Anda di halaman 1dari 21

SIFAT FISIS PAPAN SEMEN DARI LIMBAH KULIT BATANG SAGU

THE PHYSICAL PROPERTIES OF CEMENT BOARD FROM THE WASTE


OF SAGO CORTEX

Rohny S. Maail
Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
Penulis korespondensi email : rohny_maail@yahoo.com

Diterima : 19 Desember 2017 Disetujui : 5 Januari 2018

ABSTRACT

This research objectives were to investigate possibility of using the waste of sago cortex (Ela
sagu/Wa’a) in the manufacture of cement board and to determine the physical properties of cement
board based on the comparison in proportion of materials (cement, sago, water) and catalyst calcium
chloride (CaCl2). Method were applied used completely randomesed design with tree replications in
3x3x3, with total 27 samples of cement board. The results shown that the waste of sago cortex ca be
applied as raw materials to manufacture of cement board and fulfill the standard of particle board (JIS
A 5908, 2003). The board have dencity which is almost equal to the target of dencity, lower value in
water content, water absorption and thichness swelling so that have good performance in quality and
stability dimensions. The sago cortex in side of base and the catalyst CaCl 2 in 6% gave high
performance for all physical properties of cement board.

Key words : cement board, sago, catalyst calcium chloride, physical properties

PENDAHULUAN

Nilai ekonomis sagu bukan unggul pada Papan semen bisa menjadi produk
potensi patinya saja namun hasil ikutan lainnya alternatif pengganti tripleks dan papan gypsum
mempunyai nilai tambah sebagai bahan baku karena keunggulan-keunggulan yang
industri, dimana produk buangan (limbah) dimilikinya. Papan semen hadir untuk
pengolahan sagu yaitu ampas sagu (Metroxylon mengatasi kelemahan papan gypsum yang
Sp.) atau sering disebut sebagai “ela sagu” dan kurang tahan terhadap air, jamur, benturan keras
kulit sagu atau sering disebut “wa’a” dapat juga rayap dan api, atau papan triplek yang
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tidah ramah lingkungan karena berhubungan
papan komposit dalam bentuk papan semen langsung dengan penggunaan kayu log yang
untuk menggantikan peranan kayu, yang saat ini turun berpengaruh terhadap kelestarian hutan.
kebutuhannya di Indonesia diperkirakan terus Fenomena inilah yang akhirnya melahirkan
mengalami peningkatan setiap tahun seiring bahan material berupa papan pengganti kayu
peningkatan jumlah penduduk dan atau papan tiruan kayu yang disebut sebagai
kebutuhannya dalam pembangunan. Di sisi lain papan semen. Material papan semen ini menjadi
kemampuan alam untuk menyediakan kayu material yang bersahabat dengan alam (karena
tersebut sangatlah terbatas. bisa menggnakan limbah), praktis dan efektif
DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 203
dalam pemasangan, serta tidak menganggu adalah papan semen dengan yang dengan
kesehatan manusia, dan menjadi salah satu memanfaatkan kulit batang sagu (Metroxylon
pilihan pengganti tripleks dan papan gypsum. Sp.) atau di Maluku sering disebut wa’a sagu.
Papan semen terbuat dari bahan dasar semen Kulit batang sagu (Metroxylon Sp.) merupakan
yang mempunyai kandungan serat dan partikel bahan yang potensial sebagai pengganti
sehingga kuat dan tidak mudah pecah. Akan partikel kayu karena tersedia dalam bentuk
tetapi papan semen memiliki kelemahan limbah yang terbuang percuma namun bisa
mendasar yaitu tidak semua jenis kayu cocok dimanfaatkan dalam proses pembuatan papan
digunakan sebagai bahan baku. Ini terutama semen. Adapun tujuan yang ingin dicapai
disebabkan oleh keberadaan bahan ekstraktif dalam penelitian ini adalah: (1) Mengetahui
dalam kayu yang dapat menghambat proses kesesuaian penggunaan limbah batang sagu
pengerasan semen. sebagai bahan baku pembuatan papan semen;
Katalis atau zat aditif yang sering (2) Mengetahui sifat fisik papan semen dari
digunakan dalam proses pengerasan papan limbah kulit batang sagu (Metroxylon Sp.); (3)
semen dan berfungsi sebagai akselerator antara Menentukan proporsi kulit batang sagu
lain adalah CaCl2, Al2(SO4)3, Na2SiO3, dan lain- (Metroxylon Sp.) dan presentase katalis
lain. Akselerator berfungsi sebagai bahan yang Kalsium Klorida (CaCl2) terbaik dalam
dapat mempercepat penguapan air dari papan pembuatan papan semen. Manfaat penelitian
semen, sehingga proses pengerasan papan yang diperoleh adalah Memberikan informasi
menjadi lebih cepat. Kalsium klorida (CaCl2) tentang kemungkinan pembuatan papan semen
merupakan katalis yang cukup baik jika dengan kualitas yang baik dari bahan baku
digunakan dalam pengerasan papan semen yang limbah kulit batang sagu (Metroxylon Sp.)
menggunakan bahan baku partikel kayu. dengan menggunakan CaCl2 sebagai katalis
Terkait dengan latar belakang di atas, (accelerator).
maka salah satu jenis produk panil kayu

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini berlangsung pada bulan
Maret s/d April 2015 dan berlangsung di Bahan dan Alat
Labolatorium Teknologi Hasil Hutan dan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Laboratorium Penggergajian Jurusan ini adalah limbah kulit batang sagu yang

Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas diambil dari Dusun Rupaitu Negeri Tulehu
Kecamatan Salahutu Kabupaten Maluku
Pattimura Ambon.
Tengah, Kalsium klorida (CaCl2) sebagai

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 204
katalisator, semen (sebagai perekat), air (sebagai menggunakan ayakan ukuran 5 mm dan 3
media pencampuran dalam pembuatan adonan mm. Bahan baku yang diambil adalah
papan semen). Adapun alat yang digunakan partikel ukuran 5 mm (tertahan pada
yaitu karung, ayakan ukuran 3 mm dan 5 mm, sringan 3 mm).
ember, timbangan elektrik, flacker, oven, 2) Pencampuran yaitu antara katalis, kulit
plastik, desikator, wadah plastik, cetakan, alat batang sagu, semen dan air dengan proporsi
kempa dengan cold press, alat tulis, kamera, dan bahan : 2.5 (semen) : 1 (Wa’a) : 1,25 (air)
sarung tangan plastik. 3) Pembuatan lembaran di atas plat besi
berukuran 40 cm x 40 cm x 1,2 cm.
Prosedur Penelitian 4) Pengepresan dengan mesin press pada
Pembuatan papan semen tekanan 36 kgf.
Ukuran papan semen yang akan dibuat 5) Pengkleman untuk pengerasan awal
yaitu ukuran 30 cm x 30 cm x 1,2 cm (p x l x t) (setting).
dengan sasaran kerapatan 1,2 gr/cm3. Proses 6) Pengerasan lanjutan (curing) selama 2
pembuatan papan semen sebagai berikut : minggu.
a. Persiapan bahan 7) Setelah tahap pengerasan selesai,
Bahan baku kulit batang sagu (wa’a) dilanjutkan dengan pengeringan didalam
dimasukkan ke flacker untuk dibuat menjadi oven (suhu 80ºC selama 10 jam)
partikel. Selanjutnya dikeringkan lalu 8) Pengkondisian dengan suhu ruangan 26oC
dipisahkan dengan ayakan ukuran 3 mm dan 5 selama 2 minggu.
mm antara serbuk, partikel dan serat dari 9) Pemotongan contoh uji dan pengujian.
limbah kulit batang sagu. Pengujian dilakukan terhadap sifat fisis
b. Pembuatan papan semen ; papan, yaitu kadar air, kerapatan,
1) Penyiapan bahan, bahan kulit batang sagu pengembangan linear, tebal dan daya serap
dipisahkan antara serbuk, partikel dan serat air
Pembuatan papan semen dari wa’a sagu secara skematis yaitu sebagai berikut :

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 205
Gambar 1. Proses Pembuatan Papan Semen dari Wa’a Sagu
1. Pengujian Papan Semen
a. Penyiapan Contoh Uji
Setelah papan semen mendapat perlakuan pengkondisian kemudian di potong untuk dilakukan
pengujian sifat fisis,yaitu antara lain : kadar air, kerapatan, pengembangan tebal dan daya serap
air.

Gambar 2. Pola Pemotongan Contoh Uji Menurut JIS A-5908 (1994)

Keterangan :
1. Contoh uji kerapatan dan kadar air berukuran 10 cm x 10 cm
2. Contoh uji pengembangan tebal dan daya serap air berukuran 5 cm x 5 cm.

b. Pengujian papan semen konstan (BKO). Nilai kadar air di hitung


Sifat fisis papan semen, yaitu : dengan rumus :

1) Kerapatan BA - BKO
Kadar air  x 100%
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm dalam BKO
Keterangan :
keadan kering udara ditimbang beratnya, BA = Berat awal (gr)
lalu diukur rata-rata panjang, lebar, dan BKO = Berat kering oven (gr)
tebal untuk menentukan volume. Kerapatan 3) Pengembangan Tebal

papan semen dihitung dengan Contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm x 1,2 cm

menggunakan rumus : diukur dimensinya pada kondisi kering


udara. Dimensi tebal diukur pada
Berat (gr)
Kerapatan  pertengahan garis pada pusat diagonal
Volume (cm 3 )
2) Kadar Air contoh uji (T1). Selanjutnya contoh uji
Contoh uji berukuran 10 cm x 10 cm direndam dalam air dingin selama 2 dan 24

ditimbang untuk mendapatkan berat awal jam, kemudian diukur kembali tebalnya
(BA), kemudian di oven dengan suhu 103 (T2). Nilai pengembangan tebal dapat

± 2°C selama 24 jam sampai beratnya dihitung dengan rumus :

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 206
T2 - T1 T1 = Tebal awal (cm)
Pengembang an tebal  x 100%
T1
T2 = Tebal setelah perendaman 2 jam dan 24
Keterangan :
jam (cm)

kembali (B2). Nilai daya serap dapat


4) Daya serap air
dihitung dengan rumus :
Pengujian daya serap air dilakukan
B2 - B1
bersamaan dengan pengujian Daya serap air  x 100%
B1
pengembangan tebal. Contoh uji ditimbang Keterangan :
berat awalnya sebelum perendaman (B1) B₁ = berat contoh uji sebelum perendman
(gr)
kemudian direndam dalam air selama 2 jam
dan 24 jam, kemudian contoh uji ditimbang B₂ = berat contoh uji setelah perendaman
(gr)

Rancangan Percobaan a1 = Pangkal


a2 = Tengah
Rancangan percobaan yang dilakukan adalah
a3 = Ujung
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga
 Faktor B (persentase Katalis CaCl2)
kali ulangan yaitu 3 x 3 x 3 = 27 papan semen
terdiri dari :
dengan 2 faktor yang dianalisa adalah sebagai
b1 = Katalis CaCl2 sebanyak 2 %
berikut : b2 = Katalis CaCl2 sebanyak 4 %
b3 = Katalis CaCl2 sebanyak 6 %
 Faktor A (posisi kulit batang) terdiri dari:
Tata letak rancangan percobaan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Tata letak Rancangan Percobaan
Faktor Ulangan
Total
A B 1 2 3
b1 a1 b11 a1 b12 a1 b13 a1 b1.
a1 b2 a1 b21 a1 b22 a1 b23 a1 b2.
b3 a₁ b3₁ a₁ b32 a₁ b33 a₁ b3.
Sub Total a1 b.1 a1 b.2 a1 b.3 a1 b..
b1 a2 b11 a2 b12 a2 b13 a2 b1.
a2 b2 a2 b21 a2 b22 a2 b23 a2 b2.
b3 a3 b31 a₂ b32 a3 b33 a₂ b3.
Sub Total a2 b.1 a2 b.2 a2 b.3 a2b..
b1 a3 b11 a3 b12 a3 b13 a3 b1.
a3 b2 a3 b21 a3 b22 a3 b23 a3 b2.
b3 a3 b31 a3 b32 a3 b33 a3 b3.
Sub Total a3 b.1 a3 b.2 a3 b.3 a3 b..
Total a.b.1 a.b.2 a.b.3 a .b..

Model matematis rancangan percobaan adalah :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + ϵijk


Dimana :
Yijk = Nilai pengamatan hasil percobaan
µ = Nilai tengah umum
αi = Pengaruh faktor A (posisi kulit batang)
βj = Pengaruh faktor B (katalis CaCl2)

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 207
αβij = Interaksi faktor A dan faktor B
ϵijk = Galat percobaan

Faktor Koreksi (FK) = ( a.b. .)2 / abr


Jumlah Kuadrat Total (JKtot) = ∑ (aijk)2 – FK
Jumlah Kuadrat perlakuan (JKP) = ∑ (aibj.)2 / r – FK
Jumlah Kuadrat jenis posisi kulit batang (JKA) = ∑ ( aib..)2 / br – FK
Kuadrat Jenis presentasi katalis CaCl2 (JKB) = ∑ ( a.bj.)2 / ar – FK
Interaksi Faktor A dan Faktor B = ∑ (ai.bj.)2 / r – FK – JKA – JKB / JKP
Jumlah Kuadarat Galat (JK galat) = JKtot – JKA – JKB – JKAB
Tabel.3 Analisa Keragaman
Analisa Keragaman Db JK JKT F Hitung
Proporsi papan
(a-1) JKA JKA / dbA KTA / KTgalat
Semen (A)
Presentase Katalis
(b-1) JKB JKB / dbB KTB / KTgalat
(B)
AxB (a-1).(b-1) JKAB JKAB/dbAB KTAB / KTgalat
Galat ab (r – 1) JK galat JKAB/dbgalat
Total abr - 1 JKtotal

Jika perlakuan A dan B nyata, maka nilai rata-rata tiap faktor dimana terdapat
dilanjutkan dengan uji beda nyata jujur (BNJ) perbedaan yang jika selisihnya lebih besar dari
untuk melihat perbedaan antara tingkat faktor. nilai W, dengan rumus sebagai berikut :
Hal ini dilakukan dengan membandingkan
KTA
W  qa ( Pidb galat ) .
r
Dimana :
W = Nilai BNJ
P = Nilai perlakuan
r = Jumlah ulangan
KTG = Kuadrat tengah galat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kerapatan selengkapnya dapat disajikan pada Tabel 4

Berdasarkan hasil pengujian, nilai dan histogram perbandingan kerapatan untuk

kerapatan papan yang di hasilkan berkisar dari setiap jenis papan semen dapat dilihat pada

1,19 – 1,26 gr/cm³. Hasil pengukuran rata-rata Gambar 3.

kerepatan papan pada berbagai taraf perlakuan

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 208
Tabel 4. Rata-rata Kerapatan Papan Semen
Tipe papan semen Rata-rata kerapatan (g/cm3)
A1 B1 1,21
A1 B2 1,23
A1 B3 1,26
A2 B1 1,20
A2 B2 1,22
A2 B3 1,21
A3 B1 1,19
A3 B2 1,20
A3 B3 1,21
Keterangan :
A1B1 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 2% A2B3 : kulit dibagian tengah, CaCl2 6%
A1B2 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 4%
A3B1 : kulit dibagian ujung , CaCl2 2%
A1B3 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 6%
A2B1 : kulit dibagian tengah , CaCl₂ 2% A3B2 : kulit dibagian ujung , CaCl2 4%
A2B2 : kulit dibagian tengah , CaCl₂ 4% A3B3 : kulit dibagian ujung , CaCl2 6%

Gambar 3. Histogram Kerapatan Papan Semen

Kerapatan menunjukan banyaknya masa dengan katalis CaCl₂ 6%) , sedangkan


persatuan volume (Haygreen dan Bowyer, kerapatan papan semen terendah yaitu 1,19
1996). Sifat-sifat papan semen yang dihasilkan gr/cm³ terdapat pada papan A3B1 (papan yang
juga akan sangat di pengaruhi oleh kerapatan terbuat dari kulit sagu pada posisi ujung
karena bisa menggambarkan sejauh mana dengan katalis CaCl₂ 2%).
ketahanan atau kestabilan dimensi papan dan Dalam proses pembuatan papan semen
kekuatan papan itu sendiri dalam menanggung yang terbuat dari kulit batang sagu ini
beban serta menjadi dasar pertimbangan menunjukan bahwa walaupun proporsi bahan
penggunaan produk papan semen tersebut. pembuatan papan itu sama untuk setiap
Histogram pada Gambar 3 di atas perlakuan dan ulangan yaitu; 3 (semen) : 1
menyajikan bahwa nilai rata-rata kerapatan (kulit sagu) : 1,5 (air) , namun berat bahan
papan semen tertinggi yaitu sebesar 1,26 yang digunakan sebagai hasil perhitungan berat
gr/cm³ didapat pada papan A1B3 (papan yang untuk mencapai kerapatan sasaran 1,2 gr/cm³,
terbuat dari kulit sagu pada posisi pangkal mengakibatkan kebutuhan berat masing-

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 209
masing bahan berbeda, teristimewa berat kulit yang tidak merata. Meskipun untuk mencapai
batang sagu yang digunakan apalagi papan ketebalan sasaran sebesar 1,2 cm atau untuk
dibuat dalam ukuran volume yang sama yaitu mencapai keseragaman tebal papan telah
30 cm x 30 cm x 1,2 cm, sehingga dalam digunakaan stick baja setebal 1,2 cm dalam
penelitian untuk mencapai sarasan ukuran proses pengempaan, namun adanya efek
volume dengan sasaran kerapatan yang sama, pengembangan kembali (springback) saat
maka berat dari kulit batang sagu pada posisi pelepasan plat press / kempa selama
pangkal perlu ada penambahan dengan pengkondisian, maka sebagian papan
menambahkan sejumlah partikel. mengalami pengembangan ketebalan setelah
Adanya perbedaan dari nilai kerapatan tekanan kempa dihilangkan dan penebalan
ini juga disebabkan oleh perbedaan ketebalan selama pengkondisian.
papan yang diakibatkan pemasangan klem
Tabel 5.Analisis Sidik Ragam Untuk Kerapatan
F. Tebel
Sumber Keragaman Db JK JKT F.hitung 0,01 0,05
Posisi kulit batang (A) 2 0,005 0,00228 7,36** 4,07 2,97
Katalis CaCl₂ (B) 2 0,0002 0,000085 0,27tn 4,07 2,97
AB 4 0,004 0,001 3,21tn 5,09 4,00
Galat 18 0,006 0,0003
Total 26 0,014
Keterangan : ** = sangat nyata, tn = tidak nyata

Data pada Tabel 5 menunjukan bahwa posisi kulit batang sagu. Posisi kulit batang sagu
kulit batang sagu yang digunakan dalam proses bagian pangkal mempunyai kerapatan bahan
pembuatan papan semen (faktor A) yang lebih besar sehingga cukup
berpengaruh sangat nyata, sedangkan mempengaruhi terhadap kerapatan papan,
persentasi katalis CaCl₂ yang digunakan disamping dengan penambahan persentase 6%
(faktor B) dan interaksi dari kedua faktor dari CaCl₂ yang turut menunjang ikatan antara
(faktor AB) tidak berpengaruh nyata pada partikel-partikel kulit batang sagu menjadi
kerapatan papan semen. lebih kompak dengan semen sebagai bahan
Berdasarkan hasil perhitungan BNJ pengikat.
(Lampiran 1) terhadap Faktor A (posisi kulit
Simatupang (1974), menyatakan bahwa
batang sagu) yang berbeda sangat nyata, nilai
sifat-sifat papan semen partikel yang
faktor A terlihat bahwa A1terhadap A2 dan A1
dihasilkan oleh beberapa faktor, diantaranya
terhadap A3 berpengaruh nyata terhadap
adalah material yang digunakan (bahan baku
kerapatan papan, sedangkan A2 terhadap A3
dan teknis pengerjaan sewaktu percampuran
menunjukan perbedaan yang tidak nyata
bahan baku dan prose pengempaan serta
terhadap kerapatan papan.
penambahan akselator atau katalis. Hal yang
Hal ini berarti kerapatan papan semen
sama ditegaskan oleh Moeslemi (1994), bahwa
yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh posisi

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 210
papan semen yang terbuat dari bahan material kandungan air papan semen dalam keadaan
dengan BJ atau kerapatan yang lebih tinggi, kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya.
mempunyai kerapatan papan dan berat yang Kondisi papan yang mempunyai kadar air atau
lebih tinggi daripada papan yang terbuat dari kandungan air yang berlebihan akan
bahan yang mempunyai BJ atau kerapatan berpengaruh terhadap sifat fisik maupun
yang rendah. Bila dibandingkan dengan mekanis papan tersebut. Berdasarkan hasil
standar JIS A 5908 (2003), yang mensyaratkan perhitungan kadar air papan semen pada
kerapatan papan maksimal 1,2 gr/cm³ maka berbagai taraf perlakuan seperti yang disajikan
sebagian besar papan semen yang dibuat pada Lampiran 5, kadar air papan semen yang
memenuhi standar tersebut terutama pada dibuat dari kulit batang sagu ini berkisar antara
papan semen yang menggunakan persentase 7,67% - 8,02% nilai kadar air papan pada
lebih besar (6%). berbagai taraf dapat dilihat pada Tabel 6,
sedangkan histogram nilai kadar air papan
Kadar Air
untuk setiap jenis perlakuan disajikan pada
Kadar air merupakan salah satu sifat Gambar 4.
fisik papan semen yang menunjukan
Tabel 6. Rata-Rata Kadar Air Papan (%) Pada Berbagai Perlakuan
Tipe papan semen Rata-rata Kadar Air (%)
A1 B1 7,87
A1 B2 7,82
A1 B3 7,67
A2 B1 7,76
A2 B2 7,89
A2 B3 7,90
A3 B1 8,02
A3 B2 7,96
A3 B3 7,92

Keterangan :
A1B1 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 2%
A2B3 : kulit dibagian tengah, CaCl2 6%
A1B2 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 4%
A1B3 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 6% A3B1 : kulit dibagian ujung , CaCl2 2%
A2B1 : kulit dibagian tengah , CaCl₂ 2% A3B2 : kulit dibagian ujung , CaCl2 4%
A2B2 : kulit dibagian tengah , CaCl₂ 4% A3B3 : kulit dibagian ujung , CaCl2 6%

Histogram pada gambar 4 menunjukan sedangkan nilai kadar air terendah yaitu 7,67%
bahwa kadar air tertinggi setelah proses (A1B1) didapat pada papan semen yang
pengerasan selama 2 minggu yaitu 8,02% terbuat dari kulit batang sagu pada posisi
(A3B1) didapat pada papan semen yang pangkal dengan menggunakan katalis CaCl₂
terbuat dari kulit batang sagu pada posisi ujung 6%.
dengan menggunakan katalis CaCl₂ 2%,

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 211
.

Gambar 4. Histogram Kadar Air Papan Semen

Hasil analisis ragam seperti yang terlihat menunjukan perbedaan yang tidak nyata
pada Tabel 7 menunjukan bahwa posisi kulit terhadap kadar air papan.
batang sagu berpengaruh sangat nyata terhadap Hal ini berarti kadar air papan semen yang
kadar air papan dimana F-hitung masing- dihasilkan sangat dipengaruhi oleh posisi kulit
masing perlakuan lebih kecil dari F-tabel pada batang sagu. Posisi kulit batang sagu bagian
taraf 5%. Sementara Katalis dan interaksi pangkal mempunyai kerapatan bahan yang
kedua faktor tidak berpengaruh nyata. Hal ini lebih besar sehingga memiliki kadar air yang
berarti dalam pembuatan papan semen limbah sedikit, dibandingkan pada bagian ujung yang
batang sagu nilai kadar air papan yang memiliki kadar air yang lebih besar karena
dihasilkan tidak dipengaruhi oleh katalis memiliki sel-sel kulit batang yang masih muda
CaCl₂. Papan semen yang dihasilkan dalam atau sementara mengalami pertumbuhan
penilitian ini dengan proses pengerasan dengan pori-pori yang lebih besar.
lanjutan (curing) selama 2 minggu Jika mengacu pada standar JIS A 5908
menghasilkan nilai kadar air papan semen yang (2003), yang mengisyaratkan kadar air
hampir sama atau tidak berbeda secara maksimal dari papan semen 16%, maka
signifikan antar yang satu dan yang lain. seluruh papan semen yang dibuat dengan
Berdasarkan hasil perhitungan BNJ perlakuan posisi batang dan katalis CaCl₂ yang
(Lampiran.2) terhadap Faktor A (posisi kulit berbeda memenuhi standar tersebut dimana
batang sagu) yang berbeda sangat nyata, pada kisaran rata-rata kadar air papan semen yang
nilai faktor A terlihat bahwa A1terhadap A2 dibuat setelah proses pengkonsian selama 1
tidak berpengatuh nyata, sementara A1 minggu masih berada dibawa batas standar
terhadap A3 berpengaruh nyata terhadap kadar dengan nilai 7,67% - 8,02%.
air papan. Sedangkan A2 terhadap A3

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 212
Tabel 7. Analisis Sidik Ragam Kadar Air
F. Tebel
Sumber Keragaman Db JK JKT F.hitung
0,01 0,05
Posisi kulit batang (A) 2 0,145 0,0724 10,62** 4,07 2,97
Katalis CaCl₂ (B) 2 0,0003 0,00015 0,022tn 4,07 2,97
AB 4 0,001 0,0005 0,073tn 5,09 4,00
Galat 18 0,1228 0,0068
Total 26 0,269
Keterangan : ** = sangat nyata, tn = tidak nyata

Daya Serap Air

Daya serap air merupakan kemampuan papan nilai rata-rata setelah perendaman 24 jam
semen dalam menyerap air setelah terekspos berkisar antara 11,62% - 17,55%. Nilai rata-
atau terkena secara langsung ke air, ataupun rata pengujian daya serap air papan semen
direndam di dalam air. Pengujian daya serap setelah perendaman 2 jam dan 24 jam dapat
air dalam penilitian ini dilakukan melalui dilihat pada Tabel 8 dan histogram perbedaan
metode perendaman selama 2 jam dan 24 jam. daya serap air papan selama perendaman 2 jam
Nilai rata-rata daya serap air papan semen dan 24 jam pada berbagai taraf perlakuan
setelah perendaman 2 jam dalam berbagai taraf terlihat pada Gambar 5.
perlakuan berkisar antara 6,03% - 7,65% dan
Tabel 8. Rata-rata Daya Serap Air (%) Papan Semen Pada Berbagai Taraf Perlakuan
Tipe papan semen Rata-rata Daya Serap Air (%)
2 jam 24 jam
A1 B1 7,25 12,51
A1 B2 6,18 12,21
A1 B3 6,03 11,62
A2 B1 7,14 12,45
A2 B2 7,19 12,56
A2 B3 7,25 12,35
A3 B1 7,33 12,49
A3 B2 7,55 12,68
A3 B3 7,65 12,91
Keterangan :
A1B1 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 2%
A1B2 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 4% A3B1 : kulit dibagian ujung , CaCl₂ 2%
A1B3 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 6% A3B2 : kulit dibagian ujung , CaCl₂ 4%
A2B1 : kulit dibagian tengah , CaCl₂ 2% A3B3 : kulit dibagian ujung , CaCl₂ 6%
A2B2 : kulit dibagian tengah , CaCl₂ 4%
A2B3 : kulit dibagian tengah , CaCl₂ 6%

Histogram pada gambar 5 papan A1B3 yang berasal dari kulit batang
menunjukan bahwa nilai daya serap air 2 jam sagu pada posisi pangkal dengan
tertinggi yaitu 7,65% setelah perendaman 2 menggunakan katalis CaCl₂ 6%. Selanjutnya
jam di dapat pada papan A3B3 yaitu papan nilai rata-rata daya serap air papan setelah
yang dibuat dari kulit batang sagu pada posisi perendaman 24 jam terlihat bahwa nilai
ujung dengan katalis CaCl₂ 6%, sendangkan tertinggi yaitu 12,91% didapat pada papan
nilai terendah yaitu 6,03% didapat pada A3B3 yaitu papan yang dibuat dari kulit
DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 213
batang sagu pada posisi ujung dengan katalis papa posisi pangkal dengan katalis CaCl₂
CaCl₂ 6%, sedangkan nilai terendah yaitu 6%.
11,62% didapat pada papan A1B3 yaitu
papan yang terbuat dari kulit batang sagu

Gambar 5. Histogram Daya Serap Air 2 Jam dan 24 Jam Papan Semen

Tabel 9. Analisis Sidik Ragam Daya Serap Air 2 Jam Papan Semen
Sumber keragaman Db JK JKT F.hitung F. Tebel
0,01 0,05
Posisi kulit batang (A) 2 4,915 2,4577 10,29** 4,07 2,97
Katalis CaCl₂ ( B) 2 0,013 0,00009 0,004tn 4,07 2,97
AB 4 0,004 0,001 0,0042tn 5,09 4,00
Galat 18 4,299 0,2388
Total 26 9,231
Keterangan : ** = sangat nyata, tn = tidak nyata

Hasil analisis ragam seperti yang Berdasarkan hasil perhitungan BNJ


ditampilkan pada Tabel 9 dan 10 (Lampiran 3 dan 4) terhadap Faktor A (posisi
memperlihatkan bahwa posisi kulit batang kulit batang sagu) yang berbeda sangat nyata
berpengaruh nyata terhadap nilai daya serap untuk daya serap air 2 jam maupun 24 jam,
air papan setelah perendaman 2 jam dan 24 pada nilai faktor A terlihat bahwa
jam pada nilai taraf 5% dimana F-hitung A1terhadap A2 tidak berpengatuh nyata,
perlakuan posisi kulit batang lebih besar sementara A1 terhadap A3 berpengaruh
(10,29 dan 7,76) dari F-tabel (4,07). Hal ini nyata terhadap daya serap air papan.
berarti daya serap air papan semen Sedangkan A2 terhadap A3 menunjukan
dipengaruhi oleh posisi kulit batang sagu perbedaan yang tidak nyata terhadap daya
dalam proses pembuatan papan semen serap air papan.
tersebut.

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 214
Tabel 10.Analisis Sidik Ragam Daya Serap Air 24 Jam Papan Semen
Sumber keragaman Db JK JKT F.hitung F. Tebel
0,01 0,05
Posisi kulit batang (A) 2 1,523 0,76167 7,76** 4,07 2,97
Katalis CaCl₂ (B) 2 0,041 0,00009 0,001tn 4,07 2,97
AB 4 0,004 0,001 0,01tn 5,09 4,00
Galat 18 1,767 0,09817
Total 26 3,336
Keterangan : ** = sangat nyata, tn = tidak nyata

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 215
Kulit batang sagu pada bagian pangkal yang permukaan papan menjadi lebih rata (sedikit
digunakan dalam pembuatan papan semen berpori).
menyebabkan daya serap air papan semen Didalam JIS A 5908 (2003), nilai daya
rendah karena papan yang dihasilkan lebih serap air tidak disyaratkan. Walaupun
kompak dengan permukaan yang lebih halus demikian, nilai daya serap air papan semen
menunjukan partikel kayu terbungkus merata tersebut menunjukan besarnya pertambahan
dengan semen dan ikatan antara partikel lebih berat papan akibat masuknya air setelah
baik, apalagi ditunjang dengan katalis yang perendaman 2 jam dan 24 jam dibandingkan
ditambahkan dengan konsentrasi 6% dengan berat awalnya. Mengingat penyerapan
menyebabkan papan semen tidak mengandung air papan semen berhubungan erat dengan
banyak pori pada permukaan papan. stabilitas dimensi papan semen tersebut,
Menurut Djalab (1984), pada proses dimana perubahan bentuk akan terjadi apabila
pembuatan papan semen, sifat papan partikel papan mulai akan menyerap air (terutama oleh
sangat dipengaruhi oleh kondisi bahan baku partikel kulit batang sagu), maka dihendaki
(kerapatan tinggi/rendah) dan apabila semen jenis papan semen yang sudah tentu memiliki
tidak ditambahkan bahan adiktif/ katalis kemampuan menyerap air yang rendah
sebagai penahan atau penghambat air maka sehingga papan tidak mudah mengembang dan
menyebabkan nilai daya serap air papan semen stabilitas dimensi papan semen menjadi tinggi.
menjadi tinggi. Ditambahkan pula oleh Kondisi ini dimiliki oleh papan semen yang
Haygreen dan Bowyer (2003), ada beberapa terbuat dari kulit batang sagu pada posisi
bahan adiktif/katalis yang dapat ditambahkan pangkal dengan menggunakan katalis CaCl₂
pada papan komposit yang paling banyak 6%.
digunakan adalah kalsium silicate, wax dan
Pengembangan tebal
boraks sehingga meningkatkan resitensi
ketahan terhadap air dan membuat daya serap Pengembangan tebal merupakan salah
air menjadi kecil. satu bukti perubahan salah satu dimensi papan
Dalam penilitian ini, dirasakan juga akibat bertambahnya ketebalan dari papan
bahwa dengan digunakan katalis CaCl₂ dalam tersebut disebabkan adanya penyerapan air.
presentase 6%, cukup berpengaruh dalam Pengembangan tebal ini sangat berpengaruh
meningkatkan ketahan terhadap air karena terhadap stabilitas dimensi papan dan
katalis tersebut lebih memperkuat ikatan menentukan suatu papan dapat digunakan
antara semen dengan partikel kulit batang untuk keperluan eksterior atau interior (luar
sagu, sehingga papan menjadi lebih kompak ruangan atau dalam ruangan).
disamping lebih tinggi daya penutupan Pengembangan tebal yang tertinggi pada
terhadap permukaan partikel kulit batang sagu papan partikel atau sejenisnya, tidak dapat
dan tidak mudah menyerap air serta digunakan untuk keperluan eksterior karena

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 216
memiliki stabilitas dimensi produk yang Nilai rata-rata pengembangan tebal papan
rendah dan sifat mekanisnya akan rendah juga partikel setelah perendaman dapat dilihat pada
(Massijaya etal 2000 dalam Hasni, 2008). Tabel 11, sedangkan histogram pengembangan
Pengujian pengembangan tebal papan semen tebal papan semen pada berbagai taraf
dilakukan dengan merendam papan semen perlakuan dapat dilihat pada Gambar 6.
dalam air dingin selama 2 jam dan 24 jam.

Tabel 11. Rata-rata Pengembangan Tebal Papan (%) Pada Berbagai Taraf Perlakuan
Tipe Papan Semen Rata-rata Pengembangan Tebal (%)
2 jam 24 jam
A1 B1 1,78 1,92
A1 B2 1,73 1,91
A1 B3 1,64 1,90
A2 B1 1,80 1,94
A2 B2 1,78 1,95
A2 B3 1,79 1,97
A3 B1 1,82 1,97
A3 B2 1,81 2,10
A3 B3 1,80 2,14
Keterangan :
A1B1 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 2% A2B3 : kulit dibagian tengah, CaCl2 6%
A1B2 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 4%
A3B1 : kulit dibagian ujung , CaCl2 2%
A1B3 : kulit dibagian pangkal , CaCl₂ 6%
A2B1 : kulit dibagian tengah , CaCl₂ 2% A3B2 : kulit dibagian ujung , CaCl2 4%
A2B2 : kulit dibagian tengah , CaCl₂ 4% A3B3 : kulit dibagian ujung , CaCl2 6%

Hasil yang tergambar dalamTabel 12 Sementara pada perendaman 24 jam nilai


memperlihatkan bahwa nilai pengembangan tertinggi yaitu 2,14% terdapat pada papan
tebal 2 jam tertinggi yaitu 1,82% terdapat pada semen A3B3 yaitu papan semen yang terbuat
papan semen A3B1 yakni papan semen yang dari kulit batang sagu pada posisi ujung
terbuat dari kulit batang sagu pada posisi dengan katalis CaCl₂ 6%, dan nilai terendah
ujung dengan katalis 2%, sedangkan nilai yaitu 1,90% terdapat pada papan semen A1B3
terendah yaitu 1,64% terdapat pada papan yaitu papan semen yang terbuat dari kulit
semen A1B3 yaitu papan semen yang terbuat batang sagu pada posisi pangkal dengan katalis
dari kulit batang sagu pada posisi pangkal CaCl₂ 6%.
dengan katalis CaCl₂ 6%.
Tabel 12. Analisis Sidik Ragam Pengembangan Tebal 2 jam
Sumber keragaman Db JK JKT F.hitung F. Tebel
0,01 0,05
Posisi kulit batang (A) 2 0,047 0,02349 10,53** 4,07 2,97
Katalis CaCl₂ (B) 2 0,000 0,000085 0,038 4,07 2,97
AB 4 0,004 0,001 0,448 5,09 4,00
Galat 18 0,040 0,00223
Total 26 0,092
Keterangan : **: berbeda nyata; tn : tidak nyata ; n: nyata

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 217
Tabel 13. Analisis Sidik Ragam Pengembangan Tebal 24 Jam
Sumber keragaman Db JK JKT F.hitung F. Tebel
0,01 0,05
Posisi kulit batang (A) 2 0,122 0,06121 16,979** 4,07 2,97
Katalis CaCl₂ (B) 2 0,001 0,000085 0,023 4,07 2,97
AB 4 0,004 0,001 0,027 5,09 4,00
Galat 18 0,065 0,00360
Total 26 0,192
Keterangan : **: berbeda nyata; tn : tidak nyata ; n: nyata

Hasil analisis sidik ragam pada karena partikel kayu terbungkus merata
pengembangan tebal 2 jam dan 24 jam dengan semen dan ikatan antara partikel lebih
menunjukan bahwa posisi kulit batang sagu baik, apalagi ditunjang dengan katalis yang
dan presentasi katalis CaCl₂ yang digunakan ditambahkan dengan konsentrasi 6%
berpengaruh nyata terhadap nilai menyebabkan papan semen tidak mengandung
pengembangan terbal papan,dimana F-hitung banyak pori pada permukaan papan.
taraf (5%) lebih besar dari F-tabel (5%). Hal Setiawati (2000), menyatakan bahwa
ini berarti pengembangan tebal papan semen di pengembangan tebal diduga ada hubungan
pengaruhi oleh posisi kulit batang sagu dan dengan absorbsi air, karena semakin banyak
presentase katalis CaCl₂ yang digunakan. air yang diabsorbsi dan memasuki struktur
Berdasarkan hasil perhitungan BNJ partikel kayu atau bahan lignoselulosa lainnya,
(Lampiran 5 dan 6) terhadap Faktor A (posisi maka semakin banyak pula penambahan
kulit batang sagu) yang berbeda sangat nyata dimensi yang dihasilkan. Hal tersebut
untuk pengembangan tebal setelah dibuktikan dengan adanya pengembangan
perendaman 2 jam maupun 24 jam, pada nilai tebal pada papan walaupun nilainya tidak
faktor A terlihat bahwa A1terhadap A2 tidak terlalu tinggi.
berpengatuh nyata, sementara A1 terhadap A3 Dalam JIS A 5908 (2003), nilai
berpengaruh nyata terhadap pengembangan pengembangan tebal yang diisyaratkan bagi
tebal papan. Sedangkan A2 terhadap A3 papan yang berukuran tebal 12 mm adalah
menunjukan perbedaan yang tidak nyata kurang lebih 1 mm atau sebesar 8,3% dan bila
terhadap pengembangan tebal papan. dibandingkan dengan hasil penelitian
Kulit batang sagu pada bagian pangkal menunjukan bahwa papan semen yang dibuat
yang digunakan dalam pembuatan papan dengan waktu pengerasan 2 minggu sudah
semen menyebabkan daya serap air papan memenuhi batas toleransi pengembangan tebal
semen rendah dan berkorelasi dengan papan semen yang diisyaratkan. Papan semen
pengembangan tebal yang rendah pula, yang dibuat dalam penilitian seluruhnya
dikarenakan papan yang dihasilkan lebih memenuhi batas standar pengembangan tebal
kompak dengan permukaan yang lebih halus papan yang disyaratkan JIS A 5908 (2003).

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 218
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kulit batang sagu pada berbagai posisi Kadar air papan semen dipengaruhi
ketinggian (pangkal, tengah dan oleh posisi kulit batang sagu.
ujung) dapat dimanfaatkan dalm 4. Rata-rata daya serap air papan semen
proses pembuatan papan semen berkisar setelah perendaman 2 jam
dimana papan yang terbuat dari kulit berkisar antara 6,03-7,65% dan
batang bagian pangkal dengan katalis sedangkan setelah perendaman 24 jam
CaCl₂ 6% memiliki sifat fisik yang berkisar antara 11,62% -12,91%.
baik dan memenuhi standar JIS A Pengembangan tebal papan semen
5908 (2003). setelah perendaman 2 jam rata-rata
2. Kerapatan papan semen berkisar berkisar pada 1,62-12,91%, sedangkan
antara 1,19 - 1,26 gr/cm³. Nilai setelah perendaman 24 jam berkisar
kerapatan papan semen tertinggi 1,26 antara 1,40% - 3,41%. Daya serap air
gr/cm³ terdapat pada papan yang dan pengembangan tebal dipengaruhi
terbuat dari kulit batang sagu pada oleh posisi bahan baku yaitu kulit
posisi pangkal dengan katalis CaCl₂ batang sagu pada bagian pangkal dan
6% (A1B3), sedangkan nilai kerapatan ditunjang dengan penambahan katalis
terendah yaitu 1,19 gr/cm³ terdapat CaCl₂ 6%. Katalis CaCl2 6%
pada papan yang terbuat dari kulit menghasilkan papan dengan stabilitas
batang sagu pada posisi ujung dengan dimensi yang tinggi dengan nilai daya
katalis CaCl₂ 2% (A3B1). Posisi kulit serap air dan pengembangan tebal
batang sagu berpenggaruh nyata yang rendah.
terhadap kerapatan papan. 5. Produk papan semen yang terbuat dari
3. Kadar air papan semen berkisar antara kulit batang sagu dan katalis CaCl₂
7,67% - 8,02%. Kadar air tertinggi dalam penilitaian ini memenuhi
yaitu papan semen 8,02% terdapat standar JIS A 5908 (2003).
pada papan semen terbuat dari kulit
batang sagu pada posisi ujung dengan
katalis 2%, sedangkan nilai terendah
yaitu 7,67% pada papan semen yang
terbuat dari kulit batang sagu pada
posisi pangkal dengan katalis 6%.

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 219
DAFTAR PUSTAKA

Bison, 1975. Cement-Bonded Particleboard dan Pemanfaatan Sagu. Kanisius,


Plant Integrated With Low Cost Bogor.
Housing Production Unit Case Haygreen dan Bowyer, 1989. Hasil Hutan
Study Prepared for FAO, Portofolio dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar.
of Scale Forest Industries for Gadjah Mada University Press,
Developing Countries. Bison Werhe Yohyakarta.
Bahre and Breten Bmtt and Co. 3257 Hermawan, D., 2001. Manufacture of
Spring IFR. Germany. Cement-Bonded Particleboard Using
Brown, HP., Panshin, AJ., and Forsaith, Carbon Dioxide Curing Technology.
CC., 1952. Text Book of Wood Disertation Presented to the
Technology, Vol.II, McGraw-Hill Departement of Forest and Biomass
Book Company, Inc., New York. Science. Graduate School of the
Coutts, RSP., 2000. Natural Fiber-cement Faculty of Agriculture. Kyoto
Composite : An Australian University.
Prespectives.” Proceeding Wood- Japanese Standards Association. 1994.
Cement Composite in the Asia-Pacific Japanese Industrial Standard (JIS)
Region. hlm. 131-139. Australian Particle Board. No. 5908-1994.
Centre for International Agricultural Jose & A. Rasyad, 1997. Sago : the future
Research (ACIAR). 10 Desem ber source of food and feed. Riau
2000. Rydges Hotel, Canberra, University. Training Center,
Australia. Pekanbaru. p.225-30.
Djumadi, A., 1989. Sistem Pertanian Sagu Kamil, R. N., 1970. Prospek Pendirian
di Daerah Luwu Sulsel. Thesis Pasca Industri Papan Wol Kayu di
Sarjana IPB. Bogor. Indonesia, Pengumuman No. 95.
Fernandes, EC., CRG., Lamason, TS. LPHH. Bogor.
Delgado, 2000(a). Cement- Bonded Louhenapessy, JE., 1998. Sagu di Maluku
Board From Wastewater treatment (Harapan dan Tantangan dalam
sludge of a recycled paper Mill. Pembangunan), Disampaikan dalam
Proceeding Wood-Cement Composite Seminar Berkala pada Pusat Studi
in the Asia-Pacific Region. hlm. 73- Maluku, Unpatti, Ambon.
80. Australian Centre for Inter Maail, R.S., 2011. Curing and Degradation
national Agricultural Research Processes of Cement Bonded
(ACIAR). 10 Desember 2000. Rydges Particleboad by Supercritical CO2
Hotel, Canberra, Australia. Treatment, J. Wood Sci (2011)
Fernandes, EC., VP. Tajaon, 2000(b). The 57:302-307.
use and processing of rice straw in Maloney, TM. 1977. Modern Particle Board
the manufacture of cement-bonded an dry Proces Fiberboard
fiberboard. Proceeding Wood-Cement Manufacturing. San Fransisco: Miller
Composite in the Asia-Pacific Re- Freeman Inc.
gion. hlm. 49-54. Australian Centre Masri, S., 1998. Pengaruh Panjang Sabut,
for International Agricul- tural Katalisator dan Kadar Semen
Research (ACIAR). 10 Desember Terhadap Sifat Papan Semen Sabut
2000. Rydges Hotel, Canberra, Kelapa (Cocos nucifera L.). Skripsi.
Australia. Fakultas Kehutanan IPB, Bogor.
Flach, M., 1983. Yield Potential of the sago Meulenhoff, M. dan Tambunan, B., 1980.
palm (Metroxyloan sagu) and its Perencanaan Industri Panil – Panil
realisation . Proc . Sago Conference Kayu dalam Rangka Pemanfaatan
in Serawak. Malaysia . Limbah. Diskusi Industri Perkayuan.
Harsanto, P.B., 1986. Budidaya dan Maret 26 – 27. Jakarta.
Pengolahan Sagu. Kanisius. Miller, D.P. and A.A. Moslemi, 1991. Wood
Yogyakarta. Cement Composite: Species and
Haryanto, B. dan Pangloli, P.1992. Potensi Heartwood-Sapwood Effect on
DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 220
Hydration and Tensile Strength. 2000.
Forest Products Journal, Volume 41 Setiawati, W., 2000. Pengaruh Perendaman
No.3. Forest Products Research Partikel, Macam Katalis dan Kadar
Society, Madison, WI, USA. Katalis terhadap Sifat Papan Semen
Moslemi, A.A., 1994. Inorganic Bonded Partikel Bambu Betung
Wood and Fiber Composite : (Dendrocalamus asper Backer).
Technologies and Application Second Skripsi. Fakultas Kehutanan IPB.
Pasific Rim Bio Based Composite Bogor. Tidak Diterbitkan.
Symposium. November 6-9. Simatupang, 1974. Pembuatan dan
Vancouver. Canada. Penggunaan Campuran Semen dan
Moslemi, A.A; I.F. Garcia and A.D. Kayu Sebagai Bahan Bangunan,
Hotstrand, 1983. Effect of Various Kehutanan Indonesia 390-392.
Treatment and Additives on Wood – Soekarto, S.T., dan S. Wijandi, 1983.
Portland Cement – Water System. Prospek pengembangan sagu sebagai
Wood and Fiber Science 15 (2). PP sumber pangan di Indonesia. Biro
164 – 176 Koordinasi dan Kebijaksanaan Ilmiah,
Mulyono, T., 2003. Teknologi Beton. LIPI . Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional. Subianto, B., 1998. The Effect of Cement
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. after Pre-Treatment of Particle on
Jakarta. Cement Bonded Particleboard
Pease, D.A., 1994. Panel : Product, Properties. Production Technology of
Applications and Production Trends, Cement Bonded Particleboard from
Miller Freeman, USA. Tropical Fast Growing Species I. Di
Purnomo, E., 1988. Pengaruh Perlakuan dalam : Hadi YS, editor. Proceedings
Awal, Katalisator dan Kadar Semen The Fourth Rim Bio-Based
Terhadap Sifat Papan Semen Sabut Composites Symposium, Bogor, 2-5
Kelapa. Skripsi. Fakultas Kehutanan November 1998.
IPB. Bogor. Sutigno, et.al., 1977. Sifat Papan Semen
Purwoko, T. dan Bedjo, 1980. Petunjuk Lima Jenis Kayu. Laporan (Report)
Praktek Batu dan Beton Jilid 1. No. 96. Lembaga Penelitian Hasil
Depatemen Pendidikan dan Hutan. Bogor.
Kebudayaan. Direktorat Pendidikan Sutigno, P., 1979. Catatan Mengenai
Menengah dan Kejuruan. Beberapa Industri Kayu di Sumatera.
Riyanto, 2003. Pengaruh Pemberian Laporan No.135. Lembaga Penelitian
Accelerators CaCl2 dan Na2SO4 Hasil Hutan. Badan Penelitian dan
Terhadap Sifat Fisis Mekanis Papan Pengem-bangan Pertanian.
Semen Partikel. Skripsi. Fakultas Departemen Pertanian. Bogor.
Kehutanan IPB. Bogor. Tidak Tenda, E.T, H.F. Mangindaan dan J.
Diterbitkan. Kumaunang. Eksplorasi Jenis-Jenis
Rumalatu, FJ., 1981. Distribusi dan Potensi Sagu Potensial di Sulawesi Tenggara.
Pati Beberapa Sagu (Metroxylon , sp) Makalah Poster Pada Seminar
di Daerah Seram Barat. Karya Nasional.
Ilmiah, Fakultas Pertanian/Kehutanan
yang Berafiliasi dengan Fateta IPB.
Bogor.
Semple, K.E., and P.D., Evans, 2000.
Screening Inorganic Additives for
Ameliorating the Inhibition of
Hydration of Portland Cement by the
Heratwood of Acacia mangium in
Wood-Cement Composites in the
Asia-Pacific Region. Proceeding of a
Workshop Held at Rydges Hotel,
Canberra Australia, 10 Desember
DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 221
.

DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 222
DOI:10.30598/jhppk.2017.1.3.203
ISSN ONLINE : 2621-8798 Page 223

Anda mungkin juga menyukai