Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

ACARA 1

PENYIAPAN SAMPEL

Disusun oleh:

Nama : Geraldine Nareswari

NIM : 20/459105/KT/09270

Kelas :C

Co-Ass : Kak Jasmine Amelia Sidik

LABORATORIUM PEMBENTUKAN DAN PENINGKATAN KUALITAS KAYU

DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2021
ACARA 1

PENYIAPAN SAMPEL

I. TUJUAN

Tujuan dari praktikum acara pertama dalam penyiapan sampel ini adalah :

1. Memahami proses pembuatan sampel dari fisik, sifat mekanika, dan sifat kimia kayu.
2. Memahami hal-hal yang harus dipersiapkan dalam pembuatan sampel tiap sifat fisika,
sifat mekanika, dan sifat kimia kayu.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kayu merupakan bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk ukir kayu
tradisional. Menurut Dumanauw (1990:1) menjelaskan bahwa kayu merupakan hasil hutan dari
sumber kekayaan alam merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk menjadi barang
sesuai kemajuan teknologi (Martono, 2019). Sumber lain juga menjelaskan bahwa kayu
merupakan suatu bahan yang diperoleh dari hasil pemungutan dan penebangan pohon di hutan
sebagai bagian dari suatu pohon. Ditinjau dari tujuan penggunaan kayu sendiri, kayu dapat
dibedakan atas kayu pertukangan/kerajinan, kayu industri, dan kayu bakar (Enget, dkk. 2008).

Dari kayu-kayu tersebut terdapat sifat-sifat kayu. Adapun sifat-sifat kayu terdiri dari
kekuatan, kekerasan, kelakuan dan density (kepadatan) (Bakri, 2008). Sifat-sifat kayu seperti
kadar air, kerapatan/berat jenis (BJ), dan permeabilitas juga sangat menentukan mudah
tidaknya kayu dikeringkan. Pengaruh pengeringan terhadap sifat mekanis umumnya positif
karena sebagian besar kekuatan dan elastisitas kayu akan meningkat. Salah satu kelemahan dari
kayu adalah tidak stabilnya dimensi kayu akibat sifat higroskopis yang dimiliki. Higroskopis
ini mengindikasi bahwa kayu dapat menyerap uap air dari udara masuk ke dalam kayu dan
mampu melepas uap air dari dalam kayu ke udara sekitar. Ada juga sifat anisotropis yang
dimana terkait dengan perbedaan sifat fisis kayu menurut tiga arah yang berbeda yaitu radial,
tangensial, dan longitudinal (Efrida Basri dkk., 2018).

Dalam bahan yang berstruktur sederhana, berat jenis/density ini adalah sifat yang tidak
tergantung pada struktur. Kepadatan ini sebagai indikasi dari sifat mekanis lainnya. Kepadatan
sendiri ialah jumlah bahan penyusun dinding sel maupun zat lain yang akan memberikan sifat
kekuatan pada kayu Menurut Maeglin (1967) dkk, mengatakan bahwa di hutan tanaman,
kerapatan tegakan ini digunakan untuk mengoptimalkan hasil kayu dan agar kayu memiliki
kualitas serta menjaga kesehatan hutan (Gary C. Mayers dkk., 2006). Kepadatan kayu
menggambarkan invenstasi karbon dalam tanaman dalam jaringan pengangkut terhadap ukuran
batang dan banyak aspek ekologi tumbuhan. Kepadatan kayu ini berhubungan negatif dengan
laju pertumbuhan, namun berhubungan positif dengan kelangsungan hidup dan umur pohon
(Martínez‐Cabrera et al., 2009).

Kepadatan kayu ini juga dikenal sebagai faktor yang memengaruhi kekuatan kayu.
Semakin tinggi density spesies kayu, cenderung mempunyai kekuatan lebih besar dibandingan
dengan kayu yang memiliki density lebih rendah daripada kayu. Kepadatan kayu ini dapat
diukur dengan menggunakan metode ovendry dimana spesimen kayu dipotong sepanjang 25
mm arah melintang dan di oven pada temperatur 103ͦC ± 2ͦC sampai mencapai berat yang
diinginkan. Volume arah melintang ditentukan dari pengukuran dimensi fisik. Kepadatan kayu
ini hanya bisa ditentukan pada kondisi kadar lengas kayu kering mutlak. Kerapatan kayu sangat
tergantung pada banyaknya dinding sel tiap satuan isi (Frida Kistiani, 2006).

Kayu merupakan bahan yang mempunyai sifat higroskopis. Dimana disitu terdapat kadar
air yang merupakan gambaran mengenai banyaknya air yang ada pada suatu kayu. Menurut
Haygreen dan Bowyer (1996) kadar air ini didefinisikan sebagai persen berat kayu bebas air
atau kering tanur, sedangkan menurut USDA, kadar air kayu didefinisikan sebagai berat air
dalam kayu yang dinyatakan dalam pecahan (E. Manuhuwa, 2007). Biasanya ini didapat dalam
persen dari berat kering kayu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika melakukan
penentuan kadar air yaitu jika menggunakan penimbangan sampel kecil adalah pengaruh dari
kondisi sampel yang diuji dan juga kandungan resin dalam kayu. jika sampel yang diuji bukan
dalam kondisi segar, sangat memungkinkan jika sampel tersebut akan terbasahi oleh udara
sekitar yang lebih basah sehingga kadar air yang diperoleh akan rancu sebab kandungan resin
atau bahan ekstraktif ini memiliki sifat menguap juga akan merancukan perhitungan kadar air
(Tomy Listyanto, 2018).

Dalam penentuan kualitas kayu, ada sifat yang mendasar untuk penentuan tersebut, yaitu
sifat fisika, sifat kimia, dan sifat mekanika kayu. Uji sifat fisika atau fisis pada kayu bertujuan
untuk mengetahui kadar air, berat jenis, dan perubahan dimensi) yang diperoleh dari
lempengan pangkal, tengah, dan ujung batang. Dalam penentuan sifat fisika kayu dengan
sampel berupa berat jenis kayu dan penyusutan yang berkaitan dengan dimensi kayu akan
memerlukan ukuran yang berbeda. Uji sifat kimia digunakan untuk menentukan komponen
yang terikat di dinding sel. Komponen yang terikat terdiri dari holoselulosa yaitu selulosa dan
hemiselulosa serta lignin, sedangkan yang ada dalam rongga sel adalah zat ekstraktif. Terakhir
sifat mekanisme kayu yang dimana merupakan sifat yang dihubungkan dengan kemampuan
kayu untuk menahan beban yang bekerja pada kayu itu. Hal ini berguna untuk keperluan
konstruktif. Sifat mekanisme kayu berhubungan dengan kerapatan kayu itu sendiri dimana ini
memengaruhi kekuatan kayu itu (Akhrudin Maddu dkk., 2020).

III. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu :

Alat :

1. Gergaji mesin
2. Penggaris
3. Pensil
4. Jangka sorong
5. Alat tulis
6. Plastik
7. Timbangan
8. Penyaring

Bahan :

1. Disk kayu wadang (Pterostermum javanicum) dengan ukuran


~ Sifat Fisika
Uji berat jenis dan kadar air sampelnya berukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm
Uji penyusutan dimensi sampelnya berukuran 2 cm x 2 cm x 4 cm
~ Sifat Kimia
Menggunakan serbuk hasil dari pemotongan sifat fisika dengan ukuran 40 – 60 mash
~ Sifat Mekanika
Sampel berukuran 2 cm x 2 cm x 30 cm dalam keadaan kering udara
IV. CARA KERJA

Adapun cara kerja yang dilakukan pada acara 1 yaitu :

Menyiapkan disk kayu dengan ketebalan 8 cm yang sudah terbungkus plastik yang tujuannya
agar disk kayu tetap segar agar kadar air dalam kayu tidak berkurang. Kemudian menyiapkan
alat-alat seperti gergaji mesin, penggaris, alat tulis, jangka sorong, dan timbangan.

A. Sifat Fisika Kayu


1. Disk kayu terlebih dahulu disiapkan yaitu kayu wadang (Pterospermum javanicum)
dengan ketebalan 8 cm.
2. Kemudian kayu diukur dengan garis melintang pada titik tengah melewati empulur. Buat
2 garis lagi di kanan dan kiri dengan jarak yang sama misal 2 cm.
3. Sampel yang digunakan hanya 1 sisi saja.
4. Setelah diukur, kemudian di gergaji yang kemudian disesuaikan gergajinya dengan garis
yang sudah diukur tadi.
5. Setelah mendapatkan sampel, kemudian diberi nomor pada balok kayu dari hati ke kulit
mulai dari 1, 2, 3, dan 4.

Pada langkah fisika ini, yang diuji yaitu uji berat jenis dan kadar air serta uji penyusutan
atau perubahan dimensi. Pada uji berat jenis dan kadar air, disk kayu yang digunakan yaitu
ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm. Sementara untuk uji penyusutan dimensi, kayu yang digunakan
yaitu ukuran 2 cm x 2 cm x 4 cm

B. Sifat Kimia Kayu


1. Sisa hasil pemotongan sifat fisika, digunakan dalam sifat kimia kayu.
2. Serbuk atau mash dikumpulkan dalam wadah yang sudah dikering udarakan
3. Disaring untuk mendapatkan ukuran 40-60 mash

C. Sifat Mekanika Kayu


1) Papan kayu disiapkan terlebih dahulu.
2) Kemudian dibuat garis dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 30 cm dengan 30 cm ke arah
longitudinal.
3) Papan kayu sudah harus kering udara
4) Papan kayu diukur terlebih dahulu dengan ukuran 30 cm dengan panjang arah
longitudinal dan 2 cm x 2 cm untuk tebalnya. Lakukan sebanyak 3 kali.
5) Sebelum dilakukan pemotongan diberi angka 1-3 mulai dari hati ke kulit
6) Kemudian dipotong
7) Setelah sampel dipotong kemudian dilakukan penimbangan
8) Dilakukan waterpass agar timbangan seimbang lalu awalannya tekan zero dulu
kemudian ditimbang hingga konstan dan dicatat. Setelah itu hitung lagi dengan
menekan zero dan ditimbang hingga konstan dan dicatat.
9) Kemudian dikasih kode/label pada kayu tersebut
10) Setelah dilakukan pengujian, selanjutnya mengetahui penampang kayu dengan menguji
penampang tangensial. Jika penampang tangensial sudah ditemukan, maka akan
menemukan penampang transversal dan longitudinal.
11) Lalu diberi tanda dan diukur dimensinya.
12) Selanjutnya dilakukan penggukuran lebar pada tangensial pada bagian ujung kanan kiri
batang menggunakan jangka sorong.
13) Setelah diukur lebar kanan kirinya, kemudian dicari rata-ratanya
14) Lanjut kemudian tebalnya diukur bagian ujung kanan dan kiri kemudian dihitung rata-
ratanya.
15) Setelah itu, dihitung panjang baloknya.

Pada uji mekanika ini dilakukan untuk mengetahui uji kelengkungan statis.

V. HASIL DATA

Gambar 5.1 Pembuatan Sampel Uji Sifat Fisika Penentuan Berat Jenis dan Kadar Air
Gambar 5.2 Pembuatan Sampel Uji Sifat Fisika Penentuan Penyusutan Dimensi

Gambar 5.3 Pembuatan Sampel Uji Sifat Mekanika Kayu

Gambar 5.4 Pembuatan Sampel Uji Sifat Kimia Kayu


VI. PEMBAHASAN

Pada praktikum acara 1 ini yang membahas mengenai penyiapan sampel dimana tujuannya
adalah untuk memahami proses serta hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan uji sampel
kayu. Bahan yang digunakan adalah kayu wadang (Pterospermum javanicum) karena kayu ini
cukup jarang ada penelitiannya. Sampel kayu yang digunakan juga berupa disk yang awalnya
sudah terbungkus plastik agar kayu tersebut masih segar agar kandungan di dalamnya tidak
berubah maupun kadar air di dalamnya tidak berkurang. Adapun alat yang dibutuhkan yaitu
alat tulis (pensil, penggaris, kertas, label nama), gergaji mesin, jangka sorong, penyaringan,
plastik, dan timbangan. Dalam uji kali ini menggunakan metode bernama British Standart
Method karena sampelnya kecil sehingga mudah dalam pengujian.

Sampel kayu ini dilakukan uji sifat fisis, kimia, dan mekanik. Uji yang pertama yaitu uji
sifat fisika dimana uji ini dilakukan untuk mengetahui kadar air dalam kayu, berat jenis, dan
perubahan dimensi. Pembuatan sampel menggunakan disk dengan tebal ± 8 cm. Dalam
pegujian berat jenis dan jadar air menggunakan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm, sedangkan untuk
pengujian penyusutan dimensi menggunakan kayu berukuran 4 cm x 2 cm x 2 cm. Kayu diukur
pada bagian tengah empuluh sebagai sumbu menuju ke ujung-ujung kayu. Kemudian membuat
2 garis sejajar dengan jarak 2 cm di atas dan 2 cm di bawah garis sumbu. Untuk sampel yang
digunakan hanya 1 sisi saja, kanan atau kiri. Setelah dilakukan pengukuran, kemudian dipotong
menggunakan gergaji. Setelah itu, sampel tersebut diberi nomor 1 sampai 4 mulai dari hati
menuju ke kulit. Setelah itu, dari sampel tersebut dilakukan ke pegujian berat jenis dan kadar
air serta uji penyusutan dimensi.

Selanjutnya masuk ke uji mekanika kayu dimana bahan yang digunakan yaitu kayu wadang
dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 30 cm yang sudah kering udara. Dimana panjang 30 cm itu sudah
menunjukkan arah longitudinal. Uji mekanika kayu ini bertujuan untuk menguji kelengkungan
statis pada kayu wadang. Setelah menyiapkan kayu berukuran 2 cm x 2 cm x 30 cm yang sudah
diukur dan kayu itu yang sudah dikering udarakan, kemudian kayu itu diberi nomor 1 sampai
3 dari hati menuju ke kulit yang selanjutnya dilakukan pemotongan. Lalu melakukan
penimbangan yang sebelumnya timbangan tersebut sudah dilakukan waterpass agar timbanagn
seimbang. Sebelum kayu ditimbang, harus menekan zero agar timbangan tersebut konstan dan
baru menimbang kayu tersebut dan kemudian dicatat hasilnya. Melakukan penimbangan tidak
hanya dilakukan satu kali, tetapi 2 atau 3 kali agar menemukan hasil yang akurat dengan catatan
setiap ingin menimbang lagi harus menekan zero lagi. Setelah itu, potongan sampel itu diberi
label. Setelah pengujian penimbangan selesai, menentukan arah serat yang meliputi
longitudinal, radial, dan tangensial. Selanjurnya melakukan uji penampang tangensial. Uji ini
menggunakan jangka sorong untuk mengukur tebal dan lebar pada ujung kanan dan ujung kiri.
Pertama mengukur tebal pada setiap ujung kayu kemudian dicatat dan dirata-rata. Setelah itu,
melakukan hal yang sama, mengukur lebar kayu menggunakan jangka sorong pada bagian
ujung kanan dan ujung kiri kemudian hasilnya di rata-rata.

Uji yang terakhir yaitu pengujian kimia kayu. Pengujian ini menggunakan bahan yang
sudah digunakan dalam sifat fisika. Hal ini karena dalam pengujian sifat fisika lebih
representatif pada pemotongan arah transversal, sedangkan pada sifat mekanik uji yang
dilakukan yaitu longitudinal sehingga tidak representatif. Saat melakukan pemotongan pada
sifat fisika, ada serbuk yang terbuang. Serbuk-serbuk itulah yang digunakan dan disaring.
Serbuk yang digunakan sebesar 40 – 60 mash dimana artinya sebuk kayu lolos pada 40 mash
dan tertahan pada 60 mash. Kemudian serbuk tersebut disimpam dalam plastik yang agak
terbuka agar serbuk tak lembab yang menyebabkan munculnya jamur.

VII. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dalam acara 1 dalam penyiapan sampel ini adalah pada
praktikum yang digunakan adalah kayu wadang (Pterospermum javanicum) dimana kayu ini
masih jarang digunakan untuk penelitian sehingga digunakan dalam praktikum kali ini. Kayu
ini yang sudah berbentuk disk, sebelumnya sudah dibungkus oleh plastik yang dimana
bertujuan agar kadar air dalam air tidak berkurang dan tetap terasa segar. Adapun alat yang
dibutuhkan yaitu alat tulis, gergaji mesin, jangka sorong, label nama, penyaringan, plastik, dan
timbangan. Proses yang diuji ada sifat fisika, sifat kimia, dan sifat mekanika. Dimana uji fisika
untuk menguji berat jenis dan kadar air serta penyusutan dimensi. Untuk uji kimia
menggunakan serbuk, sedangkan pada uji mekanika untuk menguji kelengkungan statis.

Beberapa yang perlu diperhatikan saat uji sifat fisika harus menggunakan kayu yang segar
karena pengujiannya akurat dan kandungan air dalam kayu tak berkurang ini untuk menghitung
berat jenis yang ada pada kayu tersebut. Untuk uji sifat mekanika menggunakan kayu kering
udara yang dimana ini digunakan agar mengetahui tingkat kepadatan kayu. Sementara pada
pengujian sifat kimia menggunakan bahan yang sudah digunakan dalam sifat fisika. Hal ini
karena dalam pengujian sifat fisika lebih representatif pada pemotongan arah transversal,
sedangkan pada sifat mekanik uji yang dilakukan yaitu longitudinal sehingga tidak
representatif.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Bakri. 2008. Analisis Sifat Mekanis Kayu Ebony di Sulawesi Tengah. Jurnal SMARTek, Vol.
6 (1) : 9 – 17.

Basri, Efrida dkk., 2018. Teknologi Pengeringan Kayu. Bogor: IPB Press.

Cabrera , Martínez et al., 2009. Wood Anatomy and Wood Density in Shrubs: Responses to
Varying Aridity Along Transcontinental Transects. American Journal of Botany, Vol.
96 (8) : 1 – 11.

Enget, dkk., 2008. Kriya Kayu. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Kistiani, Frida. 2006. Tinjauan Kuat Tekan dan Kuat Tarik Kayu Berdasarkan PKKI 1961.
Jurnal Media Komunikasi Teknik Sipil, Vol. 14 (2) : 206 - 213.

Listyanto, Tomy. 2018. Teknologi Pengeringan Kayu dan Aplikasinya di Indonesia.


Yogyakarta : Gadjah Mada

M, Gary C. et al., 2006. Effect of Plantation Density on Wood Density and Anatomical
Properties of Red Pine (Pinus Resinosa AIT.). Journal Wood and Fiber Science, Vol
39 (3) : 5-3 – 512.

Maddu, Akhrudin dkk., 2020. Sifat Dasar Kayu Ganitri (Elaeocarpus sphaericus (Gaertn.) K.
Schum.). Jurnal Ilmu Kehutanan, Vol. 14 : 109 – 118.

Manuhuwa , E., 2007. Kadar Air dan Berat Jenis Pada Posisi Aksial dan Radial Kayu Sukun
(Arthocarpus communis, J.R dan G.Frest). Jurnal Agroforestri, Vol. II (1) : 49 – 55.

Martono. 2019. Kriya Kayu Tradisional. Yogyakarta: UNY Press.

Anda mungkin juga menyukai