Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS DEFLEKSI BENDA KERJA DITINJAU DARI KEDALAMAN

POTONG PADA PROSES BUBUT


Yeremia M. Sianturi1), Stenly Tangkuman2), Irfan Rondonuwu3)
Jurusan Teknik Mesin Universitas Sam Ratulangi
Jln. Kampus UNSRAT Bahu, Manado

ABSTRAK
Penelitian ini memiliki dua tujuan. Tujuan penelitian yang pertama, untuk
memperoleh hubungan defleksi benda kerja terhadap gaya potong dan jarak cekam. Tujuan
penelitian yang kedua, adalah, melakukan analisis meliputi parameter kedalaman
pemotongan dan variasi laju putaran pemotongan yaitu 300 rpm dan 1600 rpm
Hasil penelitian yang pertama, adalah bahwa semakin dalam kedalaman potong semakin
besar defleksi yang bisa terjadi. Hasil penelitian yang kedua, adalah perbedaan nilai
defleksi terhadap variasi laju putaran pemotongan. Nilai defleksi benda kerja,
menunjukkan penurunan yang kecil pada kecepatan putar 300 rpm terhadap 1600 rpm.
Namun, secara statistik nilai defleksi adalah konstan, karena nilainya memiliki variasi
yang kecil. Penelitian ini menunjukkan bahwa, pada kecepatan putar pemotongan yang
rendah, defleksi yang dihasilkan besar jika dibandingkan dengan kecepatan putar
pemotongan yang tinggi. Berdasarkan nilai defleksi, putaran pembubutan yang
direkomendasikan adalah 1600 rpm.
ABSTRACT
The purpose of this research is to obtain relations of workpiece’s deflection toward
cutting force related to gripping distance, and to analize deflection towards parameters of
the depth cutting and cutting rotation velocity at 300 rpm and 1600 rpm. The first result, is
the deflection of workpiece is getting larger by the depth of cutting is increases. The second
result, is the difference of deflection towards cutting rotation velocity variations. Number
of workpiece’s deflection, showed small reduction at 300 rpm towards 1600 rpm. However,
deflections numbers remain constant showed by the statistics data, because of the small
variation. This research showed that, at the low cutting velocity the workpiece’s deflection
is larger compare to high cutting velocity. Refer to deflection number, the recommended
cutting velocity is 1600 rpm.
Keywords: Depth of cutting, Deflection of workpiece, The lathe

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 172


I. PENDAHULUAN mesin bubut.
Mesin bubut adalah suatu mesin Penelitian pada mesin bubut
perkakas yang mempunyai gerakan telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya
utama berputar yang berfungsi untuk mahasiswa Teknik Mesin Universitas
mengubah bentuk dan ukuran benda Sam Ratulangi (UNSRAT), skripsi
kerja dengan cara meraut benda kerja tentang pengaruh variasi parameter
tersebut dengan suatu pahat potong, terhadap gaya pemotongan (Hindom. S,
posisi benda kerja berputar sesuai 2015). Dalam melanjutkan pelitian
dengan sumbu mesin dan pahat bergerak tersebut dan untuk mengetahui batas
ke kanan / kiri searah sumbu mesin bubut kedalaman potong yang dihubungkan
untuk melakukan pemotongan atau dengan kestabilan dari kondisi mesin
pemakanan. bubut, maka penelitian ini dilakukan
Ketika pemotongan pada proses untuk menganalisis defleksi meliputi
pembubutan mulai berlangsung, gaya paratemer kedalaman pemotongan dan
potong akan membesar. Dengan putaran pemotongan.
membesar gaya potong, tegangan geser
akan melampaui batas elastis (yield) 1.2 Rumusan Masalah
sehingga terjadi deformasi plastis yang Berdasarkan latar belakang
mengakibatkan terbentuknya geram. permasalahan yang diuraikan di
Dengan terjadinya deformasi atas, maka perumusan dalam
pada benda kerja tersebut maka akan penelitian ini adalah bagaimana
terjadi defleksi akibat gaya potong. analisis defleksi meliputi
Defleksi pada ujung bebas benda kerja kedalaman pemotongan dan
akan terus membesar seiring dengan putaran pemotongan.
pergerakan linier mata potong. Hal ini
akan mengakibatkan amplitude getaran
sehingga akan menimbulkan suara yang II. LANDASAN TEORI
melengking yang berasal dari pahat yang 2.1 Defleksi
memotong benda kerja sehingga pahat Defleksi adalah perubahan
menjadi aus, kualitas permukaan benda bentuk pada balok dalam arah y akibat
kerja rendah, laju produksi berkurang adanya pembebanan vertikal yang
dan mempercepat keausan komponen diberikan pada balok atau batang.

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 173


Deformasi pada balok secara sangat deformasi yang elastis, sehingga
mudah dapat dijelaskan berdasarkan modulus elastisitas menunjukkan
defleksi balok dari posisinya sebelum kecenderungan suatu material untuk
mengalami pembebanan. Defleksi berubah bentuk dan kembali lagi
diukur dari permukaan netral awal ke kebentuk semula bila diberi beban.
posisi netral setelah terjadi deformasi. Modulus elastis ( E ) dinyatakan dengan
Konfigurasi yang diasumsikan dengan rumus:
deformasi permukaan netral dikenal 
E (N/m2)
sebagai kurva elastic dari balok. Hal-hal 
yang mempengaruhi terjadinya defleksi 2.2.2 Momen Inersia Penampang

yaitu: Momen inersia suatu luasan

1. Kekakuan batang, elemen terhadap suatu sumbu di dalam

2. Besar kecilnya gaya yang diberikan, bidang luasan diberikan dengan produk

3. Jenis tumpuan yang diberikan, luasan elemen dan kuadrat jarak (tegak

4. Jenis beban yang terjadi pada batang. lurus) antara elemen dengan sumbu.

Ada beberapa metode yang Pada penelitian ini penampang benda

digunakan untuk menyelesaikan kerja adalah penampang lingkaran.

persoalan-persoalan defleksi antara lain:


1. Metode integrasi ganda (double 2.3 Mesin Bubut

integration) Mesin bubut merupakan salah

2. Metode luas bidang momen (momen satu jenis mesin perkakas. Prinsip kerja

area metod) pada proses turning atau lebih dikenal

3. Metode energy dengan proses bubut adalah proses

4. Serta metode superposisi. penghilangan bagian dari benda kerja


untuk memperoleh bentuk tertentu.

2.2 Modulus Elastisitas Material 2.3.1 Pemasangan Benda Kerja pada

dan Penampang Inersia Mesin Bubut

2.2.1 Modulus Elastisitas Material Pemasangan benda kerja pada mesin

Modulus elastisitas sering disebut bubut dapat dilakukan dengan berbagai

sebagai Modulus Young yang cara sesuai dengan bentuk benda serta

merupakan perbandingan antara tujuan pembentukan yang dihasilkan

tegangan dan regangan aksial dalam melalui proses pembubutan tersebut

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 174


Cara pemasangan benda kerja pada Dimana:
mesin bubut, adalah: d = Diameter benda kerja (mm)
1. Benda kerja dengan sistem cekam, n = putaran (rpm).
untuk pemasangan benda kerja pada Jika Daya potong diketahui dapat
mesin bubut dengan benda kerja ditentukan gaya potong dengan
yang pendek. kecepatan potong (kecepatan pahat
relatif terhadap benda kerja). Adapun
gaya potong tersebut dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan:
N c . (60)
Fc 
v
Dimana:
N c = Daya potong (W).

III. METODOLOGI
Gambar 1. Proses bubut (Rochim, 2007)
PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
2.3.2 Kecepatan Potong dan Gaya
Penelitian ini dilakukan di
Potong
Laboratorium Teknik Mesin Universitas
Benda kerja dipegang oleh
Sam Ratulangi (Unsrat). Dan waktu
pencekam yang dipasang di ujung poros
pelaksanaan mulai 25 Juli sampai
utama (spindel). Dengan mengatur
dengan 25 September 2020.
lengan pengatur, yang terdapat pada
kepala diam, putaran poros utama (n)
3.2 Bahan dan Peralatan
dapat dipilih.
Dalam penelitian ini tidak
Gerak makan (f) yang tersedia
melakukan eksperimen, tetapi
pada mesin bubut bermacam-macam dan
melakukan analisis yang berdasarkan
menurut tingkatan yang telah
pada literatur.
distandarkan. Kecepatan potong
pembubutan dapat dihitung dengan
3.3 Prosedur Penelitian
persamaan:
Penelitian ini dilaksanakan
 .d .n
v secara sistematis dan struktur
1000

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 175


pelaksanaannya dengan prosedur benda kerja ( E ) = 200000 N/mm2
penelitian berikut. Kedalaman potong ( a ) = 0,25 mm
Mulai = 0,50 mm
= 1,00 mm
Studi Pustaka
Putaran ( n ) = 300 rpm
= 1600 rpm
Data
Pembubutan Daya potong, dari hasil pengujian
Rumus Defleksi diperoleh seperti pada Tabel 1.

Analisis
DAYA POTONG (W)
Tidak
Hasil? Kedalaman Putaran (n)
No
Ya Potong (a) 300 1600
Pembahasan dan Kesimpulan 1 0,25 836 1210
2 0,50 865 1254
3 1,00 851 1386
Laporan
Tabel 1. Daya potong hasil pengujian
n
Selesai
3.4.2 Pembubutan dan Pemasangan
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Benda Keja
Proses bubut yang dilakukan dalam
penelitian ini dengan kondisi
3.4 Pengolahan Data
pemasangan benda kerja dengan sistem
3.4.1 Sumber Data
cekam untuk membuat poros sederhana,
Sumber data yang diperolah
seperti diperlihatkan pada Gambar 3.
dalam penulisan ini adalah data sekunder
yang digunakan. Data tersebut sebagai
berikut:
Jenis material benda kerja = S 45 C
Diameter benda kerja ( d ) = 25
mm

Panjang pembubutan ( L ) = 100 mm


Gambar 3. Pemasangan benda kerja
Modulus elastis
sistem cekam

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 176


 2128,857 N
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN o Putaran 1600 rpm dengan

4.1 Hasil Pengamatan kedalaman potong 0,25 mm


(1210). (60)
4.1.1 Perhitungan Kecepatan dan Fc 
(125,664 )
Gaya Potong
 577,732 N
Perhitungan pemotongan dalam
penelitian ini, akan menentukan Hasil perhitungan gaya potong

kecepatan potong dan gaya potong pada putaran 300 rpm dan 1600 rpm untuk

pembubutan benda kerja. kedalaman potong lainnya dapat

 Kecepatan potong dilihat pada Tabel 2 dan 3.

Dari persamaan (2.4): 4.1.2 Diagram benda bebas dan


Momen Inersia Penampang Benda Keja
 .d .n
v
1000 Pembubutan benda kerja poros

Dapat dihitung: sederhana, sistem pembebanan yang


o Putaran 300 rpm akan dilakukan analisis seperti tampak

 .(25).(300) pada gambar 4.


v
1000
 23,562 m/menit
o Putaran 1600 rpm
 .(25).(1600)
v
1000
 125,664 m/menit
 Gaya potong
Dari persamaan (2.5):
N c . (60)
Fc 
v
Dapat dihitung:
o Putaran 300 rpm dengan Gambar 4. Diagram benda bebas Benda

kedalaman potong 0,25 mm Kerja dan Bidang Momen

(836). (60)
Fc 
(23,562 ) Dengan menggunakan
persamaan dari Tabel 2.1 untuk

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 177


penampang lingkaran, maka momen . Maka dengan menggunakan persamaan
inersia penampang benda kerja, dapat (4.2) yaitu dengan xL dapat
dihitung: ditentukan konstanta C1 :

I d4 EI ( x) 
1
Fc .x 2  C1
64 2

 .(24 4 ) EI (0) 
1
Fc .( L2 )  C1
64 2
 19174,760 mm4.
1
C1   Fc .L2
2
4.2 Hasil Pengolahan Data
Kemudian integrasi sekali lagi terhadap
4.2.1 Defleksi pada Benda Kerja
x untuk persamaan (4.1), diperoleh
Dari Gambar 4.1, bahwa gaya
1
reaksi di titik A ( R A ) sama dengan gaya EI y  Fc .x 3  C1 x  C 2
6
potong ( Fc ) maka momen reaksi di titik Masukkan konstanta C1 pada persamaan
A dapat dihitung: (4.3):
M A  Fc .L 1 1
EI y  Fc .x 3  Fc .L2 x  C 2
6 2
Sedangkan momen reaksi dengan jarak
x: Dengan y A x  L  0 dan x  L dapat

M x   Fc .x ditentukan konstanta C2 :

Dari persamaan (2.1) untuk


1
menyelesaikan defleksi pada poros C 2  Fc .L3
3
dengan metode integrasi ganda
Masukkan konstanta C2 pada
diketahui:
persamaan (4.4):
 dy  1
EI    Fc .x 2  C1 Karena
 dx  2 EI y 
1 1 1
Fc .x 3  Fc .L2 x  Fc .L3
6 2 3
dy
  , maka: Pada x  0 diperoleh defleksi benda
dx
1 kerja pembubutan:
EI ( x)  Fc .x 2  C1
2 1 1 1
EI y B  Fc .(0) 3  Fc .L2 (0)  Fc .L3
Harga C1 dan C2 diperoleh dari kondisi 6 2 3

batas untuk x  L , kondisi tersebut Fc .L3


yB 
3.EI
adalah  A x  L  0 dan y A x  L  0

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 178


Berdasarkan Rumus (4.5) dan (4.6), 3 1,00 851 2166,205 0,188
didapatkan hal-hal sebagai berikut
1. Semakin besar kedalaman Tabel 3. Variasi kedalaman potong
potong, defleksi semakin besar. terhadap defleksi benda kerja
pada proses bubut putaran 1600 rpm
2. Semakin kecil jarak x, semakin
Kedalaman Daya Gaya Defleksi
kecil defleksi. No Potong Potong Potong yB
Dapat dihitung: a (mm) N c (W) Fc (N) (mm)
o Putaran 300 rpm dengan kedalaman 1 0,25 1210 577,732 0,050
potong 0,25 mm 2 0,50 1254 598,741 0,052
𝑦𝐵 3 1,00 1386 661,766 0,058
(2128,857 ). (100)3
=
3. (200000). (19174,760 )
4.2.2 Pengaruh Kedalaman Potong
 0,185 mm
Terhadap Defleksi Benda Kerja
Hubungan kedalaman potong
o Putaran 1600 rpm dengan kedalaman dengan defleksi benda kerja proses
potong 0,25 mm bubut, sebagai berikut:
𝑦𝐵 1. Putaran 300 rpm
3
(577,732). (100)
= PUTARAN 300 rpm
3. (200000). (19174,760 ) 0.192
 0,050 mm. 0.191

Hasil perhitungan defleksi putaran 0.190 Defleksi (mm)


0.189
300 rpm dan 1600 rpm untuk
0.188
kedalaman potong lainnya dapat 0.187
dilihat pada Tabel 2 dan 3. 0.186
0.185
0.184
Tabel 2. Variasi kedalaman potong
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25
terhadap defleksi benda kerja Kedalaman Potong (mm)
pada proses bubut putaran 300 rpm
Gambar 5. Grafik kedalaman potong
Kedalaman Daya Gaya Defleksi
Potong Potong terhadap defleksi putaran 300 rpm
No Potong yB
a (mm) N c (W) Fc (N) (mm) 2. Putaran 1600 rpm
1 0,25 836 2128,857 0,185
2 0,50 865 2203,553 0,192

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 179


Tabel 4. Presentase perbedaan defleksi
PUTARAN 1600 rpm
0.058 benda kerja
0.057
Defleksi y B Presentas
0.056
Kedalama (mm) e
0.055
n Potong Putaran Putaran Perbedaa

Defleksi (mm)
0.054 a (mm) 300 1600 n
0.053 rpm rpm (%)
0.052 0,25 0,185 0,050 72,862
0.051
0,50 0,192 0,052 72,828
0.050
0.049 1,00 0,188 0,058 69,450
0.00 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25
Kedalaman Potong (mm)

Gambar 6. Grafik kedalaman potong Dari Tabel 4. dapat dibuatkan

terhadap defleksi putaran 1600 rpm grafik hubungan perbedaan putaran


dengan defleksi benda kerja pada proses

Dari Gambar 5 dan 6 bubut, seperti diperlihatkan pada

memperlihatkan baik pada putaran 300 Gambar 7 dan presentase perbedaannya

rpm maupun putaran 1600 rpm pada Gambar 8.

pengaruh kedalaman potong terhadap


defleksi benda kerja pada proses bubut. Putran 300 rpm Putaran 1600 rpm
0,225
Pada kedalaman potong yang besar
0,200
defleksi benda kerja pada proses bubut 0,175
Defleksi (mm)

0,150
meningkat.
0,125
0,100
0,075
4.2.3 Pengaruh Perbedaan Putaran
0,050
Terhadap Defleksi Benda Kerja 0,025

Data pada Tabel 2 dan Tabel 3 0,000


0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25
digabungkan dengan presentase Kedalaman Potong (mm)

perbedaan defleksi benda kerja untuk Gambar 7. Grafik perbedaan putaran


putaran 300 rpm dengan 1600 rpm, terhadap defleksi benda kerja
diperlihatkan pada Tabel 4..

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 180


lebih besar dari pada putaran tinggi,
74,000
Prosentase Perbedaaan (%)

berdasarkan nilai defleksi, putaran


73,000
pembubutan yang direkomendasikan
72,000
adalah 1600 rpm.
71,000 Pada tabel 4 dan Gambar 8 didapati

70,000 bahwa terdapat perbedaan defleksi


benda kerja pada proses bubut, secara
69,000
0,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 numerik ada penurunan sedikit, tapi
Kedalaman Potong (mm)
secara statistik ada kemungkinan
Gambar 8. Grafik presentase perbedaan konstan (sekitar 72%) karena nilai
defleksi benda kerja variasi kecil, perlu penelitian lanjut
tentang hal ini.
Dari Gambar 8, terlihat bahwa
perbedaan defleksi benda kerja pada V. PENUTUP
proses bubut, Secara numerik ada 5.1 Kesimpulan
penurunan sedikit, tapi secara statistik Dari penelitian ini dapat diambil
ada kemungkinan konstan (sekitar 72%) kesimpulan sebagai berikut :
karena nilai variasi kecil, perlu penelitian 1. Hubungan defleksi benda kerja
lanjut tentang hal ini. terhadap gaya potong dan jarak dari
pencekam telah diperoleh.
4.3 Pembahasan 2. Analisis defleksi meliputi paratemer
Pembahasan dari penelitian ini kedalaman pemotongan dan putaran
adalah sebagai berikut. Pengaruhnya pemotongan adalah sebagai berikut,
variasi kedalaman potong, baik untuk a) Pengaruhnya variasi kedalaman
putaran 300 rpm maupun 1600 rpm potong, baik untuk putaran 300
terhadap defleksi benda kerja pada rpm maupun 1600 rpm terhadap
proses bubut. Kedalaman potong defeleksi benda kerja pada proses
membesar defleksi benda kerja bubut. Kedalaman potong
meningkat. membesar defleksi benda kerja
Pada tabel 2 dan tabel 3 meningkat.
ditunjukkan bahwa pada putaran rendah b) Perbedaan defleksi benda kerja
defleksi benda kerja pada proses bubut pada putaran 300 rpm terhadap

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 181


putaran 1600 rpm, secara numerik pengaruhnya terhadap defleksi benda
ada penurunan sedikit, tapi secara kerja.
statistik ada kemungkinan
konstan (sekitar 72%) karena nilai DAFTAR PUSTAKA
variasi kecil, perlu penelitian Hindom, S, Poeng, R, Lumintang, R,
lanjut tentang hal ini. 2015. Pengaruh Variasi
c) Hasil penelitian ini menunjukkan Parameter Proses Pemesinan
bahwa pada putaran rendah, Terhadap Gaya Potong pada
defleksi benda kerja lebih besar Mesin Bubut KNUTH DM 1000
dibandingkan dengan defleksi A, Jurnal Online Poros Teknik
pada putaran tinggi. Mesin Unsrat Vol.4. No.1.
d) Berdasarkan nilai defleksi, Hutahaen, Y.R. 2014, Mekanika
putaran pembubutan yang Kekuatan Material Tingkat
direkomendasikan adalah 1600 Lanjut, Graha Ilmu, Yogyakarta.
rpm. Kiling, F, Tangkuman, S, Luntungan, H,
5.2 Saran 2016. Analisis Defleksi Akibat
Saran yang dapat disampaikan BebaN Angin pada Bejana Tekan
oleh peneliti adalah sebagai berikut: Vertikal di Kelurahan Sagerat
1. Perlu dilakukan penelitian lebih Kota Bitung, Jurnal online poros
lanjut dengan menggunakan lebih Teknik Mesin Universitas Sam
dari 12 data sehingga diperoleh hasil Ratulangi, vol.5 no.2.
yang akurat secara statistik. Malendes, N, Tangkuman, S,
2. Sebaiknya dilakukan dengan Arungpadang, T, 2016. Analisis
beberapa jenis material, sehingga Kekuatan Poros Landing Gear
dapat diketahui perbandingan atau Pesawat N-219, Jurnal online
pengaruh jenis material terhadap poros Teknik Mesin Universitas
defleksi benda kerja pada proses Sam Ratulangi, vol.5 no.2.
bubut. Mamoto, R, Tangkuman, S, Rembet, M,
3. Untuk pengembangan penelitian 2017. Metode Prediksi Berbasis
lebih lanjut dianjurkan menggunakan Grey Model untuk Prognosis
sistem pemasangan benda kerja Perambatan Retak, Jurnal online
lainnya sehingga dapat diketahui poros Teknik Mesin Universitas

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 182


Sam Ratulangi, vol.6 no.2.
Manulang, E, Tangkuman, S, Maluegha,
B, 2016. Analisis Tegangan pada
Bejana Tekan Vertikal
13ZL100040291 DI PT. Aneka
Gas Industri, Jurnal online poros
Teknik Mesin Universitas Sam
Ratulangi, vol.5 no.2.
Mustofa, G, Tangkuman, S, Luntungan,
H, 2018. Simulasi Kinematika
Mekanisme Lengan Backhoe
Excavator, Jurnal online poros
Teknik Mesin Universitas Sam
Ratulangi, vol.7 no.1.
Poeng, R. 2014. Proses Pemesinan,
Bahan Kuliah Proses Manufaktur
II, Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Priambodo, B. 1981. Teknologi
Mekanik, Erlangga Jakarta.
Rochim, T. 2007. Klasifikasi Proses
Gaya dan Daya Pemesinan,
Institut Teknologi Bandung.
Wahab, R, Tangkuman, S,
Arungpadang, T, 2017. Analisis
Kelelahan Axle Shaft Truk
ISUZU ELF 125 PS, Jurnal
online poros Teknik Mesin
Universitas Sam Ratulangi, vol.6
no.2.

Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 9 Nomor 2 183

Anda mungkin juga menyukai