugm.
II. METODE
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Double Ring Infiltrometer
untuk mengukur laju infiltrasi. Kemudian seperangkat alat infiltrometer seperti palu,
ember, plastik, dan penggaris serta alat tulis untuk pengambilan data pada Double
Ring Infiltrometer. Lokasi pengamatan ada di tiga lokasi berbeda di Fakultas
kehutanan UGM.
Grafik f ukur dan f duga pada lokasi (a) Selatan Audit (b) Tamteng (c) Barat Kantin
Dari hasil yang didapat maka diperoleh tiga grafik dengan f ukur dan f duga
pada masing-masing lokasi. Laju infiltrasi tertinggi ada pada lokasi a kemudian lokasi
b dan yang terakhir lokasi c. Perbedaan laju infiltrasi disetiap lokasi disebabkan oleh
kondisi lokasi di ketiga area tersebut. Seperti penelitian Budianto (2013) laju infiltrasi
dipengaruhi oleh strata tajuk, jenis tanah, luas lahan, kemiringan, jarak rata-rata
pohon dan tegakan perluasan. Apabila laju infiltrasi tinggi maka dapat memperbaiki
sifat sifat fisik tanah, apabila permeabilitas tinggi maka akan menyebabkan sifat fisik
tanah menjadi mudah longsor (Maro’ah, 2011).
Proses infiltrasi mempunyai banyak peran penting dalam hal hidrologi. Proses
infiltrasi dapat digunakan untuk menentukan penyempurnaan pemilihan jenis tanaman
dalam rangka upaya menahan erosi pada beberapa lahan kritis (Maro’ah, 2011).
Permeabilitas tanah adalah suatu kesatuan yang meliputi infiltrasi tanah dan
bermanfaat sebagaui pemudahan dalam pengelolaan tanah (Soemarto, 1995).
Hutan mempunyai banyak peran termasuk peran hidrologi. Hutan berperan
dalam proses infiltrasi dengan adanya tajuk-tajuk pohon yang menutup suatu area
sehingga akan memperlambat jatuhnya tenaga potensial air hujan. Porositas tanah
pada berbagain penggunaan lahan terdapat laju infiltrasi konstan dengan banyaknya
perakaran pada suatu kawasan (Wirosoedarmo, 2009). Apabila pada lahan kosong
dengan pemadatan tanah yang sudah terjadi maka akan mempengaruhi laju infiltrasi
yang lebih lambat (Wirosoedarmo, 2009).
IV. KESIMPULAN
Laju infiltrasi tanah tergantung pada faktor-faktor yang ada diatas permukaan
tanah tersebut dan besarnya pori-pori tanah. Hal ini berkaitan dengan butiran pori
tanah pada permukaan tekstur tanah. Maka dari setiap tanah memiliki berbagai
macam perbedaan pada laju kecepatan resapan/infiltrasi tanah.
Persamaan Horton: F = fc + (fo – fe) e-kt
= 12,04 + (30 – 12,04)-6,96.t
= 12,04 + 17,96.e-6,96t
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Dadang. 1999. Penentuan Laju Infiltrasi Berdasarkan Persamaan Kostiakov.
Buletin Geologi Tata Lingkungan : Direktorat Tata Gelologi Lingkungan.
Bandung.
Arsyad, Sitanala. 2006. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Asdak, C. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta11.
Budianto, et.al. 2013. Perbedaan Laju Infiltrasi Pada Hutan Tanaman Industri Pinus,
Jati dan Mahoni. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Email
Korespondensi : ruslanwr@ub.ac.id
Harto, S. 1993. Analisis Hidrologi. Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik Universitas
Gadjah Mada. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Maro’ah, Siti. 2011. Kajian Laju Infiltrasi dan Permeabilitas Tanah Pada Beberapa
Model Tanaman. Perpustakaan.uns.ac.id. Solo.
Seyhan, Ersin. (1997). Dasar-dasar Hidrology. Yogyakarta: Gajah Mada
Universitas Press.
Soemarto, CD. 1995. Hidrologi Teknik. Erlangga, Surabaya.
Wibowo,Hari. 2010. Laju Infiltrasi pada Lahan Gambut yang Dipengaruhi Air Tanah.
Jurnal Belian Vol. 9 No. 1 Jan. 2010: 90 – 103. Fakultas Teknik Universitas
Tanjungpura Pontianak. Pontianak.
Wirosoedarmo, et. Al. 2008. Evaluasi Laju Infiltrasi Pada Beberapa Penggunaan
Lahan Menggunakan Metode Infiltrasi Horton Di Sub Das Coban Rondo
Kecamatan Pujon Kabupaten Malang. Jurusan Teknik Pertanian-Fakultas
Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya. Malang.