Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.

1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236

PENGARUH VARIASI KECEPATAN POTONG DAN KEDALAMAN PEMAKANAN


TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN DENGAN BERBAGAI MEDIA PENDINGIN
PADA PROSES FRAIS KONVENSIONAL

1
Hari Yanuar, Akhmad Syarief, Ach. Kusairi
1
Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Jalan A. Yani km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Email : ayiecastury@gmail.com

Abstrak, Proses frais adalah suatu proses pengurangan material untuk membentuk suatu produk dengan cara pahat
(cutter) berputar dan tiap giginya melakukan pemakanan serta meja mesin bergerak kekiri dan kekanan sehingga
material bergerak mengikuti gerakan meja, akibatnya terjadilah penyayatan atau pemotongan oleh pahat. Dalam proses
ini terdapat pengaruh hasil nilai kekasaran permukaan akibat dari penyayatan itu. Ada 2 metode frais yang dapat
dilakukan yaitu dengan cara frais vertikal dan horizontal. Selain itu pada proses frais ini bahan yang akan dilakukan
proses permesinan akan mempengaruhi kecepatan mesin dan pemakanan yang dilakukan oleh pahat. Bahan yang akan
diuji adalah ST-42 dengan media pendingin yang berbeda yaitu oli campur air 1:1 dan collant yang difrais
menggunakan pahat carbide, kemudian dilakukan proses frais dengan memvariasikan kecepatan potong 28,13 m/min,
41,1 m/min, dan 53,41 m/min, dan tebal pemakanan 0,1 mm, 0,3 mm, dan 0,5 mm.. Dari hasil penelitian ini maka
kehalusan permukaan benda uji yang telah difrais untuk semua bahan yang digunakan pada pengujian dengan
menggunakan cutter carbide termasuk kedalam kategori nilai kekasaran yang ada pada standard yaitu N6 sampai
dengan N9 yang mempunyai nilai 0,8 µm sampai dengan 6,3 µm. Nilai kekasaran yang paling rendah didapat pada
penelitian ini adalah 0.67 µm dan yang tertinggi 4.83 µm.

Kata Kunci : Kecepatan potong, tebal pemakanan, kekasaran, media pendingin, kabrida.

Abstract, Milling process is a process of reduction of material to form a product by a cutter rotates and each teeth do
ingestion and the machine tabel move to the left or right so that moving objects follow the movements of the tabel, as a
result there was slice or cut by a chisel. In this process there is an influence on the results of roughness value as a result
of that slice. There are two methods milling process to do that is by vertical and horizontal. In addition to this milling
process materials that will be machining process will affect the engine speed and ingestion by a chisel. Materials to be
tested was ST 42 stell with cooling different is water mixed oil 1 : 1 and coolant milling using carbide chisel, milling
process is then performed by varying the cutting speed 28.13 m/min; 41.1 m/min; 53.41 m/min and thickness 0.1 mm;
0.3 mm; 0.5 mm. From these results the surface smoothness of the specimen which has milling for all materials used in
the test using a carbide cutter belonging to the category of surface rougness values that exist on the standard of
between N6 to N9 which has had a value of 0,8 µm up 6,3 µm. the lowest rougness value that can be achieved in this
experiment is 0.67 µm and the highest 4.83 µm.

Key Words: Cutting speed, Thickness feeding, Rougness, Cooling, Carbide

PENDAHULUAN

Bagi teknisi di bidang pengerjaan logam dan pengerjaan logam dengan menggunakan mesin frais,
mahasiswa pada jurusan teknik mesin, frais telah antara lain kecepatan spindel, kedalaman pemakanan,
dikenal fungsi dan perannya untuk membuat komponen kondisi mesin, bahan benda kerja, bentuk pahat
potong, dan operator.
dari bermacam-macam mesin. Pada dasarnya setiap
pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas Kualitas permukaan potong tergantung kepada
(kekasaran permukaan) yang berbeda-beda, tergantung kondisi pemotongan (cutting condition), adapun yang
dari fungsinya. Kualitas permukaan hasil frais dapat dimaksud dengan kondisi pemotongan di sini antara
dilihat dari kekasaran lain adalah besarnya kecepatan spindel dan kedalaman
pemakanan (depth of cut).
permukaannya. Makin halus permukaannya makin baik
pula kualitasnya, sehingga cukup beralasan juga Kedalaman pemakanan merupakan salah satu
apabila kekasaran permukaan hasil frais perlu hal yang dapat mempengaruhi hasil pengerjaan pada
diperhatikan dan dicari solusi untuk mendapatkan frais. Kualitas permukaan tergantung pada kondisi
tingkat kekasaran yang sehalus mungkin. Ada beberapa pemotongan, dengan pemakaian standarisasi kecepatan
faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan pada potong dan feeding kemungkinan akan didapat hasil
kerataan yang sesuai.

27|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236

Menurut penelitian Dicky Seprianto (2009)


pada proses frais bahan yang akan dilakukan pada
proses permesinan akan mempengaruhi kecepatan
mesin dan pemakanan yang dilakukan oleh pahat pada
tiap giginya.
Menurut penelitian Misbachudin (2011) Ada
pengaruh kecepatan potong terhadap nilai kekasaran
permukaan pada baja ST 37 pada kecepatan spindle
400 rpm, 670 rpm, dan 920 rpm, dan tebal pemakanan
0.1 mm, 0.3 mm, 0.5 mm, dimana semakin tinggi Gambar 2. Tiga klasifikasi proses frais : (a) Frais
kecepatan potong yang digunakan maka nilai periperal (slab milling) (b) frais muka (face milling),
kekasaran akan semakin kecil atau semakin halus. dan (c) frais jari (end milling)
Demikian juga dengan peneliti Ristanto,
Bambang., 2006, mengatakan bahwa semakin besar Parameter yang dapat diatur adalah parameter
feeding yang digunakan semakin besar nilai kekasaran yang dapat langsung diatur oleh operator mesin ketika
yang dihasilkan. sedang mengoperasikan mesin frais. Seperti pada
Dari latar belakang masalah tersebut perlu mesin bubut, maka parameter yang dimaksud adalah
diadakan penelitian yang berhubungan dengan tingkat putaran spindel (n), gerak makan (f), dan kedalaman
kekasaran hasil proses frais, dengan mengambil judul potong (a). Putaran spindel bisa langsung diatur dengan
“Pengaruh Variasi Kecepatan Potong Dan Kedalaman cara mengubah posisi handle pengatur putaran mesin.
Pemakanan Terhadap Kekasaran Permukaan Dengan Gerak makan bisa diatur dengan cara mengatur handle
Berbagai Media Pendingin Pada Proses Frais gerak makan sesuai dengan tabel f yang ada di mesin.
Konvensional” Gerak makan (Gambar 4) ini pada proses frais ada dua
macam yaitu gerak makan per gigi (mm/gigi), dan
Proses Mesin Frais (Milling) gerak makan per putaran (mm/putaran). Kedalaman
proses pemesinan frais (milling) adalah proses potong diatur dengan cara menaikkan benda kerja, atau
penyayatan benda kerja menggunakan alat potong dengan cara menurunkan pisau.
dengan mata potong jamak yang berputar. Proses
penyayatan dengan gigi potong yang banyak yang
mengitari pisau ini bisa menghasilkan proses
pemesinan lebih cepat. Permukaan yang disayat
biasanya berbentuk datar, menyudut, atau melengkung.
Permukaan benda kerja bisa juga berbentuk kombinasi
dari beberapa bentuk. Mesin yang digunakan untuk
memegang benda kerja, memutar pisau, dan
penyayatannya disebut mesin frais (milling machine).

Gambar 3. Gambar jalur pisau frais menunjukkan


perbedaan antara gerak makan per gigi (ft) dan gerak
makan per putaran (fr)

Elemen dasar proses frais hampir sama dengan


elemen dasar proses bubut. Elemen diturunkan
berdasarkan rumus sebagai berikut.

Gambar 1. Skematik dari gerakan-gerakan dan


komponen- komponen dari a) Mesin frais vertikal tipe
column and knee, dan (b) Mesin frais horizontal tipe
column and knee.

Proses frais dapat diklasifikasikan dalam tiga


jenis. Klasifikasi ini berdasarkan jenis pisau, arah
penyayatan, dan posisi relatif pisau terhadap benda
kerja Gambar 4. Gambar skematis proses frais vertikal

Keterangan:
W = Lebar pemotongan (mm)
lw = Panjang pemotongan (mm)
lt = lv + lw + ln (mm)
28|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236

a = Kedalaman potong (mm) Bahan merupakan faktor yang ikut


menentukan kualitas hasil frais, hal ini berkaitan
Pisau frais: dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh bahan itu
d = Diameter luar (mm) sendiri, seperti : sifat keras, lunak, liat, dan lain-
z = Jumlah gigi/mata potong lain. Sifat yang paling dominan terdapat dalam
Xr = Sudut potong utama (900)untuk pisau frais suatu bahan adalah sifat keras, dimana tingkat
selubung kekasaran bahan sangat bervariasi dengan
kandungan kadar karbon (C) dalam bahan tersebut.
Mesin frais: Untuk tiap tingkat kekerasan bahan tersebut, apabila
n = Putaran poros utama (rpm) dikerjakan pada mesin-mesin produksi termasuk
vf = Kecepatan makan (mm/putaran) pada frais akan memiliki tingkat kualitas permukaan
yang berbeda-beda pada masing-masing tingkat
1. Kecepatan potong (cutting speed) : kekerasan bahan tersebut
Kecepatan potong merupakan kecepatan 2. Pahat
pemakanan pahat dalam satuan m/menit atau Dalam proses pemotongan pahat frais
ft/menit. merupakan perkakas terpenting dari mesin frais
yang fungsinya untuk menyayat benda kerja
sehingga menjadi produk dengan bentuk dan ukuran
(m/menit) ……… (1) serta mutu permukaan sesuai yang direncanakan.
Dalam proses pemotongan, pahat potong bergerak
2. Gerak makan per gigi relatif terhadap benda kerja dan membuang
Merupakan kecepatan linier pahat sepanjang benda sebagian dari material benda kerja yang lazim
kerja dalam satuan mm/menit atau inci/menit. disebut tatal, sedangkan bagian dari pahat potong
yang makan kedalam material benda kerja disebut
(mm/menit) …… (2) elemen pemotongan ( cutting elemen ). Adapun
sifat-sifat bahan yang harus dipenuhi untuk setiap
bahan pahat adalah mempu menahan pada
3. Waktu potong pelunakan yang tinggi, harus lebih keras dari benda
Waktu potong merupakan waktu yang diperlukan kerja dan mempunyai ketahanan yang tinggi untuk
untuk melakukan penyayatan sepanjang benda kerja mengatasi retakan.
dalam satuan detik atau menit.
(menit) …….. (3) 3. Pendingin
Pendingin adalah suatu proses untuk
Di mana : lt = l0 + lv + lw mendinginkan panas yang terjadi akibat dua benda
saling bergesekan, syarat-syarat pendingin sendiri
4. Kecepatan penghasilan beram meliputi :
Kecepatan penghasilan beram merupakan volume a) Mempunyai daya dingin yang baik
material yang terbuang per satuan waktu dalam b) Mempunyai daya lumas yang baik
c) Mempunyai sifat netral terhadap benda kerja
satuan cm3/menit atau inci3/menit.
yakni menimbulkan karat ( korosi )
d) Tidak menganggu kesehatan
cm3/menit ………. (4) e) Tidak cepat memuai.
Keuntungan menggunakan cairan pendingin
Rumus-rumus (1 sampai 4) tersebut digunakan untuk adalah sebagai berikut :
perencanaan proses frais. a) Membuat pahat potong tidak cepat tumpul
b) Untuk mendinginkan pahat potong, maka
Hasil frais adalah benda kerja yang dihasilkan
kecepatan potong yang lebih tinggi digunakan
setelah mengalami perlakuan pada mesin frais yang
dan waktu yang dibutuhkan dalam proses
meliputi pengurangan ukuran-ukuran karena
permesinan menjadi lebih singkat
pemakanan yang dilakukan oleh pahat. Hasil frais
c) Permukaan hasil proses permesinan akan
dapat dikatakan baik atau buruk didasarkan oleh dua
semakin baik dan ketepatan ukuran dapat
faktor, yaitu ketepatan pada ukuran-ukurannya
tercapai.
(kepresisian) dan tingkat kualitas permukaan yang
4. Tebal Pemakanan
dihasilkan. Melihat kedua faktor tersebut maka hasil
Pemakanan adalah jarak yang ditempuh oleh
frais dapat dikatakan baik apabila benda yang
pahat penyayat ketika langkah pemakanan
dihasilkan sesuai dengan ukuran yang dikehendaki dan
berlangsung. Ketebalan pemakanan merupakan
permukaan benda kerja mempunyai tingkat kekasaran
besaran yang menunjukan seberapa tebal
yang rendah (halus).
penyayatan saat melakukan pemakanan.
Adapun hal-hal yang mempengaruhi tingkat 5. Kecepatan Potong
kekasaran hasil frais antara lain : Kecepatan potong merupakan kecepatan
pemakanan pahat dalam satuan m/menit atau
1. Bahan ft/menit
29|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236

Kekasaran permukaan adalah salah satu METODE PENELITIAN


penyimpangan yang disebabkan oleh kondisi potongan
dari proses permesinan. Oleh karena itu, untuk Penelitian ini dilakukan pada workshop
memperoleh produk bermutu berupa tingkat universitas lambung mangkurat prodi teknik mesin,
kepresisian yang tinggi serta kekasaran permukaan yang berlokasi di banjarbaru. Waktu penelitian ini
yang baik, perlu didukung oleh proses permesinan dilakukan mulai tanggal 16 maret 2012 sampai 30 juni
yang tepat 2012.
Spesifikasi benda uji yang digunakan dalam
Tabel 1 Nilai kekasaran yang dicapai oleh beberapa eksperimen ini adalah sebagai berikut:
cara pengerjaan a) Bahan yang digunakan adalah as baja karbon
rendah St 42
b) Panjang 50 mm, diameter 40 mm
c) Pahat frais karbida
d) Oli SAE 40 dicampur dengan air berbanding 1:1
sebagai media pendingin
e) Coolant sebagai media pendingin
f)

40 mm

50 mm

Gambar 6. Baja ST 42

Spesifikasi alat yang digunakan dalam


Pengukuran adalah suatu proses mengukur atau pengujian ini adalah sebagai berikut:
menilai kualitas sesuatu yang belum diketahui dengan a) Mesin frais
cara membandingkan, dengan acuan standar atau b) Pahat frais karbida
menguji dengan suatu alat. Pada dasarnya ada dua c) Jangka sorong
metode pokok pengukuran yaitu pengukuran langsung d) Cooling : Ada 2 media pendingin yang dipakai
dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung yaitu,
adalah pengukuran yang dilakukan secara langsung o Oli SAE 40 dicampur dengan air berbanding
dengan membandingkan sesuatu atau benda dengan 1:1
besaran atau ukuran standar. Pada pengukuran o Coolant
langsung hasil pengukurannya dapat dibaca langsung e) Kuas
pada alat ukur yang digunakan, beberapa alat ukur f) Kunci L
tersebut adalah surface taster dan dial indikator. g) Surface tester
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran yang
menggunakan sistem kalibrasi dimana tidak digunakan 1. Proses frais
standar ukuran secara langsung namun melibatkan a) M
beberapa komponen pengukuran yang merupakan satu emeriksa kondisi mesin
sistem pengukuran. b) M
empersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan
dan benda kerja.
c) M
engukur benda kerja dengan menggunakan
jangka sorong dan menghaluskan sedikit
permukaannya dengan menggunakan kikir
d) M
embersihkan ragum dan benda kerja dari
serpihan beram agar tidak mengganjal sewaktu
dijepit.
e) Jarak panjang overhang pada holder 25 mm, apa
bila benda kerja tidak sampai bawah holder
Gambar 5. Surface tester (ragum) maka gunakan sim agar dasar
pencekaman tidak miring.

30|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236

f) Melakukan pencekaman dan penyenteran benda HASIL DAN PEMBAHASAN


kerja pada meja frais. 
g) Memasangan pahat frais. Grafik Hasil Pengujian
h) Mengatur putaran spindel sesuai variasi Data hasil yang diperoleh dari frais untuk banda
pengujian. uji St 42 dengan media pendingin air campur oli
i) Mencari titik permukaan/titik nol dan kemudian 1:1, diperoleh grafik hubungan antara kecepatan
Mengatur kedalaman pemakanan. potong terhadap kekasaran dengan variasi tebal
j) Melakukan pemakanan. Saat pemakanan pemakanan 0.1 mm, 0.3 mm, dan 0.5 mm. Dapat
dilakukan, mata pahat dan benda kerja diberi dilihat pada gambar 6 di bawah ini
media pendingin yaitu :
k) Oli SAE 40 dicampur dengan air berbanding
1:1, dan
l) coolant
m) Pengelompokan eksperimen.
2. Proses pengukuran
a) Menghidupkan surface tester dengan menekan
tombol on/off yang terdapat pada alat tersebut.
b) Melakukan kalibrasi dengan jalan
menggoreskan ujung stylus pada material
standar kekasaran yang diinginkan (spesifikasi).

Gambar 9. Grafik hubungan antara kecepatan potong


dan tebal pemakanan terhadap kekasaran pada benda uji
St 42 dengan (media pendingin air campur oli 1:1)
Hasil uji kekasaran pada media pendingin air
campur air 1:1 setelah proses frais dengan tebal
pemakanan 0.1 mm nilai kekasaran pada permukaan
pada kecepatan potong 28.13 m/min adalah 1.30 µm,
pada kecepatan potong 41.1 m/min adalah 0.93 µm,
pada kecepatan potong 53,41 m/min adalah 0.67 µm.
Untuk tebal pemakanan 0.3 mm nilai kekasaran
Gambar 7. Kalibrasi surface tester
permukaan pada kecepatan potong 28.13 m/min adalah
1.80 µm, pada kecepatan potong 41.1 m/min adalah
c) Setelah kalibrasi selesai akan dilakukan
1.32 µm, dan pada kecepatan potong 53.41 m/min
pengukuran dapat langsung dilaksanakan.
adalah 0.70 µm.
d) Menggerakkan stylus sepanjang benda kerja
Untuk tebal pemakanan 0.5 mm nilai kekasaran
yang diukur dengan menekan tombol start maka
permukaan pada kecepatan potong 28.13 m/min adalah
stylus akan melakukan gerakan pengukuran
2.40 µm, pada kecepatan potong 41.1 m/min adalah
secara otomatis.
1.78 µm, dan pada kecepatan potong 53.41 m/min
adalah 0,96 µm.
Sedangkan data hasil yang diperoleh dari frais
untuk banda uji St 42 dengan media pendingin
coolant, diperoleh grafik hubungan antara kecepatan
potong terhadap kekasaran dengan variasi tebal
pemakanan 0.1 mm, 0.3 mm, dan 0.5 mm. Dapat
dilihat pada gambar 7 di bawah ini.

Gambar 8 Pengukuran benda kerja

e) Melihat harga kekasaran yang tertera pada


monitor surface tester dan mencatat harga
kekasaran yang dihasilkan.
f) Melakukan kembali pengukuran tingkat kekasaran
pada tempat yang berbeda dan mencatat kembali Gambar 10. Grafik hubungan antara kecepatan potong
harga kekasaran yang didapat. dan tebal pemakanan terhadap kekasaran pada benda
uji St 42 dengan (media pendingin Coolant)

31|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236

Hasil uji kekasaran pada media pendingin


coolant setelah proses frais dengan tebal pemakanan
0.1 mm nilai kekasaran pada permukaan pada
kecepatan potong 28.13 m/min adalah 1.29 µm, pada
kecepatan potong 41.1 m/min adalah 1.25 µm, pada
kecepatan potong 53,41 m/min adalah 0.98 µm.
Untuk tebal pemakanan 0.3 mm nilai kekasaran
permukaan pada kecepatan potong 28.13 m/min adalah
2.93 µm, pada kecepatan potong 41.1 m/min adalah
2.09 µm, dan pada kecepatan potong 53.41 m/min Gambar 12 Grafik hubungan antara tebal pemakanan
adalah 1.23 µm. dan kecepatan potong terhadap kekasaran pada benda
Untuk tebal pemakanan 0.5 mm nilai kekasaran uji St 42 dengan (media pendingin Coolant)
permukaan pada kecepatan potong 28.13 m/min adalah
4.83 µm, pada kecepatan potong 41.1 m/min adalah Hasil uji kekasaran yang diperoleh dari frais
2.27 µm, dan pada kecepatan potong 53.41 m/min pada spesimen St 42 media pendingin coolant dengan
adalah 1.47 µm. kecepatan potong 28,13 m/min, nilai kekasaran
Setelah diperoleh grafik hubungan antara permukaan pada tebal pemakanan 0.1 mm adalah 1.29
kecepatan potong terhadap kekasaran dengan variasi µm, pada tebal pemakanan 0.3 mm adalah 2.93 µm,
tebal pemakanan 0.1 mm, 0.3 mm, 0.5 mm maka pada tebal pemakanan 0.5 mm adalah 4.83 µm.
dibuat grafik hubungan antara tebal pemakanan Untuk kecepatan potong 41.1 m/min, nilai
terhadap kekasaran dengan variasi kecepatan potong kekasaran permukaan pada tebal pemakanan 0.1 mm
28.13 m/min, 41.1 m/min, dan 53,41 m/min. Dapat adalah 1.25 µm, pada tebal pemakanan 0.3 mm adalah
dilihat pada gambar 8 di bawah ini. 2.09 µm, pada tebal pemakanan 0.5 mm adalah 2.27
µm.
Untuk kecepatan potong 53.41 m/min, nilai
kekasaran permukaan pada tebal pemakanan 0.1 mm
adalah 0.98 µm, pada tebal pemakanan 0.3 mm adalah
1.23 µm, pada tebal pemakanan 0.5 mm adalah 1.47
µm

Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil
penelitian bahwa faktor kecepatan potong dan tebal
pemakanan ikut menentukan tingkat kekasaran
Gambar 11 Grafik hubungan antara tebal pemakanan
permukaan hasil frais disamping faktor-faktor lainnya.
dan kecepatan potong terhadap kekasaran pada benda
Data hasil penelitian yang telah diskripsikan dalam
uji St 42 dengan (media pendingin air campur oli 1:1) bentuk grafik tersebut untuk mengetahui tingkat
kekasaran permukaan dari hasil frais dengan spesimen
Hasil uji kekasaran pada spesimen baja karbon baja karbon St 42 dengan media pendingin air campur
St 42 dengan media pendingin air campur oli 1:1 oli 1:1 dan media pendingin coolant.
setelah proses frais dengan kecepatan potong 28,13 Pada grafik hubungan antara kecepatan potong
m/min, nilai kekasaran permukaan pada tebal terhadap kekasaran dengan variasi tebal pemakanan
pemakanan 0.1 mm adalah 1.30 µm, pada tebal 0.1 mm, 0.3 mm, dan 0.5 mm pada spesimen baja
pemakanan 0.3 mm adalah 1.80 µm, dan tebal karbon St 42 menggunakan media pendingin air
pemakanan 0.5 mm adalah 2.40 µm. campur oli 1:1 (gambar 4.1), terjadi kecenderungan
Untuk kecepatan potong 41,1 m/min, nilai penurunan nilai kekasaran, hal ini disebabkan oleh
kekasaran permukaan pada tebal pemakanan 0.1 mm faktor kecepatan potong yang mempengaruhi nilai
adalah 0.93 µm, pada tebal pemakanan 0.3 mm adalah kekasaran permukaan, yaitu semakin besar nilai
1.32 µm, dan pada tebal pemakanan 0.5 mm adalah kecepatan potong maka kekasaran yang terjadi akan
1.78 µm. semakin kecil atau semakin halus.
Untuk kecepatan potong 53,41 m/min, nilai Pada grafik hubungan antara tebal pemakanan
kekasaran permukaan pada tebal pemakanan 0.1 mm terhadap kekasaran dengan variasi kecepatan potong
adalah 0.67 µm, pada tebal pemakanan 0.3 mm adalah 28.13 m/min, 41.1 m/min, dan 53.41m/min pada
0.70 µm, dan pada tebal pemakanan 0.5 mm adalah spesimen baja karbon St 42 menggunakan media
0.96 µm. pendingin air campur oli 1:1 (gambar 4.3), terjadi
Sedangkan data hasil yang diperoleh dari frais kecenderungan peningkatan nilai kekasaran, hal ini
pada spesimen St 42 dengan media pendingin coolant disebabkan faktor ketebalan pemakanan yang
diperoleh grafik kekasaran dapat dilihat pada gambar 9 mempengaruhi nilai kekasaran permukaan, yaitu
di bawah ini. semakin besar nilai ketebalan pemakanan maka
. kekasaran akan semakin besar atau semakin kasar.

32|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, ISSN 2338-2236
2014
c) Nilai kekasaran yang paling rendah didapat
Pada grafik hubungan antara kecepatan potong dengan penggunaan kecepatan potong yang
terhadap kekasaran dengan variasi tebal pemkanan 0.1 paling tinggi yaitu 53,41 m/min dan tebal
mm, 0.3 mm, dan 0.5 mm pada spesimen baja karbon pemakanan yang paling rendah yaitu 0.1 mm.
St 42 menggunakan media pendingin coolant (gambar d) Nilai kekasaran yang paling tinggi didapat
4.2), terjadi kecenderungan penurunan nilai kekasaran, dengan penggunaan kecepatan potong yang
hal ini disebabkan oleh faktor kecepatan potong yang paling rendah yaitu 28,13 m/min dan tebal
mempengaruhi nilai kekasaran permukaan, yaitu pemakanan yang paling besar yaitu 0.5 mm.
semakin besar nilai kecepatan potong maka kekasaran e) Nilai kekasaran yang dapat dicapai pada
yang terjadi akan semakin kecil atau semakin halus. penelitian ini termasuk kedalam kategori nilai
Pada grafik hubungan antara tebal pemakanan kekasaran permukaan yang ada pada standar yaitu
terhadap kekasaran dengan variasi kecepatan potong antara N6 – N9 yang mempunyai nilai 0.8 µm,
28.13 m/min, 41.1 m/min, dan 53.41m/min pada sampai dengan 6.3 µm.
spesimen baja karbon St 42 menggunakan media 
pendingin coolant (gambar 4.4), terjadi kecenderung Saran
peningkatan nilai kekasaran, hal ini disebabkan faktor Dari penelitian ini, terdapat kekurangan-
ketebalan pemakanan yang mempengaruhi nilai kekurangan yang mungkin dapat diperbaiki dalam
kekasaran permukaan, yaitu semakin besar nilai peneliti selanjutnya. Berikut ini adalah saran-saran
ketebalan pemakanan maka kekasaran akan semakin yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan
besar atau semakin kasar. peneliti selanjutnya:
Pada penelitian ini semakin tebalnya 1. Pada peneliti ini menggunakan frais vertikal (face
pemakanan dapat menyebabkan benda kerja semakin mill) untuk peneliti berikutnya dapat menggunakan
kasar karena semakin dalamnya pemakanan yang frais horizontal (slab milling)
dilakukan alur-alur pada sayatan pahat akan semakin 2. Untuk material yang berbeda disarankan
dalam dan juga menyebabkan ingsutan atau getaran menggunakan yang sejenis, misalnya St 37, St 60
sehingga bisa membuat benda kerja bergerak. 3. Perlu ditambahkan variasi antara jarak panjang
Sedangkan semakin besar kecepatan potong yang overhang pada holder.
digunakan dapat menyebabkan kekasaran benda kerja 4. Ingat perhatikan keselamatan kerja pada saat
semakin kecil atau semakin halus disebabkan mata melakukan penelitian, terutama menggunakan
pahat yang berputar akan semakin cepat dan banyak kacamata dan sarungtangan pada saat pengerjaan
atau sering memotong ditempat yang sama sampai frais
berkali-kali, sehingga gelombang kekasaran yang
dihasilkan akan semakin kecil dan hasil permukaan
benda kerja menjadi lebih halus. DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN [1] Harsono., 2009, Teknologi Pengelasan Logam.


Jakata : Pradya Paramita
Dari penelitian yang dilakukan, dapat ditarik
kesimpulan yaitu sebagai berikut: [2] Handayani, Sri., 2007., Mengenal Proses Frais
(Milling), ditemukan di:
1. Ada pengaruh kecepatan potong terhadap nilai
[3] ftp://118.97.42.43/VIRLIBSTEMSI/TEKNOLOG
kekasaran permukaan pada media pendingin oli
SAE 40 campur air 1:1 dan media pendingin I/TEKNIK MESIN/TEKNIK PEMESINAN
coolant, dimana semakin tinggi kecepatan potong 1/BAB 07 Mengenal Proses Frais New.pdf,
yang digunakan maka nilai kekasaran akan semakin diakses 08 Maret 2012.
kecil atau semakin halus. [4] Misbachudin., 2011, Analisa Kecepatan Potong
2. Adapun nilai tebal pemakanan terhadap nilai Dan Tebal Pemakanan Terhadap Kekasaran
Permukaan Pada Proses Frais Dengan Spesimen
kekasaran permukaan pada media pendingin oli
Baja Karbon Dan Aluminium, Jurusan Teknik
SAE 40 campur air 1:1 dan media pendingin
coolant, dimana semakin besar tebal pemakanan Mesin Universitas Lambung Mangkurat
yang digunakan maka nilai kekasaran akan semakin Banjarbaru.
besar atau semakin kasar. [5] Ristanto, Bambang., 2006, Pengaruh Fedding
3. Nilai kekasaran paling rendah dan paling tinggi Terhadap Tingkat Kekasaran Permukaan Pada
yang didapat pada spesimen baja karbon St 42 Proses Pnyakrapan Rata Dengan Specimen Baja
dengan 2 media pendingin yang berbeda : Karbon. Laporan Tugas Akhir, Jurusan Teknik
Mesin Universitas Negeri Semarang
a) Nilai kekasaran paling rendah dengan media
pendingin air campur oli 1:1 sebesar 0.67 µm, [6] Schey, Jhon A., 2009., Proses Manufaktur, Andi,
dan nilai kekasaran paling rendah pada media Yogyakarta.
pendingin coolant sebesar 0.98 µm. [7] Widarto, Wijanarka., S utopo, Paryanto Teknik
b) Nilai kekasaran paling tinggi pada media Permesinan, 2008., Departemen Pendidikan
pendingin air campur oli 1:1 sebesar 2.40 µm, Nasional, jakarta.
dan nilai kekasaran paling tinggi pada media
pendingin coolant sebesar 4.83 µm

33|

Anda mungkin juga menyukai