Ilmu Kayu
KIMIA KAYU
(Kelarutan Air Panas dan Air Dingin)
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 7A
Nama kelompok : 1. Ali Arbah (M111 16 534)
2. Al Qudri Asmaul (M111 16 533)
3. Andi Anisya Anindya A (M111 16 527)
4. Fitri Dwi Yanti (M111 14 508)
5. Nur Wulan Afrianti (M111 16 530)
6. Tri Alma Putri (M111 16 516)
7. Wiwik Pratiwi (M111 16 543)
8. Yuliani Risna (M111 16 557)
Nama asisten : 1. Ismawati Amsul G.S
2. Andi Bau Rezky Wahyuni Ardam
METODOLOGI PRAKTIKUM
III.1 Hasil
Jenis kayu sampel Kelarutan air Kelarutan air
No. Kadar air panas dingin
uji
1. Durio zibethinus 1 2,16 0% 3,62 %
2. Durio zibethinus2 2,16 6,5 % 2,56 %
3. Pinus merkusii 1 2,10 7% 6,95 %
4. Pinus merkusii 2 2,10 7% 9,28 %
III.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan diperoleh kadar air 2,16 pada Durio
zibethinus dengan kelarutan pada air panas 0 % dan kelarutan pada air dingin 3,62
%. Pada Durio zibethinus2 diperoleh kadar air 2,16 dengan kelarutan pada air
panas 6,5 % dan kelarutan pada air dingin 2,56 %. Kelarutan air panas pada
sampel ini di dapatkan 0%. Seharusnya data yang di dapatkan tidak seharusnya
begitu, tetapi hasil dari pengolahan data kelompok kami mendapatkan hasil 0%,
mungkin pada saat praktikum ada beberapa faktor yang membuat kelarutan air
panas pada sampel ini 0%. Pada pinus merkusii1 diperoleh kadar air 2,10 dengan
kelarutan pada air panas 7 % dan kelarutan pada air dingin 6,95 %. Pada Pinus
merkusii 2 diperoleh kadar air 2,10 dengan kelarutan pada air panas 7 % dan
kelarutan pada air dingin 9,28 %.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh kelarutan zat ekstraktif
dalam air dingin dan air panas berbeda. Kelarutan air panas lebih besar dari pada
air dingin. Menurut Oswald Kubaschewski (1993) hal ini disebabkan untuk
menstabilkan suhu lingkungan sehingga kayu melepaskan kalor agar
menyeimbangkan suhu lingkungan. Percobaan ini juga bertujuan untuk
mengetahui seberapa tahan kayu mempertahankan komponen-komponen
senyawanya terhadap pengaruh suhu lingkungan.
Zat ekstraktif yang terkandung dalam Pinus dan Durian sangat bervariasi
seperti minyak-minyakan, resin, lilin, lemak, tannin, gula, pati dan zat warna. Hal
ini dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan letaknya didalam batang
atau cabang.Sejumlah kayu mengandung senyawa-senyawa yang dapat diekstraksi
yang bersifat racun atau mencegah bakteri, jamur dan rayap. Ekstraktif juga dapat
memberikan warna dan bau pada kayu (Fengel & Wegener 1995). Hillis (1987)
menyatakan bahwa zat ekstraktif pada pohon di daerah tropis dan subtropis lebih
banyak dari pada pohon di daerah sedang (temperate). Jumlah kadar zat ekstraktif
pada hardwood (kayu daun lebar) lebih banyak dibandingkan softwood (kayu
daun jarum). Riset terhadap 480 sampel Pinus echinata yang hidup pada kondisi
dan umur berbeda menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh yang sangat
dominan dalam jumlah ekstraktif. Hal yang mempengaruhi kandungan zat
ekstraktif dalam kayu diantaranya umur, tempat tumbuh, genetik, posisi dalam
pohon, jenis pelarut yang digunakan dan kecepatan pertumbuhan.
Kelarutan kayu pada air dingin, cenderung sedikit melepaskan senyawa
seperti garam-garam organik, gula, siklitol, pectin, galaktan, tanin, polisakarida
dan komponen lain karena lingkungan (air dingin) cenderung cepat stabil
suhunya ketika kayu melespaskan senyawa. Sedangkan pada keadaan air panas
kayu akan melarutkan senyawa lebih banyak daripada saat keadaan air dingin.
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah di peroleh maka dapat di
simpulkan bahwa kelarutan zat ekstraktif pada air panas kayu Durio zibethinus
dan Pinus merkusi lebih besar dibandingkan kelautan zat ektraktif pada air dingin.
Besarnya zat ekstraktif dipengaruhi oleh faktor tempat tumbuh, iklim dan letaknya
didalam batang atau cabang. Dalam kondisi air panas zat ekstraktif pada kayu
akan lebih banyak larut dibandingkan pada keadaan dingin.
IV.2 Saran
Sebaiknya saat asisten yang menjelaskan menyatukan pemahaman dengan
asisten lain. Karena praktikan kadang bingung yang mana lebih tepat karena apa
yang di ucapkan asisten saat lab wajib berbeda dengan apa yang dikatakan asisten
yang mendampingi pada saat lab mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Haygreen, John G. dan Jim L. Bowyer. 1989. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu : Suatu
Pengantar. Gadjah Mada University Press; Yogyakarta.
Kubaschewski, Oswald. 1993. Materials Thermochemistry. University of
Michigan : Lansing
Sjostrom, E. 1995. Kimia kayu. Gajah Mada Universitas Press; Jogjakarta.
LAMPIRAN
Berat sampel pinus 1 : 2,11 gr
Berat sampel pinus 2 : 2,14 gr
Berat sampel Durian 1 : 2,16 gr
Berat sampel Durian 2 : 2,15 gr
P1 = x 100%
= x 100 %
= 0,145 X 100 %
= 14,5 %
P2 = x 100%
= x 100 %
= 0,1 X 100 %
= 10%
D1 = x 100%
= x 100 %
= 0,085 X 100 %
=8,5%
D2 = x 100%
= x 100 %
= 0,28 X 100 %
= 28%
P1 = x 100%
= x 100 %
= 0,09 X 100 %
= 9%
P2 = x 100%
= x 100 %
= 0,99 X 100 %
= 9,9 %
D1 = x 100%
= x 100 %
= 0,88 X 100 %
=8,8%
D2 = x 100%
= x 100 %
= 0,61 X 100 %
= 6,1 %