Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH TEKNOLOGI BAHAN DAN STRUKTUR KAYU

TUGAS KULIAH

Oleh : RIDWAN SUSANTO


NIM : 4520041089
NON REGULER

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Segala hormat puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunia-
Nya, makalah mata kuliah Teknologi Bahan dan Struktur Kayu ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.

Penyusun tidak lupa mcnyampaikan terirna kasih kepada dosen pcngampu mata kuliah
Teknologi Bahan dan Struktur Kayu yang bersedia mcmbcrikan togas rnakalah ini untuk menarnbah
pcngetahuan rnahasiswa/i. Penulis juga mcnyampaikan terima kasih kepada sumber terpercaya baik itu
buku, jumal maupun sumber dari internet yang telah membantu proses pernbuatan makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempuma baik itu dari segi isi maupun
segi penulisan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat diharapkan untuk pcrbaikan pembuatan makalah
selanjutnya. Akhir kata penyusun mengucapkan tcrima kasih, semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan diterima dengan baik.

Makassar, November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
I.I Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Makalah............................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................................ 2
1.4 Manfaat Makalah .............................................................................................................. 2
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 3
2.1 Pengeringan Kayu .......................................................................................................... 3
2.2 Jenis Pengeringan Kayu ................................................................................................ 5
2.3 Kerusakan Pada Pengeringan ..................................................................................... 10
III. PENUTUP .......................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 11
3.2 Saran......................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 12

ii
I. PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Kebutuhan kayu sebagai bahan baku untuk keperluan setiap harinya semakin meningkat. Di sisi
lain, pasokan kayu dari hutan alam cenderung semakin menurun baik dari segi volume maupun mutunya
sehingga dilakukan berbagai upaya dalam meningkatkan pasokan kayu antara lain dengan membangun hutan
rakyat dan hutan tanaman. Kayu yang dihasilkan dari kedua jenis hutan tersebut umumnya merupakan jenis
kayu cepat tumbuh (fast growing species). Tobing (1988) pernah mengatakan bahwa jenis jenis kayu
yang cepat tumbuh bermutu rendah karena selain berurnur muda, juga mengandung banyak cacat seperti
mata kayu, miring serat, cacat bentuk dan sebagainya.

Mengacu pada hal tersebut maka penting untuk rnelakukkan proses pengeringan kayu untuk
rnencapai kadar air yang diinginkan. Proses pengeringan kayu di Indonesia kebanyakan masih
menggunakan proses pengeringan alami, yang rnemanfaatkan sinar matahari sebagai energi utamanya. Namun,
proses penecringan ini sangat bergantung pada kondisi cuaca sehingga berpengaruh terhadap lamanya
pengeringan. Mengatasi hal tersebut maka diperlukan pengeringan kayu yang rnemberi waktu pengeringan
singkat dan tidak bergantung kepada kondisi cuaca. Proses pengeringan kayu dapat dipercepat dengan
menaikkan temperatur pengeringan atau cara lainnya, hal ini berkaitan dengan proses pengeringan buatan.

Namun, pelaksanaan pengeringan alami maupun buatan ini sering diikuti dengan terjadinya cacat
yang merugikan, seperti retak, pecah, dan cacat bentik lainnya. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh anatomi
kayu, porsi kayu rcmaja dan berat jenis kayu (Basri et al. 2000). Sehingga, sehubungan dengan masalah-
msalah pengeringan tersebut maka perlu mengetahui lebih jauh mengenai proses pengeringan, jenis dan
kelebihan kekurangannya serta bagaimana cara untuk mengatasi cacat akibat pengeringa.

1
1.2 Rumusan Makalah

Rumusan rnasalah yang dapat disampaikan berdasarkan latar belakang di atas adalah sebagai
berikut:

1. Apa itu pengeringan kayu?

2. Apa saja jenis dari pengeringan kayu?

3. Bagaimana kerusakan yang dapat tcrjadi pada proses pengeringan kayu?

1.3 Tujuan Makalah

Mengacu pada rumusan masalah yang telah dibuat maka tujuan pembuatan makalah ini adalah
sebagai berikut:

1. Mengetahui tentang pengeringan kayu.

2. Memahami jenis dari pengeringan kayu

3. Mengetahui kerusakan yang dapat terjadi akibat proses pengeringan kayu

1.4 Manfaat Makalah

Manfaat yang dapat diperoleh dari proses pembuatan makalah ini adalah rnenambah wawasan
dan pemikiran untuk memahami bagaimana pcngeringan yang dapat dilakukan pada kayu dan hal-hal
yang bcrkaitan dcngan pengeringan kayu.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengeringan Kayu

Pengeringan kayu adalah proses penurunan kadar air kayu sampai mcncapai kadar air
lingkungan tenentu atau kadar air yang sesuai dengan kondisi udara di mana kayu tcrscbut
ditempatkan (Tsoumis, 1991). Pengeringan kayu adalah proses untuk mengeluarkan air yang
terdapat di dalam kayu agar diperoleh kadar air kayu tertentu sesuai pernakaian. Kadar air kayu
scsuai pcmakaian mcrupakan kadar air keseimbangan yang besamya sesuai dengan suhu dan
kelembaban udara di mana kayu digunakan. Pengeringan kayu adalah suatu proses pcngeluaran
air dari dalam kayu hingga rnencapai kadar air yang seimbang dengan lingkungan dimana kayu
akan digunakan ranpa menurunkan kualitas kayu tcrscbut.

Kayu dapat mengering dengan cepat tanpa menurunkan kualitasnya bergantung pada:

1) kondisi alat pengeringan,

2) teknik penumpukan,

3) penggunaan bagan pengeringan.

Cara untuk mempertahankan tingkat kekeringan dan kualitas kayu yang sudah kering
sangat bergantung pada kondisi gudang penyimpanan dan penataan kayu tersebut. Pelaksanaan
pengeringan meliputi kegiatan persiapan, pengamatan proses pengeringan dan pencegahan
cacat.

A. Manfaat Pengeringan Kayu

Proses pengeringan kayu dilakukan untuk mernperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Menjamin kestabilan dimensi kayu sehingga kayu tidak akan lagi mengalami
perubahan bentuk, retak maupun pecah.

2. Menambah kekuatan kayu, dengan asumsi tidak terjadi cacat khususnya belah ujung.
Selain itu, kuat pegang paku terhadap kayu akan meningkat.

3
3. Membuat kayu menjadi ringan sehingga biaya transponasi bisa lebih rendah

4. Mencegah dan membebaskan serangan jamur dan bubuk kayu basah dan kayu akan
lebih awet. Tingginya ternperatur pada pengeringan tanur membunuh jamur dan insekta
yang bisa hidup dalam kayu.

5. Memudahkan pengerjaan selanjutnya seperti pengetaman, perekatan, finishing dan


proses pengawetan

6. Menjadikan wama kayu lebih cerah/terang.

7. Rendemen produk bcrkualitas baik meningkat.

8. Memudahkan dan meningkatkan hasil pengecatan dan finishing.

B. Syarat Pengeringan Kayu

Tiga syarat utama yang harus dipenuhi dalam mengeringkan kayu

1. Cukup encrgi panas

Energi panas digunakan untuk memanaskan/menguapkan air dari dalam kayu, terutama
pada kayu yang kadar airnya sudah mencapai 30 %. Untuk mengeringkan kayu tersebut hingga
ke kadar air di bawah 15% mernerlukan penambahan panas.

2. Cukup kelembaban

Kelembaban ini disesuaikan dengan tingkat kadar air kayu.

3. Sirkulasi udara

Sirkulasi udara yang baik dapat menghantarkan panas secara rnerata rnengenai seluruh
permukaan kayu dari setiap tumpukan. Makin cepat peredaran udara semakin cepat kayu
mengering dan semakin merata tingkat kekeringannya. Sirkulasi udara yang normal untuk
pengeringan adalah 2 m/detik.

4
2.2 Jenis Pengeringan Kayu

Proses pengeringan pada kayu terdiri dari dua yaitu Pengeringan Alami dan
Pengeringan Buatan:

A. Pengeringan Alami

Pengeringan kayu secara alami atau pengeringan tradisional banyak dilakukan di


Indonesia, terutama pada pertukangan kayu kecil. Sistem pengeringan ini merupakan sistern
pengeringan kayu yang paling tua, terutama karena di Indonesia energi matahari sangat murah
dan mudah didapat dan sangat bergantung pada musim dan sinar matahari. Ada terdapat kayu
yang harus memerlukan pengeringan alami diantaranya adalah kayu Jati, masih membutuhkan
proses pengeringan alami.

Pada pengeringan alami kadar air kayu di bawah 12% tidak dapat diperoleh (kondisi
Indonesia). Dengan demikian sistem ini tidak dapat digunakan untuk memproses produk
dengan tujuan ekspor ke negara-negara Eropa yang menuntut kadar air maksimal 8% sampai
12%. Kondisi udara di Indonesia terrnasuk lembab karena terletak di daerah tropis dan berupa
negara kepulauan. Kelembaban relatifnya berkisar 60% sampai 80% dengan temperature 18°C
sampai 35°C pada musim kemarau. Kondisi ini berbeda-beda, tergantung pada letak geografis
dan tinggi daerah dari permukaan laut. Bila nilai kelembaban relatif dan ternperatur
dihubungkan, titik keseimbangan kayu di Indonesia berkisar 15 sampai 20% bergantung pada
jenis kayu.

Pokok-pokok yang perlu diperhatikan pada system pengeringan alami:

1.Penggunaan lahan untuk pengeringan relatif luas. Harga dan biaya investasi tanah kini kian
melambung sehingga harus diperhitungkan juga besamya nilai investasi, bunga investasi, dan
lama proses pengeringan.

2.Waktu pengeringan relatif lama sehingga stok bahan yang dikeringkan juga harus cukup
besar. Bandingkan pula investasi modal kerja (bahan) apakah seimbang dengan biaya
operasinya (bunga alas investasi bahan dan tanah akan menyebabkan nilai bahan makin tinggi
dan tidak kompetatif),

3.Kayu yang dijemur dapat pecah atau melengkung karena panas matahari yang tidak merata.

5
4. Waktu pengeringan efektif hanya dapat dilakukan selama musim kemarau dan sangat
bergantung pada cuaca.

5.Kadar air kayu umumnya hanya mencapai sekirar 15% yang relatif masih tinggi.

Adapun segi-segi positif system pengeringan alami adalah:

1. Kapasitas dan jenis sortimen yang dikeringkan tidak terbatas, bergantung kepada luas
areal tanah.

2. Tidak diperlukan tenaga ahli khusus.

3. Biaya relatif murah (hanya dengan sinar rnatahari).

Tidak semua jenis kayu dapat mengikuti proses ini, terutama jenis kayu yang berwarna
cerah, misalnya pinus, ramin, dan albazia atau sengon, juga kayu yang keras dan mudah pecah,
misalnya merbau, keruing, pilang. Sistcm pengeringan alami sebenamya sudah terjadi dalam
proses produksi. Proses pengeringan dapat dilakukan pada:

I. Pengeringan Alami di tempat Penimbunan Log (Log Yard)

Log-log yang sudah dipotong disusun di log yard dengan baik. Ujung-ujungnya diberi
bahan kimia untuk mencegah cepat keringnya kandungan air pada bontos kayu agar tidak
mudah pecah atau rusak. Sebaiknya, di log yard ditanam pohon pelindung untuk menaungi
kayu dari sengatan sinar matahari langsung. Kayu yang dipotong mulai menyusut kadar aimya.
Kayu Bangkirai misalnya harus selalu disiram air setiap 4 sampai 6 jam sekali untuk menjaga
agar kayu tidak pecah, Pecahnya jenis kayu yang keras di log yard adalah karena bagian luar
kayu lebih cepat kering daripada bagian dalam. Fungsi air disini adalah sebagai pengatur proses
evaporasi kandungan yang ada dalam kayu.

2. Pengeringan Kayu Gergajian

Log-log kayu kernudian digergaji di saw mill sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan.
Kayu gergajian ini kemudian disusun (stacking) sesuai dengan tujuan proses berikutnya:

6
a. Proses menunggu atau untuk disimpan sementara di dalam gudang.

Kadar air awal kayu bisa turun sedikit sambil menunggu proses pengeringan buatan.

b. Langsung diproses dengan pengeringan buatan.

Beberapa kayu berwama muda harus segera dimasukkan ke dalam oven untuk
mencegah timbulnya jamur perusak warna kayu, misalnya kayu sengon, kayu karei, dan kayu
pinus. Kayu jati sebaiknya diangin-anginkan semenrara waktu (air dry) untuk mencegah
keluarnya zat ekstraktif dalam kayu saat pengeringan dengan temperarur tinggi (60° C). Kayu
akan kemerah-rnerahan bila kayu dari penggergajian dan berkadar air tinggi langsung
dikeringkan.

Faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah panas, kelemaban relatif dan sirkulasi
udara (Budianto, I 996):

1.Panas, merupakan energi yang diperlukan oleh molekul air untuk melepaskan diri dari ikatan
antara molekul pada air bebas dalam rongga sel atau melepaskan diri dari ikatan dengan
tangan hidroksil pada air terikat. Pada suhu tinggi, udara cenderung menghisap kelembaban
atau uap air dibandingkan dengan dengan udara bersuhu rendah. panas termal udara akan
sangat berpengaruh terhadap nilai kelembaban udara.

2. Kelembaban relatif, menentukan kapasitas pengeringan udara, Udara yang lebih kering
(kelembaban relatif rendah) memiliki kapasitas pengeringan yang lebih tinggi dan dapat
menahan uap air lebih banyak. Kapasitas pengeringan dipengaruhi oleh temperatur karena
udara yang panas memiliki kapasitas pengeringan yang lebih tinggi, karena peningkatan
temperatur menyebabkan turunnya kelembaban relatif.

3. Sirkulasi udara (air velocity), berfungsi sebagai pengantar panas ke kayu yang digunakan
untuk menguapkan air dari dalam kayu dan memindahkan uap air dari permukaan kayu ke
udara sekitar. Sirkulasi udara yang baik akan mempercepat perambatan gelombang panas
pada udara sehingga mempercepat pengeringan.

7
Faktor lain yang dapat mempengaruhi kecepatan pengeringan alami/udara:

a. lklim (besar kecilnya curah hujan, intensitas penyinaran matahari, ada kabut atau tidak),
makin lama sinar matahari makin cepat kayu mengering.

b. Kadar air awal : makin basah kayu makin lama waktu yang diperlukan untuk mengering.

c.Jenis kayu: pada umumnya kayu yang berat (berkerapatan tinggi, kayu keras) lebih lama
mengering dibandingkan kayu ringan (berkerapatan rendah, kayu lunak).

d.Letak kayu : umumnya kayu gubal lebih cepat mengering dari pada kayu teras.

e.Ukuran kayu : kayu yang tipis lebih cepat mengering dibanding kayu yang tebal.

f. Cara penyusunan : menggunakan ganjal, tidak kena hujan dan sinar rnatahari langsung lebih baik.

Kelebihan dari proses pengeringan alami ini adalah :

a.Biaya murah tanpa peralatan yang mahal

b.Pelaksanaannya mudah dan tidak memerlukan tenaga ahli

c.Kapasitas dan jenis sonimen kayu tidak terbatas

Kelemahan pada proses pengeringan ini adalah:

a.Waktu cukup lama tergantung cuaca

b.Perlu areal yang luas dan pcrsediaan kayu yang banyak

c.Cacat-cacai kayu tak dapat dipcrbaiki/dicegah

d.Kadar air akhir masih cukup tinggi.

B. Pcngeringan Buatan

Sistern pengeringan alami sangat bergantung pada musim dan sinar matahari. Atas dasar kesulitan-
kesulitan dan ketidakpastian waktu pengeringan, dicari sistem pengeringan lain untuk menjamin
kelangsungan proses produksi (tidak bergantung pada musim) dan juga untuk mengurangi cacat-cacat
pengeringan yang terterjadi, sistem pengeringan tersebut dinamakan system pengeringan buatan,
Contoh pengeringan buatan ini adalah pengeringan kayu didalam ruangan pengering atau kilang
pengering yang diatur keadaan iklimnya.

8
Kelebihan dari pengeringan buatan ini adalah sebagai berikut :

a.Waktu pengeringan singkat

b.Kadar air akhir dapat diatur

c.Suhu, kelembaban udara dan sirkulasi udara dapat diatur

d.Cacat kayu dapat dihindari

c. Kontinuitas produksi tak terganggu dan tak perlu persediaan kayu yang banyak

f. Tak Perlu tempat yang luas

Kelemahan yang pada proses pengeringan buatan ini adalah :

a.Perlu modal yang besar

b.Perlu tenaga ahli

c.Jenis kayu dan sonimcn kayu yang akan dikering

Macam-macam pengeringan buatan

1. Sistern dehumidifier (kondensasi)

Udara yang panas dan kering di ruang pengering menyerap uap air yang dikeluarkan
dari kayu sehingga menjadi lembab. Udara yang lembab dialirkan ke alat kondensor, disini uap
air diembunkan dan dikeluarkan, udara yang kering dipanasi kembali, selanjutnya dialirkan ke
ruang pengering, begitu seterusnya hingga kayu kering.

2. Sistem oven konvensional (Companemenl dan Progressive kiln)

Udara panas di ruang pengering menyerap uap air yang dikeluarkan dari kayu sehingga
menjadi lembab. Udara lembab dikeluarkan melalui cerobong pembuang, pada saat yang sama
udara kering masuk melalui cerobong lainnya dan melewati elemen pemanas. Udara panas dan
kering di ruang pengering ini kembali menyerap uap air dari kayu. Begitu proses terus berulang
sampai kayu kering.

9
3. Sistem vakum

Kayu dikeringkan di dalam silindcr dengan tekanan rendah (vakum) sehingga titik didih
air menurun. Tekanan diatur sedemikian rupa sehingga dengan suhu yang rendah (45-550C)
tercapai titik didih air, dengan demikian meskipun pada suhu yang rendah air dalam kayu cepat
menguap dan kayu cepat mengering.

2.3 Kerusakan Pada Pengeringan

Kerusakan-kerusakan selama proses pengeringan (alami maupun buatan) disebabkan


oleh 3 hal, yaitu:

a.Cacat akibat penyusutan kayu (tegangan dalam kayu saat kayu menyusut)

b.Serangan jamur perusak warna (warna maupun fisik kayu)

c.Zat ekstraktif dalam kayu (ramin, damar)

Cacat-cacat akibat penyusutan kayu dapat terjadi karena sistem penumpukan kayu
(stacking) kurang baik. Sistern penumpukan kayu juga mempengaruhi timbulnya serangan
jamur kayu. Cacat-cacat retak, pecah pada ujung atau pada permukaan kayu dapat dihindarkan
dengan system penyusunan kayu dengan rnemperhatikan sirkulasi udara. Permukaan kayu
sebaiknya dibiarkan mendapatkan udara merata pada keempat permukaannya, sehingga
penyusutan dan tegangan dalam kayu dapat merata. Permukaan kayu yang tertutup atau
tertindih permukaan kayu lain, dapat terkena serangan jamur kayu disamping terjadinya
perubahan warna kayu.

10
III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sesuai dengan hasil makalah yang telah tersusun maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:

1.Pengeringan kayu adalah proses penurunan kadar air kayu sampai mencapai kadar air
lingkungan tertentu atau kadar air yang sesuai dengan kondisi udara di mana kayu tersebut
diternpatkan,

2. Jenis pengeringan kayu terdiri dari pengeringan alami dan pengeringan buatan dengan
kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

3. Penyebab kerusakan pada pengeringan dapat disebabkan oleh cacat, jamur dan zat ekstraktif
kayu,

3.2 Saran

Mengacu pada makalah yang telah selesai disusun maka saran yang dapat disampaikan
bahwa pentingnya untuk rnengetahui hal-hal mengenai pengeringan kayu baik sehingga
pengeringan dapat menghasilkan produk yang baik sesuai dengan yang diharapkan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Barus, Apriansyori. 2012. Pengendalian Cacal Bentuk Dalam Pengeringan Kayu Durian
(Durio zibethinus Murr), Kayu Karel (hevea brasiliensis Muell. Arg) dan Kayu Kccapi
(Sandoricum koetjape Burm.F.Merr). Bogor: Depanemen hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, lnstitut Pertanian Bogor.

Basri E, K. Hayashi, Hadjib, Roliadi. 2000. The Qualities and Kiln Drying Schedule of Several
Wood Species from Indonesia. Proceeding of The Third International Wood Science
Symposium, November 12, 2000 in Kyoto Japan. pp. 4348.

Budianto, A. Dodong, 1996. Sistern Pengeringan Kayu. Penerbit Kanisius, Semarang.

Sucipto, Tito. 2009. Pengeringan Kayu Secara Umum. Medan: Depanemen Kehutanan,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Tobing TL. 1988. Sifat-sifat Kayu Sehubungan dengan Pengeringan. Bogor : Depanemen
Kehutanan, Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.

Tsoumis, G. 1991. Science and technology of Wood; Structure, Properties, Utilization. Van
Nostrand Reinhold, New York.

12

Anda mungkin juga menyukai