Anda di halaman 1dari 48

BAB I

DEFLEKSI
1.1 PENDAHULUAN
1.1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat, kebutuhan manusia semakin kompleks dan semakin beragam, dimana
kebutuhannya tersebut tergantung pada era pembangunan yang senantiasa
berkembang demi tercapainya masyarakat adil dan makmur. Didorong oleh
kebutuhan manusia yang
semakin kompleks tersebut dan keinginan untuk memperoleh kemudahankemudahan dalam hidupnya, maka manusia senantiasa berfikir untuk terus
mengembangkan teknologi yang telah ada guna menemukan teknologi baru yang
bermanfaat bagi kehidupan umat manusia.
Sejalan dengan itu bangsa Indonesia telah mampu menerapkan disiplin ilmu
keteknikan dalam berbagai bidang teknologi demi menunjang
keberhasilan

industrialisasi.

Bidang

industri

sebagai

salah

satu

sasaran

pembangunan jangka panjang meliputi beberapa sektor pembangunan yang luas,


diantaranya adalah bidang konstruksi, perencanaan dan elemen mesin, perencanaan
pesawat pengangkat, struktur rangka dari crane, konstruksi jembatan dan
sebagainya.
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaanperencanaan tersebut adalah perhitungan defleksi/lendutan pada elemen-elemen
ketika mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting terutama dari segi
kekuatan (strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada batang horizontal yang
diberi beban secara lateral akan mengalami defleksi. [1]

1.1.2 Tujuan Praktikum


Tujuan dari praktikum uji defleksi ini adalah :
1. Memperoleh modulus elastisitas.
2. Menentukan serta mengetahui hasil defleksi yang terjadi pada suatu batang
dengan variasi tumpuan.
3. Praktikan dapat membandingkan nilai teori dan nilai aktual dengan hasil yang
didapat dari pengujian.[2]
1.2 DASAR TEORI
1.2.1 Pengertian Defleksi
Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah y akibat adanya
pembebanan vertical yang diberikan pada balok atau batang. Sumbu sebuah batang
akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya
terpakai. Dengan kata lain suatu batang akan mengalami pembebanan transversal
baik itu beban terpusat maupun terbagi merata akan mengalami defleksi.
Unsur-unsur dari mesin haruslah cukup tegar untuk mencegah ketidakbarisan
dan mempertahankan ketelitian terhadap pengaruh beban dalam gedung-gedung,
balok lantai tidak dapat melentur secara berlebihan untuk meniadakan pengaruh
psikologis yang tidak diinginkan para penghuni dan untuk memperkecil atau
mencegah dengan bahan-bahan jadi yang rapuh. Begitu pun kekuatan mengenai
karateristik deformasi dari bangunan struktur adalah paling penting untuk
mempelajari getaran mesin seperti juga bangunan-bangunan stasioner dan
penerbangan. [4]
1.2.2 Jenis jenis Tumpuan
Salah satu faktor yang sangat menentukan besarnya defleksi pada batang
yang dibebani adalah jenis tumpuan yang digunakan. Adapun jenis - jenis tumpuan
yang sering digunakan ada 3 yaitu :

a. Tumpuan Jepit.

Tumpuan jepitan merupakan tumpuan yang dapat menahan momen dan


gaya dalam arah vertikal maupun horizontal.[1]

Gambar 1.1 Tumpuan Jepit

b. Tumpuan Engsel.
Tumpuan engsel merupakan tumpuan yang dapat menahan gaya
horizontal maupun gaya vertikal yang bekerja padanya.[1]

Gambar 1.2 Tumpuan Engsel


c. Tumpuan Rol.
Tumpuan rol merupakan tumpuan yang bisa menahan komponen gaya
vertikal yang bekerja padanya.[1]

Gambar 1.3 Tumpuan Roll


Defleksi berhubungan dengan regangan ( DL/L). Jika regangan yang terjadi
pada struktur semakin besar, maka tegangan strukturpun akan bertambah besar.
Defleksi sangat penting untuk diketahui karena berhubungan dengan desain sturktur
dan membantu dalam analisis struktur.
Faktor-faktor yang memepengaruhi defleksi :
1. Besar pembebanan.
2. Panjang batang.
3. Dimensi penampang batang.
4. Jenis material batang
1.2.3 Jenis jenis Pembebanan
Jenis jenis pembebanan yang ada dalam yaitu :
1. Pembebanan terpusat
Beban terpusat adalah beban yang bekerja pada luasan yang relarif kecil,
sehingga untuk memudahkan perhitungan luasan ini dianggap sebagai
titik. Beban terpusat pada batang sederhana dapat digambarkan sebagai
berikut : [9]

W (Beban terpusat)

Gambar 1.4 Beban Terpusat Pada Batang Sederhana


2. Pembebanan Distribusi Merata
Beban distribusi merata adalah beban yang bekerja merata pada luasan
yang lebih besar. Beban terbagi merata pada batang sederhana dapat
digambarkan sebagai berikut : [9]
Beban Merata

Gambar 1.5 Beban Merata Pada Batang Sederhana


3. Pembebanan Variasi
Beban distribusi variasi adalah beban yang bekerja gaya yang berbeda
pada luasan yang besar.[1]

Gambar 1.6 Beban Variasi Pada Batang Sederhana

1.2.4 Jenis jenis Batang


1.2.4.1 Statis Tertentu
1. Batang tumpuan sederhana
Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan

pada pasak atau rol.[4]

Gambar 1.7 Batang tumpuan sederhana


2. Batang kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.
[4]

Gambar 1.8 Batang kantilever


3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana. [4]

Gambar
1.9 Batang
Overhang

1.2.4.2 Setatis Tak Tentu


1. Batang Menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue

secara fisik. [4]

Gambar 1.10 Batang Menerus


2. Batang Kartillever dan Batang Tumpuan Sederhana
Batang tetap pada satu sisi dan ditopang pada sisi lainya.
[7]

Gambar 1.11 Batang Kartillever dan Batang Tumpuan


Sederhana
3. Batang Tetap
Batang yang di jepit pada kedua sisinya.

Gambar 1.12 Batang Tetap

1.2.5 Metode Perhitungan


Terdapat 3 jenis metode yang digunakan dalam perhitungan lendutan/defleksi,
yaitu :
1. Metode Integrasi

Metoda integrasi dapat dipakai untuk kurva lendutan yang mengandung


unsur momen lentur/persamaan momen lentur dengan menggunakan diagram
beban besar dan keseimbangan statis. Persamaan kurva lendutan yang
mengandung unsur momen lentur dapat diintegrasi untuk memperoleh
lendutan W sebagai fungsi X. Langkah perhitungan adalah menulis
persamaan untuk momen lentur dengan menggunakan diagram benda bebas
dan keseimbangan statis bila balok/pembebanan pada balok tiba-tiba berubah
pada waktu bergerak. Sepanjang sumbu balok, maka akan ada pemisahan
momen masing-masing untuk tiap bagian, persamaan untuk M diganti dengan
persamaan diferensial. Persamaan tersebut diintegrasikan untuk mendapatkan
kemiringan w dan konstanta integrasi. Konstanta dapat ditentukan dari
kondisi untuk batas sehubungan dengan w dan w pada perletakan balok dan
kondisi kontinuitas w dan w pada titik untuk di mana bagian-bagian balok
tertentu. Konstanta untuk hasil evaluasi dapat disubsitusi kembali ke
persamaan untuk w, sehingga menghasilkan persamaan akhir untuk kurva
lendutan. Berikut contoh penggunaan metode integrasi.[4]

Gambar 1.13 Metode Perhitungan

a. Persamaan kelengkungan momen


1 M
=
EI
Dimana:

= Jari-jari kelengkungan balok

M = Momen lentur
E = Modulus elastisitas
I = Momen inersia balok
b. Persamaan diferensial untuk defleksi balok elastis
2
d v
1
d x2
v''
1 d2 v
=
=

3
3

d x2
dv 2 2
2 2
1+
[ 1+ ( v ' ) ]
dx

[ ( )]

c. Persamaan deferensial alternatif untuk balok elastis


= defleksi kurva elastis
dv
'
= =v
= kemiringan kurva
dx
M =EI

d2 v
=EIv ' '
d x2
V=
2

q=

dM d
d2 v
=
EI
=( EIv ' ' ) '
dx dx
d x2

dV
d
d v (
=
EI
= EI v ' ' ) ' '
2
dx d x 2
dx

2. Metode Luas Momen


Metode luas momen memanfaatkan sifat-sifat diagram luas momen lentur.
Cara ini khususnya cocok bila yang diinginkan lendutan dan putaran
sudut pada suatu titik saja, karena dapat diperoleh besaran tersebut tanpa
mencari persamaan selengkapnya dari garis lentur terlebih dulu.[4]

Gambar 1.14 Diagram Momen


3. Metode Superposisi
Persamaan diferensial kurva lendutan balok adalah persamaan diferensial
linier, yaitu semua faktor yang mengandung lendutan w dan turunannya
dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu, penyelesaian
persamaan

untuk

bermacam-macam

kondisi

pembebanan

boleh

disuperposisi. Jadi lendutan balok akibat beberapa beban yang bekerja


bersama-sama dapat dihitung dengan superposisi dari lendutan akibat
masing-masing beban yang bekerja sendiri-sendiri.[4]
Teorema I:
Perubahan kemiringan antara garis singgung ditarik ke kurva
elastis di dua titik A dan B adalah sama dengan produk 1/EI dikalikan
luas dari diagram momen antara dua titik.

Dimana:

= momen

10

EI

= kekakuan lentur
= perubahan kemiringan antara titik A dan B

A, B = titik pada kurva elastis


Teorema II
Penyimpangan dari garis singgung di titik B pada kurva elastis
sehubungan dengan garis singgung di titik A sama dengan "momen"
M/EI dari diagram antara titik A dan B dihitung terhadap titik A (titik
pada kurva elastis), di mana penyimpangan tA/B tersebut akan
ditentukan.

Dimana:

= momen

EI

= kekakuan lentur
= penyimpangan singgung di titik B sehubungan dengan

tangen pada titik A


= pusat massa M / EI diagram diukur horizontal dari titik A

A, B

= titik pada kurva elastis

4. Metode Energi
Metode energi dengan memanfaatkan hukum kekelan energi untuk
mendapatkan defleksi sebuah bagian struktur yang mempunyai beban
dengan tumpuan terpusat, merata ataupun tumpuan beban variasi.[4]

11

1.2.6 Aplikasi Uji Defleksi


1. Pengaruh Defleksi terhadap Pembuatan Jembatan Gantung
Jembatan gantung adalah sistem struktur jembatan yang menggunakan
kabel sebagai pemikul utama beban lalu lintas diatasnya, pada sistem ini
kabel utama (main cable) memikul beberapa kabel gantung (suspension
cables) yang menghubungkan antara kabel utama dengan gelagar jembatan.
Kabel utama dihubungkan pada kedua tower jembatan dan memanjang
disepanjang jembatan yang berakhir pada pengangkeran pada kedua ujung
jembatan untuk menahan pergerakan vertikal dan horisontal akibat bebanbeban yang bekerja. Sistem jembatan ini merupakan sistem yang mampu
mengakomodasi bentang terpanjang dari semua sistem struktur jembatan
yang ada, sistem ini juga sudah biasa menjadi landmark bagi kota-kota besar
di dunia yang menggunakan sistem jembatan ini, contoh penggunaan sistem
jembatan ini adalah jembatan Golden Gate San Fransisco Amerika Serikat.
[6]

Gambar 1.15 Bentuk Sistem Struktur Jembatang Gantung.[1]


2. Penerapan Sistem Shear Wall Bangunan Tahan Gempa
Pada dasarnya setiap struktur pada bangunan merupakan penggabungan
berbagai elemen struktur secara tiga dimensi. Fungsi utama dari sistem
struktur adalah untuk memikul secara aman dan efektif beban yang bekerja
pada bangunan, serta menyalurkannya ke tanah melalui pondasi. Beban yang

12

bekerja pada bangunan terdiri dari beban vertikal, beban horisontal/beban


lateral, dan sebagainya. Pada high rise building, jika pengaruh beban
horisontal/beban lateral lebih besar dari kriteria kekakuan (shiffness) yang
direncakanakan, maka dapat menimbulkan deformasi ataupun defleksi leteral
yang besar. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan atau keruntuhan struktur
pada bangunan tersebut. Untuk memperkecil deformasi atau defleksi lateral
yang terlalu besar, digunakan dinding shear wall agar struktur menjadi lebih

13

kaku.[6]

Gambar 1.16 Strukur Gedung yang Menerapkan Sistem Shear Wall.[1]


3. Pembebanan Merata Pada Batangan Suspensi Bus
Pada bus terdapat sebuah batangan yang mana batangan itu digunakan
untuk sistem suspensi pada bus, jenis pembebanan yang terjadi pada batangan
itu adalah pembebanan merata, dimana semua gaya yang terjadi merata pada
seluruh permukaan batangan. Maka dari itu sistem suspensi bus lebih

14

bergoyang dibandingkan dengan kendaraan lain seperti pada mobil umumnya


yang sistem suspensinya menggunakan shockbreaker yang mana bersifat
meredam.[6]

Gambar 1.17 Sistem Suspensi Pada Bus.[1]


4. Sistem Defleksi Yang Terjadi Pada Kawat Jemuran Pakaian
Pada jemuran baju kita ketahui bahwa saat kita menjemur tentunya tiang
atau sejenis pipa yang kita gunakan untuk menjemur baju pasti mengalami
defleksi atau lendutan. Jenis lendutan yang terjajadi saat kita menjemur baju
adalah pembanan merata. Akan terlihat dengan jelas apabila jumlah pakaian
yang dijemur banyak, pipa atau tiang yang kita gunakan akan melengkung
kebawah. Ini adalah salah satu contoh defleksi sederhana dalam kehidupan
sehari hari.[6]

15

Gambar 1.18 Contoh Defleksi Pada Jemuran Baju.[1]


5. Mesin Pengangkut Material
Pada alat ini ujung pengankutan merupakan ujung bebas tak
bertumpuan sedangkan ujung yang satu lagi berhubungan langsung atau
dapat dianggap dijepit pada menara kontrolnya. Oleh karena itu,saat
mengangkat

material

konstruksinya

kemungkinan

untuk

terjadi

defleksi.

Pada

sangat besar karena salah satu ujungnya bebas tak

bertumpuant.[6]

Gambar 1.19 Contoh Defleksi Mesin Pengangkut Material.[1]


1.3 METODOLOGI PENGUJIAN

16

1.3.1 Alat dan Bahan


1.3.1.1 Alat
1. Alat ukur defleksi

2
1
3

11

10

Gambar 1.20 Alat Uji Defleksi

6
Ketrerangan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Kerangka
Dial Indikator
Tumpuan I
Tumpuan II
Spesimen uji
Landasan tumpuan

7. Landasan tumpuan II
8. Tumpuan pembebanan
9. Beban
10. Skala derajat penyeimbang
11. Pengatur kerataan

2. Dial indicator
Dial indikator untuk mengetahaui besar perubahan bentuk terhadap arah y
(defleksi) yang terjadi pada benda.

17

Gambar 1.21 Dial indicator [8]

3. Tumpuan Rol
Tumpuan rol merupakan salah satu tumpuan yang dipakai pada ujung
spesimen uji saat dilakukan pengujian.

Gambar 1.22 Tumpuan Rol [8]

4. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit merupakan salah satu tumpuan yang dipakai pada ujung
spesimen uji saat dilakukan pengujian

18

Gambar 1.23 Tumpuan jepit[8]

5. Tumpuan Engsel
Tumpuan jepit merupakan salah satu tumpuan yang dipakai pada ujung
spesimen uji saat dilakukan pengujian.
Gambar 1.24 Tumpuan engsel[8]

6. Tumpuan Pembebanan/Pemberat
Tumpuan pemberat digunakan sebagai alat tumpuan beban yang
akan diberikan pada benda uji dalam pengujian defleksi.

19

Gambar 1.25 Tumpuan pembebanan/ pemberat[8]

7. Beban
Beban dalam pengujian berfungsi untuk menghasilkan gaya vertikal
(arah sumbu y) terhadap benda uji pada saat pengujian.

Gambar 1.26 Beban 125 gram[8]

Gambar 1.27 beban 130 gram[8]

20

Gambar 1.28 Beban 500 gram[8]


8. Skala Derajat Penyimpangan
Skala derajat penyimpangan merupakan alat untuk menyatakan
penyimpangan yang terjadi dari benda uji ketika dilakukan
pengujian.

Gambar 1.29 Skala derajat penyimpangan[8]

1.3.1.2 Bahan bahan


Serta bahan bahan yang digunakan :
1. Spesimen uji merupakan bahan yang kita gunakan untuk pengujian,
dan dalam pengujian ini kita gunakan kuningan.

Gambar 1.30 Spesimen Uji 250mm[8]

21

Gambar 1.31 Spesimen Uji 400mm[8]

1.3.2 Prosedur Pengujian


Berikut prosedur pengujian dalam uji defleksi :
1. Mempersiapkan seluruh peralatan pengujian, yaitu tumpuan, spesimen,
beban, kunci L, dan pengait.
2. Memasang kedua tumpuan yang telah disiapkan pada kedua ujung.
3. Memasang spesimen pada tumpuan dan kencangkan dengan menggunakan
kunci L.
4. Letakan pengait pada tengah spesimen.
5. Geser dial indikator ke titik yang telah ditentukan atau yang ingin diujikan,
misall titik 100mm pada spesimen.
6. Lakukan setting nol pada dial indikator, arahkan jarum ke angka 0 (nol)
7. Letakan bebean yang telah disiapkan pada pengait, dan perhatikan perubahan
jarum pada dial indikator.
8. Catat hasil perubahan yang terjadi pada dial indikator.

22

9. Lakukan percobaan tersebut sebanyak yang diperlukan dan hitung rata


ratanya.

1.3.2.1 Diagram Alir Percobaan


Mulai

Menyiapkan material yang akan dilakukan pengujian


defleksi (Kunigan)

Memasang jenis tumpuan (rol, engsel, dan jepit)

Memasang benda uji pada tumpuan (engsel-rol, Jepit-rol, dan Jepit-jepit)

Memasang dan setting nol dial indikator


23

Memasang tumpuan pembebanan di tengah lebar benda uji/ digaris yang


telah ditentukan

Memasang beban dengan variasi 0.25, 0.50, 0.75, 1.00, 1.25, dan 1.50 kg

Cek pembebanan tepat pada garis

Tida

Ya
Catat nilai defleksi pada dial indikator
Selesai
1.4

DATA DAN ANALISA


1.4.1 Pengujian Mencari Modulus Elastisitas
Tabel 1.1 Modulus Elastisitas Aktual
N0.

Beban (Kg)
0.125

0.25

0.38

0.50

0.63

1.

0,33

0,77

1,18

1,55

1,94

2.

0,32

0,74

1,12

1,53

1,93

3.

0,34

0,72

1,19

1,52

1,92

4.

0,34

0,73

1,13

1,54

1,91

5.

0,34

0,73

1.54

1,54

1,89

0,34

0,738

1,162

1,334

1,918

24

Untuk mencari nilai modulus elastisitas dapat dilakukan dengan


metode integrasi, yaitu mencari defleksi pada dua gaya pembebanan.
Langkah ini bertujuan untuk mencari niali modulus elasitisitas.

Gambar 1.32 Batang dengan tumpuan engsel dan rol.[1]

Berikut gambar diagram benda bebas :

P1
C

1/4L

Asumsi

P2
E

P1=P2

M B =0
P2

( L4 )+ P 1( 34L ) A ( L )=0
y

P2 L 3 P1 L
+
=AyL
4
4
P2 L+3 P1 L=4 A y L
P2+ 3 P1 =4 A y

25

A y=

P2 +3 P1 4 P1
=
=P 1
4
4

Jadi Reaksi

R A =RB =P1

X
P

L
b=
4

P1=P2
Untuk 0 < x < b
d2 y
EI 2 =M =P1 x
dx
EI

dy 1
= P1 x 2+C
dx 2

1
3
EIy= P1 x +C 1 x +C 2
6

( x 2=0 , y=0 ) C 2=0


Untuk b < x < L b
EI d y=M =P1 b
2

EI

dy
=P1 b x +C3
dx

1
EIy= P1 x 2 +C 3 x +C 4
2

L dy
1
x = , =0 C 3=
P L
2 dx
2 b

Dari pers (1) & (2) dengan kondisi

Pers (1)(1)

L dy dy
x = , = , x=b
2 dx dx
L
x= , y= y
2

1
1
P b 2+ C1=P b2 PbL
2
2

26

1
1
C1 = P b 2 PbL
2
2

Pers (2)(2)

1
1
P b2 PbL
2
2
1
1
1
P b3 + ( ) = P b2 P b2 L +C 4
6
2
2

1
C 4= P1 b3
6
Untuk defleksi di C ,

L
L
x= b=
2
4

Untuk kurva BD
y=

1 1
Pb x 2 +C 3+C 4
EI 2

P1 1 2 1
1
b x bLx + b 3
EI 2
2
6

Defleksi di C =
P1 1 L L 2 1 L
L 1 L
y=

L
+
EI 2 4 2
2 4
2 6 4

( ( ) ( ) ( ) ( ))
(
)

P 1 L 3 L3 L 3

+
EI 32 16 384

11 P L3
384

Tabel 1.2 Perhitungan Nilai Modulus Elasitas Variasi Beban


N
o

Beban

P
1,22

384 I
21427,

11 PL^3

E
118376,

0,125

9,8

400

55,8

0,34

2
21427,

862400000
172480000

2
109072.

0,25

9,8

2,45
3,72

400

55,8

0,738

2
21427,

0
262169600

9
105295,

0,38

9,8

400

55,8

1,162

27

21427,

344960000

120683,

0,5

9,8

4,9
6,17

400

55,8

1,334

2
21427,

0
434649600

7
105761.

0,63

9,8

400

55,8

1,918

1
114785,
2

E rata2
Karena dalam percobaan penulis melakukan 5 kali
pengambilan data maka diambil rata-ratanya sehingga E yang
didapat sebesar = 114785,2 Gpa.

1.4.2 Pengujian dengan Tumpuan Engsel-Rol


Tabel 1.3 Percobaan Statis Tertentu (Engsel-Rol)
(400x24,8x3) mm
No

P (N)

1.

X = 50 mm

(mm)

0,25

0.21

0.20

0.22

0.22

0.22

0.214

2.

1.50

0.44

0.44

0.44

0.44

0.44

0.44

3.

0,75

0.64

0.64

0.65

0.65

0.65

0.646

4.

1.00

0.86

0.85

0.85

0.85

0.85

0.852

28

5.

1,25

1.08

1.07

1.07

1.07

1.07

1.072

1.50

1.29

1.29

1.29

1.29

1.29

1.29

No

P (N)

1.

X = 100 mm

(mm)

0,25

0.34

0.34

0.33

0.33

0.34

0.336

2.

1.50

0.72

0.72

0.73

0.72

0.73

0.724

3.

0,75

1.09

1.11

1.11

1.10

1.10

1.102

4.

1.00

1.45

1.46

1.46

1.46

1.47

1.46

5.

1,25

1.86

1.87

1.86

1.86

1.87

1.864

1.50

2.23

2.23

2.23

2.23

2.23

2.23

No

P (N)

1.

X = 150 mm

(mm)

0,25

0.46

0.46

0.47

0.47

0.46

0.464

2.

1.50

0.94

0.94

0.93

0.94

0.94

0.938

3.

0,75

1.47

1.47

1.47

1.46

1.45

1.464

4.

1.00

1.90

1.91

1.91

1.91

1.92

1.91

5.

1,25

2.44

2.44

2.44

2.44

2.45

2.442

6.

1.50

2.90

2.92

2.92

2.91

2.90

2.91

29

Pada percobaan statis tertentu pada tumpuan rol dengan engsel


digunakan metode luas momen untuk balok elastis

Gambar 1.33 Diagram Defleksi Statis Tertentu Tumpuan Rol dengan Engsel

P
2

F y =0

V=

M =0

M=

EI

P
x
2

d2 v P
= x
d x2 2

30

EI

dv P 2
= x +C 1
dx 4

C1 =

P L 2 P L2
=
4 2
16

()

EI v =

P 3
x +C 1 x +C2
12

P 3 P 2
x L x
12
16

Didapatkanlah persamaan

Tabel 1.4 Perhitungan Percobaan Statis Tertentu (Engsel-Rol), X = 50 mm


(4x^3 No

Beban

p
2,4

0,25

9,8

400

55,8

0,5

9,8

4,9
7,3

400

55,8

0,75

9,8

400

55,8

9,8

9,8
12,

400

55,8

3
14,

400

400

1,25
1,5

9,8
9,8

114785,2

P/48EI

3L^2x)

Error (%)

7,96901E-09

-23500000

-0,187273145

14,43850267

1,59380E-08

-23500000

-0,374543

17,64705882

2,39070E-08

-23500000

-0,5618145

15,15151515

3,18760E-08

-23500000

-0,749086

13,75166889

4,00077E-08

-23500000

-0,94018095

14,04255319

114785,2

E
114785,2

114785,2
114785,2

55,8
114785,2

55,8

-1,123631396
4,78141E-08 -23500000
14,87088157
Misal kita ambil sampel pada beban 1. Dan dari data hasil

percobaan

didapatkan nilai aktual

sebesar -0,852 mm, maka nilai

penyimpangannya adalah sebagai berikut :

Error = -0,852 (-0,749)


-0,749

31

Error = 13,75%
Tabel 1.5 Perhitungan Percobaan Statis Tertentu (Engsel-Rol), X= 100mm
(4x^3 No
1
2
3
4
5

Beban

0,25

9,8

2,45

L
40
0

4,9

40
0

55,8

114785,2

55,8

114785,2

0,5

9,8

0,75

9,8

7,35

40
0

9,8

9,8

40
0

9,8

12,2
5

40
0

1,25

P/48EI

3L^2x)

55,8

114785,2

7,96902E-09

-44000000

v
0,350636748

-44000000

0,701273495

2,39071E-08

-44000000

1,051910243

3,18761E-08

-44000000

-1,40254699

-44000000

1,753183738

55,8

55,8

114785,2

114785,2

1,5938E-08

3,98451E-08

40
6

1,5

9,8

14,7

Error (%)
4
3,428571429
4,852521408
4,285714286
6,332002282

55,8

141792,9 3,87068E-08 -44000000 1,703099769 30,94539049


Misal kita ambil sampel pada beban 1. Dan dari data hasil

percobaan

didapatkan nilai aktual

sebesar -1,46 mm, maka nilai

penyimpangannya adalah sebagai berikut :

Error = -1,46 (-1,402)


-1,402
Error = 4,28%
Tabel 1.6 Perhitungan Percobaan Statis Tertentu (Engsel-Rol), X= 150mm
N

Beba

P/48EI

3L^2x)

0,25

9,8

2,45

400

55,8

114785,2

7,96902E-09

-58500000

(4x^3 v
0,466187494

Error (%)
0,429184549
4

32

2
3
4
5
6

0,5
0,75
1
1,25
1,5

9,8
9,8

4,9
7,35

400
400

55,8
55,8

114785,2
114785,2

1,5938E-08
2,39071E-08

-58500000

0,932374988

0,643776824

-58500000

1,398562482

4,721030043
2,688172043

9,8

9,8

400

55,8

114785,2

3,18761E-08

-58500000

1,864749976

9,8

12,2
5

400

55,8

114785,2

3,98451E-08

-58500000

-2,33093747

4,806866953

-58500000

2,797124964

4,301075269

9,8

14,7

400

55,8

114785,2

4,78141E-08

Misal kita ambil sampel pada beban 1. Dan dari data hasil
percobaan

didapatkan nilai aktual

sebesar -1,91 mm, maka nilai

penyimpangannya adalah sebagai berikut :

Error = -1,91 (-1,86)


-1,86
Error = 2,68%
Analisa perbandingan nilai aktual dan teoritis
Setelah membandingkan antara nilai aktual dan teoritis, ada
berbagai penyebab prosentase error yang besar pada masing-masing X
(jarak) beban dengan tumpuan engsel-rol ini yaitu:
1. Dial indikator yang tidak stabil (susah diatur ke titik nol)
2. Sebagian alat-alatnya juga rusak
3. Human error
1.4.3 Pengujian dengan Tumpuan Jepit-Rol

33

Tabel 1.7 Percobaan Statis Taktentu (Jepit-Rol)


No

P (N)

1.

0,25

2.

X = 50 mm

(mm)

0.05

0.04

0.04

0.05

0.05

0.046

1.50

0.09

0.09

0.09

0.08

0.09

0.088

0,75

0.13

0.13

0.13

0.13

0.13

0.13

4.

1.00

0.17

0.17

0.18

0.17

0.17

0.172

5.

1,25

0.22

0.22

0.22

0.22

0.22

0.22

1.50

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

3.

No

P (N)

1.

X = 100 mm

(mm)

0,25

0.12

0.12

0.12

0.13

0.13

0.124

2.

1.50

0.24

0.24

0.25

0.25

0.25

0.246

3.

0,75

0.36

0.36

0.36

0.36

0.36

0.36

4.

1.00

0.47

0.47

0.47

0.46

0.47

0.466

5.

1,25

0.46

0.57

0.57

0.58

0.58

0.574

1.50

0.69

0.69

0.69

0.69

0.69

0.69

No

P (N)

X = 150 mm
1

(mm)

34

1.

0,25

0.02

0.02

0.02

0.02

0.02

0.02

2.

1.50

005

0.04

0.05

0.04

0.04

0.044

3.

0,75

0.08

0.08

0.09

0.09

0.08

0.084

4.

1.00

0.11

0.12

0.12

0.12

0.12

0.118

5.

1,25

0.15

0.16

0.15

0.15

0.15

0.15

1.50

0.17

0.17

0.17

0.18

0.17

0.172

Gambar 1.34 Diagram defleksi statis taktentu tumpuan jepit dan rol
Yang dapat dimisalkan menjadi :

F y =0
M A =0

R A + R BP=0

R A =PR B

L
M A P + RB L=0
2

1
M A=R B L PL
2

35

EI

d2 v
L
=M =M A + R A xP( x )
2
2
dx

EI

dv
1
L
=M A x + R A x 2 P x
+C 1
dx
2
2

1
1
1
L 3
EI v = M A x 2 + R x 3 P x
+C 1 x +C 2
2
6 A
6
2

[x=0,

dv
=0]
dx

[x=0, v=0]

C1 = 0

C2 = 0
3

1
1
1
L
M A L2 + R L3 P L
+0+ 0
2
6 A
6
2

[x=L , v =0]

Dimasukkan MA dan RA menjadi,


1
1
1
1
R B L P L2+ ( PR B ) L3 P L3=0
2
2
6
48

( 12 16 ) R L =( 14 16 + 481 ) P L
3

RB =

1
5
RB = P
3
48

5
P
16

R A =P

5
11
P= P
16
16

36

M A=

5
1
3
PL PL=
PL
16
2
16

RA, RB, dan MA dimasukkan ke persamaan,


1
1
M A x2 + R x3
2
6 A

Menjadi,
1 3
1 11
PL x2 +
P x3
2 16
6 16

( )

3
11
PL x 2 + P x 3
32
96

Sehingga didapatkan rumus:

Tabel 1.8 Perhitungan Percobaan Statis Tertentu (Jepit-Rol), X= 50 mm


Beba
No
1
2
3
4

Px^2/96EI

(11x-9L)

0,25

9,8

2,45

400

55,8

114785,2

9,96127E-06

-3050

-0,030381877

0,5

9,8

4,9

400

55,8

114785,2

1,99225E-05

-3050

-0,060763755

0,75

9,8

7,35

400

55,8

114785,2

2,98838E-05

-3050

-0,091145632

9,8

9,8

400

55,8

114785,2

3,98451E-05

-3050

-0,121527509

Error (%)
87,0302335
7
78,8984842
9
92,4513997
6
42,1487603
3

37

5
6

1,25

9,8

12,2
5

1,5

9,8

14,7

400

55,8

114785,2

4,98064E-05

-3050

-0,151909386

400

55,8

114785,2

5,97676E-05

-3050

-0,182291264

90,2829332
9
53,1479448
8

Misal kita ambil sampel pada beban 1. Dan dari data hasil
percobaan

didapatkan nilai aktual

sebesar -0,172 mm, maka nilai

penyimpangannya adalah sebagai berikut :

Error = -0,172 (-0,121)


-0,121
Error = 42,14%
Tabel 1.9 Perhitungan Percobaan Statis Tertentu (Jepit-Rol), X= 100 mm
No
1
2
3
4
5
6

Beban
0,25

g
9,8

p
2,45

L
400

I
55,8

E
114785,2

Px^2/96EI
3,98451E-05

(11x-9L)
-2500

v
-0,099612712

0,5

9,8

4,9

400

55,8

114785,2

7,96902E-05

-2500

-0,199225425

0,75

9,8

7,35

400

55,8

114785,2

0,000119535

-2500

-0,298838137

9,8

9,8

400

55,8

114785,2

0,00015938

-2500

-0,39845085

1,25

9,8

12,2
5

400

55,8

114785,2

0,000199225

-2500

-0,498063562

1,5

9,8

14,7

400

55,8

114785,2

0,000239071

-2500

-0,597676274

Error (%)
48,81101193
45,09073663
51,29119546
17,08542714
43,35460816

45,09073663
Misal kita ambil sampel pada beban 1. Dan dari data hasil

percobaan

didapatkan nilai aktual

sebesar -0,466 mm, maka nilai

penyimpangannya adalah sebagai berikut :

Error = -0,466 (-0,398)


-0,398
38

Error = 17,08%
Tabel 1.10 Perhitungan Percobaan Statis Tertentu (Jepit-Rol), X= 150 mm
No
1
2
3
4
5
6

Beban

0,25

9,8

0,5
0,75

9,8
9,8

Px^2/96EI

(11x-9L)

2,45

L
40
0

55,8

114785,2

8,96514E-05

-1950

-0,17482031

4,9

40
0

55,8

114785,2

0,000179303

-1950

-0,34964062

7,35

40
0

55,8

114785,2

0,000268954

-1950

-0,524460931

55,8

114785,2

0,000358606

-1950

-0,699281241

9,8

9,8

40
0

1,25

9,8

12,2
5

40
0

55,8

114785,2

0,000448257

-1950

-0,874101551

14,7

40
0

55,8

114785,2

0,000537909

-1950

-1,048921861

1,5

9,8

Error (%)
45,56062895
41,32099898
38,965649
8,726752504
32,55909705
29,54424907

Misal kita ambil sampel pada beban 1. Dan dari data hasil
percobaan

didapatkan nilai aktual

sebesar -0,76 mm, maka nilai

penyimpangannya adalah sebagai berikut :

Error = -0,76 (-0,699)


-0,699
Error = 8,72%
Analisa perbandingan nilai aktual dan teoritis
Setelah membandingkan antara nilai aktual dan teoritis, ada
berbagai penyebab prosentase error yang besar pada masing-masing X
(jarak) beban dengan tumpuan jepit-rol ini yaitu:

39

1. Dial indikator yang tidak stabil (susah diatur ke titik nol)


2. Sebagian alat-alatnya juga rusak
3. Human error
1.4.4 Perhitungan dengan Tumpuan Jepit-Jepit
Tabel 1.11 Percobaan Statis Taktentu (Jepit-Jepit)
(400X24,8X3)mm
No

P (N)

1.

X = 50 mm

(mm)

0,25

0.03

0.03

0.03

0.03

0.04

0.032

2.

1.50

0.08

0.08

0.08

0.08

0.08

0.08

3.

0,75

0.14

0.15

0.15

0.16

0.15

0.15

4.

1.00

0.19

0.20

0.19

0.20

0.20

0.196

5.

1,25

0.30

0.29

0.29

0.29

0.29

0.292

1.50

0.32

0.32

0.32

0.33

0.32

0.322

No

P (N)

1.

X = 100 mm

(mm)

0,25

0.07

0.07

0.07

0.08

0.08

0.074

2.

1.50

0.15

0.15

0.16

0.15

0.15

0.152

3.

0,75

0.22

0.22

0.21

0.23

0.22

0.22

4.

1.00

0.30

0.30

0.30

0.30

0.30

0.30

5.

1,25

0.41

0.40

0.40

0.41

0.40

0.404

1.50

0.49

0.48

0.48

0.49

0.49

0.486

Tabel 1.12 Percobaan Statis Taktentu (Jepit-Jepit) Spesimen Kuningan


(250X24,8X3)mm
No

P (N)

X = 50 mm

(mm)

40

1.

0,25

0.02

0.02

0.02

0.02

0.02

0.02

2.

1.50

0.05

0.04

0.05

0.04

0.04

0.044

3.

0,75

0.08

0.08

0.09

0.09

0.08

0.084

4.

1.00

0.11

0.12

0.12

0.12

0.12

0.118

5.

1,25

0.15

0.16

0.15

0.15

0.15

0.15

1.50

0.17

0.17

0.17

0.18

0.17

0.172

Gambar 1.35 Diagram Defleksi Statis Taktentu Tumpuan Jepit dengan Jepit P Pada 1/2L

M A =P 2

V A =V B =

M A=M B=M '


P
2

Fy=0

41

P 1

P 1

M A = 2 . 2 x 2 . 4 xM '
M=

EI

EI

EI

Batas I

Px Px
M '
4
8

d 2 v Px Px
= M '
dx
4
8

dv 1
1
'
= Px PxM x +C 1
dx 4
8

dv 1
1
= P x 2 P x 2M ' x +C1 ........ (1)
dx 8
16
dv
=0
pada x = 0
dx
C1 = 0
Diintegralkan
'

EI v =

1
1
M 2
P x3 P x 3
x +C2 ........ (2)
24
48
2

Batas II v = 0 pada x = 0
0 = C2

maka C1 dan C2 = 0

Batas III untuk x = L, v = 0


0=

1
1
M ' L2
P L3 P L 3
24
48
2

1
M ' L2
3
PL =
48
2

42

M '=

EI v =

1
PL
24

1
1
1
P x 3 P Lx 2 PL x2
12
24
48

EI v =

1
3
P x 3 P Lx 2
12
48

Dari persamaan diatas, didapat persamaan

Tabel 1.13 Perhitungan Percobaan Statis Tertentu (Jepit-Jepit), X= 50 mm


N
o
1
2
3
4
5
6

Beban

0,25

9,8

2,45

L
40
0

4,9

40
0

7,35

40
0

55,8

114785,2

9,8

9,8

40
0

55,8

114785,2

9,8

12,2
5

40
0

14,7

40
0

0,5
0,75
1
1,25
1,5

9,8
9,8

9,8

Px^2/48EI

(4x-3L)

55,8

114785,2

1,99225E-05

-1000

v
0,019922542

-1000

0,039845085

5,97676E-05

-1000

0,059767627

7,96902E-05

-1000

-0,07969017

-1000

0,099612712

86,0137649

-1000

0,119535255

77,7464864

55,8

55,8
55,8

114785,2

114785,2
114785,2

3,98451E-05

9,96127E-05
0,000119535

Error (%)
-37,9954117
42,6105531
69,4792080
3
148,101265
8
1
7

43

Misal kita ambil sampel pada beban1. Dan dari data hasil
percobaan

didapatkan nilai aktual

sebesar -0,196 mm, maka nilai

penyimpangannya adalah sebagai berikut :

Error = -0,196 (-0,079)


-0,079
Error = 148,10%
Tabel 1.14 Perhitungan Percobaan Statis Tertentu (Jepit-Jepit), X= 100 mm
No
1
2
3
4
5
6

Beban

Px^2/48EI

(4x-3L)

0,25

9,8

2,45

400

55,8

114785,2

7,96902E-05

0,5
0,75

9,8
9,8

4,9
7,35

400
400

55,8
55,8

114785,2
114785,2

0,00015938
0,000239071

-800

v
0,063752136

16,2586030

-800

0,127504272

22,0715332

-800

0,191256408

31,7597501
17,6470588

9,8

9,8

400

55,8

114785,2

0,000318761

-800

0,255008544

1,25

9,8

12,2
5

400

55,8

114785,2

0,000398451

-800

-0,31876068

1,5

9,8

14,7

400

55,8

114785,2

0,000478141

-800

0,382512816

Error (%)
7
2
5
2
37,9602089
8
42,7397293
2

Misal kita ambil sampel pada beban 1. Dan dari data hasil
percobaan

didapatkan nilai aktual

sebesar -0,3 mm, maka nilai

penyimpangannya adalah sebagai berikut :

Error = -0,3 (-0,255)


-0,255
44

Error = 17,64%
Tabel 1.15 Perhitungan Percobaan Statis (Jepit-Jepit), X= 50 mm, L=250 mm
No
1
2
3
4
5
6

Beban
0,25

G
9,8

p
2,45

L
250

I
55,8

E
114785,2

Px^2/48EI
1,99225E-05

(4x-3L)
-550

v
-0,010957398

0,5

9,8

4,9

250

55,8

114785,2

3,98451E-05

-550

-0,021914797

0,75

9,8

7,35

250

55,8

114785,2

5,97676E-05

-550

-0,032872195

9,8

9,8

250

55,8

114785,2

7,96902E-05

-550

-0,043829593

1,25

9,8

12,2
5

250

55,8

114785,2

9,96127E-05

-550

-0,054786992

1,5

9,8

14,7

250

55,8

114785,2

0,000119535

-550

-0,06574439

Error (%)
260,7539683
204,3861608
208,1440146
174,4186047
211,1502977
211,9018684

Misal kita ambil sampel pada beban 1. Dan dari data hasil
percobaan

didapatkan nilai aktual

sebesar -0,118 mm, maka nilai

penyimpangannya adalah sebagai berikut :

Error = -0,118 (-0,043)


-0,043
Error = 174,41%
Analisa perbandingan nilai aktual dan teoritis
Setelah membandingkan antara nilai aktual dan teoritis, ada
berbagai penyebab prosentase error yang besar pada masing-masing
panjang spesimen uji dan X-nya (jarak) beban dari tumpuan jepit-jepit
ini yaitu:
1. Dial indikator yang tidak stabil (susah diatur ke titik nol)

45

2. Sebagian alat-alatnya juga rusak


3. Human error

46

1.5

KESIMPULAN DAN SARAN


1.5.1 Kesimpulan
1. Defleksi terbesar yang terjadi pada tumpuan engsel-rol dengan jarak
150 mm, sedangkan defleksi yang paling kecil terjadi pada tumpuan
jepit-jepit dengan jarak 50 mm.
2. Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical dan
horisontal akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang.
3.Jenis tumpuan yang berbeda defleksi yang dihasilkanpun akan berbeda
pula
1.5.2 Saran
1. Perlu pergantian alat yang semula menggunakan dial indikator diganti
dengan menggunakan digital, sehingga mendapatkan hasil yang
seakurat mungkin.

47

DAFTAR PUSTAKA

[1] www.google.com
[2] Job sheet praktikum fenomena dasar mekanik hal.
[3] http://en.wikipedia.org/wiki/Deflection_engineering
[4] http://tazziemania.wordpress.com/link-tazzie/
[5] http://ebookgratisan.net/bab-vi-defleksi-balok)
[6] James M.Gere 1978
[7] Mechanics-of-materials-beer-johanston.pdf
[8] Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik Universitas Diponegoro Semarang
[9] Tugas Akhir oleh Apri Joko Prasetyo

48

Anda mungkin juga menyukai