Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGERINGAN KAYU

Dosen Pengajar :

Estrelita Waney, ST., M.Eng.Mgmt

Disusun oleh:

Andre Aditya Iti (22013005)

Gabriela Mambo (22013020)

POLITEKNIK NEGERI MANADO

JURUSAN TEKNIK SIPIL

PROGRAM STUDI TEKNIK JALAN DAN JEMBATAN

2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena oleh penyertaan-Nya
sehingga kami boleh menyelesaikan tugas tugas mata kuliah Struktur Beton Jembatan 1 ini hanya
oleh penyertaan Tuhan Yang Maha Esa.
Kami juga menyadari dalam pembuatan tugas ini tidak lepas dari berbagai macam
tantangan, rintangan, yang ada namun dengan kekompakan dari kelompok kami dan kerja sama
yang sangat terjalin dalam kelompok kami bimbingan arahan seta motivasi dari berbagai pihak
sehingga kami dapat menyekesaikan tugas ini dengan rasa Syukur dan terimakasih kepada Tuhan
serta kepada dosen pengajar kami dan teman-teman yang telah berkontribusi dalam pembuatan
tugas ini.

Pada akhirnya kami bisa menyelesaikan tugas ini meskipun masih jauh dari kesempurnaan
namun kami telah berupaya dan bekerja keras, untuk itu kami mengharapkan kritikan dan saran
dari segala pihak dalam menyempurnakan tugas ini.

Manado, 6 Februari 2024

Kelompok 3
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR......................................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
BAB II..............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Pengeringan kayu..............................................................................................................6
2.2 Proses Pengeringan Kayu..................................................................................................6
2.3 Macam – Macam Pengeringan..........................................................................................7
2.4. Kerusakan Kayu Akibat Proses Pengeringan...................................................................11
BAB III...........................................................................................................................................13
PENUTUP (Kesimpulan & Saran)...............................................................................................13
3.1. Kesimpulan..........................................................................................................................13
3.2. Saran.....................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada zaman dahulu sampai dengan zaman sekarang ini, kayu merupakan bahan alam yang
sangat melimpah dan masih sangat popular di kalangan masyarakat dunia. Khususnya
masyarakat Indonesia yang merupakan negara tropis dengan hutan kayunya yang sangat luas.
Penggunaan kayu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari masih sangat melekat pada
kehidupan masyarakatnya. Nilai ekonomi kayu dari waktu ke waktu semakin meningkat karena
beberapa hal antara lain karena permintaan kayu yang meningkat baik dalam segikualitas
maupun kuantitas. Di lain pihak karena tekanan penduduk dan program Pembangunan nasional
dengan cara mengkonversi lahan hutan menjadi lahan non hutan telah menurunkan jumlah luas
kawasan hutan produksi yang menghasilkan kayu. Kedua, perubahan kondisi kawasan hutan
tersebut di atas mengakibatkan penurunan penyediaan kayu atau pasokan kayu (wood supply)
sehingga dengan meningkatnya permintaan kayu (wood demand) akan menyebabkan kenaikan
harga. Kenaikan harga kayu sebenarnya tidak hanya disebabkan ketidakseimbangan pasokan
dan permintaan tetapi masih banyak faktor lain yang terlibat seperti biaya ekstraksi dari hutan
atau biaya pembalakan kayu, biaya transportasi, biaya administrasi pengusahaan hutan untuk
memproduksi kayu dan lain sebagainya.

Bila ditinjau dari jenis kayu yang diperdagangkan atau kayu-kayu yang banyak
terdapat di pasaran, terutama kayu-kayu komersial, maka diperoleh gambaran perbedaan sifat-
sifat kayu yang mencakup sifat fisika kayu, sifat kimia kayu, dan sifat pengerjaan kayu yang
sangat berpengaruh dalam pengerjaan kayu sebagai benda higroskopis, Hal ini dapat diatasi
dengan pemberian perlakuan awal kayu, salah satunya dengan proses pengeringan kayu yang
baik, mudah, dan murah. Pengeringan kayu merupakan proses mengeluarkan air sebanyak
mungkin dari dalam kayu sehingga di dapat kadar air akhir yang sesuai dengan tujuan
penggunaan kayu (Suranto, 2004). Prinsip penurunan kadar air yang mempengaruhi kembang
susut kayu ini yang nantinya akan digunakan pedoman dalam proses pengeringan kayu. Seiring
dengan meningkatnya nilai ekonomi kayu, perhatian masyarakat, produsen, atau
konsumen sendiri terhadap kayu sangat kurang, terutama masalah pengeringan kayu.
Pengeringan kayu ini sangat perlu diperhatikan dan banyak, diteliti karena banyak
permasalahan yang timbul dari penggunaan kayu, kayu sebagai bahan konstruksi bangunan,
bahan furniture, bahan kerajinan, dan sebagainya yang berkaitan dengan kadar airnya.
Permasalahan-permasalahan tersebut timbul dan mendapat banyak sorotan dari konsumen
berskala besar, kecil, baik dalam negeri maupun luar negeri. Proses pengeringan kayu di
indonesia masih sangat jarang dilakukan dan cenderung diabaikan sehingga pemakaian kayu
yang terjadi sangat ekstrim, dari kayu bulat hasil tebangan langsung dikerjakan menjadi
produk setengah jadi atau produk akhir.

Tidak adanya perlakukan pendahuluan kayu atau sortimen kayu tersebut untuk
menurunkan kadar air melalui proses pengeringan akan berakibat timbulnya cacat-cacat pada
kayu atau cacat pada produk akhir seperti kayu melengkung, memuntir, retak, sulitnya
pengerjaan kayu tersebut dan sebagainya. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi kualitas kayu
atau produk akhir dari kayu tersebut yang natinya akan mempengaruhi harga kayu atau harga
produk akhir kayu tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud pengeringan alam dan hutan?


2. Apa yang dimaksud Dry kiln?
3. Bagimana mengeringkan kayu dengan cara alami?
4. Apa saja kerusakan akibat pengeringan kayu?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu pengeringan alam dan buatan.


2. Untuk mengetahui apa itu dry klin.
3. Untuk mengetahui bagaimana mengeringkan kayu dengan cara alami.
4. Untuk mengetahui apa saja akibat pengeringan kayu.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengeringan kayu

Pengeringan kayu adalah proses untuk mengeluarkan air yang terdapat di dalam
kayu. Telah diutarakan di muka, bahwa kadar air kayu memberikan pengaruh yang
sangat besar dalam pemakaian kayu. Untuk berbagai macam kegunaan dengan kondisi udara
tertentu kayu memerlukan batas kandungan kadar air. Oleh karena itu masalah pengeringan
merupakan factor yang penting pada kayu. Dengan adanya pengeringan akan diperoleh
keuntungan-keuntungan sebagai berikut:

 Menjamin kestabilan dimensi kayu. Sebab di bawah titik jenuh


serat, perubahan kadar air dapat mengakibatkan kembang susut pada kayu.
Sebaliknya bila kayu dikeringkan sampai mendekati kadar air lingkungan, maka
sifat kembang susut ini akan dapat teratasi, bahkan dapat diabaikan.
 Menambah kekuatan kayu. Makin rendah kadar air kayu yang dikandung, akan
semakin kuat kayu tersebut .
 Membuat kayu menjadi ringan. Dengan demikian ongkos angkutan berkurang.
 Mencegah serangan jamur dan bubuk kayu. Sebab umumnya jasad renik
perusak kayu atau jamur tak dapat hidup di bawah persentase kadar air + 20%.
 Memudahkan pengerjaan selanjutnya, antara lain: pengetaman, perekatan,
finishing, pengawetan serta proses-proses kelanjutan lainnya.

2.2 Proses Pengeringan Kayu

Pergerakan air di dalam kayu terjadi dari daerah berkelembapan tinggi ke daerah yang
berkelembapan lebih rendah. Kayu akan mongering dan bagian luar ke dalam kayu. Dengan
kata lain permukaan kayu lebih cepat mengering daripada bagian dalamnya. Proses keluarnya
air dalam proses pengeringan disebut proses evaporasi. Evaporasi akan terjadi bila kadar air
di dalam kayu lebih besar dari kadar air keseimbangan (EMC). Selama proses pengeringan
kayu berlangsung, yang terlebih dahulu keluar adalah air bebas yang terdapat dalam rongga

sel. Setelah itu menyusul air yang terikat pada dinding-dinding sel. Keadaan titik air bebas
telah habis keluar, tetapi air terikat masih dalam keadaan jenuh, dinamakan keadaan pada titik
jenuh serat (FSP=Fiber Saturation Point). Perubahan kadar air yang dialami kayu pada
keadaan di atas titik jenuh serat ini tidak mempengaruhi bentuk dan ukuran kayu. Tetapi

segala perubahan bentuk dan ukuran kayu. Oleh sebab itu perubahan-perubahan kadar air
di bawahtitik ini sangat mempengaruhi sifat-sifat fisik dan mekanik kayu. Pada setiap
usaha pengeringan kayu hal ini harus mendapat perhatian yang khusus.

2.3 Macam – Macam Pengeringan

Kita mengenal dua cara pengeringan yang umum dipergunakan yaitu:


 Pengeringan alam-udara
 Pengeringan buatan

2.3.1. Pengeringan Kayu dengan Alam atau Udara


Pengeringan kayu dengan alam atau udara ialah pengeringan kayu dengan
menggunakan alam dan kerusakan atau cacat kayu tidak bisa dikendalikan.
Keuntungan :
 Biaya relative murah, tanpa peralatan yang mahal.
 Pelaksanaannya lebih mudah, tanpa memerlukan tenaga ahli.
 Pengeringan dengan tenaga alam/udara (matahari).
 Kapasitas dan sortimen kayu tidak terbatas.
Kerugian :
 Waktu yang dipergunakan cukup lama (tergantung cuaca).
 Memerlukan area/lapangan yang cukup luas.
 Memerlukan persediaan kayu lebih banyak.
 Cacat-cacat yang timbul sulit diperbaiki kembali.
 Kadar air akhir umunya masih cukup tinggi.
Cepat atau lambatnya kayu mengering tergantung dari beberapa factor yaitu :
1. Iklim: yaitu besar/kecilnya curah huja, intensitas penyinaran matahari, ada/tidaknya
kabut
2. Suhu: Didalam keadaan udara yang tetap, makin tinggi suhu, makin cepat kayu
mengering.
3. Kelembaban udara : Dalam keadaan suhu yang tetap, makin rendah kelembaban
udara, makin cepat proses pengeringan.
4. Peredaran udara : Berfungsi mengganti udara yang basah dengan udara yang kering
sehingga pengeringan dipercepat.
5. Kadar air awal : Makin basah kayu itu pada awalnya, makin lama pula proses
pengeringannya.
6. Jenis kayu : Beberapa jenis kayu akan lebih cepat mengering, umumnya kayu lunak
akan lebih cepat mongering daripada kayu yang lebih keras.
7. Letak kayu : Umumnya kayu gubal lebih cepat mengering daripada kayu teras.
8. Ukuran kayu, tebal atau tipisnya kayu yang akan dikeringkan.
2.3.2. Pengeringan Kayu dengan Cara Buatan ( Kiln Drying)
Pengeringan ini merupakan lanjutan hasil perkembangan pengeringan udara. Dengan
kemajuan dan perkembangan teknologi modern, meningkatkan
permintaan akan kayu berkualitas tinggi, maka timbul usaha pengeringan buatan
yang lebih efektif dan lebih efisien daripada pengeringan buatan yang lebih efektif dan lebih
efisien daripada pengeringan udara.
Keuntungan :
 Waktu pengeringan sangat singkat
 Kadar air akhir dapat diatur sesuai dengan keinginan, disesuaikan dengan tujuan
penggunaan
 Kelembaban udara (RH), temperature dan sirkulasi udara dapat diatur sesuai
dengan jadwal pengeringan
 Terjadinya cacat kayu dapat dihindari dan beberapa jenis kayu dapat diperbaiki
 Kontinuitas produksi tidak terganggu dan tidak diperlukan persediaan kayu yang
banyak
 Tidak membutuhkan tempat yang luas
 Kualitas hasil jauh lebih baik
Kerugian :
 Memerlukan investasi/modal yang besar
 Memerlukan tenaga ahli pengalaman
 Sortimen kayu yang akan dikeringkan tertentu
2.3.3. Jenis Dry Kiln
a. Compartment Kiln
• Tingkat kekeringan kayu sama
• Pintu masuk lori sama dengan pintu keluar
• Arah pergerakan udara melintang kiln
• Tidak membutuhkan ruang yang besar
2.3.4. Progessive Kiln
• Tingkat kekeringan kayu berbeda
• Pintu masuk dan keluar tidak sama
• Arah pergerakan udara berlawanan dengan arah lori
• Merupakan bentuk terowongan
Pekerjaan pengeringan kayu dengan kiln dapat dibagi dalam 4 tahap yaitu :
a. Tahap penyediaan alat – alat
b. Tahap penumpukan/penyusunan kayu
c. Tahap pengambilan contoh – contoh kayu pengamatan
d. Tahap pekerjaan selama pengeringan berlangsung yang mencakup : penggunaan jadwal
pengeringan, pengaturan dan pengawasan suhu serta kelembaban udara di dalam kiln.

a). Tahap Penyediaan Alat


Selain mesin pengering yang sudah lengkap dengan peralatannya, ada beberapa alat lagi
yang masih perlu disediakan, antara lain alat pengukur kadar air kayu ( Hydrometer) untuk
mengetahui kadar air di dalam kayu setiap waktu diperlukan. Batas pembacaan alat tersebut
tidak lebih dari 60% yang dikandung oleh kayu. Atau bila kita tidak memiliki alat ini, dapat
digunakan alat timbangan dan oven (tungku pemanas) untuk mengeringkan potongan contoh –
contoh kayu pengamatan hingga tercapai tingkat kering mutlak. Sebagai sumber pemanas dalam
kiln pada umumnya digunakan uap panas dengan menggunakan ketel uap. Uap panas yang
dihasilkan dialirkan melalui radiator (pemancar panas) ke dalam kiln. Sebab pemberian uap panas
ke dalam kiln pada tumpukan kayu, akan mempercepat proses keringnya kayu tersebut. Untuk
mengukur suhu dan kelembaban udara digunakan 2 alat termometer : termometer kering (dry
bulb temperature) dan termometer basah (wet bulb temperature). Penunjukan suhu pada
termometer basah selalu lebih rendah daripada suhu termometer kering. Selisih kedua suhu pada
termometer ini akan menunjukkan kelembaban udara (RH) = Relative Humidity. Selain sumber
panas, peredaran udara di dalam kiln berperanan pula, sebab dengan adanya peredaran udara,
suhu dan kelembaban udara di dalam kiln dapat merata. Di samping peredaran udara itu bertujuan
juga untuk mengeluarkan uap air yang telah keluar dari permukaan kayu dari ruang kiln. Dengan
sirkulasi ini, udara yang panas dapat mencapai seluruh bagian permukaan kayu, sehingga
pengeringan dapat berlangsung cepat dan merata. Kecepatan peredaran udara yang tinggi
diutamakan pada saat permulaan pengeringan, terutama untuk kayu yang masih basah agar
tidak terserang jamur. Peredaran udara di dalam kiln dapat ditimbulkan oleh :
• Perbedaan temperatur : karena pemanasan (sebab udara panas lebih ringan daripada
udara dingin)
• Tenaga kipas (fan) yang dibedakan atas 2 macam yaitu radial fan
(centrifugal blowers) dan axial fan. Fan ini terpasang di dalam ataupun di luar kiln
(external fan dan internal fan).
b). Tahap penumpukan/penyusunan kayu
Sebagai syarat mutlak, fondasi dan lantai harus kuat dan datar, agar tidak mempengaruhi
kerusakan kayu dan tumpukan kayu secara keseluruhan. Kayu yang akan dikeringkan harus
diseragamkan dalam hal : jenis kayu, kualitas kayu, ketebalan kayu, kadar air awal. Dengan
keseragaman ini, maka pelaksanaan pengeringan akan lebih sempurna. Kayu ada yang diletakkan
langsung diatas pondasi, tapi ada pula dengan menggunakan lori. Pada umumnya cara terakir
lebih banyak dipakai. Agar peredaran udara merata pada seluruh bagian permukaan
kayu, maka lapisan papan tingkat demi tingkat harus diberi ganjel. Tumpukan kayu secara
keseluruhan hendaknya merupakan bentuk persegi dengan ganjel lurus, baik secara vertical
maupun horizontal. Selanjutnya pada bagian teratas tumpukan diletakkan beban pemberat yang
merata keseluruh bagian tumpukan kayu untuk menghindari kemungkinan perubahan bentuk
selama proses
pengeringan.

c). Tahap Pengambilan Contoh-contoh Pengamatan


Yang terpenting dalam pembuatan contoh kayu pengamatan adalah bagaimana caranya agar
benar-benar kayu itu mewakili kelompoknya. Karena contoh pengamatan sangat berguna sebagai
petunjuk dalam menentukan langkah- langkah perubahan kondisi pengeringan. Kadar air kayu
awal yang akan dikeringkan, perlu diketahui lebih dahulu, sebab langkah – langkah perubahan
suhu dan kelembaban udara selama pengeringan berlangsung, didasarkan atas besarnya
kangdungan kadar air sebelum dikeringkan. Contoh pengamatan diletakkan di dalam tumpukan
kayu sedemikian rupa, sehingga memudahkan pemeriksaan. Contoh pengamatan ini sebagai
petunjuk nantinya secara periodic diamati perubahan-perubahannya, yang menjurus pada
kerusakan yang mungkin timbul selama pengeringan berlangsung. Sehingga dengan demikian
dapat diketahui apakah pengeringan tersebut berjalan terlalu cepat atau lambat, apakah kadar air
kayu yang diinginkan telah tercapai dan apakah ada kerusakan yang terjadi sebelum proses
pengeringan berakhir.

d). Penggunaan Jadwal Pengeringan (Skema Pengeringan)


Skema pengeringan merupakan suatu daftar yang memuat tahap-tahap perubahan suhu dan
kelembaban udara dalam proses pengeringan berdasarkan kayu. Berdasarkan sifat-sifat kayu
secara umum maka skema pengeringan untuk beberapa jenis kayu dapat dikelompokkan dalam
beberapa macam. Dari skema pengeringan dapat dilihat, bahwa pada awal mulainya pengeringan,
ketika kayu masih mengandung banyak air, dipergunakan suhu yang rendah dengan kelembaban
yang tinggi. Selanjutnya secara bertahap suhu pengeringan dinaikkan, kelembaban udara
diturunkan bertahap. Dengan naiknya suhu, kadar air kayu akan menurun secara bertahap sampai
kadar air sesuai yang diharapkan. Agar dicapai pengeringan yang sempurna dengan kerusakan
yang tak berarti, maka suhu dan kelembaban udara di dalam kiln perlu diamati, diatur sesuai
dengan skema pengeringan yang digunakan selama pengeringan berlangsung. Pada kiln yang
modern dengan perlengkapan yang lebih lengkap, alat-alat dapat mengatur sendiri secara
otomatis sesuai kondisi yang diinginkan, sehingga perkembangannya selalu dapat
diikuti. Cepat atau lambatnya muatan kayu dikeringkan tergantung dari beberapa faktor seperti
kadar air kayu awal, kadar air kayu akir yang diinginkan, jenis kayu yang dikeringkan, tebal
tipisnya kayu, kipas angin, dan kualitas alat kiln itu sendiri. Kadang kadar air kayu menjelang
tahap-tahap terakir pengeringan tidak merata. Dengan adanya perbedaan kadar air terutama pada
bagian permukaaan dan bagian dalam kayu, maka akan timbul tegangan-tegangan pada kayu,
akirnya pada kayu akan timbul cacat. Sehingga dalam hal ini perlu adanya tindakan penyamaan.
Dengan istilah lain perlu prosesequalizing dan conditioning, yang mempunyai tujuan
menghilangkan tegangan-tegangan yang timbul pada kayu selama proses proses pengeringan
berlangsung, agar diperoleh kadar air kayu yang sama pada setiap papan. Pelaksanaan equalizing
dan conditioning harus didasarkan pada kenyataan yang ada dari contoh-contoh kayu
pengamatan. Pada tahap penggunaan jadwal pengeringan, perlu dilakukan pencatatan jalannya
pengeringan. Agar pengeringan berhasil dengan baik maka setiap langkah perlu dicatat. Tujuan
pencatatan ini untuk mengawasi hasil pengeringan, sebagai tindakan penyesuaian pemakaian
jadwal pengeringan, sehingga kerusakan

2.4. Kerusakan Kayu Akibat Proses Pengeringan


Dalam garis besar kerusakan yang timbul disebabkan oleh 3 hal :
a. Kerusakan Akibat Penyusutan Kayu
Terjadi pada saat kayu mengering. Umumnya pada pengeringan dengan kiln atau secara
alami dapat timbul kerusakan akibat penyusutan ini, disebabkan kurang hati-hati dalam
pelaksanaan. Di antara ketiga golongan kerusakan kayu, kerusakan oleh penyusutan adalah yang
paling banyak terjadi. Hal ini perlu
mendapat perhatian, agar kerusakan tersebut dapat dicegah dengan jalan menurunkan suhu atau
menaikkan kelembaban udara. Kerusakanny biasanya bisa
berupa retak pecah atau yang lainnya.
Cacat-cacat serupa yang diakibatkan penyusutan antara lain adalah :
• Pecah ujung (end checks) dan pecah permukaan ( surface checks)
• Pecah dimulai pada bagian ujung kayu dan menjalar sepanjang papan
• Retak di bagian dalam kayu (honeycombing)
• Casehardening
• Bentuk mangkok (cupping) : perubahan bentuk melengkung pada arah
lebar kayu
• Bentuk busur (bowing) : perubahan bentuk melengkung pada arah
memanjang kayu
• Menggelinjang (twist )
• Perubahan bentuk penampang kayu (diamonding)
Cacat-cacat bentuk ini sukar dihindari, tetapi dapat dikurangi dengan cara penumpukan yang baik
dan meletakkan beban pemberat pada bagian atas tumpukan serta tidak memberikan suhu yang
terlalu tinggi selama proses pengeringan.

b. Kerusakan Akibat Serangan Jamur Pembusuk


Kerusakan ini terjadi pada permulaan pengeringan. Jamur itu sendiri sebenarnya telah melekat
sebelum kayu tersebut dikeringkan dalam kiln. Yang banyak diserang umumnya adalah bagian
kayu gubal. Karena jamur dapat tumbuh subur pada suhu yang rendah dan kelembaban yang
tinggi, maka untuk mengendalikan kerusakan ini ialah dengan mempercepat pengeringan pada
suhu lebih tinggi. Umumnya kerusakan ini hanya mengubah warna kayu, tidak menurunkan sifat
mekanik kayu.
c. Kerusakan Akibat Bahan Kimia Di Dalam Kayu
Kayu memiliki kandungan beberapa zat, diantaranya adalah zat ekstraktif . Melalui reaksi kimia
zat ini dapat mengakibatkan perubahan warna atau noda kimia pada kayu. Perubahan ini tidak
mempengaruhi kekuatan kayu itu sendiri, hanya pengruh yang tidak baik terhadap penglihatan
mata saja. Hal itu terjadi karena bereaksinya zat ekstraktif dengan panas yang ada pada kiln.
BAB III

PENUTUP (Kesimpulan & Saran)


3.1. Kesimpulan
Pengeringan kayu itu ada dua macam alam dan buatan,dengan alam itu relatif
lama cacat kayu tidak dapat dikendalikan sepenuhnya tergantung pada alam sedangkan
buatan cepat, cacat kayu dapat dikendalikan karena suhu panas yang diterima kayu
sepenuhnya diatur oleh manusia. Kerusakan kayu akibat proses pengeringan secara garis
besar kerusakan yang timbul disebabkan oleh 3 hal : Akibat penyusutan kayu, Serangan
jamur pembusuk, Bahan kimia di dalam kayu (zat ekstraktif). Dalam pekerjaan
pengeringan kayu dengan kiln dibagi menjadi 4 tahap yaitu : Tahap penyediaan alat-alat,
Tahap penumpukan/penyusunan kayu, Tahappengambilan contoh-contoh kayu
pengamatan, Tahap pekerjaan selam pengeringan berlangsung yang mencakup :
penggunaan jadwal pengeringan, pengaturan dan pengawasan suhu serta kelembaban
udara di dalam kiln..
3.2. Saran
Manfaatkanlah informasi dan teknologi, carilah informasi sebanyak- banyak
mungkin dan aplikasikanlah dalam kehidupan sehari-hari, agar kita mengetahui informasi
tersebut dan jangan disalah gunakan. Yang paling penting adalah bagaimana kita bisa
memperbaiki diri, berlomba-lomba dalam halkebaikan dan meninggalkan maksiat karna
maksiat dan kegagalan itu sesunguhnya sangat dekat.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.google.co.id/#q=pendahuluan+pengeringan+kayu+pengeringan+kayu
&hl=id&biw=1366&bih=677&prmd=ivns&ei=985GTeHFGMKqrAeouqHxDw&
start=10&sa=N&fp=d1b9235d25ad654b

http://johnkelik.blogspot.com/2009/08/pengeringan-kayu.html

http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-10454-Chapter1.pdf
http://vansaka.blogspot.com/2010/03/pengeringan-kayu-dapat-dilakukan
secara.html

Anda mungkin juga menyukai