Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

KOLOM UNIAKSIAL

Dosen Pengajar:
Dr. Ir. Herman A. Tumengkol, SST., MT

Disusun oleh Kelompok 4


 Andre Aditya Iti (22013005)
 Zefanya Umar (22013002)
 Kristania Taghulihi (22012013)
 Patricia Kimberly Bojoh (22013015)
 Veronica G.A Tembo (22013078)

POLITEKNIK NEGERI MANADO


JURUSAN TEKNIK SIPIL
PROGRAM STUDI TEKNIK JALAN JEMBATAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Kolom Uniaksial”
dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah “Struktur Beton
Dasar”. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang materi
pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu,
saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, 4 Oktober 2023

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB V. KOLOM UNIAKSIAL..........................................................................1
A. Analisis Rangka Struktur...........................................................................1
B. Indek Stabilitas (Stability Index)................................................................1
C. Faktor Kelangsingan (Slenderness Ratio).................................................3
D. Faktor Pembesaran Momen (Moment Magnification Factor).................6
E. Diagram Interaksi Kolom Uniaksial.......................................................11
1. Kolom Tampang Persegi Empat..........................................................11
2. Kolom Tampang Bujur Sangkar dengan Tulangan Melingkar.......22
Daftar Pustaka......................................................................................................25

ii
BAB V. KOLOM UNIAKSIAL

Kolom uniaksial adalah kolom yang hanya menerima beban aksial atau gaya
tekan saja. Contoh kolom uniaksial adalah kolom yang terdapat pada bangunan
bertingkat. Kolom ini berfungsi menahan beban dari lantai atas dan
menyalurkanya sampai bawah hingga ke pondasi bangunan.
A. Analisis Rangka Struktur
Di dalam analisis struktur dikenal portal bergoyang (sway/unbraced) dan
portal tidak bergoyang (non-sway/braced). Pembedaan kedua tipe itu dari sudut
pandang analisis struktur sangat mudah, misalnya portal bergoyang dapat dilihat
dari pola beban dan atau kekakuan portal yang tidak simetri seperti tampak dalam
gambar 5.1.(a) sampai dengan (d), namun tidak demikian halnya dengan struktur
tidak bergoyang. Struktur tidak bergoyang dapat dikenali dari beban dan
kekakuan yang serba simetri, atau secara visual setiap titik buhul dari portal itu
diberi pengekang dalam bentuk rangka diagonal atau sendi seperti tampak dalam
gambar 5.1.(e) dan (f).

2EI 2EI 2EI

2EI 2EI 2EI EI 2EI


2EI

(a) (b) (c)

2EI 2EI 2EI


EI EI

EI 2EI 2EI EI

(d) (e) (f)

Gb.5.1. Rangka Struktur Bergoyang dan Tidak bergoyan

1
B. Indek Stabilitas (Stability Index)
Kriteria bergoyang dan tidak bergoyang dalam struktur beton bertulang
berbeda dari kriteria analisis rangka struktur di atas. Dikatakan tidak bergoyang
apabila momen yang ditimbulkan oleh perkalian antara akumulasi gaya aksial
kolom (ΣPu) dari tingkat di atasnya dan lendutan horisontal relatif (Δo diantara
dua tingkat) pada tingkat itu tidak melebihi 5% dari momen yang ditimbulkan
oleh perkalian antara gaya geser total kolom (Vu) dan tinggi kolom (l c) pada
tingkat itu. Nilai banding momen itu disebut indek-kestabilan (stability index)
yang dapat dirumuskan seperti berikut ini.

Q= stability index =
∑ Pu . Δ o ≤ 0 , 05
V u . lc
ΣPu = akumulasi gaya aksial terfaktor dari tingkat di atasnya
Vu = total gaya geser terfaktor dalam tingkat yg ditinjau
Δo = lendutan horisontal relatif antara dua lantai yang ditinjau
lc = tinggi kolom (diukur dari dua pusat titik buhul)

Dari rumusan di atas dapat dilihat bahwa dalam sebuah bangunan dapat
saja terjadi pada sebuah tingkat struktur itu bergoyang tetapi tidak pada tingkat
yang lain, atau bergoyang pada satu arah sumbu lemah tetapi tidak pada arah
sumbu kuat.
Kolom mendukung beban aksial disamping momen. Menurut Euler kolom
dapat rusak/ patah oleh karena tekuk apabila beban itu sama dengan atau lebih
besar dari beban kritik (Pc), kolom demikian disebut kolom panjang dan
sebaliknya disebut kolom pendek.
π 2 EI
Pc =
(k . l u )2 .

Bila kolom lentur (EI rendah atau lu tinggi) akan semakin memudahkan kolom itu
rusak oleh karena tekuk. Upaya untuk menghindarkan kerusakan tekuk, dengan
memadukan antara luasan tampang dan panjang batang, menjadi bagian dari
tanggung jawab seorang ahli
struktur. Parameter tekuk
diindikasikan oleh suatu faktor π 2 EI
Pc =
(k . lu )2

2
tekuk
yang disebut faktor kelangsingan (slenderness ratio) batang (k.lu/r), semakin besar
faktor ini akan mengindikasikan adanya keruskan tekuk. Yang perlu diketahui
bahwa kerusakan tekuk terjadi di bawah kekuatan tampangnya, sehingga seorang
ahli struktur pun kadang dapat terkejut karenanya.
C. Faktor Kelangsingan (Slenderness Ratio)
Untuk faktor kelangsingan (k.lu/r) sedang (medium slenderness ratio)
metode pendekatan (approximate method) masih dapat digunakan yaitu dengan
cara memperbesar momen yang dihasilkan dari analisis struktur melalui suatu
faktor pembesaran momen (moment magnification factor), δ. Tambahan momen
oleh adanya lenturnya kolom dapat dilihat dalam gambar 5.3. Namun demikian
apabila faktor kelangsingan itu tinggi (k.lu/r > 100) maka analisis lebih jauh
(exact second order analysis) diperlukan untuk mengakomodasi pengaruh non-
linear bahan, retak, goyangan lateral, rayapan, susut, lama pembebanan dan
pengaruh interaksi pada fondasi. Analisis second order ini dimungkinkan oleh
adanya software yang saat ini ada untuk rangka bergoyang dan rangka sedikit
tertahan. Hasil dari second order lebih realistik dan cenderung hemat. Secara
skematik prosedur hitungan kolom dapat dijelaskan melalui diagram alir dalam
18000
Gaya Aksial Nominal (kN)

δ.M2
16000
M2
14000

12000 Kolom pendek

10000

8000

6000
12 3 0 . 7 7 ,
6 15 3 . 8 5
4000

Kolom
2000
panjang

0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
Mom en Nom inal (kNm )

Gb.5.3. Pengaruh faktor kelangsingan pada kemampuan kolom

gambar 5.4.

3
Untuk analisis struktur dengan metode elastik (first order analysis) perlu
memperhitungkan pengaruh retak sepanjang batang.
Pengaruh itu dapat diberikan dengan mengurangi inersia tampang seperti tabel
5.1.

Tabel 5.1. Inersia efektif


Elemen Modulus Momen Inersia Luasan
Elastisitas
Balok Ec 0,35 Ig Ag
Kolom Ec 0,70 Ig Ag
Pelat datar/ slab datar Ec 0,25 Ig Ag

Radius girasi r = √(Ig/Ag) untuk tampang persegi empat secara praktis


dapat diambil r = 0,3 b atau r = 0,3 h bergantung pada arah momen itu dikerjakan.
Untuk tampang lingkaran radius girasi dapat diambil r = 0,25.D.
GOYANG TIDAK GOYANG

Ya
Ya
k.lu/r < KOLOM PENDEK k.lu/r < 34-
22 12(M1/M
2)
Tidak
Tidak
KOLOM PANJANG
 METODE Ya
Ya PENDEKATAN 
22 ≤ HITUNG FAKTOR δ 34-12(M1/
k.lu/r ≤ M2)
100 ≤ k.lu/r ≤ 100

Tidak
Tidak
SECOND ORDER
ANALYSIS  P-Δ
ANALYSIS

4
Gb.5.4. Diagram alir hitungan kolom

Panjang kolom bersih (lu) dapat ditentukan dengan memperhatikan adanya


balok, column capitals, drop panel, seperti tertera dalam gambar di bawah ini.

lu lu lu

Gb.5.5. Panjang kolom bersih


Arah Goyangan

Faktor panjang efektif kolom (k) dalam analisis struktur dapat diperoleh
dengan secara tegas bergantung pada kondisi ujung-ujung kolom itu. Misal kolom
yang ditumpu secara sendi pada ujung-ujungnya maka k = 1, sedang apabila salah
satu ujungnya jepit maka k = 0,7. Demikian pula bila salah satu ujung jepit dan
ujung lain bebas maka k = 2 atau apabila kedua ujungnya jepit maka k = 0,5.
Tidak demikian halnya dalam struktur beton bertulang, faktor panjang
efektif kolom bergantung pada kondisi kekakuan balok pada ujung-ujung kolom
itu. Untuk itu pada struktur rangka tidak bergoyang dan bergoyang dapat
ditentukan melalui persamaan berikut ini.

Kolom Tidak Bergoyang : faktor panjang efektif (k) dapat diambil nilai terkecil
dari persamaan berikut :
k = 0,7 + 0,05 ( ΨA + ΨB ) ≤ 1,0

5
k = 0,85 + 0,05 Ψmin ≤ 1,0
Ψmin = terkecil diantara ΨA dan ΨB
EI EI
∑ lc
kolom ∑ lc
kolom
ψA = ψB =
EI
∑ lb
balok ∑ EI
l
balok
ujung atas kolom, b ujung bawah kolom
Kolom Bergoyang : faktor panjang efektif (k) dapat diambil nilai terkecil dari
persamaan berikut :
20−ψ m
k=
20
√1+ψ m
Ψm < 2,

Ψm ≥ 2,
k = 0,9 √ 1+ψ m dengan Ψm = (ΨA + ΨB)/2
Untuk kolom yang salah satunya sendi dan ujung lainnya jepit :
k = 2,0 + 0,3 ψ dengan Ψ = ΨA atau ΨB untuk bagian kolom yang dijepit
Untuk menghitung nilai ΨA atau ΨB digunakan inersia (I) yang memperhitungkan
adanya retak seperti tabel 5.1 di atas. Untuk mendapatkan faktor panjang efektif
(k) dapat pula dilakukan melalui nomogram dalam gambar 5.8 dan 5.9.
Bila kolom termasuk dalam kategori kolom pendek maka momen yang
didapat dari analisis struktur dapat langsung digunakan untuk merancang. Tidak
demikian halnya bila kolom termasuk dalam kategori kolom panjang, faktor
pembesaran momen (δ) perlu dihitung dahulu dan momen rancang diperoleh
dengan cara mengalikan momen hasil dari analisis struktur dengan faktor
pembesaran momen (δ). Faktor pembesaran momen harus selalu lebih besar atau
sama dengan 1,0.
D. Faktor Pembesaran Momen (Moment Magnification Factor)
Gaya aksial pada kolom panjang dapat menyebabkan kolom rusak lebih
awal oleh adanya tekuk (buckle). Tertekuknya kolom dapat diantisipasi dengan
cara membesarkan ukuran kolom atau menambah tulangan atau meningkatkan
kuat tekan beton atau kombinasi dari kemungkinan tersebut. Kelangsingan kolom
tidak diakomodasi dalam hitungan analisis struktur cara elastik (first order),
namun tidak demikian halnya dengan cara P-Δ (second order). Oleh karena cara
elastik paling banyak dipakai maka tinjauan terhadap kelangsingan kolom sangat

6
diperlukan. Faktor pembesaran momen bergantung pada jenis kolomnya, dan
biasanya diaplikasikan pada momen kolom terbesarnya (M2).
Kolom Tidak Bergoyang :
Mc = δns . M2  M2 = momen maksimum dari kolom
Cm π 2 EI M1
δ ns = ≥ 1 , 0 dengan Pc = dan C m = 0 ,6 + 0 , 4 ≥ 0,4
Pu (k . lu )2 M2
1−
0 , 75 Pc
Untuk menghitung Pc digunakan EI dari persamaan berikut di bawah ini.
0 , 4 E c .I g 1 , 2. P DL
EI = dengan βd =
1+β d 1 ,2 P DL + 1 ,6 P LL
Kolom Bergoyang :
M1 = M1ns + δs . M1s
M2 = M2ns + δs . M2s
Nilai (δs . M1s dan δs . M2s) dapat dihitung dengan analisis second order,
approximate second order atau approximate magnifier method. Di bawah ini
dituliskan cara pendekatan dengan metode pembesaran (approximate magnifier
method)
1 π 2 EI
δs = ≥ 1 , 0 dengan Pc =
1−
∑ Pu (k . lu )2
0 , 75 ∑ Pc
0 , 4 E c .I g 1 , 2. P DL
EI = dengan βd =
1+β d 1 ,2 P DL + 1 ,6 P LL
Berbeda dari rumusan untuk kolom tidak bergoyang, bahwa P u menjadi ΣPu dan
Pc menjadi ΣPc artinya bahwa gaya-gaya aksial terfaktor P u dari seluruh kolom
pada tingkat yang ditinjau harus diketahui dan gaya aksial kritik Pc harus dihitung
untuk seluruh kolom pada tingkat itu. Untuk menghitung EI digunakan rumus di
atas.
Contoh 5.1:
Kolom berukuran 400 x 400 mm panjang 4m, di ujung atas kolom terdapat balok
di kiri dan kanannya berukuran 200 x 400 mm panjang 5m. Di ujung bawah
kolom

7
terdapat balok dengan ukuran dan panjang sama dengan di ujung atas. Di bawah
kolom tersebut terdapat pula kolom lain dengan ukuran dan panjang sama.
Hitunglah faktor panjang efektif kolom tersebut bila E = 20.000 MPa, portal
termasuk kategori bergoyang, kemudian pastikan jenis kolom itu panjang atau
pendek ??
200/400 200/400
1

400/400

200/400 200/400
2

400/400

3
Gb.5.6. Portal dg tumpuan jepit

Jawaban :
Ic = 0,7.(1/12).400.4003 = 1,493.109  EIc/lc = 20000. 1,493.109 / 4000 =
7,466.109
Ib = 0,35.(1/12).200.4003 = 0,373.109  EIb/lb = 20000. 0,373.109 / 5000 =
1,493.109
Kolom 1-2 :
EI EI
∑ lc
kolom
(1).7 , 466 .10 9 ∑ lc
kolom
(2 ). 7 , 466 .10 9
ψA = = = 2, 5 ψ B = = =5
(2 ). 1 , 493 .10 9 (2 ). 1 , 493 .10 9
∑ EIl balok ∑ EIl balok
b b

Kolom 2-3 :
EI EI
∑ lc
kolom
(2). 7 , 466 .10 9 ∑ lc
kolom
(2 ). 7 , 466 .10 9
ψA = = = 5 ψB = = ∞ =0
(2 ). 1 , 493 .10 9
∑ EIl balok ∑ EIl balok
b b

Antara titik 1-2 : menggunakan nomogram k = 1,9


menggunakan rumus Ψm = (ΨA + ΨB)/2 = 3,75 > 2, k = 1,96
Antara titik 2-3 : menggunakan nomogram k = 1,5
menggunakan rumus Ψm = (ΨA + ΨB)/2 = 2,5 > 2, k = 1,68

8
Kontrol jenis kolom :
r = 0,3.b = 0,3.400 = 120 mm
Kolom atas bergoyang  k.lu /r = 1,96.(4000-400)/120 = 58,8 > 22  kolom
panjang, karena 58,8 < 100  dapat menggunakan metode pendekatan
Kolom bawah bergoyang  k.lu /r = 1,68.(4000-400)/120 = 50,4 > 22  kolom
panjang, karena 50,4 < 100  dapat menggunakan metode pendekatan
Contoh 5.2 :
Mirip dengan contoh-5.1 tetapi tumpuan kolom paling bawah berupa sendi.
Hitunglah panjang efektif tekuk kolom paling bawah saja !!

200/400 200/400
1
Jawaban :
400/400
Kolom 2-3 :
EI
∑ lc
kolom
(2). 7 , 466 .10 9 200/400
2 200/400
ψA = = =5
(2 ). 1 , 493 .10 9
∑ EIl balok 400/400
b
3
EI
∑ l kolom (2 ). 7 , 466 .10 9
c
ψB = = =∞ Gb.5.7. Portal dg tumpuan sendi
∑ EIl balok 0
b

Antara titik 2-3 : menggunakan nomogram k = 3,4


menggunakan rumus k = 2,0 + 0,3.Ψ dan memasukkan Ψ
= ΨA = 5
= 3,5
Contoh 5.3 :
Apabila hitungan analisis struktur dalam contoh-5.1 (bergoyang) sudah dilakukan
dan menghasilkan momen M2ns dan M2s pada sebuah kolom dan ΣPu seperti tabel
di bawah ini. Hitunglah faktor pembesaran momen δ s dan momen akhir M2
tersebut !
Tabel 5.2. Hasil analisis struktur
Komb. M2ns M2s ΣPu ΣPc
Beban (kNm) (kNm) (kN) (kN)
1 77,32 6011,31 33474,31
2 28,94 213,36 4770,09 33474,31

9
3 18,61 217,44 3270,66 33474,31

Jawaban :

δs =
1
≥ 1, 0 dengan Q =
∑ Pu atau Q = ∑ P u . Δ0 , P = π 2 EI
1−Q 0 ,75 ∑ P c V u .l c c
(k . lu )2
M2 = M2ns + δs . M2
Disamping nilai Q dapat dihitung dengan menggunakan rumus ACI dapat pula
digunakan nilai stability index tiap lantai seperti persamaan di atas. Memasukkan
nilai Q untuk masing-masing kombinasi didapat faktor pembesaran momen (δ s)
seperti dalam tabel berikut.
Tabel 5.3. Hasil hitungan
Komb. M2ns M2s ΣPu ΣPc Q δs = δs.M2s M2
Beban (kNm) (kNm) (kN) (kN) 1/(1-Q) (kNm) (kNm)
1 77,32 6011,31 33474,31 0,24 1,31 77,32
2 28,94 213,36 4770,09 33474,31 0,19 1,23 262,43 291,37
3 18,61 217,44 3270,66 33474,31 0,13 1,14 247,88 266,49

Setelah mendapatkan momen M2 = M2ns + δs.M2s hitungan/ analisis


tampang selanjutnya dapat disamakan dengan kolom pendek.

10
E. Diagram Interaksi Kolom Uniaksial
1. Kolom Tampang Persegi Empat

Pn e Pn
g.n

b b

h h

εc = 0,003 εc = 0,003
c

0,85.fc’ 0,85.fc’

0,85.fc’ 0,85.fc’

Cs2 Cc Cs1 Cc
Cs2 Cs1

a). Konsentrik b). Eksentrisitas kecil

Pn Pn
e e
g.n g.n

b b

h h

c
εc = 0,003
εc = 0,003
Ts Cs Ts Cs

Cc Cc

c). Eksentrisitas seimbang b). Eksentrisitas besar

Gb.5.10. Keseimbangan gaya pada kolom

11
Kemampuan nominal kolom pendek dapat dirumuskan melalui persamaan
keseimbangan dalam gambar 5.10. Gaya aksial dengan eksentrisitas nol (e=0),
eksentrisitas kecil, eksentrisitas seimbang dan eksentrisitas besar akan
memberikan regangan pada baja yang bervariasi pada saat serat terluar beton
tekan mengalami runtuh pada regangan sebesar εc = 0,003 (3%).
Nilai eksentrisitas (e) disamping bergantung pada nilai banding momen dan gaya
aksial juga bergantung pada faktor pembesaran momen (δ)  e = δ.Mc/Pn.
Akibat dari regangan yg bervariasi, kontribusi baja pada kemampuan nominal
kolom bervariasi pula, seperti gambar 5.10 di atas. Bila regangan baja (εs)
melampaui regangan leleh (εy) maka kontribusi kekuatan baja didasarkan pada
perkalian antara luas baja dan tegangan leleh (f y), namun tidak sebaliknya yang
didasarkan pada perkalian antara luas baja dan tegangan kerja (fs = Es.εs)
Persamaan keseimbangan dari gambar di atas dapat diturunkan berturut-
turut sesuai dengan urutan gambar nya seperti berikut :
(a) Pn = Cc + Cs1 + Cs2 ; Mn = Pn .e = Cc .0 + Cs1 .(0,5h-d’) - Cs2 .(0,5h-d’) =
0
(b) Pn = Cc + Cs1 + Cs2 ; Mn = Pn .e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) - Cs2 .
(½.h-d’)
(c) P n = Cc + Cs - T s ; Mn = Pn .e = Cc .(½.h-½.a) + Cs .(½.h-d’) + Ts .
(½.h-d’)
(d) P n = Cc + Cs - T s ; Mn = Pn .e = Cc .(½.h-½.a) + Cs .(½.h-d’) + Ts .
(½.h-d’)
Arah reaksi gaya pada tulangan (Cs atau Ts) bergantung pada posisinya
terhadap garis netral (g.n) dan arah gaya luar Pn. Bila posisi itu di sisi tarik maka
arah gaya pada tulangan searah dengan arah gaya aksial Pn dan sebaliknya. Ada
kemungkinan letak g.n berada diantara tulangan dan sisi luar beton (daerah
penutup beton/ concrete cover), dalam hal demikian arah gaya (+ atau -) pada
tulangan dapat disesuaikan dengan posisi g.n. itu.
Cc = 0,85.fc’. b.a dengan a = β.c nilai β = bergantung pada kualitas beton
dan mengikuti persamaan berikut :
Untuk fc’ ≤ 30 MPa maka β = 0,85
Untuk fc’ > 30 MPa maka β = 0,85 – (fc’- 30).0,008

12
Gaya pada tulangan bergantung pada nilai regangan (εs) yang diperoleh dengan
persamaan berikut :
εs’ = 0,003.{c-d’}/c untuk baja di daerah tekan
εs = 0,003.{d-c}/c untuk baja di daerah tarik
dengan : d’ = penutup beton dan d = tinggi efektif = (h-d’)
Gaya tarik baja (Ts) dapat dihitung dengan :
Ts = As.fy bila εs > εy dengan εy = fy/Es dan Es = 200.000 MPa atau
Ts = As.fs bila εs < εy dengan fs = εs. Es
Gaya tekan baja (Cs) dapat dihitung dengan :
Cs = As’.fy bila εs’ > εy dengan εy = fy/Es dan Es = 200.000 MPa atau
Cs = As’.fs bila εs’ < εy dengan fs = εs’. Es
Dalam perancangan kolom, tidak seperti halnya dalam perancangan balok, ukuran
kolom harus sudah diketahui. Untuk memperkirakan ukuran kolom diperlukan
pengalaman, namun demikian perkiraan ukuran kolom itu dapat didekati dengan
persamaan berikut :
Ag = Pn /{0,8.fc’} dengan Pn = Pu/Ø dan Ag = b.h
Luasan baja tarik (As) dan tekan (As’) ditentukan dengan cara coba-ralat
(trial and error) yaitu diantara 1% sampai 6% dari luasan beton (Ag). Dalam
persamaan keseimbangan di atas dapat dilihat bahwa apabila letak garis netral ( c )
dapat ditentukan maka regangan pada baja tekan dan tarik dapat dihitung dan
dengan demikian reaksi gaya pada baja tarik dan tekan dapat pula dihitung. Pada
akhirnya nilai gaya aksial dan momen nominal yang dapat didukung (P n,Mn) dapat
ditentukan. Bila nilai ( c ) diubah-ubah maka akan didapat banyak gaya aksial dan
momen. Bila nilai itu digambarkan dalam sumbu Cartesian maka akan didapat
diagram interaksi kolom seperti pada gambar 5.3.
Contoh 5.4:
Gaya aksial dan momen yang harus dipikul oleh ujung bawah kolom pada arah
sumbu kuatnya oleh beban mati dan beban hidup adalah sebagai berikut :
PDL = 1600 kN, MDL = 136 kNm dan
PLL = 1100 kN, MLL = 110 kNm.
Momen di ujung atas dianggap separuh dari momen di ujung bawah. Momen pada
arah sumbu lemahnya dapat diabaikan. Tinggi kolom bersih 2,25m, melentur

13
berkebalikan pada kedua ujungnya (double curvature) pada arah sumbu kuatnya,
namun pada sumbu lemahnya melentur satu arah (single curvature). Lebar kolom
ditetapkan 350 mm, kolom termasuk dalam kategori tidak bergoyang. Bila mutu
bahan fc’=35 MPa dan fy = 420 MPa, rencanakanlah ukuran kolom dan tulangan
yang diperlukan untuk menahan beban tersebut.

M1 - M1

M2 M2
Single Double
Curvatur Curvatur
e e
Gb.5.11. Single dan double curvature

Jawaban :
Pu = 1,2.1600 + 1,6.1100 = 3682,1 kN  Pn = Pu/0,65 = 5664,7 kN
Ag = Pn/(0,8.fc’) = 5664,7.1000/(0,8.35) = 202313 mm
b = 350 mm  h = Ag/b = 578 mm ≈ 600 mm
Karena ukuran balok di ujung atas dan bawah tidak diketahui maka dapat
dianggap faktor panjang efektif kolom k = 1
Pada arah sumbu lemah :
lu = 2250mm dan r = 0,3.b = 0,3.350 = 105 mm, M1/M2 = 1 (single curvature)
k.lu/r = 1.2250/105 = 21,4 < 34 – 12( 1) = 22  kolom pendek
Pada arah sumbu kuatnya :
lu = 2250mm dan r = 0,3.h = 0,3.600 = 180 mm, (-M1/M2) = -0,5 (double
curvature) k.lu/r = 1.2250/180 = 12,5 < 34-12(-M1/M2) = 34+6 = 40  kolom
pendek

14
Pn
e
g.n

c
0,003

Ts Cs

Cc

Gb.5.12. Garis netral


diantara tulangan tarik
dan tekan

Dicoba luas tulangan 2% Ag = 4200 mm2


Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2
Anggapan :
1. letak g.n diantara tul.tarik dan tekan
2. tul.tarik dan tekan leleh semua
β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81
P n = Cc + Cs – T s
Karena dianggap tul.tarik dan tekan leleh semua maka Cs = Ts
 P n = Cc
Pn = Pu/0,65 = 5664,7 kN
Cc = 0,85.fc’.b.a
Cc = P n
a = Pn/(0,85.fc’.b) = 5664,7.103 / (0,85.35.350)
= 544,02 mm  c = a/β = 544,02/0,81 = 671,64 mm
Letak g.n ( c ) = 671,64 mm > d = 550 mm, tidak diantara tulangan tarik dan tekan
 anggapan salah perlu diulang !!

15
Anggapan baru :
1. letak g.n di dalam penutup beton sisi kiri
2. semua tul. tertekan, sisi kiri tidak leleh tetapi sisi kanan leleh
εs2’ = 0,003.{c-d}/c ; εy = 420/200000 = 0,0021
Cs2 = 2119,5.200000.0,003.{c-550}/c
= 1271700.{c-550}/c
Cs1 = 2119,5.420 = 890190 N
Cc = 0,85.35.350.(0,81.c) = 8434,12.c N
Pn = Cc + Cs1 + Cs2 = 8434,12.c + 890190 + 1271700.{c-550}/c 5664,7. 103 .c =
8434,12.c2 + 890190.c + 1271700.{c-550}0 = c2 -566,095.c + 1271700.c –
699435000 c2 + 1271133,9.c – 699435000 = 0  c = 550,01 mm > d  sesuai
anggapan !
maka: a = β .c = 0,81.550,01 = 445,5 mm. εs2‘ = 0,003.{c-d}/c = 0,003.(550,01-
550)/550,01 = 5,4.10-8 < εy  sesuai anggapan !!
εs1’ = 0,003.{c-d’}/c = 0,003.(550,01-50)/550,01 = 0,0027 > εy  sesuai
anggapan!
Mn = Pn.e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) - Cs2 .(½.h-d’)
= 8434,12.550,01.(300-0,5.445,5) +
e Pn
890190.(300-50) - 1271700.{(550,01
550)/c}.(300-50) g.
n
= 580898689 Nmm = 580,89 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.136+1,6.110)/0,65 =
521,84 kNm b

Mn = 580,89 kNm > MR = 521,84 kNm  aman


!! h

0,003
c

0,85.fc’

Cc Cs
Cs
2 1

Gb.5.13. Garis netral


di sisi kiri tulangan

16
Contoh 5.5 :
Kolom bujur sangkar menerima beban aksial dan momen rencana pada salah satu
ujungnya seperti berikut :
PDL = 90 kN, MDL = 123 kNm dan
PLL = 68 kN, MLL = 95 kNm.
Ujung kolom yang lain menerima momen separuhnya, tinggi kolom bersih 3,6 m,
melentur berkebalikan pada kedua ujungnya (double curvature). Ukuran kolom
sudah ditetapkan 460 x 460 mm, tidak bergoyang, dengan mutu bahan fc’ = 35
MPa, fy = 420 MPa.
Pn
e
g.n

c
0,003

Ts Cs

Cc

Gb.5.14. Grasi netral


diantara tulangan tarik
dan tekan
Jawaban :
Pu = 1,2.PDL + 1,6.PLL = 1,2.90 + 1,6.68 = 216,8 kN
Mu = 1,2.MDL + 1,6.MLL = 1,2.123 + 1,6.95 = 299,6 kNm
Karena ukuran kolom tidak diketahui maka dianggap k=1
lu = 3600 mm, r = 0,3.460 = 138 mm
k.lu/r = 1.3600/138 = 26,1 < 34-12(-M1/M2) = 34 - 12(-0,5) = 34 + 6 = 40 
kolom pendek

17
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 0,02.(460 x 460) = 4232 mm2
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2
Anggapan :
1. letak g.n diantara tul.tarik dan tekan
2. tul.tarik dan tekan leleh semua
β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81
P n = Cc + Cs – T s
Karena dianggap tul.tarik dan tekan leleh semua maka Cs = Ts
 P n = Cc
Pn = Pu/0,65 = 216,8/0,65 = 333,5 kN
Cc = 0,85.fc’.b.a
Cc = P n
a = Pn/(0,85.fc’.b) = 333,5.103 / (0,85.35.460)
= 24,37 mm  c = a/β = 24,37/0,81 = 30,1 mm
Letak g.n di dalam pelindung beton kanan  tidak sesuai anggapan !!
Pn
e
g.n

h
c
0,003
Ts Cs

Cc
Gb.5.15. Garis netral
diantara tulangan tarik dan
tekan
Anggapan baru :
1. letak g.n di antara tul.tarik dan tekan
2. tul.tarik sisi kiri leleh tetapi tula.tekan sisi kanan tidak
εs’ = 0,003.{c-d’}/c ; εy = 420/200000 = 0,0021

18
Cs = 2119,5.200000.0,003.{c-d’}/c
= 1271700.{c-50}/c
Ts = 2119,5.420 = 890190 N
Cc = 0,85.35.460.(0,81.c) = 11084,85.c N
Pn = Cc + Cs - Ts = 11084,85.c + 1271700.{c-50}/c - 890190
333,5. 103 .c = 11084,85.c2 + 1271700.{c-50} - 890190.c
0 = c2 + 4,33.c – 5736.21
c = 73,6 mm  g.n diantara tultarik dan tekan.  sesuai anggapan !
a = β .c = 0,81.73,6 = 59,61 mm
εs’ = 0,003.{c-d’}/c = 0,003.(73,6-50)/73,6 = 9,6.10-4 < εy  sesuai anggapan !!
εs = 0,003.{d-c}/c = 0,003.(410-73,6)/73,6 = 0,0131 > εy  sesuai anggapan !!
Mn = Pn.e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
= 11084,85.73,6.(230-0,5.73,6) + 1271700.{(73,6-50)/73,6}.(230-50)
+ 890190.(230-50)
= 391272902,6 mm = 391,27 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.123+1,6.95)/0,65 = 460,92 kNm
Mn = 391,27 kNm < MR = 460,92 kNm  tidak aman !!
Luasan tulangan diperbesar secara linear terhadap momen =
(460,92/391,27).4239 = 4993 mm2  ρ = 4993/(460x460) = 0,0232 = 2,36% 
6D34 = 2 x 2722,38 mm2 = 5444,76 mm2
Cs= 2722,38.200000.0,003.{c-d’}/c
= 1633428.{c-50}/c
Ts = 2722,38.420 = 1143399,6 N
Cc = 0,85.35.460.(0,81.c) = 11084,85.c N
Pn = Cc + Cs - Ts = 11084,85.c + 1633428.{c-50}/c - 1143399,6
333,5. 103 .c = 11084,85.c2 + 1633428.{c-50} - 1143399,6.c
0 = c2 + 14,12.c – 7367,84
c = 79,06 mm
Mn = Pn.e = Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
= 11084,85.79,06.(230-0,5.79,06) + 1633428.{(79,06-50)/79,06} .(230-
50)
+ 2722,38.420.(230-50) = 480805317,1 Nmm

19
= 480,81 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.123+1,6.95)/0,65 = 460,92 kNm
Mn = 480,81 kNm > MR = 460,92 kNm  aman !!
Contoh 5.6:
Seperti contoh-5.5, kolom bujur sangkar menerima beban aksial dan momen
rencana pada salah satu ujungnya seperti berikut :
PDL = 490 kN, MDL = 123 kNm dan
PLL = 468 kN, MLL = 95 kNm.
Ujung kolom yang lain menerima momen separuhnya, tinggi kolom bersih 3,6 m,
melentur berkebalikan pada kedua ujungnya (double curvature). Ukuran kolom
sudah ditetapkan 460 x 460 mm, tidak bergoyang, dengan mutu bahan fc’ = 35
MPa, fy = 420 MPa.

Pn
e
g.n

c
0,003

Ts Cs

Cc

Gb.5.16. Garis netral


diantara tulangan tarik dan
tekan

Jawaban :
Pu = 1,2.PDL + 1,6.PLL = 1,2.490 + 1,6.468 = 1336,8 kN
Mu = 1,2.MDL + 1,6.MLL = 1,2.123 + 1,6.95 = 299,6 kNm
Karena ukuran kolom tidak diketahui maka dianggap k=1
lu = 3600 mm, r = 0,3.460 = 138 mm

20
k.lu/r = 1.3600/138 = 26,1 < 34-12(-M1/M2) = 34 - 12(-0,5) = 34 + 6 = 40 
kolom pendek
Dicoba luas tulangan 2% Ag = 0,02.(460 x 460) = 4232 mm2
Tulangan 6D30 = 6.(1/4).π .302 = 4239 mm2
Anggapan :
1. letak g.n diantara tul.tarik dan tekan
2. tul.tarik dan tekan leleh semua
β = 0,85-(35-30).0,008 = 0,81
P n = Cc + Cs – T s
Karena dianggap tul.tarik dan tekan leleh semua maka Cs = Ts  Pn = Cc
Pn = Pu/0,65 = 1336,8/0,65 = 2056,61 kN
Cc = 0,85.fc’.b.a
Cc = P n
a = Pn/(0,85.fc’.b) = 2056,61.103 / (0,85.35.460)
= 150,28 mm  c = a/β = 150,28/0,81 = 185,53 mm
Letak g.n di antara tul.tarik dan tekan  sesuai anggapan !!
εs’ = 0,003.{c-d’}/c = 0,003.(185,53-50)/185,53 = 2,19.10 -3 > εy  sesuai
anggapan !!
εs = 0,003.{d-c}/c = 0,003.(410-185,53)/185,53 = 3,63.10 -3 > εy  sesuai
anggapan !!
Mn = Pn.e
= Cc .(½.h-½.a) + Cs1 .(½.h-d’) + Ts .(½.h-d’)
= 0,85.35.460.150,28.(230-0,5.150,28) + 2119,5.420.(230-50) +
2119,5.420.(230-50)
= 638953335 Nmm
= 638,95 kNm
MR = Mu/Ø = (1,2.123+1,6.95)/0,65 = 460,92 kNm
Mn = 638,95 kNm > MR = 460,92 kNm  aman !!
ρ = 2,0% Ag = 4232 mm2  6D30 = 4239 mm2

9000

Mno_x
a Aksial Nominal (kN)

8000
Mrx
Mry
7000
Mno_y
e_min
6000
ρ = 2% 21 ρ = 2,36%
5000

4000
b
Dalam digram interaksi dapat dilihat bahwa dengan luasan tulangan ρ =
2% untuk memenuhi kombinasi beban tersebut (Mn = 460,92 kNm; Pn = 333,54
kN) tidak aman tetapi setelah luasan tulangan dinaikkan menjadi ρ = 2,36%
kolom menjadi aman, sedang dalam contoh terakhir kombinasi beban (M n =
460,92 kNm; Pn = 2056,62 kN) membuat kolom juga menjadi aman. Artinya
penambahan beban aksial pada kolom tipe rusak tarik, e > e b, (tension control)
menguntungkan namun sebaliknya. Pengurangan momen pada tipe kolom yang
rusak tekan, e < eb, (compression control) juga akan menguntungkan, namun tidak
sebaliknya.
2. Kolom Tampang Bujur Sangkar dengan Tulangan Melingkar.
Bentuk kolom ini serupa dengan tampang bujur sangkar sebelumnya.
Perbedaan terletak pada posisi tulangan yang diatur melingkar dan memiliki jarak
terhadap sumbu kolom yang tidak sama.
Sudut antara dua tulangan = 2.π/N = 2.π/8 = π/4
Jumlah tul N = 8
Jumlah deret = 1+ N/2 = 1 + 8/2 = 5
dn = R-(R-d’).Cos {(n-1).2π/N}
Cc = 0,85.fc’.b.a
Bila εs ≥ εy maka Cs atau Ts = As.fy
Bila εs < εy maka Cs atau Ts = As.fs dengan fs = Es.εs dan Es = 200.000 MPa.
Pn
εc = 0,003 d1
Cs1
d2
Cs2
a
Cc d3
h=b
d4
Ts3 d5
Ts4

Ts5
b
Gb.5.18. Diagram Tegangan-regangan dan Gaya pada Kolom Bujur
Sangkar dengan Tulangan Melingkar

Contoh 5.7:

22
Ukuran kolom bujur sangkar b = h = 600 mm, d’ = 50mm, jumlah tulangan 8D25,
fc’ = 20 MPa, fy = 420 MPa. Hitunglah kemampuan kolom pada saat c = 200 mm.
d1 = 300-250.Cos (0) = 50 mm
d2 = 300-250.Cos(π/4) = 123,15 mm
d3 = 300-250.Cos(2.π/4) = 300 mm
d4 = 300-250.Cos(3.π/4) = 476,56 mm
d5 = 300-250.Cos(4.π/4) = 550,0 mm
Untuk c = 200 mm , εy = 420/200000 = 0,0021
Kontrol regangan :
c−d 1 200−50
ε s1 ' = . 0 , 003 = . 0 , 003 =
c 200 0,00225 > εy ,leleh
c −d 2 200−123 , 15
ε s2 ' = . 0 , 003 = . 0 ,003 =
c 200 0,00115 < εy ,tidak leleh
d3 −c 300−200
ε s3 = . 0 , 003 = . 0 , 003 =
c 200 0,00149 < εy ,tidak leleh
d 4 −c 476 , 56−200
εs4 = .0 , 003 = . 0 ,003 =
c 200 0,00414 < εy , leleh
d 5 −c 550−200
ε s5 = . 0 , 003 = . 0 , 003 =
c 200 0,00525 > εy ,leleh
Gaya aksial pada tulangan :
As = 0,25.π.D2 = 0,25.3,14.252 = 490,625 mm2
Cs1 = 1.As.fy = 1.490,625.420 = 206062,5 N (leleh)
Cs2 = 2.As.fs = 2.490,625.(200000.0,00115) = 226218,6 N (tidak leleh)
Ts3 = 2.As.fs = 2.490,625.(200000.0,00149) = 293788,9 N (tidak leleh)
Ts4 = 2.As.fs = 2.490,625.420 = 412125,0 N (leleh)
Ts5 = 1.As.fy = 1.490,625.420 = 206062,5 N (leleh)
Gaya aksial pada beton
Cc = 0,85.fc’.b.a = 0,85.20.600.(0,85.200) = 1734000 N
Persamaan keseimbangan :
Pn = Cc + Cs1 + Cs2 - Ts3 – Ts4 – Ts5
= 1734000 + 206062,5 + 226218,6 - 293788,9 - 412125,0 - 206062,5
= 1254305 N = 1.254,3 kN

23
Mn = 1110780.201 + 206062,5.(R-d1) + 226218,6.(R-d2) - 293788,9.(R-d3) -
412125,0.(R-d4) - 206062,5.(R-d5)
= 1734000.(300-170/2) + 206062,5.(300-50) + 226218,6.(300-123,15) -
293788,9.(300-300) - 412125,0.(300-476,56) - 206062,5.(300-550)
= 372,81 + 51,51 + 40,00 + 0 + 72,76 + 51,51 = 588,612 kNm

9000

8000 Mno_y
Mry
Mrx
7000
Gaya Aksial Nominal (kN)

e_min
d Mno_y
6000

5000
h
4000

3000 b
3 0 7 .6 9 ,
2000 12 5 4 .3 0

1000
5 8 8 .6 1,
12 5 4 .3 0
0
0 200 400 600 800 1000
Momen Nominal (kNm)
Gb.5.19. Diagram interaksi kolom bujur
sangkar tul.melingkar b=600 mm,fy/fc’=
420/20 MPa, 8D25
Daftar Pustaka
Park,R., and Paulay,T., 1975, Reinforced Concrete Structures, John Wiley and
Sons, New York
Wang, C., and Salmon,C.G., 1978, Reinforced Concrete Design, 3rd Edition,
Harper & Row Publishers, New York
Https://id.scribd.com/document/430867629/Kolom-uniaksial

24

Anda mungkin juga menyukai