Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGOLAHAN KAYU

WOOD PLASTIC COMPOSITE (WPC)

KELOMPOK 2A
ANGGOTA : 1. SUKMAWATI (M11115003)
2. RIZQI SANIHIYYAH (M11115006)
3. IMELDA ANDILA RESKY(M11115013)
4. AMELIA (M11115028)
5. JUSMIATI HISWAN (M11115037)
6. ANRIANA (M11115046 )
7. EDNA KEZIA (M11115063)
8. ANDI RIRIN (M11115348)
9. MUH. FAISAL SYAMSUL (M11115548)
ASISTEN : 1. NUR WIDYA DEWINDIANI
2. NILA FADILLA SARI

LABORATORIUM PENGELOHAN DAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kayu memiliki sifat dan karakteristik yang unik, kayu merupakan
bahan yang paling banyak digunakan untuk keperluan konstruksi.
Kebutuhan yang terus meningkat dan potensi hutan yang terus berkurang
menuntut penggunaan kayu secara efisien dan bijaksana, antara lain
dengan memanfaatkan limbah berupa serbuk kayu menjadi produk yang
bermanfaat. Dilain pihak, seiring dengan perkembangan teknologi,
kebutuhan akan plastik terus meningkat. Sebagai konsekuensinya,
peningkatan limbah plastik pun tidak terelakkan. Limbah plastik
merupakan bahan yang tidak dapat terdekmposisi oleh mikroorganisme
pengurai, sehingga penumpukannya di alam dikhawatirkan akan
menimbulkan masalah lingkungan (Sari. dkk, 2015)
Perkembangan teknologi, khususnya dibidang papan komposit telah
menghasilkan produk komposit yang merupakan gabungan antara serbuk
kayu dengan plastik daur ulang. Komposit kayu merupakan istilah untuk
menggambarkan setiap prodk yang terbuat dari lembaran atau potongan-
potongan kecil kayu yang direkat bersama-sama. Mengcacu pada
pengertian tersebut, komposit serbuk kayu plastik adalah komposit yang
terbuat dari plastik sebagai matriks dan serbuk kayu sebagai pengisi
(Filler) yang mempunyai sifat gabungan keduanya. Penambahan filler ke
dalam matriks bertujuan mengurangi densitas, meningkatkan kekakuan
dan mengurangi biaya perunit volume. Teknologi ini berkembang pada
awal 1990-an di Jepang dan Amerika Serikat. Dengan teknologi ini
dimungkinkan pemanfaatna serbuk kayu dan plastik daur ulang secara
maksimal. Dengan demikian, akan menekan jumlah limbah yang
dihasilkan. Di indonesia, penelitian tentang produk ini sangat terbatas,
padahal bahan baku limbah, potensinya sangat besar(Sari. dkk, 2015)
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara
pembuatan WPC (Wood Plastic Composite).
B. Kegunaan Praktikum
Kegunaan dari praktikum ini yaitu mengetahui cara pembuatan papan
semen pada beberapa jenis bahan berlignoselulosa.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Kegiatan praktikum ini dilakukan pada Jumat, 21 April 2017 di
Laboratorium Teknologi Pemanfaatan dan Pengelolahan Hasil Hutan,
Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a. Plat besi ukuran 40 cm x 40 cm x 0,7 cm yang berfungsi untuk
melapisi bagian atas dan bagian bawah WPC
b. Wadah plastik digunakan untuk mencampurkan serbuk kayu
dan limbah plastik
c. Alat kempa yang digunakan untuk mengempa WPC
d. Stopwach berfungsi untuk menghitung lama pengempaan.
e. UTM (Universal Testing Macine) berfungsi untuk pengujian MoE
dan MoR
f. Cawan yang digunakan pada saat sampel di oven
g. Desikator berfungsi untuk mengkondisikan partikel kayu
h. Gegep besi berfungsi sebagai alat mengangkat partikel dari
oven
i. Timbangan digital dengan ketelitian 0,01 g berfungsi untuk
menimbang bahan yang akan digunakan
j. Stik besi ukuran 1cm x 1cm x 35 cm berfungsi untuk
menentukan ketebalan papan semen
k. Alumunium foil berfungsi melapisi WPC
l. Lakban berfungsi untuk merekatkan plastik saat papan
dibungkus
m. Alat tulis menulis berfungsi untuk mencatat hasil
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada WPC adalah:
a. Serbuk kayu sebanyak 343,75 gr dengan kadar air 12%
b. Limbah Plastik sebanyak 343,75 gr

C. Metodologi Praktikum
1. Menggiling serbuk kayu kemudian mengukur kadar airnya
(maksimal 12%)
2. Membuat WPC ukuran 25cm x 25cm x 1cm = 625 cm 3 yang
kemudian dikalikan dengn kerapatan 1 gr/cm 3 sehingga berat
bahan yaitu 625 gram.
3. Allowence pada WPC adalah 10 % dari berat bahan. Berat bahan
625 gr di kalikan 10% dan hasilnya dijumlah dengan 625 gr
sehingga di dapatkan 687,5 gr sebagai berat total.
4. Perbandingan limbah plastik dan serbuk kayu adalah 1 : 1 sehingga
didapatkan berat serbuk kayu dan limbah plastik yang digunakan
adalah 343,75
5. Menimbang semua bahan sesuai takaran yang didapatkan.
6. Mencampurkan serbuk kayu dan limbah plastik secara merata.
7. Memasukkan campuran serbuk kayu dan limbah plastik ke dalam
cetakan.
8. Menyiapkan plat besi yang telah dilapisis alumunium foil, mencetak
WPC diatas plat besi.
9. Memasukkan WPC kedalam mesin pres selama 20 menit
10. Membuka bungkusan WPC, kemudian kondisikan WPC selama 2
minggu
11. Memotong WPC menjadi 6 potong masing-masing 2 potong papan
ukuran 10x10 cm, 2 potong papan ukuran 20x5 cm dan dua potong
kayu ukuran 5x5 cm.
12. Melakukan pengujian terhadap WPC terhadap sifat fisik papan
yaitu :
a. Kerapatan WPC
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm yang sudah dalam
keadaan kering udara ditimbang. Kemudian pengukuran dimensi
dilakukan meliputi panjang, lebar, dan tebal untuk mengetahui
volume contoh uji. Kerapatan papan dihitung menggunakan rumus:
B (g)
Kerapatan = V (cm3)

Keterangan: B = Berat (g). Penentuan berat dilakukan dengan cara


menimbang contoh uji menggunakan timbangan
digital

V = volume (cm 3) . Dihitung dengan rumus V =

pxlxt

b. Kadar Air
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm x 1 cm ditimbang berat kering
udara (BKU), kemudian oven pada suhu 1032C selama 24 jam,
setelah dioven contoh uji dimasukan ke dalam desikator selama 10
menit, kemudian dikeluarkan untuk ditimbang. Nilai kadar air
dihitung menggunakan rumus:
BABKT
% = BKT x 100 %

Keterangan: BA = Berat Awal (g)

BKT = Berat Kering Oven (g)

T1 = Tebal setelah perendaman (cm)

13. Melakukan pengujian terhadap WPC terhadap sifat mekanis papan


yaitu :
a. Penentuan modulus elastisitas (MOE)
Pengujian dilakukan menggunakan alat uji mekanis (Universal
Testing Machine).. Contoh uji dalam kondisi kering udara
dibentangkan dengan jarak sangga 15 kali tebal nominal, tetapi
tidak kurang dari 7.5 cm. Kemudian pembebanan dilakukan di
tengah-tengah jarak sangga. Nilai MOE dihitung menggunakan
rumus :
PL 3
= 4 ybh 3

Keterangan : P = Selisih beban (kg)

L = Jarak sangga (cm)

y = Perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm)

b = Lebar contoh uji (cm)

h = Tebal contoh uji (cm)

b. Penentuan modulus Patah (MOR)


Pengujian modulus patah menggunakan contoh uji yang sama
dengan contoh uji pengujian modulus elastisitas. Nilai MOR dapat
dihitung menggunakan rumus umumnya :
3 PL
MOR = 2 bh 2

Keterangan : P = Berat maksimum (kg)

L = Jarak sangga (cm)

b = Lebar contoh uji (cm)

h = Tebal contoh uji (cm)


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
1. Tabel hasil pengujian sampel untuk sifat fisik WPC
Pengujian Kerapatan K. Air MOE MOR
Sampel 0,09 g/cm3 4,84 % - -
10x10

Sampel - - 440,06 22,39


205 kg/cm2 kg/cm2

B. Pembahasan
1. Kerapatan
Kerapatan WPC merupakan suatu ukuran yang menyatakan bobot
WPC per satuan luas. Kerapatan erat hubungannya dengan kekuatan,
makin tinggi kerapatan makin tinggi pula kekuatan papan. Semakin tinggi
kerapatan lembaran papan akan menyebabkan semakin luas pula kontak
antar partikel dengan perekatnya, sehingga akan dihasilkan kekuatan
papan yang lebih tinggi pula (Kollman, et. al, 1975).Kerapatan WPC yang
dihasilkan yaitu 0.09 g/cm3 tidak mencapai kerapatan sasaran, yaitu
sebesar 0,40-0,80 g/cm3. Hal ini disebabkan karena serbuk kayu yang
terlalu halus sehingga sehingga plastik sulit untuk merekatkan serbuk
kayu karena serbuk kayu yang terlalu halus memiliki permukaan yang
kecil (Sushardi, 2001).
2. Kadar air
Kadar air adalah banyaknya air yang terdapat di dalam produk kayu
(Haygreen dan Bowyer, 1989). Kekurangan dari WPC adalah kandungan
air dalam kayu akan mengganggu proses termoplastik yang akan
menyebabkan kualitas permukaan buruk dan adanya gelembung ruang
kosong sehingga kadar airnya tidak boleh tinggi. Kadar air yang dihasilkan
dari praktikum WPC yaitu sebesar 4,84 % hal ini juga tidak sesuai dengan
standar JAS A 5908 (1998) yaitu 5- 13 %, hal ini disebabkan karena kadar
air serbuk kayu yang digunakan sangat rendah (
3. Penentuan Modulus Elastis (MoE)

Untuk pengujian lentur dari hasil pengukuran dimensi, didapatkan nilai


h atau tebal yang diukur yaitu 1,180 cm dan untuk b atau lebar sampel
kayu yang diukur yaitu 5,053 cm sedangkan untuk jarak sanggahnya atau
L sepanjang 15 cm. Adapun hasil perhitungan MoE yaitu 440,06 kg/cm
4. Penentuan Keteguhan Patah (MoR)

Kekuatan lentur patah atau Modulus of Rupture (MOR) merupakan


sifat mekanis kayu yang berhubungan dengan kekuatan kayu yaitu ukuran
kemampuan kayu untuk menahan beban atau gaya luar yang bekerja
padanya dan cenderung merubah bentuk dan ukuran kayu
tersebut.Modulus of Rupture (MoR) dihitung dari beban maksimum (beban
pada saat patah) dalam uji keteguhan lentur dengan menggunakan
pengujian yang sama untuk MoE (Bowyer, 2003).
Untuk pengujian keteguhan patah didapat beban maksimum
sebesar 7 kg. Adapun hasil perhitungan Mor yaitu 22,39
kg/cm2.Berdasarkan JIS A 5417-1992 yang mensyaratkan nilai MOR
minimal 63 kg/cm2, maka nilai MOR WPC yang di buat tidak memenuhi
standar tersebut. Hal ini disebabkan oleh Nilai kerapatan papan yang tidak
memenuhi target yang diinginkan yaitu 0,40-0,80 g/cm3.

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari praktikum WPC diperoleh bahwa pada pengujian sifat fisik


dari WPC yang dibuat diperoleh kerapatan sebesar 0,002 g/cm3, kadar air
sebesar 4,84 %, . Sementara untuk pengujian sifat mekanis MoR yaitu
22,39 kg/cm2 dan MoE yaitu 440, 06 kg/cm2.

B. Saran

Proses pembuatan WPC dengan perekat semen sangat penting


dan bagus untuk dipelajari lebih jauh, karena menggunakan limbah
plastik. Seperti yang diketahui bahwa limbah plastik saat ini sangat
banyak. Selain itu, WPC juga memilki nilai ekonomi yang bagus.
DAFTAR PUSTAKA

Haygreen dan Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu
Pengantar.Gadjah Mada University Press.

Kollmann. F.F.P.E W, Kuenzi dan A. J Stamm, 1975. Principles Of Wood


Science and Technology II. Sringer-Verlag Berlin Heidelberg.
New York

Sari, D. G. dkk, 2015. Makalah Kapita Selekta Material Komposit Serbuk


Kayu Plastik. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta

Sushardi. 2001. Pemanfaatan Limbah untuk Pembuatan Papan Tiruan.


Proseding Seminar Nasional Pemanfaatan Sumber Daya Lokal
untuk Pembangunan Pertanian Berkelanjutan Universitas
Wangsa Manggala,Yogyakarta. ISBN: 979-96792-0-6
LAMPIRAN

1. Pengujian Sifat Fisik

a. Kerapatan

Dik : Bawal = 108,90 gr

Panjang = 30,03 cm

Lebar = 10,29 cm

Tebal = 3,6 cm

108,90
Kerapatan = 30,03 x 10,29 x 3,6

108,90
3
= 1112,43 = 0,09 g/cm

b. Kadar Air

Dik : Beratawal = 108,90 gr

BKT = 103,87 gr

108,90103,87
% = 103,87 x 100 %

= 4,84 %

2. Pengujian MoE dan MoR

a. Tabel Hasil Pengujian MoE dan MoR

P = Tekanan Defleksi
(kg) (cm)
2 0,86
3 1,2
4 1,56
5 2,05
6 2,6
b. Grafik hubungan Beban/Tekanan dan Defleksi

Defleksi (cm)
3
2.5
f(x) = 0.43x - 0.08 Defleksi (cm)
2 R = 0.99 Linear (Defleksi
1.5 (cm))
1
0.5
0
1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5

c. Perhitungan MoE dan MoR


1) MoE
P L3
3
4 Yb h

Keterangan : P = Selisih beban (kg)


L = Jarak sangga (cm)
y = Perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm)
b = Lebar contoh uji (cm)
h = Tebal contoh uji (cm)

P
=
Dik : Y 0,4,33 kg/cm

L = 15 cm
b = 5,053 cm
h = 1,180 cm
Dit : MoE..?
4,33 x 153
Jawaban : MoE = 4 x 5,053 x 1,360 3

4,33 x 3.373
MoE = 4 x 5,053 x 1,643

14.613,75
MoE = 33,208

2
MoE = 440,06 kg /cm

2) MoR
3P L
2 b h2

Keterangan : P = Berat maksimum (kg)

L = Jarak sangga (cm)

b = Lebar contoh uji (cm)

h = Tebal contoh uji (cm)

Dik : P = 7 kg

L= 15 cm

b = 5,053 cm

h = 1,180 cm

Dit : MoR..?

3 x 7 x 15
Jawaban : MoR = 2 x 5,053 x 1,180 2

315
MoR= 14,067

2
MoR = 22,39 kg/ cm

Anda mungkin juga menyukai