Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN PRIMER KAYU

ACARA III

PEMBUATAN LARUTAN DAN PENGAWETAN

Disusun Oleh :

Nama : Iin Alfiah

NIM : 19/445511/KT/09109

Co. Ass : Berliawan Rizal Mahesa

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2021
ACARA III

PEMBUATAN LARUTAN DAN PENGAWETAN

I. TUJUAN
Praktikum ini bertujuan untuk:
1. Menyiapkan sampel kayu yang akan digunakan untuk proses pengawetan
2. Menyiapkan larutan bahan pengawet yang akan digunakan untuk proses
pengawetan
3. Memahami prosedur di dalam proses pengawetan kayu dengan menggunakan metode
perendaman dingin
4. Memahami cara penentuan absorbsi, retensi dan penetrasi bahan pengawet yang
digunakan.

II. ALAT DAN BAHAN


Pada praktikum ini digunakan alat:
1. Bak perendaman
2. Pemberat
3. Stik kayu
4. Timbangan
5. Kaliper
6. Alat tulis
Pada praktikum ini digunakan bahan:
1. Alfametrin 15 gr/L
2. Pelarut/air
3. Contoh uji berukuran 5x5x30 cm
4. Larutan pewarna
5. Larutan A
6. La
rutan B
II. CARA KERJA
Cara kerja praktikum persiapan pengawetan dan pembuatan larutan ini sebagai berikut:

Disiapkan sampel kayu ukuran 5x5x30 cm keadaan kering


udara (KA 12-15%)

Penyusunan sampel kayu dalam bak perendaman

Perhitungan konsentrasi larutan, volume larutan dan


kebutuhan bahan alfametrin (15g/l)

Dimasukkan alfametrin (sesuai perhitungan) dan air dalam


bak perendaman hingga sampel kayu terendam

Pemberian pemberat pada bagian atas permukaan sampel


kayu

Perendaman dilakaukan selama 3 hari kemudian dilakukan


pengangkatan sampel kayu

Sampel kayu hasil perendaman dingin dilap menggunakan


kain bersih

Penimbangan sampel kayu dengan memberi lapisan plastick


tipis sebagai alas sampel pada timbangan (bb)
Sampel kayu diletakkan di laboratorium sampai keadaan
kering udara

Sampel kayu diletakkan di laboratorium sampai keadaan


kering udara

Pengujian sifat keawetan kayu; perhitungan nilai absorbs dan


retensi aktual

Disiapkan 4 sampel kayu berukuran 5x5x30 cm keadaan kering udara (KA 12 –


15 %) tiap kelompok, kemudian ditimbang beratnya (bo). Penyusunan sampel kayu
dalam bak perendaman. Penyusunan dilakukan berjajar rapat (diberi jarak 2 mm antar
sampel kayu) dan diberi stik kayu pada setiap lapisan/tumpukan. Bahan aktif pengawet
kayu yang digunakan adalah Alfametrin 15 g/L (1,5%) dengan konsentrasi larutan
pengawet yang digunakan adalah 3%, sehingga kebutuhan bahan aktif sebesar 2 ml/L.
Diketahui volume bak perendaman adalah 90.000 cm3, volume sampel kayu 1.080 cm3
dan volume stik 1.920 cm3 maka dihasilkan volume larutan sebanyak 42,72 liter.
Kebutuhan bahan pengawet (Alfametrin) merupakan hasil perkalian antara kebutuhan
bahan aktif dengan volume larutan yaitu sebanyak 85,44 ml. Dimasukkan air dan bahan
pengawet sedikit demi sedikit ke dalam bak perendaman sambil dilakukan pengadukan.
Dipastikan semua sampel kayu terendam dalam larutan pengawet. Kemudian diberikan
pemberat pada bagian atas permukaan sampel kayu. Perendaman dilakukan selama 3
hari, kemudian sampel kayu dikeluarkan dari bak perendaman. Sampel kayu dilap
dengan kain bersih yang dibasahi dengan air untuk menghapus kelebihan bahan
pengawet kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan dengan memberikan lembaran
plastik yang tipis untuk alas sampel kayu pada alat timbang. Berat yang diperoleh
adalah berat sampel kayu segera sesudah diawetkan (bb). Sampel kayu kemudian
diletakkan di laboratorium selama beberapa waktu sehingga mencapai kering udara atau
kadar air seimbang.
Pengujian sifat keawetan kayu dengan parameter yang diamati adalah absorbsi
dan retensi aktual. Absorbsi adalah jumlah larutan bahan pengawet yang meresap ke
dalam kayu, dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑏𝑏−𝑏𝑜
Absorbsi (A) =
𝑣

Keterangan:

bo : Berat contoh uji sebelum diberi perlakuan pengawetan (g)

bb : Berat basah contoh uji setelah pengawetan (g)


v : Volume contoh uji (cm3 )
A : Absorbsi larutan pengawet (g/cm3 )
Retensi aktual merupakan jumlah bahan pengawet yang meresap ke dalam sampel kayu,
dihitung dengan menggunakan rumus :
𝑏1−𝑏𝑜
Retensi aktual (RA) =
𝑣

Keterangan:
bo : Berat contoh uji kering udara sebelum diberi perlakuan pengawetan (g)
bl : Berat contoh uji kering udara setelah diberi perlakuan pengawetan (g)
v : Volume contoh uji (cm3 )
RA : Retensi aktual bahan pengawet (g/cm3 )
III. HASIL
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakuakan didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 1. Perhitungan Konsentrasi Larutan
Perhitungan Volume Pengawet
M1 15 gram/liter 1,5 %
V2 1 liter
M2 3 %
V1 2,00 ml/L
Perhitungan Volume Larutan
panjang bak 60 jumlah kayu maksimal dalam bak 42 jumlah stik 16
lebar bak 30 panjang 30 panjang 30
tinggi bak 50 ukuran kayu lebar 12 ukuran stik lebar 2
volume bak 90000 tinggi 3 tinggi 2
volume kayu 1080 volume stik 120
Total 45360 Total 1920
Volume Larutan
42,72 liter

Kebutuhan Larutan
85,44 ml
Perhitungan larutan :
• Perhitungan konsentrasi larutan
Diketahui :
M1 = 15 g/l = 1,5%
M2 = 3%
V2 = 1 liter
M1 x V1 = M2 x V2
1,5% x V1 = 3% x 1
V1 = 3% / 1,5%
V1 = 2 ml/l
• Volume larutan
Volume bak = p x l x t
= 60 x 30 x 50 = 90.000 cm3
Volume kayu = p x l x t
= 30 x 12 x 3 = 1.080 cm3
Volume stik = p x l x t
= 30 x 2 x 2 = 1.920 cm3
Volume larutan = vol. bak – vol.sampel – vol.stik
= 90.000 - 1.080 - 1.920
= 42.720 ml = 42,72 liter
• Kebutuhan bahan Alfametrin = konsentrasi larutan x volume larutan
= 2 x 42,72
= 85,44 ml

Tabel 2. Pengujian Absorbsi


Kode Berat Berat Ukuran sampel kayu (cm) Volume Absorbsi (A)
sampel sebelum basah p l t (cm³) (g/cm³)
WB 2.6 0,535 0,500 30,3 12,03 2,59 944,08 -0,000037073
WB 2.8 0,520 0,625 30,4 12,02 2,69 982,95 0,000106822
SB 7.1 0,515 0,665 30,5 12,04 2,73 1002,51 0,000149624
SB 8.1 0,525 0,680 30,7 11,97 2,65 973,82 0,000159167
Perhitungan :
Kode sampel WB 2.6
Volume kayu = p x l x t
= 30,3 x 12,03 x 2,59
=944,08 cm3
𝑏𝑏−𝑏𝑜
Absorbsi (A) =
𝑣
0,500−0,535
=
944,08

= -0,000037 g/cm3
Kode sampel SB 7.1
Volume kayu = p x l x t
= 30,5 x 12,04 x 2,73
=1.002,51 cm3
𝑏𝑏−𝑏𝑜
Absorbsi (A) =
𝑣
0,665−0,515
=
1.002,51

= 0,000149 g/cm3
Tabel 3. Pengujian Retensi Aktual
Kode Berat Berat Ukuran sampel kayu (cm) Volume Retensi Aktual
sampel sebelum kering p l t (cm³) (RA) (g/cm³)
WB 2.6 0,535 0,505 30,3 12,03 2,59 944,078 -0,0000317770
WB 2.8 0,520 0,535 30,4 12,02 2,69 982,948 0,0000152602
SB 7.1 0,515 0,555 30,5 12,04 2,73 1002,51 0,0000398998
SB 8.1 0,525 0,575 30,7 11,97 2,65 973,819 0,0000513442
Perhitungan :
Kode sampel WB 2.6
𝑏1−𝑏𝑜
Retensi aktual (RA) =
𝑣
0,505−0,535
=
944,078
= - 0,0000217770 g/cm3
Kode sampel SB 7.1
𝑏1−𝑏𝑜
Retensi aktual (RA) =
𝑣
0,555−0,515
=
1.002,51

= 0,0000398 g/cm3
IV. PEMBAHASAN
Kayu merupakan merupakan material yang banyak digunakan sebagai bangunan,
sehingga jumlah kayu berkualitas jumlahnya makin lama makin sedikit salah satu
alternatifnya yaitu menggunakan kayu dengan kelas awet rendah . Maka perlu dilakukan
pengawetan kayu kelas menengah agar bisa memenuhikebutuhan kayu struktur yang
bersifat kuat danberumur panjang. Pengawetan merupakan suatu tindakan atau perlakuan
terhadap kayu sebelum kayu tersebut dipakai dengan tujuan memperpanjang umur kayu
tersebut. Dengan melakukan proses pengawetan kayu untuk memperpanjang umur pakai
kayu sehingga dapat menghemat penggunaan kayu. Hunt dan Garratt (1986: 4) menyatakan
tujuan utama dari pengawetan kayu adalah untuk memper panjang umur pemakaian bahan,
dengandemikian mengurangi biaya akhir dari produk itudan menghindari penggantian
yang terlalu sering dalam konstruksi yang permanen dan semi permanen. Dumanauw
(1984: 64) alasan manusia melakukan pengawetan kayu karena: kayu yangmemiliki kelas
awet alami sangat sedikit, dan sulit didapat dalam jumlah banyak, selain itu harganya cukup
mahal, selain itu kayu berkelas kuat III sampai dengan kelas kuat V cukup banyak dan
mudah didapat dalam jumlah banyak dan cara pengerjaannya pun lebih mudah hanya saja
faktor keawetannya saja yang kurang.
Menurut Pangestutui dkk, 2016 metode pengawetan kayu diantaranya : metode
rendaman, metode pencelupan, metode penmulasan, dan metode vakum dan tekanan. Pada
praktikum ini dilakuakan metode rendaman dingin, dengan menggunakan kayu sungkai
dang kayu wadang (masing-masing dua buah). Kayu direndam dalam bak perendaman
dengan penambahan bahan pengawet (Alfametrin) yang telah ditentukan konsentrasinya
dan larutannya. Bahan aktif pengawet kayu yang digunakan adalah Alfametrin 15 g/L
(1,5%) dengan konsentrasi larutan pengawet yang digunakan adalah 3%, sehingga
kebutuhan bahan aktif sebesar 2 ml/L. Diketahui volume bak perendaman adalah 90.000
cm3, volume sampel kayu 1.080 cm3 dan volume stik 1.920 cm3 maka dihasilkan volume
larutan sebanyak 42,72 liter. Kebutuhan bahan pengawet (Alfametrin) merupakan hasil
perkalian antara kebutuhan bahan aktif dengan volume larutan yaitu sebanyak 85,44 ml.
Perendaman dilakukan selama tiga hari kemudian diangkat untuk dilakukan perhitungan
absorpsi dan retensi. Pengujian absorbsi dilakukan segera setelah proses perendaman,
selanjutnya kayu yang telah direndam diangin-anginkan hingga mencapai kadar air kering
udara.
Absorbsi merupakan banyaknya jumlah larutan bahan pengawet yang menembus
dan meresap ke dalam kayu. Hasil perhitungan menunjukkan nilai absorbsi kayu wadang
sebesar -0,000037 g/cm3 dan 0,00001068 g/cm3 sedangkan untuk kayu sungkai sebesar
0,0001496 g/cm3 dan 0,0001591 g/cm3 . Pengukuran retensi aktual dilakukan untuk
mengetahui banyaknya bahan pengawet (tanpa pelarut) yang masuk ke dalam kayu. Hasil
perhitungan menunjukkan nilai retensi aktual kayu wadang sebesar -0,00003177 g/cm3
dan 0,00001526 g/cm3 sedangkan untuk kayu sungkai sebesar 0,00003989 g/cm3 dan
0,00005134 g/cm3 . Sehingga dapat diketahui bahwa nilai absorbsi dan retensi aktual paling
tinggi ada pada kayu sungkai. Kayu sungkai memiliki keterawetan yang termasuk mudah
diawetkan lebih besar daripada kayu wadang. Terserapnya bahan pengawet ke dalam kayu,
meningkatkan keefektifan bahan pengawet tersebut terhadap serangan perusak kayu
(Hanifarianty dan Vachlepi, 2019). Semakin tinggi retensi bahan pengawet maka efek
perlindungan bahan pengawet pada kayu terhadap organisme perusak kayuakan semakin
baik (Kusumaningsih 2017).Hal tersebut dipengaruhi oleh ukuran pori-pori kayu sungkai
yang lebih besar daripda kayu wadang sehingga bahan pengawet yang masuk lebih banyak.
Untuk meningkatkan nilai absrobsi dan retensi pada kayu maka bisa dilakukan dengan
penambahan durasi perendaman. Retensi berpengaruh terhadap penyerapan bahan
pengawet di dalam kayu. Semakin lama waktu penyimpanan, semakin banyak bahan
pengawet yang masuk ke dalam kayu (Suheryanto 2010; Hanifarianty dan Vachlepi, 2019).
Semakin lama proses perendaman membuat kayu lebih banyak menyerap bahan pengawet
tersebut, yang mempengaruhi tingginya nilai absorbsi (Fitriani dkk 2018).

V. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum ini, dapat diperoleh suatu kesimpulan antara lain sebagai berikut:
1. Sampel kayu digunakan untuk proses pengawetan adalah sampel kayu berukuran
5x5x30 cm keadaan kering udara (KA 12 – 15 %). Tiap kelompok digunakan 4 sampel
kayu (kayu wadang dan kayu sungkai) kemudian kemudian ditimbang beratnya (bo).
2. Dilakukan perhitungan konsentrasi larutan dengan diketahui bahan aktif pengawet kayu
Alfametrin 15 g/L (1,5%), konsentrasi larutan pengawet 3%, sehingga kebutuhan bahan
aktif sebesar 2 ml/L. Diketahui volume bak perendaman adalah 90.000 cm3, volume
sampel kayu 1.080 cm3 dan volume stik 1.920 cm3 maka dihasilkan volume larutan
sebanyak 42,72 liter. Kebutuhan bahan pengawet (Alfametrin) merupakan hasil
perkalian antara kebutuhan bahan aktif dengan volume larutan yaitu sebanyak 85,44 ml.
3. Prosedur di dalam proses pengawetan kayu dengan menggunakan metode perendaman
dingin yaitu dengan menyiapkan perhitungan konsentrasi larutan pengawet sesuai
kebuthukan. Dilakukan perendaman kayu dalam bak penampungan selama beberapa
hari sesuai dengan jenis pengawet yang digunakan dan sifat keterawetan kayu. Dalam
praktikum ini perendaman dingin dilakukan selama 3 hari dengan menggunakan bahan
aktif pengawet kayu alfametrin (15 g/l) dengan konsentrasi 3 % dengan kebutuhan
bahan 85,44 ml.
4. Cara penentuan absorbsi yang dilakukan segera setelah proses perendaman, dengan
mengurangi berat basah setelah pengawetan dengan berat kayu sebelum pengawetan
dan membaginya dengan volume kayu. Penentuan nilai retensi dengan menggunakan
contoh uji dalam keadaan kering udara baik sebelum pengawetan maupun setelah
pengawetan. Caranya dengan mengurangi berat sampel sebelum diberi pengawet
dengan berat basah sampel setelah pengawetan, kemudian dibagi dengan volume kayu.
Nilai absorbsi kayu wadang sebesar -0,000037 g/cm3 dan 0,00001068 g/cm3 sedangkan
untuk kayu sungkai sebesar 0,0001496 g/cm3 dan 0,0001591 g/cm3 . Sedangkan nilai
retensi aktual kayu wadang sebesar -0,00003177 g/cm3 dan 0,00001526 g/cm3
sedangkan untuk kayu sungkai sebesar 0,00003989 g/cm3 dan 0,00005134 g/cm3.
Penentuan kedalaman penetrasi dengan mengukur perubahan warna menggunakan
kaliper yang ditimbulkan saat pelaburan pereaksi A dan B (larutan A : 2 gr ekstrak
kurkuma dalam 100 ml alkohol dan larutan B : 20 ml Alkohol + 30 ml HCl yang
dijenuhkan dengan asam salisilat).
VI. DAFTAR PUSTAKA

Barly, Agus Ismanto, and Dominicus Martono. 2011. “Dayaguna Campu -ran Soda Abu-
Boraks Sebagai Anti Jamur Biru dan Rayap.” Jurnal Pe-nelitian Hasil Hutan 29
(2): 179–88.

Dumanauw, J.F. 1984.Mengenal Kayu. Edisi 2 Cetakan 2. Jakarta: PT. Gramedia.

Fitriani, Indri Eka ., Istikowati, Wiwin Tyas., dan Lusyani. 2018. Pengawetan Kayu
Nangka (Artocarpus Heterophyllus Lmk.) Menggunakan Pengawet Boron Dengan
Metode Rendaman Dingin Untuk Mencegah Serangan Rayap Tanah (Coptotermes
Curvignathus). Jurnal Sylva Scienteae. Vol. 01. (1).

Hanifarianty, Sherly., dan Vachlepi, Afrizal. 2019. Pengawetan Kayu Karet Menggunakan
Asap Cair dan Ekstrak Kunyit Dengan Teknik Perendaman Dingin. Widyariset.
Col. 5. (2) : 65 – 74.

Hunt G. M. dan George A. Garrat. 1986.Pengawetan Kayu.Edisi 1 cetakan 1:Penerjemah


Mohamad Yusuf. Jakarta :Akademika Pressindo.

Kusumaningsih KR. 2017. Sifat penyerapan bahan pengawet pada beberapa jenis kayu
bangunan. Fakultas Kehutanan Institut pertanian Stiper. Yogyakarta

Pangestuti, Endah Kanti., Lashari dan Hardomo, Agus. 2016. Pengawetan Kayu Sengon
Melalui Rendaman Dingin Menggunakan Bahan Pengawet Enbor Spditinjau
Terhadap Sifat Mekanik. Jurnal Terknik Sipil & Perencanaan. Vol. 1. (18) : 55 –
64.
Patandung, Petrus ., Silabandan, Doly Prima., dan Ola, A. Luther . 2019. Pengawetan Kayu
Aren Sebagai Bahan Sediaan Meubel. Jurnal Penelitian Teknologi Industri. Vol.
11. (1): Hal 39-46
LAMPIRAN

Gambar 1. Pengawet Kayu dengan Bahan Aktif Alfametrin 15g/l

Gambar 2. Pengkuran Kebutuhan Bahan Pengawet (Alfametrin)


Gambar 3. Penuangan Bahan Pengawet dan Air Sambil Diaduk

Gambar 3. Pemberian Pemberat pada Tumpukan Kayu yang diawetkan

Anda mungkin juga menyukai