Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU DAN TEKNOLOGI

KAYU
“SIFAT FISIS KAYU”

Disusun Oleh
KELOMPOK 5B

1. Marzandha Amey Pratama (235040300111001)


2. Yayang Setya Caroline (235040300111007)
3. Intan Nur Azlina Andi (235040301111015)
4. Josua Deron Gracia Praesyustio (235040300111024)
5. Putri Oktaviani Nurmala (235040307111015)
6. Rauza Ghozia Abdillah (235040307111017)

ASISTEN PRAKTIKUM

1. Nyoman Dyah Mertha Jaya (225040301111019)


2. Imanandia Putri (225040307111006)

DOSEN PRAKTIKUM

Arif Delviawan, S.Hut., M.Agr., Ph.D


2023039302281001

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................... 2
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................. 4
DAFTAR TABEL................................................................................................... 5
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................6
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 6
1.2 Tujuan...........................................................................................................6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................... 7
2.1 Pengertian Pengeringan Kayu...................................................................... 7
2.2 Pengeringan Kayu Metode Oven................................................................. 7
2.3 Pengeringan Kayu Metode Angin-Angin.....................................................7
2.4 Pengeringan Kayu Metode Penjemuran.......................................................7
BAB III
METODOLOGI..................................................................................................... 9
3.1 Lokasi...........................................................................................................9
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................................9
3.3 Prosedur Kerja............................................................................................10
3.3.1 Sifat Fisik Kayu.......................................................................................10
3.3.1.2 Metode Penjemuran dan Metode Angin-Angin................................... 10
BAB IV.................................................................................................................. 11
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................ 11
4.1 Hasil............................................................................................................ 11
4.2 Pembahasan................................................................................................. 11
BAB V
PENUTUP.............................................................................................................14
5.1 Kesimpulan................................................................................................ 14
5.2 Saran...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15
LAMPIRAN..........................................................................................................16

2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta UB sebagai Lokasi Praktikum Sifat Fisis Kayu

3
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Alat dan Bahan dalam Praktikum Sifat Fisis Kayu
Tabel 2. Pengukuran Kadar Air
Tabel 3. Pengukuran BJ

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia ialah salah satu penghasil oksigen terbesar dunia dan juga
Indonesia dijuluki sebagai paru paru dunia karena eksistensi hutan yang ada di
Indonesia. Tentu dalam hutan mempunyai berbagai jenis pohon dan juga
tumbuhan yang beragam jenisnya, tidak luput juga dari anatomi pohon di
dalamnya. Pada pohon ada bagain yang bernama kayu, yang dimana kayu ini
merupakan bagian pohon yang banyak sekali dimanfaatkan manusia menjadi
bahan bangunan, furnitur maupun bahan bakar.
Setiap pohon memiliki karakteristik yang berbeda beda dan begitu pula
dapat berpengaruh pada sifat kayu itu sendiri. Kayu merupakan bahan yang
memiliki sifat - sifat yang yang kompleks yang tidak mungkin dapat di samakan
dengan bahan lainnya, salah satu sifat yang tidak mungkin dapat ditiru adalah
higroskopis dan anisotropis. Sifat higroskopis kayu merupakan sebuah
kemampuan kayu dalam menyerap san melepaskan air, pada kondisi seperti ini
berhubungan sengan jenis kayu dan perlakuan pada lingkungan kayu ( Bahanawan
et al., 2020) sedangkan anisotropik merupakan komposit penguat yang
memberikan penguatan yang tidak sama dengan arah yang berbeda baik arah
transversal maupun longitudinal (Nayiroh., 2020).
Tidak hanya itu, kayu juga memiliki sifat dasar lainnya selain sifat
higroskopis dan anisotropis, yaitu sifat fisis, mekanis, dan kimia. Pada praktikum
kali ini membahas sifat fisis kayu yang dimana menurut Upessy (2016) sifat ini
berhubungan dengan respon kayu terhadap air dan faktor lingkungan (suhu dan
kelembaban relatif) yang mana hal tersebut dapat mempengaruhi wujud dan
penampilan appearance kayu.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk memahami dan mengetahui
sifat fisik kayu. Selain itu, praktikum ini juga bertujuan untuk mampu
menghitung kadar air, memahami dan menjelaskan macam dan pergerakan air
di dalam kayu yang melibatkan air terikat dan air bebas dalam empat kondisi,
yaitu segar, titik jenuh serat, kering udara, dan kering tanur serta mampu
menganalisis perubahan dimensi kayu yang terjadi, serta mampu menghitung
berat jenis dan kerapatan kayu

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengeringan Kayu


Pengeringan kayu merupakan proses pengeluaran air dari dalam kayu yang
akan dimanfaatkan atau digunakan tanpa mengurangi kualitas kayu tersebut
hinnga mencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan. Pengeringan kayu
dapat dilakukan dengan metode penjemuran, yaitu pengeringan dengan sinar
matahari di dalam Greenhouse, metode oven, dan metode Angin-Angin (Hardianti
et al., 2017). Kayu yang sudah melewati proses pengeringan, dimensinya akan
stabil tidak akan mudah mengalami penyusutan dan mengembang mengikuti
perubahan kadar air atau kelembapan yang ada di sekitarnya (Marshelianisa.,
2021). Pengeringan kayu ini dapat menyebabkan dekomposisi hemiselulosa yang
akan berakibat pada terjadinya penurunan sifat higroskopisitas (Bagustiana et al.,
2021).

2.2 Pengeringan Kayu Metode Oven


Pengeringan kayu menggunakan metode oven merupakan proses
pengeringan yang dilakukan menggunakan oven. Oven merupakan sebuah mesin
pengering yang digunakan sebagai pengganti sinar matahari dalam pengeringan
kayu. Cara kerja metode oven ini adalah mengeringkan kayu pada suhu yang
dapat diatur secara constant, menggunakan udara panas yang dialirkan dan panas
dapat merata keseluruh kayu (Raka., 2022). Pengeringan kayu dengan metode
oven lebih menguntungkan karena dapat mengurangi kadar air dalam jumlah
besar dalam waktu yang singkat. tetapi jika suhu yang digunakan terlampau tinggi
dapat mengurangi kualitas kayu dan meningkatkan biaya produksi (Wahyuni et
al., 2017).

2.3 Pengeringan Kayu Metode Angin-Angin


Pengeringan kayu menggunakan metode angin-angin merupakan proses
pengeringan secara alami dan terbuka yang memanfaatkan aliran udara alami.
Metode pengeringan dengan di angin-anginkan ini dianggap lebih murah tetapi
kurang efisien waktu dalam proses pengeringan (Wahyuni et al., 2017). Hasil
susut pengeringan kayu dengan metode oven dan penjemuran menunjukkan hasil
yang berbeda nyata dengan pengeringan kayu dengan metode angin-angin
(Wahyuni et al., 2017).

2.4 Pengeringan Kayu Metode Penjemuran


Pengeringan kayu menggunakan metode penjemuran merupakan proses
pengeringan yang dilakukan dengan memaparkan kayu pada radiasi sinar matahari
di dalam Green House. Namun jika dibandingkan dengan metode penjemuran di
luar ruangan laju pengeringan lebih cepat karena terkena sinar matahari langsung

6
serta sirkulasi udara lebih banyak, tetapi jika penelitian pengeringan ini dilakukan
pada musim penghujan besar kemungkinan akan terkena air hujan (Bagustiana et
al., 2021). Pengeringan kayu metode penjemuran merupakan metode yang paling
ekonomis serta paling mudah untuk dilakukan, akan tetapi secara kualitas akan
kalah dengan kayu yang melalui proses pengeringan metode oven (Wahyuni et al.,
2017).

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Lokasi
Praktikum Sifat Fisis Kayu dilaksanakan pada hari Selasa, 14 Maret 2024 pukul
09.00 - selesai. Di Sekretariat HMKT, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya.

Gambar 1. Peta UB sebagai Lokasi Praktikum Sifat Fisis Kayu

3.2 Alat dan Bahan


Tabel 1. Alat dan Bahan dalam Praktikum Sifat Fisis Kayu
No. Nama Kegunaan
Alat
1. Oven Mengoven kayu log
2. Timbangan Digital Menimbang kayu sebelum dioven
3. HP/Kamera Mendokumentasikan kegiatan dan alat
bahan
4. Alat Tulis Mencatat data di tally sheet dan menulis
hal-hal yang penting
5. Moist Meter Mengukur kelembaban kayu
Bahan
1. Potongan kayu log Sampel kayu yang digunakan untuk uji
sifat fisis kayu
2. Kertas Wadah kayu, media tulis
3. Jurnal/artikel ilmiah Media pendukung dalam pengerjaan
laprak maupun diskusi kelaas
4. Tally Sheet Mencatat data-data yang diuji

8
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Sifat Fisik Kayu
1. Menyiapkan potongan kayu sebanyak 6 buah kayu.
2. Amplas permukaan kayu hingga rata.
3. Ukur dimensi kayu meliputi panjang, lebar, dan tinggi kayu.
4. Menimbang kayu.
5. Catat hasil pengamatan.
6. Bagi kayu untuk melakukan uji sifat fisik kayu dengan metode
oven, penjemuran, dan angin-angin masing-masing 2 buah kayu.

3.3.1.1 Metode Pengovenan


1. Masukkan sampel kayu ke dalam oven selama 1x24 jam
dalam suhu 103 ± 2 °C.
2. Keluarkan kayu yang telah di oven dan diamkan pada suhu
ruang selama 5 menit.

3.3.1.2 Metode Penjemuran dan Metode Angin-Angin


1. Letakkan kayu dalam posisi horizontal pada lokasi yang
telah ditentukan.
2. Letakkan kertas di bawah kayu sebagai alas.
3. Kayu akan disimpan selama 3x24 jam.
4. Pastikan tempat penyimpanan terhindar dari air.

7. Ukur dimensi kayu setelah pengovenan meliputi panjang, lebar,


dan tinggi kayu.
8. Lakukan dokumentasi apabila terdapat perubahan dimensi kayu.
9. Menimbang kayu setelah pengovenan menggunakan timbangan
analitik.
10. Mencatat data hasil pengamatan.
11. Lakukan pencatatan data dalam tally sheet dan mengambil
gambar dari hasil pengamatan.
12. Penyusunan laporan oleh praktikan.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Pengukuran Kadar Air
Tabel 2. Pengukuran Kadar Air
Besarnya KA Besarnya KA
Besarnya KA Oven Angin-Angin Penjemuran
%KA %KA
(Moismeter %KA (Moismeter %KA %KA %KA
) Rumus ) Rumus (Moismeter) Rumus
1 0 0,038 0 0,011 0 0,007
2 0 0,005 0 0,016 0 0,003
3 12,1 0,121 12 0,017 7,5 0,123
4 10,8 0,108 11,6 0,013 8,1 0,042

4.1.2 Pengukuran BJ
Tabel 3. Pengukuran BJ
Besarnya BJ Besarnya BJ
Sampel Besarnya BJ Oven Angin-Angin Penjemuran
1 3,714 3,19 2,364
2 2,963 4,333 3,077
3 5,187 3,911 4,449
4 4,596 4,057 4,126

4.1.3 Perubahan Dimensi


Tabel 4. Perubahan Dimensi
Perubahan Dimensi Perubahan Dimensi Perubahan Dimensi
Oven Angin-Angin Penjemuran
Leb Leb
Panjan ar Ting Panjan Ting Panjan ar Ting
g (mm gi g Lebar gi g (mm gi
(mm) ) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) ) (mm)
1 1 -2 -3 1 1 -1 -1 3 0
2 -1 -2,5 -6 -1 1 0 -2 1 -1
-18, -18,1 -18,8 -18,1
3 10 3 5 -7 5 5 19,5 2,15 2,05
-18, -21,3 -21,4
4 -30,5 1 -18,2 7 75 5 19,7 2,15 2,05

4.2 Pembahasan
Pengeringan kayu merupakan proses penting untuk mencapai kadar
air yang sesuai untuk penggunaan akhir. Ada beberapa faktor yang

10
menjadi indikator hasil pengeringan kayu seperti besarnya kadar air, berat
jenis, dan perubahan dimensi. Pada praktikum ini digunakan tiga metode
pengeringan yakni dengan pengovenan, pengangin-anginan, dan
penjemuran.
Berdasarkan data yang telah disajikan pada tabel pengukuran kadar
air, terjadi perbedaan nilai kadar air menggunakan moist meter dan
perhitungan manual dengan rumus. Didapati hasil perhitungan kadar air
menggunakan rumus memiliki ketelitian yang lebih tinggi. Selain itu pada
sampel kayu sengon 1 dan 2 yang merupakan milik kelompok kami
memiliki hasil ataupun nilai yang diharapkan yakni berkisar 0 sampai 1%
kadar air dari hasil pengeringan dengan 3 metode yakni di oven
diangin-anginkan.
Pengeringan kayu merupakan proses penting untuk mencapai kadar
air yang sesuai untuk penggunaan akhir. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pengeringan kayu, termasuk jenis kayu, kelembaban
awal kayu, suhu udara, kelembaban relatif udara, aliran udara, serta
metode pengeringan yang digunakan (Bagustiana et al., 2021). Pada
praktikum ini digunakan tiga metode pengeringan yakni dengan
pengovenan, pengangin-anginan, dan penjemuran. Berdasarkan data yang
telah disajikan pada tabel pengukuran kadar air, terjadi perbedaan nilai
kadar air menggunakan moistmeter dan perhitungan manual dengan
rumus.
Pengukuran kadar air pada kayu dapat menggunakan moismeter
dan manual dengan rumus, perhitungan pada kadar air menggunakan dua
cara yaitu wood moisture meter dengan rumus teoritis. Dari hasil yang
didapat, ditemukan hasil berbeda pada perlakuan angin-angin yang cukup
signifikan diantara keduanya, hal ini dapat terjadi karena faktor perbedaan
pada parameter yang dibutuhkan pada setiap perhitungan. Misalnya, pada
rumus teoritis menggunakan perhitungan manual dengan parameter berupa
berat kayu basah dan berat kayu kering, sedangkan pada wood moisture
meter didapati sudah berupa alat otomatis yang didukung dengan sensor.
Perbedaan pada hasil kadar air juga dapat disebabkan oleh faktor
eksternal dan internal (Marsoem et al., 2014). Didapati hasil perhitungan
kadar air menggunakan rumus memiliki ketelitian yang lebih tinggi. Selain
itu pada sampel kayu sengon 1 dan 2 yang merupakan milik kelompok
kami memiliki nilai kadar air yang diharapkan yakni berkisar 0-1% dari
hasil pengeringan dengan 3 metode yakni di oven diangin-anginkan dan
dilakukan penjemuran. Kemudian dapat disimpulkan, berkurangnya kadar
air paling besar adalah pada metode penjemuran.
Selanjutnya pada tabel pengukuran berat jenis, nilai berat jenis
terbesar adalah pada sampel kayu sengon yang di oven ini menunjukkan
bahwa kayu sengon yang di oven memiliki massa jenis yang lebih tinggi

11
dibandingkan dengan sampel kayu sengon yang tidak di oven. Hal ini
terjadi karena proses pengeringan di oven menghilangkan kandungan air
dari kayu sengon. Tabel perubahan dimensi menunjukkan bahwa keempat
sampel kayu sengon mengalami perubahan bentuk, yaitu bengkok. Tingkat
kebengkokan pada tiap sampel berbeda-beda, ada yang terlihat jelas dan
ada yang tidak. Perhitungan perubahan dimensi menunjukkan bahwa
meskipun bengkoknya tidak selalu terlihat jelas, semua sampel mengalami
perubahan dimensi secara valid.
Bengkoknya kayu akibat pengeringan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yakni distribusi kadar air yang tidak merata yang menyebabkan
tegangan internal pada kayu sehingga terjadi pembelokan, sifat anisotropik
kayu yakni saat kayu mengering penyusutannya tidak sama di sebuah arah
dan menyebabkan kayu menjadi bengkok, dan terakhir yaitu pengaruh
suhu dan kelembaban di mana suhu yang terlalu tinggi atau kelembaban
yang terlalu rendah dapat menyebabkan kayu mengering terlalu cepat dan
beresiko mengalami pembengkokan dan dilakukan penjemuran. Kemudian
dapat disimpulkan, berkurangnya kadar air paling besar adalah pada
metode penjemuran.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengeringan kayu merupakan proses penting untuk mencapai kadar air


yang sesuai untuk penggunaan akhir. Berdasarkan data yang telah disajikan pada
tabel pengukuran kadar air, terjadi perbedaan nilai kadar air menggunakan moist
meter dan perhitungan manual dengan rumus. Didapati hasil perhitungan kadar air
menggunakan rumus memeliki ketelitian lebih tinggi. Pada sampel kayu sengon 1
dan kayu sengon 2 memiliki hasil nilai yang diharapkan 0 sampai 1% dari hasil
pengeringan dengan 3 metode yaitu di oven, di angin anginkan, dan di jemur.
Nilai berat jenis terbesar adalah pada sampel kayu sengon yang di oven ini
menunjukkan bahwa kayu sengon yang di oven memiliki massa jenis yang lebih
tinggi dibandingkan dengan sampel kayu sengon yang tidak di oven.

5.2 Saran

Pelaksanaan praktikum ini sudah baik antar asisten praktikum dan


praktikan, tetapi tidak ada yang sempurna dan pasti ada kesalahan didalam sebuah
kegiatan praktikum. Saran yang kami usulkan adalah semoga berkurangnya
informasi informasi yang terlalu mendadak sehingga praktikan tidak mengalami
kesulitan dalam menindaklanjuti informasi tersebut.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bagustiana, N. A., TyasIstikowati, W., & Sutiya, B. (2021). Pengeringan


kayu karet (Hevea brasiliensis) dengan metode radiasi matahari
(Green house) untuk tujuan pengawetan kayu. Jurnal Sylva
Scienteae Volume, 4(4).

Bahanawan, A., Darmawan, T., & Dwianto, W. (2020). Hubungan sifat


berat jenis dengan sifat higroskopisitas melalui pendekatan nilai
rerata kehilangan air. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 12(1), 1-8.

Dewi, N. P. E. L., Pratama, I. A., & Juanita, J. (2023). Karakteristik Sifat


Fisika dan Mekanika Kayu Jati Sumbawa Sebagai Bahan
Konstruksi. Empiricism Journal, 4(1), 320-325.

Hardianti, N., Damayanti, R. W., & Fahma, F. (2017). Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Proses Pengeringan Simplisia Menggunakan Solar
Dryer Dengan Konsep Udara Ekstra. In Prosiding Seminar Sains
Nasional dan Teknologi (Vol. 1, No. 1).

Marshelianisa Mayanthi, Y. (2021). ANALISIS METODE


PENGERINGAN KAYU SENGON MENGGUNAKAN OVEN
KAYU DENGAN PEMANAS RADIASI INFRAMERAH
(Doctoral dissertation, Universitas Darma Persada).

Marsoem, S. N., Prasetyo, V. E., Sulistyo, J., Sudaryono, S., &


Lukmandaru, G. (2014). Studi mutu kayu jati di hutan rakyat
gunungkidul III. Sifat fisika kayu. Jurnal Ilmu Kehutanan, 8(2),
75-88.

Nayiroh, N. (2020). Studi pengaruh variasi fraksi volume filler partikel


cangkang kerang hijau terhadap sifat fisis dan mekanik komposit
polimer polyester

Raka, B. (2022). ANALISA PENGERINGAN KAYU JENIS PINUS


DAN SENGON MENGGUNAKAN INFRARED HEATER
KERAMIK PADA MESIN OVEN KAYU DENGAN SUHU
90-100° C (Doctoral dissertation, UNSADA).

Upessy, E. K. (2016). Desain Jembatan Kayu dengan Menggunakan Kayu


Merbau di Kabupaten Sorang Provinsi Papua Barat.
Skripsi.Universitas Atma Jaya Yogyakarta

14
LAMPIRAN

Mengukur ketebalan Menjemur kayu yang sudah diberi perlakuan


kayu dengan jangka sorong

Mengukur kelembaban kayu


dengan alat moist meter

Menimbang kayu dengan timbangan digital

15

Anda mungkin juga menyukai