Anda di halaman 1dari 29

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................i


KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 3
2.1 Pohon Yang Digunakan Untuk Produk Kayu ......................................................................... 3
2.1.1 Kayu Akasia Mangium (Acacia Mangium) .................................................................... 3
2.1.2 Pohon Meranti Merah (Shorea Roxb) ............................................................................. 5
2.1.3 Pohon Keruing (Dipterocarpus) ...................................................................................... 6
2.1.4 Pohon Ulin (Eusideroxylon Zwageri) ............................................................................. 7
2.1.5 Pohon Jati (Tectona grandis L.f) ..................................................................................... 8
2.1.6 Pohon Merbau (Caesalpiniaceae) .................................................................................... 9
2.1.7 Pohon Bengkirai (Shorea Leavis).................................................................................. 10
2.1.8 Pohon Kamper (Cinnamomum Camphora) ................................................................... 11
2.1.9 Pohon Kelapa (Cocos Nucifera) .................................................................................... 12
2.1.10 Pohon Karet (Hevea Brasiliensis) ................................................................................. 13
2.1.11 Pohon Gelam (Melaleuca Leucadendra) ....................................................................... 14
2.2 Klasifikasi Kelas Kayu Serta Ciri-Cirinya ............................................................................ 14
2.2.1 Klasifikasi Mutu Kayu .................................................................................................. 15
2.2.2 Klasifikasi Kekuatan Kayu ............................................................................................ 16
2.2.3 Klasifikasi Keawetan Kayu ........................................................................................... 17
2.3.1 Gambar Bagian Batang Kayu ........................................................................................ 17
2.3.2 Menentukan Jenis, Umur, Kekutan, Kelebihan, dan Kelemahan .................................. 20
2.4 Kayu Yang Paling Kuat......................................................................................................... 24
BAB III.................................................................................................................................................. 26
PENUTUP ............................................................................................................................................. 26
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................................. 26
3.2 Saran............................................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................... 27

i
KATA PENGANTAR
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM. Segalah puji bagi Allah SWT, illahi semesta
alam, shalawat dan salam untuk tauladan terbaik Rasulullah Muhammad SAW. Alhamdulillah
atas terselesaikannya Makalah ini. Penulisan makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata
kuliah Struktur Kayu. Oleh karena itu, penulisan Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah
satu alternatif panduan dan menambah wawasan dalam pendidikan, terkhusus untuk Struktur
Kayu.

Penyusun berharap, Makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Dalam
kesempatan ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, baik secara materiil maupun moril dalam proses penulisan sampai
terselesaikannya makalah ini. Terimahkasih dan salam hormat kami terkhusus kepada dosen
mata kuliah Milla Dwi Astari, S.T., M.Eng. yang telah bersusah payah membimbing kami
dalam penulisan makalah ini, semoga ilmu yang diberikan menjadi AMAL JARIYAH disisi
Allah SWT. Tak lupa juga penulis ucapkan terimakasih kepada pembaca yang telah bersediah
membaca makalah ini.

Tak ada gading yang tak retak, penyusun menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penyusun menghargai segala
bentuk kritik dan saran yang membangun guna terbentuknya makalah yang lebih baik lagi.
Akhir kata semoga makalah ini menjadi salah satu jalan penyebaran ilmu yang bermanfaat bagi
para penikmat ilmu sekalian, KARENA ILMU UNTUK DISEBARKAN DAN DIAMALKAN.

JAYAPURA, 18 September 2019

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Bangunan bukan hanya merupakan sebuah benda yang dapat dipamerkan oleh
pemiliknya, tapi juga merupakan tempat bernaung, berteduh dan beraktivitas. Terlebih lagi
sebagian besar aktivitas sehari-hari kita lakukan dalam ruangan. Dengn pentingnya
ruangan sebagai bagian dari bangunan itu sendiri maka pantaslah kita harus teliti dalam
memilih material dan bahan bangunan yang baik dan sesuai dengan kondisi iklim dimana
bangunan itu akan berdiri. Kayu merupakan salah satu bahan bangunan yang berasal dari
alam dan sangat sering digunakan.

Kayu adalah bahan yang kita dapatkan dari tumbuh-tumbuhan dalam alam dan
termasuk vegetasi hutan. Penggunaan kayu pada komponen struktural suatu bangunan
gedung, memiliki kelebihan dibandingkan dengan bahan lain, yang bersifat terbarukan,
rendah energi dan emisi dalam proses penggunaannya. Hal ini sangant sesuai dengan upaya
kita dalam pemanfaatan sistem alam yang tengah digalakkan di seluruh dunia dengan
konsep Green Building yang telah mulai atau sementara di terapkan di Indonesia dengan
terbitnya Peraturan Menteri PUPR mengenai bangunan hijau.

Indonesia merupakan negara dengan hutan hujan tropis yang sangat luas, yang
artinya memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan pemanfaatan kayu secara
perkelanjutan di dalam bangunan dengan struktur kayu. Namun disisi lain, tidak banyak
gedung atau bangunan yang dibanguna dengan struktur kayu. Padahal Indoesia telah
memiliki praturan struktur kayu yang, yaitu SNI 7973:2013 Spesifikasi Desain untuk
konstruksi kayu yang telah diterbitkan oleh badan Standardisasi Nasional.

Indonesia dengan segalah kekayaan alamnya yang memiliki beragam jenis kayu,
sudah sepatutnya atau bahkan menjadi kewajiban untuk pengembangan penggunaan kayu
itu sendiri, khususnya pengembangan penggunaan kayu dalam struktur bangunan dan
gedung dalam negri (Indonesia). Namun, Pengembangan pemakaian kayu sebagai
komponen utama struktur bangunan tidaklah sepesat meterial lain, seperti beton bertulang
dan baja. Hal ini karena berbagai alasan, seperti panjang kayu dan dimensi penampang
kayu utuh umumnya terbatas, latar belakang pemahaman mengenai material kayu lebih

1
kompleks dan rumit, serta semakin berkurangnya produksi kayu dari hutan alam
berdampak pada terbatasnya produksi kayu utuh berdiameter besar.

Di negara lain, sebagai contoh Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Swedia,
pemakaian kayu sebagai komponen utama struktur bangunan gedung dan jembatan
berkembang sangat pesat. Hal ini antara lain didukung penelitian-penelitian mutakhir dan
perkembangan peraturan kayu yang dihasilkan (BSI, 2004; FWPA, 1997; AITC, 2004;
FPL, 2010) dan konsep woods as a green building meterial (FPL, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Mengacuh pada tugas penulisan makalah yang diberikan dan dijadikan rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagai batasan pembahasan bab isi.
Beberapa masalah tersebut antara lain:

1. Pohon apa saja yang bisa digunakan untuk produk kayu dalam lingkup (jenis dan habitat
atau tempat tumbuh) ?
2. Apa saja Klasifikasi kelas kayu serta ciri-ciri pohon batang kayu tersebut ?
3. Gambarkan bagian batang kayu agar dapat ditentukan jenis, kelas, umur, kekuatan,
kelebihan dan kelemahan !
4. Apa jenis kayu yang paling kuat serta kekurangan dan kelebihan jenis kayu tersebut ?

1.3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari penulisan makalah ini
sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Pohon apa saja yang bisa digunakan untuk produk kayu dalam
lingkup (jenis dan habitat atau tempat tumbuh).
2. Untuk mengetahui Klasifikasi kelas kayu serta ciri-ciri pohon batang kayu.
3. Untuk mengetahui dan memahami gambar bagian batang kayu agar dapat ditentukan
jenis, kelas, umur, kekuatan, kelebihan dan kelemahan.
4. Untuk mengetahui dan memahami jenis kayu yang paling kuat serta kekurangan dan
kelebihan jenis kayu tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pohon Yang Digunakan Untuk Produk Kayu
Bahan kayu merupakan salah satu material bahan bangunan yang sering digunakan
dalam konstruksi yang berasal dari pohon kayu. Setiap pohon kayu memiliki sifat dan ciri
tersendiri baik dalam segi keindahan serat, kadar air, keawetan, berat jenis, kerapatan, dan
kekuatan. Maka dalam memilih kayu dari pohon yang akan dipergunakan ada baiknya kita
mengenal Jenis pohon dan Ciri Kayu Yang Sering Digunakan Sebagai Bahan Konstruksi.
Selain agar kita dapat mengetahui pohon kayu yang cocok dengan kriteria dan spesifikasi
yang kita inginkan, tentunya juga agar kita tidak tertipu dengan jenis-jenis pohon kayu
lainnya. Berikut beberapa macam pohon kayu yang sering digunakan sebagai bahan
konstruksi:
2.1.1 Kayu Akasia Mangium (Acacia Mangium)

Kayu Akasia Mangium memiliki ciri umum berwarna coklat pucat sampai coklat
tua, kadang-kadang coklat zaitun sampai coklat kelabu. Batasnya tegas dengan gubal yang
berwarna kuning pucat sampai kuning jerami. Corak kayu Akasia adalah polos atau
berjalur-jalur berwarnah gelap dan terang bergantiang pada bidang radikal. Teksturnya
halus sampai agak kasar dan merata. Arah serat kayu Akasia biasanya lurus, Kadang-
kadang terpadu. Permukaan agak mengkilap, ketika dirabah berkesan licin. Kayu Akasia
memiliki tingkat kekerasan agak keras sampai keras. Ciri utama kayu Akasia adalah
berwarnah coklat, pori Soliter, dan berganda radial, terdiri atsa dua sampai tiga pori,
parenkima terselubung, kadang-kadang bentuk sayap dan pori berukuran kecil, jari-jari
sempit, pendek, dan agak jarang. Berat jenis kayu Akasia berkisar antara 0,43 - 0,66,
termasuk dalam kelas awat III, dan kelas kuat antara II – III. Nama lain dari kayu Akasia
adalah Kasia dan Kihiang.

Pohon Akasia Mangium termasuk tanaman yang tumbuh cepat, tidang


membutuhkan syarat tumbuh tinggi yang dapat tumbuh di lahan yang tidak harus subur
dan tidak begitu terpengaruh pada jenis tanah. Akasia dapat tumbuh pada lahan yang
mengalami erosi, berbatu, dan tanah alluvial, serta tanah yang memiliki PH rendah (4,2).
Akasia juga dapat tumbuh pada ketinggian antara 30-130 m diatas permukaan laut (DPL),
dengan curah hujan bervariasi antara 1000-4500 mm per tahun. Pohon Akasia sangat
mebutuhkan sinar matahari kareana jika mendapatkan naungan akan tumbuh kurang

3
sempurnah dengan bentuk tinggi dan kurus. Pada lahan yang baik, Akasia pada umur 9
tahun telah mencapai tinggi 23 meter dengan rata-rata kenaikan diameter 2-3 meter dengan
produksi rata-rata 46 M3/ha/tahun.

Pohon Akasia Mangium merupakan tanaman asli yang banyak tumbuh di wiilayah
Papua Nugini, Papua Barat, dan Maluku. Tanaman ini pada mulanya dikembangkan eksitu
di Malaysia Barat dan selanjutnya di Malaysia Timur, yaitu sabah dan serawak. Karena
menunjukkan pertumbuhan yang baik maka Filipina telah mengembangkan pula sebagai
hutan tanaman.

Pohon Akasia merupakan tanaman cepat tumbuh atau memiliki pertumbuhan


tahunan yang tinggi dibandingkan dengan kayu jenis lainnya. Jenis cepat tumbuh seperti
ini memiliki rotasi umur pendek, yaitu 8-10 tahun dibandingkan jenis lainnya 25 tahun.
Kayu yang dihasilkan dari jenis pohon seperti ini memiliki diameter kecil karena siklus
pemotongan yang pendek sehingga kayu sebagai bahan alamiah berupa balok atau log
belum merupakan produk yang efesien sebagai komponen struktural.

Pohon Akasia merupakan bahan kayu populer dan kayu masa depan yang banyak
diteliti secara mendalam diberbagai negara. Penelitian mengenai sifat fisik dan mekanis
kayu Akasia asli dan kayu Akasia kloning telah dilakukan di negara Vietnam dan negara
Jepang, dengan kayu Akasia yang diteliti adalah kayu Akasia Mangium dan kayu Akasia
kloning antara Akasia Mangium dan Akasia Auriculiformis. Di Indonesia pohon Akasia
merupakan merupakan pohon yang cepat tumbuh yang sangat populer. Kayu Akasia
banyak digunakan untuk elemen struktur juga struktur laminasi lem (glulam) karena
kekuatan lekat yang tinggi dan properti mekanis yang baik.

4
2.1.2 Pohon Meranti Merah (Shorea Roxb)

Secara umum, Pohon Meranti Merah memiliki nama Botanis Shorea spp., yang
memiliki beberapa famili Dipterocarpaceae. Kayu Meranti Merah memiliki ciri umum warna
teras sangat hetorogen, mulai hampir putih, coklat pucat, merah mudah, merah jambu, merah
kecoklatan, sampai merah tua kecoklatan. Gubal mudah dibedakan, yang umumnya berwarnah
putih, putih kotor kekuningan sampai agak coklat mudah, dengan tebal 2-8 cm. Corak
permukaan biasanya berupa pita pada bidang radikal, licin, dan agak mengkilap. Kayu meranti
merah memiliki tekstur agak kasar tapi rata, lebih kasar daripda kayu meranti putih dan meranti
kuning. Arah serat umumnya berpadu, kadang-kadang hampir lurus, dan bergelombang. Kesan
raba permikan Kayu licin atau agak licin. Tingkat kekerasan dapat digolongkan lunak sampai
agak lunak. Ciri utama Kayu Meranti Merah adalah memiliki saluran aksial menyebar menurut
garis tangensial panjang, berisi endapan warnah putih, pori soliter, dan berganda Radial ada
yang berisi tilosis, kayu teras berwarna merah mudah kecoklatan.

Struktur pori kayu Meranti Merah sebagian besar soliter, sebagian kecil bergabung
2-3 dalam arah radial, kadang-kadang berkelompok dalam arah diagonal atau tangensial,
diameter umumnya 200-300 µ, kadang-kadang lebih dari 400 µ, frekuensi 2-8 per mm2, kadang-
kadang berisi tilosis, gom atau damar berwarnah coklat. Parenkimnya kadang-kadang tersebar,
sering kali berbentuk pita tengensial pendek dan pita konsentrik sekitar saluran damar vertikal.
Parenkim paratrakeal berbentuk selubung lengkap atau tidak lengkap, sering kali berbentuk
selubung halus tidak jelas, kadang-kadang berbentuk aliform atau konfluen. Jari-jari hampir
seluruhnya multiseriate, berukurang sedang dengan lebar maksimum 75 µ, tinggi bervariasi
antara 125-3375 µ, frekuensi 4-5 per mm, kadang-kadang berisi kristal ca-oksalat secara
sporadis. Kayu Meranti Merah umumnya memiliki saluran aksial yang biasanya tersusun dalam
deretan tangensial yang kontinu, kadang-kadang terdapat deretan yang pendek, diameter
saluran aksial umumnya lebih kecil dari diameter pori. Saluran radial dan aksial umumnya
berisi endapan berwarnah putih.

Berat jenis kayu Meranti Merah berkisaran anatara 0,30-0,86. Kayu Meranti Merah
termasuk dalam kelas awet II-III dan kelas kuat III-IV. Nama-nama lain kayu Meranti merah
adalah Meranti Abang, Abang Gunung, Damar Merah, Engkabang Bukit, Lanah Merah,
Lapong Tembaga, dan Meranbai.

5
Di Indonesia, Penyebaran kayu Meranti terdapat di pulau Kalimantan, Sumatra, dan
Maluku. Teradapat beberapa nama daerah, antara lain Banio, Ketuko, Melebekan, Merayung,
sirantih, Abang, Awang, Damar, Engkabang, Kakan, kenuar, Kontai, Lanang, Kentang, Putang,
Ponga, kayu bapa, sehu dan lain-lain. Kayu Meranti Merah berasal dari pulau kalimantan yang
banyak diteliti oleng peneliti-peneliti dari negara asing diantaranya mengenai karakteristik
anatomi kayu Meranti Merah akibat kerusakan.

2.1.3 Pohon Keruing (Dipterocarpus)

Pohon keriung memiliki tinggi pohon mencapai 50 m dengan panjang batang bebas
cabang sampai 35 m, diameter dapat mencapai 120 cm, bentuk batang silinder, berbanir setinggi
1-4 m. Kayu keriung memiliki ciri umum teras berwarna abu-abu kecoklatan, ungu kecoklatan
sampai merah kecoklatan, tidak selalu dapat dibedakan dari gabul yang bisanya berwarnah
kuning sampai coklat keabu-abuan, dan memiliki batas yang jelas dengan kayu teratas dengan
lebar 2-10cm. Teksturnya agak kasar sampai kasar rata, Arah seratnya lurus sampai terpadu,
bidang melintang umumnya bergetar yang lengket dan berwarna kehitaman. Kayu Keriung
memiliki tingkat kekerasan agak keras sampai keras. Kesan raba permukaan kayu agak licin
atau licin. Ciri utama kayu keriung adalah potongan melintang kayunya berminyak dan lengket,
saluran aksialnya melebar atau menurut garis tangensial pendek, parenkima keliling pembuluh,
pori soliter, dan kayu berwarnah merah kecoklatan. Kayu keriung memiliki bau damar yang
agak mencolok.

Berat kayu Keriung berkisar antara 0,51-0,99. Kayu Keriung termasuk dalam awet
II-IV, dan kelas kuat I-III. Kayu Keriung terdapat di pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.
Terdapat beberapa nama antara lain Ariung, Kayu Kawan, Kenam, Keriung, Kayu Minyak,

6
Lagan, Melengkuang, Anderia, Ansurai, Karup, Keladan, Kerup, Ketanggang, Tempdau,
Dermala, Jempinang, Lawang, Klalar, Lagan, dan Kruen.

Struktur pori kayu Keriung hampir seluruhnya Soliter, sebagian kecil bergabung 2-
3 dalam arah radial atau tangensial, berbentuk lonjong, cenderung berkelompok membentuk
garis pendek dalam arah diagonal, frekuensi 2-5 per mm, kadang-kadang sampai 10 per mm,
bidang perforasi sederhana. Parenkim (jaringan dasar yang terdapat di seluruh organ tumbuhan,
sebagai penyusun sebagian besar jaringan pada akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji)
termasuk tipe paratrakeal berbentuk selubung tidak lengkap dan tipe apotrakeal terbentuk pita-
pita halus di antara pembuluh atau sekeliling saluran damar, terdapat juga parenkim tersebar
berupa bintik-bintik. Jari-jari uniserat dan multiserat memiliki lebar 50-100µ, frekuensi 5-7 per
mm, tinggi kurang dari 2 mm, dan berisi damar.

2.1.4 Pohon Ulin (Eusideroxylon Zwageri)

Pohon Ulin termasuk salah satu pohon kayu Indonesia yang berkekuatan tinngi dan
banyak dan banyak dijumpai di Kalimantan. Tinggi pohon Ulin pada umumnya mencapai 50
meter dengan diameter hingga 120 cm, dan tumbuh di dataran rendah. Berat kayu Ulin adalah
1,04. Ciri umum kayu Ulin adalah kayu teras berwarnah coklat – Kuning, yang mana lambat
laun menjadi coklat – hitam. Kayu gubal berwarnah coklat – kuning mudah dan memiliki batas
yang jelas dengan kayu teras, tebal 1-5 cm (rata-rata 3 cm). Tekstur kayunya agak kasar sampai
kasar dan merata, arah serat lurus atau kadang-kadang berpadu. Kayu Ulin memiliki kesan raba
kayu licin. Permukaanya agak mengkilap.

Kayu Ulin memiliki beberapa nama daerah, yaitu untuk daerah Sumatra disebut
dengan nama Bulian, Bulian Rambai, atau Onglen, sedangakan di daerah Kalimantan dikenal

7
dengan sebut Belian, Tabuli Telian, dan Tulian. Daerah penyebaran hutan kayu Ulin yaitu di
Jambi, Sumatra selatan, dan seluruh kalimantan.

2.1.5 Pohon Jati (Tectona grandis L.f)

Kayu jati sering dianggap sebagai kayu dengan serat dan tekstur paling indah.
Karakteristiknya yang stabil, kuat dan tahan lama membuat kayu ini menjadi pilihan utama
sebagai material bahan bangunan. Termasuk kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I,
II. Kayu jati juga terbukti tahan terhadap jamur, rayap dan serangga lainnya karena kandungan
minyak di dalam kayu itu sendiri. Tidak ada kayu lain yang memberikan kualitas dan
penampilan sebanding dengan kayu jati. Pohon Jati bukanlah jenis pohon yang berada di hutan
hujan tropis yang ditandai dengan curah hujan tinggi sepanjang tahun. Sebaliknya, hutan jati
tumbuh dengan baik di daerah kering dan berkapur di Indonesia, terutama di pulau Jawa. Jawa
adalah daerah penghasil pohon Jati berkualitas terbaik yang sudah mulai ditanam oleh
Pemerintah Belanda sejak tahun 1800 an, dan sekarang berada di bawah pengelolaan PT Perum
Perhutani. Semua kayu jati kami disupply langsung dari Perhutani dari TPK daerah Jawa
Tengah dan Jawa Timur.

Jati dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 1.500 – 2.000 mm/tahun dan suhu
27–36 °C baik di dataran rendah maupun dataran tinggi. Tempat yang paling baik untuk
pertumbuhan jati adalah tanah dengan pH 4.5 – 7 dan tidak dibanjiri dengan air. Jati memiliki
daun berbentuk elips yang lebar dan dapat mencapai 30 – 60 cm saat dewasa. Jati memiliki
pertumbuhan yang lambat dengan germinasi rendah (biasanya kurang dari 50%) yang membuat
proses propagasi secara alami menjadi sulit sehingga tidak cukup untuk menutupi permintaan
atas kayu jati. Jati biasanya diproduksi secara konvensional dengan menggunakan biji. Akan
tetapi produksi bibit dengan jumlah besar dalam waktu tertentu menjadi terbatas karena adanya
lapisan luar biji yang keras. Beberapa alternatif telah dilakukan untuk mengatasi lapisan ini
seperti merendam biji dalam air, memanaskan biji dengan api kecil atau pasir panas, serta
menambahkan asam, basa, atau bakteri. Akan tetapi alternatif tersebut masih belum optimal
untuk menghasilkan jati dalam waktu yang cepat dan jumlah yang banyak.

Dalam suatu konstruksi Kayu jati biasa digunakan sebagai rangka


atap,lantai,kusen,balok penyangga,dinding.

8
2.1.6 Pohon Merbau (Caesalpiniaceae)

Kayu Merbau termasuk salah satu jenis kayu yang cukup keras dan stabil sebagai
alternatif pembanding dengan kayu jati. Merbau juga terbukti tahan terhadap serangga. Warna
kayu merbau coklat kemerahan dan kadang disertai adanya highlight kuning. Merbau memiliki
tekstur serat garis terputus putus. Pohon merbau termasuk pohon hutan hujan tropis. Termasuk
kayu dengan Kelas Awet I, II dan Kelas Kuat I, II. Kayu merbau biasanya difinishing dengan
melamin warna gelap / tua. Pohon Merbau tumbuh subur di Indonesia, terutama di pulau Irian
/ Papua. Adapun pemanfaatan kayu merbaupun dapat digunakan pada konstruksi berat seperti
balok-balok, tiang dan bantalan dibangunan rumah maupun jembatan. Oleh karena kekuatan,
keawetan dan penampilannya yang menarik, sekarang kayu merbau juga dimanfaatkan secara
luas untuk pembuatan kusen, pintu dan jendela, lantai parket, papan-papan dan panel, mabel,
badan truk dan lain-lain.

Merbau tergolong pohon raksasa dengan tingi mencapai 40 m dan tinggi bebas
cabang 30 m, serta berdiameter mencapai 200 cm. Bentuk batang agak tegak, tidak silindris
sempurna, berakar papan yang rata-rata mencapai lebar 2 m dan tebal 10 cm. Bagian kulit
batang yang mati setebal 0,5-1 mm berwarna kelabu sampai coklat muda. Sedangkan bagian
kulit yang hidup setebal 5- 10 mm pada penampang melintang yang berwarna kuning sampai
coklat. Bentuk tajuk tidak teratur dengan penampilan yang hampir mirip bila dilihat dari
kejauhan. Kulit batang agak halus dan tidak gampang mengelupas atau pecah-pecah. Bentuk
daun agak bulat dan ukurannya lebih kecil dari Instia palembanica.

Kayu merbau biasa digunakan sebagai bahan veneer, plywood, konstruksi rumah,
jembatan, bantalan kereta api, kapal, lantai, meubel, interior kendaraan dll. Kayunya tergolong
kelas kuat I-II dan kelas awet I-II.

9
2.1.7 Pohon Bengkirai (Shorea Leavis)

Kayu Bangkirai termasuk jenis kayu yang cukup awet dan kuat. Termasuk kayu
dengan Kelas Awet I, II, III dan Kelas Kuat I, II. Sifat kerasnya juga disertai tingkat kegetasan
yang tinggi sehingga mudah muncul retak rambut dipermukaan. Selain itu, pada kayu bangkirai
sering dijumpai adanya pinhole. Umumnya retak rambut dan pinhole ini dapat ditutupi dengan
wood filler. Secara struktural, pinhole ini tidak mengurangi kekuatan kayu bangkirai itu sendiri.
Karena kuatnya, kayu ini sering digunakan untuk material konstruksi berat seperti atap kayu.
Kayu bangkirai termasuk jenis kayu yang tahan terhadap cuaca sehingga sering menjadi pilihan
bahan material untuk di luar bangunan / eksterior seperti lis plank, outdoor flooring / decking,
dll.

Pohon Bangkirai banyak ditemukan di hutan hujan tropis di pulau Kalimantan.


Kayu berwarna kuning dan kadang agak kecoklatan, oleh karena itulah disebut yellow balau.
Perbedaan antara kayu gubal dan kayu teras cukup jelas, dengan warna gubal lebih terang. Pada
saat baru saja dibelah/potong, bagian kayu keras kadang terlihat coklat kemerahan. Berat kayu
bengkirai inipun terbilang berat dari pada kayu jati.

Kayu Bangkirai dapat tumbuh hingga 40 meter dengan diameter hingga 120 cm.
Kayu ini bewarna kuning kecoklatan dengan kekerasan antara 880-990 kg/m3 hingga 1050
kg/m3 pada kekeringan 12%. Pada suhu normal Kayu Bangkirai dapat kering dalam waktu 12
hari hingga 1 bulan. Ikatan antar serat yang kuat dan mudah diolah menjadikan kayu ini cocok
untuk decking, outdoor furniture, dan berbagai keperluan konstruksi lainnya namun pada
beberapa jenis bangkirai seratnya cenderung mudah terbuka dam mudah melintir sehingga tidak
disarankan dipergunakan pada konstruksi yang membutuhkan kestabilan tinggi. Kayu

10
Bangkirai cukup terkenal didunia perkayuan dengan tingkat keawetan dari kelas I hingga kelas
III dan Kelas Kuat I dan II. Kayu Bangkirai memiliki berat jenis rata-rata 0.91.

2.1.8 Pohon Kamper (Cinnamomum Camphora)

kayu kamper telah lama menjadi alternatif bahan bangunan yang harganya lebih
terjangkau. Meskipun tidak setahan lama kayu jati dan sekuat bangkirai, kamper memiliki serat
kayu yang halus dan indah sehingga sering menjadi pilihan bahan membuat pintu panil dan
jendela. Karena tidak segetas bangkirai, retak rambut jarang ditemui. Karena tidak sekeras
bangkirai, kecenderungan berubah bentuk juga besar, sehingga, tidak disarankan untuk pintu
dan jendela dengan desain terlalu lebar dan tinggi. Termasuk kayu dengan Kelas Awet II, III
dan Kelas Kuat II, I.

Pohon kamper banyak ditemui di hutan hujan tropis di kalimantan. Samarinda


adalah daerah yang terkenal menghasilkan kamper dengan serat lebih halus dibandingkan
daerah lain di Kalimantan. Adapun kelebihan dari kayu kamper ini tekstur kayunya sangat halus
dan lembut dan tidak ditemui retak rambut karena tidak segetas kayu bangkirai dan harganya
lebih terjangkau walau tidak sekuat kayu jati dan kayu bengkirai. Adapun kekurangan dari kayu
kamper ini karena tidak sekuat kayu bengkirai kecendrungan berubah bentuk uga besar
sehingga tidak disarankan untuk pintu dan jendela yang terlalu besar dan kayu kamper juga
tidak sekuat jati dan tidak sekeras bengkirai.

Pohon ini dapat tumbuh besar mencapai ketinggian 20 sampai 30 meter. Daun
pohon kamper memiliki bentuk yang sekilas tampak biasa seperti daun pada pohon-pohon
lainnya. Namun jika diamati, daun kamper memiliki tampilan yang cukup mengkilat dan
melilin. Selain itu, daun kamper menghasilkan bau dengan aroma kapur barus apabila dilumat.
Pada saat musim semi, pohon kamper akan menghasilkan daun berwarna hijau terang disertai

11
dengan bunga putih kecil. Kamper juga menghasilkan gugusan buah hitam yang menyerupai
beri dan memiliki diameter 1 cm. Kulit kayu pohon kamper memiliki ciri pucat dan teksturnya
sangat kasar, serta memiliki retakan yang berbentuk vertikal.

2.1.9 Pohon Kelapa (Cocos Nucifera)

Kayu kelapa adalah salah satu sumber kayu alternatif baru yang berasal dari
perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi (berumur 60 tahun keatas) sehingga
harus ditebang untuk diganti dengan bibit pohon yang baru. Sebenarnya pohon kelapa termasuk
jenis palem. Semua bagian dari pohon kelapa adalah serat /fiber yaitu berbentuk garis pendek-
pendek. Anda tidak akan menemukan alur serat lurus dan serat mahkota pada kayu kelapa
karena semua bagiannya adalah fiber. Tidak juga ditemukan mata kayu karena pohon kelapa
tidak ada ranting/ cabang.

Pohon kelapa tumbuh subur di sepanjang pantai Indonesia. Namun, yang paling
terkenal dengan warnanya yang coklat gelap adalah dari Sulawesi. Pohon kelapa di jawa
umumnya berwarna terang. Adapun kekurangan dari kayu kelapa (Glugu) ini sebagai berikut:

 Glugu yang tidak memenuhi umurnya maka akan cenderung cepat rusak, dan disukai rayap.
Umur yang bagus untuk glugu adalah diatas 30 tahun, dan itupun yang bisa anda
manfaatkan adalah bagian mulai akar sampai 3 meter dibawah manggar atau batang pohon
kelapa.
 Bagian luar atau kulit glugu adalah bagian terkuat, maka jika anda ingin memanfaatkannya
sebagai blandar maka pilihlah glugu yang menyentuh bagian luar atau kulitnya. dan
sebaiknya hindari bagian hati atau bagian dalam
 Glugu tidak begitu cocok digunakan sebagai usuk, atau penyangga genteng karena
memang mudah melengkung, apalagi dengan bentangan 3 s.d 4 meter sangat tidak
disarankan. Kalau 2 s.d 2,5 meter masih dalam jangkauan dengan catatan kayu tua. Untuk
mengatasinya anda bisa selang seling dengan kayu lain seperti jati atau kalimantan jadi
lebih kuat dan anda bisa irit
 Jika anda menggunakan glugu sebagai usuk maka siapkan paku beton, bisa juga dengan
paku biasa namun yang menjadi masalah adalah lebih lama, apalagi dalam kondisi kayu
sudah kering. Lebih baik anda mengalahi membeli paku beton daripada tukang lama
mengerjakannya dan membuat biaya tukang menjadi bengkak.

12
 Glugu sulawesi atau NTT dan lainnya bukanlah jaminan kualitas baik, saya lebih
menyarankan anda mencari sendiri glugu yang mash hidup jadi anda tau kekuatannya,
umurnya, dan yang bagus adalah yang daunnya sudah meranggas atau mau mati, dan tidak
mau berbuah kelapa lagi.

2.1.10 Pohon Karet (Hevea Brasiliensis)

Kayu karet atau dalam dunia internasional disebut rubber wood pada awalnya hanya
tumbuh di daerah Amazon,brazil. Kemudian pada akhir abad 18 mulai dilakukan penanaman
di daerah india namun tidak berhasil lalu dibawa hingga ke singapura da Negara-negara Asia
Tenggara lainnya termasuk jawa. Kayu karet termasuk kelas kuat II dan kelas awet III sehingga
kayu karet dapat digunakan sebagai substitusi alternative kayu alam untuk bahan konstruksi.

kayu karet tergolong kayu lunak-keras tapi lumayan berat dengan densitas antara
345-625 kg/m3 dengan level kekeringan kayu 12%. Kayu karet termasuk kelas kuat II dan kelas
awet III sehingga kayu karet dapat digunakan untuk bahan konstruksi. kayu karet tergolong
kayu lunak-keras tapi lumayan berat dengan densitas antara 345-625 kg/m3 dengan level
kekeringan kayu 12%. Kayu karet termasuk kelas kuat II dan kelas awet III sehingga kayu karet
dapat digunakan untuk bahan konstruksi. kayu karet tergolong kayu lunak-keras tapi lumayan

13
berat dengan densitas antara 345-625 kg/m3 dengan level kekeringan kayu 12%. Kayu karet
termasuk kelas kuat II dan kelas awet III.

2.1.11 Pohon Gelam (Melaleuca Leucadendra)

Kayu gelam sering digunakan pada bagian perumahan, perahu, kayu bakar, pagar,
atau tiang-tiang sementara. Kayu gelam dengan diameter kecil umumnya dikenal dan dipakai
sebagai steger pada konstruksi beton, sedangkan yang berdiameter besar biasa dipakai untuk
cerucuk pada pekerjaan sungai dan jembatan. Kayu ini juga dapat dibuat arang atau arang aktif
untuk bahan penyerap.

Pohon kayu ini memiliki tinggi 10-20 m, kulit batangnya berlapis-lapis, berwarna
putih keabu-abuan dengan permukaan kulit yang terkelupas tidak beraturan. Batang pohonnya
tidak terlalu besar, dengan percabangan yang menggantung kebawah. Jenis daun pohon gelam
adalah Daun tunggal, agak tebal seperti kulit, bertangkai pendek, letak berseling. Helaian daun
berbentuk jorong atau lanset, panjang 4,5-15 cm, lebar 0,75-4 cm, ujung dan pangkalnya
runcing, tepi rata, tulang daun hampir sejajar, Permukaan daun berambut, warna hijau kelabu
sampai hijau kecoklatan, Daun bila diremas atau dimemarkan berbau minyak kayu putih.

Kayu gelam sangat kuat untuk pembangunan atau bahan konstruksi. Kandungan
serat dan selulosanya yang kompleks membuat kayu ini sangat baik untuk pembangunan
bangunan baru. Dengan kata lain aspek kekuatan dan harga kayu yang relatif terjangkau adalah
yang menjadikan kayu putih digunakan pada berbagai keperluan tersebut meskipun dari tingkat
keawetannya cenderung rendah.

2.2 Klasifikasi Kelas Kayu Serta Ciri-Cirinya


Kayu merupakan bahan bangunan yang didapat dari alam yang bersumber dari
pepohonan. Seiring berkembangnya teknologi dan tuntutan kebutuhan manusia, kebutuhan

14
akan kayu semakin meningkat. kayu tidak hanya sekadar untuk kebutuhan membangun struktur
rumah saja, tetapi juga untuk Dinding partisi dan plafon rumah, penyekat kedap suara ruangan,
daun pintu dan jendela rumah, furniture, bekisting, dll
Suatu jenis kayu mempunyai kekuatan yang berbeda dengan jenis kayu yang lain.
Untuk mengetahui kekuatan kayu dilakukan pengujian kekuatan kayu yang meliputi pengujian
kuat tarik, kuat lentur, dan kuat tekan, serta pengujian berat jenis kayu.
Klasifikasi kayu berdasarkan mutu, kekuatan, dan keawetan kayu serta
penggunaannya pada bangunan dijelaskan sebagi berikut:
2.2.1 Klasifikasi Mutu Kayu

Klasifikasi mutu kayu merupakan penggolongan kayu secara visual terkait dengan
kualitas muka kayu, seperti: cacat, pola serat, dan kelurusan batang, serta kadar air kayu.
Menurut Ariestadi (2008), terdapat 3 (tiga) macam mutu kayu dalam perdagangan, yaitu: mutu
A, mutu B dan mutu C. Kayu mutu C adalah kayu yang tidak termasuk dalam golongan kayu
mutu A dan mutu B. Menurut Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (PKKI) 1961, kayu mutu
A dan mutu B harus memenuhi syarat sebagai berikut:

 Syarat Kayu Mutu A


 Kayu harus kering udara (kadar air ≤ 15%).
 Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar muka kayu, atau tidak boleh lebih besar dari 3,5
cm.
 Kayu tidak boleh mengandung kayu gubal (wanvlak) yang lebih besar dari 1/10 lebar
muka kayu.
 Miring arah serat Tangen maksimum 1/10.
 Retak arah radial tidak boleh lebih besar dari 1/4 tebal kayu dan retak arah lingkaran
tumbuh tidak boleh lebih besar dari 1/5 tebal kayu.
 Syarat Kayu Mutu B
 Kayu kering udara dengan kadar air 15% – 30%;
 Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 lebar muka kayu, atau tidak boleh lebih besar dari 5
cm;
 Kayu tidak boleh mengandung kayu gubal (wanvlak) yang lebih besar dari 1/10 lebar
muka kayu;
 Miring arah serat Tangen maksimum 1/7;

15
 Retak arah radial tidak boleh lebih besar dari 1/3 tebal kayu dan retak arah lingkaran
tumbuh tidak boleh lebih besar dari 1/4 tebal kayu.
2.2.2 Klasifikasi Kekuatan Kayu

Klasifikasi kekuatan kayu didasarkan pada kekuatan lentur dan kekuatan tekan pada
keadaan kayu kering udara. Kekuatan lentur ditentukan berdasarkan tegangan lentur maksimum
yang diterima oleh kayu hingga putus (tegangan lentur mutlak). Sedangkan kekuatan tekan
ditentukan berdasarkan tegangan tekan maksimum yang diterima oleh kayu hingga pecah
(tegangan tekanan mutlak). Besarnya angka tegangan kayu dinyatakan dengan satuan kg/cm3.
Biasanya semakin kuat suatu jenis kayu semakin besar pula Berat Jenis (BJ)nya.

 Jenis kayu yang termasuk pada tingkat I (satu) di antaranya: kayu bengkirai, jati, merbau,
resak, biasa digunakan pada konstruksi yang berat.
 Jenis kayu Pada tingkat II (dua) di antaranya: kayu rasamala, merawan, digunakan untuk
konstruksi berat terlindungi.
 Jenis kayu Tingkat III (tiga) diantaranya: kayu puspa, kamper, kemuning digunakan
konstruksi berat terlindungi.
 Jenis kayu Tingkat IV (empat) diantaranya: kayu sungkai, meranti, suren, Mahoni, ,
pinus, lame digunakan untuk konstruksi ringan.
 Tingkat V (lima) diantaranya: kayu albasia untuk pekerjaan keperluan Sementara

Klasifikasi kayu di Indonesia menurut Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia


(PKKI) tahun 1961 digolongkan ke dalam 5 (lima) kelas kuat, yaitu kelas kuat I, II, III, IV dan
V. Besar tegangan dan berat jenis masing-masing kelas kuat kayu ditunjukkan dalam Tabel
berikut:

16
2.2.3 Klasifikasi Keawetan Kayu
Klasifikasi keawetan kayu didasarkan pada keawetan kayu terhadap pengaruh
kelembaban, iklim (air dan terik matahari), rayap dan serangga lain, serta perlakuan kayu dalam
pemakaian sebagai konstruksi. Berdasarkan Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia (1961),
keawetan kayu diklasifikasikan dalam 5 (lima) kelas, yaitu: kelas keawetan I, II, III, IV, dan V.
Lama pemakaian kayu pada konstruksi sesuai dengan kondisi lingkungan atau sifat pemakaian
setiap kelas keawetan kayu ditunjukkan pada Tabel di berikut ini:

2.3.1 Gambar Bagian Batang Kayu


Batang adalah salah satu dari beberapa bagian-bagian tumbuhan yang memiliki
fungsi penting bagi tumbuhan. Batang tumbuh tegak di atas tanah dan menunjang bagian
tumbuhan yang lain seperti daun dan bunga. Hampir semua batang tumbuhan berada di atas
tanah kecuali pada beberapa spesies seperti canna sp yang batangnya berada dalam tanah.
Batang tumbuhan memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah menstransport air, mineral dan
makanan yang merupakan kebutuhan makhluk hidup ke bagian lain tubuh tumbuhan, selain itu
batang juga dapat menyimpan makanan seperti halnya pada ubi kayu.
Batang berperan penting dalam menunjang tubuh tumbuhan dan menghubungkan
akar dengan daun. Daun tumbuh pada batang dan tempat munculnya daun tanaman pada batang
disebut nodus dan jarak antara nodus yang satu dengan nodus yang lain disebut internodus.
Setiap nodus memiliki lebih dari satu jumlah daun. Batang pada tumbuhan juga memiliki
struktur yang disesuaikan dengan tempat hidupnya.

17
Batang tumbuhan pada dasarnya memiliki struktur anatomi dan bagian-bagian
batang yang sama, akan tetapi berdasarkan pengelompokan tumbuhan kindom plantae. Berikut
adalah gambar bagian-bagian batang kayu:

a) Epidermis
Pada batang, epidermis ini terdiri dari selapis sel yang tersusun secara rapat tanpa
ruang sedikitpun antar selnya dan berkutikula. Sel yang menyusun jaringan epidermis ini selalu
aktif membelah untuk mengimbangi pertumbuhan batang. Fungsi secara umumnya adalah
sebagai lapisan pelindung dari ancaman infeksi patogen atau mekanik. Jaringan endodermis
juga dapat melakukan modifikasi menjadi lenti sel yang merupakan pintu keluar masuk gas
baik itu oksigen maupun karbondioksida.
Selain itu juga dapat membentuk trikomata ( rambut halus ) yang membantu
mengeluarkan sekret atau juga dapat membentuk duri ( spina ) sebagai perlindungan. Batang
tumbuhan dikotil memiliki lapisan endodermis berupa kulit kayu yang terbentuk dari jaringan
gabus. Dimana pada jaringan gabus ini tidak dapat ditembus oleh air dan gas. Sehingga jaringan
gabus memiliki celah berupa lenti sel untuk memelihara pertukaran gas.
Jaringan epidermis pada batang muda dapat membantu proses fotosintesis karena
mengandung klorofil. Namun seiring perkembangan batang, penambahan ukuran diameter
batang akan membuat epidermis perlahan-lahan rusak yang kemudian akan digantikan dengan
jaringan peridem dibawahnya yang terbentuk oleh kambium gabus (meristem sekunder).
b) Korteks

18
Korteks adalah bagian batang atau lapisan bagian dalam epidermis atau disebut juga
dengan kulit luar. Korteks yang berada dekat dengan epidermis tersusun dari sel kolenkim
sedangkan semakin kedalam korteks tersusun dari jaringan parenkim. Jaringan parenkim pada
tumbuhan dibagi menjadi beberapa jenis dan memiliki fungsi yang berbeda.. Korteks tersusun
dari sel – sel yang tidak begitu rapat sehingga meiliki ruang antar sel. Bagian tepi jaringan
parenkim pada korteks juga mengandung kloroplas yang memungkinkan batang melakukan
proses fotosintesis pada tumbuhan dan hampir sama dengan fungsi daun pada tumbuhan.

Merupakan jaringan parenkim yang dapat bermodifikasi menjadi jaringan lain.


Secara umum korteks ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Jaringan
lain yang berada di daerah korteks adalah jaringan kolenkin yang merupakan jaringan penguat
tumbuhan. Sel-sel pada jaringan korteks memiliki dinding tipis dan tersusun secara tidak
beraturan dengan ruang antar selnya yang cukup lebar.

c) Stele ( Silinder Pusat )

Merupakan lapisan yang terletak di bagian dalam lapisan endodermis. Fungsi stele
umumnya adalah untuk memberi kekuatan pada batang. Stele terdiri atas Kambium, dan juga
jaringan pengangkut. Lapisan silinder pusat ini terdiri atas dua bagian yaitu:

1) Perisikel atau perikambium

Lapisan silinder pusat ini bersifat meristematis. Sel-sel pada lapisan


perikambium aktif membelah dan menghasilkan sel-sel yang baru. Kemampuan meristematis
inilah yang mengakibatkan batang tumbuhan dikotil dapat tumbuh besar. Sifat meristematis ini
juga dapat diambil manfaatnya untuk memperbanyak tumbuhan, yaitu dengan cara
mencangkok. Pada kegiatan mencangkok, kulit tumbuhan dan kambium harus dibersihkan agar
akar dapat tumbuh pada tempat yang dicangkok. Budidaya tanaman dengan cara mencangkok
dapat dimanfaatkan untuk diambil nilai ekonomisnya.

2) Berkas pengangkut, terdiri atas xilem dan floem.

Di antara xilem dan floem terdapat kambium intravaskuler. Kambium ini


menyebabkan pertumbuhan sekunder berlangsung terus-menerus, tetapi pertumbuhan sangat
ditentukan oleh keadaan lingkungan. Pada saat air dan zat hara tersedia cukup, yaitu pada
musim penghujan, maka pertumbuhan sekunder terhenti. Jika keadaan lingkungan tidak
mendukung, maka pertumbuhan sekunder berlangsung lagi. Demikian silih berganti sehingga

19
menyebabkan pertumbuhan sekunder batang tampak berlapis-lapis. Setiap lapis terbentuk
selama satu tahun dengan bentuk melingkar konsentris mengelilingi pusat. Lingkaran
konsentris tersebut dinamakan lingkaran tahun.

d) Empulur

Dari aktivitas kambium inilah yang akan membentuk pola lingkaran pada batang,
sehingga dapat menjadi acuan bagi kita dalam mengukur umur dari tumbuhan tersebut.
Lingkaran yang terbentuk itulah yang biasa disebut dengan lingkaran tahun.

Lingkaran dengan warna gelap terang menunjukkan umur tumbuhan tersebut satu
tahun. Aktivitas pertumbuhan yang terjadi di dalam kambium sangat dipengaruhi oleh kadar
air, dimana pada musim hujan kadar air akan banyak sehingga pertumbuhan kambium pun akan
lebih cepat yang ditunjukkan dengan warna terang dan luas. Sedangkan pada musim panas
kadar air akan lebih sedikit sehingga pertumbuhan kambium pun akan terbatas, hal ini
ditunjukkan dengan adanya warna gelap yang sempit. Pertumbuhan sekunder pada kambium
ini tidak dapat kita tembukan pada batang tipe herba

e) Jaringan Pengangkut

Floem ( pembuluh tipis ) merupakan jaringan yang mengangkut hasil fotosintesis


dari daun menuju seluruh bagian tumbuhan yang berada di luar kambium. Floem ini tersusun
atas sel-sel mati dan didukung oleh sel-sel pendamping yang tersusun oleh sel hidup yang akan
mencukupi kebutuhan metabolisme sel-sel floem.

Pada bagian dalam kambium terdapat jaringan xilem yang mampu mengangkut air
dan mineral yang berlawanan arah dengan floem. Xilem akan membawa air dan mineral dari
akar sampai ke daun, dimana air dan mineral ini sangat dibutuhkan untuk membantu proses
pertumbuhan dan metabolisme lainnya. Susunan xilem terdiri atas jaringan karu trakea dan
trakeid yang merupakan sel-sel mati

2.3.2 Menentukan Jenis, Umur, Kekutan, Kelebihan, dan Kelemahan


a) Menentukan Jenis dan Kekuatan Kayu

Kegiatan penentuan jenis kayu (identifikasi jenis kayu) merupakan salah satu
bagian dari rangkaian kegiatan pengujian dalam arti luas yaitu menentukan jenis kayu,
mengukur dimensi kayu untuk mendapatkan volume serta menetapkan mutu. Untuk

20
mengenal/menentukan suatu jenis kayu, tidak selalu dilakukan dengan cara memeriksa kayu
dalam bentuk log (kayu bundar), tetapi dapat dilakukan dengan memeriksa sepotong kecil kayu.
Penentuan jenis kayu dalam bentuk log, pada umumnya dengan cara memperhatikan sifat-sifat
kayu yang mudah dilihat seperti penampakan kulit, warna kayu teras, arah serat, ada tidaknya
getah dan sebagainya.

Pada dasarnya terdapat 2 (dua) sifat utama kayu yang dapat dipergunakan untuk
mengenal kayu, yaitu sifat fisik (disebut juga sifat kasar atau sifat makroskopis) dan sifat
struktur (disebut juga sifat mikroskopis). Secara obyektif, sifat struktur atau mikroskopis lebih
dapat diandalkan dari pada sifat fisik atau makroskopis dalam mengenal atau menentukan suatu
jenis kayu. Namun untuk mendapatkan hasil yang lebih dapat dipercaya, akan lebih baik bila
kedua sifat ini dapat dipergunakan secara bersama-sama, karena sifat fisik akan mendukung
sifat struktur dalam menentukan jenis.

Sifat fisik/kasar atau makroskopis adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas
melalui panca indera, baik dengan penglihatan, pen-ciuman, perabaan dan sebagainya tanpa
menggunakan alat bantu. Sifat-sifat kayu yang termasuk dalam sifat kasar antara lain adalah :

a. warna, umumnya yang digunakan adalah warna kayu teras,

b. tekstur, yaitu penampilan sifat struktur pada bidang lintang,

c. arah serat, yaitu arah umum dari sel-sel pembentuk kayu,

d. gambar, baik yang terlihat pada bidang radial maupun tangensial

e. berat, umumnya dengan menggunakan berat jenis

f. kesan raba, yaitu kesan yang diperoleh saat meraba kayu,

g. lingkaran tumbuh,

h. bau, dan sebagainya.

Sifat struktur/mikroskopis adalah sifat yang dapat kita ketahui dengan


mempergunakan alat bantu, yaitu kaca pembesar (loupe) dengan pembesaran 10 kali. Sifat
struktur yang diamati adalah :

a. Pori (vessel) adalah sel yang berbentuk pembuluh dengan arah longitudinal. Dengan
mempergunakan loupe, pada bidang lintang, pori terlihat sebagai lubang-lubang

21
beraturan maupun tidak, ukuran kecil maupun besar. Pori dapat dibedakan berdasarkan
penyebaran, susunan, isi, ukuran, jumlah dan bidang perforasi).
b. Parenkim (Parenchyma) adalah sel yang berdinding tipis dengan bentuk batu bata
dengan arah longitudinal. Dengan mempergunakan loupe, pada bidang lintang,
parenkim (jaringan parenkim) terlihat mempunyai warna yang lebih cerah dibanding
dengan warna sel sekelilingnya. Parenkim dapat dibedakan berdasarkan atas
hubungannya dengan pori, yaitu parenkim paratrakeal (berhubungan dengan pori) dan
apotrakeral (tidak berhubungan dengan pori).
c. Jari-jari (Rays) adalah parenkim dengan arah horizontal. Dengan mempergunakan
loupe, pada bidang lintang, jari-jari terlihat seperti garis-garis yang sejajar dengan warna
yang lebih cerah dibanding warna sekelilingnya. Jari-jari dapat dibedakan berdasarkan
ukuran lebarnya dan keseragaman ukurannya.
d. Saluran interseluler adalah saluran yang berada di antara sel-sel kayu yang berfungsi
sebagai saluran khusus. Saluran interseluler ini tidak selalu ada pada setiap jenis kayu,
tetapi hanya terdapat pada jenis-jenis tertentu, misalnya beberapa jenis kayu dalam
famili Dipterocarpaceae, antara lain meranti (Shorea spp), kapur (Dryobalanops spp),
keruing (Dipterocarpus spp), mersawa (Anisoptera spp), dan sebagainya. Berdasarkan
arahnya, saluran interseluler dibedakan atas saluran interseluler aksial (arah
longitudinal) dan saluran interseluler radial (arah sejajar jari-jari). Pada bidang lintang,
dengan mempergunakan loupe, pada umumnya saluran interseluler aksial terlihat
sebagai lubang-lubang yang terletak diantara sel-sel kayu dengan ukuran yang jauh
lebih kecil.
e. Saluran getah adalah saluran yang berada dalam batang kayu, dan bentuknya seperti
lensa. Saluran getah ini tidak selalu dijumpai pada setiap jenis kayu, tapi hanya terdapat
pada kayu-kayu tertentu, misalnya jelutung (Dyera spp.)
f. Tanda kerinyut adalah penampilan ujung jari-jari yang bertingkat-tingkat dan biasanya
terlihat pada bidang tangensial. Tanda kerinyut juga tidak selalu dijumpai pada setiap
jenis kayu, tapi hanya pada jenis-jenis tertentu seperti kempas (Koompasia malaccensis)
dan sonokembang (Pterocarpus indicus).
g. Gelam tersisip atau kulit tersisip adalah kulit yang berada di antara kayu, yang terbentuk
sebagai akibat kesalahan kambium dalam membentuk kulit. Gelam tersisip juga tidak

22
selalu ada pada setiap jenis kayu. Jenis-jenis kayu yang sering memiliki gelam tersisip
adalah karas (Aquilaria spp), jati (Tectona grandis) dan api-api (Avicennia spp).
b) Menentukan Umur Kayu

Sebuah pohon tumbuh terbaik selama cuaca basah dan hangat. Setiap tahun cincin
atau lingkaran kayu ditambahkan ke gubal (sapwood) dalam batang dan cabang pohon. Ketika
cuaca menjadi dingin pada akhir musim gugur dan musim dingin, pohon berhenti tumbuh. Dan
mulai tumbuh lagi di musim semi berikutnya ketika cuaca mulai menghangat lagi. Dengan
menghitung jumlah lingkaran pohon (disebut Cincin Tahunan atau Annual Rings) di batang
atau di cabang pohon, kita dapat mengetahui berapa tahun bagian pohon itu telah berkembang,
dengan kata lain, kita dapat mengetahui usia bagian dari pohon tersebut. Usia batang pohon
bagian bawah tentunya akan sama dengan usia pohon tersebut.

Beberapa lingkaran pohon ada yang lebar dan beberapa ada yang sempit. Cincin
lebar terbentuk selama satu tahun ketika cuaca sangat baik untuk pertumbuhan, seperti hangat
dan basah. Lingkaran-lingkaran sempit terbentuk selama tahun-tahun yang kering atau dingin.
Susunannya pun silih berganti antara warna terang dan gelap.Warna terang terbentuk di musim
penghujan dan warna gelap terbentuk di musim kemarau. Sehingga selama setahun, pohon
membentuk 2 lingkaran, terang dan gelap.

Hubungan antaran lingkaran terang dan musim penghujan adalah ketika itu pohon
memiliki ketersediaan air yang banyak maka membuat sel-selnya lebih besar, sementara
lingkaran yang gelap memiliki sel-sel yang kecil dan menyerap lebih banyak cahaya sehingga
lebih gelap.

c) Kelebihan Dan Kekurangan Jenis Kayu

kayu yang diolah secara langsung dari jenis pohon kayu tersebut (sesuai namanya).
Kayu merupakan material paling pas untuk digunakan sebagai furnitur maupun Konstruksi
bangunan rumah dan cocok dipadukan dengan berbagai gaya desain. Dibandingkan dengan
material lain, kayu memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah:

1. Kayu mudah dalam pengerjaan, bisa dibuat atau dibentuk sesuai keinginan, misalkan
saja untuk ukiran, desain kusen, dll. Selain itu, kayu juga mudah untuk dipaku, dibaut,
dan direkatkan.

23
2. Kualitas kayu bisa dilihat secara visual, misalkan saja bila terjadi cacat kayu dapat
diketahui secara kasat mata.
3. Kayu lebih tahan terhadap tekanan dan lenturan.
4. Dengan adanya bermacam jenis kayu, maka kayu memiliki tekstur yang baik dan indah.
5. Kayu memiliki berat jenis yang cukup ringan sehingga bisa mengapung dan sifat
resonansinya.
6. Kayu dapat diubah menjadi bentuk pulp (bubur kayu), dan bisa diolah untuk dijadikan
bahan produk lainnya, misal untuk bahan baku pembuatan kertas.

Sedangkan kekurangan atau kelemahan material kayu diantaranya adalah:

1. Tidak tahan api, sehingga kayu mudah terbakar, apalagi kalau dalam kondisi kering.
2. Kayu tidak dapat dimanfaatkan secara keseluruhan sehingga sisa penggunaan kayu
hanya menjadi limbah.
3. Untuk pekerjaan tertentu (yang besar atau lebar), kayu tidak bisa menutup secara
keselurahan karena terbatasnya diameter kayu. Biasanya untuk menyikapi hal ini kayu
harus disambung atau diperlebar/perbesar.
4. Kayu mudah diserang oleh serangga pemakan kayu seperti rayap atau serangga lainnya.
5. Kayu mengandung air dan berpengaruh besar terhadap bentuk kayu. Kayu yang belum
kering biasanya masih mengalami penyusutan atau perubahan bentuk, oleh karena itu
kayu harus dikeringkan sebelum digunakan.
6. Kayu bersifat higroskopis, dan sensitif terhadap kelembaban.
2.4 Kayu Yang Paling Kuat

Kayu yang terkuat tentu sangat sulit untuk di urutkan menurut dari yang terkuat,
mengingat begitu banyaknya jenis kayu yang ada di dunia dan kurangnya penelitian yang
mengambil atau membandingkan sampel kayu di seluruh belahan dunia. Walaupun di temukan
banyak tulisan yang telah mencoba membahasnya tetapi data dan sumbernya yang tidak jelas.
Membahas tentang Kayu yang kuat untuk konstruksi tentu harus di teliti yang lebih mendetail
lagi, tetapi disini saya akan memilih salah satu kayu yang kuat yang saya tau dan berasal dari
Indonesia, yaitu Kayua Ulin atau Bulian Kalimantan dengan nama ilmiah Eusideroxylon
Zwageri.

Kayu ulin merupakan salah satu bahan bangunan unggulan yang digunakan dalam
proses konstruksi rumah. Kayu ulin juga dapat dimanfaatkan sebagai material pembuatan

24
furnitur untuk interior hunian. Tidak hanya soal rumah, kayu yang mendapat julukan bulian
atau kayu besi ini juga digunakan sebagai material bangunan konstruksi jembatan, tiang listrik,
juga perkapalan.

Karena berbagai keunggulan yang ditawarkan, Anda dapat memanfaatkan kayu ulin
sebagai material bangunan utama untuk membangun rumah. Untuk lebih meyakinkan, berikut
ulasan lengkap terkait kayu ulin. Adapun karakteristik atau ciri-ciri utama kayu ulin antara lain
sebagai berikut:

 Memiliki tekstur kayu yang kasar, kuat dan sangat keras sehingga sulit digergaji.
 Memiliki bau yang aromatis.
 Tidak memiliki banyak cabang.
 Kulit pohon licin, berwarna kuning atau kelabu muda.
 Memiliki batang yang lurus dengan banir yang tumbuh tidak secara melingkar.
 Kayu yang sudah dipotong akan menjadi hitam jika lama terendam air.

Kayu ulin memiliki banyak keunggulan sehingga sangat tepat dimanfaatkan sebagai
bahan bangunan konstruksi. Berikut keunggulannya:

1). Memiliki tekstur kayu yang kuat, keras, dan berat


2). Tahan terhadap serangan rayap dan serangga lainnya
3). Tahan terhadap perubahan suhu dan air laut
4). Memiliki nilai ekonomi yang tinggi
5). Tidak mudah menyusut
6). Kayu ulin menjadi salah satu jenis kayu yang sangat kuat dan awet, dengan kelas kuat I
dan kelas awet I
7). Dapat tumbuh tinggi dengan diameter batang yang sangat besar.

Untuk kekurangan kayu ulin adalah sebagi berikut:

1). Sulit untuk di paku atau digergaji karena tekstur yang sangat keras.
2). Harga cenderung mahal karena ketersediannya yang mulai langka.

25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari makalah mengenai kayu ini adalah bahwasanya banyak alternatif
lain yang bisa digunakan untuk konstruksi selain baja ataupun beton. Contohnya kayu yang
juga bisa menjadi alternatif pengganti untuk konstruksi yang kualitasnya hampir sama dengan
bahan konstruksi yang biasanya. Adapun masalah kekurangan dan kelebihan dalam bahan
konstruksi semua bahan memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing itu tergantung
masyarakat yang akan menggunakannya.
Adapun kayu yang digunakan sebagai bahan konstruksi ini terpilih selain karena
kekuatan kayunya dan kelebihan kayu yang dapat menyesuaikan suhu ruangan juga dilihat dari
unsur estetika yang timbul dari warna elgan kayu itu sendiri.

3.2 Saran
1). Melihat begitu besernya potensi alam yang Indonesia miliki khususnya kekayaan Kayunya,
perlu di dorong untuk penggunaan dalam negri dan mengurangi ekspor kayu mentah keluar
negri.
2). Karena potensi kayu untuk penggunaannya dalam konstruksi, Perlu pengembangan ilmu
dalam negri yang lebih baik terkhusu untuk penggunaan kayu dalam dunia Konstruksi.
3). Perlu perhatian khusus dalam budidaya pohon kayu, khusunya kayu yang banyak atau
sering di gunakan.
4). Perlu penggunaan kayu secara pintar dan sesuai dengan aturan yang berlaku.

26
DAFTAR PUSTAKA

Yosafat Aji Pranata, Bambang Suryoatmono. 2018. Struktur Kayu. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Kania Dekoruma. 2018. Semakin Langka, Ini Manfaat Kayu Ulin Khas Indonesia:
https://www.dekoruma.com/artikel/65258/manfaat-kayu-ulin: (16 sepetember 2019)

Nuii. 2016. 10 KAYU TERKUAT di Dunia Salah Satunya dari Indonesia.


http://blognuii.blogspot.com/2016/10/indonesia-miliki-salah-satu-jenis-dari.html . (16
sepetember 2019)

Andi orlando limbong. 2015. Jenis-jenis kayu. Bandung. Universitas komputer indonesia.
Juni hartono. 2015. Batang Tumbuhan, Bagian-Bagian Batang, Fungsi Batang, Anatomi
Batang Dikotil dan Monokotil. http://www.biomagz.com/2015/10/batang-tumbuhan-
bagian-bagian-batang.html.

Lina Maslina. 2017. 9 Struktur Batang Dikotil Beserta Fungsinya Disertai Gambar.
https://materiipa.com/struktur-batang-dikotil.

Bulider Indonesia. 2017. Klasifikasi Mutu Kayu, kekuatan Kayu, dan Keawetan Kayu.
https://www.builder.id/klasifikasi-mutu-kayu-kekuatan-kayu-dan-keawetan-kayu/.

Fakhli. 2016. klasifikasi kayu dan perawatannya.


https://www.kumpulengineer.com/2016/05/klasifikasi-kayu-dan-perawatannya.html

paparazzi. 2013. KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN.


http://illbeyourpaparazzi.blogspot.com/2011/04/kayu-sebagai-bahan-bangunan.html.

27

Anda mungkin juga menyukai