Anda di halaman 1dari 14

Laporan Praktikum

Ilmu Kayu

KIMIA KAYU
(Kelarutan Air Panas dan Air Dingin)

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7A
Nama kelompok : 1. Ali Arbah (M111 16 534)
2. Al Qudri Asmaul (M111 16 533)
3. Andi Anisya Anindya A (M111 16 527)
4. Fitri Dwi Yanti (M111 14 508)
5. Nur Wulan Afrianti (M111 16 530)
6. Tri Alma Putri (M111 16 516)
7. Wiwik Pratiwi (M111 16 543)
8. Yuliani Risna (M111 16 557)
Nama asisten : 1. Ismawati Amsul G.S
2. Andi Bau Rezky Wahyuni Ardam

LABORATORIUM PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN HASIL HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASUNUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Sumber daya alam dapat di artikan sebagai unsur-unsur lingkungan baik
fsik maupun hayati yang diperlukan manusi untuk memenuhi kebutuhan hidup
dan meningkatkan kesejahteraannya.Salah satu sumber daya alam adalah hutan.
Hutan merupakan sumber daya alam yang dapat mempengaruhi siklus kehidupan
makhluk hidup, sehingga keberadaannya harus tetap dipertahankan (Hygreen,
1989)
Hutan merupakan salah satu sumber daya alam yang dapat diperbaharui
serta dapat memberikan beraneka ragam manfaat bagi kehidupan manusia. Untuk
menjaga kelestarian hutan perlu diketahui mengenai karakteristik lahan serta
mengetahui karakteristik tanaman yang ada didalamnya yaitu pohon yang akan
dirubah menjadi sebuah potongan kayu yang mempunyai banyak manfaat
diantaranya memperbaiki ekologi yang telah ada (Hygreen, 1989).
Kayu adalah bahan lignoselulosa yang dihasilkan oleh tumbuhan berkayu
yang mempunyai tinggi minimal 7 m (pohon). Kayu merupakan produk yang
kemudian dimanfaatkan untuk bermacam-macam fungsi. Kayu merupakan
material alam yang dapat di perbarahui, dengan mengelola hutan dengan baik.
Kayu berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang berbeda-
beda. Hal ini salah satunya dikarenakan sifat kimia kayu disetiap pohon berbeda-
beda. Dari kimia kayu kita dapat mengetahui keawetan suatu kayu pada berbagai
jenis pohon dan mengetahui cara pemanfaatan yang cocok terhadap jenis kayu
yang akan diolah (Sjostrom, 1995).
Komponen kimia kayu didalam kayu mempunyai arti penting. Susunan
kimia kayu digunakan sebagai pengenal ketahanan kayu terhadap serangan
makhluk perusak kayu. Komponen kimia kayu terdiri dari 3 unsur yaitu, unsur
karbohidrat terdiri dari selulosa dan hemiselulosa, unsur non-karbohidrat terdiri
dari lignin, dan unsur yang dapat diendapkan dalam kayu selama proses
pertumbuhan dinamakan zat ekstraktif. Zat ekstraktif merupakan hal yang perlu
dipertimbangkan dalam setiap pengolahan kayu, sehingga perlu dilakukan
perlakuan awal pada bahan baku. Kayu memiliki zat ekstraktif yang bias
berpengaruh pada sifat kayu maupun pengolahannya. Oleh karena itu , kita perlu
melakukan praktikum kimia kayu (Sjostrom, 1995).

I.2 Tujuan dan Manfaat


I.2.1 Tujuan praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk menentukan dan mengetahui
kelarutan air dingin dan kelarutan air panas beberapa jenis kayu.
I.2.2 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu praktikan dapat mengetahui cara
menentukan kelarutan air dingin dan air panas pada beberapa jenis kayu.
BAB II

METODOLOGI PRAKTIKUM

II.1 Waktu dan tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin , 19 September 2017 pada pukul
16.00 WITA di Laboratorium Pengelolaan dan Pemanfaatan Hasil Hutan Fakultas
Kehutanan Universitas Hasanuddin Makassar.
II.2Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1. Corong, yaitu alat yang memasukkan bahan atau serbuk ke dalam erlenmeyer
2. Labu Erlenmeyer, digunakan sebagai wadah bahan
3. Desikator, digunakan sebagai alat untuk menetralkan suhu cawan dan kertas
saring dari oven
4. Penangas air, digunakan sebagai alat untuk memanaskan serbuk dari
praktikum air panas
5. Batang pengaduk, digunakan sebagai alat pengaduk bahan
6. Oven, digunakan sebagai alat pemanas
7. Timbangan digital, digunakan untuk menimbang bahan yang akan digunakan
8. Cawan, digunakan sebagai wadah dari serbuk untuk peyimpanan bahan
9. Penjepit besi/gegep, digunakan untuk menjepit cawan yang keluar dari oven
10. Kertas saring, digunakan sebagai penyaring suspensi pada saat di vacum
11. Sampel kayu, digunakan sebagai objek yang akan diamati
12. Aquades, digunakan sebagai pelarut yang akan digunakan pada praktikum air
dingin
13. Kertas aluminium foil, digunakan sebagai penutup dari corong labu
Erlenmeyer agar terhindarnya udara masuk kedalam tabung

II.3 Prosedur kerja


II.3.1 Prosedur kerja dalam praktikum kelarutan air dingin
a. Menimbang sebuk pinus seberat 2,10 gr dan durian 2,16 gr
b. Memindahkan serbuk ke dalam gelas teh poci 300 ml dan menambahkan air
suling 500 ml, lalu menutup gelas piala dengan aluminium foil
c. Mendiamkan selama 48 jam
d. Menyediakan cawan dan kertas saring
e. Memasukkan cawan dan kertas saring ke dalam oven selama 15 menit.
f. Memasukkan ke oven selama 48 jam lalu memasukkan ke desikator selama 15
menit kemudian menimbang cawan
g. Memindahkan contoh uji kedalam corong yang dilapisi kertas saring
h. Mencuci dengan air suling beberapa kali hingga filltratnya jernih.
i. Menimbang hasil contoh uji
j. Mengeringkan dalam oven hingga bobotnya tetap selama 48 jam

II.3.2 Prosedur kerja dalam praktikum kelarutan air panas


a. Menimbang serbuk Pinus seberat 2,10 gr dan Durian seberat 2,16 gr
b. Masukkan kedalam gelas erlenmeyer
c. Menambahkan air suling sebanyak 100 ml
d. Menutup dengan aluminium foil
e. Menambahkan pemberat kedalam penangas selama 3 jam
f. 30 menit sebelum 3 jam, masukkan terlebih dahulu cawan dan kertas saring ke
dalam oven selama 15 menit
g. Setelah di oven, masukkan ke dalam desikator selama 15 menit
h. Timbang cawan dan kertas saring yang kosong
i. Mengambil kertas saringnya dan memasukkan ke dalam vakum, biarkan mesin
bekerja sampai serbuk tidak memiliki air/air yang dibawahnya sudah jernih.
j. Mengangkat kertas dan letakkan ke cawan yang telah diberi label
k. Memasukkan ke oven selama 48 jam.
l. Memasukkan ke desikator selama 15 menit
m. Menimbang sampel dan catat hasilnya
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

III.1 Hasil
Jenis kayu sampel Kelarutan air Kelarutan air
No. Kadar air panas dingin
uji
1. Durio zibethinus 1 2,16 0% 3,62 %
2. Durio zibethinus2 2,16 6,5 % 2,56 %
3. Pinus merkusii 1 2,10 7% 6,95 %
4. Pinus merkusii 2 2,10 7% 9,28 %

III.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh kadar air 2,16 pada Durio
zibethinus dengan kelarutan pada air panas 0 % dan kelarutan pada air dingin 3,62
%. Pada Durio zibethinus2 diperoleh kadar air 2,16 dengan kelarutan pada air
panas 6,5 % dan kelarutan pada air dingin 2,56 %. Kelarutan air panas pada
sampel ini di dapatkan 0%. Seharusnya data yang di dapatkan tidak seharusnya
begitu, tetapi hasil dari pengolahan data kelompok kami mendapatkan hasil 0%,
mungkin pada saat praktikum ada beberapa faktor yang membuat kelarutan air
panas pada sampel ini 0%. Pada pinus merkusii1 diperoleh kadar air 2,10 dengan
kelarutan pada air panas 7 % dan kelarutan pada air dingin 6,95 %. Pada Pinus
merkusii 2 diperoleh kadar air 2,10 dengan kelarutan pada air panas 7 % dan
kelarutan pada air dingin 9,28 %.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh kelarutan zat ekstraktif
dalam air dingin dan air panas berbeda. Kelarutan air panas lebih besar dari pada
air dingin. Menurut Oswald Kubaschewski (1993) hal ini disebabkan untuk
menstabilkan suhu lingkungan sehingga kayu melepaskan kalor agar
menyeimbangkan suhu lingkungan. Percobaan ini juga bertujuan untuk
mengetahui seberapa tahan kayu mempertahankan komponen-komponen
senyawanya terhadap pengaruh suhu lingkungan.
Zat ekstraktif yang terkandung dalam Pinus dan Durian sangat bervariasi
seperti minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan zat warna. Hal
ini dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan letaknya didalam batang
atau cabang.Sejumlah kayu mengandung senyawa-senyawa yang dapat diekstraksi
yang bersifat racun atau mencegah bakteri, jamur dan rayap. Ekstraktif juga dapat
memberikan warna dan bau pada kayu (Fengel & Wegener 1995). Hillis (1987)
menyatakan bahwa zat ekstraktif pada pohon di daerah tropis dan subtropis lebih
banyak dari pada pohon di daerah sedang (temperate). Jumlah kadar zat ekstraktif
pada hardwood (kayu daun lebar) lebih banyak dibandingkan softwood (kayu
daun jarum). Riset terhadap 480 sampel Pinus echinata yang hidup pada kondisi
dan umur berbeda menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh yang sangat
dominan dalam jumlah ekstraktif. Hal yang mempengaruhi kandungan zat
ekstraktif dalam kayu diantaranya umur, tempat tumbuh, genetik, posisi dalam
pohon, jenis pelarut yang digunakan dan kecepatan pertumbuhan.
Kelarutan kayu pada air dingin, cenderung sedikit melepaskan senyawa
seperti garam-garam organik, gula, siklitol, pectin, galaktan, tanin, polisakarida
dan komponen lain karena lingkungan (air dingin) cenderung cepat stabil
suhunya ketika kayu melespaskan senyawa. Sedangkan pada keadaan air panas
kayu akan melarutkan senyawa lebih banyak daripada saat keadaan air dingin.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di peroleh maka dapat di
simpulkan bahwa kelarutan zat ekstraktif pada air panas kayu Durio zibethinus
dan Pinus merkusi lebih besar dibandingkan kelautan zat ektraktif pada air dingin.
Besarnya zat ekstraktif dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan letaknya
didalam batang atau cabang. Dalam kondisi air panas zat ekstraktif pada kayu
akan lebih banyak larut dibandingkan pada keadaan dingin.

IV.2 Saran
Sebaiknya saat asisten yang menjelaskan menyatukan pemahaman dengan
asisten lain. Karena praktikan kadang bingung yang mana lebih tepat karena apa
yang di ucapkan asisten saat lab wajib berbeda dengan apa yang dikatakan asisten
yang mendampingi pada saat lab mandiri.
DAFTAR PUSTAKA

Haygreen, John G. dan Jim L. Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu : Suatu
Pengantar. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.
Kubaschewski, Oswald. 1993. Materials Thermochemistry. University of
Michigan : Lansing
Sjostrom, E. 1995. Kimia kayu. Gajah Mada Universitas Press; Jogjakarta.
LAMPIRAN
Berat sampel pinus 1 : 2,11 gr
Berat sampel pinus 2 : 2,14 gr
Berat sampel Durian 1 : 2,16 gr
Berat sampel Durian 2 : 2,15 gr

Untuk Kelarutan air panas


Sebelum di oven
Berat cawan + berat kertas saring Pinus 1 : 35,54 gr
Berat cawan + berat kertas saring Pinus 2 : 49,91 gr
Berat cawan + berat kertas saring Durian 1 : 49,92 gr
Berat cawan + berat kertas saring Durian 2 : 39,02 gr
Setelah di oven
Berat cawan + berat kertas saring+serbuk pinus 1 : 37,28 gr
Berat cawan + berat kertas saring+serbuk pinus 2 : 51,71 gr
Berat cawan + berat kertas saring+serbuk Durian 1 : 51,75 gr
Berat cawan + berat kertas saring+serbuk Durian 2 : 40,46 gr

B akhir = B tot – (Berat cawan+Kertas saring)


P1 = 37,29 – 35,54
= 1,71 gr
P2 = 51,71 – 49,91
= 1,8 gr
D1 = 51,75 – 49,92
= 1,83 gr
D2 = 40,46 – 39,02
= 1,44 gr
% Kelarutan Air Dingin = x 100 %

P1 = x 100%
= x 100 %
= 0,145 X 100 %
= 14,5 %

P2 = x 100%
= x 100 %
= 0,1 X 100 %
= 10%

D1 = x 100%
= x 100 %
= 0,085 X 100 %
=8,5%

D2 = x 100%
= x 100 %
= 0,28 X 100 %
= 28%

Untuk Kelarutan air dingin


Sebelum di oven
Berat cawan + berat kertas saring Pinus 1 : 46,20 gr
Berat cawan + berat kertas saring Pinus 2 : 30,37 gr
Berat cawan + berat kertas saring Durian 1 : 42,79 gr
Berat cawan + berat kertas saring Durian 2 : 42,88 gr
Setelah di oven
Berat cawan + berat kertas saring+serbuk pinus 1 : 48,02 gr
Berat cawan + berat kertas saring+serbuk pinus 2 : 38,39 gr
Berat cawan + berat kertas saring+serbuk Durian 1 : 43,02 gr
Berat cawan + berat kertas saring+serbuk Durian 2 : 43,66 gr

B akhir = B tot – (Berat cawan+Kertas saring)


P1 = 48,02 – 46,20
= 1,82 gr
P2 = 38,39 – 38,37
= 0,20 gr
D1 = 43,02 – 42,79
= 0,23 gr
D2 = 43,66 – 42,88
= 0,78 gr

% Kelarutan Air dingin = x 100 %

P1 = x 100%
= x 100 %
= 0,09 X 100 %
= 9%

P2 = x 100%
= x 100 %
= 0,99 X 100 %
= 9,9 %

D1 = x 100%
= x 100 %
= 0,88 X 100 %
=8,8%

D2 = x 100%
= x 100 %
= 0,61 X 100 %
= 6,1 %

Anda mungkin juga menyukai