Anda di halaman 1dari 16

KOLOM UNIAKSIAL

Dosen Pengajar :
Dr. Ir. Herman A. Tumengkol, SST., MT

KELOMPOK 4

1. ANDRE ADITYA ITI (22013005)

2. ZEFANYA UMAR (22013002)

3. KRISTANIA TAGHULIHI (22013013)

4. PATRICIA BOJOH (22013015)

5. VERONICA TEMBO (22013078)


APA ITU KOLOM UNIAKSIAL ?
Kolom uniaksial adalah kolom yang hanya menerima beban aksial atau
gaya tekan saja. Contoh kolom uniaksial adalah kolom yang terdapat
pada bangunan bertingkat. Kolom ini berfungsi menahan beban dari
lantai atas dan menyalurkanya sampai bawah hingga ke pondasi
bangunan.
A Analisis Rangka
Struktur C Faktor Kelangsingan
(Slenderness Ratio)

B Indeks Stabilitas
(Stability Index)
D Faktor Pembesaran Momen
(Moment Magnification Factor)

E Diagram Interaksi
Kolom Uniaksial
A Analisis Rangka Struktur

Di dalam analisis struktur dikenal portal bergoyang (sway/unbraced) dan


portal tidak bergoyang (non-sway/braced). Pembedaan kedua tipe itu dari
sudut pandang analisis struktur sangat mudah, misalnya portal bergoyang
dapat dilihat dari pola beban dan atau kekakuan portal yang tidak simetri.
2EI 2EI 2EI Contoh pola beban
portal bergoyang dapat
2EI 2EI 2EI 2EI EI 2EI dilihat gambar (a)
sampai (d), dan portal
(a) (b) (c)
tidak bergoyang dapat
dilihat gambar (e) dan
(f).
2EI 2EI 2EI
EI EI

EI 2EI 2EI EI

(d) (e) (f)


B Indeks Stabilitas (Stability Index)
Kriteria bergoyang dan tidak bergoyang dalam struktur beton bertulang berbeda
dari kriteria analisis rangka struktur di atas. Dikatakan tidak bergoyang apabila
momen yang ditimbulkan oleh perkalian antara akumulasi gaya aksial kolom
(ΣPu) dari tingkat di atasnya dan lendutan horisontal relatif (Δo diantara dua
tingkat) pada tingkat itu tidak melebihi 5% dari momen yang ditimbulkan oleh
perkalian antara gaya geser total kolom (Vu) dan tinggi kolom (lc) pada tingkat
itu.
Nilai banding momen itu disebut indek-kestabilan (stability index) yang
dapat dirumuskan seperti berikut ini.

Q  stability index 
 P .
u o
 0,05
Vu .l c

ΣPu = akumulasi gaya aksial terfaktor dari tingkat di atasnya

Vu = total gaya geser terfaktor dalam tingkat yg ditinjau

Δo = lendutan horisontal relatif antara dua lantai yang ditinjau

lc = tinggi kolom (diukur dari dua pusat titik buhul)


C Faktor Kelangsingan (Slenderness Ratio)

Untuk faktor kelangsingan (k.lu/r) sedang (medium slenderness ratio) metode


pendekatan (approximate method) masih dapat digunakan yaitu dengan cara
memperbesar momen yang dihasilkan dari analisis struktur melalui suatu faktor
pembesaran momen (moment magnification factor).
Namun demikian apabila faktor kelangsingan itu tinggi (k.lu/r > 100) maka
analisis lebih jauh (exact second order analysis) diperlukan untuk
mengakomodasi pengaruh non-linear bahan, retak, goyangan lateral, rayapan,
susut, lama pembebanan dan pengaruh interaksi pada fondasi. Analisis
second order ini dimungkinkan oleh adanya software yang saat ini ada untuk
rangka bergoyang dan rangka sedikit tertahan.
D Faktor Pembesaran Momen (Moment
Magnification Factor)
Gaya aksial pada kolom panjang dapat menyebabkan kolom rusak lebih awal oleh
adanya tekuk (buckle). Tertekuknya kolom dapat diantisipasi dengan cara
membesarkan ukuran kolom atau menambah tulangan atau meningkatkan kuat
tekan beton atau kombinasi dari kemungkinan tersebut. Kelangsingan kolom tidak
diakomodasi dalam hitungan analisis struktur cara elastik (first order), namun tidak
demikian halnya dengan cara P-Δ (second order).
Oleh karena cara elastik paling banyak dipakai maka tinjauan terhadap
kelangsingan kolom sangat diperlukan. Faktor pembesaran momen
bergantung pada jenis kolomnya, dan biasanya diaplikasikan pada momen
kolom terbesarnya (M2).

Berbeda dari rumusan untuk kolom tidak bergoyang, bahwa Pu menjadi ΣPu
dan Pc menjadi ΣPc artinya bahwa gaya-gaya aksial terfaktor P u dari seluruh
kolom pada tingkat yang ditinjau harus diketahui dan gaya aksial kritik Pc
harus dihitung untuk seluruh kolom pada tingkat itu.
E Diagram Interaksi Kolom Uniaksial
1) Kolom Tampang Persegi Empat
Gaya aksial dengan eksentrisitas nol (e=0), eksentrisitas kecil, eksentrisitas
seimbang dan eksentrisitas besar akan memberikan regangan pada baja yang
bervariasi pada saat serat terluar beton tekan mengalami runtuh pada regangan
sebesar εc = 0,003 (3%).
Nilai eksentrisitas (e) disamping bergantung pada nilai banding momen
dan gaya aksial juga bergantung pada faktor pembesaran momen (δ)  e
= δ.Mc/Pn. Akibat dari regangan yg bervariasi, kontribusi baja pada
kemampuan nominal kolom bervariasi pula.

Bila regangan baja (εs) melampaui regangan leleh (εy) maka kontribusi
kekuatan baja didasarkan pada perkalian antara luas baja dan tegangan
leleh (fy), namun tidak sebaliknya yang didasarkan pada perkalian antara
luas baja dan tegangan kerja (fs = Es.εs)
Arah reaksi gaya pada tulangan (Cs atau Ts) bergantung pada posisinya
terhadap garis netral (g.n) dan arah gaya luar Pn. Bila posisi itu di sisi tarik
maka arah gaya pada tulangan searah dengan arah gaya aksial P n dan
sebaliknya. Ada kemungkinan letak g.n berada diantara tulangan dan sisi
luar beton (daerah penutup beton/ concrete cover), dalam hal demikian arah
gaya (+ atau -) pada tulangan dapat disesuaikan dengan posisi g.n. itu.

Luasan baja tarik (As) dan tekan (As’) ditentukan dengan cara coba-ralat
(trial and error) yaitu diantara 1% sampai 6% dari luasan beton (Ag).
2) Kolom Tampang Bujur Sangkar Dengan Tulangan Melingkar
Bentuk kolom ini serupa dengan tampang bujur sangkar sebelumnya. Perbedaan
terletak pada posisi tulangan yang diatur melingkar dan memiliki jarak terhadap
sumbu kolom yang tidak sama.
Sudut antara dua tulangan = 2.π/N = 2.π/8 = π/4
Jumlah tul N = 8
Jumlah deret = 1+ N/2 = 1 + 8/2 = 5
dn = R-(R-d’).Cos {(n-1).2π/N}
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai