Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI

METODE PENGAWETAN KAYU

Disusun oleh:

Disusun oleh :
Nama : Muh. Agil Zulkifli
Nim : 41221047
Kelas : 1B D4 Jasa Konstruksi

JURUSAN TEKNIK SIPIL


PRODI D4 JASA KONSTRUKSI
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah.. Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Segala pujian hanya layak kita aturkan kepada Allah SWT. Tuhan
seru sekalian alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta petunjuk-Nya yang
sungguh tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul ”METODE PENGAWETAN KAYU”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan rasa berterimakasih yang
sebesar-besarnya kepada mereka yang telah memberikan dukungan, moril, dan
kepercayaan yang sangat berarti bagi penulis.
Semoga semua ini bisa memberikan sebuah nilai kebahagiaan dan menjadi
bahan tuntunan kearah yang lebih baik lagi. Penulis tentunya berharap isi makalah
ini tidak meninggalkan celah, berupa kekurangan atau kesalahan, namun
kemungkinan akan selalu tersisa kekurangan yang tidak disadari oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis mengharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Makassar, 27 Oktober 2021

Muh. Agil Zulkifli

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
2.1 Pengawatan Kayu.........................................................................................3
2.2 Tujuan Pengawetan Kayu..........................................................................4
2.3 Manfaat Pengawetan Kayu.........................................................................4
2.4 Jenis Pengawetan Kayu...............................................................................5
2.5 Metoode Pengawetan Kayu.........................................................................6
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP.............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan.................................................................................................11
3.2 Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai
penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-
konstruksi. Namun padakenyataannya, ketersediaan kayu di alam semakin
berkurang serta produksi kayu secarakeseluruhan tidak mampu memenuhi
kebutuhan tersebut (Pandit, 2010). Dewasa ini, permintaan akan hasil hutan
berupa kayu dan berbagai produk lanjutan semakin meningkatsejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk. Kapasitas industri kehutanan Indonesiamampu
mengkonsumsi 60 juta m³ kayu pertahun, sedangkan dukungan sumberdaya
hutan hanya 30 juta m³ (Hikam, 2000). Sementara itu, kenyataan bahwa
sebagian besar kayu diIndonesia (80-85%) termasuk dalam jenis kayu yang
memiliki kelas awet rendah (III, IV,V), dan hanya sekitar 15-20 % saja yang
memiliki kelas awet I dan II (Oey Djoen Seng,1990). Hal ini menunjukkan
bahwa jenis kayu yang memiliki keawetan tinggi hanya sedikit jumlahnya
serta mulai jarang didapat sehingga untuk mencukupi kebutuhan kayu
harusdipenuhi dari jenis-jenis kayu yang memiliki keawetan rendah (Kantjono
dkk., 1983).
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pengawetan kayu
adalah jenis bahan pengawet. Bahan pengawet kayu adalah pestisida yang
bersifat racun sistemik yaitu masuk ke dalam jaringankayu kemudian
bersentuhan atau dimakan oleh hama (sistemik) atau sebagai racun
kontakyaitu langsung dapat menyerap melalui kulit pada saat pemberian
sehingga beracun bagihama (Tarumingkeng, 1992). Bahan pengawet kayu
yang sebagian besar digunakan pada saat ini merupakan bahan kimia sintetis.
Ditinjau dari aspek ekologis, penggunaan bahan pengawet sintesis mempunyai
dampak yang kurang menguntungkan terutama karena bahankimia tersebut
bersifat tidak dapat terdekomposisi (Prawira dkk, 2012). Bahan pengawet
alami untuk kayu sangat banyak jenisnya. Salah satu bahan pengawet alami
yang dapat digunakan adalah ekstraktembakau (Hadikusumo, 2005).

1
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses daridaun tanaman dari genus
Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan
dalam bentuk nikotin dapat digunakan sebagai obat. Nikotin dalam
dauntembakau memiliki potensi sebagai insektisida dan merupakan insektisida
paling awal yangdirekomendasikan penggunaannya pada tahun 1763 untuk
membasmi hama aphid padatanaman sayuran dan tanaman hias (Othmer, 1966
dalam Sutjipto, 2002). Ekstrak tembakau juga merupakan salah satu bahan
pengawet yang digunakan untuk pemeliharaan bangunankayu oleh masyarakat
yang tinggal di daerah Kudus (Parwoto, dkk., 2003).
Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan
awet bilamempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu
menahan bermacam-macam factor perusak kayu. Dengan kata lain: keawetan
kayu ialah daya tahan suatu jeniskayu terhadap factor-faktor perusak yang
datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Oleh karena itu tiap-tiap jenis kayu
mempunyai keawetan yang berbeda pula.Misalnya keawetan kayu meranti
tidak akan sama dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu
terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh perbedaan ekologitumbuh
dari pohon tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang terkait dalam pembahasan makalah ini adalah
pengawetan kayu, tujuan melakukan pengawetan kayu, faktor-faktor perusak
dalam pengawetan kayu, manfaat atau kegunaan dari pengawetan kayu itu
sendiri dan metode-metode yang dilakukan dalam pengawetan kayu
1.3 Tujuan
Dengan adanya pembuatan makalah ini, mengetahui mengapa melakukan
pengawetan kayu, mengetahui faktor-faktor perusak dalam pengawetan kayu,
mengetahui manfaat atau kegunaannya dan mengetahui metode-metode apa
saja yang dilakukan dalam pengawetan kayu tersebut.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengawatan Kayu
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang
mengeras karena mengalami lignifikasi.Pengawetan kayu merupakan metode
untuk menambah tingkat keawetan dari kayu, dengan perlakuan fisik maupun
kimia. Pengawetan kayu bertujuan untuk menambah umur pakai kayu lebih
lama, terutama kayu yang digunakan untuk material bagunan atau perabot
luar ruangan, karena penggunaan tersebut yang paling rentang terhadap
degradasi kayu, akibat serangga atau organisme maupun faktor abiotis (panas,
hujan, dan lembab).
Pengawetan kayu adalah suatu upaya untuk meningkatkan keawetan atau
meningkatkan kekebalan kayu terhadap serangan organisme perusak kayu,
sehingga umur pakai kayu bertambah panjang menjadi beberapa kali lipat.
Pengawetan kayu dapat mencegah kerusakan kayu akibat jamur, serangga
(rayap dan bubuk), penggerek kayu di laut, kembangsusut dan kebakaran.
Dengan manfaat seperti itu, kita semua semestinya gemar menerapkan
pengawetan kayu dalam setiap pemanfaatan kayu untuk sesuatu yang
permanen. Siapapun pasti menginginkan kayu bangunan (konstruksi) rumah
dan gedung yang dimilikinya awet.
Sebenarnya nenek moyang kita sudah menyadari manfaat keawetan dan
pengawetan kayu. Mereka punya kearifan untuk itu, mulai dari penentuan
waktu kapan sebatang pohon sebaiknya ditebang, merendamnya dalam
lumpur, di kolam atau air mengalir, hingga mengasapi kayu atau bambu.
Sayangnya, justru dewasa ini pengawetan kayu di Indonesia belum
membudaya. Bahkan ada kelompok masyarakat yang masih meragukan
manfaat pemberian bahan pengawet kepada kayu. Padahal, pengawetan kayu
tidak hanya menciptakan kekebalan kayu, tetapi juga penting dalam menjaga
kelestarian sumberdaya hutan dan kesinambungan usaha. Di Indonesia, jenis
kayu yang memiliki keawetan tinggi atau tergolong ke dalam kelas awet I dan
II jumlahnya relatif sedikit, yaitu kira-kira hanya 600 dari 4.000 jenis yang

3
dapat mencapai diameter 40 cm. Di samping itu, kita juga tidak boleh
terjebak dengan nama jenis kayu yang sudah dikenal awet (I dan II), karena
sekarang banyak pohon yang dipanen pada umur muda, sehingga umur
layanannya menjadi singkat. Contoh, kayu rasamala ( ) yang secara alami
Alitingiaexcelsa awet (kelas awet II), pada umur pohon 48 tahun ternyata
umur layanannya hanya 33 bulan dan jati ( termasuk kelas awet II jika daur
teknisnya 80 tahun, padahal sekarang mau diturunkan menjadi 30 tahun.
Keawetan jati umur 30 tahun sudah pasti tidak sama dengan jati umur 80
tahun.
2.2 Tujuan Pengawetan Kayu
1. Untuk memperbesar keawetan kau sehingga kayu yang mulanya memiliki
umur pakai pendek menjadi lebih lama dalam pemakaian
2. Memnafaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan
rendah dan sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian,
mengingat sumber kayu di Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup
luas dan beraneka ragam jenisnya.
3. Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan kerja, sehingga
pengangguran dapat dikurangi.
Keawetan kayu dikatakan rendah apabila dalam pemakaian tidak tidak
tercapai umur yang diharapkan sesuai dengan ketenttuan kelas awet kayu.
Alasan manusia melakukan pengawetan kayu karena :
1. Kayu yang memiliki keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan sulit di
dapat dalam jumlah yang banyak, selain itu harganya cukup mahal.
2. Kayu yang termasuk dalam kelas keawetan III sampai dengan V cukup
banyak dan mudah didapat.
3. Dilain pihak dengan dengan pengawetan kayu orang berusaha
mendapatkan keuntungan financial
2.3 Manfaat Pengawetan Kayu
Pengawetan kayu adalah suatu upaya untuk meningkatkan keawetan
atau meningkatkan kekebalan kayu terhadap serangan organisme perusak
kayu, sehingga umur pakai kayu bertambah panjang menjadi beberapa kali

4
lipat. Pengawetan kayu dapat mencegah kerusakan kayu akibat jamur,
serangga (rayap dan bubuk), penggerek kayu di laut, kembangsusut dan
kebakaran. Dengan manfaat seperti itu, kita semua semestinya gemar
menerapkan pengawetan kayu dalam setiap pemanfaatan kayu untuk sesuatu
yang permanen. Siapapun pasti menginginkan kayu bangunan (konstruksi)
rumah dan gedung yang dimilikinya awet.
Manfaat dari pelaksanaan pengawetan kayu yang baik adalah:
1. meningkatkan efisiensi penggunaan sumber bahan baku kayu;
2. meningkatkan keanekaragaman komoditas kayu yang diawetkan untuk
berbagai penggunaan;
3. mengurangi frekuensi penggantian kayu yang tinggi;
4. meningkatkan kepercayaan dan reputasi atas mutu produk yang dihasilkan;
5. mendorong inovasi dan kreativitas melalui pengembangan IPTEK
pengawetab berbasis sumber daya domestik
2.4 Jenis Pengawetan Kayu
Pengawetan remanen atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan
menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara
lain blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet
yang dipakai antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane,
Borax, baik untuk dolok maupun kayu gergajian basah.
Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu
dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan,
kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-
lain), sehingga terbukanya permukaan kayuu yang sudah diawetkan. Bila
terpaksa harus diolah, maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet
lagi. Adapun bahan pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen
(sementara). Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode
pelaburan dan penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat
menggunakan semua metode, tergantung bahan pengawet yang dipakai serta
penetrasi dan retensi yang diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih
efektif dan waktu pemakaiannya dapat selama mungkin.

5
2.5 Metoode Pengawetan Kayu
Cara Mengawetkan Kayu Secara Tradisional
• Cara pengawetan kayu secara tradisional
dapat dilakukan dengan teknik melapisi dan
teknik perendaman.
• Cara mengawetkan kayu secara tradisional ini
biasaya berbeda-beda untuk setiap daerah
tergantung kebiasaan dan ketersediaan
sumber daya pada daerah tersebut.
1. Mengawetkan Kayu Dengan Memberi Pelapis
Cara pengawetan kayu ini pada prinsipnya adalah memberikan lapisan
pengawet pada permukaan kayu dengan cairan bahan pengawet yang
mampu menolak kutu atau rayap serta mengurangi pengaruh cuaca.
Cairan pengawet yang digunakan dapat berupa tir, olie, minyak, cat,
dan solar.
Cara pengawetan kayu ini sering dipakai karena membutuhkan biaya
yang paling murah, salah satuny akarena dapat menggunakan bahan
bekas pakai, seperti menggunakan olie bekas.
Teknik pengawetan kayu ini memiliki kelemahan yaitu perlu dilakukan
pengulangan secara periodik karena lapisan pengawet yang lambat
laun luntur atau hilang.
Bahan pelapis apabila terkena air akan mudah luntur, selain itu karena
sifatnya yang hanya melapisi tentu tidak dapat meresap hingga ke
serat kayu.
Teknik pengawetan kayu jenis ini masih rentan terhadap serangan
jamur dan rayap, sehingga teknik pengawetan kayu ini cenderung
bersifat temporal dan tidak efektif dimanfaatkan untuk waktu yang
lama
2. Mengawetkan Kayu Dengan Perendaman
Teknik perendaman kayu merupakan cara pengawetan kayu tradisional yang
dimanfaatkan untuk meresapkan bahan pengawet sampai ke serat kayunya.

6
• Cara pengawetan ini cukup efektif digunakan karena dapat dilakukan
sekaligus pada kayu dalam jumlah yang banyak, selain itu cairan pengawet
dapat digunakan berulangkali sehingga dapat menghemat biaya.
Cairan pengawet untuk teknik perendaman kayu biasanya menggunakan
larutan garam.
• Metode perendaman untuk pengawetan kayu ada tiga macam, yaitu
perendaman panas, perendaman dingin, dan kombinasi perendaman panas
dingin.
Kelemahan teknik pengawetan kayu dengan perendaman adalah
membutuhkan waktu yang lama apabila ingin memperoleh hasil yang baik.
Metode perendaman dingin memerlukan waktu hingga beberapa hari.
Metode perendaman panas memerlukan perhatian khusus karena adanya
resiko kayu ikut terbakar.
• Metode perendaman untuk pengawetan kayu juga kurang efektif dilakukan
pada kayu yang masih basah, karena daya serap kayu juga tidak maksimal,
sehingga larutan pengawet tidak akan meresap dengan baik.
Cara Pengawetan Secara Modern
Seiring dengan perkembangan teknologi, memungkinkan cara
pengawetan kayu secara modern dapat dilakukan.
• Cara mengawetkan kayu dengan teknik vakum dan tekanan
merupakan teknik yang telah memberi hasil terbaik.
Teknik ini memiliki kelebihan dapat dilakukan dalam waktu
yang lebih singkat dan dapat diaplikasikan pada kayu yang
masih basah sekalipun dengan resiko yang minimal.
• Kelemahan teknik ini adalah memerlukan peralatan yang
kompleks dan biaya yang relatif mahal, sehingga tidak efektif
digunakan oleh konsumen skala kecil.
• Teknik pengawetan kayu bangunan dengan teknik vakum dan
tekanan dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu metode
sel penuh dan metode sel kosong

7
1. Cara Mengawetkan Kayu Teknik Vakum dan Tekanan Dengan Metode Sel
Penuh
• Teknik vakum dan tekanan dengan metode sel penuh dilakukan dengan
memasukkan kayu yang akan diawetkan ke dalam tangki kemudian ditutup
rapat. Proses pengosongan udara kemudian dilakukan selama 90 menit.
Selama proses pengosongan udara sedang berlangsung, bahan pengawet
kayu dimasukkan ke dalam tangki sampai penuh melalui selang khusus.
Dengan cara ini diharapkan cairan pengawet dapat mengisi seluruh bagian
serat kayu dan sel kayu. Proses penekanan kemudian dilakukan selama
kurang lebih dua jam. Bahan pengawet kayu kemudian dikeluarkan lagi dan
dilakukan proses pengosongan udara lagi selama 10 menit agar cairan
pengawet kayu yang menempel bisa bersih.
2. Cara Mengawetkan Kayu Teknik Vakum dan Tekanan Dengan Metode Sel
Kosong
• Teknik vakum dan tekanan dengan metode sel kosong dilakukan
dengan memasukkan kayu ke dalam tangki, kemudian dalam kondisi
tangki tertutup rapat diberi tekanan selama 20 menit. Cairan
pengawet kemudian dimasukkan kedalam tangki dan proses
pemberian tekanan ditingkatkan selama 2 jam. Cairan pengawet kayu
kemudian dikeluarkan dan dilanjutkan dengan proses vakum untuk
membersihkan bahan pengawet yang masih menempel pada kayu.
Ada 2 metode pengawetan kayu, yaitu tanpa tekanan dan dengan tekanan
a. Metode pengawetan tanpa tekanan
Metode Penjelasan
Pengawetan
Tanpa tekanan
1. Laburan # dengan alat bantu sikat atau kuas
# mudah dan ekonomis tetapi harus dilaksanakan
berulang
# bahan pengawetan hanya ada di permukaan kayu
(penetrasi dangkal)

8
2. Semprot # dengan alat bantu semprotan atau sejenis pompa
# lebih cepat dibanding melabur
# efektifitas rendah, bahan pengawet banyak terbuang
(terdisperi)
# mengganggu kesehatan (pernafasan) bagi pelaku
penyemprotan

3. Rendaman # direndam dalam jangka waktu tertentu


# derajat keefektifannya dipengaruhi jenis bahan
pengawet, karakter kayu (struktur, kerapatan, kadar air,
proporsi kayu teras, kekasaran permukaan), dan lamanya
perendaman
# dapat direndam sebagian atau direndam total
4. Rendaman # dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
panas dan dingin -digunakan 2 tangki, yang berisi pengawet panas dan
yang lain pengawet dingin. Kayu yang diawetkan
direndam bergantian
-digunakan tangki kosong yang diisi pengawet panas
untuk kemudian diganti pengawet dingin
-tangki & bahan pengawet dipanaskan dan dibiarkan
menjadi dingin
5. Difusi # diaplikasikan pada kayu segar
6. Injeksi # bisa diterapkan pada kayu bantalan kereta api atau
tiang
# menggunakan alat bantu jarum
\
b. Metode pengawetan dengan tekanan :
Metode pengawetan Penjelasan
dengan tekanan
1. Hidrostasis # dikenal sebagai proses “Boucheri”/ metode “sap

9
displacement”
# kayu yang diawetkan pohon segar (baru ditebang)
dengan kulit
# prinsip difusi yang dimodifikasi dengan tekanan
hidrostasis
2. Silinder tertutup # alat utama silinder tertutup, O 3 m, panjang 60 m,
tekanan 8 atm
# alat bantu lainnya tangki pengukur dan penyimpan ,
pompa vakum, penghasil uap, mesin serut trem
pengangkut, dan alat ukur
# bahan pengawet dimasukkan dengan full cell atau
empty cell, yaitu
- full cell => vakum-masukkan bahan pengawet-
tekan-lepas-vakum
-empty cell => “Proses Rueping” dan “Proses
Lowry”=> beda pada tekanan awal

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kayu merupakan hasil hutan yang dibutuhkan manusia untuk berbagai
penggunaan baik sebagai bahan konstruksi maupun sebagai bahan non-
konstruksi. Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan
yang mengeras karena mengalami lignifikasi. Pengawetan kayu bertujuan
untuk menambah umur pakai kayu lebih lama, terutama kayu yang digunakan
untuk material bagunan atau perabot luar ruangan, karena penggunaan
tersebut yang paling rentang terhadap degradasi kayu, akibat serangga atau
organisme maupun faktor abiotis (panas, hujan, dan lembab). Dengan
manfaat seperti itu, kita semua semestinya gemar menerapkan pengawetan
kayu dalam setiap pemanfaatan kayu untuk sesuatu yang permanen.. Di
samping itu, kita juga tidak boleh terjebak dengan nama jenis kayu yang
sudah dikenal awet (I dan II), karena sekarang banyak pohon yang dipanen
pada umur muda, sehingga umur layanannya menjadi singkat. Keawetan kayu
dikatakan rendah apabila dalam pemakaian tidak tercapai umur yang
diharapkan sesuai dengan ketenttuan kelas awet kayu. Pengawetan permanen
atau sementara (prophylactis treatment) bertujuan menghindari serangan
perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang). Bahan pengawet yang dipakai
antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik
untuk dolok maupun kayu gergajian basah. Yang perlu diperhatikan dalam
pengawetan, kayu tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor,
dan lain-lain), sehingga terbukanya permukaan kayuu yang sudah diawetkan.
3.2 Saran
Menjaga hutan dengan meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat di
manapun berada tentang pentingnya menjaga kelestarian ekosistem
hutan .Mengingat kayu dipilih sebagai bahan bangunan dan perabot maka
kita dapat menggunakan kayu yang sudah awet, dengan nilai keawetan yang
tinggi. Mengingat kepada masyarakat bahwa pemanfaatan kayu bisa
digunakan secara efisien.

11
DAFTAR PUSTAKA

http://ejournal.forda-mof.org/emajalah/index.php/forpro/article/download/
2/2
https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/11346830/08e00816-with-cover-page-
v2.pdf?Expires=1635303447&Signature=bv-sriRIqKV0jPR9-
Y7Z2N~Ry0gu5rhXiDU19EGv8IgpdzvcLD~I-
TX75HgzKauMdRgM6m04TfwRwKl0VQVblobtmX6tYpDp~Sc2
OrlzOg4cvyTbPWWdAQqyx68vhp8hteUQ-vTTQR6RzBSt-
IuahdtXCDd~kzul3ZWyQPNmghbIfLRv-
FdYMod5H0npPQIepCXjtPsWh5cLIoxLJlyxowC7T1ZnQsGLxvb
Fh~kwk3oXuB1GvArNZVRTPJgSXIzamA8nJxxPXPqJY7eFqyK
SseYEZKles5BeNcU8drinEpm1e9o54gHXsbCUsPboCryWO6L~c
BqFW~zYTjLqoaEv3w__&Key-Pair-
Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA
https://www.academia.edu/38995024/
MAKALAH_PENGAWETAN_KAYU_SECARA_KIMIAWI
https://media.neliti.com/media/publications/29254-ID-kajian-industri-dan-
kebijakan-pengawetan-kayu-sebagai-upaya-mengurangi-tekanan-
t.pdf
http://uli-adriani.blogspot.com/2010/04/pengawetan-kayu.html?m=1
http://fauziahforester.blogspot.com/2014/01/makalah-pengawetan-kayu.html

iii
I

Anda mungkin juga menyukai