Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Ilmu Kayu

SIFAT FISIKA KAYU

Nama anggota :1. Syarviah Desywijaya


2. Natalia Prihartiwi
3. Musdalifah
4. Indri Iriani
5. Nursafitri
6. Herlin Patandean
7. Febri
8. Ian Pradana

Kelompok/Kls : IV (Empat) B
Asisten :1. Desi Patandianan
2. Ainun Ade Putri K

LABORATURIUM PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu adalah hubungan antar 3 dimensi molekul. Dari pernyataan tadi, maka
kayu memiliki sifat kimia, sifat fisika dan mekanika. Pemanfaatan kayu secara
maksimum dapat dicapai apabila sifat-sifat dasardari kayu tersebut diketahui dengan
jelas. Variasi sifat dasar ini biasanya mengikuti posisi
(letak) kayu dalam batang baik secara radial maupun aksial. Pada kedudukan aksial
umumnya sifat-sifat kayu bagian pangkn perbedaan berbeda dengan bagian ujung.
Hal ini disebabkan waktu pembentukan kayu yang berbeda-beda diperkirakan akan
turut mempengaruhisifat fisik kayu diantaranya kadar air dan berat jenis. Pada
kedudukan radial variasi sifat-sifat kayu disebabkan oleh keadaaan lingkungan dan
perbedaan musim yang selalu berubah dari waktu ke waktu.
Sifat-sifat kayu tidak dapat dipisahkan karena masing-masing memiliki peran
dan proporsi yang berbeda-beda dalam membentuk kualitas kayu dalam
pemanfaatannya. Jikadilihat dari fisika kayu, ada beberapa hal yang dapat ditinjau
dari air dalam kayu, kadar air kayu, kerapatan ataun berat jenis, dan kembang susut.
Di dalam struktur kayu terdapat factor inherent yaitu, jumlah zat bdinding sel, jumlah
air yang terdapat dalam dinding sel, proporsi komponen kimia kayu, susunan dan
orientasi lapisan dinding sel, dan jenis, ukuran, proporsi serta susunan sel-sel.
Kadar air merupakan banyaknya air yang kandungan kayu yamg dinyatakan
dalam persen terhadap berat kering tanurnya (Brown, et al. 1952). Tsoumis (1991)
mengemukakan bahwa besarnya kadar air dalam pohon hidup bervariasi antara 30-
300% tergantung dari spesies pohon, (hardwood atau softwood), posisi dalam batang
(vertikal dan horizontal) serta musim (salju, semi, panas, dan gugur). Didalam sel,
keberadaan air dikelompokkan menjadi dua yaitu air bebas yang terletak pada rongga,
memberikan pengaruh berat pada kayu serta air terikat yang terletak pada dinding sel
dan mikrofoid yang memberikan pengaruh berat dan dimensi pada kayu. Jumlah air
bebas tergantung porositas dan volume kayu (Siau, 1971). Pengaruh perubahan
dimensi yang disebabkan karena arbsorsi atau desorpsi air terikat terjadi pada kondisi
kadar air dibawah titik jenut serat (TJS). Peristiwa ini dikenal dengan pengembangan
dan penyusutan kayu. Penyusutan kayu selain dipengaruhi oleh kadar air juga
dipengaruhi oleh berat jenis kayu. Berat jenis memberikan pengaruh hubungan yang
linier positif terhadap penyusutan kayu, semakin tinggi berat jenis suatu kayu maka
penyusutan kayu akan semakin tinggi (Tsoumis, 1991).
Praktikum ini dilakukan karena sangat penting, dimana dapat meningkatkan
daya kreatifitas dan meningkatkan pengalaman mahasiswa. Dengan adanya praktium
maka mahasiswa dapat langsung mengaplikasikan materi atau ilmu yang telah
didapat di ruangan (kelas). Kita dapat mengetahui dan membandingkan antara teori
dan praktek, apakah hasil praktikum yang dilakukan sesuai dengan teori yang telah
didapatkan. Serta dapat mengetahui cara menentukan kadar air kayu, cara
menghitung berat jenis kayu, menghitung kerapatan pada kayu mengetahui perubahan
dimensi pada kayu, serta mengetahui bagaimna sifat- sifat fisika yang ada pada kayu.
Dan diharapkan dengan adanya praktikum fisika kayu ini, praktikan akan lebih
memahami sifat-sifat kayu serta dapat mengaplikasikannya jika berada dilapangan.

B. Tujuan Praktikum
1. Kadar Air Kayu
Praktikum kadar air ini bertujuan untuk menentukan banyak tidaknya air yang
terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya.

2. Berat Jenis Kayu


Praktikum berat jenis kayu ini bertujuan untuk memahami cara penentuan
berat jenis kayu, memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berat jenis
kayu, dan mengukur berat jenis kayu pada dan keadaan kadar air yang berbeda.

3. Kerapatan Kayu
Praktikum kerapatan kayu ini bertujuan untuk memahami cara penentuan
kerapatan kayu.

4. Penyusutan dan Pengembangan Kayu


Praktikum penyusutan dan pengembangan kayu ini bertujuan untuk
memahami cara pengukuran perubahan dimensi kayu dan membandingkan besarnya
perubahan dimensi pada tiga arah utama kayu.
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 19 Oktober pukul
11.00-13.00 WITA di Laboratorium Pemanfaatan dan Pengolahan Hasil Hutan ,
Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

B. Alat dan Bahan


1. Air Kadar
1) Timbangan digital
2) Bejana atau gelas ukur
3) Jarum Penusuk
4) Gelas Plastik
5) Oven
6) Desikator
7) Sampel uji (2cmx2cmx2cm) Meranti sp dan Agathis sp
8) Air

2. Berat Jenis
1) Timbangan digital
2) Bejana atau gelas ukur
3) Jarum Penusuk
4) Oven
5) Desikator
6) Sampel uji (2cmx2cmx2cm) Meranti sp dan Agathis sp
7) Air

3. Kerapatan Kayu
1) Timbangan digital
2) Bejana atau gelas ukur
3) Jarum Penusuk
4) Oven
5) Desikator
6) Sampel uji (2cmx2cmx2cm) Meranti sp dan Agathis sp
7) Air
4. Penyusutan dan Pengembangan (Perubahan Dimensi)
1) Caliper
2) Oven
3) Desikator
4) Pensil
5) Mistar
6) Sampel uji (2cmx2cmx2cm) Meranti sp dan Agathis sp
7) Air

C. Prosedur kerja
1. Kadar air
a. Siapkan contoh sampel uji (2cmx2cmx2cm) Meranti sp dan Agathis sp
yang telah dikering udarakan.
b. Timbang dan catat berat (BKU) contoh uji pada keadaan kering udara
c. Ukur volume (Metode berat) kayu keadaan kering udara (VKU)
d. Contoh uji kemudian dikeringkan pada suhu 130oC ± 2oC selama 48 jam
(2 hari).
e. Timbang berat (BKT) dan ukur volume (VKT) contoh uji tersebut.
f. Selanjutnya contoh uji di rendam selama 3 hari
g. Timbang berat basah (BBa) dan ukur volume (VBa) contoh uji tersebut.
h. Masukkan dalam rumus

2. Berat Jenis
a. Siapkan contoh sampel uji (2cmx2cmx2cm) Meranti sp dan Agathis sp
yang telah dikering udarakan.
b. Timbang dan catat berat (BKU) contoh uji pada keadaan kering udara
c. Ukur volume (Metode berat) kayu keadaan kering udara (VKU)
d. Contoh uji kemudian dikeringkan pada suhu 130oC ± 2oC selama 48 jam
(2 hari).
e. Timbang berat (BKT) dan ukur volume (VKT) contoh uji tersebut.
f. Selanjutnya contoh uji di rendam selama 3 hari
g. Timbang berat basah (BBa) dan ukur volume (VBa) contoh uji tersebut.
h. Masukkan dalam rumus

3. Kerapatan
a. Siapkan contoh sampel uji (2cmx2cmx2cm) Meranti sp dan Agathis sp
yang telah dikering udarakan.
b. Timbang dan catat berat (BKU) contoh uji pada keadaan kering udara
c. Ukur volume (Metode berat) kayu keadaan kering udara (VKU)
d. Contoh uji kemudian dikeringkan pada suhu 130oC ± 2oC selama 48 jam
(2 hari).
e. Timbang berat (BKT) dan ukur volume (VKT) contoh uji tersebut.
f. Selanjutnya contoh uji di rendam selama 3 hari
g. Timbang berat basah (BBa) dan ukur volume (VBa) contoh uji tersebut.
h. Masukkan dalam rumus

4. Penyusutan dan Pengembangan (Perubahan Dimensi)


a. Siapkan contoh uji (2cmx2cmx3cm) Meranti sp dan Agathis sp yang akan
diukur perubahan dimensinya
b. Contoh uji yang dalam kondisi kering udara, selanjutnya diberi tanda
berupa garis pada 3 arah bidang pengamatan (longitudinal, radial, dan
tangensial)
c. Ukur dimensi awal (pada kondisi kering udara) pada tempat-tempat yang
diberi garis yaitu pada arah longitudinal, radial, dan tangensial
d. Keringkan contoh uji sampai mencapai keadaan kering tanur untuk
mengetahui penyusutan kayu contoh uji
e. Ukur dimensi uji yang telah dikering tanurkan pada tempat yang telah
diberi garis yaitu pada arah longitudinal, radial, dan tangensial
f. Untuk mengetahui pengembangan kayu contoh uji kemudian direndam
selama 3 hari
g. Ukur dimensi uji yang telah direndam pada tempat yang telah diberi garis
yaitu pada arah longitudinal, radial, dan tangensial
h. Masukkan dalam rumus

D. Analisis Data
1. Kadar Air
𝐵𝐾𝑈−𝐵𝐾𝑇
a. KU (%) = 𝑥 100
𝐵𝐾𝑇

𝐵𝐾𝑇−𝐵𝐾𝑇
b. KT (%) = 𝑥 100
𝐵𝐾𝑇

𝐵.𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ−𝐵𝐾𝑇
c. Basah (%) = 𝑥 100
𝐵𝐾𝑇
2. Berat Jenis
𝐵𝐾𝑇/𝑉𝐾𝑈
a. KU = 𝐾𝑟.𝐴𝑖𝑟
𝐵𝐾𝑇/𝑉𝐾𝑇
b. KT = 𝐾𝑟.𝐴𝑖𝑟
𝐵𝐾𝑇/𝑉.𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ
c. Basah = 𝐾𝑟.𝐴𝑖𝑟

3. Kerapatan
𝐵𝐾𝑈
a. KU = 𝑉𝐾𝑈
𝐵𝐾𝑇
b. KT = 𝑉𝐾𝑇
𝐵.𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ
c. Basah = 𝑉.𝐵𝑎𝑠𝑎ℎ

4. Penyusutan dan Pengembangan


𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖
a. Penyusutan (%) = 𝑥 100
𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑤𝑎𝑙

𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖
b. Pengembangan (%) = 𝑥 100
𝑑𝑖𝑚𝑒𝑛𝑠𝑖𝑎𝑤𝑎𝑙
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Air
Kadar air adalah perbandingan berat air yang semula yang dikurangi berat
setelah di uji dengan berat setelah diuji lalu dikalikan seratus persen. Kadar air yang
diperoleh dapat dilihat pada table dibawah ini;
Tabel 3.1 Kadar Air sampel (2x2x3)cm

No. Jenis Kayu Kadar Air (%)


1. Sp1 Meranti 38,67
2. Sp2 Meranti 36,85

Kadar air pada kayu akan menunjukkan banyaknya kandungan air yang
terdapat dalam kayu. Pada sp1 Meranti memiliki kadar air yang tinggi dibandingkan
kadar air pada sp2 Meranti. Hal ini disebabkan karena kandungan kadar air setiap
kayu memang berbeda-beda tergantung jenis kayu dan sifat-sifat kayunya.

B. Berat Jenis
Berat jenis ditentukan antara lain oleh tebal dinding sel, kecilnya rongga sel
membentuk pori-pori. Berat jenis diperoleh dari perbandingan antara berat suatu
volume kayu tertentu dengan volume air yang sama pada suhu standar.Umumnya
berat jenis kayu ditentukan berdasarkan berat kayu kering tanur atau kering udara dan
volume kayu pada posisi kadar air tersebut (Dumanauw, 1993).
0.9
0.8
0.7
0.6
Berat Jenis 0.5
Bj KU
0.4
Bj KT
0.3
0.2 Berat Awal

0.1
0
Sp1 Meranti Sp2 Meranti
Sampel

Gambar diagram histogram 3.1 Berat Jenis Kayu

Jika dilihat dari histogram pengukuran berat jenis di atas dapat dilihat bahwa
berat jenis dari Bj KT lebih kecil dari berat jenis dari Bj KU dimana Bj KT hanya
senilai 0,45 dan Bj KU 0,5. Dalam hasil ini terjadi kesalah karena yang seharusnya
lebih besar itu Bj KT, ini bisa terjadi karena sampel kayu terlalulama didiamkan di
udara setelah keluar dari oven dan pada saat praktikum terjadi pemadaman listrik
berkali-kali sehingga menganggu kerja oven.

C. Kerapatan
Kerapatan adalah massa atau berat suatu benda per satuan volume. Kerapatan
dihitung dalam gram per centimeter kubik (gr/𝑐𝑚3 ) atau kilogram per meter kubik
(km/𝑚3 ). Ada 3 konsep pengukuran kerapatan kayu yaitu kerapatan dasar, kerapatan
kering udara dan kerapatan kering tanur. Kerapatan untuk jenis kayu meranti dan
kayu agatis berikut ini;
0.8
0.7
0.6
0.5
Kerapatan

0.4 KRKA

0.3 KRKU

0.2 KRKT

0.1
0
Sp1 Meranti Sp2 Meranti
Sampel

Gambar diagram histogram 3.2 Kerapatan Kayu

Menghitung kerapatan kayu, meliputi air yang terkandung dalam kayu.


Kerapatan kayu biasanya dipengaruhi oleh variasi anatomi, kadar air serta rasio kayu
gubal dan kayu teras (Haygreen dan Boywer, 1996). Pada histogram di atas dapat
dilihat bahwa kerapatan pada BKT lebih besar dari kerapatan pada BKU dimana
nilainya itu 0,65 dan 0,74.

D. Penyusutan dan Pengembangan


1. Penyusutan
Kayu dikatakan menyusut apabila kehilangan air dibawah TJS, Yaitu
kehilangan air terikat. Nilai penyusutan dibagi atas tiga yaitu nilai Longituginal,
Radial dan Tangensial. Berdasarkan rumus penyusutan yaitu perubahan dimensi
dibagi dimensi awal lalu dikali seratus berarti kerng udara dikurang kering tanur
dibagi kering udara lalu dikali seratus dan hasil perhitungan tersebut dapat dilihat
pada histogram dibawah ini;
4.5
4 3.81 3.73
3.5 3.25

3
2.44
2.5 2.21
2
1.5
1
0.5
0.012
0
Sp1 Agathis Sp2 Agathis

L T R

Gambar diagram histogram 3.3 Penyusutan Kayu

Penyusutan yang terjadi pada Sp1 Agathis dimana diperoleh hasil bahwa T >
R > L. Hal ini disebabkan karena sisi Tangensial terdapat jari-jari yang akan
berpengaruh ke arah samping. Dalam presentase, Tangensial memang selalu lebih
besar penyusutannya dibandingan dari radial maupun longitugal. Sedangkan pada
Sp2 Agathis diperoleh hasil bahwa R > T > L. Hal ini disebabkan oleh kesalahan
yang terjadi pada saat praktikum seperti terjadi pemadaman listrik berkali-kali
sehingga menganggu kerja oven.

2. Pengembangan
Pengembangan adalah proses kebalikan dari penyusutan kayu dimana terjadi
proses pertambahan volume atau dimensi pada kayu. Penambahan air atau zat cair
lain pada dinding sel akan menyebabkan jaringan mikrofibril mengembang. Keadaan
ini berlangsung sampai titik jenuh serat tercapai. Penambahan air seterusnya pada
kayu tidak akan mempengaruhi perubahan volume dinding sel sebab air yang
ditambahkan diatas titik jenuh serat akan ditampung didalam rongga sel. Berikut ini
ada hasil yang diperoleh dari praktikum;
3.5
3.12
3

2.5

2 L
T
1.5 1.25 1.32 1.22
R
1
0.49
0.5
0.096
0
Sp1 Agathis Sp2 Agathis

Gambar diagram histogram 3.4 Pengembangan Kayu

Dari praktikum di peroleh hasil yaitu pada sp1 Agathis T > L > R yang
seharusnya adalah T > R > L sama halnya dengan penyusutan. Hal ini dapat terjadi
karena adanya kesalahan saat praktikum seperti terlalu perendaman tidak sesuai
waktunya. Sedangkan pada Sp2 Agathis diperoleh R > T > L hal ini juga terjadi
karena adanya kesalahan saat praktikum.

E. Hubungan Berat Jenis (BJ) dan Kerapatan (Kr)

0.675
0.67 R² = 1
Berat Jenis

0.665
0.66
0.655
0.65
0.645
0 0.5 1 1.5 2 2.5
Kerapatan

Gambar grafik 3.5 Hubungan BJ dan Kr

Dari grafik di atas dapat dilihat nilai dari berat jenis dan kerapatan bisa sama
pada saat BKT (Berat Kering Tanur). Ragam dari hubungan berat jenis ada 1
sehingga bisa dikatakan data kecocoknnya lebih baik. Adapun hubungan antara
kerapatan dan berat jenis pada sampel kayu yaitu besar dari berat jenis pada kayu
akan berbanding lurus dengan besar kerapatannya. Berarti semakin besar berat
jenisnya maka tentu pula besar kerapatannya bertambah pula.

F. Hubungan Ka dan Kr

45
38.67
40 36.85
35
30
Kadar Air

25
20
15
10
5 0.54
0.44
0
1 2
Kerapatan

Series1 Series2

Gambar grafik 3.6 hubungan Ka dan Kr

Dari grafik di atas dapat dilihat nilai dari kadar air dan kerapatan bisa sama
pada saat BKT (Berat Kering Tanur). Ragam dari hubungan berat jenis ada 1
sehingga bisa dikatakan data kecocoknnya lebih baik. Adapun hubungan antara
kerapatan dan berat jenis pada sampel kayu yaitu besar dari berat jenis pada kayu
akan berbanding lurus dengan besar kerapatannya. Berarti semakin besar berat
jenisnya maka tentu pula besar kerapatannya bertambah pula. Dari data diatas dapat
simpulkan bahwa semakin besar kadar air maka kerapatan semakin kecil kadar air
dapat dilihat dari grafik di atas
G. Hubungan Ka dan Bj

45
38.67
40 36.85
35
30
Kadar Air

25
20
15
10
5 0.66
0.51
0
1 2
Berat Jenis

Series1 Series2

Gambar grafik 3.7 hubungan Ka dan Bj

Dari grafik di atas dapat dilihat nilai dari kadar air dan berat jeni bisa sama
pada saat BKT (Berat Kering Tanur). Ragam dari hubungan berat jenis ada 1
sehingga bisa dikatakan data kecocoknnya lebih baik. Adapun hubungan antara
kerapatan dan berat jenis pada sampel kayu yaitu besar dari berat jenis pada kayu
akan berbanding lurus dengan besar kerapatannya. Berarti semakin besar berat
jenisnya maka tentu pula besar kerapatannya bertambah pula. Dapat disimpulkan
bahwa kadar air rendah maka berat jenis rendah dapat dilihat dari grafik di atas
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Kadar Air Kayu
Pada praktikum kadar air ini kita menentukan banyak tidaknya air yang
terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen kering tanurnya. Pada praktikum
ini sampel kayu yang diguakan adalah kayu Meranti. Hasil yang telah diperoleh
dalam praktikum ini adalah pada sampel 1 kadar airnya sebesar 38,67% dan pada
sampel 2 kaadar airnya sebesar 36,85%. Maka kayu termasuk serat jenuh air dan
bagian rongga terisi air.

2. Berat Jenis Kayu


Pada praktikum berat jenis kayu kita memahami cara penentuan berat jenis
kayu, memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berat jenis kayu, dan
mengukur berat jenis kayu pada keadaan air yang berbeda. Dalam praktikum kali ini
hasil yang telah didapatkan adalah pada sampel 1 Bj awal = 0,63 Bj KU=0,51 dan Bj
KT=0,45 serta pada sampel 2 hasi yang didapatkan adalah Bi awal_=0,58, Bj
KU=0,66 dan Bi KT=0,58. Maka kayu tersebut dapat dikelompokkan kedalam kelas
kuat kayu I dan II.
3. Kerapatan Kayu
Pada praktikum ini kita memahami cara penentuan kerapatan kayu. Kerapatan
kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu proporsi volume rongga
kosong. Kerapatan kayu didalam suatu spesies ditemukan berbeda atau bervariasi
dengan sejumlah faktor yang meliputi letaknya di dalam pohon, letak dalam kisaran
spesies tersebut, kondisi tempat tumbuh dan sumber-sumber genetik.
4. Penyusutan dan Pengembangan Kayu
Pada praktikum ini kita memahami cara pengukuran perubahan dimensi kayu
dan membandingkan besarnya perubahan dimensi pada tiga arah utama kayu. Diukur
pada bidang tangensial, radial dan longitudinal. Penyusutan pada sampel 1 yaitu
L=2,21%, T=3,81% dan R=2,44% dan pada sampel 2 yaitu L=0.012%, T=3,25% dan
R=3,73%. Pengembangan pada sampel 1 yaitu L=1,25%, T=1,32% dan R=0,49% dan
pada sampel 2 yaitu L=0,096%, T=1,22% dan R=3,12%. Berdasarkan hasil
pengukuran perubahan dimensi kayu pada tiga bidang tersebut, perubahan
dimensinya hampir tidak mengalami perubahan panjang dimensi yang besar. Hal ini
disebabkan oleh proses penyusutan dan pengembangan yang dialami kayu. Dan
beberapa faktor lain seperti porositas, kadar konsentrasi larutan dan lain-lain.
B. SARAN
Dalam praktikum kita diharuskan untuk sangat teliti supaya tidak keliru dalam
praktikum. Dan setiap praktikan harus memperhatikan penjelasan yang dipaparkan
oleh asisten, agar semua praktikan dapat mengerti dengan benar.

Anda mungkin juga menyukai