Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

METODE PENGAWETAN KAYU

DISUSUN OLEH:

NAMA : FATHUL BA’ARI

NIM : 41221040

KELAS/PRODI :1B / JASA KONSTRUKSI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

TAHUN AJARAN 2021/2021


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang


senantiasa memberi kita nikmat iman dan sehat. Berkat rida-Nya, penulis akhirnya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul(METODE
PENGAWETAN KAYU). Selawat serta salam tak lupa penulis ucapkan kepada
junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah memperjuangkan umat manusia ke
jalan yang benar dan menjadi pelajaran bagi kita semua.

Terimakasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada setiap pihak yang telah


memberikan arahan, setiap sumber, dan dukungan, serta saran-saran, sehingga
penyusunan makalah ini dapat terselesaikan baik.Mungkin dalam pembuatan
makalah ini masih terdapat kesalahan yang belum kami ketahui.maka dari itu
kami mohon saran dan kritik dari teman teman maupun dosen .Demi tercapainya
makalah yang sempurna

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Makassar,26 Oktober 2021

Fathul Ba’ari

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
Daftar isi..................................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
2.1 PENGAWETAN KAYU..............................................................................3
2.2 PENTINGNYA PENGAWETAN KAYU...................................................4
2.3 TUJUAN PENGAWETAN KAYU.............................................................5
2.4 METODE PENGAWETAN KAYU............................................................6
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN..........................................................................................13
3.2 SARAN......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kayu adalah material alam dari pohon yang sering dimanfaatkan untuk kontruksi
bangunan. Alasan mengapa kayu digunakan untuk kontruksi bangunan adalah
mempunyai sifat yang mudah dibentuk dan kuat. Selain itu untuk jenis-jenis kayu
untuk kontruksi bangunan masih mudah didapatkan Kayu telah menjadi bagian
dari kehidupan manusia, karena kayu telah banyak digunakan sebagai alat
perlengkapan sehari – hari mengingat karasteristik khas kayu khas yang tidak
jumpai pada bahan lain, yaitu tersedia hampir diseluruh dunia, penampilan sangat
dekoratif dan alami, mudah diperoleh dalam berbagai bentuk dan ukuran, relatif
mudah dalam pengerjaan, serta ringan.

Kayu tidak awet memiliki kelemahan antara dapat dirusak atau dilapuk oleh
organisme perusak kayu, akibatnya umur kayu menjadi menurun. Padahal nilai
jenis suatu kayu untuk keperluan bagunan perumahan perangkat interior sangat
ditentukan oleh keawetanya. Karena bagamanapun kuatnya kayu tersebut
penggunaannya tidak akan berarti jika umur pakainya pendek.

Fenomena inilah yang mendorong upaya untuk melakukan pengawetan kayu,


diantaranya dengan melapisi kayu menggunakan bahan beracun sehingga kayu
tidak terserang oleh organisme perusak tidak menimbulkan masalah secara teknis
namun juga secara ekonomis. Selain itu kerusakan kayu oleh organisme perusak
mengakibatkan komponen bangunan harus diganti.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang terkait dalam pembahasan makalah ini adalah pengawetan
kayu,pentingnya melakukan pengawetan kayu , tujuan melakukan pengawetan
kayu, dan metode-metode yang dilakukan dalam pengawetan kayu

1
1.3 Tujuan
Dengan adanya pembuatan makalah ini,kita mengetahui mengapa harus
melakukan pengawetan kayu, mengetahui manfaatnya dan kegunaannya,
mengetahui metode-metode apa saja yang dilakukan dalam pengawetan kayu
tersebut dan mengetahui bagaimana pentingnya pengawetan kayu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGAWETAN KAYU


Pengawetan kayu adalah suatu upaya untuk meningkatkan keawetan atau
meningkatkan kekebalan kayu terhadap serangan organisme
perusak kayu,sehingga umur pakai kayu bertambah panjang menjadi beberapa kali
lipat.Keawetan kayu berhubugan erat dengan pemakaiannya,kayu dikatakan awet
apabila mempunyai umur lama , kayu berumur pakai lama bila mampu menahan
bermacam-macam factor perusak kayu.Daya tahan kayu terhadap OPK
(organisme perusak kayu) inilah yang dimaksud dengan keawetan kayu. Banyak
faktor yang dapat mempengaruhi keawetan kayu, antara lain zat ekstaktif yang
terdapat dalam kayu, umur pohon, posisi pada bagian batang, tempat dimana kayu
itu digunakan dan jenis OPK (organisme perusak kayu) yang menyerangnya.

Pengawetan kayu pada dasarnya merupakan tindakan pencegahan


(preventive), berperan untuk meminimalkan atau meniadakan kemungkinan
terjadi cacat yang disebabkan OPK (organisme perusak kayu) bukan pengobatan
(curative) yang diilakukan dalam rangka pengendalian mutu atau kualitas,
mencakup kualitas bahan baku dan produk serta memperpanjang umur pakai
kayu. Biasanya penggunaan pengawet kayu mengacu pada penggunaan pestisida
(bahan kimia pengawet) yang dimasukkan ke dalam kayu. Dalam hal ini,
persyaratan bagi bahan pengawet kayu antara lain harus memiliki sifat efikasi
terhadap OPK (organisme perusak kayu) mampu menembus ke dalam kayu dan
tidak mudah luntur atau terikat di dalam kayu, tetapi beberapa jenis bahan
pengawet larut air bersifat korosif . Istilah bahan pengawet kayu sekarang
termasuk bahan kimia atau kombinasi bahan yang dapat mencegah kerusakan
kayu terhadap satu atau kombinasi antara; pelapukan (decay), serangga (termite),
binatang laut (marine borer), api (fire), cuaca (weathering), penyerapan air dan
reaksi kimia (Anonim, 1976). Dengan demikian ruang lingkup kegiatan

3
pengawetan kayu mencakup pencegahan terhadap OPK (organisme perusak kayu)
pecah-retak, perubahan warna dan peningkatan daya tahan kayu terhadap api (fire
retardant). Penggunaan bahan kimia pengawet kayu diakui sebagai cara yang
paling efektif dalam meningkatkan mutu kayu dan produk kayu. Selain itu proses
dan hasilnya dapat dikendalikan .

2.2 PENTINGNYA PENGAWETAN KAYU


Berdasarkan hasil pengamatan terhadap 3.233 jenis kayu yang sudah
dikumpulkan, sebanyak 3.132 jenis di antaranya sudah diklasifikasikan
keawetannya. Dari jumlah tersebut diketahui hanya sebagian kecil saja yang
mempunyai keawetan tinggi, yaitu 14,3% termasuk kelas awet I-II. Sisanya, yaitu
85,7% termasuk kelas awet III,IV,V (Martawijaya, 1996). Persentase tersebut di
atas akan berubah, jika OPK (organisme perusak kayu) lainnya seperti jamur biru,
kumbang bubuk basah dan binatang laut penggerek kayu turut diperhitungkan.
Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan Vol. 7 No. 1, April 2010 : 63 - 80 67
Kerusakan kayu sesunguhnya bukan hanya disebabkan oleh faktor OPK
(organisme perusak kayu) saja, tetapi bisa oleh kombinasi faktor OPK (organisme
perusak kayu), fisis-mekanis dan kimia. Namun kerusakan oleh OPK (organusme
perusak kayu) mendudukan arti penting bagi pengawetan kayu. Tanda kerusakan
yang disebabkan oleh OPK (organisme perusak kayu) terlihat dari adanya cacat
berupa lobang gerek (bore hole), pewarnaan (staining), pelapukan (decay),
rekahan (brittles), dan pelembekan (softies). Hasil pengujian sifat keterawetan
terhadap 264 jenis kayu yang dikumpulkan dari berbagai wilayah di Indonesia
menunjukkan sekitar 50% masuk ke dalam kelas sukar dan sangat sukar
diawetkan (Martawijaya dan Barly, 1982,1990; Barly dan Martawijaya, 2000)
sehingga diperlukan teknik dan bahan pengawet yang khusus. Berdasarkan
informasi tersebut, bagi kayu yang sukar diawetkan dengan cara tekanan dapat
diawetkan dengan cara pencelupan (Barly, 1991) menggunakan bahan pengawet
boron asal kayunya masih segar (Barly dan Supriana, 1998). Jadi dengan
melakukan pengawetan kayu, maka pemanfaatan kayu menjadi optimal dan biaya

4
yang diperlukan relatif murah dalam jangka panjang. Dengan melaksanakan
pengawetan kayu yang baik akan diperoleh beberapa manfaat, antara lain:

(1) memperbesar volume ketersediaan kayu dari jenis kayu yang sudah dikenal,
jenis kayu yang kurang atau tidak dikenal, menjadi kayu yang dapat
digunakan dengan baik sehingga penggunaan sumberdaya alam lebih efisien.

(2) penganekaragaman komoditas kayu yang diawetkan termasuk produk yang


selama ini diabaikan, seperti tiang listrik, telepon dan tiang pancang;

(3) mengurangi frekuensi penggantian kayu yang berarti penghematan yang baik
sekali;

(4) meningkatkan kepercayaan dan reputasi atas mutu produk yang dihasilkan;
dan

(5) mendorong untuk terus membuat hal baru yang lebih baik lagi (inovasi dan
kreativitas) melalui pengembangan IPTEK berbasis sumber daya domestik.

2.3 TUJUAN PENGAWETAN KAYU


Keawetan kayu dikatakan rendah apabila dalam pemakaian tidak tercapai
tercapai umur yang diharapkan sesuai dengan ketentuan kelas awet kayu. Alasan
manusia melakukan pengawetan kayu karena :

1. Kayu yang memiliki keawetan alami tinggi sangat sedikit, dan sulit di dapat
dalam jumlah yang banyak, selain itu harganya cukup mahal.

2. Kayu yang termasuk dalam kelas keawetan III sampai dengan V cukup banyak
dan mudah didapat.

3.Dilain pihak dengan dengan pengawetan kayu orang berusaha mendapatkan


keuntungan financial.

Tujuan pengawetan kayu :

1.Untuk memperbesar keawetan kau sehingga kayu yang mulanya memiliki umur
pakai pendek menjadi lebih lama dalam pemakaian.

5
2. Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas, keawetan rendah dan
sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian, mengingat sumber kayu
di Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup luas dan beraneka ragam
jenisnya.

3. Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan kerja, sehingga


pengangguran dapat dikurangi.

4. Untuk mencegah atau menghindarkan kayu dari serangan jamur, cendawan,


serangga dan organisme perusak kayu lainnya

2.4 METODE PENGAWETAN KAYU


Ada 2 macam metode pengawetan yang pokok, yaitu :

1. Pengawetan Metode Sederhana Pengawetan Tanpa Tekanan.

Yaitu cara pengawetan kayu tanpa menggunakan tekanan, sehingga hasil


pengawetannya tidak bisa optimal atau maksimal. Pengawetan dengan cara ini
misalnya dengan :

a. Metode rendaman

Kayu direndam di dalam bak larutan bahan pengawet yang telah


ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama
beberapa jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus
seluruhnya terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban
pemberat dan sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain
rendaman dingin, rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin.
Cara rendaman dingin dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam
anti karat. Sedangkan cara rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim
dilakukan dalam bak dari logam.

Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan
dua bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat
larutan bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap

6
dengan beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak
berisi kayu tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara
rendaman panas atau rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet
lebih dalam dan banyak masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa
garam akan memberikan hasil lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak
atau berupa minyak, karena proses difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini
dapat digunakan untuk bangunan di bawah atap dengan penyerang perusak
kayunya tidak hebat.

Kelebihan :

a. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih banyak

b. Kayu dalam jumlah banyak dapat diawetkan bersama

c. Larutan dapat digunakan berulang kali (dengan menambah


konsentrasi bila berkurang)

Kekurangan:

a. Waktu agak lama, terlebih dengan rendaman dingin

b. Peralatan mudah terkena karat

c. Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar

d. Kayu basah agak sulit diawetkan

b. Metode pencelupan

kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet dengan


konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit bahkan
detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak
memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan
cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di
industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan
pengawet yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan

7
lebih baik baila kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan
pengawetnya dipanaskan lebih dahulu.

Kelebihan :

a. Proses sangat cepat

b. Bahan pengawet dapat dipakai berulang kali (hemat)

c. Peralatan cukup sederhana

Kekurangan :

a. Penetrasi dan retensi kecil sekali, terlebih pada kayu basah

b. Mudah luntur, karena bahan pengawet melapisi permukaan kayu


sangat tipis.

c. Metode pemulasan

Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yang sederhana. Bahan
pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu
terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara
pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu,yaitu:

a. Pengawetan sementara di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian untuk


mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah.

b. Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan
belum merusak kayu (represif).

c. Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya
dianjurkan bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat
(ganas).

Kelebihan :

a. Alat sederhana, mudah penggunaannya

8
b. Biaya relatif murah

Kekurangan :

a. Penetrasi dan retensi bahan pengawet kecil

b. Mudah luntur

d. Metode pembalutan

Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang dengan


menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang
dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya
dibalut sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.

Kelebihan :

a. Peralatan sederhana

b. Penetrasi lebih baik, hanya waktu agak lama

c. Digunakan untuk tiang-tiang kering ataupun basah

Kekurangan :

a. Pemakaian bahan pengawet boros

b. Jumlah kayu yang diawetkan terbatas, waktu membalut lama

c. Membahayakan mahluk hidup sekitarnya (hewan dan tanaman)

Pengawetan kayu basah dapat dilakukan dengan difusi dan perendaman. Cara ini
harus menggunakan konsentrasi bahan pengawet yang lebih banyak karena akan
terjadi pengenceran oleh air kayunya. Pengawetan untuk mencegah jamur atau
cendawan pada kayu persegi dan produk jadi dapat dilakukan dengan pelaburan,
pencelupan atau penyemprotan. Kalau menginginkan hasil yang baik dapat
digunakan cara perendaman.

2. Pengawetan Metode Khusus atau Cara Pengawetan dengan Tekanan.

9
Yaitu cara pengawetan kayu dalam tangki tertutup (silinder) dan dengan
tekanan. Bahkan agar hasil pengawetan lebih optimal dapat juga dilakukan
perlakuan pem-vakuman ruang pengawetan baik pada awal maupun akhir
prosesnya.

Proses pengawetan kayu dengan tekanan akan menghasilkan peresapan bahan


pengawet yang lebih dalamdan banyak. Kayu yang diawetkandapat berupa kayu
persegi atau kayu bulat (tanpa kulit) yang nantinyaakan digunakan di luar ruangan
atau berhubungan dengan tanah dan air. Yang termasuk jenis cara pengawetan ini
adalah sebagai berikut :

a. Metode proses sel penuh

Pada proses sel penuh, pengawetan kayu dilakukan dengan usaha untuk
memasukkan bahan pengawet sebanyak munkin ke dalam kayu dengan proses
penekanan. Bahan pengawet ini berusaha disisikan penuh-penuh ke dalam kayu
dan dipertahankan untuk tetap tinggal di dalamnya, sehingga di bagian kayu yang
diawetkan terdapat bahan dalam jumlah maksimum. Setiap sel penyusun kayu
akan diisi penuh dengan bahan pengawet sedalam-dalamnya ke dalam kayu serta
retensi bahan pengawet sebanyak-banyaknya.

Bahan pengawet yang lazim digunakan dalam proses sel penuh adalah bahan
pengawet yang dilarutkan dalam air. Meskipun demikian, bahan pengawet berupa
minyak atau bahan pengawet yang dilarutkan dapat digunakan, jumlah bahan
pengawet yang diharapkan semakin banyak yang tertinggal di dalam kayu dapat
diusahakan dengan membuat bahan pengawet ini lebih pekat.Oleh karena itu,
konsentrasi bahan pengawet di buat lebih tinggi.

1) Proses Bethel.

Proses pengawetan ini menggunakan bahan pengawet kreosot dengan


urutan proses sebagai berikut :

10
· Kayu dimasukkan ke dalam tangki silinder kemudian dilakukan
pemvakumar, 15-60 menit

· Selanjutnya bahan pengawet panas (suhu 85 – 100 derajat celcius)


dimasukkan ke dalam silinder sambil di berikan tekana 125 – 200 psi. Tekanan
dipertahankan beberapa saat agar absorbsi bahan pengawet ke dalam kayu
tercapai.

· Setelah itu tekanan dalam tangki silinder secara perlahan-lahan dikurangi


hingga mencapau tekanan dengan udara luar (atmosfir)

· Selanjutnya sisa minyak dikeluarkan dari tangki silinder sambil diadakan


pemvakuman lagi beberapa saat. Pemvakuman dimaksudkan untuk mengeringkan
kayu

· Setelah itu pemvakuman tangki silinder pengawet dilepas ( diakhiri),


sehingga udara bisa masuk dan tekanan dalam tangki silinder kembali menjadi
normal sama dengan udara sekitarnya.

2) Proses Burnet. Proses pengawetan ini menggunakan bahan pengawet larut


dalam aur beruapa Zn Cl2 (seng klorida). Secara umum urutan prosesnya sama
dengan proses Bethel, hanya seng khlorida panas suhunya 55 – 65 C dan
konsentrasinya 2 -4 %.

b. Metode proses sel kosong

Pada proses sel kosong, meskipun pengawetan yang dilakukan juga dengan
menekan bahan pengawet agar masuk ke dalam kayu, penekanan ini tidak
bertujuan untuk mengisi setiap sel kayu secara penuh dengan bahan peengawetan,
melainkan hanya melapisi sel-sel penyusun kayu dengan bahan pengawet tersebut.
Karena sel kayu hanya di lapisi bahan pengawet, bagian dalam sel kayu (rongga
sel kayu) ini masih tetap kosong.Dengan demikian, proses sel kosong berusaha
untuk meresapkan bahan pengawet sedalam-dalamnya di dalam kayu, namun
retensi bahan pengawet tersebut tidak begitu banyak.

11
Bahan pengawet yang digunakan dalam proses sel kosong adalah bahan
pengawet berupa minyak atau bahan pengawet yang dilarutkan dalam minyak.
Mekipun demikian, proses sel kosong dapat juga menggunakan bahan pengawetan
yang dilarutkan dalam air.Bila bahan pengawet larut air yang digunakan,
pengawetan harus segera diikuti dengan pemasukan bahan pengawet minyak atau
bahan pengawet yang larut minyak ke dalam kayu.Penggunaan bahan pengawet
larut air di sini terutama bertujuan untuk mengurangi tambahan berat kayu setelah
setelah diawetkan.

1) Proses Rueping

Proses ini diawali dengan pemberian tekanan udara pada tangki silinder pada awal
proses. Kayu yang diawetkan dapat berupa kayu yang telah kering, masih basah
atau telah dilakukan pengukusan.

2) Proses Lowry

Proses ini prinsipnya sama dengan proses Rueping, hanya bedanya tidak diawali
dengan pemberian tekanan udara ke dalam tangki pengawet.

c. Metode proses tekanan ringan

Proses pengawetan ini tidak dilakukan dalam tangki tertutup tapi ditempat
terbuka. Biasanya proses Boucherie digunakan untuk mengawetkan kayu bulat
(dengan kulit). Tekanan ringan proses pengawetan terjadi karena selisih tinggi
antara bak penyimpanan bahan pengawet dan kayu yang akan diawetkan.

Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :

a. Pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel.

b. Sedangkan pada sel kosong hanya mengisi ruang antar sel

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Pengawetan kayu sudah sejak lama mendapat perhatian dari pemerintah
terbukti dengan keluarnya berbagai peraturan, namun kesadaran masyarakat
dalam hal ini masih rendah, dimana salah satu penyebabnya adalah kurangnya
minat konsumen untuk memakai kayu awetan. Upaya pengawetan kayu
memberikan keuntungan secara ekonomi. Disadari atau tidak munculnya ilmu
pengawetan kayu merupakan suatu terobosan penting untuk menyelamatkan hutan
dari eksploitasi tanpa henti dan menjadi solusi menipisnya hutan.

3.2 SARAN
Dalam upaya pengembangan industri pengawetan kayu di Indonesia yang
terkait dengan persepsi yang belum sama, kelembagaan dan organisasi yang
belum mantap, SDM yang rendah, sarana dan prasarana yang belum siap Untuk
mengatasi hal tersebut, pemerintah perlu melakukan pembinaan kepada
pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota dan masyarakat yang dilaksanakan
melalui : (a) koordinasi penyelenggaraan pengawetan kayu; (b) sosialisasi
peraturan perundangan dan pedoman penataan bidang pengawetan kayu; (c)
pemberian bimbingan, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pengawetan kayu; (d)
pendidikan dan pelatihan; (e) penelitian dan pengembangan; (f) penyebarluasan
informasi pengawetan kayu kepada masyarakat; and (g) pengembangan kesadaran
dan tanggungjawab masyarakat. Untuk.menjaga hutan dengan meningkatkan
kesadaran seluruh masyarakat di manapun berada tentang pentingya menjaga
kelestarian ekosistem hutan. Mengingat kayu dipilih sebagai bahan bangunan dan
perabot maka kita dapat menggunakan kayu yang sudah awet, dengan nilai
keawetan yang tinggi. Mengingat kepada masyarakat bahwa pemanfaatan kayu
bisa digunakan secara efisien.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://fauziahforester.blogspot.com/2014/01/makalah-pengawetan-kayu.html

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/270-515-1-SM.pdf

http://uli-adriani.blogspot.com/2010/04/pengawetan-kayu.html

https://pediailmu.com/kehutanan/pengeringan-dan-pengawetan-
kayu/

iii

Anda mungkin juga menyukai