Anda di halaman 1dari 215

BAB 1

PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU

1.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan kadar air kayu merupakan hal yang penting
untuk mengetahui kelas kuat kayu dan kondisi kayu sudah kering udara atau
belum.

1.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis dan
kadar air kayu.

1.3 LANDASAN TEORI


1.3.1 Kadar Air
Kayu merupakan bahan yang mempunyai sifat higroskopis, dapat
menyerap dan melepaskan air, sehingga kadar air dapat berubah-ubah sesuai
dengan suhu dan kelembaban. Kadar air merupakan gambaran mengenai
banyaknya air yang ada pada suatu kayu. Kadar air didefinisikan sebagai berat air
yang dinyatakan sebagai persen berat kayu bebas air atau kering tanur (Haygreen
dan Bowyer, 1996) sedangkan menurut USDA (1974) kadar air kayu didefinisikan
sebagai berat air dalam kayu yang dinyatakan dalam pecahan, biasanya dalam
persen dari berat kering kayu. Berat, penyusutan, pengembangan, kekuatan dan
sifat-sifat lainnya tergantung pada kadar air kayu.
1.1.1. Berat Jenis
Jumlah substansi dinding sel pada kayu, disebut sebagai berat jenis adalah
indikator yang penting dari beberapa sifat fisika kayu. Berat jenis merupakan
perbandingan antara kerapatan suatu benda yang dalam hal ini kayu dengan
kerapatan benda standar yang umumnya berupa air. Namun karena pada suhu 4℃
nilai kerapatan air adalah 1 gr/cm3 , maka pada kayu yang nilai kerapatannya
ditentukan berdasarkan berat kering tanur dan volume basah mempunyai nilai
misal 0,4 gr/cm3 secara langsung kayu tersebut juga dapat dikatakan memiliki
berat jenis 0,4 (tanpa satuan). Meskipun nilai berat jenis hanya ditentukan
berdasarkan berat kering tanurnya, namun nilai volumenya dapat ditentukan
berdasarkan tiga keadaan yaitu kering tanur, basah (lebih besar atau sama dengan
titik jenuh serat) atau keadaan kadar air antara kering tanur dan basah (Marsoem,
2004).
Kekuatan kayu tersebut diklasifikasikan agar dapat digunakan secara tepat
sesuai dengan kegunaannya dalam kosntruksi. Kekerasan kayu berbanding lurus
dengan kepadatannya. Maka semakin keras kayu tersebut makin padat pula kayu
tersebut. Sehingga makin padat kayu maka kekuatan kayu tersebut makin besar
untuk menopang beban.
Kelas kuat kayu di bagi menjadi 5 yaitu :
1. Kayu kelas I digunakanuntuk keperluan konstruksi berat, tidak terlindung dan
terkena tanah lembab.Yang termasuk kayu tingkat I antara lain adalah kayu
jati, merbau, bangkirai belian dan resak.
2. Kayu kelas II digunakan untuk keperluan konstruksi berat, tidak terlindung
dan terkena tanah lembab. Yang termasuk tingkat II antara lain adalah
rasamala, merawan, jati dan lain-lain.
3. Kayu kelas III digunakan untuk keperluan konstruksi berat yang terlindung.
yang termasuk tingkat III antara lain kayu puspa, kamper, kruing.
4. Kayu kelas IV digunakan untuk konstruksi ringan yang terlindung. antara lain
adalah kayu meranti, suren, dan lain-lain.
5. Kayu kelas V digunakan hanya untuk keperluan pekerjaan sementara.

Tabel 1.1 Kekuatan Kayu Berdasarkan Kekuatan Absolut


Bj kering Kekuatan lentur Kekuatan tekan mutlak
Kelas kuat
udara mutlak (MPa) (MPa)
I > 0.9 > 110 > 65
II 0.9-0.6 110-72.5 65-42.5
III 0.6-0.4 72.5-50 42.5-30
IV 0.4-0.3 50-36 30-21.5
V < 0.3 <36 < 21.5
(Sumber: PKKI, 1961)
1.4 BENDA UJI
Benda uji berupa balok kayu dengan ukuran tampang 50 x 50 x 50 mm.

1.5 PERALATAN
1. Gergaji.
2. Timbangan.
3. Kaliper.
4. Tungku pengering (oven).

1.6 PELAKSANAAN
1. Menyiapkan benda uji.
2. Menimbang benda uji.
3. Mengukur dimensi benda uji.
4. Memasukan benda uji ke dalam tungku pengering (oven) dengan suhu 105
° C selama 2 – 3 hari sampai beratnya tetap
5. Mengeluarkan benda uji setelah 24 jam proses pengeringan, kemudian
mendinginkan terlebih dahulu.
6. Menimbang kembali benda uji.
7. Mengukur kembali dimensi benda uji (benda uji yang telah melalui proses
pengeringan dalam tungku pengering).

1.7 HASIL PRAKTIKUM


1. Jenis kayu = Sengon
2. Cacat = Mulus
3. Ukuran kayu
a. Panjang (p) = 49,75 mm
b. Lebar (l) = 59,40 mm
c. Tinggi (t) = 49,55 mm
4. Berat kayu semula (B1) = 110,2 gr
5. Berat kayu kering tungku (B2) = 70,5 gr
Gambar 1.1Mengukur Dimensi dan Menimbang Benda Uji
(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

1.8 ANALISIS HITUNGAN


Tabel 1.2 Hasil Analisis Data

Analisis Data
Volume kayu semula 121,55 cm3
Berat jenis kayu 0,537cm3
Bobot isi 0,90 cm3
Kadar air kayu semula 56,31%
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 9B, 2020)

1. Volume kayu semula (V1) =pxlxt

=49,75 x 49,40 x 49,55

=121776,25 mm3

= 121,25 cm3

B₂
2. Berat jenis kayu =( )
V₁

70,5
=( )
121,25
= 0,57 gr/cm3

B₁
3. Bobot isi =( )
V₁
110,2
=( )
121,25

= 0,90 gr/cm3

B ₁−B ₂
4. Kadar kayu semula =(
B₂
) x 100%

110,2−70,5
=( ¿ ¿ ) 100 %
70,5

=56,31%

1.9 PEMBAHASAN
Pada praktikum mengenai berat jenis dan kadar air kayu ini, kayu yang
digunakan adalah kayu sengon ukuran 49,75 mm x49,40 mm x 49,55 mm dengan
keadaan mulus. Dalam pengujian ini kayu tersebut dicari berat jenisnya dan kadar
airnya dengan cara menimbang berat kering dan basahnya serta mengukur
volume.
Berdasarkan praktikum pengujian kadar air dan berat jenis kayu yang
dilakukan didapatkan hasil data :
- Berat jenis kayu : 0,57 kg/cm3
- Kadar Air Kayu : 56,31%
Menurut PUBI 1982 pasal 37 tabel 37-3, kelas kuat kayu dibagi menjadi 5
bagian menurut berat jenisnya. Dari hasil praktikum didapat berat jenis kayu 0,57
kg/cm3. Maka kayu mahoni termasuk kelas III. Sedangkan, menurut PUBI pasal 37
batas basah dan batas kering kayu sebesar 20 %. Dimana kadar air kayu yang
didapat dari praktikum sebesar 56,31 % yang berarti sesuai dengan ketentuan.
Gambar 1.2 Hasil Pemeriksaan dan Berat Jenis dan Kadar Air Kayu
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 9B, 2020)

1.10 KESIMPULAN
Berdasarkan data praktikum berat jenis dan kadar air kayu maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
a. Berat jenis kayu = 0,57 kg/cm3
Menurut tabel 1.1 berat jenis kayu ini diantara 0,60-0,40 dan
termasuk dalam kelas III
b. Kadar air kayu = 56,31%
Menurut PUBI-1982 kayu ini memenuhi kadar air kayu karena batas
kering dan batas basah adalah sebesar 20 %.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB 1PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU

A. Benda Uji
Jenis kayu : MAHONI

Ukuran kayu :
Panjang (p) = 49,75 mm
Lebar (l) = 49,40 mm
Tinggi (t) = 49,55 mm

B. Hasil Pengujian
Berat kayu semula (B1) = 110,2 gr
Berat kayu kering tungku (B2) = 70,5 gr

C. Analisis Data
Volume kayu semula (V1) = p x l x t = 121,25cm3
B2
Berat jenis kayu =
V1 ( ) = 0,57gr/cm3

B1
Bobot isi = ( )
V1
= 0,90gr/cm3

B1 −B 2
Kadar air kayu semula = ( )
B2
x 100% = 56,31%

D. Kesimpulan
Menurut berat jenisnya kayu ini termasuk (*) = I / II / III / IV
kelas kuat (Tabel 37-3 PUBI 1982).

Kadar airnya kayu ini termasuk (*) = basah / kering udara


Menurut PUBI-1982, batas kering dan basah adalah 20%.
E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 9…………………….
Asisten, Mahasiswa,
GAMBAR ALAT(…………………..…………………)
(…………………..…………………)
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU

(1) (2)

(3)
Keterangan:
1. Timbangan berfungi untung menimbang kayu.
2. Kaliper berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, dan tinggi kayu.
3. Tungku pengering (oven) berfungsi untuk mengeringkan kayu.

GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN BERAT JENIS DAN KADAR AIR KAYU

(1) (2)

(3) (4)
Keterangan:
1. Mengukur benda uji kayu Sengon.
2. Menimbang benda uji kayu Sengon.
3. Memasukkan benda uji kayu jati ke dalam oven dengan suhu 105°C selama 2-
3 hari sampai beratnya tetap.
4. Mengeluarkan kayu dari oven kemudian mendinginkannya terlebih dahulu
lalu menimbang dan mengukur kayu tersebut kembali.

BAB 2
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)

2.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 gram dan
tertinggal diatas ayakan 0,075 mm. Di dalam pasir juga masih terdapat
kandungan-kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang
digunakan untuk bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan
dalam PUBI-1982. Pasir dapat digunkan sebagai bahan bangunan, jika bendungan
lumpur didalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen, kadar
lumpur dalam pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat diketahui secara
cepat.

2.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara volume endapan ekivalen bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur dalam pasir tersebut.

2.3 LANDASAN TEORI


Pasir adalah Pasir adalah batuan berbutir halus yang terdiri atas butiran
sebesar 0,15 mm sampai 4,75 mm. Pasir berasal dari penghancuran batuan baik
secara alamiah maupun penghancuran dengan bantuan manusia.
Pasir merupakan bahan bangunan yang berfungsi antara lain sebagai bahan
campuran adukan beton. Maka dari itu mutu dari pasir sangat perlu diperhatikan.
Sedangkan Lumpur adalah bagian – bagian butiran yang dapat melewati ayakan
0,063 mm. Kandungan Lumpur dalam pasir diwajibkan tidak lebih dari 3% dari
berat kering pasir.
Dalam prakteknya dilapangan, khususnya pada agregat halus diketahui
bahwa kebersihan agregat terhadap kadar lumpur melebihi dari syarat-syarat yang
telah ditentukan yaitu sebesar 3% dari berat agregat halus ( ASTM C-33-2003 ).
Jika dalam agregat mengandung banyak lumpur akan menambah
permukaan agregat sehingga keperluan air untuk membasahi semua permukaan
butiran dalam campuran meningkat. Ini mengakibatkan kekuatan dan ketahanan
dapat menurun. Karena pengaruh buruk tersebut, maka jumlahnya dalam agregat
dibatasi yaitu tidak boleh lebih dari 3% menurut ASTM C-33-2003.
Cara melihat kadar lumpur yaitu, jika didapat volume endapan lumpur 20
cc maka kandungan lumpur yaitu 20/10 = 2%.
Angka 10 diatas artinya 10 cc endapan lumpur ekivalen (~) dengan 1% lumpur.
Berdasarkan PUBI 1982 Pasal 11 bahwa kandungan lumpur dalam pasir yang
lewat ayakan 0,063 mm tidak lebih dari 5% (Kadar Lumpur).

2.4 BENDA UJI


1. Menyiapkan pasir sebanyak 450 cc.
2. Air bersih (sesuai dengan kebutuhan).

2.5 PERALATAN
1. Gelas ukur tidak berwarna (transparan) dengan ukuran 1000 cc.
2. Penutup gelas ukur.

2.6 PELAKSANAAN
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan terlebih dahulu
sampai 450 cc kemudian menambahkan air sehingga mencapai 900 cc.
2. Menutup gelas sampai benar-benar rapat ukur kemudian mengocok-kocok
sebanyak kurang lebih 60 kali.
3. Mendiamkan selama kurang lebih satu jam.
4. Memeriksa kemudian mencatat tinggi endapan lumpur yang berada diatas
pasir (berapa cc ketebalannya).

2.7 HASIL PRAKTIKUM


1. Pasir asal : Merapi
2. Volume pasir semula (Vp) : 450 cc
3. Volume endapan lumpur sekitar (VL): 33 cc

Gambar 2.1Mengisi Gelas Ukur dengan Pasir dan Menambahkan Air


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

2.8 ANALISIS HITUNGAN


Tabel 2.1 Hasil Analisis Data

Analisis Data
Volume pasir semula (VP) 450 cc
Volume endapan Lumpur sekitar (VL) 20 cc
Kandungan lumpur dalam pasir 4,44%
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 12E, 2020)
Vp
Kandungan lumpur dalam pasir = x 100%
VL
20
= x 100%
450
= 4,44 %
2.9 PEMBAHASAN
Dari hasil praktikum dan analisa perhitungan mengenai kandungan lumpur
dalam sebuah contoh pasir, yang mana agregat halus atau pasir dilarutkan ke
dalam air sebanyak 900 cc dengan menggunakan gelas ukur. Sehingga
mendapatkan nilai volume endapan lumpur sekutar sebesar 20 cc. Maka
didapatkan nilai kandungan lumpur dalam pasir sebesar 4,44%.
Menurut PUBI 1982 pasal 11, syarat kandungan lumpur dalam pasir
adalah tidak boleh lebih dari 5%. Jadi, pasir yang diuji ini tidak lolos sesuai
syarat, dan tidak bisa digunakan sebagai bahan campuran beton. Akan tetapi, pasir
masih dapat digunakan bila dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sehingga
pasir dapat digunakan dalam bahan konstruksi.

Gambar 2.2 Pemeriksaan Kandungan Lumpur Dalam Pasir


(Cara Volume Endapan Ekivalen)
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 9B, 2020)

2.10 KESIMPULAN
Berdasarkan data praktikum, diperoleh data :
1. Kandungan lumpur dalam pasir sebesar 4,44 %.
2. Kandungan lumpur tersebut tidak melebihi dari 5% dari volume pasir,
maka pasir memenuhi syarat PUBI 1982 Pasal 11 dan dapat digunakan
untuk bahan campuran beton.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB II PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)

A. Benda Uji
Pasir asal : Merapi

B. Hasil Pengujian
Volume pasir semula (VP) = 450 cc
Volume endapan Lumpur sekitar (VL) = 20 cc
VL
Kandungan lumpur dalam pasir = x 100% =
VP
4,44%
C. Kesimpulan
Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi
(PUBI 1982 Pasal 11)

D. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan
lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5% (PUBI 1982 Pasal 11)

Tanggal: ………………………. Waktu : ……………………….


Asisten jaga : ………………………. Kelompok : 9…………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)

(1) (2)

Keterangan:
1. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume pasir dan air
2. Plastik dan karet berfungsi untuk menutup gelas ukur saat dikocok
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Volume Endapan Ekivalen)

(1) (2)

(3) (4)

(5) (6)
Keterangan:
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir yang telah disediakan sebanyak 450 cc.
2. Menambahkan air hingga mencapai 900 cc.
3. Mentutup botol ukur dengan plastik yang diberi karet gelang.
4. Mengocok – ngocok botol ukur sebanyak 60 kali.
5. Mendiamkan selama 1 jam.
6. Membaca volume lumpur.

BAB 3
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)

3.1 PENDAHULUAN
Pasir adalah butiran-butiran mineral yang lolos ayakan 4,8 mm dan
tertinggal diatas ayakan 0,075 m. Didalam pasir juga masih terdapat kandungan-
kandungan mineral yang lain seperti tanah dan silt. Pasir yang digunakan untuk
bahan bangunan harus memenuhi syarat yang telah ditentukan dalam PUBI-1982.
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan lumpur di
dalamnya tidak lebih dari 5%. Dengan cara endapan ekivalen, kadar lumpur dalam
pasir yang dinyatakan dalam persen (%) dapat diketahui secara cepat.

3.2 TUJUAN
Pemeriksaan pasir dengan cara ayakan nomor 200 bertujuan untuk
mengetahui besarnya kadar lumpur (tanah liat silt) dalam pasir tersebut.

3.3 LANDASAN TEORI


Lumpur adalah gumpalan atau lapisan yang menutupi permukaan butiran
agregatdan lolos ayakan No. 200.
Kandungan kadar lumpur pada permukaan butiran agregatakan
mempengaruhi kekuatan ikatan antara pasta semen dan agregat sehingga
akanmengurangi kekuatan dan ketahanan beton.Lumpur dan debu halus hasil
pemecahan batu adalah partikel berukuran antara 0,002 mm s/d 0,006 mm ( 2 s/d
6 mikron ).
Adanya lumpur dan tanah liat menyebabkan bertambahnya air pengaduk
yang diperlukan dalam pembuatan beton, disamping itu pula akan menyebabkan
berkurangnya ikatan antara pasta semen denganagregat sehingga akan
menyebabkan turunnya kekuatan beton yang bersangkutan sertamenambah
penyusutan dan creep. Oleh karena itu penting bagi kita untuk melakukan
pengujian, sehingga didapat kadar lumpur yang memenuhi syarat menurut SNI 03
– 2461 – 2002, yaitu tidak boleh lebih dari 5 % untuk agregat halus dan 1 % untuk
agregat kasar.

3.4 BENDA UJI


1. Pasir polos ayakan 4,8 mm seberat 500 gram.
2. Air bersih (sesuai dengan kebutuhan).

3.5 PERALATAN
1. Ayakan nomor 200.
2. Ayakan 4,8 mm.
3. Nampan pencuci.
4. Tungku pengering (oven).
5. Timbangan dengan ketelitian 0,1%.

3.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil pasir kering tungku yang lewat ayakan 4,8 mm seberat 500
gram(B1).
2. Memasukkan pasir tersebut kedalam nampan pencuci dan menambahkan
air secukupnya sampai semuanya terendam.
3. Menggoncang-goncangkan nampan, kemudian menuangkan air cucian
kedalam ayakan nomor 200 (butir-butir kemudian memasukan kedalam
ayakan).
4. Mengulangi langkah ke 3 sampai cucian tampak bersih.
5. Memasukkan kembali butir-butir pasir yang tersisa di ayakan nomor 200
ke dalam nampan, kemudian memasukan ke dalam tungku untuk
dikeringkan kembali.
6. Menimbang kembali pasir setelah tungkunya kering (B2).

3.7 HASIL PRAKTIKUM


1. Benda Uji :
a. Asal pasir : Merapi
b. Berat pasir semula : 500 gr
c. Berat pasir setelah percobaan : 488,6 gr
Gambar 3.1Menimbang Berat Pasir Setelah Percobaan
(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

3.8 ANALISIS HITUNGAN


Tabel 3.1 Hasil Analisis Data

Analisis Data
Berat pasir semula 500 gr
Berat pasir setelah dicuci 488,6 cc
Kandungan lumpur 2,28%
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 9B, 2020)
B 1−B 2
Kandungan lumpur = x 100
B1
500−588,6
= x 100
500
= 2,28%

3.9 PEMBAHASAN
Pengujian pemeriksaan kandungan lumpur menggunakan ayakan 200
bertujuan untuk mengetahui kadar kandungan lumpur pada pasir yang digunakan
untuk adukan beton.
Hasil dari pengujian kandungan lumpur dalam pasir dengan cara
mengayak pasir dengan ayakan 200 benda uji pasir mengandung 2,28%
kandungan lumpur. Menurut PUBI 1982 pasal 11. Batas lumpur yang ada di pasir
maksimal 5%, maka pasir yang menjadi benda uji tersebut baik apabila digunakan
sebagai bahan konstruksi bangunan.Akan tetapi, pasir masih dapat digunakan bila
dicuci terlebih dahulu sebelum digunakan. Sehingga pasir dapat digunakan dalam
bahan konstruksi.

Gambar 3.2 Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Kandungan Lumpur Dalam Pasir


(Cara Ayakan Nomor 200)
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 9B, 2020)

3.10 KESIMPULAN
Dari hasil pemeriksaan kandungan lumpur dalam pasir didapat kandungan
lumpur sebesar 2,28%, dimana menurut PUBI 1982 Pasal 11 yang kadar lumpurnya tidak
melebihi dari 5%, maka pasir tersebut memenuhi syarat sebagai bahan adukan beton dan
bahan bangunan.

LAPORAN HASIL PERCOBAAN


BAB III PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)

A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi
Berat pasir semula (B1) = 500 gr

B. Hasil Pengujian
Berat pasir setelah dicuci dan kering tungku (B2) = 488,6 gr
B1−B2
Kandungan lumpur = x 100% = 2,28%
B1

C. Kesimpulan
Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi
(PUBI 1982 Pasal 11)

D. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Pasir yang dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jika kandungan
lumpur di dalamnya tidak lebih dari 5% (PUBI 1982 Pasal 11)

Tanggal: ………………………. Waktu : ……………………….


Asisten jaga : ………………………. Kelompok : 9…………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Nampam pencuci befungsi untuk membersihkan kandungan lumpur dalam
pasir.
2. Tungku pengering (oven) berfingsi untuk mengeringkan pasir.
3. Timbanan ketelitian 0,1% berfingsi untuk menimbang pasir.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR
(Cara Ayakan Nomor 200)

(1) (2)

(3) (4)
(5)
Keterangan:
1. Mengambil dan menimbang pasir lewat ayakan 4,8 sebanyak 500 gram.
2. Mencuci pasir tersebut sampai benar – benar bersih dan air cucian berwarna
bening.
3. Memasukan pasir yang telah dicuci kedalam cawan kecil.
4. Memasukan pasir yang telah dicuci kedalam tungku pengering (oven).
5. Menimbang pasir kering oven tersebut.

BAB 4
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR

4.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini merupakan cara untuk mengetahui adanya kotoran organis
yang melekat pada pasir alam, yang akan mempengaruhi mutu mortar atau beton
yang dibuat. Warna gelap yang terjadi pada pemeriksaan ini tidak dapat digunakan
sebagai tolak ukur apakah pasir tersebut dapat digunakan dalam adukan, karena
warna gelap tersebt bisa berasal dari arang atau mangaan yang terkandung dalam
pasir tersebut.

4.2 TUJUAN
Pada prinsipnya pemeriksaan ini dapat digunakan untuk menentukan
apakah perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut atau tidak, misalnya untuk
pemeriksaan keawetan dan kekuatan beton yang dibuat dengan menggunakan
pasir tersebut.

4.3 LANDASAN TEORI


Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir
alam sebagai disintegrasi alami dari batu-batuan (natural sand) atau pasir buatan
(artificial sand) yang dihasilkan alat-alat pemecah batu.
Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang digunakan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu, salah satunya ialah pasir tidak boleh banyak
mengandung bahan organik. Bahan-bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan
humus umumnya banyak tercampur pada pasir alam. Adapun bahan-bahan
organik ini berpengaruh negatif pada semen.
Zat organik yang tercampur dapat membuat asam-asam organis dan zat
lain bereaksi dengan semen yang sedang mengeras. Hal ini dapat mengakibatkan
berkurangnya kekuatan beton dan juga menghambat hidrasi semen sehingga
proses pengerasan berlangsung lambat.
Kandungan bahan organik dalam agregat halus dibuktikan dengan
pemeriksaan warna dari Abraham Harder (dengan memakai larutan NaOH). Pada
pemeriksaan ini agregat halus atau pasir dimasukkan dalam jumlah tertentu
kedalam botol dan ditambahkan dengan larutan NaOH 3%. Setelah mengalami
beberapa proses dan didiamkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan
warna campuran dengan warna standar hellige tester No. 3. Apabila warna
campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organik yang tinggi
(kotor).

4.4 BENDA UJI


Pasir dengan volume 130 ml.

4.5 PERALATAN
1. Gelas ukur dengan volume 500 ml yang tidak berwarna dan
mempunyaitutup dari karet atau yang lain serta tidak larut dalam larutan
NaOH 3%
2. Warna standart (tinto meter).
3. Larutan NaOH 3%. Larutan ini dibuat dengan melarutkan 3 bagian berat
NaOH dalam 97 bagian berat air suling.
4. Plastik atau karet untuk menutup gelas ukur.

4.6 PELAKSANAAN
1. Memasukkan Benda uji (pasir) kedalam gelas ukur.
2. Menambah larutan NaOH 3% sehingga setelah mengocok isi gelas ukur
harus mencapai 200 ml. (mengocok kuat-kuat sampai betul-betul teraduk
secara merata).
3. Kemudian mendiamkan selama 24 jam dan setelah itu membandingkan
warna cairan diatas endapan pasir dengan standart (tinto meter).

4.7 HASIL PRAKTIKUM


Warna larutan NaOH 3% di atas pasir = Warna air di atas pasir lebih muda
dari warna standar.
Gambar 4.1Menambahkan Larutan NaOH 3%
(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

4.8 PEMBAHASAN
Agregat halus yang digunakan pada campuran beton dapat berupa pasir
alam sebagai disintegrasi alam dari batu batuan atau pasir buatan yang dihasilkam
alat-alat pemecah batu. Sebagai salah satu komponen beton, agregat halus yang
digunakan harus memenuhi syarat tertentu, salah satunya pasir tidak boleh banyak
mengandung bahan organic. Bahan organik seperti sisa-sisa tanaman dan
umumnya banyak tercampur pada pasir alam. Adapun bahan organic ini
berpengaruh negative terhadap semen, zat organic yang tercampur dapat membuat
asam-asam oerganik dan zat lain bereaksi dengan semen yang sedang mengeras.
Hal ini dapat mengakibatkan berkurangnya kekuatan beton dan juga menghambat
hidrasi semen sehingga proses pengerasan beton lambat.
Pada pemeriksaan agregat halus atau pasir dimasukkan pada jumlah
tertentu pada botol dan ditambahkan larutan NaOH 3%. Setelah mengalami
beberapa proses dan diamkan dalam jangka waktu yang ditetapkan, bandingkan
warna campuran dengan warna standar helligetester no 3. Apabila warna
campuran lebih tua berarti agregat halus mempunyai kadar organic yang tinggi
(kotor).
Pasir tidak boleh mengandung zat-zat organik yang dapat mengurangi mut
u beton. Untuk itu bila direndam dalam larutan NaOH3%, cairan di atas endapan t
idak boleh lebih gelap dari warna larutan pembanding. (PUBI-1982 Pasal 11). Dal
am pengujian setelah benda uji direndam selama sehari warna air yang berada diat
as lapisan pasir sudah mulai berubah, setelah diidentifikasi warna larutan NaOH 3
% diatas pasir lebih tua dari warna standar yang terlihat pada tintometer. Maka pas
ir tersebut memenuhi atau layak digunakan sebagai bahan material.

Gambar 4.2Hasil Pemeriksaan Zat Organis


(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 9B, 2020)

4.9 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian benda uji pada pemeriksaan zat organis dalam pasir
warna larutan NaOH 3% ini ialah pasir memiliki warna lebih muda dari warna
standar, artinya benda uji memiliki kadar organik yang renah dan baik digunakan
untuk bahan bangunan.

LAPORAN HASIL PERCOBAAN


BAB IV PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi

B. Hasil Pengujian
Warna larutan NaOH 3% di atas pasir lebih muda / lebih tuadari warna
standar.

C. Kesimpulan
Berdasarkan kandungan lumpur ini, pasir memenuhi / tidak memenuhi
(PUBI 1982 Pasal 11)

D. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Warna larutan NaOH 3% diatas endapan pasir tidak boleh lebih gelap/lebih
tua dari warna larutan pembanding (PUBI 1982 Pasal 11)

Tanggal: ………………………. Waktu : ……………………….


Asisten jaga : ………………………. Kelompok : ……………………….
Asisten, Mahasiswa,

GAMBAR ALAT(…………………..…………………)
(…………………..…………………)
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR
(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Gelas ukur berfungsi untuk mengukur volume pasir.
2. Tinto meter berfungsi untuk mengukur zat organis dalam pasir.
3. Plastik dan karet gelang untuk menutup gelas ukur saat dikocok
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN ZAT ORGANIS DALAM PASIR

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Mengisi gelas ukur dengan pasir sebanyak 500 ml dan menambahkan larutan
NaOH sebanyak 3%.
2. Mendiamkan larutan selama 24 jam.
Mengamati dan menyamakan warna pada tintometer
BAB 5
PEMERIKSAAN SSD PASIR

5.1 PENDAHULUAN
Pasir merupakan bahan pengisi beton sehingga perlu diperiksa dengan
menggunakan uji SSD. Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir yang
sesuai sebagai bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit
atau banyaknya air yang dikandung oleh pasir tersebut.

5.2 TUJUAN
Mengetahui pasir uji termasuk dalam jenis SSD kering, basah, atau ideal.

5.3 LANDASAN TEORI


Pasir merupakan bahan pengisi beton sehingga perlu membayar dengan
menggunakan uji SSD. Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir yang
sesuai sebagai bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit
atau banyaknya air yang dikandung oleh pasir tersebut.
SSD atau Saturated Surface Dry adalah keadaan pada agregat dimana
tidak terdapat udara pada permukaannya tetapi pada rongganya terisi oleh udara
sehingga tidak menambahkan serta menambahkan kadar air dalam beton.

5.4 BENDA UJI


Pasir berdiameter antara 0,15 mm – 5 mm.

5.5 PERALATAN
1. Kaliper (jangka sorong).
2. Corong uji SSD pasir.
3. Tongkat pemadat.

5.6 PELAKSANAAN
1. Meletakkan corong cetakan diatas permukaan yang rata dan kering.
2. Mengisi corong cetakan dalam 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 bagian
volume corong.
3. Memasukkan 1/3 lapis pertama kedalam corong kemudian menusuk
dengan menggunakan batang baja diameter 16 mm, Panjang 60 cm, dan
berujung bulat. Melakukan langkah penusukan sebanyak 25 kali.
4. Penusukan harus merata selebar permukaan dan tidak boleh sampai masuk
ke dalam lapisan sebelumnya.
5. Setelah lapis pasir yang terakhir selesai proses penusukannya kemudian
meratakan permukaannya sehingga rata dengan sisi atas cetakan (corong
uji SSD pasir).
6. Menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik corong cetakan keatas
secara perlahan-lahan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
7. Kriteria benda uji dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 5.1 Bentuk Kriteria Pengujian SSD Pasir


(Sumber: Buku Praktikum Teknologi Bahan Universitas Teknologi Yogyakarta)
Keterangan gambar:
(a) Corong uji SSD Pasir
(b) Pasir Basah
(c) Pasir Keing
(d) Pasir SSD (kondisi ideal)

5.7 HASIL PENGAMATAN


1. Benda Uji
Pasir asal : Merapi
2. Alat
Corong kerucut :
1. Diameter dasar = 88,9 cm
2. Diameter atas = 77,5 mm
3. Tinggi = 78,6 mm
4. Kondisi pasir :Ideal

Gambar 5.1Bentuk Hasil Pemeriksaan SSD Pasir ideal


(Sumber : Hasil Praktikum Kelompok 7A, 2017)

5.8 PEMBAHASAN
Pasir yang ideal / SSD adalah pasir yang dimana kandungan airnya tidak
terlalu banyak dan juga tidak terlalu sedikit. Dalam pembuatan bahan pasta beton
sebagai bahan bangunan, pasir mengandung peran penting yaitu pasir dengan
keadaan ideal atau SSD.
Dalam pembuatan mortar atau beton sebagai bahan konstruksi, pasir cukup
memegang peran penting sebagai bahan konstruksi, pasir yang digunakan adalah
pasir ideal / SSD sehingga kita dapat memperkirakan campuran agregat dengan
benar, terutama dengan air. Bila pasir terlalu basah atau kering sangat sulit
mempertahankan air dalam pengadukan suatu campuran. Dalam pasir ideal /SSD
kandungan airnya tidak cukup banyak / sedikit.

Gambar 5.2 Hasil Pengujian SSD


(Sumber : Hasil praktikum kelompok 9B, 2020)

5.9 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pasir dalam kondisi ideal,sehingga
pasir tersebut dapat digunakan dalam pembuatan bahan pasta beton sebagai bahan
bangunan.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB V PEMERIKSAAN SSD PASIR

A. Benda Uji
Pasir asal : Merapi

B. Alat
Corong kerucut : Diameter Dasar = 8,45 cm
Diameter Atas = 3,7 cm
Tinggi = 7,35 cm

C. Hasil Pengujian
Kondisi Pasir *) : Basah ( …… )
Kering ( )
Ideal/SSD ( …….)
*) Diberi tanda () untuk jawaban yang sesuai.

Sketsa bentuk benda uji setelah selesai pengujian.

D. Kesimpulan
Pasir harus (dikeringkan / diberi air)

E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu

Tanggal: ………………………. Waktu : ……………………….


Asisten jaga : ………………………. Kelompok : 9…………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN SSD PASIR

(1) ( 2)

(3)

Keterangan:
1. Corong berfungsi untuk melakukan pengujian SSD paisr.
2. Tongkat pemadat berfungsi untuk memadatkan pasir dalam corong.
3. Caliper berfungsi untuk mengukur corong.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN SSD PASIR

(1) (2)

(3) (4)

Keterangan:
1. Menyiapkan corong cetakan dan meletakan di permukaan yang rata dan
kering.
2. Mengisi corong dengan pasir, masing-masing 1/3 bagian volumenya. Lalu
menumbuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali.
3. Meratakan lapisan corong.
Menunggu selama 30 detik dan menariknya secara tegak perlahan.
Kemudian melihat benda uji termasuk ke dalam kriteria mana.
BAB 6
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR

6.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk
mengetahui pasir tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan
campuran adukan beton.

6.2 TUJUAN
Untuk mengetahui cara memeriksa berat jenis maupun SSD pasir.

6.3 LANDASAN TEORI


Pasir merupakan bahan pengisi beton sehingga perlu membayar dengan
menggunakan uji SSD. Dengan pemeriksaan SSD ini akan diperoleh pasir yang
sesuai sebagai bahan campuran adukan beton, yang berhubungan dengan sedikit
atau banyaknya air yang dikandung oleh pasir tersebut.
SSD atau Saturated Surface Dryadalah keadaan pada agregat dimana tidak
terdapat udara pada permukaannya tetapi pada rongganya terisi oleh udara
sehingga tidak menambahkan serta menambahkan kadar air dalam beton.
Agregat merupakan formasi kulit bumi yang keras dan solid.
Agregathalusadalah agregat yang lebih kecil ukuran 5 mm atauagregat yang lolos
saringan No. 8 dan tertahan pada saringan No. 200.Agregat halus harus bersih,
keras, bebas dari lumpur, debu dan bahanorganik. Berdasarkan SK-SNI-T-15-
1990-03 BJ solid agregat halus 2,30gr/ml – 2,70 gr/ml.
Berat jenis agregat ialah rasio antara massa padat agregat dan massaair
dengan volume sama. Berat jenis agregat adalah 2400– 2900 kg/m3. Berat Jenis
ini agak sukar diukur karena mereka mempunyai pori. Yang lebihdiperlukan
adalah berat volume kering. Berat volume kering agregat sekitar 1200– 1750
kg/m3.
Agregat dapat dibedakan berdasarkan berat jenisnya, yaitu agregatnormal,
agregat berat dan agregat ringan. Agregat normal ialah agregat yang berat jenisnya
antara 2,5 sampai 2,7. Agregat ini biasanya berasal dari agregatgranit, basalt,
kuarsa dan sebagainya. Agregat berat ialah berat jenis lebih dari2,8 misalnya
magnetik, barites atau serbuk besi. Agregat ringan mempunyai berat jenis kurang
dari 2,0. Agregat ringan dapat diperoleh secara alamiseperti diatomite, purnice,
volcanic cinder dan secara buatan seperti tanah bakar, abuterbang, dll. (Ir.
Kardiyono Tjokrodimuljo,M.E, Teknologi Beton). Jika dilihat dari proses
terbentuknya, batuan dibedakan menjadi tigayaitu batuan beku, batuan endapan
dan batuan peralihan/malihan. (Ir. TriMulyono, MT, Teknologi Beton). Jika dilihat
dari sumbernya, agregat dapatdibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat yang
berasal dari alam danagregat buatan. (Teknologi Bahan 1).

6.4 BENDA UJI


Benda uji berupa pasir SSD sebesar 500 gram.

6.5 PERALATAN
1. Tabung ukur (volumetrick flush) 1000 ml.
2. Tungku pengering (oven).
3. Timbangan.
4. Loyang.

6.6 PELAKSANAAN
1. Mengisi air kedalam tabung sampai line akhir tabung ukur (volumetrick
flush) 1000 ml.
2. Menimbang, kemudian mengeluarkan air.
3. Menyediakan pasir SSD sebanyak 500 gr.
4. Memasukkan pasir SSD kedalam tabung ukur dan jangan sampai tumpah.
5. Setelah itu memasukkan air sampai line akhir tabung ukur.
6. Menggoyangkan sampai udara nampak keluar.
7. Memberi air sampai line akhir tabung ukur.
8. Mengeluarkan air dari tabung ukur.
9. Mengeluarkan pasir dari tabung ukur dan mengeringkan selama 36 jam.

6.7 HASIL PRAKTIKUM


a. Barut pasir + tabung ukur + air (A) = 1600 gram
b. Berat pasir SSD (B) = 500 gram
c. Berat tabung ukur + air (C) = 1295 gram
d. Berat pasir kering (D) = 475,7 gram

Gambar 6.1Memasukkan Pasir SSD Kedalam Tabung Ukur


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

6.8 ANALISIS HITUNGAN

a. Berat jenis tungku = [ D


( ( C +B )− A ) ]
= [( 475,7
( 1295+500 )−1600 ) ]
= 2,43

b. Berat jenis pasir SSD kering tungku = [ B


( ( C +B )− A ) ]
=
[( 500
( 1295+500 )−1600 ) ]
=2,56
B−D
c. Prenentase pengerapan air = 100
D
500−475,7
= 100%
475,7
= 5,10%

6.9 PEMBAHASAN
Pemeriksaan berat jenis dan SSD pasir yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara massa pasir asli dengan masa air murni. Pemeriksaan
berat jenis dan SSD pasir merupakan hal yang penting untuk mengetahui pasir
tersebut telah memenuhi syarat atau belum untuk bahan campuran adukan beton.
Setelah melakukan praktikum pengujian berat jenis pasir maka didapatkan
hasil analisis hitungan sebagai berikut :
a. Berat jenis kering tungku : 2,43
b. Berat jenis pasir SSD kering tungku : 25,6
c. Presentase penyerapan air : 5,10 %
Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa pengujian berat
jenis pasir yang kami lakukan menunjukan hasil sebesar 2,56 sehingga pasir
tersebut termasuk dalam kondisi baik karena menurut (PUBI), 1982 Pasal 11 Pasir
Beton “Syarat berat jenis pasir yang baik adalah 2.4-2.9”.

Gambar 6.2Berat pasir kering tungku


(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

6.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa pemeriksaan berat jenis pasir didapat hasil :
a. Berat jenis kering tungku = 2,43
b. Berat jenis SSD kering tungku = 2,56
c. Presentase penyerapan air = 5,10 %
Pasir telah memenuhi syarat sesuai PUBI 1982 pasal 11 Pasir Beton.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB VI PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR

A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi

B. Hasil Pengujian
Berat pasir + tabung ukur + air (A) =1600 gr
Berat pasir SSD (B) = 500 gr
Berat tabung ukur + air (C) =1295 gr
Berat pasir kering tungku (D) =475,7 gr

C. Analisis Data

Berat jenis kering tungku [( D


( C +B )− A )] = 2,43

Berat jenis pasir SSD kering tungku [( B


( C +B )− A
=
)]
2,56

B−D
Presentase penyerapan air x 100% = 5,10 %
D

D. Kesimpulan
Menurut berat jenis dan SSD pasir, benda uji memenuhi / tidak memenuhi
syarat (*).

E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Untuk berat jenis pasir SSD yang baik adalah 2,4 – 2,9.

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: ……………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Tabung ukur berfungsi untuk mengukur air.
2. Oven berfungsi untuk mengeringkan pasir.
3. Timbangan berfungsi untuk menimbang pasir.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN BERAT JENIS PASIR

(1) (2)

(3) (4)
(5) (6)
(7)

Keterangan:
1. Mengisi air kedalam tabung ukur sampai garis line akhir tabung. Lalu
menimbang tabung yang berisi air kemudian mengeluarkan airnya.
2. Menimbang serta mencatat berat air dan berat tabung ukur lalu air
dikeluarkan.
3. Memasukan pasir ke dalam piknometer sebanyak 500 gr.
4. Mengoyangkan tabung sampai gelembung udara hilang atau keluar.
5. Memasukkan air dan pasir kedalam cawan.
6. Memasukan cawan yang berisi pasir kedalam oven selama 36 jam.
Menimbang pasir kering oven.

BAB 7
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR

7.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai kehalusan
dan kekerasan suatu agregat. Kehalusan atau kekerasan agregat dapat
mempengaruhi kecelakaan dari mortar beton, apabila agregat halus yang terdapat
dalam mortar terlalu banyak akan menyebabkan lapisan tipis dari agregat halus
dan semen akan naik ke atas.

7.2 TUJUAN
Untuk mengetahui kehalusan atau kekerasan butiran pasir.

7.3 LANDASAN TEORI


Menurut SNI No. 1737-1989-F, Agregat adalah sekumpulan butir-butir
batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun
buatan.
Agregat halus adalah pasir alam sebagai disintegrasi alami dari batuan atau
pasir yang dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran terbesar
4,8 mm. (Eka Sulianti dkk, 2018)
Modulus kehalusan butir (angka kehalusan) adalah jumlah persen
tertinggal komulatif pada tiap-tiap ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran
lubangnya berbanding dua kali lipat, dimulai dari ayakan berukuran lubang 0,15
mm, dibagi 100. Makin besar nilai Modulus Halus Butir (MHB) suatu agregat
berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar). MHB pasir berkisar
antara 1,5 – 3,8, kerikil sebesar 5,0 – 8,0. Sedangkan MHB dari campuran agregat
halus dan kasar sebesar 5,0 – 6,0. Menurut British Standard (BS) kekasaran pasir
dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir halus (zone 4),
agak halus (zone 3), agak kasar (zone 2) dan kasar (zone 1).(Muhtarom Riyadi
dan Amalia, 2005)

7.4 BENDA UJI


Pasir kering udara dengan beratminimum 500 gram.
Benda uji yang digunakan adalah pasir kering tungku dengan berat
minimu menurut SNI 03-1968-1990 adalah :
1. Ukuran maksimum 4,76 mm ; berat maksimum 500 gram.
2. Ukuran maksimum 2,38 mm ; berat maksimum 100 gram.

7.5 PERALATAN
1. Satu set ayakan 4,75 mm; 2,36mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm;
dan untuk sisa.
2. Alat getar ayakan (siave saker).
3. Timbangan.
4. Kuas untuk membersihkan ayakan.
5. Cawan.

7.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil pasir dan ditimbang sebanyak 500 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan disusun dari atas ke bawah sesuai dengan
ukurannya.
3. Memasukkan pasir kedalam set ayakan.
4. Memasang set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian menggetarkan
selama ±1 menit.
5. Mengambil ayakan dari alat getar, kemudian mengambil dan menimbang
pasir yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan (tidak boleh ada
pasir yang masih tertinggal dalam ayakan, bila perlu dibersihkan
menggunakan kuas).

7.7 HASIL PRAKTIKUM


a. Pasir asal = Merapi
b. Berat pasir yang diperiksa = 500 gram

Tabel 7.1 Hasil Pengujian Modulus Halus Butiran pasir


Lubang Ayakan (mm) Berat Tertinggal (gr)
4,75 0

2,36 54

1,18 121.5

0,60 248.4

0,30 70.8

0,15 5.3

sisa 0

Jumlah 500

(Sumber : Hasil Praktikum Kelompok 9B, 2020)

Gambar 7.1Memasukkan Pasir Kedalam Set Ayakan


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

7.8 ANALISIS HITUNGAN


a. Berat tertinggal (%)
1. Lubang ayakan 4,75 mm =0
54
2. Lubang ayakan 2,36 mm = .100
500
= 10,80%

121,5
3. Lubang ayakan 1,18 = . 100%
500
=24,30%

248,4
4. Lubang ayakan 0,60 = . 100%
500
=49,68%

70,8
5. Lubang ayakan 0,30 = . 100%
500
=14,16%

5,3
6. Lubang ayakan 0,15 = . 100%
500
=1,06%

7. Sisa ayakan =0

Berat total tertinggal (%) = 0% + 10,80% +24,30%


+49,68% +14,16% + 1,06%

= 100%
b. Berat Komulatif (%)
1. Berat Komulatif Ayakan 4,75 = 0%

2. Berat Komulatif Ayakan 2,36 = 0% + 10,80%


= 10,80 %

3. Berat Komulatif Ayakan 1,18 = 10,80% + 24,40%


= 35,10%

4. Berat Komulatif Ayakan 0,60 = 35,10% + 49,68%


= 84,78%

5. Berat Komulatif Ayakan 0,30 = 84,78% + 14,16%


= 98,94%

6. Berat Komulatif Ayakan 0,15 = 98,94% + 1,06%


= 100%

Jadi total berat komulatif (%) = 0% + 10,80% + 35,10%


+ 84,78% + 98,94% +
100%
= 329,62%
c. Berat Komulatif Lewat Ayakan (%)
1. Berat Komulatif Lewat Ayakan 4,75 = 100%
2. Berat Komulatif Lewat Ayakan 2,36 = 100% - 10,80%
= 89,20 %
3. Berat Komulatif Lewat Ayakan 1,18 = 100 % - 35,10%
= 64,90%
4. Berat Komulatif Lewat Ayakan 0,60 = 100% - 84,78%
= 15,22%
5. Berat Komulatif Lewat Ayakan 0,30 = 100% - 98,94%
= 1,06%
6. Berat Komulatif Lewat Ayakan 0,15 = 100% - 100%
= 0%

Jadi total berat Komulatif lewat Ayaakan (%) = 100% + 89,20% + 64,90%
+ 15,22 + 1,06% + 0%
= 270,38%
7.9 PEMBAHASAN
Setelah melalui pengujian menggunakan 1 set alat penyaring selama 1
menit lalu diperoleh nilai berat butiran yang tertinggal dalam satuan (gr),
kemudian dicari nilai berat dalam satuan (%) kemudian setelah itu diperoleh nilai
berat komulatif tertitinggal dan berat komulatif butiran yang lewat ayakan dalam
satuan (%).
Pada pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) Pasir dan analisis
hitungan maka di peroleh hasil sebagai berikut :
a. Total Berat Tertinggal = 100 %
b. Total Berat Komulatif = 329,62%
c. Total Berat Komulatif Lolos Ayakan = 270,38%
d. MHB Pasir = 3,29
Berdasarkan data dari pengujian MHB pasir tersebut menunjukan hasil
sebesar 3,51yang berarti kadar kehalusan pasir dalam keadaan baik karena MHB
pasir berkisar 1,50 – 3,8. Semakin besar nilai Modulus Halus Butir (MHB) suatu
agregat berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar). Menurut SNI
No. 1737-1989 maka MHB pasir telah memenuhi syarat dan gradasi pasir masuk
dalam batas I (Kasar).

Gambar 7.2 Pemeriksaan Modulus Halus Butiran Pasir


(Sumber : Hasil praktikum Kelompok 3G, 2019)

7.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian modulus halus butiran pasir, didapat hasil
akhir sebagai berikut :
a. Total Berat Tertinggal = 100 %
b. Total Berat Komulatif = 329,62 %
c. Total Berat Komulatif Lolos Ayakan = 270,38 %
d. MHB Pasir = 3,,29
e. Batas Pasir = II (Agak Kasar)
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB VII PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR

A. Benda Uji
Pasir asal = Merapi
Berat pasir yang diperiksa = 500 gr

B. Hasil Pengujian
Lubang Berattertinggal Beratkumulatif Beratkumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewatayakan (%)
4,75 0 0 0 100
2,36 54,0 10,8 10,8 89,2
1,18 121,5 24,3 35,1 64,9
0,60 248,4 49,68 84,78 15,22
0,30 70,8 14,16 98,94 1,06
0,15 5,3 1,06 100 0
Xxxxxxxxxxxxx
Sisa 0 0 xxxxxxxxxxxxxx
x
Jumlah 500 100 329,62 270,38

C. Analisis Data
Modulus Halus Butiran (MHB) pasir : 3,30
Gradasi pasir masuk daerah (*) : I (kasar)
II (agak kasar)
III (agak halus)
IV (halus)
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, maka gradasi pasir masuk pada daerah
kasar / agak kasar/ agak halus / halus (*).

E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Buatlah grafik gradasi pasir pada lembar berikut.

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: ……………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR

(1) (2)

(3) (4)

(5)
Keterangan:
1. Satu set ayakan 4,75 mm; 2,36 mm; 1,18 mm; 0,6 mm; 0,3 mm; 0,15 mm;dan
untuk sisa berfungsi menyaring dan menampung benda uji.
2. Alat getar ayakan (siever saker) berfungsi sebagai alat bantu dalam proses
pengayakan.
3. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji sebelum diayak dan
sesudah diayak.
4. Kuas untuk membersihkan ayakan.
5. Cawan berfungsi sebagai wadah benda uji ketika ditimbang.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN PASIR

(1) (2)

(3) (4)

(5)
Keterangan :
1. Mengambil pasir dan menimang pasir sebagai benda uji sebanyak 500 gram.
2. Menyiapkan set ayakan, yang penyusunan sesuai dengan ukuranya. Kemudian
memasukan benda uji ke dalam satu set ayakan.
3. Memasang dan menggetarkan selama 1 menit
4. Mengeluakan pasir yang tertinggal pada ayakan
5. Menimbang pasir di setiap lapisan ayakan.
BAB 8
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL

8.1 PENDAHULUAN
Pemeriksaan ini adalah salah satu cara untuk mengetahui nilai variasi
butiransuatu agregat. Variasi butiran agregat kasar dapat mempengaruhi
kelecakan dari mortar beton, apabila agregat kasar yang terdapat dalam mortar
terlalu banyak akan menyebabkan keropos pada beton.

8.2 TUJUAN
Untuk mengetahui nilai kehalusan atau kekasaran butiran kerikil.

8.3 LANDASAN TEORI


Menurut SNI No. 1737-1989-F, Agregat adalah sekumpulan butir-butir
batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun
buatan.
Agregat kasar berupa pecahan batu, pecahan kerikil atau kerikil alami
dengan ukuran butiran minimal 15 mm dan ukuran butiran maksimal 40 mm.
Ukuran maksimal dari beton bertulang diatur berdasarkan kebutuhan agregat
tersebut harus dengan mudah dapat mengisi cetakan dan lolos dari celah-celah
yang terdapat diantara batang-batang baja tulangan. (Ika Sulianti dkk, 2018)
Modulus kehalusan butir (angka kehalusan) adalah jumlah persen
tertinggal komulatif pada tiap-tiap ayakan dari suatu seri ayakan yang ukuran
lubangnya berbanding dua kali lipat, dimulai dari ayakan berukuran lubang 0,15
mm, dibagi 100. Makin besar nilai Modulus Halus Butir (MHB) suatu agregat
berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar). MHB pasir berkisar
antara 1,50 – 3,8, kerikil sebesar 5,0 – 8,0. Sedangkan MHB dari campuran
agregat halus dan kasar sebesar 5,0 – 6,0. Menurut British Standard (BS)
kekasaran pasir dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu pasir
halus (zone 4), agak halus (zone 3), agak kasar (zone 2) dan kasar (zone 1).
(Muhtarom Riyadi dan Amalia, 2005).
8.4 BENDA UJI
Benda uji yang digunakan adalah kerikil dengan berat minimum 2000
gram.

8.5 PERALATAN
1. Satu set ayakan 38,1 mm; 25 mm; 19 mm; 9,5 mm; 6,3 mm; 4,75 mm;
2,36 mm;dan untuk sisa.
2. Alat getar ayakan.
3. Timbangan.
4. Kuas pembersih ayakan.
5. Cawan

8.6 PELAKSANAAN
1. Mengambil kerikil dan menimbang sebanyak 2000 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan dan menyusun dari atas kebawah sesuai
dengan ukurannya.
3. Memasukkan kerikil kedalam satu set ayakan.
4. Memasangkan set ayakan kedalam alat getar ayakan kemudian
menggetarkan selama ± 1 menit.
Mengambil ayakan dari alat getar, kemudian mengambil dan menimbang
kerikil yang tertinggal dari masing-masing tingkat ayakan (tidak boleh ada
agregat yang masih tertinggal dalam ayakan, bila perlu membersihkan
menggunakan kuas).

8.7 HASIL PRAKTIKUM


a. Pasir asal = Merapi
b. Berat pasir yang diperiksa = 2000gr

Tabel 7.1 Hasil Pengujian Modulus Halus Butiran pasir


Lubang Ayakan (mm) Berat Tertinggal (gr)
38.10 0.0
25.00 827.2
19.00 564.5
12.50 361.0
9.50 135.4
6.35 105.0
4.75 2.3
2.36 1.7

sisa 3
Jumlah 2000

(Sumber : Hasil Praktikum Kelompok 9B, 2020)

Gambar 8.1Memasukkan Kerikil Kedalam Set Ayakan


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

8.8 ANALISIS HITUNGAN


a. Berat Tertinggal (%)
1. Lubang Ayakan 38,10 = 0%
827,2
2. Lubang Ayakan 25,00 = . 100%
2000
= 41,36 %

564,5
3. Lubang Ayakan 19,00 = . 100%
2000
=28,23%

361,0
4. Lubang Ayakan 12,50 = . 100%
2000
= 18,05%

135,4
5. Lubang Ayakan 9,50 = . 100%
2000
= 6,77 %

105,0
6. Lubang Ayakan 6,35 = .
2000
= 5,25 %

2,3
7. Lubang Ayakan 4,75 = . 100%
2000
= 0,12 %

1,7
8. Lubang Ayakan 2,36 = . 100%
2000
= 0,09 %

3
9. Sisa Ayakan = . 100%
2000
= 0,15 %

Jadi total berat tertinggal (%) = 0% + 41,36% + 28,23%


+ 18,05% + 6,77%+ 5,25%
+ 0,12% + 0,09% + 0,15%
= 100 %
b. Berat Komulatif (%)
1. Berat Komulatif Ayakan 38,10 = 0%

2. Berat Komulatif Ayakan 25,00 = 0 + 41,36


= 41,36%

3. Berat Komulatif Ayakan 19,00 = 41,36 + 28,23


= 69,59%

4. Berat Komulatif Ayakan 12,75 = 69,59 + 18,05


= 87,64%
5. Berat Komulatif Ayakan 9,50 = 87,64 + 6,77
= 94,41%

6. Berat Komulatif Ayakan 6,35 = 94,41+ 5,25


= 99,66%

7. Berat Komulatif Ayakan 4,75 = 99,66+ 0,12


= 99,77%

8. Berat Komulatif Ayakan 2,36 = 99,77+ 0,09


= 99,86%

Jadi total berat komulatif (%) = 0% + 41,36% + 69,59%


+ 87,64% + 94,41%
+ 99,66% + 99,77%
+ 99,86%
= 592,27%
c. Berat Komulatif Lewat Ayakan (%)
1. Berat Komulatif Lewat Ayakan 38,10 = 100 –0
=100%

2. Berat Komulatif Lewat Ayakan 25,00 = 100 – 41,36


= 58,64%

3. Berat Komulatif Lewat Ayakan 19,00 = 100 – 69,59


=30,42%

4. Berat Komulatif Lewat Ayakan 12,75 = 100 – 87,64


=12,37%

5. Berat Komulatif Lewat Ayakan 9,50 = 100 – 94,41


=5,60%

6. Berat Komulatif Lewat Ayakan 6,35 = 100 – 99,66


= 0,35%

7. Berat Komulatif Lewat Ayakan 4,75 = 100 – 99,77


= 0,23%

8. Berat Komulatif Lewat Ayakan 2,36 = 100- 99,86


= 0,15 %

Jadi total berat komulatif lewat ayakan (%) = 100% +58,64 %


+ 30,42% + 12,37%
+ 5,60% + 0,35%
+ 0,23% + 0,15 %
= 207,74%
d. Modulus Halus Butiran Kerikil
Modulus Halus Butiran Kerikil =
∑ Berat Komulatif ()
100
592,27
=
100
= 5,92

8.9 PEMBAHASAN
Setelah melalui pengujian menggunakan 1 set alat penyaring selama 1
menit lalu diperoleh nilai berat butiran yang tertinggal dalam satuan (gr),
kemudian dicari nilai berat dalam satuan (%) kemudian setelah itu diperoleh nilai
berat komulatif tertinggal dan berat komulatif butiran yang lewat ayakan dalam
satuan (%).
Batas MHB pada umumnya diantara 5,0 – 8,0.
Pada pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) Pasir dan analisis hitungan
maka di peroleh hasil sebagai berikut :
a. Total Berat Tertinggal = 100 %
b. Total Berat Komulatif = 592,27%
c. Total Berat Komulatif Lolos Ayakan = 207,74%
d. MHB Kerikill = 5,92
e. Batas Kerikil =1
Berdasarkan data dari pengujian MHB kerikil tersebut menunjukan hasil
sebesar 5,85 yang berarti kadar kehalusan kerikil dalam keadaan baik karena
MHB kerikil berkisar 5,0 – 8,0. Semakin besar nilai Modulus Halus Butir (MHB)
suatu agregat berarti semakin besar butiran agregatnya (semakin kasar). Menurut
SNI No. 1737-1989 maka MHB kerikil telah memenuhi syarat dan gradasi kerikil
masuk dalam batas 1.
Gambar 8.2 Pemeriksaan Modulus Halus Butiran Kerikil
(Sumber : Hasil praktikum Kelompok 3G, 2019)

8.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian modulus halus butiran kerikil, didapat hasil
akhir sebagai berikut :
a. Total Berat Tertinggal = 100 %
b. Total Berat Komulatif = 592,27 %
c. Total Berat Komulatif Lolos Ayakan = 207,74 %
d. MHB Keril = 5,90
e. Batas Kerikil =1
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB VIII PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL

A. Benda Uji
Kerikil asal = Merapi
Berat kerikil yang diperiksa = 2000 gr

B. Hasil Pengujian
Lubang Berattertinggal Beratkumulatif Beratkumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewatayakan (%)
38,10 0 0 0 38,10
25,00 827,2 41,36 41,36 25,00
19,00 564,5 28,225 69,58 19,00
12,75 361,0 18,05 87,63 12,75
9,50 135,4 6,77 94,40 9,50
6,35 105,0 5,25 99,65 6,35
4,75 2,3 0,115 99,77 4,75
2,36 1,7 0,085 99,85 2,36
Xxxxxxxxxxxxx
Sisa 2,9 0,145 Sisa
x
Jumlah 2000 100 592,24 Jumlah

C. Analisis Data
Modulus Halus Butiran (MHB) kerikil : 5,90
Gradasi kerikil masuk daerah *) : I ( .. )
II ( ..... )
*) Diberi tanda () untuk jawaban yang sesuai.

D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian, maka gradasi kerikil masuk pada daerah I /
daerah II (*).

E. Catatan
(*) Coret yang tidak perlu.
Buatlah grafik gradasi kerikil pada lembar berikut.

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: ……………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
Hasil
Pengujian

2,36 4,75 6,35 9,50 12,75 19,00 25,00 38,10


GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL

(1) (2)

(3) (4)

(5)

Keterangan:
1. Satu set ayakan 38,1 mm; 25 mm; 19 mm;9,5 mm; 6,3 mm; 4,75 mm; 2,36
mm; dan untuk sisa berfungsi menyaring dan menampung benda uji.
2. Alat getar ayakan berfungsi sebagai alat bantu dalam proses pengayakan.
3. Timbangan berfungsi untuk menimbang benda uji sebelum diayak dan
sesudah diayak.
4. Kuas pembersih ayakan.
5. Cawan berfungsi sebagai wadah benda uji ketika ditimbang.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN MODULUS HALUS BUTIRAN KERIKIL

(1) (2)

(3) (4)

Keterangan :
1. Mengambil kerikil sebagai benda uji sebanyak 2000 gram.
2. Menyiapkan satu set ayakan yang penyusunannya sesuai dengan ukurannya.
Kemudian memasukkan benda uji ke dalam saringan.
3. Memasangkan set ayakan ke alat getar. Kemudian menyalakan alat tersebut
selama 1 menit.
4. Menimbang setiap kerikil yang tertinggal pada masing-masing ayakan.
BAB 9
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT

9.1 PENDAHULUAN
Perbandingan antara berat dan volume agregat (pasir dan kerikil) termasuk
pori-pori antara butirannya disebut berat volume atau berat satuan.

9.2 TUJUAN
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui cara mencari berat satuan
pasir, kerikil, atau campuran.

9.3 LANDASAN TEORI


Menurut Slilia Suliman (2003), Berat satuan agregat adalah berat satuan a
gregat dalam satuan bejana yang dinyatakan dalam satuan kg/liter atau ton/m3. Ber
at satuan dalam satuan bejana terdiri volume butir tertutup dan terbuka. Berat satu
an agregat terdiri dari volume agregat, untuk agregat normal 1,50 sampai 1,80. Be
rat satuan merupakan perbandingan antara berat agregat dengan volume alat.
Menurut SNI 03 – 2847 – 2002 Tata Cara Perencanaan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung, Agregat merupakan material granular, misalnya pasir,
krikil, batu pecah dan kerak tungku pijar yang dipakai bersama-sama dengan
suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton atau adukan semen hidrolik.
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir,atau
mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun hasil buatan.(SNI 1737-1989-F).
Agregat merupakan butir‐butir batu pecah, kerikil, pasir atau mineral lain, baik
yang berasal dari alam maupun buatan yang berbentuk mineral padat berupa
ukuran besar maupun kecil atau fragmen‐fragmen. (Silvia Sukiman, 2003).

9.4 BENDA UJI


Benda uji menurut SNI 03-1969-1990 adalah pasir atau kerikil kering
tungku sekurang-kurangnya sama denga kapasitas bejana.
9.5 PERALATAN
1. Timbangan dan ketelitian 0,1% berat benda uji.
2. Nampan besar.
3. Tongkat pemadat dari baja tahan karat dengan panjang 60cm, diameter
15mm, dan ujungnya bulat.
4. Mistar merata.
5. Bejana baja yang kaku, berbentuk silinder.

Jenis
Ukuran Bejana Minimum
Pasir Kerikil/campuran
Dimensi bejana ( mm ) 150 x 300 150 x 300
Volume ( liter ) 18,02 17,36
Tabel 9.1 Ukuran Bejana dan Ukuran Batuan yang Diuji
(Sumber: PUBI-1982)

9.6 PELAKSANAAN
1. Menimbang bejana (B1).
2. Mengukur diameter serta tinggi bejana.
3. Memasukan pasir/kerikil kedalam bejana sebanyak 3 lapis dengan tiap
lapis 1/3 bagian bejana dan memadatkan masing-masing sebanyak 25 kali.
4. Setelah menumbuk, bejana yang berisi pasir/kerikil permukaanya
diratakan menggunakan mistar perata.
5. Menimbang berat bejana berisi pasir/kerikil (B2).

9.7 HASIL PRAKTIKUM


a. Pasir asal :Merapi
b. Keadaan pasir : Kering
c. Berat bejana (B1) : 10,84 kg
d. Berat bejana berisi pasir (B2) : 19 kg
e. Diameter bagian dalam : 146,86 mm
f. Tinggi bagian dalam : 300 mm
g. Volume bejana :5083852,62 mm= 0,00508 m3
h. Kerikil asal : Merapi
i. Keadaan kerikil : Kering
j. Berat bejana (B1) : 10,82 kg
k. Berat bejana berisi kerikil (B1) : 18,41 kg
l. Diameter bagian dalam : 146,7 mm
m. Tinggi bagian dalam : 300 mm
n. Volume bejana :5072781,21 mm= 0,00507 m3

a.bejana berisi pasir b. bejana berisi kerikil


Gambar 9.1Menumbuk Bejana yang Berisi Pasir/Kerikil
(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

9.8 HITUNGAN
a. Berat pasir (B3) = B 2 – B1
=10,84 – 19
= 8,16 kg
B3
b. Berat satuan pasir =
Volume bejana
8,16
=
0,0058
= 1605,082 kg/m3
c. Berat kerikil (B3) = B2 – B1
= 10,82 – 18,41
= 7,59 kg
B3
d. Berat satuan kerikil =
Volume bejana
7,59
=
0,00507
=1496,221 kg/m³

9.9 PEMBAHASAN
Berat satuan agregat adalah berat satuan agregat dalam satuan bejana yang
dinyatakan dalam satuan kg/liter atau ton/m3. Berat satuan dalam satuan bejana
terdiri volume butir tertutup dan terbuka. Berat satuan agregat terdiri dari volume
agregat, untuk agregat normal 1,50 sampai 1,80. Berat satuan merupakan
perbandingan antara berat agregat dengan volume alat.
Pada pengujianya dihasilkan berat pasir dengan selisih antara berat bejana
berisi pasir dengan berat bejana sebesar 8,16 kg, dan hasil berat satuan pasir
didapat dengan perbandingan berat pasir dan volume bejana sebesar 1605,082 kg/
m3.
Sedangkan berat kerikil didapat dengan selisih antara berat bejana berisi
kerikil sebesar 7,59 kg, dan hasil berat satuan kerikil didapat dengan
perbandingan berat kerikil dan volume bejana sebesar 1496,221 kg/m³.
Pada umumnya agregat normal antara 1,50 – 1,80, oleh karena itu hasil
berat satuan pasir sesuai dengan agregat normal, sedangkan untuk hasil berat
satuan kerikil tidak sesuai dengan agregat normal. Karena kerikil yang diuji
termasuk kerikil ringan atau kemungkinan saat penumbukan kurang padat

a.berat bejana berisi pasir b.berat bejana berisi kerikil


Gambar 9.1 Berat satuan agregat
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)
9.10 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian berat satuan agregat kerikil dan pasir diperoleh nilai :
a. Berat Satuan Pasir = 1605,082 kg/m3
b. Berat satuan Kerikil = 1496,221 kg/m³

LAPORAN HASIL PERCOBAAN


BAB IX PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT HALUS (PASIR)

A. Benda Uji
Pasir asal : Merapi

B. Hasil Pengujian
Berat bejana (B1) = 10,84 kg
Berat bejana berisi pasir (B2) = 19 kg

Ukuran bejana :
Diameter bagian dalam = 146,86 mm
Tinggi bagian dalam = 300 mm
Volume bejana = 5083852.62 mm3 = 0,00508 m3

C. Analisis Data
Berat pasir (B3) = B 2 – B1 = 8,16 kg
B3
Berat satuan pasir = = 1605,082 kg/m3
volume bejana
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka berat satuan agregat halus =
1605,082 kg/m3

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: ……………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB IX PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT KASAR
(KERIKIL)

A. Benda Uji
Kerikil asal : Merapi

B. Hasil Pengujian
Berat bejana (B1) = 10,82 kg
Berat bejana berisi kerikil (B2) = 18,41 kg

Ukuran bejana :
Diameter bagian dalam = 146,7 mm
Tinggi bagian dalam = 300 mm
Volume bejana = 5072781.214 mm3 = 0,00507 m3

C. Analisis Data
Berat kerikil (B3) = B 2 – B1 = 7,59 kg
B3
Berat satuan kerikil = = 1496,221kg/m3
volume bejana
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka berat satuan agregat kasar =
1496,221kg/m3

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: ……………………….
Asisten, Mahasiswa,
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN BERTA SATUAN
(…………………..…………………) AGREGAT
(…………………..…………………)
(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Timbangan berfungsi untuk menimbang bejana dan agregat
2. Alat pemadat berfungsi untuk memadatkan agregat.

GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN BERAT SATUAN AGREGAT
(1) (2)

(3) (4)

(5)
Keterangan:
1. Menimbang bejana (B1).
2. Mengukur diameter dan tinggi bejana.
3. Memasukan pasir kedalam bejana sebanyak 3 lapis dengan tiap lais 1/3
bagiam bejana.
4. Memadatkan tiap lapisan menggunakan batang besi masing-masing sebanyak
⅓ kali tumbukan.
5. Menimbang pasir dalam bejana (B2).
BAB 10
PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU

10.1 PENGERTIAN
Kuat tekan kayu adalah nilai yang digunakan untuk mengetahui kelas kuat.
Kelas kuat kayu adalah tolok ukur yang akan kita gunakan di lapangan untuk
menentukan dimensi kayu dan harus didasarkan pada pembebanan yang bekerja.

10.2 TUJUAN
Untuk mengetahui cara menguji kuat tekan kayu searah serat.

10.3 LANDASAN TEORI


Menurut PUBI-1982 Pasal 37, Kayu yang digunakan sebagai bahan
bangunan adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan mengkonversikan kayu
bulat menjadi kayu berbentuk balok, papan ataupun bentuk-bentuk lain sesuai
dengan tujuan penggunaannya.
Kuat tekan nilai yang bertujuan untuk mengetahui kuat tekan kayu searah
serat dan ketegangan kelas kayu.Mutu kayu didasarkan pada kadar air, kemiringan
dan retak-retak. Sifat-sifat mekanika kayu yang penting kaitannya untuk diketahui
adalah kekuatan lengkung,kekuatan tekan sejajar serat, tekanan tegak lurus serat,
kekuatan tarik sejajar serat, kekuatan geser sejajar serat, keuletan, kekenyalan,
kekerasan sisi, modulus ealastis, dan modulus sejajar elastis serat. Sifat-sifat
mekanik ialah kemampuan kayu untuk menahan muatan dari luar. Yang dimaksud
dari luar ialah gaya-gaya diluar benda yang mempunyai kecenderungan untuk
mengubah bentuk dan besarnya benda. Kekuatan kayu memegang peranan
penting dalam penggunaan kayu dalam pembangunan, perkakas, dan untuk
penggunaan lain. (A. Dumanauw, 1990).
Ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu, antara lain:
faktor biologis, kadar air, waktu penyimpanan, suhu, kelelahan, mata kayu, dan
kemiringan serat. Sebagaimana dikemukakan pada sifat umum kayu, kayu akan
lebih kuat jika menerima beban sejajar dengan arah serat dari pada menerima
beban tegak lurus serat. Ini karena struktur serat kayu yang berlubang. Semakin
rapat serat, kayu umumnya memiliki kekuatan yang lebih dari kayu dengan serat
tidak rapat.Keteguhan tekan suatu jenis kayu adalah kekuatan kayu untuk
menahan muatan jika kayu itu dipergunakan untuk tujuan tertentu.Dalam hal ini
dibedakan dua macam tekan,yaitu tekan tegak lurus arah serat dan tekan sejajar
arah serat.Keteguhan tekan tegak lurus arah serat menentukan ketahanan kayu
terhadap beban.Keteguhan ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan kayu
dan keteguhan geser.Keteguhan tekan tegak lurus serat pada semua kayu lebih
kecil dibandingkan keteguhan sejajar arah serat (B. Dumanauw,2001).
Tabel 10.1 Pengelompokan Kayu Menurut Kelas
Kelas Kuat Berat Jenis kering Kekuatan Lentur Kekuatan Tekan
Udara Mutlak (kg/cm²) Mutlak (kg/cm²)
I. > 0,9 >1100 > 650
II. 0,9 – 0,60 1100 – 725 650 – 425
III. 0,60 – 0,40 725 – 500 425 – 300
IV. 0,40 – 0,30 500 – 360 300 – 215
V. < 0,30 < 360 < 215

10.4 BENDA UJI


Benda uji berupa kayu dengan ukuran 50 mm x 50 mm dan Panjang 200
mm.

10.5 PERALATAN
1. Kaliper (jangka sorong).
2. Meteran.
3. Stopwatch.
4. Mesin uji tekan.
5. Gergaji.

10.6 PELAKSANAAN
1. Menyiapkan benda uji beupa kayu yang akan diuji tekan.
2. Menempatkan benda uji kayu pada mesin uji tekan.
3. Memberikan pembebanan dengan kecepatan sekitar 0,6 mm/menit.
4. Mencatat besar beban maksimum dan lama pembebanan.
5. Memeriksa bentuk satu benda uji setelah patah.

10.7 HASIL PERCOBAAN


1. Jenis kayu : Sengon
2. Bentuk kayu : Balok
3. Cacat (bila ada) :-
4. Ukuran kayu :4,993cm x 5,01cm x
20,038cm
Panjang (L) Sisi A (b) Sisi B (h)
Uraian
(mm) (mm) (mm)
Pengukuran 1 200 49,10 49,40
Pengukuran 2 195 49,15 50,10
Jumlah 395 98,25 99,5
Rata-rata 197,5 49,1 49,75

5. Bahan maksimum (p) :21 Kn = 21.000 N


6. Lama pembebanan benda uji setelah percobaan : 30 detik

Gambar 10.1Memberikan Pembebanan pada Benda Uji


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

10.8 HITUNGAN
1. Luas penampang (A) =bxh
= 49,57 x 49,62
= 2460,15 mm²
P
2. Kuat tekan kayu =
A
120000
=
2460,15
= 48,77 N/mm²

P
3. Kecepatan pembebanan =
s
120
=
25
= 4,800 kN/s

10.9 PEMBAHASAN
Pengujian kuat tekan kayu yang dilakukan dengan menggunakan sampel
kayu berukuran 49,57x49,62 1x200,375 mm yang diberikan pembebanan sampai
kuat tekan maksimum. Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka didapat
data pengamatan dan analisis hitungan sebagai berikut :
a. Luas penampang : 2460,15 mm2
b. Kuat tekan kayu jenis sengon : 48,77 N/mm2
c. Kecepatan pembebanan : 4,800kN/detik
d. Kelas kuat : III (Berdasarkan tabel 37-4 PUBI -1982)
Berdasarkan hasil tersebut didapat kuat tekan kayu jenis mahoni sebesar
48,77 N/mm2, di mana hasil tersebut masuk dalam klasifikasi kuat tekan kayu
kelas III, hasil tersebut tidak sesuai dengan kelas kuat kayu pada pengujian berat
jenis dan kadar air yang menunjukan kayu masuk dalam klasifikasi kelas III.

Gambar 10.2 Kayu setelah uji kuat tekan


(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi
Bahan Kelompok 3G, 2019)

10.10 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian tekan
kayu albasia didapat hasil akhir sebagai
berikut
1. Luas penampang
= 2460,15 mm2
2. Kuat tekan kayu jenis mahoni = 48,77 N/mm2
3. Kecepatan pembebanan =4, 800kN/detik
4. Kelas kuat = III
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB X PENGUJIAN KUAT TEKANKAYU

A. Benda Uji
Jenis kayu : Sengon

Ukuran kayu :
Panjang (L) Sisi A (b) Sisi B (h)
Uraian
(mm) (mm) (mm)
Pengukuran 1 200 49,10 49,40
Pengukuran 2 195 49,15 50,10
Jumlah 395 98,25 99,5
Rata-rata 197,5 49,1 49,75

B. Hasil Pengujian
Beban maksimum (P) =80 kN = 21.0000 N
Lama pembebanan (s) =30 detik
C. Analisis Data
Luas penampang (A) = b . h = 2.442,725 mm2
Kuat tekan kayu = P/A = 8,596 N/mm2
Kecepatan pembebanan = P/s = 0,7 kN/detik
D. Kesimpulan
Kuat tekan kayu : 8,596 MPa
Termasuk kelas kuat : III (lihat tabel 37-3 PUBI-1982).

Tabel PUBI-1982 Pasal 37-3


Berat Jenis Kekuatan Lentur Kekuatan Tekan
Kelas Kuat
Kering Udara Mutlak (MPa) Mutlak (MPa)
I > 0,9 > 110 > 65
II 0,9 – 0,60 110 – 72,5 65 – 42,5
III 0,60 – 0,40 72,5 – 50 42,5 – 30
IV 0,40 – 0,30 50 – 36 30 – 21,5
V < 0,30 < 36 < 21,5

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: ……………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU

(1) (1)

(3)

Keterangan:
1. Kaliper berfungsi untuk mengukur ukuran kayu.
2. Stopwatch berfungsi untuk mengukur lama waktu sampai kayu patah.
3. Mesin uji tekan berfungsi untuk menguji kuat tekan kayu.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT TEKAN KAYU

(1) (2)

(3) (4)

Keterangan:
1. Mengukur panjang tinggi dan lebar kayu 200x50x50.
2. Menempatkan benda uji kayu pada mesin uji kuat tekan dan memberi kayu
tersebut pembebanan dengan kecepatan sekitar 0,6 mm/menit.
3. Mencatat beban maksimum dan lama pembebanan kemudian memeriksa beban
uji setelah patah.
4. Mengamati kerusakan dan mengukur kembali panjang, lebar dan tinggi.
BAB 11
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU

11.1 PENDAHULUAN
Suatu balok kayu biasanya menahan beban lentur. Untuk mengetahui
kekuatan terhadap momen lentur maka perlu dilakukan pengujian lentur.

11.2 TUJUAN
Untuk memberikan gambaran bagaimana cara menguji kekuatan lentur balok
dan menghitung balok dan menghitung tegangan lentur maksimalnya

11.3 LANDASAN TEORI


Menurut PUBI-1982 Pasal 37, Kayu yang dimaksud disini adalah kayu yang
digunakan sebagai bahan bangunan. Kayu yang digunakan sebagai bahan bangunan
adalah kayu olahan yang diperoleh dengan jalan meng-konversikan kayu bulat
menjadi kayu berbentuk balok, papan ataupun bentuk-bentuk lain sesuai dengan
tujuan penggunaannya.
Kekuatan kayu dibedakan menjadi 5 kelas. Persyaratan untuk masing-masing
kelas menurut DEN BERGER ditentukan sebagai berikut:
Tabel 11.1Kelas Kuat Kayu Berdasar Berat Jenis Kering Udara
Kelas Berat jenis kering Kekuatan lentur mutlak Kekuatan tekan
kuat udara (kg/cm²) mutlak (kg/cm²)
I. >0,9 >1100 >650
II. 0,9-0,60 1100-725 650-425
III. 0,60-0,40 725-500 425-300
IV. 0,,40-0,30 500-360 300-215
V. <0,30 <360 <215
(Sumber: PUBI 1982 Pasal 37 Tabel 37-3)
11.4 BENDA UJI
Benda uji adalah balok kayu ukuran penampang 50 mm x 50 mm dengan 750
mm.

11.5 PERALATAN
1. Mesin uji lentur balok.
2. Kaliper (jangka sorong).
3. Meteran.
4. Gergaji.

11.6 PELAKSANAAN
1. Mengukur penampang balok dengan teliti.
2. Memasang balok pada tempat pengujian dengan panjang bentang sekitar 450
mm (tergantung ukuran kayu) dan beban dua titik dengan jarak masing-
masing 1/3 bentang dari perletakan dengan kecepatan pembebanan 8-10
Kg/cm2 per menit.
3. Mencatat beban maksimum yang mematahkan balok.

11.7 HASIL PRAKTIKUM


1. Benda uji = Kayu sengon
2. Bentuk = balok
3. Cacat =-
4. Ukuran kayu
a. Panjang (L) = 639 mm
b. Sisi A (b) = 49,7 mm
c. Sisi B (h) = 49,5 mm
5. Beban maksimum (P) = 12,8 kN = 12800 N
6. Lama pembebanan (s) = 25detik
Gambar 11.1Memasang Balok pada Tempat Pengujian
(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

11.8 ANALISIS HITUNGAN

1. Reaksi Tumpuan
∑M B=0
RAV x 639 – P1 x L1– P2 x L2+ RBV x 0 =0
RAV x 639 – 6400 x 426 – 6400 x 213+ RBV x 0 =0
RAV = 6400 N
∑M A=0
-RBV x 639 + P1 x L1 + P2 x L2 – RAV x 0 =0
-RBV x 639 + 6400 x 213 + 6400 x 426 – RAV x 0 =0
-RBV = 6400 N
∑ V =0 (RAV +RBV) – (P1+P2) =0
(6400 +6400) – (6400+ 6400) =0
12800 – 12800 = 0 ( oke )
2. Shear Force (Gaya Geser)
A = +RAV
=+6400 N
C = +RAV- P1
= +6400 – 6400
=0
D = +RAV – P1 - P2
= +6400 – 6400 – 6400
= – 6400N
B = +RAV – P1 – P2 + RBV
= +6400 – 6400 – 6400 +6400
=0

3. Momen
MA = 0Nmm
MC = RAV x LAC
= 6400 x 213
= 1363200Nmm
MD = (RAV x LAD) – (P1 x LDC)
= (6400 x 426) – (6400 x 213)
= 1363200 Nmm
MB = (RAV x Ltotal) – (P1 x LCB) – (P2 x LDB)
= (6400 x 639) – (6400 x 426) – (6400 x 213)
= 4089600 – 2726400 – 1363200
= 0 Nmm
a. Momen Maks = 1363200Nmm
1
b. Tahanan Momen (W) = x b x h2
6
1
= x 49,7 x 748
6
=20296,238 mm3
Momen max
Kuat Lentur Kayu (F maks) =
W
1363200
=
20296,238
= 67,165N/mm²
P
c. Kecepatan pembebanan =
S
12,8
=
25
= 0,512 kN/detik

11.9 PEMBAHASAN
Pada pegujian kuat lentur kayu ini bertujuan untuk memberikan gambaran bag
aimana cara menguji kekuatan lentur balok dan menghitung tegangan lentur maksimu
mnya. Benda uji yang digunakan pada pratikum ini ialah kayu mahoniberukuran 49,5
x 49,7 dengan panjang 639 mm. Pada pelaksanaannya pengujian dilakukan mengguna
kan alat tekan kayu, saat kayu diletakan pada alat uji kemudian menandai titik pembe
bananya.
Dari hasil uji ini didapatkan BMD maks. sebesar 1363200Nmm, tahanan mome
m (W) 20296,238 mm3 dan kecepatan pembebanan 0,512 kN/detik. Kuat lentur kayu
(F Maks) sebesar 67,165N/mm² dari hasil tersebut kayu mahoni yang diuji termasuk
ke dalam kelas III.

Gambar 11.2 Kayu Setelah Uji Kuat Lentur Kayu


(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

11.10 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kuat lentur kayu di dapatkan nilai:
- BMD maks : 1363200Nmm
- Tahanan Momem (W) : 20296,238 mm3
- Kuat lentur kayu (F Maks) : 67,165 N/mm2
- Kecepatan Pembebanan :0,512 kN/detik
Kayu pada Sengon pada pengujian ini masuk kedalam kuat lentur kelas III.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XI PENGUJIAN KUAT LENTURKAYU

A. Benda Uji
Jenis kayu : Sengon

Ukuran kayu :
Panjang (L) Lebar (b) Tinggi (h)
Uraian
(mm) (mm) (mm)
Pengukuran 1 638 49 50
Pengukuran 2 635 48 49
Jumlah 1273 97 99
Rata-rata 636,5 48,5 49,5

B. Hasil Pengujian
Beban maksimum (P) =6,5 kN = 6500 N
Lama pembebanan (s) = 12 detik
C. Analisis Data
Tahanan Momen (W) = 1/6 . b . h2 = 19806,1875 mm3
Momen max
Kuat lentur kayu (F max) = =67,165 N/mm2
W
Kecepatan pembebanan = P/s =0,541 kN/detik
D. Kesimpulan
Kuat lentur kayu : 67,165 MPa
Termasuk kelas kuat : III(lihat tabel 37-3 PUBI-1982).

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: ……………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU
(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Mesin uji lentur balok berfungsi untuk mengukur kuat lentuk kayu.
2. Kaliper berfungsi untuk mengukur tinggi dan lebar balok.
3. Meteran berfungsi untuk mengukur panjang balok.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU

(1) (2)

(3) (4)

Keterangan:
1. Mengukur penampang balok kayu.
2. Menempatkan benda uji kayu pada mesin uji kuat lentur dengan Panjang 450 mm
dan beban dua titik dengan jarak masing-masing 1/3 bentang.
3. Memberi benda uji kecepatan pembebanan 8-10 kg/cm2 per menit.
4. Mencatat beban maksimum dan lama pembebanan kemudian memeriksa benda
uji
BAB 12
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN

12.1 PENDAHULUAN
Percobaan ini dilakukan untuk dapat menghitung ukuran diameter tulangan
yang kita tentukan.

12.2 TUJUAN
Mengetahui cara menentukan diameter tulangan, karena sering ditemui ukuran
di pasaran yang ukurannya tidak homogen.

12.3 LANDASAN TEORI


Menurut PUBI -1982 Pasal 74, Baja tulangan beton adalah baja yang
berbentuk batang yang digunakan untuk penulangan beton. Dalam perdagangan
disebut juga besi beton. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan terdiri dari baja
tulangan polos dan baja tulangan sirip (deform). Baja tulangan polos merupakan
batang baja yang permukaannya licin. Baja tulangan sirip merupakan batang yang
bentuk permukaannya khusus untuk mendapatkan pendekatan (bonding) pada beton
yang lebih baik dari baja tulangan polos dengan luas penampang yang sama.

12.4 BENDA UJI


1. Potongan baja tulangan polos.
2. Potongan baja tulangan ulir.

12.5 PERALATAN
1. Timbangan.
2. Kaliper (jangka sorong).
3. Gergaji potong baja.
4. Meteran.

12.6 PELAKSANAAN
1. Memotong baja tulangan 1 meter.
2. Menimbang baja tulangan tersebut.

12.7 HASIL PENGAMATAN


1. Baja tulangan polos
a. Berat benda uji : 0,058 kg
b. Panjang benda uji : 9,98 m
2. Baja tulangan ulir
a. Berat benda uji : 1,11 kg
b. Panjang benda uji : 10,01 m

Gambar 12.1Mengukur Benda Uji


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

12.8 ANALISIS HITUNGAN


a. Pengenalan tulangan polos
1. Berat benda uji percentimeter panjang
B
W =
L
0.058
=
9,98
= 0,057 kg/cm
2. Diameter pengenalan tulangan
Dn = 12,74 √W
= 12,74√0,057
= 3,04 cm
b. Pengenalan tulangan ulir
1. Berat benda uji percentimeter panjang
B
W =
L
1,16
=
10,1
= 0,114 kg/cm
2. Diameter pengenalan tulangan
Dn = 12,74 √W
= 12,74 √0,1080
= 4,317 cm

12.9 PEMBAHASAN
Pengujian pemeriksaan diameter pengenalan tulangan ini bermaksud untuk
mengetahui diameter tulangan dari data panjang dan berat tulangan. Adapun benda uji
yang digunakan yaitu tulangan polos dan tulangan ulir. Dari hasil uji pemeriksaan
diameter pengenalan tulangan didapatkan:
Tulangan Polos:
a. Berat (w) : 0,0537 kg/cm
b. Diameter : 3,044 cm
Tulangan Ulir:
a. Berat (w) : 0,1080 kg/cm
b. Diameter : 4,317 cm
Dari pemeriksaan ini dapat diketahui bahwa tulangan memiliki berat dan
diameter masing-masing sesuai kebutuhan di lapangan.

(a) Tulangan polos (b) Tulangan ulir


Gambar 12.2 Hasil Uji Pemeriksaan Diameter Pengenalan Tulangan
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

12.10 KESIMPULAN
Dari hasil uji pemeriksaan diameter pengenalan tulangan didapatkan:
Tulangan Polos :
a. Berat (w) : 0,0537 kg/cm
b. Diameter : 3,044 cm
Tulangan Ulir :
a. Berat (w) : 0,1080 kg/cm
b. Diameter : 4,317 cm
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XII PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN

A. Benda Uji
Jenis baja tulangan : Polos dan Ulir

B. Hasil Pengujian
Hasil Uji Tulangan Polos Tulangan Ulir
Berat benda uji (B) kg 0,052 1,21
Panjang benda uji (L) cm 10,39 9,84

C. Kesimpulan
Hasil Uji Tulangan Polos Tulangan Ulir
Berat benda uji parcentimeter panjang
B 0,005 0,123
w= (kg/cm)
L
Diameter pengenalan tulangan
0,900 4,468
Dn =12,74 √ w (cm)

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: ……………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Caliper berfungsi untuk mengukur diameter baja
2. Timbangan benrfungsi untuk menimbang berat baja
3. Meteran berfungsi untuk mengukur panjang baja
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN DIAMETER PENGENAL TULANGAN

(1) (2)

Keterangan:

1. Menyiapkan benda uji baja dan memotongnya sepanjang 1 meter.


2. Menimbang berat tulangan polos dan ulir mencatat.
BAB 13
PENGUJIAN TARIK BAJA

13.1 PENDAHULUAN
Semua bahan padat akan berubah bentuk apabila diberi beban. Perubahan
bentuk tergatung pada besar beban, unsur kimia maupun kondisi bahan, bentuk benda
uji, suhu, kecepatan pembebanan dan sebagainya. Suatu kurva yang menghubungkan
antara beban dan perubahan bentuk pada benda uji (deformasi) merupakan bagian
utama dari studi tentang sifat mekanika dari bahan benda uji itu. Akan tetapi,
biasanya pengujian itu agak berbeda bila bentuk geometrinya berbeda, walapun
bahannya sama. Oleh karena itu bentuk dibuatkan suatu standar sedemikian rupa
sehingga kurva tegangan-tegangan diperoleh juga merupakan standardpula.

13.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah kerja pengujian uji tarik baja.
2. Untuk mengetahui besarnya tegangan leleh dan kuat tarik baja.

13.3 LANDASAN TEORI


Menurut PUBI -1982 Pasal 74, Baja tulangan beton adalah baja yang
berbentuk batang yang digunakan untuk penulangan beton. Dalam perdagangan
disebut juga besi beton. Berdasarkan bentuknya, baja tulangan terdiri dari baja
tulangan polos dan baja tulangan sirip (deform). Baja tulangan polos merupakan
batang baja yang permukaannya licin. Baja tulangan sirip merupakan batang yang
bentuk permukaannya khusus untuk mendapatkan pendekatan (bonding) pada beton
yang lebih baik dari baja tulangan polos dengan luas penampang yang sama.
Kuat Tarik adalah tegangan yang didapat dari beban maksimum dibagi oleh
luas pmpang seenamula dari batang uji, dinyatakan dalam kgf/mm² (N/mm²). Beban
Maksimal adalah beban terbesar yang terjadi pada waktu pengujian tarik, dinyatakan
dalam kgf (N). (SNI-07-0408-1989).

13.4 BENDA UJI


Batang logam yang berpenampang bulat atau persegi empat dengan ukuran
sesuai standard benda uji menurut standarisasi industry Indonesia (SII) atau PUBI-
1982.

13.5 PERALATAN
1. Mesin uji tarik.
2. Alat gambar .
3. Kaliper (jangka sorong).
4. Meteran.

13.6 PELAKSANAAN
1. Mengukur dimensi benda uji, maupun jarak dua titik ukur awal.
2. Memasang penolok ukur regangan pada benda uji
3. Menarik spesimen tarik baja dengan menambahan tegangan tidak melebihi 10
MPa/detik.
4. Setelah selesai pengujian (benda uji telah putus) mencatat jarak titik ukur,
diameter pada tempat putus dari keadaan putusnya benda.

13.7 HASIL PRAKTIKUM


1. Benda uji = Baja tulangan polos
2. Diameter pengenal = 10 mm
3. Diameter terukur
a. Pengukuran 1 =5 mm
b. Pengukuran 2 =5 mm
c. Pengukuran 3 = 5,03 mm
5+ 5+5,03
d. Diameter rerata (d) =
3
= 5,010 mm
4. Jarak dua titik terukur =100 mm
5. Beban leleh =9,2 kN
= 9200 N
6. Beban max =12,8 kN
= 12800 N
7. Jarak 2 titik setelah diuji =113,8mm
8. Diameter tempat putus =2,87mm

Gambar 13.1Memasang Penolok Ukur Regangan pada Benda Uji


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

13.8 ANALISIS HITUNGAN


1. Luas diameter awal (A1) = ¼ π D²
= ¼ 3,14 x (5,010)2
= 19,704 mm2
2. Luas diameter putus (A2) = ¼ π D²
= ¼ 3,14 x (2,87)2
= 6,466 mm2
Beban Leleh
3. Tegangan leleh =
Luas Diameter Awal
9200
=
19,704
=466,910 N/mm
Beban Maksimum
4. Tegangan max =
Luas Diameter Awal
12800
=
19,704
=649,614 N/mm2
5. Perpanjangan luas di tempat putus
Luas Awal−Luas Akhir
= . 100%
Luas Awal
19,704−6,466
= .100%
19,704
=67,184 %
6. Perpanjangan akhir (Regangan)
Panjang Akhir −Panjang Awal
=
Panjang Akhir
.100%
113,8−100
= 100%
113,8
=12,126 %

13.9 PEMBAHASAN
Pengujian Tarik baja dilakukan untuk mengetahui mutu dari baja yang akan di
gunakan untuk keperluan kontruksi bangunan. Dalam pengujian ini, digunkan baja po
los berdiameter 10mm. Dalam pengujian ini, baja ditarik menggunakan beban sampai
baja putus. Dari pengujian ini didapat hasil sebagai berikut :
a. Tegangan leleh = 299,850 N/mm2
b. Tegangan maksimum = 499,750 N/mm2
c. Regangan = 12,126 %
d. Perpanjangan luas di tempat putus = 67,184 %
Dari data yang diperoleh menunjukan bahwa baja yang digunakan termasuk k
e dalam golongan BJTP 50. (Berdasarkan PUBI Tabel 74-6). Akan tetapi akan lebih b
aik jika pengujian ini dilakukan beberapa kali untuk diambil reratanya. Pengujian yan
g hanya dilakukan sekali masih belum bisa dikatakan akurat dan sesuai dengan persya
ratan, karena bisa saja terjadi kesalahan pada saat pembacaan arloji pada mesin kuat t
arik dan pembacaan jangka sorong atau penggaris saat pengukuran.

Gambar 13.2 Hasil Pengujian Tarik Baja


(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

13.10 KESIMPULAN
Dari hasil pengujian kuat Tarik baja didapat hasil sebagai berikut :
a. Tegangan leleh = 299,850 N/mm2
b. Tegangan maksimum = 499,750 N/mm2
c. Ragangan = 12,126 %
d. Perpanjangan luas di tempat putus = 67,184 %
Berdasarkan nilai tegangan leleh dan tengangan maksimumnya, baja tulangan
polos yang digunakan masuk ke dalam jenis mutu baja BJTP 50. (Berdasarkan PUBI
1982 Tabel 74-6)
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XIII PENGUJIAN TARIK BAJA

A. Benda Uji
Bahan benda uji : Baja tulangan polos (BJTP)
Diameter terukur :
Pengukuran 1 5 mm
Pengukuran 2 5 mm
Pengukuran 3 5,03 mm
Diameter rerata (D) 5,010 mm

Jarak dua titik ukur awal sebelum diuji (Lo) = 100 mm


Luas penampang benda uji (A) = ¼  D2 = 19,704 mm2

B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengujian tarik baja
L Beban Tegangan Modulus Elastis
Regangan
(mm) (P)  = P/A E = / Keterangan
 = L/Lo
(kN) (N) (N/mm2) (N/mm2)
0 0 0 0 0 0
1 4 4000 203.822 0.010 20382.166 TA
2 5 5000 254.777 0.020 12738.854 TL
3 6 6000 305.732 0.030 10191.083 TL
4 6 6000 305.732 0.040 7643.312
5 7 7000 356.688 0.050 7133.758
6 8 8000 407.643 0.060 6794.055
7 9 9000 458.599 0.070 6551.410
8 9 9000 458.599 0.080 5732.484
9 10 10000 509.554 0.090 5661.713 TM
10 10 10000 509.554 0.090 5661.713
11 9 9000 458.599 0.100 4585.987
12 8 8000 407.643 0.110 3705.848 P
13
14
15
Beban leleh : 6000 N
Beban maksimum : 10000 N
Jarak dua titik ukur akhir sesudah diuji (La) : 110 mm
Diameter di tempat putus (Da) : 2,55 mm

C. Kesimpulan
Tegangan leleh : 299,850 MPa
Tegangan masksimum : 499,750 MPa
Perpanjangan akhir (regangan) : 10%
Pengurangan luas di tempat putus : 291,653 %
Menurut PUBI 1982 Tabel 74 – 6, baja ini mutu : BJTP 50
Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….
Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 12
Asisten, Mahasiswa,
GAMBAR ALAT
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
PENGUJIAN TARIK BAJA

(1) (2)
(3)

Keterangan:
1. Mesin uji Tarik berfungsi untuk melakukan uji tarik baja.
2. Meteran berfungsi untuk mengukur panjang baja.
3. Kaliper berfungsi untuk mengukur diameter baja.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMBUATAN ADUKAN BETON

(1) (2)

(3) (4)

Keterangan:

1. Menyiapkan dan menimbang bahan material, seperti pasir, air, semen dan
agregat.
2. Memasukkan setiap bahan material ke dalam nampan, kecuali air. Lalu
mencampurkan setiap bahan hingga merata.
3. Menambahkan air sedikit demi sedikit sampai adukan tampak memiliki
kecelakaan yang cukup.
4. Menempatkan adukan ke dalam bejana yang kita inginkan.

BAB 14
PEMBUATAN ADUKAN BETON

14.1 PENDAHULUAN
Pada percobaan ini diuraikan cara-cara mencampur bahan-bahan dasar
pembuatan campuran beton.

14.2 TUJUAN
Untuk mengetahui langkah-langkah yang benar dalam pengadukan beton.

14.3 LANDASAN TEORI


Menurut SNI 03-2834-2000, Beton adalah campuran antara semen
portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air
dengan atau tampa bahan tambah membentuk massa padat. Beton sebagai bahan
kontruksi memiliki beberapa kelebihan, diantaranya kuat menahan gaya tekan,
tahan terhadap perubahan cuaca, lebih tahan terhadap suhu tinggi, mudah
dibentuk sesuai dengan kebutuhan, dan mudah dikerjakan dengan cara
mencampur semen, agregat, air, serta bahan tambahan lain bila diperlukan.
Dalam membuat beton yang berkualitas baik, tidak hanya dengan
mencampurkan bahan-bahan dasarnya hingga membentuk suatu benda padat.
Namun, perlu diperhatikan juga perhitungan untuk memperoleh adukan beton
yang baik dan sesuai dengan mutu yang diinginkan. Perencanaan campuran beton
dilakukan berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. Hasil perencanaan campuran beton dengan kuat tekan
rencana 250 kg/cm2 (benda uji silinder) umur 28 hari dan tinggi slump test yang
diisyaratkan 12 ± 2 cm.
Menurut peraturan SK-SNI-15-1990-03 tentang tata cara pencampuran
beton kekerasan pasir dibagi menjadi empat kelompok menurut gradasinya, yaitu
pasir halus, agak kasar, dan kasar. Pasir yang digunakan dalam adukan beton
harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Pasir harus terdiri dari butiran - butiran tajam dan keras.
b. Butirannya harus bersifat kekal.
c. Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 15%.
d. Pasir tidak boleh mengandung bahan organik terlalu banyak.
e. Gradasinya harus memenuhi syarat.
Menurut SNI 03-2458-1991 dalam pengadukan adukan beton ada dua cara
yaitu dengan menggunakan tangan dan mesin. Besarnya proporsi semen, agregat
halus, agregat kasar, air dan campuran tambahan yang ideal akan menghasilkan
beton yang kuat sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam perancangan beton diperlukan adanya formula umuk menghitung
komposisi yang akan digunakan dalam pencampuran beton, formula ini disebut
mix design atau job mix formula. Dengan adanya job mix formula maka
diharapkan kuat karakteristik beton yang dikerjakan sesuai dengan yang
direncanakan. Pembuatan job mix design ini berdasarkan tata cara yang ada pada
SNI-09-2834-2000.

14.4 BENDA UJI


Beton yang dibuat dari semen, kerikil, pasir, dan air.

14.5 PERALATAN
1. Cangkul.
2. Bejana.
3. Sekop.
4. Ember.
5. Timbangan.
6. Tongkat penusuk adukan.
7. Mesin molen.
14.6 PELAKSANAAN
Pelaksanaan pengadukan adukan beton pada praktikum ini adalah
mengikuti langkah – langkah seperti di bawah ini:
1. Pengukuran
Mengukur Semen Portland dan batuan (pasir dan kerikil kering) secara
teliti dengan berat atau melalui proses penimbangan, adapun air yang
digunakan dapat diukur dengan menggunakan berat atau dengan
volumenya (gelas ukur).
2. Pencatatan
Menetapkan terlebih dahulu suatu formulir data yang jelas yang membuat
bahan yang akan dicampur. Menimbang batuan dapat dimulai dari pasir
yang halus (apabila diameter pasir dan kerikil dipisahkan menjadi
beberapa kelompok) kemudian menambah dengan batuan yang
berdiameter lebih besar (penimbangan dilakukan secara kumulatif).
Dengan demikian secara keseluruhan berat pasir dan kerikil tidak berbeda
banyak dengan berat rencana, bila dibandingkan dengan cara pasir dan
kerikil ditimbang sendiri-sendiri.
3. Cara Penimbangan
a. Sebelum menimbang batuan (pasir dan kerikil) harus dalam keadaan
jenuhkering muka. Menimbang batuan (pasir dan kerikil) dengan
timbangan yang mempunyai ketelitian smpai 0,1 kg. Mengisikan
batuan ke dalam sebuah bejana atau tempat lain yang volumenya
cukup untuk setengah atau semua batuan (pasir dan kerikil).
Kemudian menimbang bejana itu.
b. Mengontrol berat kumulatif batuan (pasir dan kerikil) sebelum
bejana diisi dengan kelompok batuan (pasir dan kerikil) yang
berbutir lebih kasar.
c. Menimbang Semen Portland dengan timbangan yang mempunyai
ketelitian sampai 0,001 kg.
4. Cara Pengadukan
a. Sambil memutar mesin aduk (masukan air sebanyak sekitar 0,80 kali
yang direncanakan).
b. Memasukan batuan (pasir dan kerikil) ke dalam mesin aduk, dan
memasukan pula semen di atas batuan (pasir dan kerikil) itu.
c. Waktu mengaduk sebaiknya tidak kurang dari 3 menit.
d. Mengaduk beton segar kemudian mengeluarkan dan menampung
dalam bejana yang cukup besar. Bejana itu harus sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan pemisahan kerikil bila dituangkan
dalam cetakan.

14.7 HASIL PRAKTIKUM


Tabel 14.1DataHasil Analisa
BJ pasir 2,5
BJ kerikil 2,6
Ukuran agregat maksimum ssd krikil 40 mm
Jenis kontruksi Kubus dan balok
Mutu beton perencana 19 MPa
Margin 7,0
Mhb pasir 3,51
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 9 B, 2020)

Gambar 14.1Memasukkan fas


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

14.8 ANALISIS HITUNGAN


PERANCANGAN CAMPURAN ADUKAN BETON
Dengan Mutu Beton Yang Disyaratkan f’c = 30 MPa

1.Perhitungan nilai Standar Deviasi (S)


Karena pelaksana belum mempunyai pengalaman, maka nilai standar deviasi tidak
dapat dihitung,
2.Perhitungan nilai tambah margin (m)
Pelaksana tidak mempunyai pengalaman lapangan, maka nilai tambah diambil
berdasarkan tabel berikut ini (SNI BETON 2847- 2013 Tabel 5.3.2.2) :
Tabel kekuatan tekan rata-rata perlu jika data tidak tersedia untuk menetapkan
deviasi standar benda uji :
Kuat tekan yang disyaratkan, f’c (MPa) Kuat tekan rata – rata perlu (MPa)
f'c < 21 f'cr = f’c + 7,0
21 ≤ f'c ≤ 35 f'cr = f’c + 8,3
f'c > 35 f'cr = 1,10 f’c + 5,0

Berdasarkan tabel tersebut diperoleh nilai f'cr = f’c + 7,0


3.Penetapan kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari
a. Kuat tekan beton yang disyaratkan adalah 30 MPa
b. Kuat tekan minimum beton
Faktor air Kuat
Kondisi lingkungan semen tekan
maksimum minimum
(MPa)
Beton kedap air yang terkena lingkungan air 0,50 28
Bahaya korosi pada beton bertulang yang terkena air 0,40 35
yang mengandung klorida dari garam, atau air laut

Maka diperoleh kuat tekan yang disyaratkan terbesar = 30 MPa


4.Kuat tekan rata – rata perlu (f’cr)
Kuat tekan rata – rata perlu diperoleh dengan rumus :
f’cr = f’c + 7,0
= 19 + 7,0 = 26 MPa
5.Penetapan jenis semen Portland
Tipe semen yang digunakan adalah semen biasa (tipe I = Portland Cement)
6.Penetapan jenis agregat
Jenis agregat yang digunakan yaitu :
a. Agregat kasar (kerikil) = batu pecah
b. Agregat halus (kerikil) = pasir alami
7.Penetapan nilai faktor air semen (fas)
Penetapan nilai f.a.s ditentukan berdasarkan hal – hal
berikut ini :
a. Faktor air semen ditentukan
berdasarkan gambar berikut ini :
f' cr = 26 MPa

Diperoleh nilai fas = 0,55

b. Nilai fas diperoleh dari :


Faktor air Kuat
Kondisi lingkungan semen tekan
maksimum minimum
(MPa)
Beton kedap air yang terkena lingkungan air 0,50 28
Bahaya korosi pada beton bertulang yang terkena air 0,40 35
yang mengandung klorida dari garam, atau air laut

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai fas = 0,5

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai fas = 0,5

Dari poin a dan b maka diambil nilai faktor air semen terkecil (fas) = 0,5

8.Penetapan nilai slump


Nilai slump ditetapkan berdasarkan tabel berikut :

Diperoleh nilai slump yang direncanakan yaitu 10 cm = 100 mm (Disesuaikan


dengan nilai slump struktur yang akan di kerjakan)
9.Penetapan besar butir agregat maksimum
Ukuran butir agregat maksimum yang digunakan = 40 mm (Disesuaikan ukuran
agregat max yang ada di lab)
10.Jumlah air yang diperlukan permeter kubik beton
Jumlah air yang diperlukan permeter kubik beton ditentukan berdasarkan tabel :
Ag max = 40 mm
Slump = 10 cm = 100 mm

Ah =175
Ak = 205
W air (A) = 0,67 x 175 + 0,33 x 205 = 184,9 ⭢185 liter
11.Berat semen yang diperlukan
Berat semen yang diperlukan ditentukan dengan rumus :
W semen = W air / fas = 185/0,5 = 370 kg/m3
12.Penetapan jenis agregat
Penentuan jenis agregat halus dengan uji ayakan (disesuaikan dengan hasil
percobaan) :
Lubang Berat Tertinggal Berat Kumulatif Berat Kumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewat Ayakan (%)
4,75 0 0 0 100
2,36 54,0 10,8 10,8 89,2
1,18 121,5 24,3 35,1 64,9
0,60 248,4 49,68 84,78 15,22
0,30 70,8 14,16 98,94 1,06
0,15 5,3 1,06 100 0
Sisa 0 0 Xxxxxxxxxxxxxx xxxxxxxxxxxxxx
Jumlah 500 100 329,62 270,38
329,62
Jadi, Modulus Halus Butiran Agregat halus (pasir) = = 3,2962 = 3,30
100

Penentuan jenis agregat kasar dengan uji ayakan (disesuaikan dengan hasil
percobaan) :
Lubang Berat tertinggal Berat kumulatif Berat kumulatif
Ayakan (mm) (gr) (%) (%) Lewat ayakan (%)
38,10 0 0 0 100
25,00 827,2 41,36 41,36 58,64
19,00 564,5 28,225 69,58 30,42
12,75 361,0 18,05 87,63 12,37
9,50 135,4 6,77 94,40 5,6
6,35 105,0 5,25 99,65 0,35
4,75 2,3 0,115 99,77 0,23
2,36 1,7 0,085 99,85 0,15
Xxxxxxxxxxxxx
Sisa 2,9 0,145 xxxxxxxxxxxxxx
x
Jumlah 2000 100 592,24 207,76
592,24
Jadi, Modulus Halus Butiran Agregat halus (pasir) = = 5,92
100
2,36 4,75 6,35 9,50 12,75 19,0 25,0 38,1

Agregat kasar masuk pada batas 1

13.Proporsi berat agregat terhadap agregat


Cara 2 :
Proporsi campuran agregat dihitung berdasarkan grafik berikut :
Slump = 100 mm
Fas = 0,5
Ag max = 40 mm
Ag halus pada batas 1

Dari grafik diperoleh proporsi campuran agregat halus = (38 + 44)/2 = 41 %


Alternatif 2 : digunakan proporsi campuran ag halus : ag kasar = 41 : 59

Maka digunakan proporsi campuran ag halus : ag kasar = 41 : 59


(Boleh pakai alternatif 1 atau alternatif 2)

14. Berat jenis agregat campuran


Bj pasir = 2,5 (disesuaikan dengan hasil
percobaan)
Bj kerikil = 2,6 (disesuaikan dengan hasil
percobaan)
Bj ag camp = (kh/100) bjh + (kk/100) bjk
= (41/100) 2,5 + (59/100) 2,6
= 2,559

15.Perkiraan Berat Beton


Kebutuhan air per meter kubik = 185 liter
Bj ag campuran =2,559

Pada Bj ag campuran = 2,5 ⭢ W beton = 2300


Pada Bj ag campuran = 2,6 ⭢ W beton = 2375
Untuk mencari W beton pada Bj ag campuran = 2,555 maka dilakukan
interpolasi :
2,6−2,559 2,6−2,5
=
2375−w beton 2375−2300
W beton = 2341,25 kg/m3

Diperoleh berat beton (W beton) = 2344,25 kg/m3

16.Menghitung kebutuhan berat agregat campuran


W ag camp = W beton – W air – W semen
= 2344,25 – 185 – 370 = 1789,25 kg/m3

17.Menghitung berat agregat halus yang diperlukan


W ag.halus = kh x W ag camp
= (41/100) x 1786,25 = 733,593 kg/m3
18.Menghitung berat agregat kasar yang diperlukan
W ag. kasar = kk x W camp
= (59/100) x 1786,25 = 1055,658 kg/m3
FORMULIR PERANCANGAN CAMPURAN ADUKAN BETON f’c 20 MPa
Kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari (f’c) 19 MPa
Nilai tambah (margin) 7 MPa
Kuat tekan rata – rata perlu (f’cr) 26 MPa
Jenis semen Tipe I (Portland Cement)
MHB agregat halus (pasir) 3,51
MHB agregat kasar (kerikil) 5,85
Faktor air semen (fas) 0,5
Nilai slump rencana 100 mm
Ukuran maksimum agregat 40 mm
Proporsi agregat halus dan kasar terhadap agregat campuran 41% : 59%
3
Perkiraan berat beton per m 2344,25 kg
3
Kebutuhan semen per m beton 370 kg
3
Kebutuhan agregat halus (pasir) per m beton 733,593 kg
3
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) per m beton 1055,658 kg
3
Kebutuhan air per m beton 185 lt
Perbandingan berat (Ws : Wp : Wk : Wa) 1 : 1,98 : 2,85 : 0,5

KEBUTUHAN BAHAN PEMBUATAN BENDA UJI BETON :


A. 2 buah benda uji silinder beton (d = 15 cm dan h = 30 cm)
• V silinder = 2 (1/4.π.d2.h) = 2 (0,25.π.0,152.0,3) = 0,011 m3
• Volume tambahan 10 % dari volume benda uji = (10/100) x 0,011 = 0,0011
m3
• Volume total benda uji silinder yang akan di buat = 0,011 + 0,0011 =
0,0121 m3

• Kebutuhan bahan untuk membuat 2 buah benda uji silinder dengan volume
0,0121 m3 :
Semen = 370 x 0,0121 = 4,477
kg
Pasir = 733,593 x 0,0121 = 8,876
kg
Kerikil = 1055,658 x 0,0121 =12,773kg
Air = 185 x 0,0121 = 2,239
lt

Tabel kebutuhan bahan benda uji silinder beton ( 0,15 x 0,3) m :


Jumlah benda uji silinder beton 2 bh
Volume benda uji silinder beton 0,0121 m3
Kebutuhan semen 4,477 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 8,876kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 12,773 kg
Kebutuhan air 2,239 lt

B. 2 buah benda uji kubus beton (s = 0,15 m)


• V kubus beton = 2 (s3) = 2 (0,153) = 0,007 m3
• Volume tambahan 10 % dari volume benda uji = (10/100) x 0,007 =
0,0007 m3
• Volume total benda uji kubus yang akan di buat = 0,007 + 0,0007 =
0,0077 m3

• Kebutuhan bahan untuk membuat 2 buah benda uji kubus dengan volume
0,0077 m3 :
Semen = 370 x 0,0077 = 2,849
kg
Pasir = 733,593 x 0,0077 = 5,649
kg
Kerikil = 1055,658 x 0,0077 = 8,129
kg
Air = 185 x 0,0077 = 1,425
lt

Tabel kebutuhan bahan benda uji kubus beton (0,15 x 0,15 x 0,15) m :
Jumlah benda uji kubus beton 2 bh
Volume benda uji kubus beton 0,0077 m3
Kebutuhan semen 2,849 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 5,649kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 8,129 kg
Kebutuhan air 1,425 lt

C. 1 buah benda uji balok beton (0,15 x 0,15 x 0,6) m


• V kubus beton = 1 (p x l x t) = 1 (0,15 x 0,15 x 0,6) = 0,0135 m3
• Volume tambahan 10 % dari volume benda uji = (10/100) x 0,0135
= 0,00135
• Volume total benda uji kubus yang akan di buat = 0,0135 + 0,00135
= 0,01485 m3

• Kebutuhan bahan untuk membuat 2 buah benda uji kubus dengan volume
0,017 m3 :
Semen = 370 x 0,01485 =5,495 kg
Pasir = 733,593 x 0,01485 =
10,894kg
Kerikil = 1055,658 x = 15,677kg
0,01485
Air = 185 x 0,01485 = 2,747 lt
Tabel kebutuhan bahan benda uji balok beton (0,15 x 0,15 x 0,75) m :
Jumlah benda uji balok beton 1 bh
Volume benda uji balok beton 0,01485 m3
Kebutuhan semen 5,495 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 10,894kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 15,677kg
Kebutuhan air 2,747 lt

14.9 PEMBAHASAN
Dalam membuat beton yang berkualitas baik, tidak hanya dengan
mencampurkan bahan-bahan dasarnya hingga membentuk suatu benda padat.
Namun, perlu diperhatikan juga perhitungan untuk memperoleh adukan beton
yang baik dan sesuai dengan mutu yang diinginkan. Perencanaan campuran beton
dilakukan berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. Hasil perencanaan campuran beton dengan kuat tekan
rencana 250 kg/cm2 (benda uji silinder) umur 28 hari dan tinggi slump test yang
diisyaratkan 12 ± 2 cm.
Setelah melewati proses analisis hitungan maka didapatkan kebutuhan
material pembuatan benda uji sebagai berikut:
Table 14.2 Kebutuhan Pembuatan Benda Uji Kelompok 9B
Kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari 19 MPa
(f’c)
Nilai tambah (margin) 7,0 MPa
Kuat tekan rata – rata perlu (f’cr) 26 MPa
Jenis semen Tipe I (Portland
Cement)
MHB agregat halus (pasir) 3,51
MHB agregat kasar (kerikil) 5,85
Faktor air semen (fas) 0,5
Nilai slump rencana 100 mm
Ukuran maksimum agregat 40 mm
Proporsi agregat halus dan kasar terhadap agregat 41% : 59%
campuran
Perkiraan berat beton per m3 2344,25 kg
Kebutuhan semen per m3 beton 370 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) per m3 beton 733,593 kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) per m3 beton 1055,658 kg
Kebutuhan air per m3 beton 185 lt
Perbandingan berat (Ws : Wp : Wk : Wa) 1 : 1,98 : 2,85 : 0,5

Gambar 14.2 Pembuatan Adukan Beton


(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

14.10 KESIMPULAN
Dari hasil pratikum perancangan adukan beton, perlu diperhatikan
material-material, berat jenis, nilai margin fas dan volume yang akan dibuat. Agar
kekuatan beton yang akan dibuat sesuai dengan ketentuan saat perencanaan.
Dari hasil percobaan didapat data sebagai berikut
a. Kebutuhan semen per m3 beton : 370 kg
b. Kebutuhan agregat halus (pasir) per m3 beton : 733,593 kg
c. Kebutuhan agregat kasar (kerikil) per m3 beton : 1055,658 kg
d. Kebutuhan air per m3 beton : 185 lt
e. Perbandingan berat (Ws : Wp : Wk : Wa) : 1 : 1,98 : 2,85 : 0,5

LAPORAN HASIL PERCOBAAN


BAB XIV PEMBUATAN ADUKAN BETON
A. Formulir Perancangan Campuran Adukan Beton
Mutu beton rencana (f’c) : 19 MPa
Dalam membuat beton yang berkualitas baik, tidak hanya dengan
mencampurkan bahan-bahan dasarnya hingga membentuk suatu benda padat.
Namun, perlu diperhatikan juga perhitungan untuk memperoleh adukan beton
yang baik dan sesuai dengan mutu yang diinginkan. Perencanaan campuran beton
dilakukan berdasarkan SNI 03-2834-2000 tentang Tata Cara Pembuatan Rencana
Campuran Beton Normal. Hasil perencanaan campuran beton dengan kuat tekan
rencana 250 kg/cm2 (benda uji silinder) umur 28 hari dan tinggi slump test yang
diisyaratkan 12 ± 2 cm.
Setelah melewati proses analisis hitungan maka didapatkan kebutuhan
material pembuatan benda uji sebagai berikut:
Tabel14.2 Kebutuhan Pembuatan Benda Uji Kelompok 9B
Kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari 19 MPa
(f’c)
Nilai tambah (margin) 7,0 MPa
Kuat tekan rata – rata perlu (f’cr) 26 MPa
Jenis semen Tipe I (Portland
Cement)
MHB agregat halus (pasir) 3,51
MHB agregat kasar (kerikil) 5,85
Faktor air semen (fas) 0,5
Nilai slump rencana 100 mm
Ukuran maksimum agregat 40 mm
Proporsi agregat halus dan kasar terhadap agregat 41% : 59%
campuran
Perkiraan berat beton per m3 2344,25 kg
Kebutuhan semen per m3 beton 370 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) per m3 beton 733,593 kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) per m3 beton 1055,658 kg
Kebutuhan air per m3 beton 185 lt
Perbandingan berat (Ws : Wp : Wk : Wa) 1 : 1,98 : 2,85 : 0,5

B. Perancangan Kebutuhan Bahan Pembuatan Benda Uji Beton


Tabel kebutuhan bahan benda uji silinder beton ( 0,15 x 0,3) m :
Jumlah benda uji silinder beton 2 bh
Volume benda uji silinder beton 0,0121 m3
Kebutuhan semen 4,477kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 8,876kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 12,773kg
Kebutuhan air 2,239lt

Tabel kebutuhan bahan benda uji kubus beton (0,15 x 0,15 x 0,15) m :
Jumlah benda uji kubus beton 2 bh
Volume benda uji kubus beton 0,0077 m3
Kebutuhan semen 2,849kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 5,649kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 8,129kg
Kebutuhan air 1,425lt

Tabel kebutuhan bahan benda uji balok beton (0,15 x 0,15 x 0,60) m :
Jumlah benda uji balok beton 1 bh
Volume benda uji balok beton 0,01485m3
Kebutuhan semen 5,495kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 10,894kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 15,677kg
Kebutuhan air 2,747 lt

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 9
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
PEMBUATAN ADUKAN BETON
(1) (2)

(3) (4)

(5)

Keterangan:
1. Ember berfungsi untuk menaruh bahan material.
2. Bejana berfungsi untuk membentuk beton.
3. Sekop berfungsi untuk mengaduk bahan material.
4. Timbangan berfungsi untuk menimbang bahan material.
5. Nampan berfungsi untuk mengaduk bahan material.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN ADUKAN BETON

(1) (2)

(3) (4)

Keterangan:
1. Menyiapkan benda uji yang telah di bubut dan mengukur dimensi benda uji
baik diameter maupun jarak dua titik ukur.
2. Melakukan pemasangan baja.
3. Melakukan pengujian tarik baja menggunakan mesin uji tarik baja.
4. Mencatat waktu sampai baja tersebut putus
BAB 15
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR

15.1 PENDAHULUAN
Kelecakan (konsistency) beton segar biasanya diperiksa dengan uji slam
(slump). Dengan pemeriksaan slam diperoleh nilai slam yang dipakai sebagai tolak
ukur kelecakan beton segar, yang berhubungan dengan tingkat kemudahan pengerjaan
peton.

15.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah kerja pemeriksaan slam beton segar.
2. Mengetahui besarnya nilai uji slam.

15.3 LANDASAN TEORI


Uji slump adalah pengujian paling sederhana dan yang paling sering digunaka
n. Karenanya kelecakan beton segar sering diidentikan dengan slumpnya. Berkurangn
ya kelecakan beton akibat cuaca panas, misalnya disebut sebagai slump loss.Bila saat
pengujian tidak terjadi crumbling atau collapse maka slump adalah indikasi kelembu
tan (softness) sebagai lawan kekakuan (stiffness) dari campuran. Runtuh (collapse) se
ring terjadi pada beton yang kurang pasir (lean), menandakan rendahnya kohesi dan r
endahnya kemampuan beton segar untuk berdeformasi plastis. (Paul Nugraha dan Ant
oni, Teknologi Beton, 2007:245-246).
Slump adalah salah satu ukuran kekentalan adukan beton, dinyatakan dalam
satuan mm ditentukan dengan alat kerucut abram sesuai dengan ketentuan SNI 1972-
2008 mengenai Cara Uji Slump. Slump merupakan pedoman yang digunakan untuk
mengetahui tingkat kecelakaan sualu adukan beton, semakin tinggi tingkat
kekenyalan maka semakin mudah pengerjaannya (nilai workability tinggi). Pengujian
ini dilakukan terhadap beton segar yang mewakili campuran beton.(Ika Sulianti dkk,
2018)
Workability adalah tingkat kemudahan pengerjaan beton dalam mencampur,
mengaduk, menuang dalam cetakan dan pemadatan tanpa homogenitas beton
berkurang dan beton tidak mengalami bleeding (pemisahan) yang berlebihan untuk
mencapai kekuatan beton yang diinginkan (Tjokrodimuljo, 1996). Mulyono (2003)
mengemukakan kemudahan pekerjaan dapat dilihat dari nilai slump yang identik
dengan tingkat keplastisan beton.
Dalam praktek, ada tiga macam tipe slump yang terjadi yaitu :
a. Slump sebenarnya, terjadi apabila penurunannya seragam tanpa ada yang runtuh.
b. Slump geser, terjadi bila separuh puncaknya bergeser dan tergelincir ke bawah
pada bidang miring
c. Slump runtuh, terjadi bila kerucut runtuh semuanya.

Gambar 15.1 Tipe keruntuhan slump (1) slump sebenarnya (2) slumpgeser (3)
slump runtuh
(Sumber: Neville dan Brooks (1987))

15.4 BENDA UJI


Benda uji beton segar yang harus dapat mewakili beton segar yang akan
diperiksa. Khusus untuk beton dengan diameter kerikil maksimum > 38 mm maka
butiran yang > 38 mm harus dikeluarkan terlebih dahulu dengan ayakan basah.

15.5 PERALATAN
1. Cetakan berupa kerucut terpancung dengan diameter dasar 20 cm, diameter
diatas 10 cm, dan tinggi 30 cm.
2. Cetok.
3. Mistar pengukur (Penggaris dari baja).
4. Alat pemadat.
5. Tatakan untuk dasar cetakan.

15.6 PELAKSANAAN
1. Membasahi corong cetakan dan kemudian menaruh di tempat yang rata,
basah, tidak menyerap air, dan ruangan cukup bagi pemegang corong untuk
secara kuat dan berdiri pada kedua kaki selama melakukan pengisian corong.
2. Mengisi Corong cetakan sebanyak 3 lapis, masing-masing sekitar 1/3 volume
corong.
Dengan demikian tebal beton segar pada setiap kali pengisian sekitar 6 cm, 15
cm, 30 cm. Setiap kali mengisikan beton segar ke dalam cetakan,
menggeraakan cetok atau sendok mengelilingi bagian ujung atas – dalam
corong agar diperoleh penyebaran beton segar di dalam corong yang merata.
Menusuk setiap lapis beton segar dengan alat penusuk sebanyak 25 kali.
3. Setelah selesai menusuk lapis beton segar yang terakhir, kemudian
memasukkan beton segar lagi ke bagian atas, dan meratakan sehingga rata
dengan sisi cetakan. Kemudian membersihkan alas di sekitar corong dari
beton segar yang tercecer.
4. Setelah menunggu sekitar 30 detik, kemudian menarik cetakan corong ke atas
dengan pelan-pelan dan hati-hati sehingga benar-benar tegak ke atas.
5. Melakukan pengukuran nilai slam dengan ketelitian sampai 0,5 cm dengan
menaruh cetakan corong di samping beton segar dan menaruh penggaris
(batang baja bergaris) di atasnya sampai di atas beton segarnya.
6. Benda uji beton segar yang terlalu cair akan tampak, yaitu bentuk kerucutnya
hilang sama sekali, “meluncur” dan bila demikian maka tidak dapat
mengukur nilai slam (hasil pengukuran tidak valid) sehingga harus mengulang
pemeriksaan benda uji. Beton yang mempunyai perbandingan campuran yang
baik, mempunyai kelecakan yang baik, akan menapakkan penurunan bagian
atas secara pelan-pelan dan bentuk kerucut semula tidak hilang.

15.7 HASIL PRAKTIKUM


1. f’c = 20 Mpa
2. Nilai Slump Rencana = 100 mm
3. Fas = 0,54
4. Nilai Slump hasil percobaan = 12,1 cm

Gambar 15.1Melakukan Pengukuran Nilai Slam


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

15.8 PEMBAHASAN
Pada percobaan ini nilai slam beton didapat dengan menghitung jarak tinggi c
orong abrams yang dibalik dengan benda uji. Dengan mutu beton 19 MPa dan factor
air semen sebesar 0,55. Slam yang direncanakan100 mm dan yang didapatkan setelah
pratikum 111 mm. Berarti slum hasil percobaan tidak sesuai/melebihi dari slam renca
na. Karena nilai slam lebih tinggi dari rencana, maka hasil dari pengujian menjadi
lebih encer
Gambar 15.2 Hasil Pengujian Slump Segar
(Sumber: Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

15.9 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil percobaan didapat nilai slump 11,1 cm, dengan kuat tekan
19 Mpa, dan hasil dari percobaan ini melebihi nilai rencana. Maka dari itu hasil dari
pengujian menjadi lebih encer.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XV PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR

A. Benda Uji
Benda uji :Silinder
Mutu beton rencana (f’c) :20 MPa
Faktor air semen (fas) *) : 0,54
Nilai slam rencana *) : 100 mm

B. Hasil Pengujian
Nilai slam hasil percobaan :
Percobaan 1 = 12,7 cm
Percobaan 2 = 11,4 cm
Percobaan 3 = 12,2 cm
Rata-rata =12,1 cm

C. Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan, maka nilai slam beton segar = 11,1 cm

D. Catatan
*) Nilai fas dan slam yang sesuai pada perancangan campuran (mix design)
beton.
Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….
Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 9
Asisten, Mahasiswa,

GAMBAR ALAT
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR

(1) (2)

(3) (4)
(5)

Keterangan:
1. Sekop berfungsi untuk memasukkan adonan ke dalam corong.
2. Corong berfungsi untuk melakukan pengecekan slamp beton segar.
3. Tatakan berfungsi untuk dasaran corong saat melakuan pengecekan.
4. Meteran berfungsi untuk mengukur slamp beton segar.
5. Alat pemadat berfungi untuk memadatkan adukan beton dalam corong.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMERIKSAAN SLAM BETON SEGAR

(1) (2)

(3) (4)

(5)
Keterangan:
1. Membuat adukan beton kemudian menuangkan adukan ke dalam loyang.
2. Menaruh cetakan ditempat yang rata dan tidak menyerap air.
3. Menusukan sebanyak 25 kali pada setiap 1/3 lapis volume corong.
4. Meratakan bagian permukaan corong dan mendiamkan selama 30 detik.
Kemudian menarik corong keatas tegak lurus.
5. Mengukur nilai slam tingkat ketelitian 0,5 cm dengan menaruh corong disamping
beton segar dan menaruh meteran sampai diatasss beton.
BAB 16
PEMBUATAN SILINDER BETON

16.1 PENDAHULUAN
Silinder beton yang dibuat adalah replikasi dari beton yang digunakan untuk
bahan bangunan. Silinder beton ini dibuat dari adukan beton yang akan digunakan,
yang merupakan sampel untuk diujikan di laboratorium. Jumlah silinder beton yang
dibuat harus bisa merepresentasikan adukan beton yang dibuat sebagai bashan
bangunan.

16.2 TUJUAN
Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan silinder beton.

16.3 LANDASAN TEORI


Menurut SNI 03-2834-2000, Beton adalah campuran antara semen portland
atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau
tampa bahan tambah membentuk massa padat. Beton sebagai bahan kontruksi
memiliki beberapa kelebihan, diantaranya kuat menahan gaya tekan, tahan terhadap
perubahan cuaca, lebih tahan terhadap suhu tinggi, mudah dibentuk sesuai dengan
kebutuhan, dan mudah dikerjakan dengan cara mencampur semen, agregat, air, serta
bahan tambahan lain bila diperlukan.
Menurut SNI 03-4810-1998 standar beton dimaksud dengan:
1. Beton segar adalah campuran beton setelah selesai diaduk beberapa saat
karakteristiknya belum berubah;
2. Beton keras adalah adukan beton yang terdiri dari campuran semen portland
atau sejenisnya, agregat halus, agregat kaar dan air dengan atau tanpa bahan
tambahan lainnya yang telah mengeras;
3. Penggetar eksternal adalah penggetar berbentuk meja/papan yang dalam
penggunaannya, beton yang sedang dipadatkan diletakan di atasnya;
4. Penggetar internal adalah penggetar berbentuk batang yang dalam
penggunaannya dimasukkan ke dalam beton yang dipadatkan;
5. Batang penusuk adalah batang yang terbuat dari logam yang digunakan untuk
mendapatkan beton;
6. Pengaduk beton adalah drum pengaduk yeng digerakan dengan tenaga
penggerak yang digunakan untuk mengaduk campuran beton;
7. Segregi adalah terpisahnya antara pasta semen dan agregat dalam suatu
adukan.
Benda uji silinder standar di lapangan padaawalnya berasarkan sejarah hanya
berukuran 15cm x 30 cm saja. Tapi seiring berkembangnyailmu dan teori maka
ukuran silinder yang lebih kecil diperbolehkan jika ditentukan dan dipakaiukuran
maksimum nominal agregatnya tidakmelebihi 1/3 dari diameter silinder itu
sendiri.Sekarang silinder 10 x 20 cm lebih sering dipakaikarena benda uji tersebut
lebih membutuhkansedikit bahan untuk membuat sampel dan lebih ringan.
Berdasarkan beberapa teori dan penelitianyang ada, secara umum didapat bahwa
semakinbertambahnya ukuran benda uji menyebabkanturunnya nilai kuat tekan beton
dan memunculkanvariasi nilai hasil pengujian. Inilah yangdinamakan dengan size
effect atau pengaruhukuran, yang menyatakan bahwa bertambahnyadiameter benda
uji mengakibatkan besarnyakekuatan beton semakin berkurang. Teoritersebut
menyatakan bahwa kemungkinanterjadinya faktor penyebab berkurangnyakekuatan
beton seperti bleeding (naiknya air),segregasi (pemisahan) dan terjadinya cacat
padaagregat meningkat pada saat ukuran benda ujibertambah, mengakibatkan peluang
adanyabagian terlemah dari spesimen meningkat.Sebaliknya untuk benda uji yang
lebih kecilpeluang terjadinya cacat atau bagian terlemahberkurang. Selisih kekuatan
atau reduksi yangterjadi akan meningkat saat diuji untuk kekuatanbeton mutu tinggi.
(Jurnal Sipil Statik Vol. 2 No. 7, 2014)

16.4 BENDA UJI


Silinder beton yang dibuat dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

16.5 PERALATAN
1. Cetakan silinder berukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
2. Alat penumbuk/penusuk dan perata.
3. Palu dengan kepala karet.
4. Cetok.

16.6 PELAKSANAAN
1. Pemadatan
a. Mengisi adukan beton dalam 3 lapis yang tiap lapis kira-kira
bervolume sama.
b. Melakukan pengisian dengan cetok ke bagian tepi silinder agar
memperoleh beton yang simetri menurut sumbunya (keruntuhan
timbunan beton dari tepi ke tengah).
c. Menusuk tiap lapis dengan batang baja penusuk sebanyak 25 kali.
Penusukan dilakukan merata ke semua permukaan lapisan dengan
kedalaman sampai sedikit masuk ke lapisan sebelumnya. Khusus untuk
lapisan pertama, penusukan jangan sampai mengenai dasar cetakan.
d. Setelah selesai menusuk lapisan ketiga, memenuhi bagian atas cetakan
dengan adukan beton kemudian ratakan dengan tongkat perata hingga
permukaan atas adukan rata dengan bagian atas cetakan.
2. Penyimpanan benda uji
a. Mengeluarkan benda uji silinder dari cetakan setelah jam sampai 24
jamsejak pencetakan.
b. Membersihkan benda uji dari kotoran yang mungkin melekat,
kemudian memberi tanda atau sandi agar tidak keliru dengan benda uji
yang lain dan menimbang.
c. Mengembalikan benda uji ke dalam ruangan lembab atau tempat
penyimpanan yang lain.
d. Bila pembuatan silinder dilakukan di lapangan tempat penuangan
beton dikerjakan, setelah benda uji dikeluarkan harus ditutup dengan
rapat (misalnya kertas kedap air) dan hindari dari sinar panas matahari
langsung).

16.7 HASIL PRAKTIKUM


Tabel 16.1 Data Hasil Analisa
Uraian Nomor silinder
Benda uji Silinder I Silinder II
Diameter (D) 0,15 m 0,15 m
Tinggi (t) 0,3 0,3
Volume (V) 0,00530 m3 0,00530 m3
Berat Beton (w) 12,48 12,7
Berat Jenis Beton 2355,27 2364.61
(Sumber : Hasil Analisa Kelompok 9B, 2020)

Gambar 16.1Mengisi Adukan Beton pada Lapisan Kedua


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)
16.8 ANALISIS HITUNGAN
1 2
a. Volume silinder 1 = .π .d
4
1 2
= x ( 3,14 ) x 0,15 x 0,3
4
= 0,00530 m3

1
b. Volume silinder 2 = . π . d2. t
4
1
= x ( 3,14 ) x 0,152 x 0,3
4
=0.00530 m3

berat beton (ρ1)


c. Berat jenis beton silinder 1 ( ρ1 ) =
volume v
12,48
=
0,00530
=2355,27 kg/ m3

berat beton (ρ2)


d. Berat jenis silinder 2 ( ρ2 ) =
volume v
12,7
=
0,00530
=2394,61 kg/ m3

ρ1 + ρ2
e. Berat jenis rata rata beton =
2
2255,27 + 2394,61
=
2
=2374,94 kg/ m3
16.9 PEMBAHASAN
Dalam pembuatan beton dibutuhkan beberapa material untuk campuran. Di
sini beton yang dibuat berbentuk silinder dengan ukuran begesting 15x30 cm. dari
praktikum yang telah dilakukan di dapat di data sebagai berikut:
Volume silinder 1 = 0,00530 m3
Volume silinder2 = 0,00530 m3
Berat jenis silinder 1 (ρ1) = 2255,27 kg/m3
Berat jenis silinder 2 (ρ2) = 2394,61 kg/m3
Berat jenis rata-rata beton = 2374,94 kg/m3
Dari praktikum ini bertujuan mengetahui berat jenis beton yang pada

kg
umumnya berat beton normal berada di 2300-2400 2 sedangkan berat jenis
m
yang didapat di pratikum ini 2374,94 kg/m3, maka beton ini termasuk beton ringan.

Gambar 16.2Pembuatan Silinder Beton


(Sumber: Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

16.10 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapat data sebagai berikut:
Berat jenis silinder 1 (ρ1) = 2255,27 kg/m3
Berat jenis silinder 2 (ρ2) = 2394,61 kg/m3
Berat jenis rata-rata beton = 2374,94 kg/m3
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XVI PEMBUATAN SILINDER BETON
A. Benda Uji
Metode yang digunakan : SNI
Mutu beton rencana (f’c) : 25 MPa
Faktor air semen (fas) : 0,32
Nilai Slam rencana : 100 mm

Tabel kebutuhan bahan benda uji silinder beton ( 0,15 x 0,3) m (*) :
Jumlah benda uji silinder beton 2 bh
Volume benda uji silinder beton 0,01 m3
Kebutuhan semen 4,48 kg
Kebutuhan agregat halus (pasir) 8,82 kg
Kebutuhan agregat kasar (kerikil) 12,24 kg
Kebutuhan air 2,23 lt

B. Hasil Pengujian
Tabel hasil percobaan pembuatan benda uji silinder beton
Satua Nomor Benda Uji Silinder
Uraian
n SI S II
Diameter (D) mm 0,15 0,15
Tinggi (t) mm 0,3 0,3
Volume (V) = ¼  D2 t mm3 0,00530 0,00530
Berat beton (W) Kg 2355,27 2394,61
3
Berat jenis beton () = kg/m 2217,56 2286,21
W
V

C. Kesimpulan
Dari ke dua benda uji, maka diperoleh berat jenis () beton rata – rata =
2374,94 kg/m3

D. Catatan
(*) Diambil dari laporan hasil percobaan Pembuatan Adukan Beton
Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….
Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 9
Asisten, Mahasiswa,
GAMBAR ALAT
(…………………..…………………) (…………………..…………………)
PEMBUATAN SILINDER BETON

Keterangan:
1. Cetakan silinder berfungsi untuk membentuk beton silinder.
2. Molen berfungsi untuk mencampur material penyusun beton.
GAMBAR PELAKSANAAN
PEMBUATAN SILINDER BETON

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Membuat adukan beton dengan mesin molen kemudian menuangkan adukan
kedalam loyang.
2. Mengolesi dengan oli dan memasukan adukan beton kedalam bejana dan
memadatkan dengan penusuk .
3. Mendiamkan beton segar selama ±24 jam.

BAB 17
PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON

17.1 PENDAHULUAN
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya. Cara
menguji kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya berupa
silinder beton dengan ukuran diameter 150mm dan tinggi 300mm atau kubus
dengan sisi 150mm) setelah umur 28 hari. Berikut ini diuraikan cara melakukan
pengujian kuat tekan benda uji tersebut.

17.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui langkah pengujian kuat tekan beton.
2 Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan beton uji.

17.3 LANDASAN TEORI


Kuat tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan
tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas.
Walaupun dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa
semua tegangan tekan didukung olehbeton tersebut penentuan kekuatan tekan
dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk
silinder denga presedur ASTM C-39 atau kubus dengan prosedur BS-1881 part
115; part 116 pada umur 28 hari. .(Ir. Tri Mulyono, Teknologi Beton,2005:9).
Tabel 17.1Jenis-Jenis Beton dan Kuat Tekan
No Jenis Beton Kuat tekan (Mpa)
1 Berat sederhana (Plain Counchete) 0 – 15
2 Berat normal (beton biasa) 15 – 30
3 Beton prategang 30 – 40
4 Beton kuat tekan tinggi 40 – 80
5 Beton kuat tekan sangat tinggi >80
(Sumber : Ir. Kandiyono Tjokcodimulyo. MT, Teknologi Beton)
Kuat tekan beton adalah perbandingan antara tingkatan beban yang
diberikan dengan luas penampang. Kuat tekan beton biasanya berhubungan
dengan sifat-sifat lain, maksudnya apabila kuat tekan beton tinggi, sifat-sifat
lainnya juga baik. Kekuatan tekan beton dapat dicapai sampai 1000 kg/cm 2 atau
lebih, tergantung pada jenis campuran, sifat-sifat agregat, serta kualitas
perawatan.Kekuatan tekan beton yang paling umum digunakan adalah sekitar
200-500 kg/cm2. Nilai kuat tekan beton didapatkan melalui tata cara pengujian
standar, menggunakan mesin uji dengan cara memberikan beban tekan bertingkat
dengan kecepatan peningkatan beban tertentu dengan benda uji berupa kubus 150
x 150 mm. Selanjutnya, benda uji ditekan dengan mesin tekan sampai pecah.
Beban tekan maksimum sampai benda uji pecah dibagi dengan luas penampang
benda uji merupakan nilai kuat tekan beton yang dinyatakan dalam Mpa atau
kg/cm2. Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah ASTMC39 atau menurut
yang disyaratkan Peraturan Beton Indonesia (PBI) tahun 1989. (Jurnal Forum
Mekanika,2018)
Kuat tekan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a. Pengaruh mutu semen Portland
b. Pengaruh dari perbandingan adukan beton
c. Pengaruh air untuk membuat adukan
d. Pengaruh umur beton
e. Pengaruh waktu pencampuran
f. Pengaruh perawatan
g. Pengaruh bahan campuran tambahan

17.4 BENDA UJI


Sebagai benda uji ialah silinder beton diameter 150 mm dan tinggi 300
mm.

17.5 PERALATAN
1. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2 Timbangan.
3. Alat perata lapis silinder (capping).
4. Alat uji tekan.

17.6 PELAKSANAAN
1. Mencari data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain :
a. Faktor semen.
b. Nilai slam.
c. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji.
d. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji. (berdasarkan data
tersebut,diperkirakan kuat tekannya).
2. Bila benda uji berupa silinder, mengukur diameter rata-rata silinder
ditengah tengah tingginya, dan mengukur pula tinggi rata-ratanya dengan
ketelitian sampai 0,1 mm (dengan kapiler).
3. Menimbang dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
4. Meratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perta pada
permukaan dengan bahan yang tersedia, meratakan bahan perata itu
dengan kaca atau plat. Menunggu sampai lapisan perata ini keras dan
cukup kuat.
5. Menguji tekan dengan kecepatan pembebanan 2kg/cm2 sampai dengan 4
kg/cm2 (SNI 03-1974-1990) hingga benda uji hancur.
6. Mencatat beban maksimum yang dihasilkan dan menggambar sketsa
keruntuhan benda uji.

17.7 HASIL PRAKTIKUM


1. Silinder beton SI
1. Diameter (d) = 150,50 mm
2. Tinggi (t) = 299,60 mm
3. Berat beton (w) = 12,56 kg

2. Silinder beton SII


1. Diameter (d) = 150 mm
2. Tinggi (t) = 301 mm
3. Berat beton (w) = 12,75 kg

3. Fas = 0,55
4. Slump = 100mm
Tabel 17. 2 Faktor konversi kekuatan tekan beton berdasarkan umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
0,4 0,6 0,8 0,9 1,0 1,2 1,3
Semen portland biasa
0 5 8 5 0 0 5
Semen portland dengan kekuatan 0,5 0,7 0,9 0,9 1,0 1,1 1,2
awal yang tinggi 5 5 0 5 0 5 0
(Sumber : PBI 1971 pada Tabel 4.1.4)

Gambar 17.1Menguji Tekan pada Benda Uji


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

17.8 ANALISIS HITUNGAN


1. Silinder SI
a. Luas penampang (A) = ¼. π .D2
= ¼ x (3,14) x 150,502
= 17796,63 mm2

b. Volume (v) = Ax t
= 17796,63 mm2 x 299,8
= 5331868,85 mm3
= 0,0053318 m3

Berat
c. Berat jenis =
Volume
12,56
=
0,0053318
= 2355,65 kg/ m3

d. Hitungan pembebanan
a) Pada detik ke-5
Diperoleh = 140000 N
Luas tampang = 17796.63 mm2
P
Kuat tekan =
A
140000
=
17796.63
= 7,9 Mpa
b) Pada detik ke 10
Diperoleh = 245000 N
Luas tampang = 17796.63mm2
P
Kuat tekan =
A
245000
=
17796.63
= 13,8 Mpa

c) Pada detik ke 15
Diperoleh = 250000 N
Luas tampang = 17796.63mm2
P
Kuat tekan =
A
250000
=
17796.63
= 14,0 Mpa

e. Perhitungan Konversi kuat tekan pada umur 28 hari


21,6
Kuat tekan =
0,65
= 33,230
Pmax
f. Kecepatan pembebanan =
t
229
=
15
= 15,27 kN/detik

g. Modulus Elastisitas = 4700 √f’c


= 4700 √25
= 23500 Mpa
2. Silinder II
a. Luas penampang (A) =¼x π x D2
= ¼ x (3,14) x 150
= 17678.57 mm2

b. Volume (V) =Ax t


= 17678.57 x 301
= 5321250.00 mm3
= 0,0053212 m3

Berat
c. Berat jenis =
Volume
12,75
=
0,0053212
= 2396,05 kg/m3

d. Hitungan pembebanan
a) Pada detik ke 5
Diperoleh = 148000 N
Luas tampang = 17678.57 mm2
P
Kuat tekan =
A
148000
=
17678.57
= 8,3 Mpa

b) Pada detik ke 10
Diperoleh = 254000 N
Luas tampang = 17678.57 mm2
P
Kuat tekan =
A
254000
=
17678.57
= 14,3 Mpa

c) Pada detik ke 15
Diperoleh = 285000 N
Luas tampang = 17678.57 mm2
P
Kuat tekan =
A
285000
=
17678.57
= 16,0 Mpa

e. Perhitungan Konversi kuat tekan pada umur 28 hari


24,6
Kuat tekan =
0,65
= 37,84
Pmax
f. Kecepatan pembebanan =
t
227
=
15
= 15,13 kN/detik
g. Modulus Elastisitas = 4700 √f’c
= 4700 √24,6
= 23311,24 Mpa

3. Kuat tekan silinder beton umur 7 hari rata – rata


S 1+ S 2
Rata-rata =
2
14,0+16,0
=
2
= 15,031 Mpa
4. Kuat tekan silinder beton umur 28 hari rata – rata
21,6 +24,6
Rata-rata =
2
= 23,125 Mpa
BJ 1+BJ 2
5. Berat jenis ( γ ) beton rata-rata =
2
2355,65+ 23,96,05
=
2
= 2375,850 kg/m3

17.9 PEMBAHASAN
Dari pengujian yang telah dilakukan di dapatkan nilai:
a. Kuat tekan silinder pada umur 7 hari : 15,031 Mpa
b. Kuat tekan silinder pada umur 28 hari : 23,125 Mpa
c. Berat jenis beton rata - rata : 2253,158 kg/m3
Dari hasil tersebut maka kuat tekan silinder memenuhi syarat. Karena nilai
kuat tekan tersebut lebih besar cari kuat tekan beton rencana sebesar 20,09 MPa.

Gambar 17.2Pengujian Kuat Tekan Silinder Beton


(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

17.10 KESIMPULAN
Dari hasil praktikum didapat hasil sebagai berikut:
a. Benda uji silinder beton 1 (umur 7 hari)
1. Kuat tekan = 15,031 MPa
2, Berat jenis = 2355,65 kg/m3
b. Benda uji silinder beton 2 (umur 7 hari)
1. Kuat tekan = 16,0 MPa
2, Berat jenis = 2396,05 kg/m3
c. Kuat tekan silinder beton rata rata (umur 28 hari) = 23,125 MPa
d. Kuat tekan silinder beton mencapai nilai kuat tekan rencana 25 MPa.
e. Berat jenis beton rata rata = 2375,850kg/m3

LAPORAN HASIL PERCOBAAN


BAB XVII PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON

A. Benda Uji
Mutu beton rencana (f’c rencana) :25 MPa
Umur beton saat di uji tekan : 7 hari
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji silinder beton
Nomor Benda Uji Silinder
Uraian Satuan
SI S II
Diameter (D) Mm 150.50 150.00
Tinggi (t) Mm 299.60 301.00
Luas Tampang (A) = ¼  D2 mm2 17796.63 17678.57
Volume (V) = A t mm3 5331868.85 5321250.00
Berat beton (W) Kg 12.56 12.75
W kg/m3
Berat jenis beton () =
V 2355.65 2396.05

Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji silinder beton pertama (S I)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7 hari
0 0.0 0.0 0.0
5 140.0 140000.0 7.9
10 245.0 245000.0 13.8
15 250.0 250000.0 14.0
20
25
30

Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji silinder beton kedua (S II)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7hari
0 0.0 0.0 0.0
5 148.0 148000.0 8.3
10 254.0 254000.0 14.3
15 285.0 285000.0 16.0
20
25
30

C. Kesimpulan
Kuat tekan silinder beton umur 7 hari rata – rata = 15,031 MPa
Kuat tekan silinder beton umur 28 hari rata – rata *) = 23,125 MPa
Berat jenis () beton rata – rata = 2375,850 kg/m3

D. Catatan
*) Kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan asumsi beton telah
mencapai 100% kekuatannya.

Bandingkan nilai kuat tekan silinder beton (f’c) rata – rata hasil pengujian
terhadap mutu beton (f’c) rencana.
Tabel konversi kekuatan tekan beton pada berbagai umur
Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen Portland
dengan kekuatan awal 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
yang tinggi
(Sumber : PBI 1971 pada Tabel 4.1.4)

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 12
Asisten, Mahasiswa,

Grafik kuat tekan silinder 1, umur 28 hari(…………………..…………………)


(…………………..…………………)
25

20 20.16
Kuat Tekan (MPa)
15

13.10
10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (s)

Grafik kuat tekan silinder 2, umur 28 hari


25

20 20.01
Kuat Tekan (MPa)

15 13.01

10

0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (s)
GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Kaliper berfungsi untuk mengukur diameter dan tinggi silinder.
2. Timbangan berfungsi untuk mengukur berat silinder.
3. Alat tekan berfungsi untuk mengukur kuat tekan silinder.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT TEKAN SILINDER BETON

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Mengukur diameter silinder beton beserta tingginya dan menimbang silinder
beton.
2. Meletakan silinder pada mesin uji kuat tekan dan memberinya pembebanan
dengan kecepatan 2 kg/cm2 sampai 4kg/cm2 hingga benda uji hancur.
3. Mencatat beban maksimum dan lama pembebanan kemudian memeriksa
benda uji setelah hancur.
BAB 18
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON

18.1 PENDAHULUAN
Mutu beton umumnya ditentukan berdasarkan kuat tekannya cara menguji
kuat tekan beton dilakukan terhadap benda uji (yang umumnya berupa silinder beton
dengan ukuran diameter 150 mm dan tinggi 300 mm atau kubus beton dengan sisi
150 mm) setelah umur 28 hari. Berikut ini diuraikan cara melakukan pengujian tekan
benda uji kubus beton.

18.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pengujian kuat tekan kubus beton.
2. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat tekan benda uji.

18.3 LANDASAN TEORI


Kuat tekan beton merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan tekan
adalah kemampuan beton untuk menerima gaya tekan persatuan luas. Walaupun
dalam beton terdapat tegangan tarik yang kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan
tekan didukung olehbeton tersebut penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan
menggunakan alat uji tekan dan benda uji berbentuk silinder denga presedur ASTM
C-39 atau kubus dengan prosedur BS-1881 part 115; part 116 pada umur 28 hari. .(Ir.
Tri Mulyono, Teknologi Beton,2005:9).
Tabel 18.1Jenis-Jenis Beton dan Kuat Tekan
No Jenis Beton Kuat tekan (Mpa)
1 Berat sederhana (Plain Counchete) 0 – 15
2 Berat normal (beton biasa) 15 – 30
3 Beton prategang 30 – 40
4 Beton kuat tekan tinggi 40 – 80
5 Beton kuat tekan sangat tinggi >80
(Sumber : Ir. Kandiyono Tjokcodimulyo. MT, Teknologi Beton)
Kuat tekan beton adalah perbandingan antara tingkatan beban yang diberikan
dengan luas penampang. Kuat tekan beton biasanya berhubungan dengan sifat-sifat
lain, maksudnya apabila kuat tekan beton tinggi, sifat-sifat lainnya juga baik.
Kekuatan tekan beton dapat dicapai sampai 1000 kg/cm 2 atau lebih, tergantung pada
jenis campuran, sifat-sifat agregat, serta kualitas perawatan.Kekuatan tekan beton
yang paling umum digunakan adalah sekitar 200-500 kg/cm2. Nilai kuat tekan beton
didapatkan melalui tata cara pengujian standar, menggunakan mesin uji dengan cara
memberikan beban tekan bertingkat dengan kecepatan peningkatan beban tertentu
dengan benda uji berupa kubus 150 x 150 mm. Selanjutnya, benda uji ditekan dengan
mesin tekan sampai pecah. Beban tekan maksimum sampai benda uji pecah dibagi
dengan luas penampang benda uji merupakan nilai kuat tekan beton yang dinyatakan
dalam Mpa atau kg/cm2. Tata cara pengujian yang umum dipakai adalah ASTMC39
atau menurut yang disyaratkan Peraturan Beton Indonesia (PBI) tahun 1989. (Jurnal
Forum Mekanika,2018).
a. Kuat tekan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
b. Pengaruh mutu semen Portland
c. Pengaruh dari perbandingan adukan beton
d. Pengaruh air untuk membuat adukan
e. Pengaruh umur beton
f. Pengaruh waktu pencampuran
g. Pengaruh perawatan
h. Pengaruh bahan campuran tambahan

18.4 BENDA UJI


Sebagai benda uji adalah beton dengan ukuran sisi 150 mm.

18.5 PERALATAN
1. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2. Timbangan.
3. Stopwatch.
4. Alat uji tekan.

18.6 PELAKSANAAN
1. Mencari data tentang benda uji beton yang akan diuji, antara lain:
a. Faktor semen.
b. Nilai slump.
c. Cara perawatan dan penyimpanan benda uji.
d. Kapan dibuat atau berapa umur benda uji. (berdasarkan data tersebut,
perkirakanlah kuat tekannya).
2. Mengukur dengan teliti sisi dari kubus beton menggunakan kaliper.
3. Menimbang dengan ketelitian sampai 0,005 kg.
4. Meratakan permukaan beton dengan memberi lapisan perata pada permukaan
dengan bahan yang tersedia, ratakan bahan perata itu dengan kaca atau plat.
Tunggu sampai lapisan perata ini keras dan cukup kuat.
5. Menguji tekan dengan kecepatan pembebanan 2 kg/cm2 sampai dengan 4
kg/cm2 (SNI 03-1974-1990) hingga benda uji hancur.
6. Mencatat beban maksimun yang dihasilkan dan menggambar sketsa
keruntuhan benda uji.

18.7 ANALISIS HITUNGAN


a. Benda uji kubus 1 (umur 7 hari)

1. Luas penampang (A) = S2

=1502 mm

= 22500 mm2

Volume (V) = S3
=1503 mm

=3375000 mm3

= 0,003375 m3

Berat
Berat Jenis (Bj) =
Volume

7,86
=
0,003375

= 235,293kg/ m3

2. Hitungan pembebanan

a) Pada detik ke-5

Diperoleh = 105 kN

= 105000 N

Luas Tampang =22500 mm2

P
Kuat tekan =
A

105000
=
22500
= 4,667 Mpa

b) Pada detik ke-10

Diperoleh = 270 kN

= 270000 N

Luas Tampang =22500 mm2

P
Kuat tekan =
A

270000
=
22500

= 12,000 Mpa

c) Pada detik ke-15

Diperoleh = 385 kN

= 385000 N

Luas Tampang =22500 mm2

P
Kuat tekan =
A

385000
=
22500

= 17,111 Mpa
Pmax
3. Kecepatan pembebanan =
t

345
=
15

= 23 kN/detik

b. Benda uji kubus 2 (umur 7 hari)

1. Luas penampang (A) = S2

= 1502 mm

= 22500 mm2

Volume (V) = S3

= 1503

=3375000 mm3

= 0,003375 m3

Berat
Berat Jenis (Bj) =
Volume

7,75
=
0,003375
= 2296,296 kg/ m3

2. Hitungan pembebanan

a) Pada detik ke-5

Diperoleh = 106 kN
= 106000 N

Luas Tampang =22500 mm2

P
Kuat tekan =
A

106000
=
22500

= 4,711 Mpa

b) Pada detik ke-10

Diperoleh = 270 kN

= 270000 N

Luas Tampang = 22500 mm2

P
Kuat tekan =
A

270000
=
22500

= 12,00 Mpa
c) Pada detik ke-15

Diperoleh = 385 kN

= 385000 N

Luas Tampang = 22500 mm2

P
Kuat tekan =
A

385000
=
22500

= 17,111 Mpa

Pmax
3. Kecepatan pembebanan =
t

358
=
15
= 23,867 kN/detik

17,111+17,111
c. Kuat tekan kubus beton rata rata (umur 7 hari) =
2

= 17,111 MPa

26,325
d. Kuat tekan kubus beton rata rata (umur 28 hari) =
0,65
= 40,4 MPa

e. Kuat tekan beton konversi ke silinder (x 0,83) =40,5 x 0,83

= 23,615 MPa

BJ 1+BJ 2
f. Berat jenis ( γ ¿ kubus beton rata rata =
2

2353,293+ 2296,296
2

= 2324,794 kg/ m3

18.8 PEMBAHASAN
Beton yang direncanakan harus memenuhi persyaratan nilai kuat tekan rata-
rata yang memenuhi persyaratan utuk umur 28 hari. Jika kuat tekan tinggi maka nilai
yang lain juga cenderung baik. Pembuatan sulit maka harganya pun semakin
mahal,sehingga bisa digunakan untuk pembangunan besar. Pada kuat tekan kubus
beton ini memehi syarat karena pengadukan saat pembuatan adukan beton merata.
Selain itu, perhitungan mix design yang kurang teliti itu juga dapat mempengaruhi
kuat tekan beton.
Dari hasil pengujian diperoleh rata-rata kuat tekan kubus sebesar 23,615
Mpa,maka nilai kuat tekan kubus yang di uji termasuk jenis Beton normal/biasa
dengan nilai kuat tekan antara 15-30 MPa menurut buku Teknologi Beton penulis Ir.
Kandiyono Tjokcodimulyo. MT.
Gambar 18.1HasilPengujian Kuat Tekan Kubus Beton
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

Gambar 18.2Hasil Pengujian Kuat Tekan Kubus Beton


(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

18.9 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapat data sebagai berikut :
a. Benda uji kubus beton 1 (umur 7 hari)
1. Kuat tekan = 17,111 MPa
2. Berat jenis = 2353,293 kg/m3
b. Benda uji kubus beton 2 (umur 7 hari)
1. Kuat tekan = 17,111 MPa
2. Berat jenis = 2296,296 kg/m3
c. Kuat tekan kubus beton rata rata (umur 28 hari) = 26,325 MPa
d. Berat jenis kubus beton rata-rata = 2324,794 kg/m3
e. Kuat tekan beton konversi ke silinder = 23,125 MPa
f. Termasuk jenis beton normal/biasa dengan nilai kuat tekan antara 15-30
MPa menurut buku Teknologi Beton penulis Ir. Kandiyono Tjokcodimulyo.
MT.

LAPORAN HASIL PERCOBAAN


BAB XVIII PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON

A. Benda Uji
Mutu beton rencana (f’c rencana) :19 MPa
Umur beton saat di uji tekan : 7 hari
B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji kubus beton
Nomor Benda Uji Kubus
Uraian Satuan
KI K II
Panjang sisi (s) mm 150 150
Luas Tampang (A) = s2 mm2 22500 22500
Volume (V) = s3 mm3 3375000 3375000
Berat beton (W) kg 7.86 7.75

Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji kubus beton pertama (K I)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7 hari
0 0 0 0
5 105 105000 4.667
10 270 270000 12.000
15 385 385000 17.111
20
25
30

Tabel hasil pengujian kuat tekan benda uji kubus beton kedua (K II)
T Beban (P) Kuat Tekan = P/A (MPa)
(s) (kN) (N) Umur 7 hari
0 0 0 0
5 106 106000 4.711
10 270 270000 12.000
15 385 385000 17.111
20
25
30

C. Kesimpulan
Kuat tekan kubus beton umur 7 hari rata – rata = 17,111 MPa
Kuat tekan kubus beton umur 28 hari rata – rata *) = 26,325 MPa
Kuat tekan beton konversi ke silinder (x 0,83) = 23,615 MPa
Berat jenis () beton rata – rata =2324,793 kg/m3

D. Catatan
*) Kuat tekan beton pada umur 28 hari dengan asumsi beton telah mencapai
100% kekuatannya.
1 N/mm2= 1 MPa = 10 kg/cm2

Bandingkan nilai kuat tekan beton (f’c) yang disyaratkan (nilai kuat tekan
beton yang telah di konversi ke benda uji silinder) hasil pengujian terhadap
mutu beton (f’c) rencana.

Tabel konversi kekuatan tekan beton pada berbagai umur


Umur beton (hari) 3 7 14 21 28 90 365
Semen Portland biasa 0,40 0,65 0,88 0,95 1,00 1,20 1,35
Semen Portland
dengan kekuatan awal 0,55 0,75 0,90 0,95 1,00 1,15 1,20
yang tinggi
(Sumber : PBI 1971 pada Tabel 4.1.4)
Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….
Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 12
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
Grafik kuat tekan kubus K1, umur 28 hari
25
23,748 kuat
tekan max 28
20 hari
Kuat Tekan (MPa)

15

10

5 15,436 kuat
tekan max 7
hari
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (s)
Grafik kuat tekan kubus K2, umur 28 hari
30
24,511 kuat
25
Kuat Tekan (MPa) tekan max 28
20
15
10
5 15,9322 kuat
0 tekan max 7
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Waktu (s)

GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON
(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Timbangan berfungsi untuk mengukur berat kubus.
2. Meteran berfungsi untuk mengukur dimensi kubus.
3. Alat uji tekan berfungsi untuk mengukur kuat tekan kubus.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT TEKAN KUBUS BETON

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Menimbang beton berbentuk kubus.
2. Meletakan kubus pada mesin uji kuat tekan dan memberinya pembebanan
dengan kecepatan 2 kg/cm2 sampai 4 kg/cm2 hingga benda uji hancur.
3. Mencatat beban maksimum sampai beton mengalami keretakan setiap 5 detik
sekali.
BAB 19
PENGUATAN KUAT LENTUR BALOK BETON

19.1 PENDAHULUAN
Selain ditentukan berdasarkan kuat tekannya, mutu beton juga ditentukan
pada kuat lenturnya. Umumnya pengujian kuat lentur beton dilakukan terhadap benda
uji berupa balok beton dengan ukuran sisi 150 mm dan panjang 600 mm, setelah
umur beton 28 hari.

19.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui cara pengujian kuat lentur balok beton.
2. Untuk mengetahui besarnya nilai kuat lentur benda uji.

19.3 LANDASAN TEORI


Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain,
agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk
massa padat (SNI 03- 2834-1993).
Menurut Nur Rohmad dkk (2016), Kuat Lentur merupakan ukuran
kemampuan suatu bahan menahan lentur (Beban) yang bekerja tegak lurus sumbu
memanjang serat di tengah-tengah bahan yang di tumpu pada kedua ujungnya tanpa
terjdi perubahan bentuk yang tetap.
Kuat tarik lentur adalah kemampuan balok beton yang diletakkan pada dua
perletakan untuk menahan gaya dengan arah tegak lurus sumbu benda uji, yang
diberikan padanya, sampai benda uji patah yang dinyatakan dalam Mega Pascal
(MPa) gaya tiap satuan luas (SNI 03-4431-1997).
Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi (2200-2500) kg/m3
menggunakan agregat alam yang pecah (SNI 03-2834-1993).

19.4 BENDA UJI


Sebagai benda uji adalah balok beton dengan ukuran sisi 150 mm dan
panjangnya 600 mm.

19.5 PERALATAN
1. Kaliper untuk mengukur dimensi benda uji.
2. Timbangan.
3. Meteran.
4. Stopwatch.
5. Alat uji kuat lentur.

19.6 PELAKSANAAN
1. Mengukurpanjang dan sisi balok dengan teliti.
2. Menimbang benda uji dengan ketelitian 0,1 kg.
3. Memasang balok pada tempat pengujian, dengan panjang bentang sekitar 450
mm (tergantung ukuran kayu) dan beban dua titik dengan jarak masing-
masing 1/3 bentang dari perletakan dengan kecepatan pembebanan 8 – 10
kg/cm2 per menit.
4. Mencatat beban maksimum yang mematahkan balok beton.

19.7 HASIL PRAKTIKUM


a. Benda uji
1. Mutu beton rencana (f’c) = 19 Mpa
2. Umur beton =7 hari
b. Hasil pengujian
Tabel 19.1 Hasil pengukuran dimensi dan berat beton balok
Urutan Satuan Nomor benda uji balok B1
Panjang (L) mm 600
Lebar (b) mm 151
Tinggi (h) mm 150
Luas tampang (A)=b x h mm2 22650
Volume (V)=A x L mm3 13590000
Berat (W) kg 330.4
(Sumber : Hasil Analisa Data Kelompok 9E, 2020)

1. Beban maksimum(D) = 7650 kN

= 7650000 N
2. Lama pembebanan (S) = 10 detik

Gambar 19.1Memasang Balok pada Tempat Pengujian


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

19.8 ANALISIS HITUNGAN


Gambar 19.1Sketsa Pembebanan pada balok
(Sumber : Analisa Data Kelompok 9B, 2020)

1. ΣMA = 0
-600 RBV+ (34x225) + (34x375) =0
-600 RBV+20400 =0
RBV = 34 kN
ΣMB = 0
600 RAV+(34x375)+(34x225) =0
600 RAV+20400 =0
RAV = 34 kN

2. Shear Force
A = RAV
= 34
C = RAV – P1
= 34 – 34
=0
D = RAV – P1 – P2
= -34
B = RAV – P1 – P2 + RBV
=0

3
4
(+
)
C D
A B

(-
)

-34

Gambar 19.2 Shearing Force Diagram


(Sumber : Analisa Data Kelompok 9B, 2020)

3. Momen BMD
MA =0
MC = RAV x L
= 34 x 225
= 7650 Nmm
MD = (RAV x L) – (P1 x L)
= (34 x 375) – (34 x 225)
= 5050 Nmm
MB = (RAV x 600) – (P1 x 375) –
(P2 x 225)
= (34 x 600) – (34 x 375) – (34 x
225)
=0
BMD
12
10
8
6
4
2
0
0 2 4 6 8 10 12

Gambar 19.3 Bending Momen Diagram


(Sumber : Analisa Data Kelompok 9B, 2020)

4. Perhitungan Kuat Lentur


Berat Beton = 330,3
Beban Maksimum = 7650000 N
Lama Pembebanan = 10 detik
Dimensi Balok = 150 x 151 x 600
5. Luas Penampang =bh
= 151 x 150
= 22650 mm2

6. Tahanan momen (W) = 1/6 b h2


=1/6x151x 1502
=566250 mm3

Momen Maks
7. Kuat lentur balok umur7hari =
W
13590000
=
566250
=13,51 N/mm2
= 13,51Mpa
13,51
8. Kuat lentur balok umur28 hari =
0,65
= 20,78 Mpa

P
9. Kecepatan pembebanan =
s
7650000
=
10
=765000 kN/detik

w
10. Berat jenis (ϒ)balok beton =
v
330,4
=
13590000
=24312,0 kg/mm3

19.9 PEMBAHASAN
Pengujian kuat tekan yang dilakukan dengan menggunakan benda uji balok
berukuran 150 mm x 151 mm x 600 mm yang diberi pembebanan sampai kuat tekan
maksimum. Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka didapat data
pengamatan dan Pengujian kuat tekan kayu yang digunakan dengan menggunakan
analisis hitungan sebagai berikut :
a. Luas Penampang : 22650 mm2
b. Kuat Lentur Balok umur 28 hari :20,78 Mpa
c. Kecepatan Pembebanan : 765000 kN/detik
d. Momen maks : 13590000 Nmm
Berdasarkan hasil tersebut didapat kuat lentur balok umur 28 hari sebesar
6,815 Mpa.
Gambar 19.4Pengujian Kuat Lentur Balok Beton
(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

19.10 KESIMPULAN
Dari hasil percobaan didapat data berikut Benda uji balok beton 1 (umur 28
hari) :
a. Kuat tekan = 20,78 MPa
b. Berat jenis = 24312,0 kg/mm3
c. Kecepatan pembebanan = 765000 kN/detik
d. Tahanan momen = 566250 mm3
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XIX PENGUJIAN KUAT LENTURBALOK BETON

A. Benda Uji
Mutu beton rencana (f’c rencana) :19 MPa
Umur beton saat di uji tekan : 7 hari

B. Hasil Pengujian
Tabel hasil pengukuran dimensi dan berat benda uji balok beton
Nomor Benda Uji Balok
Uraian Satuan
BI
Panjang (L) mm 600
Lebar (b) mm 151
Tinggi (h) mm 150
Luas Tampang (A) = b h mm2 22650
Volume (V) = A L mm3 13590000
Berat beton (B) kg 330.4

Beban maksimum (P) = 7650 kN = 765000 N


Lama pembebanan (s) = 10 detik

C. Analisis Data
Kecepatan pembebanan = P/s = 765000 kN/detik
Tahanan Momen (W) = 1/6 . b . h2 = 566250 mm3
Momen max
Kuat lentur balok padaumur 7 hari = =13,51
W

N/mm2

D. Kesimpulan
Kuat lentur balok beton pada umur 7 hari = 13,51 MPa
Kuat lentur balok beton pada umur 28 hari = 20,78 MPa
Berat jenis () beton rata – rata = 24312,0 kg/mm3
Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….
Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 9
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)

GAMBAR ALAT
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Timbangan berfungsi untuk mengukur berat balok.
2. Meteran berfungsi untuk mengukur dimensi balok.
3. Alat uji kuat lentur berfungsi untuk mengukur kuat lentur balok.
GAMBAR PELAKSANAAN
PENGUJIAN KUAT LENTUR BALOK BETON

(1) (2)

(3)

Keterangan:
1. Menimbangdan mengukur dimensi benda uji balok beton.
2. Meletakkan benda uji beton ke mesin uji.
3. Melakukan pengujian dan pembacaan pada alat tekan.
BAB 20
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN
MESIN LOS ANGELES

20.1 PENDAHULUAN
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah dengan menggunakan alat mesin Los Angeles. Pengujian
ketahanan aus kerikil dengan cara ini memberikan gambaran yang berhubungan
dengan kekerasan dan kekuatan kerikil, serta kemungkinan terjadinya pecah butir-
butir kerikil selama penumpukan, pemindahan maupun selama pengangkutan.
Kekerasan kerikil berhubungan pula dengan kekuatan beton yang dibuat. Nilai yang
diperoleh dari hasil pengujian ketahanan aus ini berupa prosentase antara berat bagian
yang halus (lewat lubang ayakan 2 mm) setelah pengujian dan berat semula sebelum
pengujian. Makin banyak yang aus makin kurang tahan keausan nya. Pada umumnya
kerikil diisyaratkan bagian yang aus/hancur tidak lebih dari 10% setelah diputar 100
kali, dan tidak boleh lebih dari 50% setelah diputar 500 kali.

20.2 TUJUAN
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat ketahanan aus
kerikil/batu pecah yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan.

20.3 LANDASAN TEORI


ASTM C 33-03 dan ASTM C 125-06 mengemukakan, agregat kasar adalah
agregat dengan ukuran butir lebih besar dari 4,75 mm. Pemeriksaan ketahanan aus
dilakukan dengan mesin uji aus “ LOS ANGELES”, bagian yang hancur tidak boleh
lebih dari 50 %. (Muhtarom Riyadi dan Amalia, 2005).
Keausan adalah perbandingan antara berat bahan yang hilang atau tergerus
(akibat benturan bola-bola baja) terhadap berat bahan awal (semula). Bola baja adalah
besi bulat dan massif dengan ukuran dan berat tertentu yang digunakan sebagai beban
untuk menggerus agregat pada mesin abrasi. (SNI 2417:2008).
Tabel 20.1Kegunaan batuan menurut jenis bangunan
Jenis Bangunan Beton/Konstruksi Jalan
Konstruksi
Pengujian Konstruksi Konstruksi Ringan /
Berat / Beton Sedang / Beton
Kelas III Kelas II Beton
Kelas I
Kekuatan tekan
1.200 800 600
(kgf/cm²)
Kekerasan dengan
Rudellof :
- Fraksi kasar
- Fraksi 35-95 mm 0,80 0,70 0,60
(dihitung % berat
hancur)
Ketahanan keausan
Dengan Los Angeles
: 27 27-30 40-50
Bagian yang hancur
Max % berat
Penyerapan air max
3 3 3
(dalam % berat)
(Sumber : PUBI-1982 Pasal 25-2)

20.4 BENDA UJI


Benda uji berupa kerikil dengan gradasi sesuai Tabel 20.1 dan jumlah bola
sesuai Tabel 20.2 berikut ini :

Lubang ayakan Berat Benda Uji


(mm) (gr)
Lewat Tertinggal Gradasi A Gradasi B Gradasi C
38,10 25,40 1.250
25,40 19,05 1.250
19,05 12,70 1.250 2.500
12,70 9,51 1.250 2.500
9,51 6,35 2.500
6,35 4,75 2.500

Jumlah berat benda uji 5.000 5.000 5.000


Tabel 20.1 Berat dan gradasi benda uji

Jumlah Berat Semua Bola


Gradasi
Bola (gr)
A 12 5.000
B 11 4.584
C 10 3.330
Tabel 20.2 Jumlah dan berat bola baja

20.5 PERALATAN
1. Mesin los angeles.
2. Ayakan no 12 (lubang 2 mm) dan ayakan lain dengan lubang 38,1 mm, 25,4
mm, 19,05 mm, 12,7 mm, 9,51 mm, 6,36 mm, 4,75 mm, 2,36 mm.
3. Timbangan dengan ketelitian 5 gr.
4. Bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm dan berat masing-masing antara
390 gr sampai 445 gr.
5. Tungku pengering (oven) yang dapat memanasi sampai pada temparatur 105º
C.

20.6 PELAKSANAAN
1. Menimbang benda uji sesuai Tabel 20.1. (berat A).
2. Memasukan kerikil/batu pecah ke dalam mesin los angeles.
3. Memasukan bola baja ke dalam mesin los angeles dengan jumlah sesuai Tabel
20.2.
4. Memutar mesin dengan kecepatan dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm
sebanyak 500 kali.
5. Mengeluarkan bola baja/ambil bola baja dari mesin los angeles.
6. Mengeluarkan benda uji dari mesin los angeles, kemudian mengayak
memakai ayakan nomor 12.
7. Menimbang kerikil yang tertinggal di atas ayakan no 12. (berat B).

20.7 HASIL PRAKTIKUM


1. Benda uji
1. Kerikil atau batu pecah asal : Merapi
2. Gradasi yang digunakan :A
2. Hasil pengujian
1. Berat benda uji semula (A) : 5000 gr
2. Berat setelah di uji (B) : 3554,25 gr

Gambar 20.1Menimbang Kerikil yang Tertinggal Di Atas Ayakan


(Sumber : Video Praktikum Teknologi Bahan, 2020)

20.8 ANALISIS HITUNGAN


A−B
Keausan (K) = x 100 %
A
5000−3554,25
= x 100%
5000
= 28,92%
20.9 PEMBAHASAN
Pengujian ini dilakukan untuk menentukan ketahanan agregat keausan yang
menggunakan mesin abrasi Los Angeles, yang bertujuan untuk mengetahui tingkat
ketahanan aus kerikil/ batu pecah yang berhubungan dengan kekerasan dan kekuatan.
Hasil pengujian bahan ini dapat digunakan untuk perencanaan dan pelaksanaan bahan
konstruksi beton.
Dalam pengujian ini diperoleh nilai keausan sebesar 28%, yang didapatkan
dari berat benda uji semula dikurangi berat benda uji setelah diuji dibagi berat benda
uji semula dan dikali 100%. (menurut SK SNI 2417-1991).

Gambar 20.2Uji Ketahanan Aus Kerikil dengan Mesin Los Angeles


(Sumber : Hasil Praktikum Teknologi Bahan Kelompok 3G, 2019)

20.10 KESIMPULAN
Dari pengujian keausan agregat yang telah dilakukan diperoleh nilai keausan
rata-rata adalah 28%. Menurut SNI 03-2417-1991, nilai keausan agregat yang baik
untuk digunakan dalam kontruksi adalah tidak boleh lebih dari 50% setelah diputar
sebanyak 500 kali. Jadi benda uji merupakan agregat yang baik digunakan dalam
kontruksi.
LAPORAN HASIL PERCOBAAN
BAB XX UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS ANGELES

A. Benda Uji
Kerikil atau batu pecah asal : Merapi
Gradasi yang digunakan :A/B/C (*)
Tabel Gradasi benda uji dan jumlah bola yang digunakan
Lubang ayakan Berat Benda Uji
(mm) (gr)
Lewat Tertinggal Gradasi A Gradasi B Gradasi C
38,10 25,40 1.250 …….. ………
25,40 19,05 1.250 …….. ………
19,05 12,70 1.250 2.500 …….…
12,70 9,51 1.250 2.500 ………
9,51 6,35 ……. ……. 2.500
6,35 4,75 ……. ……. 2.500
Jumlah bola 12 11 10

B. Hasil Pengujian
Berat benda uji semula (A) = 5000 gr
Berat benda uji sesudah diuji (B) = 3554,25gr

C. Analisis Data
( A−B )
Keausan (K) = x 100% =28,94 %
A

D. Kesimpulan
Menurut PUBI 1982 Tabel 25-2, maka batuan ini dapat digunakan untuk jenis
konstruksi : Berat / Sedang / Ringan (*)

Tabel PUBI-1982 Pasal 25-2


Jenis Bangunan Beton/ Konstruksi Jalan
Konstruksi Konstruksi Konstruksi
Pengujian
Berat / Beton Sedang / Beton Ringan / Beton
Kelas III Kelas II Kelas I
Kekuatan tekan
1.200 800 600
(kgf/cm2)
Kekerasan dengan 0,80 0,70 0,60
Rudellof :
- fraksi kasar
- fraksi 35 – 95 mm
(dihitung % berat
hancur)
Ketahanan keausan
dengan Los Angeles :
27 27 – 30 40 – 50
bagian yang hancur
max % berat
Penyerapan air max
3 3 3
(dalam % berat)

Tanggal: ………………………. Waktu: ……………………….


Asisten jaga: ………………………. Kelompok: 9……………………….
Asisten, Mahasiswa,

(…………………..…………………) (…………………..…………………)
GAMBAR ALAT
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES

(1) (2)

(3) (4)
Keterangan :

1. Ayakan berfungsi untuk memisahkan agregat halus dari agregat kasar yang
akan di uji ke ausannya.
2. Timbangan digital berfungsi untuk menimbang agregat kasar yang telah di
ayak.
3. Mesin los angels berfungsi untuk mengaduk bola besi dan agregat kasar agar
bisa saling bergesekan.
4. Bola besi berfungsi untuk menguji keausan agregat kasar yang telah
dimasukan bersam dengan bola besi.
GAMBAR PELAKSANAAN
UJI KETAHANAN AUS KERIKIL DENGAN MESIN LOS
ANGELES

(1) (2)
(3) (4)

(5) (6)
Keterangan :
1. Menyiapkan dan mengayak benda uji sebanyak 5000 gram.
2. Menimbang benda uji sesuai table 20.1
3. Memasukkan benda uji ke dalam mesin Los Angeles.
4. Memasukkan bola baja ke dalam mesin Los Angeles sesuai ketentuan Tabel
20.2.
5. Memutar mesin dengan kecepatan 30 sampai 33 rpm sebanyak 500 kali.
6. Mengeluarkan benda uji dan bola baja lalumengayakdengan ayakan 12. Apabil
a masih ada yang tertinggal pada ayakan no. 12 maka mengulangi dengan.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional Indonesia.. 1982. Persyaratan Umum Bahan


Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982) Pasal 11 tentang Pasir.Jakarta:BSN

Badan Standarisasi Nasional Indonesia.. 1982. Persyaratan Umum Bahan


Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982) Pasal 25 tentang Batu
alam.Jakarta:BSN

Badan Standarisasi Nasional Indonesia.. 1982. Persyaratan Umum Bahan


Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982) Pasal 37 tentang Kayu.Jakarta:BSN

Badan Standarisasi Nasional Indonesia.. 1982. Persyaratan Umum Bahan


Bangunan di Indonesia (PUBI – 1982) Pasal 74 tentang Baja Tulangan
Beton.Jakarta:BSN

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2002. SNI 07-2052-2002 tentang Metode


Baja Tulang Beton. Jakarta:BSN

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1993. SNI-03-2834-1993 tentang Tata


Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. Jakarta:BSN

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2008. SNI-1972-2008 tentang Cara Uji


Slump Beton. Jakarta:BSN

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1990. SNI 03-1974-1990 tentang Metode


Penguian Kuat Tekan Beton. Jakarta:BSN

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 1997. SNI-03-4431-1997 tentang Metode


Pengujian Kuat Lentur Normal dengan Dua Titik Pembebanan.
Jakarta:BSN

Badan Standarisasi Nasional Indonesia. 2008. SNI-1972-2008 tentang Cara Uji


Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles. Jakarta:BSN

Laporan Praktikum Teknologi Bahan Program Studi Teknik Sipil Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Teknologi Yogyakarta Tahun 2016.

Anda mungkin juga menyukai