Anda di halaman 1dari 8

Studi Eksperimen Kecepatan Putar Spindle Dan Kedalaman Potong Terhadap Getaran Pahat Dan

Tingkat Kekasaran Pada Proses Pembuatan Poros Menggunakan Mesin Bubut

Rendi Alfianto
S1 Teknik Mesin Manufaktur, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
e-mail : rendialfianto@mhs.unesa.ac.id

Diah Wulandari
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya
e-mail: diahwulandari@unesa.ac.id

Abstrak
Penelitian ini yang diteliti adalah pengaruh kecepatan putar spindle dan kedalaman potong terhadap getaran
pahat dan tingkat kekasaran pada proses pembuatan poros menggunakan mesin bubut. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, peneliti mengkontrol variabel bebas, dalam arti bahwa peneliti
mendesain dan mengatur perlakuan kelompok eksperimental dan kelompok kontrol. Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu vriasi kecepatan putar spindle (130 Rpm, 370 Rpm, dan 630 Rpm) dan
kedalaman potong (1 mm, 1,5 mm, dan 2 mm). Dari hasil pengujian ini, didapatkan bahwa getaran pahat dan
tingkat kekasaran permukaan yang baik didapat pada kecepatan putar spindle 130 Rpm dengan kedalaman
potong 1 mm yaitu sebesar 3,494 mm/s (Rms), dan tingkat kekasaran permukaan yang baik didapat pada
kecepatan putar spindle 630 Rpm dengan kedalaman potong 1 mm yaitu sebesar 1,999 µm. Sedangkan getaran
tertinggi didapat pada kecepatan putar spindle 630 Rpm dengan kedalaman potong 2 mm yaitu sebesar 14,711
mm/s (Rms) dan tingkat kekasaran permukaan yang tertinggi didapat pada kecepatan putar spindle 130 Rpm
dengan kedalaman potong 2 mm yaitu sebesar 8,443 µm.
Kata kunci : Kecepatan Putar Spindle, Kedalaman Potong, Getaran Pahat, Tingkat Kekasaran Permukaan.

Abstract
This study investigated the effect of spindle rotational speed and cutting depth on tool vibration and roughness
level in the shaft making process using a machining machine. The method used in this study is the experimental
method, the researcher controls the independent variables, in the sense that the researcher designs and regulates
the treatment of the experimental and control groups. The independent variables used in this study were vriation of
spindle rotational speed (130 Rpm, 370 Rpm, and 630 Rpm) and cutting depth (1 mm, 1.5 mm and 2 mm). From
the results of this test, it was found that the tool vibration and the level of surface roughness were good at the
spindle rotational speed of 130 Rpm with a depth of 1 mm which was 3.494 mm / s (Rms), and a good level of
surface roughness obtained at 630 Rpm spindle rotational speed with 1 mm cut depth which is equal to 1,999 µm.
While the highest vibration was obtained at the spindle rotational speed of 630 Rpm with a cutting depth of 2 mm
which was equal to 14.711 mm / s (Rms) and the highest level of surface roughness was obtained at spindle
rotational speed of 130 Rpm with a depth of 2 mm ie 8.443 µm.
Keywords : Spindle Rotation Speed, Depth Of Cut, Chisel Vibration, Surface Roughness Level

PENDAHULUAN menyayat benda kerja tersebut dengan suatu pahat


Proses permesinan merupakan hal penting yang ada di penyayat, posisi benda searah sumbu mesin bubut untuk
industri manufaktur, seperti halnya proses pembubutan. melakukan penyayatan atau pemakanan. (Hadimi. 2008).
Proses pembubutan adalah proses pemotongan benda Proses pemesinan pada mesin bubut adalah terjadinya
kerja dengan menggunakan mesin perkakas untuk gerak relatif antara pahat dan benda kerja akan
membuat bentuk silindris, ulir, pengeboran, maupun menghasilkan variasi chip yang berakibatkan pada
meratakan benda kerja yang terpasang pada spindle yang perubahan gaya, sehingga amplitudo getaran terus
berputar menggunakan alat potong (pahat) yang memiliki membesar dengan cepat. Amplitudo yang membesar akan
tingkat kekerasan di atas benda kerja. menimbulkan suara yang melengking yang berasal dari
Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang pahat yang memotong benda kerja. (Nur. 2011).
mempunyai gerakan utama berputar yang berfungsi untuk Pengaruh getaran yang terjadi pada mesin akan
mengubah bentuk dan ukuran benda kerja dengan cara menimbulkan hasil pengukuran yang diperoleh kurang

61
JTM.Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, Hal 61-68

tepat dan dapat merusak komponen mesin. Getaran digunakan dalam penelitian ini adalah metode
disebabkan oleh adanya eksitasi (bagian dari mesin yang eksperimental.
tidak seimbang) dari dalam maupun luar, sehingga efek
Mulai
getaran sangat tergantung dari frekuensi eksitasi tersebut.
Dalam meredam getaran yang terjadi dapat dilakukan
dengan cara memasang peredam dinamik atau memasang
tumpuan yang baik sesuai dengan frekuensi eksitasiya. Observasi Lapangan

Pada penelitian Makmur (2010) yang berjudul


“Analisa Pengaruh Kecepatan Potong Proses Pembubutan
Persiapan Alat Dan Bahan
Baja Amutit K 460 Terhadap Umur Pahat HSS”
menyatakan bahwa semakin tinggi harga kecepatan
potong (Vc), semakin pendek umur pahat tersebut, atau
Persiapan Setting Putaran Spindle Mesin Bubut Yang
semakin kecil harga kecepatan potong (Vc), semakin Akan Digunakan 130 Rpm, 370 Rpm, 630 Rpm (Sesuai
Tabel Pada Mesin Bubut), Kedalaman Potong 1 mm, 1,5
panjang umur pahat tersebut. mm, 2 mm.
Dalam penelitian Hernadewita, dkk (2006) dalam
penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Kondisi
Pemotongan Benda Kerja (Panjang Penjuluran) Terhadap Proses Pembubutan

Kekasaran Permukaan Pada Mesin Bubut Gallic 16 N”


menyatakan bahwa kekasaran permukaan dipengaruhi
Membubut Rata Membubut Rata Membubut Rata
oleh kondisi pemotongan seperti panjang penjuluran, Dengan Kedalaman Dengan Kedalaman Dengan Kedalaman
besar feeding dan kedalaman potong yang diberikan. 1 mm 1,5 mm 2 mm

Sedangkan Sugondo, dkk (2008) yang berjudul “Studi


Pengaruh Kedalaman Pemakanan Terhadap Getaran
Dengan Menggunakan Mesin Bubut Chien Yeh Cy 800
Gf” menyimpulkan bahwa kedalaman potong Uji Getaran Pahat
Uji Kekasaran benda
Kerja
berpengaruh pada besarnya amplitudo getaran yang
terjadi. Pada penelitian yang dilakukan Amelia S, dkk Simpulan Dan
melakukan penelitian hanya pada variasi kedalaman Saran

pemotongan. Oleh karena itu penulis tertarik membahas


lebih dalam dengan variasi yang berbeda pada judul
proposal tugas akhir “Studi Eksperimen Kecepatan Putar Selesai

Spindle Dan Kedalaman Potong Terhadap Getaran Pahat


Dan Tingkat Kekasaran Pada Proses Pembuatan Poros Gambar 1 Diagram alur penelitian
Menggunakan Mesin Bubut”.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui Variabel Penelitian
pengaruh variasi kecepatan putar spindle dan kedalaman  Variabel Bebas
potong, terhadap getaran pahat pada proses pembuatan Variabel bebas adalah variabel yang faktornya
poros menggunakan mesin bubut. mengetahui pengaruh diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang
variasi kecepatan putar spindle dan kedalaman potong, disebabkan oleh variabel bebas. Variabel bebas dalam
terhadap tingkat kekasaran benda kerja pada proses penelitian ini adalah kecepatan putar spindle (130
pembuatan poros menggunakan mesin bubut. Rpm, 370 Rpm, dan 630 Rpm) dan kedalaman potong
(1 mm, 1,5 mm, 2 mm).
METODE
Jaedun (2011), Metode penelitian eksperimen pada  Variabel Terikat
umumnya digunakan dalam penelitian yang bersifat Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi
laboratoris. Namun, bukan berarti bahwa pendekatan ini atau yang menjadi akibat karena adanya variabel
tidak dapat digunakan dalam penelitian sosial, termasuk bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya yaitu
penelitian pendidikan. Ratminingsih (2010), Karakteristik getaran pada pahat dan tingkat kekasaran permukaan.
utama sebuah penelitian eksperimental adalah peneliti  Variabel Kontrol
mengkontrol variabel bebas, dalam arti bahwa peneliti Variabel kontrol yang dimaksud di sini adalah
mendesain dan mengatur perlakuan kelompok semua faktor yang dapat mempengaruhi getaran
eksperimental dan kelompok kontrol. Metode yang pada pahat dan tingkat kekasaran permukaan hasil
pembubutan, antara lain :
Studi Eksperimen Kecepatan Putar Spindle Dan Kedalaman Potong Terhadap Getaran Pahat Dan Tingkat Kekasaran
Pada Proses Pembuatan Poros Menggunakan Mesin Bubut

 Kecepatan putar spindle 130 Rpm, 370 Rpm, 630


Rpm.
 Kedalaman potong adalah 1 mm, 1,5 mm dan 2
mm.
 Bahan pahat yang digunakan adalah jenis pahat
HSS (High Speed Steel).
 Jarak ujung pahat dengan tumpuan pemegang
pahat.
 Ujung pahat disetel setinggi sumbu benda kerja
(setinggi centre putar).
Gambar 4 Komposisi kimia bahan
 Kecepatan pemakanan di setel otomatis.

Pelaksanaan Penelitian
Alat dan Bahan
 Prosedur Proses Bubut
 Mesin Bubut
Prosedur atau langkah-langkah pengerjaan
Mesin bubut yang dipakai dalam proses pemesinan ini
menggunakan mesin bubut dapat dilakukan sebagai
adalah mesin bubut konvensional yang terdapat di
berikut :
laboratorium teknik mesin Institut Teknologi Sepuluh
 Mempersiapkan bahan dan peralatan penelitian.
November.
 Benda kerja ST 42 dengan diameter 2 mm dan
panjang 100 mm.
 Mesin bubut konvensional.
 Pahat HSS (High Speed Steel).
 Jangka sorong denga ketelitian 0,05 mm.
 Alat uji getaran (Accelerometer arduino).
 Alat uji kekasaran permukaan (surface
roughnes tester).
 Melakukan setting mesin seperti berikut :
 Putaran spindel : Dengan putaran potong (v)
yang digunakan adalah 27 mm/min sesuai tabel
Gambar 2 Mesin Bubut Konvensional kecepatan putar maka didapat putaran spindel
dengan rumus : Putaran spindle ( )
 Pahat HSS
dimana : 344 rpm
Pahat yang digunakan adalah pahat HSS (High
Speed Steel). . Sehingga dari perhitungan
diatas didapatkan putaran spindel yang sesuai
dengan mesin bubut yang ada adalah 370 rpm.
 Kecepatan pemakanan (feeding) : 0,1026
Gambar 3 Pahat HSS
mm/rev sesuai tabel kecepatan pemakanan
pada mesin bubut yang digunakan.
 Bahan Penelitian
 Kedalaman potong yang digunakan dapat dihitung
Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan bahan material ST 42 dengan diameter dengan rumus : Kedalaman potong (a)
25 mm dam panjang 100 mm. Berikut gambar benda .
kerja ST 42.  Lakukan proses pembubutan dengan dimensi
sebagai berikut :

Gambar 5 Benda Kerja Sebelum Dibubut

63
JTM.Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, Hal 61-68

yang dilengkapi dengan transducer dan dilengkapi


dengan thermal printer. Traverse unit merupakan
sistem utama dari alat Roughness Tester. Komponen
ini berfungsi sebagai unit pengolah data. Pick up
ialah suatu komponen penjelajah yang dilengkapi
Gambar 6 Benda kerja setelah dibubut dengan transducer dengan jenis induktansi
variabel, dengan pemegang (holder) yang akan
 Pengujian Getaran dihubungkan dengan traverse unit. Pengolahan hasil
Pengujian getaran dilakukan menggunakan alat ukur pengukuran dengan menggunakan mikroprosesor
vibration meter, vibration meter merupakan alat untuk yang hasilnya ditampilkan pada sebuah LCD dalam
mengukur getaran yang dipasang pada alat atau mesin bentuk nilai numerik dari kekasaran dengan satuan
yang menghasilkan getaran dalam µm.
penggunaannya. Vibration meter juga merupakan alat Langkah-langkah pengujian kekasaran dapat
yang digunakan untuk mengukur gerakan bolak balik dilakukan sebagai berikut :
dari komponen mekanik suatu mesin sebagai reaksi  Siapakan Surface Roughness Tester yang sudah
dari adanya gaya yang dihasilkan oleh mesin tersebut. dikalibrasi dan benda kerja hasil pembubutan.
Langkah pengujian getaran dapat dilakukan sebagai  Benda kerja hasil proses pembubutan diletakkan
berikut : pada tempat penyangga V blok.
 Periksa bagian vibration meter, pastikan alat siap  Posisikan benda kerja dengan arah horizontal
digunakan dan tidak ada masalah, periksa bagian mengikuti pergerakan stylus.
sensor getaran, power ON/OFF, baterai.  Posisikan stylus sampai menyentuh permukaan
 Hidupkan vibration meter dengan menekan benda kerja yang akan diukur kekasarannya
tombol power ON/OFF. dan memposisikan pick holder sejajar dengan
 Colokkan kabel sensor pada alat vibration meter permukaan benda kerja.
ke laptop/PC.  Atur parameter nilai Ra dan panjang profil yang
 Tempelkan sensor pada bagian belakang pahat akan diuji.
dan atas pahat.  Lakukan pengukuran memanjang horizontal dari
 Periksa kembali apakah sensor berfungsi dengan ujung kanan ke ujung kiri.
benar dan bisa tersambung ke laptop/PC untuk  Catat hasil pengukuran kekasaran.
meanpilkan data getaran.  Lakukan kembali langkah 2 samapai 7 untuk
 Untuk pengujian selanjutnya kita tidak perlu mengukur kekasaran di titik yang berbeda.
mengubah setelan apapun, hanya tinggal melepas Berikut ini adalah titik pada benda kerja yang
benda kerja dari mesin bubut dan memasang akan diukur tingkat kekasarannya.
benda kerja selanjutnya yang akan diuji dengan
vibration meter.

Gambar 8 Titik Pengujian Kekasaran


Gambar 7 Sistem Pengujian Getaran
 Pengambilan Data
 Pengujian Kekasaran Pengambilan data dilakukan dengan melakukan
Alat yang digunakan untuk mengukur kekasaran percobaan variasi kecepatan putar spindle dan
permukaan benda kerja hasil proses pembubutan rata kedalaman potong. Tujuan utama dari penelitian ini
lurus adalah Roughness Tester. Alat ini terdiri dari yaitu mengetahui pengaruh variasi kecepatan putar
komponen-komponen berupa traverse unit, Pick up spindle dan kedalaman potong terhadap getaran pahat
Studi Eksperimen Kecepatan Putar Spindle Dan Kedalaman Potong Terhadap Getaran Pahat Dan Tingkat Kekasaran
Pada Proses Pembuatan Poros Menggunakan Mesin Bubut

dan tingkat kekasaran pada proses pembuatan poros Dari gambar 10. dapat dijelaskan bahwa perbedaan
menggunakan mesin bubut. kedalaman potong berpengaruh terhadap nilai getaran,
 Analisa Data dimana nilai rata-rata getaran (paling rendah) pada
Setelah data atau hasil yang berupa pengukuran kedalaman potong 1 mm yaitu sebesar 3,305 mm/s
getaran pahat dan tingkat kekasaran permukaan sudah (Rms), sedangkan untuk nilai rata-rata getaran
diperoleh, maka selanjutnya dilakukan analisis data. tertinggi (paling tinggi) terjadi pada kedalaman potong
Analisa data angka-angka yang berasal dari hasil 2 mm yaitu sebesar 4,275 mm/s (Rms).
pengukuran yang dilakukan dengan metode
kuantitatif, untuk menerjemahkan dalam bentuk 12
Kecepatan Putar Spindel 370 Rpm
10,655 11,178
deskripsi, hasil penelitian ditafsirkan dengan metode 11
10 10,850 10,931
8,760 10,593

Nilai Getaran mm/s (Rms)


kualitatif dan data diolah dengan program Excel. 9
8 7,892
8,748
7 8,206 Sampel 1
6 Sampel 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
4
Sampel 3

 Pengujian Getaran 3
2
1
0
1 mm 1,5 mm 2 mm
Kedalaman Potong

Gambar 12 Grafik pengukuran getaran pahat pada


kecepatan putar spindle 370 Rpm

Dari gambar 11. dapat dijelaskan bahwa perbedaan


kedalaman potong berpengaruh terhadap nilai getaran,
dimana nilai rata-rata getaran (paling rendah) pada
kedalaman potong 1 mm yaitu sebesar 8,206 mm/s
Gambar 9 Pengujian getaran pahat bubut (Rms), sedangkan untuk nilai rata-rata getaran
tertinggi (paling tinggi) terjadi pada kedalaman potong
 Pengujian Kekasaran 2 mm yaitu sebesar 11,178 mm/s (Rms).

Kecepatan Putar Spindel 630 Rpm


18
17
16 16,430
15 15,102
14 13,799 13,714
Nilai Getaran mm/s (Rms)

13 12,187 13,989
12 12,163 13,640
11 11,839
Sampel 1
10
9 Sampel 2
8
7 Sampel 3
Gambar 10 Pengujian Tingkat Kekasaran 6
5
4
Permukaan 3
2
1
0
 Grafik 1 mm 1,5 mm 2 mm

Kecepatan Putar Spindel 130 Rpm Kedalaman Potong


5
4,275
3,960 4,198
4 Gambar 13 Grafik pengukuran getaran pahat pada
Nilai Getaran mm/s (Rms)

3,735 4,041
3,441 3,696
3 3,305 3,570
Sampel 1
kecepatan putar spindle 630 Rpm
Sampel 2
2 Sampel 3
Dari gambar 12. dapat dijelaskan bahwa perbedaan
1 kedalaman potong berpengaruh terhadap nilai getaran,
0 dimana nilai rata-rata getaran (paling rendah) pada
1 mm 1,5 mm 2 mm
kedalaman potong 1 mm yaitu sebesar 11,839 mm/s
Kedalaman Potong
(Rms), sedangkan untuk nilai rata-rata getaran
Gambar 11 Grafik pengukuran getaran pahat pada tertinggi (paling tinggi) terjadi pada kedalaman potong
kecepatan putar spindle 130 Rpm 2 mm yaitu sebesar 16,430 mm/s (Rms).

65
JTM.Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, Hal 61-68

Kecepatan Putar Spindel 130 Rpm Kecepatan Putar Spindel 630 Rpm
12 5
11
10 10,079
3,803 3,907
8,768 4
Nilai Kekasaran (µm)

9 8,962
3,756

Nilai Kekasaran µm
8 3,758
7,269 7,225 3,439
7 3,077
6,624 6,288 3
6,251 2,716
6
5 Sampel 1 Sampel 1
4,611 2
4 Sampel 2 1,893 Sampel 2
3 Sampel 3
Sampel 3 1,388
2 1
1
0
1 mm 1,5 mm 2 mm 0
Kedalaman Potong 1 mm 1,5 mm 2 mm
Kedalaman Potong

Gambar 14 Grafik tingkat kekasaran permukaan pada Gambar 16 Grafik tingkat kekasaran pada kecepatan
kecepatan putar spindle 130 Rpm putar spindle 630 Rpm

Dari gambar 13. dapat dijelaskan bahwa perbedaan Dari gambar 15. dapat dijelaskan bahwa perbedaan
kedalaman potong berpengaruh terhadap nilai tingkat kedalaman potong berpengaruh terhadap nilai tingkat
kekasaran permukaan, dimana nilai rata-rata kekasaran kekasaran permukaan, dimana nilai rata-rata kekasaran
terendah (paling rendah) tejadi pada kedalaman terendah (paling rendah) pada kedalaman potong 1
potong 1 mm yaitu sebesar 4,611 µm, sedangkan mm, dengan nilai rata-rata 1,388 µm, sedangkan untuk
untuk nilai rata-rata kekasaran tertinggi (paling tinggi) nilai rata-rata kekasaran tertinggi (paling tinggi) terjadi
terjadi pada kedalaman potong 2 mm yaitu sebesar pada kedalaman potong 2 dengan nilai rata-rata 3,907
10,079 µm. µm.

Kecepatan Putar Spindel 370 Rpm Perbandingan Getaran


6 16,000
Nilai Rata-rata mm/s (Rms)

5,667
5,206 5,069 14,000
5 13,640 13,714
12,000
4,428
4,336
4,675 11,839 10,593
10,000
Nilai Kekasaran (µm)

4 8,748 130 Rpm


4,197 8,000
3,634
3,493 7,892 370 Rpm
3 6,000
Sampel 1 4,041 630 Rpm
4,000
Sampel 2 3,305 3,690
2 Sampel 3 2,000
0,000
1 1 mm 1,5 mm 2 mm
Kedalaman Potong
0
1 mm 1,5 mm 2 mm
Kedalaman Potong Gambar 17 Grafik Perbandingan Getaran pahat

Gambar 15 Grafik tingkat kekasaran pada kecepatan Dari grafik diatas, proses pemotongan yang
putar spindle 370 Rpm menghasilkan getaran yang baik (paling rendah)
adalah proses pemotongan dengan kecepatan putar
Dari gambar 14. dapat dijelaskan bahwa perbedaan spindle 130 Rpm dengan kedalaman potong 1 mm
kedalaman potong berpengaruh terhadap nilai tingkat yaitu sebesar 3,305 mm/s (Rms), sedangkan untuk
kekasaran permukaan, dimana nilai rata-rata tingkat proses pemotongan yang menghasilkan getaran
kekasaran permukaan terendah (paling rendah) terjadi tertinggi (paling tinggi) adalah proses pemotongan
pada kedalaman potong 1 mm yaitu sebesar 3,493 µm, dengan kecepatan putar spindle 630 Rpm dengan
sedangkan untuk nilai rata-rata tingkat kekasaran kedalaman potong 2 mm yaitu sebesar 13,714 mm/s
permukaan tertinggi (paling tinggi) terjadi pada (Rms).
kedalaman potong 2 mm yaitu sebesar 5,667 µm. Jadi, dari grafik diatas dapat djelaskan bahwa
proses pemotongan dengan kecepatan putar spindle
130 Rpm dengan kedalaman potong 1 mm memiliki
getaran yang lebih baik (paling rendah) daripada
proses pemotongan dengan kecepatan putar spindle
630 Rpm dengan kedalaman potong 2 mm, dimana
pada proses pemotongan dengan kecepatan putar
spindle 630 Rpm dengan kedalaman potong 2 mm
memiliki getaran tertinggi (paling tinggi) daripada
Studi Eksperimen Kecepatan Putar Spindle Dan Kedalaman Potong Terhadap Getaran Pahat Dan Tingkat Kekasaran
Pada Proses Pembuatan Poros Menggunakan Mesin Bubut

proses pemotongan dengan kecepatan putar spindle pada proses pemotongan dengan kecepatan putar
130 Rpm dengan kedalaman potong 1 mm. Sehingga spindle 130 Rpm (semakin rendah kecepatan putar
pada proses pemotongan dengan kecepatan putar spindle) dengan kedalaman potong 2 mm (semakin
spindle 130 Rpm (semakin rendah kecepatan putar dalam kedalaman potong), maka akan menghasilkan
spindle) dengan kedalaman potong 1 mm (semakin tingkat kekasaran permukaan menjadi lebih tinggi.
rendah kedalaman potong), maka pahat akan menyayat
lebih ringan dan mengakibatkan getaran pahat lebih PENUTUP
rendah, sedangkan pada proses pemotongan dengan Simpulan
kecepatan putar spindle 630 Rpm (semakin tinggi Dari hasil penelitian dan pembahasan, simpulan yang
kecepatan putar spindle) dengan kedalaman potong 2 dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
mm (semakin dalam kedalaman potong), maka pahat  Dari variasi kecepatan putar spindle dan kedalaman
akan menyayat lebih berat dan mengakibatkan getaran potong terhadap getaran pahat pada proses pembuatan
pahat menjadi lebih tinggi. poros menggunakan mesin bubut, proses pemotongan
yang paling optimal menghasilkan tingkat getaran
Perbandingan Kekasaran pahat yang baik (paling rendah) adalah proses
7,000 6,288
6,251 pemotongan pada kecepatan 130 Rpm dengan
6,000
Nilai rata-rata (µm)

5,000 130 Rpm


kedalaman potong 1 mm dengan nilai getaran sebesar
4,611 4,197 4,675
4,000
3,077 3,439 370 Rpm 3,494 mm/s (Rms). Sedangkan proses pemotongan
3,493
3,000
630 Rpm yang paling optimal menghasilkan tingkat getaran
2,000
1,000
1,388 pahat yang tertinggi (paling tinggi) adalah proses
0,000 pemotongan pada kecepatan 630 Rpm dengan
1 mm 1,5 mm 2 mm
Kedalaman Potong
kedalaman potong 2 mm dengan nilai getaran sebesar
14,711 mm/s (Rms).
Gambar 18 Grafik Perbandingan Tingkat Kekasaran
 Dari variasi kecepatan putar spindle dan kedalaman
Permukaan
potong terhadap tingkat kekasaran permukaan pada
proses pembuatan poros menggunakan mesin bubut,
Dari grafik diatas, proses pemotongan yang
proses pemotongan yang paling optimal
menghasilkan tingkat kekasaran permukaan yang
menghasilkan tingkat kekasaran yang baik (paling
paling baik (paling rendah) adalah proses pemotongan
rendah) adalah proses pemotongan pada kecepatan
dengan kecepatan putar spindle 630 Rpm dengan
putar spindle 630 Rpm dengan kedalaman potong 1
kedalaman potong 1 mm yaitu sebesar 1,388 µm,
mm dengan nilai tingkat kekasaran sebesar 1,999 µm.
sedangkan untuk proses pemotongan yang
Sedangkan proses pemotongan yang paling optimal
menghasilkan tingkat kekasaran permukaan tertinggi
menghasilkan tingkat kekasaran permukaan yang
(paling tinggi) adalah proses pemotongan dengan
tertinggi (paling tinggi) adalah proses pemotongan
kecepatan putar spindle 130 Rpm dengan kedalaman
pada kecepatan putar spindle 130 Rpm dengan
potong 2 mm yaitu sebesar 6,288 µm.
kedalaman potong 2 mm dengan nilai tingkat
Jadi, dari grafik diatas dapat djelaskan bahwa
kekasaran sebesar 8,443 µm.
proses pemotongan dengan kecepatan putar spindle
630 Rpm dengan kedalaman potong 1 mm memiliki
Saran
tingkat kekasaran permukaan yang lebih baik (paling
Dari hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat
rendah) dibandingkan proses pemotongan dengan
diberikan sehubungan dengan hasil dan simpulan dari
kecepatan putar spindle 130 Rpm dengan kedalaman
penelitian ini adalah :
potong 2 mm, dimana pada proses pemotongan
 Sebagai bahan pertimbangan atau literatur untuk
dengan kecepatan putar spindle 130 Rpm dengan
proses produksi bahan bagi perusahaan maupun
kedalaman potong 1 mm memiliki tingkat kekasaran
umum.
permukaan tertinggi (paling tinggi) dibandingkan
 Perlu adanya penelitian lebih lajut untuk
proses pemotongan dengan kecepatan putar spindle
mengembangkan penelitian ini yaitu :
630 Rpm dengan kedalaman potong 2 mm. Sehingga
 Lebih memperhatikan variabel-variabel yang
pada proses pemotongan dengan kecepatan putar
dapat mempengaruhi getaran pahat dan tingkat
spindle 630 Rpm (semakin tinggi kecepatan putar
kekasaran permukaan pada proses pembuatan
spindle) dengan kedalaman potong 1 mm (semakin
poros. Misalnya variasi kecepatan potong,
rendah kedalaman potong), maka akan menghasilkan
kedalaman potong, proses pengujian, dan lain
tingkat kekasaran permukaan lebih rendah, sedangkan
sebagainya.

67
JTM.Volume 06 Nomor 02 Tahun 2018, Hal 61-68

 Selain itu perlu adanya perbedaan bahan yang Menggunakan Mesin Bubut Chien Yeh CY 800 Gf.
digunakan selain baja ST 42, dimana Makalah disajikan dalam Seminar Nasional – VII
pengaplikasian tetap sama yaitu pada poros. Rekayasa dan Aplikasi Teknik Mesin di Industri,
Bandung, 28-29 Oktober 2008.
DAFTAR PUSTAKA Susanto A, 2016. Analisis Kepadatan Pada Proses
Pelapisan Nikel Krom Dengan Variasi Kuat Arus
Efendi, Hoiri. 2014. Geometris Pahat Bubut, (Online), Dan Lama Pencelupan Baja St 42. Jurusan Teknik
(http://arudamkanateknik.blogspot.co.id/, diakses Mesin Vol. 4, No. 3, Surabaya, 287-296.
16 Februari 2017).
Hadimi. 2008. Pengaruh Perubahan Kecepatan Vierck, Robert K. 1995. Analisis getaran. Bandung:
Pemakanan Terhadap Kekasaran Permukaan Refika Aditama.
Pada Proses Pembubutan. Jurnal Ilmiah Semesta W. Seto, William. 1997. Getaran Mekanis. Jakarta:
Teknika, Vol. 11, No. 1, 18-28. Erlangga.
Hendra dan Hernadewita. 2006. Analisa Pengaruh Widarto, Dkk. 2008. Teknik Pemesinan. Jakarta:
Kondisi Pemotongan Benda Kerja (Panjang Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Penjuluran) Terhadap Kekasaran Permukaan Dan Menengah.
Pada Mesin Bubut Gallic 16N. Jurnal Teknik
Mesin. Vol. 3 (1): hal. 55-56.
Husein, Saddam. 2015. Pengaruh Sudut Potong
Terhadap Getaran Pahat Dan Kekasaran
Permukaan Pada Proses Bubut Mild Steel ST 42.
Skripsi tidak diterbitkan. Jember: Universitas
Negeri Jember.
Jaedun, Amat. 2011. Metode Penelitian Eksperimen.
Daerah Istimewa Yogyakarta: Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta,
Krar, Stephen F, Dkk. 1984. Technology Of Machine
Tools. Gregg Division, Mcgraw-Hill.
Kristianto, Hari. 2005. Mesin Bubut Standar dan
Perlengkapannya, (Online),
(http://diobubut.blogspot.co.id/, diakses 17
Februari 2017).
Laksono, Kisyani (Ed). 2014. Pedoman Penulisan
Skripsi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Makmur, H. 2010. Analisa Pengaruh Kecepatan Potong
Proses Pembubutan Baja Amutit K 460 Terhadap
Umur Pahat HSS. Jurnal Austenit. Vol. 1 (3): hal.
10.
Nur, Ichlas. 2011. Pengaruh Kecepatan Potong Terhadap
Getaran Mesin Perkakas. Jurnal poli rekayasa,
Vol. 6, No. 2.
Ratminingsih, Ni Made. 2010. Penelitian Eksperimental
Dalam Pembelajaran Bahasa Kedua. Jurusan
Pendidikan Bahasa Inggris. Jurnal Penelitian
eksperimental, Vol. 6, No. 11.
Rochim, Taufik. 2007. Teori & Teknologi Proses
Permesinan, Higher Education Development
Support Projet. Bandung: ITB.
Seleng, Kristian. 2010. Analisis Relasi Parameter
Pemotongan Baja St 43 Pada Mesin Bubut Gdw
Lz 350. Majalah Ilmiah Mektek Tahun. X No. 1.
Sugondo, Amelia Dkk. 2008. Studi Pengaruh Kedalaman
Pemakanan terhadap Getaran dengan

Anda mungkin juga menyukai