Anda di halaman 1dari 47

BAB II

DEFLEKSI
2.1 Pendahuluan
Teknologi yang semakin maju dan canggih di era ini, khususnya 10 tahun
terakhir ini sangat lah menajubkan. Perkembangan teknologi saat ini merupakan
indikator penting bagi orang-orang yang akan menikmati kemajuan teknologi pada masa
keemasan saat ini. Tetapi mungkin sudah menjadi hal yang tidak asing bagi civitas
akademika, khususnya bagi orang-orang yang mengambil jurusan teknik mesin.
Teknik mesin itu sendiri adalah ilmu teknik yang membahas mengenai aplikasi
dari prinsip fisika untuk analisis, desain, manufaktur dan pemeliharaan sebuah sistem
mekanik. Ilmu ini sangat membutuhkan pengertian mendalam atas konsep utama dari
cabang ilmu mekanika, kinematika, teknik material, thermodinamika dan energi.
Struktur yang terdapat dalam mesin harus lah kuat agar dapat mempertahankan
ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Oleh karena itu, perlu perhitungan
lendutan untuk memeriksa kemungkinan lendutan yang melebihi batas yang diijinkan
sehingga mencegah terjadinya kegagalan pada struktur. Perhitungan atau pemeriksaan
ini biasa dilakukan pada saat perancangan sebuah struktur, dimana biasanya ada batas
maksimum untuk lendutan, karena lendutan yang besar akan mengakibatkan
penampilan yang jelek dan struktur yang terlalu lemas.
Salah satu persoalan yang sangat penting diperhatikan dalam perencanaanperencanaan tersebut adalah perhitungan defleksi/lendutan pada elemen-elemen ketika
mengalami suatu pembebanan. Hal ini sangat penting terutama dari segi kekuatan
(strength) dan kekakuan (stiffness), dimana pada batang horizontal yang diberi beban
secara lateral akan mengalami defleksi.
(Mustafa, M., 2012)

2.1.1 Latar Belakang


Ilmu perhitungan lendutan mungkin memiliki kemudahan untuk mendapatkan
hasil dengan software desain, dengan memasukan spesifik desain yang diinginkan
langsung bisa mendapatkan hasil informasi yang dikehendaki. Tetapi sebagai civitas
akademika yang baik, ilmu-ilmu perumusan/perhitungan seperti perhitungan defleksi
tetap harus dipelajari dengan baik, karena dari sini semua basic ilmunya didapat.
Perhitungan defleksi ini identik dengan spesifikasi baja yang digunakan, profil baja,
maka dengan itu, dibutuhkan pula data spesifikasi dari material yang digunakan agar
pada saat perhitungan didapat hasil yang baik dan siap diaplikasikan.
(Gultom RN., 2013)
2.1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum defleksi pada batang balok adalah:
1. Praktikan mampu mengetahui nilai defleksi dari berbagai macam pengujian
dengan kondisi tumpuan yang berbeda.
2. Praktikan dapat mengetahui nilai modulus elastisitas dari suatu material.
3. Praktian dapat mengetahui perbandingan nilai antara teori yang ada dengan nilai
aktual yang dihasilkan dari pengujian.
(Job sheet praktikum fenomena dasar mekanika, 2016)
2.2 Dasar Teori
Sumbu sebuah balok akan berdefleksi (melentur) dari kedudukannya semula bila
dibawah pengaruh gaya terpakai. Harga-harga defleksi balok yang akurat diselidiki
dalam banyak kasus praktis. Unsur-unsur dalam mesin haruslah tegar untuk mencegah
ketidak-sebarisan dan mempertahankan ketelitian dimensional terhadap pengaruh
beban. Dalam gedung-gedung, balok-balok lantai tidak dapat melentur secara
berlebihan untuk meniadakan pengaruh psikologis yang tidak diinginkan pada para
penghuni dan untuk memperkecil atau mencegah kekecewaan dengan bahan-bahan jadi
yang rapuh.
(Job sheet praktikum fenomena dasar mekanika, 2016)
2.2.1

Pengertian Defleksi

Defleksi adalah perubahan bentuk pada balok dalam arah vertical dan horisontal
akibat adanya pembebanan yang diberikan pada balok atau batang. Sumbu sebuah
batang akan terdeteksi dari kedudukannya semula bila benda dibawah pengaruh gaya
terpakai. Beban yang dimaksud di sini dapat berupa beban dari luar ataupun beban dari
dalam karena pengaruh berat batang sendiri.
(Muhazir, Ahmad., 2014)
Defleksi ada 2 yaitu :
1. Deflkesi Vertikal (w)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal (tarik,tekan)
hingga membentuk sudut defleksi, dan posisi batang vertikal, kemudian kembali ke
posisi semula.

Gambar 2.1 Defleksi vertikal.


(Sitanggang, D., dkk, 2015)
2. Defleksi Horisontal (p)
Perubahan bentuk suatu batang akibat pembebanan arah vertikal(bending) posisi
batang horizontal, hingga membentuk sudut defleksi,kemudian kembali ke posisi
semula.

Gambar 2.2 Defleksi horizontal.


(Muhazir, Ahmad., 2014)

2.2.2 Jenis-jenis Tumpuan


Tumpuan adalah tempat bersandarnya konstruksi dan tempat bekerjanya reaksi
pada sebuah struktur. Ada tiga Jenis tumpuan yang digunakan.
1. Tumpuan Engsel
Tumpuan engsel mampu memberikan reaksi gaya horizontal dan vertikal,
artinya tumpuan sendi dapat menahan gaya vertikal maupun gaya horizontal dan tidak
dapat menahan momen.

Gambar 2.3 Tumpuan engsel .


(Muhazir, Ahmad., 2014)
2. Tumpuan Rol
Tumpuan rol adalah tumpuan yang dapat bergeser kearah horizontal sehingga
tumpuan ini tidak dapat menahan gaya horizontal. Jenis tumpuan ini mampu
melawan gaya-gaya dalam suatu garis aksi yang spesifik.

Gambar 2.4 Tumpuan rol .


(Ginandara, Egi., 2014)

3. Tumpuan Jepit
Tumpuan jepit ialah merupakan tumpuan berupa balok yang terjepit pada tiang
atau kolom. Pada tumpuan ini mampu memberikan reaksi terhadap gaya vertikal,
horizontal bahkan mampu memberikan reaksi terhadap putaran momen.

Gambar 2.5 Tumpuan jepiit.


(Ginandara, Egi., 2014)
2.2.3

Jenis-jenis Pembebanan
Defleksi yang terjadi pada elemen karena mengalami pembebanan, tetapi setiap

pembebanan harus berada pada suatu batas yang diizinkan agar dapat dicegah bila
terjadi kerusakan pada elemen elemen tersebut.
Berikut adalah jenis jenis pembebanan antara lain;
1. Beban terpusat
Titik kerja pada batang dapat dianggap berupa titik karena luas kontaknya kecil.

Gambar 2.6 Pembebanan terpusat.


(Tiana, S., 2015)
2. Beban terbagi merata
Disebut beban terbagi merata karena merata sepanjang batang dinyatakan dalam
qm (kg/m atau KN/m).

Gambar 2.7 Pembebanan merata.


(Muhazir, Ahmad., 2014)
3. Beban bervariasi unform
Disebut beban bervariasi uniform karena beban sepanjang batang besarnya tidak
merata.

Gambar 2.8 Pembebanan bervariasi uniform.


(Muhazir, Ahmad., 2014)
2.2.4 Jenis-jenis Batang
2.2.4.1 Statis Tertentu
1.

Batang tumpuan sederhana


Bila tumpuan tersebut berada pada ujung-ujung dan pada pasak atau rol.

Gambar 2.9 Batang tumpuan sederhana.


(Daud,S., 2015)
2.

Batang kartilever
Bila salah satu ujung balok dijepit dan yang lain bebas.

Gambar 2.10 Batang kantilever.


(Daud, S., 2015)
3. Batang Overhang
Bila balok dibangun melewati tumpuan sederhana.

Gambar 2.11 Batang Overhang.


(Fitriadi, N., 2010)
2.2.4.2 Statis Tak Tentu
1.

Batang Menerus
Bila tumpuan-tumpuan terdapat pada balok continue secara fisik.

Gambar 2.12 Batang Menerus.


(Daud, S., 2015)
2.

Batang Kartillever dan Batang Tumpuan Sederhana


Batang tetap pada satu sisi dan ditopang pada sisi lainya.

Gambar 3.13 Batang Kartillever dan Batang Tumpuan Sederhana.


(Daud,S., 2015)
3.

Batang Tetap
Batang yang di jepit pada kedua sisinya.

Gambar 3.14 Batang Tetap.


(Daud,S. 2015)
2.2.5

Metode Perhitungan
Ada beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan

persoalan defleksi pada balok.terdiri dari:


1. Metode Integrasi Ganda
Metode integrasi ganda sangat cocok dipergunakan untuk mengetahui defleksi
sepanjang bentang. Karena defleksi yang diakibatkan oleh gaya- gaya yang bekerja
tegak-lurus terhadap sumbu balok, terjadi relative kecil dibandingkan dengan panjang
baloknya, dan irisan yang berbentuk bidang datar akan tetap berupa bidang datar
walaupun berdeformasi.

Gambar 2.15 Metode integrasi ganda.


(Job sheet praktikum fenomena dasar mekanika, 2016)
a.

Persamaan kelengkungan momen


(1)
Dimana:

= Jari-jari kelengkungan balok


M = Momen lentur
E = Modulus elastisitas
I = Momen inersia balok

b. Persamaan diferensial untuk defleksi balok elastis

(2)

c. Persamaan deferensial alternatif untuk balok elastis


= defleksi kurva elastis

M =EI

d2 v
=EIv '
d x2

dv
'
=v
dx

= kemiringan kurva

(3)

(4)

(5)
(6)

2. Metode Luas Bidang Momen


Defleksi balok diperoleh dengan memanfaatkan sifat diagram luas momen
lentur. Cara ini cocok untuk lendutan dan putaran sudut pada suatu titik sudut saja.
Metode luas momen diperkenalkan oleh Saint Venant dan dikembangkan oleh Mohr
dan Greene.

Gambar 2.16 Metode luas bidang momen.


(Mesin, 2015)
a. Teori Momen Luas Pertama
Sudut antara tangen A dan tangen B sama dengan luasan diagram
antara kedua titik dibagi

EI .

(7)

Dimana :
= sudut kemiringan

M = momen lentur dengan jarak x dari titik B


E= modulus elastisitas balok

I = momen area kedua


Teori ini dipergunakan untuk:
1. Menghitung lendutan.
2. Menghubungkan putaran sudut antara titik-titik yang dipilih sepanjang
sumbu balok.
b. Teori Momen Luas Kedua
Jarak vertikal B pada kurva defleksi dan tangen A sama dengan momen
dikali jarak (centroid area) dibagi EI.
(8)
Dimana :

= momen

EI

= kekakuan lentur
t a/ b

= penyimpangan singgung di titik B sehubungan

dengan
tangen pada titik a
x

= pusat massa M / EI diagram diukur horizontal dari titik


A
a, b

= titik pada kurva elastis

Teori momen luasan kedua berguna untuk mendapatkan lendutan, karena


memberikan posisi dari suatu titik pada balok terhadap garis singgung disuatu
titik lainnya (Mesin, 2015).

2.2.6

Aplikasi Uji Defleksi


Aplikasin Defleksi di bidang keteknikan sangat luas mulai dari konstruksi

jembatan, perancangan poros kendaraan bermotor, dan juga pada konstruksi sebuah
gedung. Berikut adalah beberapa aplikasi dari defleksi pada batang:
1.

Raechtacker
Reachstacker merupakan salah satu tipe pesawat pengangkat dimaksudkan untuk

keperluan mengangkat dan memindahkan barang dari suatu tempat ketempat yang lain
yang jangkauannya relatif terbatas. Reachstacker merupakan peralatan pemindah bahan
yang paling flexibel yang dioperasikan pada terminal pelabuhan kecil maupun sedang.
Reachstacker dapat mengangkut kontainer dalam jarak dekat dengan relatif cepat dan
juga dapat menyusun kontainer pada berbagai posisi tergantung ruang gerak yang ada.

Reachstacker terlihat dapat mengangkat beban hingga 45 ton. Terdapat beberapa


keterbatasan dalam pengoperasian sudut lengan pengangkat.

Gambar 2.17 Raechtacker


(Al Rasyid, H. and Karmani, T., 2012)
2.3

Metodologi Pengujian

2.3.1 Alat dan Bahan


Alat peraga atau alat uji yang digunakan merupakan produk yang terdiri dari
beberapa elemen yang memiliki fungsinya masing-masing untuk menunjang kegiatan
uji defleksi pada batang balok.

b
f
c

e
h

Gambar 3.18 Alat Peraga Uji Defleksi Pada Batang Balok


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)
Keterangan:
a. Kerangka

g. Tumpuan pembebanan/pemberat

b. Dial indikator

h. Beban

c. Tumpuan I

i. Spesimen Uji

d. Tumpuan II
e.

Landasan tumpuan I

f.

Landasan Tumpuan II
Penjelasan alat uji defleksi adalah sebagai berikut :
1. Kerangka
Kerangka adalah alat yang berfungsi sebagai dudukan pengujian agarproses
pengujian lebih mudah dilakukan.

Gambar 2.19 Alat Peraga Uji Defleksi Pada Batang Balok.


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)
2. Dial indikator
Dial Indikator berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui perubahan bentuk pada
balok dalam arah y akibat adanya pembebanan vertical yang diberikan pada benda uji.

Gambar 2.20 Dial indicator.


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)
3. Tumpuan Roll
Tumpuan sebagai tempat bersandarnya konstruksi dan tempat bekerjanya reaksi pada
sebuah struktur.

Gambar 2.21 Tumpuan Rol.


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)
4. Tumpuan Jepit
Tumpuan sebagai tempat bersandarnya konstruksi dan tempat bekerjanya reaksi pada
sebuah struktur.

Gambar 2.22 Tumpuan jepit.


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)
5. Tumpuan Engsel
Tumpuan jepit merupakan salah satu tumpuan yang dipakai pada ujung spesimen uji
saat dilakukan pengujian.

Gambar 2.23 Tumpuan engsel


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)
6. Tumpuan Pembebanan
Tumpuan pemberat digunakan sebagai alat tumpuan beban yang akan diberikan pada
benda uji dalam pengujian defleksi.

Gambar 2.24 Tumpuan pembebanan/pemberat.


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)
7. Beban
Beban dalam pengujian berfungsi untuk menghasilkan gaya vertikal (arah sumbu y)
terhadap benda uji pada saat pengujian.

Gambar 2.25 Beban 125 gram


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP).

Gambar 2.26 Beban 130 gram.


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)

Gambar 2.27 Beban 500 gram.


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)

8. Skala Derajat Penyimpangan


Skala derajat penyimpangan merupakan alat untuk menyatakan penyimpangan yang
terjadi dari benda uji ketika dilakukan pengujian.

Gambar 2.28 Skala derajat penyimpangan.


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP)
9. Spesimen Uji
Spesimen uji merupakan bahan yang digunakan sebagai bahan pengujian
defleksi. Dalam pengujian ini, digunakan kolom kuningan. Spesimen uji dapat
dilihat pada gambar 3.29.

Gambar 3.29 Spesimen Uji


(Laboratorium Fenomena Dasar Mekanik, UNDIP).
2.3.2

Prosedur Pengujian.

2.3.2.1 Prosedur Mencari Modulus Elastisitas


a. Mempersiapkan seluruh peralatan pengujian, yaitu tumpuan, spesimen, beban,
kunci L, dan tumpuan pembebanan.
b. Menempatkan tumpuan statis tertentu pada landasan tumpuan (engsel-rol).
c. Menempatkan spesimen uji sehingga terpasang pada tumpuan rol dan engsel.
d. Menempatkan tumpuan pembebanan pada kedua sisi spesimen uji pada jarak
100 mm.
e. Memposisikan dial indikator tepat di tengah panjang dan lebar spesimen uji dan
melakukan setting nol.
f. Memasang beban dengan variasi 0,125; 0,25; 0,38; 0,50; dan 0,63 kg.
g. Mencatat hasil percobaan modulus elatisitas yang tertera pada setiap perubahan
pada dial indikator di setiap variasi beban.
h. Melakukan percobaan tersebut sebanyak yang diperlukan dan menghitung rata
ratanya.

2.3.2.2 Prosedur Mencari Statis Tertentu dan Statis Tak Tentu


a. Mempersiapkan seluruh peralatan pengujian, yaitu tumpuan, spesimen, beban,
kunci L, dsan tumpuan pembebanan.Menempatkan tumpuan engsel-rol untuk
percobaan statis tertentu dan jepit-rol serta jepit-jepit untuk percobaan statis tak
tentu.
b. Menempatkan spesimen uji sehingga terpasang pada tumpuan yang sesuai
dengan percobaan.
c. Menempatkan tumpuan pembebanan tepat di tengah-tengah spesimen uji.
d. Memposisikan dial indikator dengan variasi jarak 50 mm, 100 mm, dan 150 mm
dan melakukan setting nol pada setiap variasi jarak tersebut.
e. Memasang beban dengan variasi 0,25; 0,38; 0,50; 0,63; dan 0,75 kg pada
masing-masing variasi jarak.
f. Mencatat hasil percobaan defleksi yang tertera pada setiap perubahan pada dial
indikator.
g. Melakukan percobaan tersebut sebanyak yang diperlukan dan menghitung rata
ratanya.

2.3.3 Diagram Alir


2.3.3.1 Diagram Alir Modulus Elastisitas

Gambar 2.30 Diagram alir modulus elastisitas


(Jobsheet praktikum fenomena dasar mekanika. 2016)
2.3.3.2 Diagram Alir Statis Taktentu

Gambar 2.31 Diagram alir statis tak tentu


(Jobsheet praktikum fenomena dasar mekanika. 2016)

2.4

DATA DAN ANALISA

2.4.1 Data Dan Analisa Modulus Elastisitas


A.

Data Modulus Elastisitas


Untuk mencari nilai modulus elastisitas dapat dilakukan dengan metode integrasi,

yaitu mencari defleksi pada dua gaya pembebanan. Langkah ini bertujuan untuk
mencari niali modulus elasitisitas.

Gambar 2.31 Batang dengan tumpuan engsel dan rol


Berikut gambar diagram benda bebas :

P1
C

1/4L

Asumsi

P1=P2

P2
E

M B =0
P2

( L4 )+ P 1( 34L ) A ( L )=0
y

P2 L 3 P1 L
+
=AyL
4
4
P2 L+3 P1 L=4 A y L
P2+ 3 P1 =4 A y

A y=

P2 +3 P1 4 P1
=
=P 1
4
4

Jadi Reaksi

R A =RB =P1

X
P

L
b=
4
P1=P2
Untuk 0 < x < b

EI

d2 y
=M =P1 x
dx 2

EI

dy 1
= P1 x 2+C
dx 2

1
EIy= P1 x 3+C 1 x +C 2
6

( x 2=0 , y=0 ) C 2=0


Untuk b < x < L b
EI d 2 y=M =P1 b

EI

dy
=P1 b x +C3
dx

1
2
EIy= P1 x +C 3 x +C 4
2

L dy
1
x = , =0 C 3=
P L
2 dx
2 b

Dari pers (1) & (2) dengan kondisi

Pers (1)(1)

1
1
2
2
P b + C1=P b PbL
2
2

1
2 1
C1 = P b PbL
2
2

Pers (2)(2)

1
1
2
P b PbL
2
2
1
1
1
P b3 + ( ) = P b2 P b2 L +C 4
6
2
2

L dy dy
x = , = , x=b
2 dx dx
L
x= , y= y
2

1
C 4= P1 b3
6
L
L
x= b=
2
4

Untuk defleksi di C ,

Untuk kurva BD
y=

1 1
Pb x 2 +C 3+C 4
EI 2

P1 1 2 1
1
b x bLx + b 3
EI 2
2
6

Defleksi di C =

y=

P1 1 L L 2 1 L
L 1 L

L
+
EI 2 4 2
2 4
2 6 4

( ( ) ( ) ( ) ( ))

P 1 L 3 L3 L 3
+
EI 32 16 384

11 P L3
384 EI

Beban (Kg)

No.
0,125

0,25

0,38

0,50

0,63

0,38

0,82

1,22

1,59

2,10

0,38

0,79

1,20

1,59

2,00

0,38

0,79

1,18

1,58

2,0

0,40

0,79

1,21

1,60

2,0

0,38

0,81

1,18

1,58

1,98

(mm)

0,38

0,80

1,19

1,58

2,00

Tabel

2.1

Elastisitas

Modulus

Tabel 2.2 Perhitungan nilai modulus elastisitas variasi beban


No
.

Beban
(kg)

P
(N)

L
(mm
)

(mm)

384 I

11 PL^3

0,125

9,81

1,226

400

55,8

0.42

21427,2

863280000

40289

0,25

9,81

2,453

400

55,8

0.89

21427,2

1726560000

80578

0,38

9,81

3,728

400

55,8

1.32

21427,2

2624371200

122478

0,50

9,81

4,905

400

55,8

1.74

21427,2

3453120000

161156

0,63

9,81

6,180

400

55,8

2.20

21427,2

4350931200

203056

121512

Dari tabel 2.2 diperoleh hasil modulus elastisitas sebesar 121512 GPa, maka dapat
dianalisa

bahwa

bertambahnya

nilai

modulus

elastisitas

sebanding

dengan

bertambahnya beban yang diberikan.


2.4.2 Pengujian Statis Tertentu (Engsel-Rol)
Untuk mencari statis tertentu pada pengujian defleksi, tumpuan yang digunakan
adalah tumpuan engsel dan tumpuan rol.

P
2

F y =0

V=

M =0

M=

EI

EI

P
x
2

d2 v P
= x
2
2
dx

dv P 2
= x +C 1
dx 4

C1 =

P L 2 P L2
=
4 2
16

EI v =

()

P 3
x +C 1 x +C2
12

P 3 P 2
x L x
12
16

Didapatkanlah persamaan :
=

P
(4 x3 L3 x)
48 EI

Tabel 2.3 Percobaan Statis Tertentu (Engsel-Rol) Spesimen Kuningan (400x24,8x3)


mm pada jarak 50 mm (Aktual)
No

P (kg)

1
2
3
4
5

0,25
0,38
0,50
0,63
0,75

1
0,50
0,69
0,96
1,20
1,45

2
0,47
0,68
0,97
1,18
1,45

X= 50 mm
3
0,48
0,70
0,98
1,20
1,43

(mm)
4
0,50
0,68
0,96
1,20
1,47

5
0,49
0,72
0,98
1,18
1,46

0,48
0,69
0,97
1,19
1,45

Tabel 2.4. Perhitungan nilai defleksi variasi beban pada (Engsel-Rol) Spesimen
Kuningan (400x24,8x3) mm pada jarak 50 mm (Teoritis)
No
.

Beban
(kg)

P
(N)

L
(mm
)

0,25

9,81

2,453

400

0,38

9,81

3,728

400

0,5

9,81

4,905

400

0,63

9,81

6,180

400

55,
8
55,
8
55,
8
55,
8

12151
2
12151
2
12151
2
12151
2

(mm)

Error
(%)

-57633750

-0,177

2,58%

325457740,8

-87603300

-0,269

2,48%

325457740,8

-115267500

-0,354

2,55%

325457740,8

-145237050

-0,446

2,54%

48EI

P(4x3-3L2x)

325457740,8

0,75

9,81

7,358

400

55,
8

12151
2

325457740,8

-172901250

error=

nilai teorinilai aktual


100
nilai teori

error=

0,1770,28
100
0,177

-0,531

2,56%

Error = 2,58%
Analisa :
Dari table 2.4 diperoleh nilai defleksi pada jarak 50 mm, defleksi terbesar 0.531
mm dan pada pembebanan 0,75 kg sedangkan defleksi terkecil sebesar 0.177 mm
dengan pembebanan sebesar 0.25 kg. Error terjadi pada pengujian dengan tumpuan
jepit-rol, dengan error terbesar 2,67 % pada pembebanan 0,25 kg.
Tabel 2.5 Percobaan Statis Tertentu (Engsel-Rol) Spesimen Kuningan (400x24,8x3)
mm pada jarak 100 mm (Aktual)
No

P (kg)

1
2
3
4
5

0,25
0,38
0,50
0,63
0,75

1
0,83
1,20
1,52
1,98
2,37

2
0,81
1,18
1,53
1,97
2,35

X= 100mm
3
0,81
1,17
1,54
1,99
2,38

4
0,80
1,21
1,53
1,96
2,37

5
0,79
1,17
1,53
1,97
2,40

(mm)
0,80
1,18
1,53
1,97
2,37

Tabel 2.6 Perhitungan nilai defleksi variasi beban pada (Engsel-Rol) Spesimen
Kuningan (400x24,8x3) mm pada jarak 100 mm (Teoritis)
g

P
(N)

L
(mm
)

0,25

9,81

2,453

400

0,38

9,81

3,728

400

0,5

9,81

4,905

400

0,63

9,81

6,180

400

0,75

9,81

7,358

400

No
.

Beba
n (kg)

55,
8
55,
8
55,
8
55,
8
55,
8

12151
2
12151
2
12151
2
12151
2
12151
2

(mm)

Error
(%)

-107910000

-0,332

2,53%

325457740,8

-164023200

-0,504

1,68%

325457740,8

-215820000

-0,663

2,34%

325457740,8

-271933200

-0,836

2,34%

325457740,8

-323730000

-0,995

2,35%

48EI

P(4x3-3L2x)

325457740,8

error=

nilai teorinilai aktual


100
nilai teori

error=

0,3320,45
100
0,332

Error = 2,35%
Analisa :
Dari table 2.6 diperoleh nilai defleksi pada jarak 100 mm, defleksi terbesar
0.995 mm dan pada pembebanan 0,75 kg sedangkan defleksi terkecil sebesar 0.332 mm
dengan pembebanan sebesar 0.25 kg. Error terjadi pada pengujian dengan tumpuan
jepit-rol, dengan error terbesar 2,98 % pada pembebanan 0,25 kg.
Tabel 22.7 Percobaan Statis Tertentu (Engsel-Rol) Spesimen Kuningan (400x24,8x3)
mm pada jarak 150 mm (Aktual)
No

P (kg)

1
2
3
4
5

0,25
0,38
0,50
0,63
0,75

1
1,01
1,50
2,00
2,34
3,98

X= 150 mm
2
3
0,59
1,01
1,49
1,49
2,02
2,00
2,50
2,52
3,97
3,96

(mm)
4
1,01
1,50
2,02
2,54
3,99

5
0,97
1,52
2,02
2,51
3,98

0,97
1,49
2,00
2,52
3,96

Tabel 2.8 Perhitungan nilai defleksi variasi beban pada (Engsel-Rol) Spesimen
Kuningan (400x24,8x3) mm pada jarak 150 mm (Teoritis)
No
.

Beba
n (kg)

P
(N)

L
(mm
)

0,25

9,81

2,453

400

0,38

9,81

3,728

400

0,5

9,81

4,905

400

0,63

9,81

6,180

400

0,75

9,81

7,358

400

55,
8
55,
8
55,
8
55,
8
55,
8

12151
2
12151
2
12151
2
12151
2
12151
2

(mm)

Error
(%)

-143471250

-0,441

2,34%

325457740,8

-218076300

-0,670

2,38%

325457740,8

-286942500

-0,882

2,30%

325457740,8

-361547550

-1,111

2,04%

325457740,8

-430413750

-1,322

2,31%

48EI

P(4x3-3L2x)

325457740,8

error=

nilai teorinilai aktual


100
nilai teori

error=

0,4410,59
100
0,441

Error = 2,34%
Analisa :
Dari table 2.8 diperoleh nilai defleksi pada jarak 150 mm, defleksi terbesar
1.332 mm dan pada pembebanan 0,75 kg sedangkan defleksi terkecil sebesar 0.441 mm

dengan pembebanan sebesar 0.25 kg. Error terjadi pada pengujian dengan tumpuan
jepit-rol, dengan error terbesar 2,32 % pada pembebanan 0,25 kg.
2.4.3 Pengujian Statis Tak Tentu (Jepit-Rol)
Untuk mencari statis tak tentu pada pengujian defleksi, tumpuan yang digunakan
dapat berupa tumpuan jepit dan tumpuan rol

F y =0

R A + R BP=0

M A =0

L
M A P + RB L=0
2

R A =PR B
1
M A=R B L PL
2

EI

d2 v
L
=M =M A + R A xP( x )
2
2
dx

EI

dv
1
L 2
=M A x + R A x 2 P x
+C 1
dx
2
2

1
1
1
L
EI v = M A x 2 + R x 3 P x
+C 1 x +C 2
2
6 A
6
2

[x=0,

dv
=0]
dx

[x=0, v=0]
[x=L , v =0]

C1 = 0
C2 = 0
1
1
1
L 3
M A L2 + R L3 P L
+0+ 0
2
6 A
6
2

Dimasukkan MA dan RA menjadi,


1
1
1
1
R B L P L2+ ( PR B ) L3 P L3=0
2
2
6
48

( 12 16 ) R L =( 14 16 + 481 ) P L
3

R A =P
M A=

1
5
RB = P
3
48

RB =

5
P
16

5
11
P= P
16
16

5
1
3
PL PL=
PL
16
2
16

RA, RB, dan MAdimasukkan ke persamaan,


1
1
M A x2 + R x3
2
6 A
Menjadi,
1 3
1 11
PL x2 +
P x3
2 16
6 16

( )

3
2 11
3
PL x + P x
32
96

Sehingga didapatkan rumus:


2

V AB=

Px
(11 x9 L)
96 El

Tabel 2.9 Percobaan Statis Tak Tentu (Jepit-Rol) Spesimen Kuningan (400x24,8x3)
mm pada jarak 50 mm (Aktual)
No

P (kg)

1
2
3
4
5

0,25
0,38
0,50
0,63
0,75

1
0,34
0,57
0,70
0,84
0,95

2
0,36
0,58
0,69
0,84
0,94

X= 50 mm
3
0,35
0,60
0,66
0,83
0,95

(mm)
4
0,38
0,57
0,68
0,84
0,96

5
0,36
0,60
0,72
0,85
0,95

0,35
0,58
0,69
0,84
0,95

Tabel 2.10 Perhitungan nilai defleksi variasi beban pada (Jepit-Rol) Spesimen
Kuningan (400x24,8x3) mm pada jarak 50 mm (Teoritis)
G

P
(N)

L
(mm
)

0,25

9,81

2,453

400

0,38

9,81

3,728

400

0,5

9,81

4,905

400

0,63

9,81

6,180

400

0,75

9,81

7,358

400

No
.

Beba
n (kg)

error=

55,
8
55,
8
55,
8
55,
8
55,
8

12151
2
12151
2
12151
2
12151
2
12151
2

(mm)

-57633750

-0,177

1,45%

325457740,8

-87603300

-0,269

1,38%

325457740,8

-115267500

-0,354

1,42%

325457740,8

-145237050

-0,446

1,42%

325457740,8

-172901250

-0,531

1,43%

P(4x3-3L2x)

325457740,8

nilai teorinilai aktual


100
nilai teori

error=

Error
(%)

48EI

0,1770,08
100
0,177

Error = 1,45%

Analisa :
Dari table 2.10 diperoleh nilai defleksi pada jarak 50 mm, defleksi terbesar
0.531 mm dan pada pembebanan 0,75 kg sedangkan defleksi terkecil sebesar 0.177 mm
dengan pembebanan sebesar 0.25 kg. Error terjadi pada pengujian dengan tumpuan
jepit-rol, dengan error terbesar 1,49 % pada pembebanan 0,25 kg.
Tabel 2.11 Percobaan Statis Tak Tentu (Jepit-Rol) Spesimen Kuningan (400x24,8x3)
mm pada jarak 100 mm (Aktual)
No

P (kg)

1
2

X= 100 mm
3

0,25

0,67

0,66

0,38

0,82

0,81

(mm)
4

0,65

0,64

0,65

0,65

0,81

0,82

0,82

0,81

3
0,50
1,00
0,99
1,02
1,02
4
0,63
1,20
1,21
1,18
1,22
5
0,75
1,44
1,42
1,40
1,40
Tabel 2.12 Perhitungan nilai defleksi variasi beban pada

1,01
1,00
1,20
1,20
1,39
1,41
(Jepit-Rol) Spesimen

Kuningan (400x24,8x3) mm pada jarak 100 mm (Teoritis)


g

P
(N)

L
(mm
)

0,25

9,81

2,453

400

0,38

9,81

3,728

400

0,5

9,81

4,905

400

0,63

9,81

6,180

400

0,75

9,81

7,358

400

No
.

Beba
n (kg)

55,
8
55,
8
55,
8
55,
8
55,
8

12151
2
12151
2
12151
2
12151
2
12151
2

(mm)

Error
(%)

-107910000

-0,332

1,51%

325457740,8

-164023200

-0,504

1,49%

325457740,8

-215820000

-0,663

1,51%

325457740,8

-271933200

-0,836

1,51%

325457740,8

-323730000

-0,995

1,52%

48EI

P(4x3-3L2x)

325457740,8

error=

nilai teorinilai aktual


100
nilai teori

error=

0,3320,17
100
0,332

Error = 1,51%

Analisa :
Dari table 2.12 diperoleh nilai defleksi pada jarak 100 mm, defleksi terbesar
0.995 mm dan pada pembebanan 0,75 kg sedangkan defleksi terkecil sebesar 0.332 mm
dengan pembebanan sebesar 0.25 kg. Error terjadi pada pengujian dengan tumpuan
jepit-rol, dengan error terbesar 1,54 % pada pembebanan 0,25 kg.
Tabel 2.13 Percobaan Statis Tak Tentu (Jepit-Rol) Spesimen Kuningan (400x24,8x3)
mm pada jarak 150 mm (Aktual)
No

P (kg)

1
2
3
4
5

0,25
0,38
0,50
0,63
0,75

0,81
1,11
1,34
1,59
1,80

0,81
1,08
1,33
1,60
1,82

X= 150 mm
3

0,80
1,10
1,32
1,59
1,82

(mm)
4

0,79
1,07
1,34
1,60
1,82

0,80
1,09
1,34
1,58
1,83

0,80
1,09
1,33
1,59
1,81

Tabel 2.14. Perhitungan nilai defleksi variasi beban pada (Jepit-Rol) Spesimen
Kuningan (400x24,8x3) mm pada jarak 150 mm (Teoritis)
g

P
(N)

L
(mm
)

0,25

9,81

2,453

400

0,38

9,81

3,728

400

0,5

9,81

4,905

400

0,63

9,81

6,180

400

0,75

9,81

7,358

400

No
.

Beba
n (kg)

55,
8
55,
8
55,
8
55,
8
55,
8

12151
2
12151
2
12151
2
12151
2
12151
2

(mm)

Error
(%)

-143471250

-0,441

1,54%

325457740,8

-218076300

-0,670

1,58%

325457740,8

-286942500

-0,882

1,59%

325457740,8

-361547550

-1,111

1,59%

325457740,8

-430413750

-1,322

1,58%

48EI

P(4x3-3L2x)

325457740,8

error=

nilai teorinilai aktual


100
nilai teori

error=

0.4410,24
100
0,441

Error = 1,54%
Analisa :
Dari table 2.14 diperoleh nilai defleksi pada jarak 150 mm, defleksi terbesar
1.322 mm dan pada pembebanan 0,75 kg sedangkan defleksi terkecil sebesar 0.441 mm
dengan pembebanan sebesar 0.25 kg. Error terjadi pada pengujian dengan tumpuan
jepit-rol, dengan error terbesar 1,67 % pada pembebanan 0,25 kg.
2.4.4

Pengujian Statis Tak Tentu (Jepit-Jepit)

M A =P 2

M A=M B=M '

V A =V B =

P
2

Fy=0

P 1

P 1

M A = 2 . 2 x 2 . 4 xM '
M=

EI

Px Px
M '
4
8

d 2 v Px Px
= M '
dx
4
8

EI
EI

Batas I

dv 1
1
= Px PxM ' x +C 1
dx 4
8

dv 1
1
= P x 2 P x 2M ' x +C1 ........ (1)
dx 8
16
dv
=0 pada x = 0
dx
C1= 0
Diintegralkan

EI v =

1
1
M' 2
P x3 P x 3
x +C2 ........ (2)
24
48
2

Batas II v = 0 pada x = 0
0 = C2

makaC1 dan C2 = 0

Batas III untuk x = L, v = 0


'

0=

1
1
M L
P L3 P L 3
24
48
2

1
M ' L2
P L3 =
48
2
M '=
EI v =

1
PL
24

1
1
1
P x 3 P Lx 2 PL x2
12
24
48

EI v =

1
3
P x 3 P Lx 2
12
48

Dari persamaan diatas, didapat persamaan


2

V AB=

Px
(4 x3 L)
48 El

Tabel 2.15. Percobaan Statis Tak Tentu (Jepit-Jepit) Spesimen Kuningan (400x24,8x3)
mm pada jarak 50 mm (Aktual)

No

X= 50 mm

P (kg)
1

(mm)

0,25

0,09

0,08

0,07

0,09

0,09

0,08

0,38

0,12

0,10

0,09

0,11

0,10

0,10

0,50

0,12

0,11

0,11

0,10

0,12

0,11

0,63

0,14

0,16

0,17

0,14

0,15

0,15

0,75

0,20

0,18

0,21

0,22

0,19

0,20

Tabel

2.16.

Perhitungan nilai defleksi variasi beban pada (Jepit-Jepit) Spesimen


Kuningan (400x24,8x3) mm pada jarak 50 mm (Teoritis)
No
.

Beba
n (kg)

P
(N)

L
(mm
)

0,25

9,81

2,453

400

0,38

9,81

3,728

400

0,5

9,81

4,905

400

0,63

9,81

6,180

400

0,75

9,81

7,358

400

error=

55,
8
55,
8
55,
8
55,
8
55,
8

12151
2
12151
2
12151
2
12151
2
12151
2

(mm)

Error
(%)

-57633750

-0,177

1,28%

325457740,8

-87603300

-0,269

1,32%

325457740,8

-115267500

-0,354

1,28%

325457740,8

-145237050

-0,446

1,26%

325457740,8

-172901250

-0,531

1,26%

48EI

P(4x3-3L2x)

325457740,8

nilai teorinilai aktual


100
nilai teori

error=

0,1770,050
100
0,177

Error = 1,28%
Analisa :
Dari table 2.16 diperoleh nilai defleksi pada jarak 50 mm, defleksi terbesar
0.531 mm dan pada pembebanan 0,75 kg sedangkan defleksi terkecil sebesar 0.177 mm

dengan pembebanan sebesar 0.25 kg. Error terjadi pada pengujian dengan tumpuan
jepit-rol, dengan error terbesar 1,28 % pada pembebanan 0,25 kg.
Tabel 2.17. Percobaan Statis Tak Tentu (Jepit-Jepit) Spesimen Kuningan (400x24,8x3)
mm pada jarak 100 mm (Aktual)
No

P (kg)

1
2
3
4
5

0,25
0,38
0,50
0,63
0,75

X= 100 mm
2
3
0,19
0,18
0,25
0,26
0,34
0,34
0,44
0,50
0,55
0,56

1
0,17
0,26
0,35
0,45
0,55

(mm)
4
0,16
0,24
0,35
0,44
0,54

5
0,17
0,25
0,34
0,47
0,57

0,17
0,25
0,34
0,46
0,55

Tabel 2.18. Perhitungan nilai defleksi variasi beban pada (Jepit-Jepit) Spesimen
Kuningan (400x24,8x3) mm pada jarak 100 mm (Teoritis)
g

P
(N)

L
(mm
)

0,25

9,81

2,453

400

0,38

9,81

3,728

400

0,5

9,81

4,905

400

0,63

9,81

6,180

400

0,75

9,81

7,358

400

No
.

Beba
n (kg)

55,
8
55,
8
55,
8
55,
8
55,
8

12151
2
12151
2
12151
2
12151
2
12151
2
error=

(mm)

Error
(%)

-107910000

-0,332

1,24%

325457740,8

-164023200

-0,504

1,23%

325457740,8

-215820000

-0,663

1,24%

325457740,8

-271933200

-0,836

1,24%

325457740,8

-323730000

-0,995

1,24%

48EI

P(4x3-3L2x)

325457740,8

nilai teorinilai aktual


100
nilai teori

error=

0,3320,080
100
0,332

Error = 1,24%
Analisa :
Dari table 2.18 diperoleh nilai defleksi pada jarak 100 mm, defleksi terbesar
0.995 mm dan pada pembebanan 0,75 kg sedangkan defleksi terkecil sebesar 0.332 mm
dengan pembebanan sebesar 0.25 kg. Error terjadi pada pengujian dengan tumpuan
jepit-rol, dengan error terbesar 1,24 % pada pembebanan 0,25 kg.

Tabel 2.19. Percobaan Statis Tak Tentu (Jepit-Jepit) Spesimen Kuningan (400x24,8x3)
mm pada jarak 150 mm (Aktual)
No

P (kg)

X= 150 mm

(mm)

0,25

0,31

0,29

0,29

0,30

0,32

0,30

0,38

0,43

0,42

0,44

0,45

0,42

0,43

0,50

0,59

0,57

0,60

0,57

0,60

0,58

0,63

0,78

0,79

0,80

0,78

0,79

0,78

0,75

0,90

0,94

0,90

0,92

0,94

0,92

Tabel 2.20. Perhitungan nilai defleksi variasi beban pada (Jepit-Jepit) Spesimen
Kuningan (400x24,8x3) mm pada jarak 150 mm (Teoritis)

No
.

Beba
n (kg)

P
(N)

L
(mm
)

0,25

9,81

2,453

400

0,38

9,81

3,728

400

0,5

9,81

4,905

400

0,63

9,81

6,180

400

0,75

9,81

7,358

400

55,
8
55,
8
55,
8
55,
8
55,
8

12151
2
12151
2
12151
2
12151
2
12151
2

(mm)

Error
(%)

-143471250

-0,441

1,29%

325457740,8

-218076300

-0,670

1,29%

325457740,8

-286942500

-0,882

1,32%

325457740,8

-361547550

-1,111

1,31%

325457740,8

-430413750

-1,322

1,32%

48EI

P(4x3-3L2x)

325457740,8

error=

nilai teorinilai aktual


100
nilai teori

error=

0,4410,13
100
0,441

Error = 1,29%

Analisa :
Dari table 2.20 diperoleh nilai defleksi pada jarak 150 mm, defleksi terbesar
1.322 mm dan pada pembebanan 0,75 kg sedangkan defleksi terkecil sebesar 0.441 mm
dengan pembebanan sebesar 0.25 kg. Error terjadi pada pengujian dengan tumpuan
jepit-rol, dengan error terbesar 1,31 % pada pembebanan 0,25 kg.
2.6.1

KESIMPULAN DAN SARAN


Dengan selesainya laporan ini, penulis panjatkan syukur Alhamdulillah kepada

Allah SWT. Karena atas ridha dan karunianya tim penulis dapat menyelesaikan laporan
ini. Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.
Berikut kesimpulan dan saran untuk praktikum pengujian defleksi.

3.5.1

Kesimpulan
a. Defleksi terbesar yang terjadi pada tumpuan engsel-rol dengan jarak 150 mm
dengan beban 0,75 kg yakni -1,322 mm, sedangkan defleksi yang paling kecil
terjadi pada tumpuan jepit-jepit dengan jarak 50 mm dengan beban 0,25 kg yakni
-0,177 mm.
b. Dari hasil praktikum kita dapat mengetahui nilai modulus elastisitas sebesar
121512 Gpa untuk spesimen Kuningan (400x24,8x3) mm. Dan dapat mengetahui
bahwa bertambahnya nilai modulus elastisitas sebanding dengan bertambahnya
beban yang diberikan.
c. Perbandingan nilai defleksi pada sampel beban 0,25 kg dan jarak 50 mm untuk
tumpuan engsel-rol yaitu defleksi teori 0,177 mm dan defleksi aktual 0,28 mm.
Untuk tumpuan jepit-rol dengan sampel yang sama, nilai defleksi teori adalah
0,0382 mm dan nilai defleksi aktual adalah 0,08 mm. Sedangkan untuk tumpuan
jepit-jepit dengan sampel yang sama, nilai defleksi teori adalah 0,0251 mm dan
nilai defleksi aktual adalah 0,05 mm.

3.5.2

Saran

a. Karena tingkat ketelitian alat ukur yaitu dial indicator yang kurang baik
mengakibatkan nilai aktual dan nilai teori jauh berbeda oleh sebab itu akan lebih
baik bila dilakukan kalibrasi pada alat tersebut atau diganti dengan dial indicator
digital.
b. Sebaiknya dalam pengujian defleksi ini ditambahkan pengambilan data yang
lainnya seperti momen inersia agar kesalahan dalam perhitungan dapat
diminimalisir.
c. Diharapkan kedepannya dalam pengujian defleksi ini ada penambahan spesimen
yang digunakan, agar praktikan dapat membandingkan data dan perhitungan antar
spesimen.

Anda mungkin juga menyukai