DISUSUN OLEH:
NIM : 41221040
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Fathul Ba’ari
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 PENGAWETAN KAYU..............................................................................3
2.2 PENTINGNYA PENGAWETAN KAYU...................................................4
2.3 TUJUAN PENGAWETAN KAYU.............................................................5
2.4 METODE PENGAWETAN KAYU............................................................6
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................13
3.2 SARAN......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kayu tidak awet memiliki kelemahan antara dapat dirusak atau dilapuk oleh
organisme perusak kayu, akibatnya umur kayu menjadi menurun. Padahal nilai
jenis suatu kayu untuk keperluan bagunan perumahan perangkat interior sangat
ditentukan oleh keawetanya. Karena bagamanapun kuatnya kayu tersebut
penggunaannya tidak akan berarti jika umur pakainya pendek.
1
1.3 Tujuan
Dengan adanya pembuatan makalah ini,kita mengetahui mengapa harus
melakukan pengawetan kayu, mengetahui manfaatnya dan kegunaannya,
mengetahui metode-metode apa saja yang dilakukan dalam pengawetan kayu
tersebut dan mengetahui bagaimana pentingnya pengawetan kayu.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pengawetan kayu mencakup pencegahan terhadap OPK (organisme perusak kayu)
pecah-retak, perubahan warna dan peningkatan daya tahan kayu terhadap api (fire
retardant). Penggunaan bahan kimia pengawet kayu diakui sebagai cara yang
paling efektif dalam meningkatkan mutu kayu dan produk kayu. Selain itu proses
dan hasilnya dapat dikendalikan .
4
yang diperlukan relatif murah dalam jangka panjang. Dengan melaksanakan
pengawetan kayu yang baik akan diperoleh beberapa manfaat, antara lain:
(1) memperbesar volume ketersediaan kayu dari jenis kayu yang sudah dikenal,
jenis kayu yang kurang atau tidak dikenal, menjadi kayu yang dapat
digunakan dengan baik sehingga penggunaan sumberdaya alam lebih efisien.
(3) mengurangi frekuensi penggantian kayu yang berarti penghematan yang baik
sekali;
(4) meningkatkan kepercayaan dan reputasi atas mutu produk yang dihasilkan;
dan
(5) mendorong untuk terus membuat hal baru yang lebih baik lagi (inovasi dan
kreativitas) melalui pengembangan IPTEK berbasis sumber daya domestik.
1. Kayu yang memiliki keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan sulit di dapat
dalam jumlah yang banyak, selain itu harganya cukup mahal.
2. Kayu yang termasuk dalam kelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak
dan mudah didapat.
1.Untuk memperbesar keawetan kau sehingga kayu yang mulanya memiliki umur
pakai pendek menjadi lebih lama dalam pemakaian.
5
2. Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas, keawetan rendah dan
sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian, mengingat sumber kayu
di Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup luas dan beraneka ragam
jenisnya.
a. Metode rendaman
Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan
dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat
larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap
6
dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak
berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara
rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet
lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa
garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak
atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini
dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak
kayunya tidak hebat.
Kelebihan :
Kekurangan:
c. Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
b. Metode pencelupan
7
lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan
pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.
Kelebihan :
Kekurangan :
c. Metode pemulasan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan
pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu
terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara
pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu,yaitu:
b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan
belum merusak kayu (represif).
c. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya
dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat
(ganas).
Kelebihan :
8
b. Biaya relatif murah
Kekurangan :
b. Mudah luntur
d. Metode pembalutan
Kelebihan :
a. Peralatan sederhana
Kekurangan :
Pengawetan kayu basah dapat dilakukan dengan difusi dan perendaman. Cara ini
harus menggunakan konsentrasi bahan pengawet yang lebih banyak karena akan
terjadi pengenceran oleh air kayunya. Pengawetan untuk mencegah jamur atau
cendawan pada kayu persegi dan produk jadi dapat dilakukan dengan pelaburan,
pencelupan atau penyemprotan. Kalau menginginkan hasil yang baik dapat
digunakan cara perendaman.
9
Yaitu cara pengawetan kayu dalam tangki tertutup (silinder) dan dengan
tekanan. Bahkan agar hasil pengawetan lebih optimal dapat juga dilakukan
perlakuan pem-vakuman ruang pengawetan baik pada awal maupun akhir
prosesnya.
Pada proses sel penuh, pengawetan kayu dilakukan dengan usaha untuk
memasukkan bahan pengawet sebanyak munkin ke dalam kayu dengan proses
penekanan. Bahan pengawet ini berusaha disisikan penuh-penuh ke dalam kayu
dan dipertahankan untuk tetap tinggal di dalamnya, sehingga di bagian kayu yang
diawetkan terdapat bahan dalam jumlah maksimum. Setiap sel penyusun kayu
akan diisi penuh dengan bahan pengawet sedalam-dalamnya ke dalam kayu serta
retensi bahan pengawet sebanyak-banyaknya.
Bahan pengawet yang lazim digunakan dalam proses sel penuh adalah bahan
pengawet yang dilarutkan dalam air. Meskipun demikian, bahan pengawet berupa
minyak atau bahan pengawet yang dilarutkan dapat digunakan, jumlah bahan
pengawet yang diharapkan semakin banyak yang tertinggal di dalam kayu dapat
diusahakan dengan membuat bahan pengawet ini lebih pekat.Oleh karena itu,
konsentrasi bahan pengawet di buat lebih tinggi.
1) Proses Bethel.
10
· Kayu dimasukkan ke dalam tangki silinder kemudian dilakukan
pemvakumar, 15-60 menit
Pada proses sel kosong, meskipun pengawetan yang dilakukan juga dengan
menekan bahan pengawet agar masuk ke dalam kayu, penekanan ini tidak
bertujuan untuk mengisi setiap sel kayu secara penuh dengan bahan peengawetan,
melainkan hanya melapisi sel-sel penyusun kayu dengan bahan pengawet tersebut.
Karena sel kayu hanya di lapisi bahan pengawet, bagian dalam sel kayu (rongga
sel kayu) ini masih tetap kosong.Dengan demikian, proses sel kosong berusaha
untuk meresapkan bahan pengawet sedalam-dalamnya di dalam kayu, namun
retensi bahan pengawet tersebut tidak begitu banyak.
11
Bahan pengawet yang digunakan dalam proses sel kosong adalah bahan
pengawet berupa minyak atau bahan pengawet yang dilarutkan dalam minyak.
Mekipun demikian, proses sel kosong dapat juga menggunakan bahan pengawetan
yang dilarutkan dalam air.Bila bahan pengawet larut air yang digunakan,
pengawetan harus segera diikuti dengan pemasukan bahan pengawet minyak atau
bahan pengawet yang larut minyak ke dalam kayu.Penggunaan bahan pengawet
larut air di sini terutama bertujuan untuk mengurangi tambahan berat kayu setelah
setelah diawetkan.
1) Proses Rueping
Proses ini diawali dengan pemberian tekanan udara pada tangki silinder pada awal
proses. Kayu yang diawetkan dapat berupa kayu yang telah kering, masih basah
atau telah dilakukan pengukusan.
2) Proses Lowry
Proses ini prinsipnya sama dengan proses Rueping, hanya bedanya tidak diawali
dengan pemberian tekanan udara ke dalam tangki pengawet.
Proses pengawetan ini tidak dilakukan dalam tangki tertutup tapi ditempat
terbuka. Biasanya proses Boucherie digunakan untuk mengawetkan kayu bulat
(dengan kulit). Tekanan ringan proses pengawetan terjadi karena selisih tinggi
antara bak penyimpanan bahan pengawet dan kayu yang akan diawetkan.
Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :
a. Pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengawetan kayu sudah sejak lama mendapat perhatian dari pemerintah
terbukti dengan keluarnya berbagai peraturan, namun kesadaran masyarakat
dalam hal ini masih rendah, dimana salah satu penyebabnya adalah kurangnya
minat konsumen untuk memakai kayu awetan. Upaya pengawetan kayu
memberikan keuntungan secara ekonomi. Disadari atau tidak munculnya ilmu
pengawetan kayu merupakan suatu terobosan penting untuk menyelamatkan hutan
dari eksploitasi tanpa henti dan menjadi solusi menipisnya hutan.
3.2 SARAN
Dalam upaya pengembangan industri pengawetan kayu di Indonesia yang
terkait dengan persepsi yang belum sama, kelembagaan dan organisasi yang
belum mantap, SDM yang rendah, sarana dan prasarana yang belum siap Untuk
mengatasi hal tersebut, pemerintah perlu melakukan pembinaan kepada
pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dan masyarakat yang dilaksanakan
melalui : (a) koordinasi penyelenggaraan pengawetan kayu; (b) sosialisasi
peraturan perundangan dan pedoman penataan bidang pengawetan kayu; (c)
pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pengawetan kayu; (d)
pendidikan dan pelatihan; (e) penelitian dan pengembangan; (f) penyebarluasan
informasi pengawetan kayu kepada masyarakat; and (g) pengembangan kesadaran
dan tanggungjawab masyarakat. Untuk.menjaga hutan dengan meningkatkan
kesadaran seluruh masyarakat di manapun berada tentang pentingya menjaga
kelestarian ekosistem hutan. Mengingat kayu dipilih sebagai bahan bangunan dan
perabot maka kita dapat menggunakan kayu yang sudah awet, dengan nilai
keawetan yang tinggi. Mengingat kepada masyarakat bahwa pemanfaatan kayu
bisa digunakan secara efisien.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://fauziahforester.blogspot.com/2014/01/makalah-pengawetan-kayu.html
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/270-515-1-SM.pdf
http://uli-adriani.blogspot.com/2010/04/pengawetan-kayu.html
https://pediailmu.com/kehutanan/pengeringan-dan-pengawetan-
kayu/
iii