1.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu merupakan hal yang penting
untuk mengetahui kelas kuat kayu dan kondisi kayu sudah kering udara atau
belum.
1.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis dan
kadar air kayu.
1.5 PERALATAN
1. Gergaji.
2. Timbangan.
3. Kaliper.
4. Tungku pengering (oven).
1.6 PELAKSANAAN
1. Menyiapkan benda uji.
2. Menimbang benda uji.
3. Mengukur dimensi benda uji.
4. Memasukan benda uji ke dalam tungku pengering (oven) dengan suhu 105
° C selama 2 – 3 hari sampai beratnya tetap
5. Mengeluarkan benda uji setelah 24 jam proses pengeringan, kemudian
mendinginkan terlebih dahulu.
6. Menimbang kembali benda uji.
7. Mengukur kembali dimensi benda uji (benda uji yang telah melalui proses
pengeringan dalam tungku pengering).
Analisis Data
Volume kayu semula 121,55 cm3
Berat jenis kayu 0,537cm3
Bobot isi 0,90 cm3
Kadar air kayu semula 56,31%
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 9B, 2020)
=121776,25 mm3
= 121,25 cm3
B₂
2. Berat jenis kayu =( )
V₁
70,5
=( )
121,25
= 0,57 gr/cm3
B₁
3. Bobot isi =( )
V₁
110,2
=( )
121,25
= 0,90 gr/cm3
B ₁−B ₂
4. Kadar kayu semula =(
B₂
) x 100%
110,2−70,5
=( ¿ ¿ ) 100 %
70,5
=56,31%
1.9 PEMBAHASAN
Pada praktikum mengenai berat jenis dan kadar air kayu ini, kayu yang
digunakan adalah kayu sengon ukuran 49,75 mm x49,40 mm x 49,55 mm dengan
keadaan mulus. Dalam pengujian ini kayu tersebut dicari berat jenisnya dan kadar
airnya dengan cara menimbang berat kering dan basahnya serta mengukur
volume.
Berdasarkan praktikum pengujian kadar air dan berat jenis kayu yang
dilakukan didapatkan hasil data :
- Berat jenis kayu : 0,57 kg/cm3
- Kadar Air Kayu : 56,31%
Menurut PUBI 1982 pasal 37 tabel 37-3, kelas kuat kayu dibagi menjadi 5
bagian menurut berat jenisnya. Dari hasil praktikum didapat berat jenis kayu 0,57
kg/cm3. Maka kayu mahoni termasuk kelas III. Sedangkan, menurut PUBI pasal 37
batas basah dan batas kering kayu sebesar 20 %. Dimana kadar air kayu yang
didapat dari praktikum sebesar 56,31 % yang berarti sesuai dengan ketentuan.
Gambar 1.2 Hasil Pemeriksaan dan Berat Jenis dan Kadar Air Kayu
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 9B, 2020)
1.10 KESIMPULAN
Berdasarkan data praktikum berat jenis dan kadar air kayu maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
a. Berat jenis kayu = 0,57 kg/cm3
Menurut tabel 1.1 berat jenis kayu ini diantara 0,60-0,40 dan
termasuk dalam kelas III
b. Kadar air kayu = 56,31%
Menurut PUBI-1982 kayu ini memenuhi kadar air kayu karena batas
kering dan batas basah adalah sebesar 20 %.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB 1PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU
A. Benda Uji
Jenis kayu : MAHONI
Ukuran kayu :
Panjang (p) = 49,75 mm
Lebar (l) = 49,40 mm
Tinggi (t) = 49,55 mm
B. Hasil Pengujian
Berat kayu semula (B1) = 110,2 gr
Berat kayu kering tungku (B2) = 70,5 gr
C. Analisis Data
Volume kayu semula (V1) = p x l x t = 121,25cm3
B2
Berat jenis kayu =
V1 ( ) = 0,57gr/cm3
B1
Bobot isi = ( )
V1
= 0,90gr/cm3
B1 −B 2
Kadar air kayu semula = ( )
B2
x 100% = 56,31%
D. Kesimpulan
Menurut berat jenisnya kayu ini termasuk (*) = I / II / III / IV
kelas kuat (Tabel 37-3 PUBI 1982).
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Timbangan berfungi untung menimbang kayu.
2. Kaliper berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi kayu.
3. Tungku pengering (oven) berfungsi untuk mengeringkan kayu.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Mengukur benda uji kayu Sengon.
2. Menimbang benda uji kayu Sengon.
3. Memasukkan benda uji kayu jati ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 2-
3 hari sampai beratnya tetap.
4. Mengeluarkan kayu dari oven kemudian mendinginkannya terlebih dahulu
lalu menimbang dan mengukur kayu tersebut kembali.
BAB 2
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
2.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 gram dan
tertinggal diatas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat
kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan
dalam PUBI-1982. Pasir dapat digunkan sebagai bahan bangunan, jika bendungan
lumpur didalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen, kadar
lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat diketahui secara
cepat.
2.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur dalam pasir tersebut.
2.5 PERALATAN
1. Gelas ukur tidak berwarna (transparan) dengan ukuran 1000 cc.
2. Penutup gelas ukur.
2.6 PELAKSANAAN
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan terlebih dahulu
sampai 450 cc kemudian menambahkan air sehingga mencapai 900 cc.
2. Menutup gelas sampai benar-benar rapat ukur kemudian mengocok-kocok
sebanyak kurang lebih 60 kali.
3. Mendiamkan selama kurang lebih satu jam.
4. Memeriksa kemudian mencatat tinggi endapan lumpur yang berada diatas
pasir (berapa cc ketebalannya).
Analisis Data
Volume pasir semula (VP) 450 cc
Volume endapan Lumpur sekitar (VL) 20 cc
Kandungan lumpur dalam pasir 4,44%
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 12E, 2020)
Vp
Kandungan lumpur dalam pasir = x 100%
VL
20
= x 100%
450
= 4,44 %
2.9 PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum dan analisa perhitungan mengenai kandungan lumpur
dalam sebuah contoh pasir, yang mana agregat halus atau pasir dilarutkan ke
dalam air sebanyak 900 cc dengan menggunakan gelas ukur. Sehingga
mendapatkan nilai volume endapan lumpur sekutar sebesar 20 cc. Maka
didapatkan nilai kandungan lumpur dalam pasir sebesar 4,44%.
Menurut PUBI 1982 pasal 11, syarat kandungan lumpur dalam pasir
adalah tidak boleh lebih dari 5%. Jadi, pasir yang diuji ini tidak lolos sesuai
syarat, dan tidak bisa digunakan sebagai bahan campuran beton. Akan tetapi, pasir
masih dapat digunakan bila dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sehingga
pasir dapat digunakan dalam bahan konstruksi.
2.10 KESIMPULAN
Berdasarkan data praktikum, diperoleh data :
1. Kandungan lumpur dalam pasir sebesar 4,44 %.
2. Kandungan lumpur tersebut tidak melebihi dari 5% dari volume pasir,
maka pasir memenuhi syarat PUBI 1982 Pasal 11 dan dapat digunakan
untuk bahan campuran beton.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB II PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
A. Benda Uji
Pasir asal : Merapi
B. Hasil Pengujian
Volume pasir semula (VP) = 450 cc
Volume endapan Lumpur sekitar (VL) = 20 cc
VL
Kandungan lumpur dalam pasir = x 100% =
VP
4,44%
C. Kesimpulan
Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi
(PUBI 1982 Pasal 11)
D. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan
lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5% (PUBI 1982 Pasal 11)
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
(1) (2)
Keterangan:
1. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume pasir dan air
2. Plastik dan karet berfungsi untuk menutup gelas ukur saat dikocok
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
Keterangan:
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan sebanyak 450 cc.
2. Menambahkan air hingga mencapai 900 cc.
3. Mentutup botol ukur dengan plastik yang diberi karet gelang.
4. Mengocok – ngocok botol ukur sebanyak 60 kali.
5. Mendiamkan selama 1 jam.
6. Membaca volume lumpur.
BAB 3
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)
3.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan
tertinggal diatas ayakan 0,075 m. Didalam pasir juga masih terdapat kandungan-
kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk
bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam PUBI-1982.
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur di
dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen, kadar lumpur dalam
pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat diketahui secara cepat.
3.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur (tanah liat silt) dalam pasir tersebut.
3.5 PERALATAN
1. Ayakan nomor 200.
2. Ayakan 4,8 mm.
3. Nampan pencuci.
4. Tungku pengering (oven).
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1%.
3.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500
gram(B1).
2. Memasukkan pasir tersebut kedalam nampan pencuci dan menambahkan
air secukupnya sampai semuanya terendam.
3. Menggoncang-goncangkan nampan, kemudian menuangkan air cucian
kedalam ayakan nomor 200 (butir-butir kemudian memasukan kedalam
ayakan).
4. Mengulangi langkah ke 3 sampai cucian tampak bersih.
5. Memasukkan kembali butir-butir pasir yang tersisa di ayakan nomor 200
ke dalam nampan, kemudian memasukan ke dalam tungku untuk
dikeringkan kembali.
6. Menimbang kembali pasir setelah tungkunya kering (B2).
Analisis Data
Berat pasir semula 500 gr
Berat pasir setelah dicuci 488,6 cc
Kandungan lumpur 2,28%
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 9B, 2020)
B 1−B 2
Kandungan lumpur = x 100
B1
500−588,6
= x 100
500
= 2,28%
3.9 PEMBAHASAN
Pengujian pemeriksaan kandungan lumpur menggunakan ayakan 200
bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan lumpur pada pasir yang digunakan
untuk adukan beton.
Hasil dari pengujian kandungan lumpur dalam pasir dengan cara
mengayak pasir dengan ayakan 200 benda uji pasir mengandung 2,28%
kandungan lumpur. Menurut PUBI 1982 pasal 11. Batas lumpur yang ada di pasir
maksimal 5%, maka pasir yang menjadi benda uji tersebut baik apabila digunakan
sebagai bahan konstruksi bangunan.Akan tetapi, pasir masih dapat digunakan bila
dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sehingga pasir dapat digunakan dalam
bahan konstruksi.
3.10 KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan kandungan lumpur dalam pasir didapat kandungan
lumpur sebesar 2,28%, dimana menurut PUBI 1982 Pasal 11 yang kadar lumpurnya tidak
melebihi dari 5%, maka pasir tersebut memenuhi syarat sebagai bahan adukan beton dan
bahan bangunan.
A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi
Berat pasir semula (B1) = 500 gr
B. Hasil Pengujian
Berat pasir setelah dicuci dan kering tungku (B2) = 488,6 gr
B1−B2
Kandungan lumpur = x 100% = 2,28%
B1
C. Kesimpulan
Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi
(PUBI 1982 Pasal 11)
D. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan
lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5% (PUBI 1982 Pasal 11)
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Nampam pencuci befungsi untuk membersihkan kandungan lumpur dalam
pasir.
2. Tungku pengering (oven) berfingsi untuk mengeringkan pasir.
3. Timbanan ketelitian 0,1% berfingsi untuk menimbang pasir.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Mengambil dan menimbang pasir lewat ayakan 4,8 sebanyak 500 gram.
2. Mencuci pasir tersebut sampai benar – benar bersih dan air cucian berwarna
bening.
3. Memasukan pasir yang telah dicuci kedalam cawan kecil.
4. Memasukan pasir yang telah dicuci kedalam tungku pengering (oven).
5. Menimbang pasir kering oven tersebut.
BAB 4
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
4.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini merupakan cara untuk mengetahui adanya kotoran organis
yang melekat pada pasir alam, yang akan mempengaruhi mutu mortar atau beton
yang dibuat. Warna gelap yang terjadi pada pemeriksaan ini tidak dapat digunakan
sebagai tolak ukur apakah pasir tersebut dapat digunakan dalam adukan, karena
warna gelap tersebt bisa berasal dari arang atau mangaan yang terkandung dalam
pasir tersebut.
4.2 TUJUAN
Pada prinsipnya pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan
apakah perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak, misalnya untuk
pemeriksaan keawetan dan kekuatan beton yang dibuat dengan menggunakan
pasir tersebut.
4.5 PERALATAN
1. Gelas ukur dengan volume 500 ml yang tidak berwarna dan
mempunyaitutup dari karet atau yang lain serta tidak larut dalam larutan
NaOH 3%
2. Warna standart (tinto meter).
3. Larutan NaOH 3%. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat
NaOH dalam 97 bagian berat air suling.
4. Plastik atau karet untuk menutup gelas ukur.
4.6 PELAKSANAAN
1. Memasukkan Benda uji (pasir) kedalam gelas ukur.
2. Menambah larutan NaOH 3% sehingga setelah mengocok isi gelas ukur
harus mencapai 200 ml. (mengocok kuat-kuat sampai betul-betul teraduk
secara merata).
3. Kemudian mendiamkan selama 24 jam dan setelah itu membandingkan
warna cairan diatas endapan pasir dengan standart (tinto meter).
4.8 PEMBAHASAN
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir
alam sebagai disintegrasi alam dari batu batuan atau pasir buatan yang dihasilkam
alat-alat pemecah batu. Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang
digunakan harus memenuhi syarat tertentu, salah satunya pasir tidak boleh banyak
mengandung bahan organic. Bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan
umumnya banyak tercampur pada pasir alam. Adapun bahan organic ini
berpengaruh negative terhadap semen, zat organic yang tercampur dapat membuat
asam-asam oerganik dan zat lain bereaksi dengan semen yang sedang mengeras.
Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan beton dan juga menghambat
hidrasi semen sehingga proses pengerasan beton lambat.
Pada pemeriksaan agregat halus atau pasir dimasukkan pada jumlah
tertentu pada botol dan ditambahkan larutan NaOH 3%. Setelah mengalami
beberapa proses dan diamkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan
warna campuran dengan warna standar helligetester no 3. Apabila warna
campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organic yang tinggi
(kotor).
Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mut
u beton. Untuk itu bila direndam dalam larutan NaOH3%, cairan di atas endapan t
idak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding. (PUBI-1982 Pasal 11). Dal
am pengujian setelah benda uji direndam selama sehari warna air yang berada diat
as lapisan pasir sudah mulai berubah, setelah diidentifikasi warna larutan NaOH 3
% diatas pasir lebih tua dari warna standar yang terlihat pada tintometer. Maka pas
ir tersebut memenuhi atau layak digunakan sebagai bahan material.
4.9 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian benda uji pada pemeriksaan zat organis dalam pasir
warna larutan NaOH 3% ini ialah pasir memiliki warna lebih muda dari warna
standar, artinya benda uji memiliki kadar organik yang renah dan baik digunakan
untuk bahan bangunan.
B. Hasil Pengujian
Warna larutan NaOH 3% di atas pasir lebih muda / lebih tuadari warna
standar.
C. Kesimpulan
Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi
(PUBI 1982 Pasal 11)
D. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Warna larutan NaOH 3% diatas endapan pasir tidak boleh lebih gelap/lebih
tua dari warna larutan pembanding (PUBI 1982 Pasal 11)
GAMBAR ALAT(…………………..…………………)
(…………………..…………………)
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume pasir.
2. Tinto meter berfungsi untuk mengukur zat organis dalam pasir.
3. Plastik dan karet gelang untuk menutup gelas ukur saat dikocok
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir sebanyak 500 ml dan menambahkan larutan
NaOH sebanyak 3%.
2. Mendiamkan larutan selama 24 jam.
Mengamati dan menyamakan warna pada tintometer
BAB 5
PEMERIKSAAN SSD PASIR
5.1 PENDAHULUAN
Pasir merupakan bahan pengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan
menggunakan uji SSD. Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir yang
sesuai sebagai bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit
atau banyaknya air yang dikandung oleh pasir tersebut.
5.2 TUJUAN
Mengetahui pasir uji termasuk dalam jenis SSD kering, basah, atau ideal.
5.5 PERALATAN
1. Kaliper (jangka sorong).
2. Corong uji SSD pasir.
3. Tongkat pemadat.
5.6 PELAKSANAAN
1. Meletakkan corong cetakan diatas permukaan yang rata dan kering.
2. Mengisi corong cetakan dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 bagian
volume corong.
3. Memasukkan 1/3 lapis pertama kedalam corong kemudian menusuk
dengan menggunakan batang baja diameter 16 mm, Panjang 60 cm, dan
berujung bulat. Melakukan langkah penusukan sebanyak 25 kali.
4. Penusukan harus merata selebar permukaan dan tidak boleh sampai masuk
ke dalam lapisan sebelumnya.
5. Setelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukannya kemudian
meratakan permukaannya sehingga rata dengan sisi atas cetakan (corong
uji SSD pasir).
6. Menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik corong cetakan keatas
secara perlahan-lahan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
7. Kriteria benda uji dapat dilihat pada gambar berikut ini :
5.8 PEMBAHASAN
Pasir yang ideal / SSD adalah pasir yang dimana kandungan airnya tidak
terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit. Dalam pembuatan bahan pasta beton
sebagai bahan bangunan, pasir mengandung peran penting yaitu pasir dengan
keadaan ideal atau SSD.
Dalam pembuatan mortar atau beton sebagai bahan konstruksi, pasir cukup
memegang peran penting sebagai bahan konstruksi, pasir yang digunakan adalah
pasir ideal / SSD sehingga kita dapat memperkirakan campuran agregat dengan
benar, terutama dengan air. Bila pasir terlalu basah atau kering sangat sulit
mempertahankan air dalam pengadukan suatu campuran. Dalam pasir ideal /SSD
kandungan airnya tidak cukup banyak / sedikit.
5.9 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pasir dalam kondisi ideal,sehingga
pasir tersebut dapat digunakan dalam pembuatan bahan pasta beton sebagai bahan
bangunan.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB V PEMERIKSAAN SSD PASIR
A. Benda Uji
Pasir asal : Merapi
B. Alat
Corong kerucut : Diameter Dasar = 8,45 cm
Diameter Atas = 3,7 cm
Tinggi = 7,35 cm
C. Hasil Pengujian
Kondisi Pasir *) : Basah ( …… )
Kering ( )
Ideal/SSD ( …….)
*) Diberi tanda () untuk jawaban yang sesuai.
D. Kesimpulan
Pasir harus (dikeringkan / diberi air)
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN SSD PASIR
(1) ( 2)
(3)
Keterangan:
1. Corong berfungsi untuk melakukan pengujian SSD paisr.
2. Tongkat pemadat berfungsi untuk memadatkan pasir dalam corong.
3. Caliper berfungsi untuk mengukur corong.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN SSD PASIR
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Menyiapkan corong cetakan dan meletakan di permukaan yang rata dan
kering.
2. Mengisi corong dengan pasir, masing-masing 1/3 bagian volumenya. Lalu
menumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
3. Meratakan lapisan corong.
Menunggu selama 30 detik dan menariknya secara tegak perlahan.
Kemudian melihat benda uji termasuk ke dalam kriteria mana.
BAB 6
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR
6.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk
mengetahui pasir tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan
campuran adukan beton.
6.2 TUJUAN
Untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis maupun SSD pasir.
6.5 PERALATAN
1. Tabung ukur (volumetrick flush) 1000 ml.
2. Tungku pengering (oven).
3. Timbangan.
4. Loyang.
6.6 PELAKSANAAN
1. Mengisi air kedalam tabung sampai line akhir tabung ukur (volumetrick
flush) 1000 ml.
2. Menimbang, kemudian mengeluarkan air.
3. Menyediakan pasir SSD sebanyak 500 gr.
4. Memasukkan pasir SSD kedalam tabung ukur dan jangan sampai tumpah.
5. Setelah itu memasukkan air sampai line akhir tabung ukur.
6. Menggoyangkan sampai udara nampak keluar.
7. Memberi air sampai line akhir tabung ukur.
8. Mengeluarkan air dari tabung ukur.
9. Mengeluarkan pasir dari tabung ukur dan mengeringkan selama 36 jam.
6.9 PEMBAHASAN
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara massa pasir asli dengan masa air murni. Pemeriksaan
berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk mengetahui pasir
tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan campuran adukan beton.
Setelah melakukan praktikum pengujian berat jenis pasir maka didapatkan
hasil analisis hitungan sebagai berikut :
a. Berat jenis kering tungku : 2,43
b. Berat jenis pasir SSD kering tungku : 25,6
c. Presentase penyerapan air : 5,10 %
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa pengujian berat
jenis pasir yang kami lakukan menunjukan hasil sebesar 2,56 sehingga pasir
tersebut termasuk dalam kondisi baik karena menurut (PUBI), 1982 Pasal 11 Pasir
Beton “Syarat berat jenis pasir yang baik adalah 2.4-2.9”.
6.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa pemeriksaan berat jenis pasir didapat hasil :
a. Berat jenis kering tungku = 2,43
b. Berat jenis SSD kering tungku = 2,56
c. Presentase penyerapan air = 5,10 %
Pasir telah memenuhi syarat sesuai PUBI 1982 pasal 11 Pasir Beton.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB VI PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR
A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi
B. Hasil Pengujian
Berat pasir + tabung ukur + air (A) =1600 gr
Berat pasir SSD (B) = 500 gr
Berat tabung ukur + air (C) =1295 gr
Berat pasir kering tungku (D) =475,7 gr
C. Analisis Data
B−D
Presentase penyerapan air x 100% = 5,10 %
D
D. Kesimpulan
Menurut berat jenis dan SSD pasir, benda uji memenuhi / tidak memenuhi
syarat (*).
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Untuk berat jenis pasir SSD yang baik adalah 2,4 – 2,9.
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Tabung ukur berfungsi untuk mengukur air.
2. Oven berfungsi untuk mengeringkan pasir.
3. Timbangan berfungsi untuk menimbang pasir.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
(7)
Keterangan:
1. Mengisi air kedalam tabung ukur sampai garis line akhir tabung. Lalu
menimbang tabung yang berisi air kemudian mengeluarkan airnya.
2. Menimbang serta mencatat berat air dan berat tabung ukur lalu air
dikeluarkan.
3. Memasukan pasir ke dalam piknometer sebanyak 500 gr.
4. Mengoyangkan tabung sampai gelembung udara hilang atau keluar.
5. Memasukkan air dan pasir kedalam cawan.
6. Memasukan cawan yang berisi pasir kedalam oven selama 36 jam.
Menimbang pasir kering oven.
BAB 7
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR
7.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai kehalusan
dan kekerasan suatu agregat. Kehalusan atau kekerasan agregat dapat
mempengaruhi kecelakaan dari mortar beton, apabila agregat halus yang terdapat
dalam mortar terlalu banyak akan menyebabkan lapisan tipis dari agregat halus
dan semen akan naik ke atas.
7.2 TUJUAN
Untuk mengetahui kehalusan atau kekerasan butiran pasir.
7.5 PERALATAN
1. Satu set ayakan 4,75 mm; 2,36mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm;
dan untuk sisa.
2. Alat getar ayakan (siave saker).
3. Timbangan.
4. Kuas untuk membersihkan ayakan.
5. Cawan.
7.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil pasir dan ditimbang sebanyak 500 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan disusun dari atas ke bawah sesuai dengan
ukurannya.
3. Memasukkan pasir kedalam set ayakan.
4. Memasang set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian menggetarkan
selama ±1 menit.
5. Mengambil ayakan dari alat getar, kemudian mengambil dan menimbang
pasir yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan (tidak boleh ada
pasir yang masih tertinggal dalam ayakan, bila perlu dibersihkan
menggunakan kuas).
2,36 54
1,18 121.5
0,60 248.4
0,30 70.8
0,15 5.3
sisa 0
Jumlah 500
121,5
3. Lubang ayakan 1,18 = . 100%
500
=24,30%
248,4
4. Lubang ayakan 0,60 = . 100%
500
=49,68%
70,8
5. Lubang ayakan 0,30 = . 100%
500
=14,16%
5,3
6. Lubang ayakan 0,15 = . 100%
500
=1,06%
7. Sisa ayakan =0
= 100%
b. Berat Komulatif (%)
1. Berat Komulatif Ayakan 4,75 = 0%
Jadi total berat Komulatif lewat Ayaakan (%) = 100% + 89,20% + 64,90%
+ 15,22 + 1,06% + 0%
= 270,38%
7.9 PEMBAHASAN
Setelah melalui pengujian menggunakan 1 set alat penyaring selama 1
menit lalu diperoleh nilai berat butiran yang tertinggal dalam satuan (gr),
kemudian dicari nilai berat dalam satuan (%) kemudian setelah itu diperoleh nilai
berat komulatif tertitinggal dan berat komulatif butiran yang lewat ayakan dalam
satuan (%).
Pada pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) Pasir dan analisis
hitungan maka di peroleh hasil sebagai berikut :
a. Total Berat Tertinggal = 100 %
b. Total Berat Komulatif = 329,62%
c. Total Berat Komulatif Lolos Ayakan = 270,38%
d. MHB Pasir = 3,29
Berdasarkan data dari pengujian MHB pasir tersebut menunjukan hasil
sebesar 3,51yang berarti kadar kehalusan pasir dalam keadaan baik karena MHB
pasir berkisar 1,50 – 3,8. Semakin besar nilai Modulus Halus Butir (MHB) suatu
agregat berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar). Menurut SNI
No. 1737-1989 maka MHB pasir telah memenuhi syarat dan gradasi pasir masuk
dalam batas I (Kasar).
7.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian modulus halus butiran pasir, didapat hasil
akhir sebagai berikut :
a. Total Berat Tertinggal = 100 %
b. Total Berat Komulatif = 329,62 %
c. Total Berat Komulatif Lolos Ayakan = 270,38 %
d. MHB Pasir = 3,,29
e. Batas Pasir = II (Agak Kasar)
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB VII PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR
A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi
Berat pasir yang diperiksa = 500 gr
B. Hasil Pengujian
Lubang Berattertinggal Beratkumulatif Beratkumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewatayakan (%)
4,75 0 0 0 100
2,36 54,0 10,8 10,8 89,2
1,18 121,5 24,3 35,1 64,9
0,60 248,4 49,68 84,78 15,22
0,30 70,8 14,16 98,94 1,06
0,15 5,3 1,06 100 0
Xxxxxxxxxxxxx
Sisa 0 0 xxxxxxxxxxxxxx
x
Jumlah 500 100 329,62 270,38
C. Analisis Data
Modulus Halus Butiran (MHB) pasir : 3,30
Gradasi pasir masuk daerah (*) : I (kasar)
II (agak kasar)
III (agak halus)
IV (halus)
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, maka gradasi pasir masuk pada daerah
kasar / agak kasar/ agak halus / halus (*).
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Buatlah grafik gradasi pasir pada lembar berikut.
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Satu set ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm;dan
untuk sisa berfungsi menyaring dan menampung benda uji.
2. Alat getar ayakan (siever saker) berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
pengayakan.
3. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji sebelum diayak dan
sesudah diayak.
4. Kuas untuk membersihkan ayakan.
5. Cawan berfungsi sebagai wadah benda uji ketika ditimbang.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan :
1. Mengambil pasir dan menimang pasir sebagai benda uji sebanyak 500 gram.
2. Menyiapkan set ayakan, yang penyusunan sesuai dengan ukuranya. Kemudian
memasukan benda uji ke dalam satu set ayakan.
3. Memasang dan menggetarkan selama 1 menit
4. Mengeluakan pasir yang tertinggal pada ayakan
5. Menimbang pasir di setiap lapisan ayakan.
BAB 8
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
8.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai variasi
butiransuatu agregat. Variasi butiran agregat kasar dapat mempengaruhi
kelecakan dari mortar beton, apabila agregat kasar yang terdapat dalam mortar
terlalu banyak akan menyebabkan keropos pada beton.
8.2 TUJUAN
Untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran butiran kerikil.
8.5 PERALATAN
1. Satu set ayakan 38,1 mm; 25 mm; 19 mm; 9,5 mm; 6,3 mm; 4,75 mm;
2,36 mm;dan untuk sisa.
2. Alat getar ayakan.
3. Timbangan.
4. Kuas pembersih ayakan.
5. Cawan
8.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil kerikil dan menimbang sebanyak 2000 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun dari atas kebawah sesuai
dengan ukurannya.
3. Memasukkan kerikil kedalam satu set ayakan.
4. Memasangkan set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian
menggetarkan selama ± 1 menit.
Mengambil ayakan dari alat getar, kemudian mengambil dan menimbang
kerikil yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan (tidak boleh ada
agregat yang masih tertinggal dalam ayakan, bila perlu membersihkan
menggunakan kuas).
sisa 3
Jumlah 2000
564,5
3. Lubang Ayakan 19,00 = . 100%
2000
=28,23%
361,0
4. Lubang Ayakan 12,50 = . 100%
2000
= 18,05%
135,4
5. Lubang Ayakan 9,50 = . 100%
2000
= 6,77 %
105,0
6. Lubang Ayakan 6,35 = .
2000
= 5,25 %
2,3
7. Lubang Ayakan 4,75 = . 100%
2000
= 0,12 %
1,7
8. Lubang Ayakan 2,36 = . 100%
2000
= 0,09 %
3
9. Sisa Ayakan = . 100%
2000
= 0,15 %
8.9 PEMBAHASAN
Setelah melalui pengujian menggunakan 1 set alat penyaring selama 1
menit lalu diperoleh nilai berat butiran yang tertinggal dalam satuan (gr),
kemudian dicari nilai berat dalam satuan (%) kemudian setelah itu diperoleh nilai
berat komulatif tertinggal dan berat komulatif butiran yang lewat ayakan dalam
satuan (%).
Batas MHB pada umumnya diantara 5,0 – 8,0.
Pada pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) Pasir dan analisis hitungan
maka di peroleh hasil sebagai berikut :
a. Total Berat Tertinggal = 100 %
b. Total Berat Komulatif = 592,27%
c. Total Berat Komulatif Lolos Ayakan = 207,74%
d. MHB Kerikill = 5,92
e. Batas Kerikil =1
Berdasarkan data dari pengujian MHB kerikil tersebut menunjukan hasil
sebesar 5,85 yang berarti kadar kehalusan kerikil dalam keadaan baik karena
MHB kerikil berkisar 5,0 – 8,0. Semakin besar nilai Modulus Halus Butir (MHB)
suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar). Menurut
SNI No. 1737-1989 maka MHB kerikil telah memenuhi syarat dan gradasi kerikil
masuk dalam batas 1.
Gambar 8.2 Pemeriksaan Modulus Halus Butiran Kerikil
(Sumber : Hasil praktikum Kelompok 3G, 2019)
8.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian modulus halus butiran kerikil, didapat hasil
akhir sebagai berikut :
a. Total Berat Tertinggal = 100 %
b. Total Berat Komulatif = 592,27 %
c. Total Berat Komulatif Lolos Ayakan = 207,74 %
d. MHB Keril = 5,90
e. Batas Kerikil =1
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB VIII PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
A. Benda Uji
Kerikil asal = Merapi
Berat kerikil yang diperiksa = 2000 gr
B. Hasil Pengujian
Lubang Berattertinggal Beratkumulatif Beratkumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewatayakan (%)
38,10 0 0 0 38,10
25,00 827,2 41,36 41,36 25,00
19,00 564,5 28,225 69,58 19,00
12,75 361,0 18,05 87,63 12,75
9,50 135,4 6,77 94,40 9,50
6,35 105,0 5,25 99,65 6,35
4,75 2,3 0,115 99,77 4,75
2,36 1,7 0,085 99,85 2,36
Xxxxxxxxxxxxx
Sisa 2,9 0,145 Sisa
x
Jumlah 2000 100 592,24 Jumlah
C. Analisis Data
Modulus Halus Butiran (MHB) kerikil : 5,90
Gradasi kerikil masuk daerah *) : I ( .. )
II ( ..... )
*) Diberi tanda () untuk jawaban yang sesuai.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, maka gradasi kerikil masuk pada daerah I /
daerah II (*).
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Buatlah grafik gradasi kerikil pada lembar berikut.
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
Hasil
Pengujian
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Satu set ayakan 38,1 mm; 25 mm; 19 mm;9,5 mm; 6,3 mm; 4,75 mm; 2,36
mm; dan untuk sisa berfungsi menyaring dan menampung benda uji.
2. Alat getar ayakan berfungsi sebagai alat bantu dalam proses pengayakan.
3. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji sebelum diayak dan
sesudah diayak.
4. Kuas pembersih ayakan.
5. Cawan berfungsi sebagai wadah benda uji ketika ditimbang.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan :
1. Mengambil kerikil sebagai benda uji sebanyak 2000 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan yang penyusunannya sesuai dengan ukurannya.
Kemudian memasukkan benda uji ke dalam saringan.
3. Memasangkan set ayakan ke alat getar. Kemudian menyalakan alat tersebut
selama 1 menit.
4. Menimbang setiap kerikil yang tertinggal pada masing-masing ayakan.
BAB 9
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT
9.1 PENDAHULUAN
Perbandingan antara berat dan volume agregat (pasir dan kerikil) termasuk
pori-pori antara butirannya disebut berat volume atau berat satuan.
9.2 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cara mencari berat satuan
pasir, kerikil, atau campuran.
Jenis
Ukuran Bejana Minimum
Pasir Kerikil/campuran
Dimensi bejana ( mm ) 150 x 300 150 x 300
Volume ( liter ) 18,02 17,36
Tabel 9.1 Ukuran Bejana dan Ukuran Batuan yang Diuji
(Sumber: PUBI-1982)
9.6 PELAKSANAAN
1. Menimbang bejana (B1).
2. Mengukur diameter serta tinggi bejana.
3. Memasukan pasir/kerikil kedalam bejana sebanyak 3 lapis dengan tiap
lapis 1/3 bagian bejana dan memadatkan masing-masing sebanyak 25 kali.
4. Setelah menumbuk, bejana yang berisi pasir/kerikil permukaanya
diratakan menggunakan mistar perata.
5. Menimbang berat bejana berisi pasir/kerikil (B2).
9.8 HITUNGAN
a. Berat pasir (B3) = B 2 – B1
=10,84 – 19
= 8,16 kg
B3
b. Berat satuan pasir =
Volume bejana
8,16
=
0,0058
= 1605,082 kg/m3
c. Berat kerikil (B3) = B2 – B1
= 10,82 – 18,41
= 7,59 kg
B3
d. Berat satuan kerikil =
Volume bejana
7,59
=
0,00507
=1496,221 kg/m³
9.9 PEMBAHASAN
Berat satuan agregat adalah berat satuan agregat dalam satuan bejana yang
dinyatakan dalam satuan kg/liter atau ton/m3. Berat satuan dalam satuan bejana
terdiri volume butir tertutup dan terbuka. Berat satuan agregat terdiri dari volume
agregat, untuk agregat normal 1,50 sampai 1,80. Berat satuan merupakan
perbandingan antara berat agregat dengan volume alat.
Pada pengujianya dihasilkan berat pasir dengan selisih antara berat bejana
berisi pasir dengan berat bejana sebesar 8,16 kg, dan hasil berat satuan pasir
didapat dengan perbandingan berat pasir dan volume bejana sebesar 1605,082 kg/
m3.
Sedangkan berat kerikil didapat dengan selisih antara berat bejana berisi
kerikil sebesar 7,59 kg, dan hasil berat satuan kerikil didapat dengan
perbandingan berat kerikil dan volume bejana sebesar 1496,221 kg/m³.
Pada umumnya agregat normal antara 1,50 – 1,80, oleh karena itu hasil
berat satuan pasir sesuai dengan agregat normal, sedangkan untuk hasil berat
satuan kerikil tidak sesuai dengan agregat normal. Karena kerikil yang diuji
termasuk kerikil ringan atau kemungkinan saat penumbukan kurang padat
A. Benda Uji
Pasir asal : Merapi
B. Hasil Pengujian
Berat bejana (B1) = 10,84 kg
Berat bejana berisi pasir (B2) = 19 kg
Ukuran bejana :
Diameter bagian dalam = 146,86 mm
Tinggi bagian dalam = 300 mm
Volume bejana = 5083852.62 mm3 = 0,00508 m3
C. Analisis Data
Berat pasir (B3) = B 2 – B1 = 8,16 kg
B3
Berat satuan pasir = = 1605,082 kg/m3
volume bejana
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka berat satuan agregat halus =
1605,082 kg/m3
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB IX PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT KASAR
(KERIKIL)
A. Benda Uji
Kerikil asal : Merapi
B. Hasil Pengujian
Berat bejana (B1) = 10,82 kg
Berat bejana berisi kerikil (B2) = 18,41 kg
Ukuran bejana :
Diameter bagian dalam = 146,7 mm
Tinggi bagian dalam = 300 mm
Volume bejana = 5072781.214 mm3 = 0,00507 m3
C. Analisis Data
Berat kerikil (B3) = B 2 – B1 = 7,59 kg
B3
Berat satuan kerikil = = 1496,221kg/m3
volume bejana
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka berat satuan agregat kasar =
1496,221kg/m3
(3)
Keterangan:
1. Timbangan berfungsi untuk menimbang bejana dan agregat
2. Alat pemadat berfungsi untuk memadatkan agregat.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Menimbang bejana (B1).
2. Mengukur diameter dan tinggi bejana.
3. Memasukan pasir kedalam bejana sebanyak 3 lapis dengan tiap lais 1/3
bagiam bejana.
4. Memadatkan tiap lapisan menggunakan batang besi masing-masing sebanyak
⅓ kali tumbukan.
5. Menimbang pasir dalam bejana (B2).
BAB 10
PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU
10.1 PENGERTIAN
Kuat tekan kayu adalah nilai yang digunakan untuk mengetahui kelas kuat.
Kelas kuat kayu adalah tolok ukur yang akan kita gunakan di lapangan untuk
menentukan dimensi kayu dan harus didasarkan pada pembebanan yang bekerja.
10.2 TUJUAN
Untuk mengetahui cara menguji kuat tekan kayu searah serat.
10.5 PERALATAN
1. Kaliper (jangka sorong).
2. Meteran.
3. Stopwatch.
4. Mesin uji tekan.
5. Gergaji.
10.6 PELAKSANAAN
1. Menyiapkan benda uji beupa kayu yang akan diuji tekan.
2. Menempatkan benda uji kayu pada mesin uji tekan.
3. Memberikan pembebanan dengan kecepatan sekitar 0,6 mm/menit.
4. Mencatat besar beban maksimum dan lama pembebanan.
5. Memeriksa bentuk satu benda uji setelah patah.
10.8 HITUNGAN
1. Luas penampang (A) =bxh
= 49,57 x 49,62
= 2460,15 mm²
P
2. Kuat tekan kayu =
A
120000
=
2460,15
= 48,77 N/mm²
P
3. Kecepatan pembebanan =
s
120
=
25
= 4,800 kN/s
10.9 PEMBAHASAN
Pengujian kuat tekan kayu yang dilakukan dengan menggunakan sampel
kayu berukuran 49,57x49,62 1x200,375 mm yang diberikan pembebanan sampai
kuat tekan maksimum. Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka didapat
data pengamatan dan analisis hitungan sebagai berikut :
a. Luas penampang : 2460,15 mm2
b. Kuat tekan kayu jenis sengon : 48,77 N/mm2
c. Kecepatan pembebanan : 4,800kN/detik
d. Kelas kuat : III (Berdasarkan tabel 37-4 PUBI -1982)
Berdasarkan hasil tersebut didapat kuat tekan kayu jenis mahoni sebesar
48,77 N/mm2, di mana hasil tersebut masuk dalam klasifikasi kuat tekan kayu
kelas III, hasil tersebut tidak sesuai dengan kelas kuat kayu pada pengujian berat
jenis dan kadar air yang menunjukan kayu masuk dalam klasifikasi kelas III.
10.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian tekan
kayu albasia didapat hasil akhir sebagai
berikut
1. Luas penampang
= 2460,15 mm2
2. Kuat tekan kayu jenis mahoni = 48,77 N/mm2
3. Kecepatan pembebanan =4, 800kN/detik
4. Kelas kuat = III
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB X PENGUJIAN KUAT TEKANKAYU
A. Benda Uji
Jenis kayu : Sengon
Ukuran kayu :
Panjang (L) Sisi A (b) Sisi B (h)
Uraian
(mm) (mm) (mm)
Pengukuran 1 200 49,10 49,40
Pengukuran 2 195 49,15 50,10
Jumlah 395 98,25 99,5
Rata-rata 197,5 49,1 49,75
B. Hasil Pengujian
Beban maksimum (P) =80 kN = 21.0000 N
Lama pembebanan (s) =30 detik
C. Analisis Data
Luas penampang (A) = b . h = 2.442,725 mm2
Kuat tekan kayu = P/A = 8,596 N/mm2
Kecepatan pembebanan = P/s = 0,7 kN/detik
D. Kesimpulan
Kuat tekan kayu : 8,596 MPa
Termasuk kelas kuat : III (lihat tabel 37-3 PUBI-1982).
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU
(1) (1)
(3)
Keterangan:
1. Kaliper berfungsi untuk mengukur ukuran kayu.
2. Stopwatch berfungsi untuk mengukur lama waktu sampai kayu patah.
3. Mesin uji tekan berfungsi untuk menguji kuat tekan kayu.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Mengukur panjang tinggi dan lebar kayu 200x50x50.
2. Menempatkan benda uji kayu pada mesin uji kuat tekan dan memberi kayu
tersebut pembebanan dengan kecepatan sekitar 0,6 mm/menit.
3. Mencatat beban maksimum dan lama pembebanan kemudian memeriksa beban
uji setelah patah.
4. Mengamati kerusakan dan mengukur kembali panjang, lebar dan tinggi.
BAB 11
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU
11.1 PENDAHULUAN
Suatu balok kayu biasanya menahan beban lentur. Untuk mengetahui
kekuatan terhadap momen lentur maka perlu dilakukan pengujian lentur.
11.2 TUJUAN
Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menguji kekuatan lentur balok
dan menghitung balok dan menghitung tegangan lentur maksimalnya
11.5 PERALATAN
1. Mesin uji lentur balok.
2. Kaliper (jangka sorong).
3. Meteran.
4. Gergaji.
11.6 PELAKSANAAN
1. Mengukur penampang balok dengan teliti.
2. Memasang balok pada tempat pengujian dengan panjang bentang sekitar 450
mm (tergantung ukuran kayu) dan beban dua titik dengan jarak masing-
masing 1/3 bentang dari perletakan dengan kecepatan pembebanan 8-10
Kg/cm2 per menit.
3. Mencatat beban maksimum yang mematahkan balok.
1. Reaksi Tumpuan
∑M B=0
RAV x 639 – P1 x L1– P2 x L2+ RBV x 0 =0
RAV x 639 – 6400 x 426 – 6400 x 213+ RBV x 0 =0
RAV = 6400 N
∑M A=0
-RBV x 639 + P1 x L1 + P2 x L2 – RAV x 0 =0
-RBV x 639 + 6400 x 213 + 6400 x 426 – RAV x 0 =0
-RBV = 6400 N
∑ V =0 (RAV +RBV) – (P1+P2) =0
(6400 +6400) – (6400+ 6400) =0
12800 – 12800 = 0 ( oke )
2. Shear Force (Gaya Geser)
A = +RAV
=+6400 N
C = +RAV- P1
= +6400 – 6400
=0
D = +RAV – P1 - P2
= +6400 – 6400 – 6400
= – 6400N
B = +RAV – P1 – P2 + RBV
= +6400 – 6400 – 6400 +6400
=0
3. Momen
MA = 0Nmm
MC = RAV x LAC
= 6400 x 213
= 1363200Nmm
MD = (RAV x LAD) – (P1 x LDC)
= (6400 x 426) – (6400 x 213)
= 1363200 Nmm
MB = (RAV x Ltotal) – (P1 x LCB) – (P2 x LDB)
= (6400 x 639) – (6400 x 426) – (6400 x 213)
= 4089600 – 2726400 – 1363200
= 0 Nmm
a. Momen Maks = 1363200Nmm
1
b. Tahanan Momen (W) = x b x h2
6
1
= x 49,7 x 748
6
=20296,238 mm3
Momen max
Kuat Lentur Kayu (F maks) =
W
1363200
=
20296,238
= 67,165N/mm²
P
c. Kecepatan pembebanan =
S
12,8
=
25
= 0,512 kN/detik
11.9 PEMBAHASAN
Pada pegujian kuat lentur kayu ini bertujuan untuk memberikan gambaran bag
aimana cara menguji kekuatan lentur balok dan menghitung tegangan lentur maksimu
mnya. Benda uji yang digunakan pada pratikum ini ialah kayu mahoniberukuran 49,5
x 49,7 dengan panjang 639 mm. Pada pelaksanaannya pengujian dilakukan mengguna
kan alat tekan kayu, saat kayu diletakan pada alat uji kemudian menandai titik pembe
bananya.
Dari hasil uji ini didapatkan BMD maks. sebesar 1363200Nmm, tahanan mome
m (W) 20296,238 mm3 dan kecepatan pembebanan 0,512 kN/detik. Kuat lentur kayu
(F Maks) sebesar 67,165N/mm² dari hasil tersebut kayu mahoni yang diuji termasuk
ke dalam kelas III.
11.10 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kuat lentur kayu di dapatkan nilai:
- BMD maks : 1363200Nmm
- Tahanan Momem (W) : 20296,238 mm3
- Kuat lentur kayu (F Maks) : 67,165 N/mm2
- Kecepatan Pembebanan :0,512 kN/detik
Kayu pada Sengon pada pengujian ini masuk kedalam kuat lentur kelas III.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XI PENGUJIAN KUAT LENTURKAYU
A. Benda Uji
Jenis kayu : Sengon
Ukuran kayu :
Panjang (L) Lebar (b) Tinggi (h)
Uraian
(mm) (mm) (mm)
Pengukuran 1 638 49 50
Pengukuran 2 635 48 49
Jumlah 1273 97 99
Rata-rata 636,5 48,5 49,5
B. Hasil Pengujian
Beban maksimum (P) =6,5 kN = 6500 N
Lama pembebanan (s) = 12 detik
C. Analisis Data
Tahanan Momen (W) = 1/6 . b . h2 = 19806,1875 mm3
Momen max
Kuat lentur kayu (F max) = =67,165 N/mm2
W
Kecepatan pembebanan = P/s =0,541 kN/detik
D. Kesimpulan
Kuat lentur kayu : 67,165 MPa
Termasuk kelas kuat : III(lihat tabel 37-3 PUBI-1982).
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mesin uji lentur balok berfungsi untuk mengukur kuat lentuk kayu.
2. Kaliper berfungsi untuk mengukur tinggi dan lebar balok.
3. Meteran berfungsi untuk mengukur panjang balok.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Mengukur penampang balok kayu.
2. Menempatkan benda uji kayu pada mesin uji kuat lentur dengan Panjang 450 mm
dan beban dua titik dengan jarak masing-masing 1/3 bentang.
3. Memberi benda uji kecepatan pembebanan 8-10 kg/cm2 per menit.
4. Mencatat beban maksimum dan lama pembebanan kemudian memeriksa benda
uji
BAB 12
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
12.1 PENDAHULUAN
Percobaan ini dilakukan untuk dapat menghitung ukuran diameter tulangan
yang kita tentukan.
12.2 TUJUAN
Mengetahui cara menentukan diameter tulangan, karena sering ditemui ukuran
di pasaran yang ukurannya tidak homogen.
12.5 PERALATAN
1. Timbangan.
2. Kaliper (jangka sorong).
3. Gergaji potong baja.
4. Meteran.
12.6 PELAKSANAAN
1. Memotong baja tulangan 1 meter.
2. Menimbang baja tulangan tersebut.
12.9 PEMBAHASAN
Pengujian pemeriksaan diameter pengenalan tulangan ini bermaksud untuk
mengetahui diameter tulangan dari data panjang dan berat tulangan. Adapun benda uji
yang digunakan yaitu tulangan polos dan tulangan ulir. Dari hasil uji pemeriksaan
diameter pengenalan tulangan didapatkan:
Tulangan Polos:
a. Berat (w) : 0,0537 kg/cm
b. Diameter : 3,044 cm
Tulangan Ulir:
a. Berat (w) : 0,1080 kg/cm
b. Diameter : 4,317 cm
Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa tulangan memiliki berat dan
diameter masing-masing sesuai kebutuhan di lapangan.
12.10 KESIMPULAN
Dari hasil uji pemeriksaan diameter pengenalan tulangan didapatkan:
Tulangan Polos :
a. Berat (w) : 0,0537 kg/cm
b. Diameter : 3,044 cm
Tulangan Ulir :
a. Berat (w) : 0,1080 kg/cm
b. Diameter : 4,317 cm
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XII PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
A. Benda Uji
Jenis baja tulangan : Polos dan Ulir
B. Hasil Pengujian
Hasil Uji Tulangan Polos Tulangan Ulir
Berat benda uji (B) kg 0,052 1,21
Panjang benda uji (L) cm 10,39 9,84
C. Kesimpulan
Hasil Uji Tulangan Polos Tulangan Ulir
Berat benda uji parcentimeter panjang
B 0,005 0,123
w= (kg/cm)
L
Diameter pengenalan tulangan
0,900 4,468
Dn =12,74 √ w (cm)
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Caliper berfungsi untuk mengukur diameter baja
2. Timbangan benrfungsi untuk menimbang berat baja
3. Meteran berfungsi untuk mengukur panjang baja
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN
(1) (2)
Keterangan:
13.1 PENDAHULUAN
Semua bahan padat akan berubah bentuk apabila diberi beban. Perubahan
bentuk tergatung pada besar beban, unsur kimia maupun kondisi bahan, bentuk benda
uji, suhu, kecepatan pembebanan dan sebagainya. Suatu kurva yang menghubungkan
antara beban dan perubahan bentuk pada benda uji (deformasi) merupakan bagian
utama dari studi tentang sifat mekanika dari bahan benda uji itu. Akan tetapi,
biasanya pengujian itu agak berbeda bila bentuk geometrinya berbeda, walapun
bahannya sama. Oleh karena itu bentuk dibuatkan suatu standar sedemikian rupa
sehingga kurva tegangan-tegangan diperoleh juga merupakan standardpula.
13.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah kerja pengujian uji tarik baja.
2. Untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja.
13.5 PERALATAN
1. Mesin uji tarik.
2. Alat gambar .
3. Kaliper (jangka sorong).
4. Meteran.
13.6 PELAKSANAAN
1. Mengukur dimensi benda uji, maupun jarak dua titik ukur awal.
2. Memasang penolok ukur regangan pada benda uji
3. Menarik spesimen tarik baja dengan menambahan tegangan tidak melebihi 10
MPa/detik.
4. Setelah selesai pengujian (benda uji telah putus) mencatat jarak titik ukur,
diameter pada tempat putus dari keadaan putusnya benda.
13.9 PEMBAHASAN
Pengujian Tarik baja dilakukan untuk mengetahui mutu dari baja yang akan di
gunakan untuk keperluan kontruksi bangunan. Dalam pengujian ini, digunkan baja po
los berdiameter 10mm. Dalam pengujian ini, baja ditarik menggunakan beban sampai
baja putus. Dari pengujian ini didapat hasil sebagai berikut :
a. Tegangan leleh = 299,850 N/mm2
b. Tegangan maksimum = 499,750 N/mm2
c. Regangan = 12,126 %
d. Perpanjangan luas di tempat putus = 67,184 %
Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa baja yang digunakan termasuk k
e dalam golongan BJTP 50. (Berdasarkan PUBI Tabel 74-6). Akan tetapi akan lebih b
aik jika pengujian ini dilakukan beberapa kali untuk diambil reratanya. Pengujian yan
g hanya dilakukan sekali masih belum bisa dikatakan akurat dan sesuai dengan persya
ratan, karena bisa saja terjadi kesalahan pada saat pembacaan arloji pada mesin kuat t
arik dan pembacaan jangka sorong atau penggaris saat pengukuran.
13.10 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kuat Tarik baja didapat hasil sebagai berikut :
a. Tegangan leleh = 299,850 N/mm2
b. Tegangan maksimum = 499,750 N/mm2
c. Ragangan = 12,126 %
d. Perpanjangan luas di tempat putus = 67,184 %
Berdasarkan nilai tegangan leleh dan tengangan maksimumnya, baja tulangan
polos yang digunakan masuk ke dalam jenis mutu baja BJTP 50. (Berdasarkan PUBI
1982 Tabel 74-6)
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XIII PENGUJIAN TARIK BAJA
A. Benda Uji
Bahan benda uji : Baja tulangan polos (BJTP)
Diameter terukur :
Pengukuran 1 5 mm
Pengukuran 2 5 mm
Pengukuran 3 5,03 mm
Diameter rerata (D) 5,010 mm
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengujian tarik baja
L Beban Tegangan Modulus Elastis
Regangan
(mm) (P) = P/A E = / Keterangan
= L/Lo
(kN) (N) (N/mm2) (N/mm2)
0 0 0 0 0 0
1 4 4000 203.822 0.010 20382.166 TA
2 5 5000 254.777 0.020 12738.854 TL
3 6 6000 305.732 0.030 10191.083 TL
4 6 6000 305.732 0.040 7643.312
5 7 7000 356.688 0.050 7133.758
6 8 8000 407.643 0.060 6794.055
7 9 9000 458.599 0.070 6551.410
8 9 9000 458.599 0.080 5732.484
9 10 10000 509.554 0.090 5661.713 TM
10 10 10000 509.554 0.090 5661.713
11 9 9000 458.599 0.100 4585.987
12 8 8000 407.643 0.110 3705.848 P
13
14
15
Beban leleh : 6000 N
Beban maksimum : 10000 N
Jarak dua titik ukur akhir sesudah diuji (La) : 110 mm
Diameter di tempat putus (Da) : 2,55 mm
C. Kesimpulan
Tegangan leleh : 299,850 MPa
Tegangan masksimum : 499,750 MPa
Perpanjangan akhir (regangan) : 10%
Pengurangan luas di tempat putus : 291,653 %
Menurut PUBI 1982 Tabel 74 – 6, baja ini mutu : BJTP 50
Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….
Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 12
Asisten, Mahasiswa,
GAMBAR ALAT
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
PENGUJIAN TARIK BAJA
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mesin uji Tarik berfungsi untuk melakukan uji tarik baja.
2. Meteran berfungsi untuk mengukur panjang baja.
3. Kaliper berfungsi untuk mengukur diameter baja.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMBUATAN ADUKAN BETON
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Menyiapkan dan menimbang bahan material, seperti pasir, air, semen dan
agregat.
2. Memasukkan setiap bahan material ke dalam nampan, kecuali air. Lalu
mencampurkan setiap bahan hingga merata.
3. Menambahkan air sedikit demi sedikit sampai adukan tampak memiliki
kecelakaan yang cukup.
4. Menempatkan adukan ke dalam bejana yang kita inginkan.
BAB 14
PEMBUATAN ADUKAN BETON
14.1 PENDAHULUAN
Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar
pembuatan campuran beton.
14.2 TUJUAN
Untuk mengetahui langkah-langkah yang benar dalam pengadukan beton.
14.5 PERALATAN
1. Cangkul.
2. Bejana.
3. Sekop.
4. Ember.
5. Timbangan.
6. Tongkat penusuk adukan.
7. Mesin molen.
14.6 PELAKSANAAN
Pelaksanaan pengadukan adukan beton pada praktikum ini adalah
mengikuti langkah – langkah seperti di bawah ini:
1. Pengukuran
Mengukur Semen Portland dan batuan (pasir dan kerikil kering) secara
teliti dengan berat atau melalui proses penimbangan, adapun air yang
digunakan dapat diukur dengan menggunakan berat atau dengan
volumenya (gelas ukur).
2. Pencatatan
Menetapkan terlebih dahulu suatu formulir data yang jelas yang membuat
bahan yang akan dicampur. Menimbang batuan dapat dimulai dari pasir
yang halus (apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi
beberapa kelompok) kemudian menambah dengan batuan yang
berdiameter lebih besar (penimbangan dilakukan secara kumulatif).
Dengan demikian secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak berbeda
banyak dengan berat rencana, bila dibandingkan dengan cara pasir dan
kerikil ditimbang sendiri-sendiri.
3. Cara Penimbangan
a. Sebelum menimbang batuan (pasir dan kerikil) harus dalam keadaan
jenuhkering muka. Menimbang batuan (pasir dan kerikil) dengan
timbangan yang mempunyai ketelitian smpai 0,1 kg. Mengisikan
batuan ke dalam sebuah bejana atau tempat lain yang volumenya
cukup untuk setengah atau semua batuan (pasir dan kerikil).
Kemudian menimbang bejana itu.
b. Mengontrol berat kumulatif batuan (pasir dan kerikil) sebelum
bejana diisi dengan kelompok batuan (pasir dan kerikil) yang
berbutir lebih kasar.
c. Menimbang Semen Portland dengan timbangan yang mempunyai
ketelitian sampai 0,001 kg.
4. Cara Pengadukan
a. Sambil memutar mesin aduk (masukan air sebanyak sekitar 0,80 kali
yang direncanakan).
b. Memasukan batuan (pasir dan kerikil) ke dalam mesin aduk, dan
memasukan pula semen di atas batuan (pasir dan kerikil) itu.
c. Waktu mengaduk sebaiknya tidak kurang dari 3 menit.
d. Mengaduk beton segar kemudian mengeluarkan dan menampung
dalam bejana yang cukup besar. Bejana itu harus sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan pemisahan kerikil bila dituangkan
dalam cetakan.
Dari poin a dan b maka diambil nilai faktor air semen terkecil (fas) = 0,5
Ah =175
Ak = 205
W air (A) = 0,67 x 175 + 0,33 x 205 = 184,9 ⭢185 liter
11.Berat semen yang diperlukan
Berat semen yang diperlukan ditentukan dengan rumus :
W semen = W air / fas = 185/0,5 = 370 kg/m3
12.Penetapan jenis agregat
Penentuan jenis agregat halus dengan uji ayakan (disesuaikan dengan hasil
percobaan) :
Lubang Berat Tertinggal Berat Kumulatif Berat Kumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewat Ayakan (%)
4,75 0 0 0 100
2,36 54,0 10,8 10,8 89,2
1,18 121,5 24,3 35,1 64,9
0,60 248,4 49,68 84,78 15,22
0,30 70,8 14,16 98,94 1,06
0,15 5,3 1,06 100 0
Sisa 0 0 Xxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx
Jumlah 500 100 329,62 270,38
329,62
Jadi, Modulus Halus Butiran Agregat halus (pasir) = = 3,2962 = 3,30
100
Penentuan jenis agregat kasar dengan uji ayakan (disesuaikan dengan hasil
percobaan) :
Lubang Berat tertinggal Berat kumulatif Berat kumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewat ayakan (%)
38,10 0 0 0 100
25,00 827,2 41,36 41,36 58,64
19,00 564,5 28,225 69,58 30,42
12,75 361,0 18,05 87,63 12,37
9,50 135,4 6,77 94,40 5,6
6,35 105,0 5,25 99,65 0,35
4,75 2,3 0,115 99,77 0,23
2,36 1,7 0,085 99,85 0,15
Xxxxxxxxxxxxx
Sisa 2,9 0,145 xxxxxxxxxxxxxx
x
Jumlah 2000 100 592,24 207,76
592,24
Jadi, Modulus Halus Butiran Agregat halus (pasir) = = 5,92
100
2,36 4,75 6,35 9,50 12,75 19,0 25,0 38,1
• Kebutuhan bahan untuk membuat 2 buah benda uji silinder dengan volume
0,0121 m3 :
Semen = 370 x 0,0121 = 4,477
kg
Pasir = 733,593 x 0,0121 = 8,876
kg
Kerikil = 1055,658 x 0,0121 =12,773kg
Air = 185 x 0,0121 = 2,239
lt
• Kebutuhan bahan untuk membuat 2 buah benda uji kubus dengan volume
0,0077 m3 :
Semen = 370 x 0,0077 = 2,849
kg
Pasir = 733,593 x 0,0077 = 5,649
kg
Kerikil = 1055,658 x 0,0077 = 8,129
kg
Air = 185 x 0,0077 = 1,425
lt
Tabel kebutuhan bahan benda uji kubus beton (0,15 x 0,15 x 0,15) m :
Jumlah benda uji kubus beton 2 bh
Volume benda uji kubus beton 0,0077 m3
Kebutuhan semen 2,849 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 5,649kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 8,129 kg
Kebutuhan air 1,425 lt
• Kebutuhan bahan untuk membuat 2 buah benda uji kubus dengan volume
0,017 m3 :
Semen = 370 x 0,01485 =5,495 kg
Pasir = 733,593 x 0,01485 =
10,894kg
Kerikil = 1055,658 x = 15,677kg
0,01485
Air = 185 x 0,01485 = 2,747 lt
Tabel kebutuhan bahan benda uji balok beton (0,15 x 0,15 x 0,75) m :
Jumlah benda uji balok beton 1 bh
Volume benda uji balok beton 0,01485 m3
Kebutuhan semen 5,495 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 10,894kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 15,677kg
Kebutuhan air 2,747 lt
14.9 PEMBAHASAN
Dalam membuat beton yang berkualitas baik, tidak hanya dengan
mencampurkan bahan-bahan dasarnya hingga membentuk suatu benda padat.
Namun, perlu diperhatikan juga perhitungan untuk memperoleh adukan beton
yang baik dan sesuai dengan mutu yang diinginkan. Perencanaan campuran beton
dilakukan berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. Hasil perencanaan campuran beton dengan kuat tekan
rencana 250 kg/cm2 (benda uji silinder) umur 28 hari dan tinggi slump test yang
diisyaratkan 12 ± 2 cm.
Setelah melewati proses analisis hitungan maka didapatkan kebutuhan
material pembuatan benda uji sebagai berikut:
Table 14.2 Kebutuhan Pembuatan Benda Uji Kelompok 9B
Kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari 19 MPa
(f’c)
Nilai tambah (margin) 7,0 MPa
Kuat tekan rata – rata perlu (f’cr) 26 MPa
Jenis semen Tipe I (Portland
Cement)
MHB agregat halus (pasir) 3,51
MHB agregat kasar (kerikil) 5,85
Faktor air semen (fas) 0,5
Nilai slump rencana 100 mm
Ukuran maksimum agregat 40 mm
Proporsi agregat halus dan kasar terhadap agregat 41% : 59%
campuran
Perkiraan berat beton per m3 2344,25 kg
Kebutuhan semen per m3 beton 370 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) per m3 beton 733,593 kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) per m3 beton 1055,658 kg
Kebutuhan air per m3 beton 185 lt
Perbandingan berat (Ws : Wp : Wk : Wa) 1 : 1,98 : 2,85 : 0,5
14.10 KESIMPULAN
Dari hasil pratikum perancangan adukan beton, perlu diperhatikan
material-material, berat jenis, nilai margin fas dan volume yang akan dibuat. Agar
kekuatan beton yang akan dibuat sesuai dengan ketentuan saat perencanaan.
Dari hasil percobaan didapat data sebagai berikut
a. Kebutuhan semen per m3 beton : 370 kg
b. Kebutuhan agregat halus (pasir) per m3 beton : 733,593 kg
c. Kebutuhan agregat kasar (kerikil) per m3 beton : 1055,658 kg
d. Kebutuhan air per m3 beton : 185 lt
e. Perbandingan berat (Ws : Wp : Wk : Wa) : 1 : 1,98 : 2,85 : 0,5
Tabel kebutuhan bahan benda uji kubus beton (0,15 x 0,15 x 0,15) m :
Jumlah benda uji kubus beton 2 bh
Volume benda uji kubus beton 0,0077 m3
Kebutuhan semen 2,849kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 5,649kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 8,129kg
Kebutuhan air 1,425lt
Tabel kebutuhan bahan benda uji balok beton (0,15 x 0,15 x 0,60) m :
Jumlah benda uji balok beton 1 bh
Volume benda uji balok beton 0,01485m3
Kebutuhan semen 5,495kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 10,894kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 15,677kg
Kebutuhan air 2,747 lt
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMBUATAN ADUKAN BETON
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Ember berfungsi untuk menaruh bahan material.
2. Bejana berfungsi untuk membentuk beton.
3. Sekop berfungsi untuk mengaduk bahan material.
4. Timbangan berfungsi untuk menimbang bahan material.
5. Nampan berfungsi untuk mengaduk bahan material.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN ADUKAN BETON
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan:
1. Menyiapkan benda uji yang telah di bubut dan mengukur dimensi benda uji
baik diameter maupun jarak dua titik ukur.
2. Melakukan pemasangan baja.
3. Melakukan pengujian tarik baja menggunakan mesin uji tarik baja.
4. Mencatat waktu sampai baja tersebut putus
BAB 15
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
15.1 PENDAHULUAN
Kelecakan (konsistency) beton segar biasanya diperiksa dengan uji slam
(slump). Dengan pemeriksaan slam diperoleh nilai slam yang dipakai sebagai tolak
ukur kelecakan beton segar, yang berhubungan dengan tingkat kemudahan pengerjaan
peton.
15.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah kerja pemeriksaan slam beton segar.
2. Mengetahui besarnya nilai uji slam.
Gambar 15.1 Tipe keruntuhan slump (1) slump sebenarnya (2) slumpgeser (3)
slump runtuh
(Sumber: Neville dan Brooks (1987))
15.5 PERALATAN
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter dasar 20 cm, diameter
diatas 10 cm, dan tinggi 30 cm.
2. Cetok.
3. Mistar pengukur (Penggaris dari baja).
4. Alat pemadat.
5. Tatakan untuk dasar cetakan.
15.6 PELAKSANAAN
1. Membasahi corong cetakan dan kemudian menaruh di tempat yang rata,
basah, tidak menyerap air, dan ruangan cukup bagi pemegang corong untuk
secara kuat dan berdiri pada kedua kaki selama melakukan pengisian corong.
2. Mengisi Corong cetakan sebanyak 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume
corong.
Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6 cm, 15
cm, 30 cm. Setiap kali mengisikan beton segar ke dalam cetakan,
menggeraakan cetok atau sendok mengelilingi bagian ujung atas – dalam
corong agar diperoleh penyebaran beton segar di dalam corong yang merata.
Menusuk setiap lapis beton segar dengan alat penusuk sebanyak 25 kali.
3. Setelah selesai menusuk lapis beton segar yang terakhir, kemudian
memasukkan beton segar lagi ke bagian atas, dan meratakan sehingga rata
dengan sisi cetakan. Kemudian membersihkan alas di sekitar corong dari
beton segar yang tercecer.
4. Setelah menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik cetakan corong ke atas
dengan pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
5. Melakukan pengukuran nilai slam dengan ketelitian sampai 0,5 cm dengan
menaruh cetakan corong di samping beton segar dan menaruh penggaris
(batang baja bergaris) di atasnya sampai di atas beton segarnya.
6. Benda uji beton segar yang terlalu cair akan tampak, yaitu bentuk kerucutnya
hilang sama sekali, “meluncur” dan bila demikian maka tidak dapat
mengukur nilai slam (hasil pengukuran tidak valid) sehingga harus mengulang
pemeriksaan benda uji. Beton yang mempunyai perbandingan campuran yang
baik, mempunyai kelecakan yang baik, akan menapakkan penurunan bagian
atas secara pelan-pelan dan bentuk kerucut semula tidak hilang.
15.8 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini nilai slam beton didapat dengan menghitung jarak tinggi c
orong abrams yang dibalik dengan benda uji. Dengan mutu beton 19 MPa dan factor
air semen sebesar 0,55. Slam yang direncanakan100 mm dan yang didapatkan setelah
pratikum 111 mm. Berarti slum hasil percobaan tidak sesuai/melebihi dari slam renca
na. Karena nilai slam lebih tinggi dari rencana, maka hasil dari pengujian menjadi
lebih encer
Gambar 15.2 Hasil Pengujian Slump Segar
(Sumber: Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)
15.9 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan didapat nilai slump 11,1 cm, dengan kuat tekan
19 Mpa, dan hasil dari percobaan ini melebihi nilai rencana. Maka dari itu hasil dari
pengujian menjadi lebih encer.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XV PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
A. Benda Uji
Benda uji :Silinder
Mutu beton rencana (f’c) :20 MPa
Faktor air semen (fas) *) : 0,54
Nilai slam rencana *) : 100 mm
B. Hasil Pengujian
Nilai slam hasil percobaan :
Percobaan 1 = 12,7 cm
Percobaan 2 = 11,4 cm
Percobaan 3 = 12,2 cm
Rata-rata =12,1 cm
C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka nilai slam beton segar = 11,1 cm
D. Catatan
*) Nilai fas dan slam yang sesuai pada perancangan campuran (mix design)
beton.
Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….
Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 9
Asisten, Mahasiswa,
GAMBAR ALAT
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Sekop berfungsi untuk memasukkan adonan ke dalam corong.
2. Corong berfungsi untuk melakukan pengecekan slamp beton segar.
3. Tatakan berfungsi untuk dasaran corong saat melakuan pengecekan.
4. Meteran berfungsi untuk mengukur slamp beton segar.
5. Alat pemadat berfungi untuk memadatkan adukan beton dalam corong.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR
(1) (2)
(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Membuat adukan beton kemudian menuangkan adukan ke dalam loyang.
2. Menaruh cetakan ditempat yang rata dan tidak menyerap air.
3. Menusukan sebanyak 25 kali pada setiap 1/3 lapis volume corong.
4. Meratakan bagian permukaan corong dan mendiamkan selama 30 detik.
Kemudian menarik corong keatas tegak lurus.
5. Mengukur nilai slam tingkat ketelitian 0,5 cm dengan menaruh corong disamping
beton segar dan menaruh meteran sampai diatasss beton.
BAB 16
PEMBUATAN SILINDER BETON
16.1 PENDAHULUAN
Silinder beton yang dibuat adalah replikasi dari beton yang digunakan untuk
bahan bangunan. Silinder beton ini dibuat dari adukan beton yang akan digunakan,
yang merupakan sampel untuk diujikan di laboratorium. Jumlah silinder beton yang
dibuat harus bisa merepresentasikan adukan beton yang dibuat sebagai bashan
bangunan.
16.2 TUJUAN
Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan silinder beton.
16.5 PERALATAN
1. Cetakan silinder berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
2. Alat penumbuk/penusuk dan perata.
3. Palu dengan kepala karet.
4. Cetok.
16.6 PELAKSANAAN
1. Pemadatan
a. Mengisi adukan beton dalam 3 lapis yang tiap lapis kira-kira
bervolume sama.
b. Melakukan pengisian dengan cetok ke bagian tepi silinder agar
memperoleh beton yang simetri menurut sumbunya (keruntuhan
timbunan beton dari tepi ke tengah).
c. Menusuk tiap lapis dengan batang baja penusuk sebanyak 25 kali.
Penusukan dilakukan merata ke semua permukaan lapisan dengan
kedalaman sampai sedikit masuk ke lapisan sebelumnya. Khusus untuk
lapisan pertama, penusukan jangan sampai mengenai dasar cetakan.
d. Setelah selesai menusuk lapisan ketiga, memenuhi bagian atas cetakan
dengan adukan beton kemudian ratakan dengan tongkat perata hingga
permukaan atas adukan rata dengan bagian atas cetakan.
2. Penyimpanan benda uji
a. Mengeluarkan benda uji silinder dari cetakan setelah jam sampai 24
jamsejak pencetakan.
b. Membersihkan benda uji dari kotoran yang mungkin melekat,
kemudian memberi tanda atau sandi agar tidak keliru dengan benda uji
yang lain dan menimbang.
c. Mengembalikan benda uji ke dalam ruangan lembab atau tempat
penyimpanan yang lain.
d. Bila pembuatan silinder dilakukan di lapangan tempat penuangan
beton dikerjakan, setelah benda uji dikeluarkan harus ditutup dengan
rapat (misalnya kertas kedap air) dan hindari dari sinar panas matahari
langsung).
1
b. Volume silinder 2 = . π . d2. t
4
1
= x ( 3,14 ) x 0,152 x 0,3
4
=0.00530 m3
ρ1 + ρ2
e. Berat jenis rata rata beton =
2
2255,27 + 2394,61
=
2
=2374,94 kg/ m3
16.9 PEMBAHASAN
Dalam pembuatan beton dibutuhkan beberapa material untuk campuran. Di
sini beton yang dibuat berbentuk silinder dengan ukuran begesting 15x30 cm. dari
praktikum yang telah dilakukan di dapat di data sebagai berikut:
Volume silinder 1 = 0,00530 m3
Volume silinder2 = 0,00530 m3
Berat jenis silinder 1 (ρ1) = 2255,27 kg/m3
Berat jenis silinder 2 (ρ2) = 2394,61 kg/m3
Berat jenis rata-rata beton = 2374,94 kg/m3
Dari praktikum ini bertujuan mengetahui berat jenis beton yang pada
kg
umumnya berat beton normal berada di 2300-2400 2 sedangkan berat jenis
m
yang didapat di pratikum ini 2374,94 kg/m3, maka beton ini termasuk beton ringan.
16.10 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapat data sebagai berikut:
Berat jenis silinder 1 (ρ1) = 2255,27 kg/m3
Berat jenis silinder 2 (ρ2) = 2394,61 kg/m3
Berat jenis rata-rata beton = 2374,94 kg/m3
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XVI PEMBUATAN SILINDER BETON
A. Benda Uji
Metode yang digunakan : SNI
Mutu beton rencana (f’c) : 25 MPa
Faktor air semen (fas) : 0,32
Nilai Slam rencana : 100 mm
Tabel kebutuhan bahan benda uji silinder beton ( 0,15 x 0,3) m (*) :
Jumlah benda uji silinder beton 2 bh
Volume benda uji silinder beton 0,01 m3
Kebutuhan semen 4,48 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 8,82 kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 12,24 kg
Kebutuhan air 2,23 lt
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil percobaan pembuatan benda uji silinder beton
Satua Nomor Benda Uji Silinder
Uraian
n SI S II
Diameter (D) mm 0,15 0,15
Tinggi (t) mm 0,3 0,3
Volume (V) = ¼ D2 t mm3 0,00530 0,00530
Berat beton (W) Kg 2355,27 2394,61
3
Berat jenis beton () = kg/m 2217,56 2286,21
W
V
C. Kesimpulan
Dari ke dua benda uji, maka diperoleh berat jenis () beton rata – rata =
2374,94 kg/m3
D. Catatan
(*) Diambil dari laporan hasil percobaan Pembuatan Adukan Beton
Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….
Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 9
Asisten, Mahasiswa,
GAMBAR ALAT
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
PEMBUATAN SILINDER BETON
Keterangan:
1. Cetakan silinder berfungsi untuk membentuk beton silinder.
2. Molen berfungsi untuk mencampur material penyusun beton.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMBUATAN SILINDER BETON
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Membuat adukan beton dengan mesin molen kemudian menuangkan adukan
kedalam loyang.
2. Mengolesi dengan oli dan memasukan adukan beton kedalam bejana dan
memadatkan dengan penusuk .
3. Mendiamkan beton segar selama ±24 jam.
BAB 17
PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON
17.1 PENDAHULUAN
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara
menguji kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya berupa
silinder beton dengan ukuran diameter 150mm dan tinggi 300mm atau kubus
dengan sisi 150mm) setelah umur 28 hari. Berikut ini diuraikan cara melakukan
pengujian kuat tekan benda uji tersebut.
17.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah pengujian kuat tekan beton.
2 Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan beton uji.
17.5 PERALATAN
1. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2 Timbangan.
3. Alat perata lapis silinder (capping).
4. Alat uji tekan.
17.6 PELAKSANAAN
1. Mencari data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain :
a. Faktor semen.
b. Nilai slam.
c. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji.
d. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji. (berdasarkan data
tersebut,diperkirakan kuat tekannya).
2. Bila benda uji berupa silinder, mengukur diameter rata-rata silinder
ditengah tengah tingginya, dan mengukur pula tinggi rata-ratanya dengan
ketelitian sampai 0,1 mm (dengan kapiler).
3. Menimbang dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
4. Meratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perta pada
permukaan dengan bahan yang tersedia, meratakan bahan perata itu
dengan kaca atau plat. Menunggu sampai lapisan perata ini keras dan
cukup kuat.
5. Menguji tekan dengan kecepatan pembebanan 2kg/cm2 sampai dengan 4
kg/cm2 (SNI 03-1974-1990) hingga benda uji hancur.
6. Mencatat beban maksimum yang dihasilkan dan menggambar sketsa
keruntuhan benda uji.
3. Fas = 0,55
4. Slump = 100mm
Tabel 17. 2 Faktor konversi kekuatan tekan beton berdasarkan umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
0,4 0,6 0,8 0,9 1,0 1,2 1,3
Semen portland biasa
0 5 8 5 0 0 5
Semen portland dengan kekuatan 0,5 0,7 0,9 0,9 1,0 1,1 1,2
awal yang tinggi 5 5 0 5 0 5 0
(Sumber : PBI 1971 pada Tabel 4.1.4)
b. Volume (v) = Ax t
= 17796,63 mm2 x 299,8
= 5331868,85 mm3
= 0,0053318 m3
Berat
c. Berat jenis =
Volume
12,56
=
0,0053318
= 2355,65 kg/ m3
d. Hitungan pembebanan
a) Pada detik ke-5
Diperoleh = 140000 N
Luas tampang = 17796.63 mm2
P
Kuat tekan =
A
140000
=
17796.63
= 7,9 Mpa
b) Pada detik ke 10
Diperoleh = 245000 N
Luas tampang = 17796.63mm2
P
Kuat tekan =
A
245000
=
17796.63
= 13,8 Mpa
c) Pada detik ke 15
Diperoleh = 250000 N
Luas tampang = 17796.63mm2
P
Kuat tekan =
A
250000
=
17796.63
= 14,0 Mpa
Berat
c. Berat jenis =
Volume
12,75
=
0,0053212
= 2396,05 kg/m3
d. Hitungan pembebanan
a) Pada detik ke 5
Diperoleh = 148000 N
Luas tampang = 17678.57 mm2
P
Kuat tekan =
A
148000
=
17678.57
= 8,3 Mpa
b) Pada detik ke 10
Diperoleh = 254000 N
Luas tampang = 17678.57 mm2
P
Kuat tekan =
A
254000
=
17678.57
= 14,3 Mpa
c) Pada detik ke 15
Diperoleh = 285000 N
Luas tampang = 17678.57 mm2
P
Kuat tekan =
A
285000
=
17678.57
= 16,0 Mpa
17.9 PEMBAHASAN
Dari pengujian yang telah dilakukan di dapatkan nilai:
a. Kuat tekan silinder pada umur 7 hari : 15,031 Mpa
b. Kuat tekan silinder pada umur 28 hari : 23,125 Mpa
c. Berat jenis beton rata - rata : 2253,158 kg/m3
Dari hasil tersebut maka kuat tekan silinder memenuhi syarat. Karena nilai
kuat tekan tersebut lebih besar cari kuat tekan beton rencana sebesar 20,09 MPa.
17.10 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapat hasil sebagai berikut:
a. Benda uji silinder beton 1 (umur 7 hari)
1. Kuat tekan = 15,031 MPa
2, Berat jenis = 2355,65 kg/m3
b. Benda uji silinder beton 2 (umur 7 hari)
1. Kuat tekan = 16,0 MPa
2, Berat jenis = 2396,05 kg/m3
c. Kuat tekan silinder beton rata rata (umur 28 hari) = 23,125 MPa
d. Kuat tekan silinder beton mencapai nilai kuat tekan rencana 25 MPa.
e. Berat jenis beton rata rata = 2375,850kg/m3
A. Benda Uji
Mutu beton rencana (f’c rencana) :25 MPa
Umur beton saat di uji tekan : 7 hari
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji silinder beton
Nomor Benda Uji Silinder
Uraian Satuan
SI S II
Diameter (D) Mm 150.50 150.00
Tinggi (t) Mm 299.60 301.00
Luas Tampang (A) = ¼ D2 mm2 17796.63 17678.57
Volume (V) = A t mm3 5331868.85 5321250.00
Berat beton (W) Kg 12.56 12.75
W kg/m3
Berat jenis beton () =
V 2355.65 2396.05
Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji silinder beton pertama (S I)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7 hari
0 0.0 0.0 0.0
5 140.0 140000.0 7.9
10 245.0 245000.0 13.8
15 250.0 250000.0 14.0
20
25
30
Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji silinder beton kedua (S II)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7hari
0 0.0 0.0 0.0
5 148.0 148000.0 8.3
10 254.0 254000.0 14.3
15 285.0 285000.0 16.0
20
25
30
C. Kesimpulan
Kuat tekan silinder beton umur 7 hari rata – rata = 15,031 MPa
Kuat tekan silinder beton umur 28 hari rata – rata *) = 23,125 MPa
Berat jenis () beton rata – rata = 2375,850 kg/m3
D. Catatan
*) Kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan asumsi beton telah
mencapai 100% kekuatannya.
Bandingkan nilai kuat tekan silinder beton (f’c) rata – rata hasil pengujian
terhadap mutu beton (f’c) rencana.
Tabel konversi kekuatan tekan beton pada berbagai umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen Portland
dengan kekuatan awal 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
yang tinggi
(Sumber : PBI 1971 pada Tabel 4.1.4)
20 20.16
Kuat Tekan (MPa)
15
13.10
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (s)
20 20.01
Kuat Tekan (MPa)
15 13.01
10
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (s)
GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Kaliper berfungsi untuk mengukur diameter dan tinggi silinder.
2. Timbangan berfungsi untuk mengukur berat silinder.
3. Alat tekan berfungsi untuk mengukur kuat tekan silinder.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Mengukur diameter silinder beton beserta tingginya dan menimbang silinder
beton.
2. Meletakan silinder pada mesin uji kuat tekan dan memberinya pembebanan
dengan kecepatan 2 kg/cm2 sampai 4kg/cm2 hingga benda uji hancur.
3. Mencatat beban maksimum dan lama pembebanan kemudian memeriksa
benda uji setelah hancur.
BAB 18
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON
18.1 PENDAHULUAN
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya cara menguji
kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya berupa silinder beton
dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus beton dengan sisi
150 mm) setelah umur 28 hari. Berikut ini diuraikan cara melakukan pengujian tekan
benda uji kubus beton.
18.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pengujian kuat tekan kubus beton.
2. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan benda uji.
18.5 PERALATAN
1. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2. Timbangan.
3. Stopwatch.
4. Alat uji tekan.
18.6 PELAKSANAAN
1. Mencari data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain:
a. Faktor semen.
b. Nilai slump.
c. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji.
d. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji. (berdasarkan data tersebut,
perkirakanlah kuat tekannya).
2. Mengukur dengan teliti sisi dari kubus beton menggunakan kaliper.
3. Menimbang dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
4. Meratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perata pada permukaan
dengan bahan yang tersedia, ratakan bahan perata itu dengan kaca atau plat.
Tunggu sampai lapisan perata ini keras dan cukup kuat.
5. Menguji tekan dengan kecepatan pembebanan 2 kg/cm2 sampai dengan 4
kg/cm2 (SNI 03-1974-1990) hingga benda uji hancur.
6. Mencatat beban maksimun yang dihasilkan dan menggambar sketsa
keruntuhan benda uji.
=1502 mm
= 22500 mm2
Volume (V) = S3
=1503 mm
=3375000 mm3
= 0,003375 m3
Berat
Berat Jenis (Bj) =
Volume
7,86
=
0,003375
= 235,293kg/ m3
2. Hitungan pembebanan
Diperoleh = 105 kN
= 105000 N
P
Kuat tekan =
A
105000
=
22500
= 4,667 Mpa
Diperoleh = 270 kN
= 270000 N
P
Kuat tekan =
A
270000
=
22500
= 12,000 Mpa
Diperoleh = 385 kN
= 385000 N
P
Kuat tekan =
A
385000
=
22500
= 17,111 Mpa
Pmax
3. Kecepatan pembebanan =
t
345
=
15
= 23 kN/detik
= 1502 mm
= 22500 mm2
Volume (V) = S3
= 1503
=3375000 mm3
= 0,003375 m3
Berat
Berat Jenis (Bj) =
Volume
7,75
=
0,003375
= 2296,296 kg/ m3
2. Hitungan pembebanan
Diperoleh = 106 kN
= 106000 N
P
Kuat tekan =
A
106000
=
22500
= 4,711 Mpa
Diperoleh = 270 kN
= 270000 N
P
Kuat tekan =
A
270000
=
22500
= 12,00 Mpa
c) Pada detik ke-15
Diperoleh = 385 kN
= 385000 N
P
Kuat tekan =
A
385000
=
22500
= 17,111 Mpa
Pmax
3. Kecepatan pembebanan =
t
358
=
15
= 23,867 kN/detik
17,111+17,111
c. Kuat tekan kubus beton rata rata (umur 7 hari) =
2
= 17,111 MPa
26,325
d. Kuat tekan kubus beton rata rata (umur 28 hari) =
0,65
= 40,4 MPa
= 23,615 MPa
BJ 1+BJ 2
f. Berat jenis ( γ ¿ kubus beton rata rata =
2
2353,293+ 2296,296
2
= 2324,794 kg/ m3
18.8 PEMBAHASAN
Beton yang direncanakan harus memenuhi persyaratan nilai kuat tekan rata-
rata yang memenuhi persyaratan utuk umur 28 hari. Jika kuat tekan tinggi maka nilai
yang lain juga cenderung baik. Pembuatan sulit maka harganya pun semakin
mahal,sehingga bisa digunakan untuk pembangunan besar. Pada kuat tekan kubus
beton ini memehi syarat karena pengadukan saat pembuatan adukan beton merata.
Selain itu, perhitungan mix design yang kurang teliti itu juga dapat mempengaruhi
kuat tekan beton.
Dari hasil pengujian diperoleh rata-rata kuat tekan kubus sebesar 23,615
Mpa,maka nilai kuat tekan kubus yang di uji termasuk jenis Beton normal/biasa
dengan nilai kuat tekan antara 15-30 MPa menurut buku Teknologi Beton penulis Ir.
Kandiyono Tjokcodimulyo. MT.
Gambar 18.1HasilPengujian Kuat Tekan Kubus Beton
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)
18.9 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapat data sebagai berikut :
a. Benda uji kubus beton 1 (umur 7 hari)
1. Kuat tekan = 17,111 MPa
2. Berat jenis = 2353,293 kg/m3
b. Benda uji kubus beton 2 (umur 7 hari)
1. Kuat tekan = 17,111 MPa
2. Berat jenis = 2296,296 kg/m3
c. Kuat tekan kubus beton rata rata (umur 28 hari) = 26,325 MPa
d. Berat jenis kubus beton rata-rata = 2324,794 kg/m3
e. Kuat tekan beton konversi ke silinder = 23,125 MPa
f. Termasuk jenis beton normal/biasa dengan nilai kuat tekan antara 15-30
MPa menurut buku Teknologi Beton penulis Ir. Kandiyono Tjokcodimulyo.
MT.
A. Benda Uji
Mutu beton rencana (f’c rencana) :19 MPa
Umur beton saat di uji tekan : 7 hari
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji kubus beton
Nomor Benda Uji Kubus
Uraian Satuan
KI K II
Panjang sisi (s) mm 150 150
Luas Tampang (A) = s2 mm2 22500 22500
Volume (V) = s3 mm3 3375000 3375000
Berat beton (W) kg 7.86 7.75
Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji kubus beton pertama (K I)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7 hari
0 0 0 0
5 105 105000 4.667
10 270 270000 12.000
15 385 385000 17.111
20
25
30
Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji kubus beton kedua (K II)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7 hari
0 0 0 0
5 106 106000 4.711
10 270 270000 12.000
15 385 385000 17.111
20
25
30
C. Kesimpulan
Kuat tekan kubus beton umur 7 hari rata – rata = 17,111 MPa
Kuat tekan kubus beton umur 28 hari rata – rata *) = 26,325 MPa
Kuat tekan beton konversi ke silinder (x 0,83) = 23,615 MPa
Berat jenis () beton rata – rata =2324,793 kg/m3
D. Catatan
*) Kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan asumsi beton telah mencapai
100% kekuatannya.
1 N/mm2= 1 MPa = 10 kg/cm2
Bandingkan nilai kuat tekan beton (f’c) yang disyaratkan (nilai kuat tekan
beton yang telah di konversi ke benda uji silinder) hasil pengujian terhadap
mutu beton (f’c) rencana.
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
Grafik kuat tekan kubus K1, umur 28 hari
25
23,748 kuat
tekan max 28
20 hari
Kuat Tekan (MPa)
15
10
5 15,436 kuat
tekan max 7
hari
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (s)
Grafik kuat tekan kubus K2, umur 28 hari
30
24,511 kuat
25
Kuat Tekan (MPa) tekan max 28
20
15
10
5 15,9322 kuat
0 tekan max 7
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (s)
GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Timbangan berfungsi untuk mengukur berat kubus.
2. Meteran berfungsi untuk mengukur dimensi kubus.
3. Alat uji tekan berfungsi untuk mengukur kuat tekan kubus.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Menimbang beton berbentuk kubus.
2. Meletakan kubus pada mesin uji kuat tekan dan memberinya pembebanan
dengan kecepatan 2 kg/cm2 sampai 4 kg/cm2 hingga benda uji hancur.
3. Mencatat beban maksimum sampai beton mengalami keretakan setiap 5 detik
sekali.
BAB 19
PENGUATAN KUAT LENTUR BALOK BETON
19.1 PENDAHULUAN
Selain ditentukan berdasarkan kuat tekannya, mutu beton juga ditentukan
pada kuat lenturnya. Umumnya pengujian kuat lentur beton dilakukan terhadap benda
uji berupa balok beton dengan ukuran sisi 150 mm dan panjang 600 mm, setelah
umur beton 28 hari.
19.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pengujian kuat lentur balok beton.
2. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat lentur benda uji.
19.5 PERALATAN
1. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2. Timbangan.
3. Meteran.
4. Stopwatch.
5. Alat uji kuat lentur.
19.6 PELAKSANAAN
1. Mengukurpanjang dan sisi balok dengan teliti.
2. Menimbang benda uji dengan ketelitian 0,1 kg.
3. Memasang balok pada tempat pengujian, dengan panjang bentang sekitar 450
mm (tergantung ukuran kayu) dan beban dua titik dengan jarak masing-
masing 1/3 bentang dari perletakan dengan kecepatan pembebanan 8 – 10
kg/cm2 per menit.
4. Mencatat beban maksimum yang mematahkan balok beton.
= 7650000 N
2. Lama pembebanan (S) = 10 detik
1. ΣMA = 0
-600 RBV+ (34x225) + (34x375) =0
-600 RBV+20400 =0
RBV = 34 kN
ΣMB = 0
600 RAV+(34x375)+(34x225) =0
600 RAV+20400 =0
RAV = 34 kN
2. Shear Force
A = RAV
= 34
C = RAV – P1
= 34 – 34
=0
D = RAV – P1 – P2
= -34
B = RAV – P1 – P2 + RBV
=0
3
4
(+
)
C D
A B
(-
)
-34
3. Momen BMD
MA =0
MC = RAV x L
= 34 x 225
= 7650 Nmm
MD = (RAV x L) – (P1 x L)
= (34 x 375) – (34 x 225)
= 5050 Nmm
MB = (RAV x 600) – (P1 x 375) –
(P2 x 225)
= (34 x 600) – (34 x 375) – (34 x
225)
=0
BMD
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12
Momen Maks
7. Kuat lentur balok umur7hari =
W
13590000
=
566250
=13,51 N/mm2
= 13,51Mpa
13,51
8. Kuat lentur balok umur28 hari =
0,65
= 20,78 Mpa
P
9. Kecepatan pembebanan =
s
7650000
=
10
=765000 kN/detik
w
10. Berat jenis (ϒ)balok beton =
v
330,4
=
13590000
=24312,0 kg/mm3
19.9 PEMBAHASAN
Pengujian kuat tekan yang dilakukan dengan menggunakan benda uji balok
berukuran 150 mm x 151 mm x 600 mm yang diberi pembebanan sampai kuat tekan
maksimum. Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka didapat data
pengamatan dan Pengujian kuat tekan kayu yang digunakan dengan menggunakan
analisis hitungan sebagai berikut :
a. Luas Penampang : 22650 mm2
b. Kuat Lentur Balok umur 28 hari :20,78 Mpa
c. Kecepatan Pembebanan : 765000 kN/detik
d. Momen maks : 13590000 Nmm
Berdasarkan hasil tersebut didapat kuat lentur balok umur 28 hari sebesar
6,815 Mpa.
Gambar 19.4Pengujian Kuat Lentur Balok Beton
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)
19.10 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapat data berikut Benda uji balok beton 1 (umur 28
hari) :
a. Kuat tekan = 20,78 MPa
b. Berat jenis = 24312,0 kg/mm3
c. Kecepatan pembebanan = 765000 kN/detik
d. Tahanan momen = 566250 mm3
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XIX PENGUJIAN KUAT LENTURBALOK BETON
A. Benda Uji
Mutu beton rencana (f’c rencana) :19 MPa
Umur beton saat di uji tekan : 7 hari
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji balok beton
Nomor Benda Uji Balok
Uraian Satuan
BI
Panjang (L) mm 600
Lebar (b) mm 151
Tinggi (h) mm 150
Luas Tampang (A) = b h mm2 22650
Volume (V) = A L mm3 13590000
Berat beton (B) kg 330.4
C. Analisis Data
Kecepatan pembebanan = P/s = 765000 kN/detik
Tahanan Momen (W) = 1/6 . b . h2 = 566250 mm3
Momen max
Kuat lentur balok padaumur 7 hari = =13,51
W
N/mm2
D. Kesimpulan
Kuat lentur balok beton pada umur 7 hari = 13,51 MPa
Kuat lentur balok beton pada umur 28 hari = 20,78 MPa
Berat jenis () beton rata – rata = 24312,0 kg/mm3
Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….
Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 9
Asisten, Mahasiswa,
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Timbangan berfungsi untuk mengukur berat balok.
2. Meteran berfungsi untuk mengukur dimensi balok.
3. Alat uji kuat lentur berfungsi untuk mengukur kuat lentur balok.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON
(1) (2)
(3)
Keterangan:
1. Menimbangdan mengukur dimensi benda uji balok beton.
2. Meletakkan benda uji beton ke mesin uji.
3. Melakukan pengujian dan pembacaan pada alat tekan.
BAB 20
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN
MESIN LOS ANGELES
20.1 PENDAHULUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah dengan menggunakan alat mesin Los Angeles. Pengujian
ketahanan aus kerikil dengan cara ini memberikan gambaran yang berhubungan
dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, serta kemungkinan terjadinya pecah butir-
butir kerikil selama penumpukan, pemindahan maupun selama pengangkutan.
Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan kekuatan beton yang dibuat. Nilai yang
diperoleh dari hasil pengujian ketahanan aus ini berupa prosentase antara berat bagian
yang halus (lewat lubang ayakan 2 mm) setelah pengujian dan berat semula sebelum
pengujian. Makin banyak yang aus makin kurang tahan keausan nya. Pada umumnya
kerikil diisyaratkan bagian yang aus/hancur tidak lebih dari 10% setelah diputar 100
kali, dan tidak boleh lebih dari 50% setelah diputar 500 kali.
20.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan.
20.5 PERALATAN
1. Mesin los angeles.
2. Ayakan no 12 (lubang 2 mm) dan ayakan lain dengan lubang 38,1 mm, 25,4
mm, 19,05 mm, 12,7 mm, 9,51 mm, 6,36 mm, 4,75 mm, 2,36 mm.
3. Timbangan dengan ketelitian 5 gr.
4. Bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-masing antara
390 gr sampai 445 gr.
5. Tungku pengering (oven) yang dapat memanasi sampai pada temparatur 105º
C.
20.6 PELAKSANAAN
1. Menimbang benda uji sesuai Tabel 20.1. (berat A).
2. Memasukan kerikil/batu pecah ke dalam mesin los angeles.
3. Memasukan bola baja ke dalam mesin los angeles dengan jumlah sesuai Tabel
20.2.
4. Memutar mesin dengan kecepatan dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm
sebanyak 500 kali.
5. Mengeluarkan bola baja/ambil bola baja dari mesin los angeles.
6. Mengeluarkan benda uji dari mesin los angeles, kemudian mengayak
memakai ayakan nomor 12.
7. Menimbang kerikil yang tertinggal di atas ayakan no 12. (berat B).
20.10 KESIMPULAN
Dari pengujian keausan agregat yang telah dilakukan diperoleh nilai keausan
rata-rata adalah 28%. Menurut SNI 03-2417-1991, nilai keausan agregat yang baik
untuk digunakan dalam kontruksi adalah tidak boleh lebih dari 50% setelah diputar
sebanyak 500 kali. Jadi benda uji merupakan agregat yang baik digunakan dalam
kontruksi.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XX UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS ANGELES
A. Benda Uji
Kerikil atau batu pecah asal : Merapi
Gradasi yang digunakan :A/B/C (*)
Tabel Gradasi benda uji dan jumlah bola yang digunakan
Lubang ayakan Berat Benda Uji
(mm) (gr)
Lewat Tertinggal Gradasi A Gradasi B Gradasi C
38,10 25,40 1.250 …….. ………
25,40 19,05 1.250 …….. ………
19,05 12,70 1.250 2.500 …….…
12,70 9,51 1.250 2.500 ………
9,51 6,35 ……. ……. 2.500
6,35 4,75 ……. ……. 2.500
Jumlah bola 12 11 10
B. Hasil Pengujian
Berat benda uji semula (A) = 5000 gr
Berat benda uji sesudah diuji (B) = 3554,25gr
C. Analisis Data
( A−B )
Keausan (K) = x 100% =28,94 %
A
D. Kesimpulan
Menurut PUBI 1982 Tabel 25-2, maka batuan ini dapat digunakan untuk jenis
konstruksi : Berat / Sedang / Ringan (*)
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES
(1) (2)
(3) (4)
Keterangan :
1. Ayakan berfungsi untuk memisahkan agregat halus dari agregat kasar yang
akan di uji ke ausannya.
2. Timbangan digital berfungsi untuk menimbang agregat kasar yang telah di
ayak.
3. Mesin los angels berfungsi untuk mengaduk bola besi dan agregat kasar agar
bisa saling bergesekan.
4. Bola besi berfungsi untuk menguji keausan agregat kasar yang telah
dimasukan bersam dengan bola besi.
GAMBAR PELAKSANAAN
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES
(1) (2)
(3) (4)
(5) (6)
Keterangan :
1. Menyiapkan dan mengayak benda uji sebanyak 5000 gram.
2. Menimbang benda uji sesuai table 20.1
3. Memasukkan benda uji ke dalam mesin Los Angeles.
4. Memasukkan bola baja ke dalam mesin Los Angeles sesuai ketentuan Tabel
20.2.
5. Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 500 kali.
6. Mengeluarkan benda uji dan bola baja lalumengayakdengan ayakan 12. Apabil
a masih ada yang tertinggal pada ayakan no. 12 maka mengulangi dengan.
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Praktikum Teknologi Bahan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta Tahun 2016.