1
Hari Yanuar, Akhmad Syarief, Ach. Kusairi
1
Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat
Jalan A. Yani km 36 Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Email : ayiecastury@gmail.com
Abstrak, Proses frais adalah suatu proses pengurangan material untuk membentuk suatu produk dengan cara pahat
(cutter) berputar dan tiap giginya melakukan pemakanan serta meja mesin bergerak kekiri dan kekanan sehingga
material bergerak mengikuti gerakan meja, akibatnya terjadilah penyayatan atau pemotongan oleh pahat. Dalam proses
ini terdapat pengaruh hasil nilai kekasaran permukaan akibat dari penyayatan itu. Ada 2 metode frais yang dapat
dilakukan yaitu dengan cara frais vertikal dan horizontal. Selain itu pada proses frais ini bahan yang akan dilakukan
proses permesinan akan mempengaruhi kecepatan mesin dan pemakanan yang dilakukan oleh pahat. Bahan yang akan
diuji adalah ST-42 dengan media pendingin yang berbeda yaitu oli campur air 1:1 dan collant yang difrais
menggunakan pahat carbide, kemudian dilakukan proses frais dengan memvariasikan kecepatan potong 28,13 m/min,
41,1 m/min, dan 53,41 m/min, dan tebal pemakanan 0,1 mm, 0,3 mm, dan 0,5 mm.. Dari hasil penelitian ini maka
kehalusan permukaan benda uji yang telah difrais untuk semua bahan yang digunakan pada pengujian dengan
menggunakan cutter carbide termasuk kedalam kategori nilai kekasaran yang ada pada standard yaitu N6 sampai
dengan N9 yang mempunyai nilai 0,8 µm sampai dengan 6,3 µm. Nilai kekasaran yang paling rendah didapat pada
penelitian ini adalah 0.67 µm dan yang tertinggi 4.83 µm.
Kata Kunci : Kecepatan potong, tebal pemakanan, kekasaran, media pendingin, kabrida.
Abstract, Milling process is a process of reduction of material to form a product by a cutter rotates and each teeth do
ingestion and the machine tabel move to the left or right so that moving objects follow the movements of the tabel, as a
result there was slice or cut by a chisel. In this process there is an influence on the results of roughness value as a result
of that slice. There are two methods milling process to do that is by vertical and horizontal. In addition to this milling
process materials that will be machining process will affect the engine speed and ingestion by a chisel. Materials to be
tested was ST 42 stell with cooling different is water mixed oil 1 : 1 and coolant milling using carbide chisel, milling
process is then performed by varying the cutting speed 28.13 m/min; 41.1 m/min; 53.41 m/min and thickness 0.1 mm;
0.3 mm; 0.5 mm. From these results the surface smoothness of the specimen which has milling for all materials used in
the test using a carbide cutter belonging to the category of surface rougness values that exist on the standard of
between N6 to N9 which has had a value of 0,8 µm up 6,3 µm. the lowest rougness value that can be achieved in this
experiment is 0.67 µm and the highest 4.83 µm.
PENDAHULUAN
Bagi teknisi di bidang pengerjaan logam dan pengerjaan logam dengan menggunakan mesin frais,
mahasiswa pada jurusan teknik mesin, frais telah antara lain kecepatan spindel, kedalaman pemakanan,
dikenal fungsi dan perannya untuk membuat komponen kondisi mesin, bahan benda kerja, bentuk pahat
potong, dan operator.
dari bermacam-macam mesin. Pada dasarnya setiap
pekerjaan mesin mempunyai persyaratan kualitas Kualitas permukaan potong tergantung kepada
(kekasaran permukaan) yang berbeda-beda, tergantung kondisi pemotongan (cutting condition), adapun yang
dari fungsinya. Kualitas permukaan hasil frais dapat dimaksud dengan kondisi pemotongan di sini antara
dilihat dari kekasaran lain adalah besarnya kecepatan spindel dan kedalaman
pemakanan (depth of cut).
permukaannya. Makin halus permukaannya makin baik
pula kualitasnya, sehingga cukup beralasan juga Kedalaman pemakanan merupakan salah satu
apabila kekasaran permukaan hasil frais perlu hal yang dapat mempengaruhi hasil pengerjaan pada
diperhatikan dan dicari solusi untuk mendapatkan frais. Kualitas permukaan tergantung pada kondisi
tingkat kekasaran yang sehalus mungkin. Ada beberapa pemotongan, dengan pemakaian standarisasi kecepatan
faktor yang mempengaruhi kekasaran permukaan pada potong dan feeding kemungkinan akan didapat hasil
kerataan yang sesuai.
27|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236
Keterangan:
W = Lebar pemotongan (mm)
lw = Panjang pemotongan (mm)
lt = lv + lw + ln (mm)
28|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236
40 mm
50 mm
Gambar 6. Baja ST 42
30|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236
31|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, 2014 ISSN 2338-2236
32|
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.1 pp 27-33, ISSN 2338-2236
2014
c) Nilai kekasaran yang paling rendah didapat
Pada grafik hubungan antara kecepatan potong dengan penggunaan kecepatan potong yang
terhadap kekasaran dengan variasi tebal pemkanan 0.1 paling tinggi yaitu 53,41 m/min dan tebal
mm, 0.3 mm, dan 0.5 mm pada spesimen baja karbon pemakanan yang paling rendah yaitu 0.1 mm.
St 42 menggunakan media pendingin coolant (gambar d) Nilai kekasaran yang paling tinggi didapat
4.2), terjadi kecenderungan penurunan nilai kekasaran, dengan penggunaan kecepatan potong yang
hal ini disebabkan oleh faktor kecepatan potong yang paling rendah yaitu 28,13 m/min dan tebal
mempengaruhi nilai kekasaran permukaan, yaitu pemakanan yang paling besar yaitu 0.5 mm.
semakin besar nilai kecepatan potong maka kekasaran e) Nilai kekasaran yang dapat dicapai pada
yang terjadi akan semakin kecil atau semakin halus. penelitian ini termasuk kedalam kategori nilai
Pada grafik hubungan antara tebal pemakanan kekasaran permukaan yang ada pada standar yaitu
terhadap kekasaran dengan variasi kecepatan potong antara N6 – N9 yang mempunyai nilai 0.8 µm,
28.13 m/min, 41.1 m/min, dan 53.41m/min pada sampai dengan 6.3 µm.
spesimen baja karbon St 42 menggunakan media
pendingin coolant (gambar 4.4), terjadi kecenderung Saran
peningkatan nilai kekasaran, hal ini disebabkan faktor Dari penelitian ini, terdapat kekurangan-
ketebalan pemakanan yang mempengaruhi nilai kekurangan yang mungkin dapat diperbaiki dalam
kekasaran permukaan, yaitu semakin besar nilai peneliti selanjutnya. Berikut ini adalah saran-saran
ketebalan pemakanan maka kekasaran akan semakin yang perlu diperhatikan untuk mengembangkan
besar atau semakin kasar. peneliti selanjutnya:
Pada penelitian ini semakin tebalnya 1. Pada peneliti ini menggunakan frais vertikal (face
pemakanan dapat menyebabkan benda kerja semakin mill) untuk peneliti berikutnya dapat menggunakan
kasar karena semakin dalamnya pemakanan yang frais horizontal (slab milling)
dilakukan alur-alur pada sayatan pahat akan semakin 2. Untuk material yang berbeda disarankan
dalam dan juga menyebabkan ingsutan atau getaran menggunakan yang sejenis, misalnya St 37, St 60
sehingga bisa membuat benda kerja bergerak. 3. Perlu ditambahkan variasi antara jarak panjang
Sedangkan semakin besar kecepatan potong yang overhang pada holder.
digunakan dapat menyebabkan kekasaran benda kerja 4. Ingat perhatikan keselamatan kerja pada saat
semakin kecil atau semakin halus disebabkan mata melakukan penelitian, terutama menggunakan
pahat yang berputar akan semakin cepat dan banyak kacamata dan sarungtangan pada saat pengerjaan
atau sering memotong ditempat yang sama sampai frais
berkali-kali, sehingga gelombang kekasaran yang
dihasilkan akan semakin kecil dan hasil permukaan
benda kerja menjadi lebih halus. DAFTAR PUSTAKA
33|