Anda di halaman 1dari 14

NASKAH PUBLIKASI

TUGAS AKHIR

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA


PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN
ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh


Gelar Sarjana S1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta

disusun :

ARDIYAN SUSARNO
NIM :D 200 07 0049

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

1
2
STUDI PENGARUH SUDUT POTONG PAHAT HSS PADA
PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN
ORTHOGONAL TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN
Ardiyan Susarno, Muh Alfatih Hendrawan, Supriyono
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Ahmad Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura
Email: dieon88@yahoo.com

ABSTRAKSI
Di dalam proses pemesinan, kualitas yang baik dan waktu yang
singkat menjadi sangat penting ketika material dikerjakanmenjadi suatu
produk. Pemilihan parameter sudut potong yang tepat untuk digunakan
sangat penting dilalukan agar kualitas permukaan yang disyaratkan dapat
terpenuhi.
Pada penelitian ini dilakukan dengan cara memvariasikan
kecepatan potong, sudut potong, gerak makan dan kedalaman
pemakanan, sebagai tolak ukur adalah kekasaran permukaan (Surface
Roughness). Proses pemesinan dilakukan dengan kedalaman 1 mm
dengan memvariasikan kecepatan potong, gerak maka dan, sudut potong,
dari benda kerja ST 37 yang mempunyai diameter 16 mm dengan panjang
70 mm dan dibubut sepanjang ± 30 mm mengunakan pahat HSS. Setelah
benda kerja dibubut, kemudian benda kerja diukur kekasaran
permukaanya dengan mengunakan alat uji kekasaran (Roughness).
Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa putaran mesin, gerak
makan, sudut potong, dan kedalaman pemakanan berpengaruh seknifikan
terhadap kekasaran permukaan, pada percobaan sudut potong 850, 900
dan 950, secara grafis menunjukan kekasaran permukaan tertinggi
terdapat pada sudut potong 850 dengan nilai kekasaran permukaan rata-
rata 7,25 µm dan nilai kekasaran permukaan terendah ada pada sudut
potong 950 dengan nilai kekasaran permukaan rata-rata 3,9 µm, putaran
mesin 230 rpm, 490 rpm dan 650 rpm. Secara grafis nilai kekasaran
terendah terdapat pada putaran 650 rpm dengan nilai kekasaran
permukaan rata-rata 3,9 µm dan nilai kekasaran permukaan tertinggi
terdapat pada putaran 230 rpm dengan nilai kekasaran rata-rata 7,25 µm,
feeding 0,14 mm/rev dan feeding 0,21 mm/rev, secara grafis nilai
kekasaran permukaan lebih rendah terdapat pada feeding 0,11 mm/rev
dengan nilai kekasaran rata-rata 4,4 µm dan nilai kekasaran permukaan
tertinggi terdapat pada feeding 0,21 mm/rev dengan nilai kekasaran
permukaan rata-rata 6,9 µm.

Kata Kunci: Orthogonal, Bubut, Kekasaran, Hss.

3
PENDAHULUAN adanya variasi sudut pemotongan
Latar Belakang akan diperoleh perbandingan
kehalusan permukaan pada
Sejalan dengan proses pembubutan rata.
perkembangan ilmu pengetahuan Dari latar belakang yang
dan teknologi, suatu hasil produksi telah diuraikan di depan maka
harus di imbangi dengan penelitian lebih menitikberatkan
peningkatan kualitas hasil pada pengaruh sudut
produksi, khususnya pada proses pemotongan pada pahat HSS
produksi yang menggunakan terhadap kehalusan permukaan
mesin-mesin perkakas seperti pada proses bubut pemotongan
mesin bubut, mesin skrap, mesin orthogonal dengan spesimen baja
frais dan mesin bor. Ditemukanya karbon, dengan alasan bahwa
mesin-mesin produksi akan penentuan sudut pemotongan
mempermudah dalam pembuatan yang digunakan pada proses
komponen-komponen mesin. pembubutan berpengaruh dalam
Adanya mesin perkakas produksi, menentukan kehalusan
pembuatan komponen mesin akan permukaan yang dihasilkan dan
semakin efisien dan dengan beberapa praktek pembubutan.
ketelitian yang sangat tinggi.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan hasil-hasil
penelitian mengenai kekasaran 1. Untuk mengetahui pengaruh
permukaan, ada beberapa factor parameter bubut dengan
yang menyebabkan terjadinya sudut potong utama 850, 900,
kekasaran permukaan 950, putaran mesin 230 rpm,
diantaranya adalah sudut 490 rpm, 650 rpm dan
pemotongan pahat, adhesi dan kecepatan makan 0,14
beberapa proses lainya. Factor ini mm/rev dan 0,21 mm/rev
sangat berpengaruh dan hal ini terhadap kekasaran
dipacu oleh beban mekanik atau permukaan dengan tipe
termal sehingga terjadi kekasaran pemotongan orthogonal.
pada permukaan. 2. Untuk mengetahui pengaruh
Sudut pemotongan pahat sudut potong terhadap
merupakan salah satu hal yang kekasaran permukaan.
dapat mempengaruhi hasil 3. Untuk mengetahui pengaruh
pengerjaan pembubutan. Kualitas putaran mesin terhadap
permukaan potong tergantung kekasaran permukaan.
pada kondisi pemotongan, dengan 4. Untuk mengetahui sejauh
pemakaian standarisasi mana pengaruh gerak makan
(feeding) yang bervariasi
kecepatan potong dan sudut
pemotongan kemungkinan akan terhadap tingkat kekasaran
didapata hasil kerataan yang permukaan.
sesuai. Pada penelitian ini dengan

4
Batasan Masalah permukaan produk dalam
meningkatkan produktifitas,
1. Material yang digunakan yaitu dimana parameter yang
jenis baja ST-37 dengan digunakan salah satunya adalah
diameter 16 mm dan panjang gerak makan (feeding). Dari hasil
70 mm. penelitiannya menyatakan bahwa
2. Pahat menggunakan pahat faktor yang paling besar
Hss, dimana kondisi pahat mempengaruhi kekasaran
dianggap selalu sama. permukaan pada proses bubut
3. Tipe pemotongan adalah gerak makan (feeding) dan
menggunakan tipe yang paling kecil
pemotongan Orthogonal. mempengaruhinya adalah
4. Pembubutan menggunakan kecepatan potong, dimana jika
mesin bubut merk LA model gerak makan semakin besar akan
530x1100 buatan Taiwan menaikan nilai kekasaran
dengan parameter sudut permukaan (Ra) sedangkan
potong utama, putaran mesin kecepatan potong yang
dan kecepatan makan. bertambah besar akan
5. Putaran Mesin yang keluar menurunkan nilai kekasaran
dari mesin diasumsikan permukaan (Ra). Maka
sesuai dengan tabel mesin. kesimpulannya jika dibandingkan
6. Pengujian hasil percobaan dengan penelitian ini memiliki
menggunakan pengujian kesamaan hasil penelitian, dimana
kekasaran permukaan dengan semakin besar nilai gerak makan
menggunakan alat uji (feeding) maka kekasaran
kekasaran Surfcorder SE permukaan juga semakin besar.
1700 buatan Jepang. (Ichlas Nur dan Andriyanto, 2009)
Dasar Teori
KAJIAN PUSTAKA
Tinjauan Pustaka Pada proses permesinan
pahat bergerak relative terhadap
Pengaruh sudut potong benda kerja dan menghasilkan
utama pahat hss terhadap daya geram (chip). Pergerakan berupa
potong logam (besi cor kelabu) gerak potong dan gerak makan.
pada proses bubut. Dari hasil
penelitian menunjukan bahwa Perumusan yang digunakan :
semakin besar sudut potong
utama akan menyebabkan  Kecepatan potong:
kecepatan mata potong menurun
dengan demikian dapat di
asumsikan bahwa kecepatan  Kecepatan pemakanan:
mata potong (gaya radial Fx )
semakin kecil maka tingkat  Lebar pemotongan:
kekasaranya akan semakin kecil
pula (Yohanes Rampo 2011).
 tebal geram sebelum
Pengaruh variable terpotong:
pemotongan terhadap kualitas

5
dimana : konvensional juga terdapat
n = putaran spindle (rpm) bagian-bagian otomatis dalam
d = diameter rat-rata (mm) pergerakkannya bahkan juga ada
f = gerak makan (mm/rev) yang dilengkapi dengan layanan
sistim otomasi baik yang dilayani
Bubut konvensional dengan sistim hidraulik, pneumatik
ataupun elektrik. Ukuran
Mesin bubut (turning mesinnyapun tidak semata-mata
machine) adalah suatu jenis kecil karena tidak sedikit mesin
mesin perkakas yang dalam bubut konvensional syang
proses kerjanya bergerak dipergunakan untuk mengerjakan
memutar benda kerja dan pekerjaan besar seperti yang
menggunakan mata potong pahat dipergunakan pada industri
(tools) sebagai alat untuk perkapalan dalam membuat atau
menyayat benda kerja tersebut. merawat poros baling-baling kapal
Pada prosesnya benda kerja yang diameternya mencapai 1000
terlebih dahulu dipasang pada mm.
chuck (pencekam) yang terpasang
pada spindel mesin, kemudian Parameter pada proses bubut
spindel dan benda kerja diputar
dengan kecepatan sesuai 1. Kecepatan potong,
perhitungan. Alat potong (pahat) berhubungan dengan
yang dipakai untuk membentuk kecepatan putar dan diameter
benda kerja akan disayatkan pada awal. Persamaan kecepatan
benda kerja yang berputar. potong :
Umumnya pahat bubut dalam Do N
keadaan diam, pada v
1000
perkembangannya ada jenis
mesin bubut yang berputar alat Do = diameter awal
potongnynya, sedangkan benda
kerjanya diam. Dalam kecepatan N = kecepatan putar (rpm)
putar sesuai perhitungan, alat 2. Gerak makan, diatur dengan
potong akan mudah memotong tuas pemilih gerak makan.
benda kerja sehingga benda kerja Arah gerak makan bisa aksial
mudah dibentuk sesuai yang (pada reduksi diameter dan
diinginkan. pembuatan ulir) atau radial
Dikatakan konvensional (pada facing)
karena untuk membedakan 3. Kedalaman potong, tidak
dengan mesin-mesin yang boleh terlalu dalam karena
dikontrol dengan komputer pemotongan yang terlalu
(Computer Numerically dalam akan menyebabkan
Controlled) ataupun kontrol pahat cepat rusak
numerik (Numerical Control) dan 4. Waktu potong berhubungan
karena jenis mesin konvensional dengan panjang pemesinan
mutlak diperlukan keterampilan 5. Panjang pemesinan
manual dari operatornya. Pada menentukan waktu potong
kelompok mesin bubut dengan persamaan

6
L geram sebelum terpotong h dan
T
fr menaikkan lebar geram b.
Akan tetapi, pemakaian
T = waktu potong (menit) sudut potong utama yang kecil
L = panjang pemesinan (mm) tidak selalu
menguntungkan sebab akan
fr = feed rate (mm/menit) menaikkan gaya radial Fx. Gaya
radial yang besar mungkin
Pemotongan orthogonal menyebabkan lenturan yang
terlalu besar ataupun getaran
Berdasarkan teorinya atas (chatter) sehingga menurunkan
model pemotongan sistem tegak ketelitian geometrik produk dan
(orthogonal system). Sistem hasil pemotongan terlalu kasar.
pemotongan tegak merupakan Tergantung pada kekakuan
penyederhanaan dari sistem (stiffness) benda kerja dan pahat
pemotongan miring (obligue serta metode
system) dimana gaya diuraikan pencekaman benda kerja serta
menjadi komponen gaya yang geometri benda kerja. Sudut
bekerja pada suatu bidang. geram mempengaruhi proses
Pemotongan tegak pembentukan geram pada proses
(Orthogonal cutting) merupakan pemotongan orthogonal.
suatu sistem pemotongan Untuk suatu kecepatan potong
dengan gerakan relatif antara tertentu, sudut geram yang besar
mata pahat dan benda kerja akan menurunkan rasio
membentuk sudut potong tepat pemampatan tebal geram (λh)
90º atau yang dinamakan dengan yang mengakibatkan kenaikan
sudut potong utama (Kr), dan sudut geser (Ф). Tipe pemotongan
besarnya lebar mata pahat lebih orthogonal dapat dilihat seperti
besar dari lebar benda kerja yang gambar berikut :
akan dipotong.
Menurut Rochim(1993), sudut
potong utama (Kr) mempunyai
peran antara lain :
1. Menentukan lebar dan
tebal geram sebelum
terpotong (b dan h)
2. Menentukan panjang mata
potong yang aktif atau Gambar 1. Pemotongan
panjang kontak antara orthogonal
geram dengan bidang
pahat, dan Kekasaran Permukaan
3. Menentukan besarnya Besarnya nilai kekasaran
gaya. permukaan yang terjadi dapat
Untuk kedalaman potong dihitung dengan rumus (Rochim,
a dan gerak makan f yang tetap, 1993) :
maka dengan
memperkecil sudut potong utama
(Kr) akan menurunkan tebal
Ra = ∫ 2
.dx (µm)

7
Dimana: A
Ra = kekasaran permukaan
Kesimpul
s = panjang sampel yang diuji an

hi = tinggi rata-rata kekasaran Selesai

Gambar 3. Diagram Alir Penelitian


Langkah-langkah dalam penelitian
sebagai berikut:
1. Benda kerja yang diberi
lubang dengan center drill,
Gambar 2. Kekasaran Permukaan dipasang pada mesin bubut
untuk melakukan pengerjaan
METODOLOGI PENELITIAN bubut.
Tahapan Penelitian 2. Melakukan set up pada mesin
bubut antar lain kedalaman
potong (a), gerak makan (Vf)
Mulai
dan putaran spindel (n)
konstan. Pada proses ini
Studi Literatur
kedalaman konstan yaitu 1
mm tetapi putaran spindel,
sudut potong dan gerak
Persiapan Bahan dan makanya bervariasi.
Alat
3. Melakukan proses pemesinan
yang digunakan untuk
Persiapan spesimen penelitian yaitu proses bubut
awal dengan kedalaman
potong 0,15 mm, hal ini
Proses pembubutan
bertujuan untuk meratakan
benda kerja agar silindris.
Selanjutnya pembubutan akhir
Kr = sudut n = putaran Vf = a=
potong spindel kecepatan Kedalaman dengan kedalaman potong 1
Kr1 = 850 n1 = 230 rpm makan potong
Kr2 = 900 n2 = 490 rpm Vf1 = 0,14 a = 1 mm mm yaitu dari diameter 16 mm
Kr3 = 950 n3 = 650 rpm mm/min
Vf2 = 0,21 menjadi 14 mm, dimana pada
mm/min
saat melaksanakan proses
bubut yang kedua ini proses
pembubutanya tanpa
Pengukuran tingkat kekasaran menggunakan tail stock dan
mengunakan pahat dengan
Data variasi sudut potong.
4. Pengulangan proses bubut
Analisis data dengan variasi sudut potong
pahat yang berbeda, yaitu
sebanyak 2 kali percobaan
A

8
agar dicapai hasil pengukuran 3. Mesin bubut konvensional
yang lebik spesifik dan akurat.
5. Setiap satu kali proses
pembubutan, maka pahat
yang telah digunakan harus
diganti yang baru sesuai sudut
potong utama. Jadi setiap
pembubutan benda kerja
menggunakan pahat baru.
6. Melakukan pengukuran
kekasaran permukaan benda Gambar 6. Mesin bubut
hasil bubut. konvensional
7. Membuat table data tentang
kekasaran permukaan benda Merk : LA Made in Taiwan
yang di uji dan table tentang Tipe : MAXIMAT V13
kekasaran permukaan. model : 530 x1.100
8. Mengolah data yang voltage : 380 volt
diperoleh. 4. Mesin uji kekasaran

Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan


pada penelitian ini yaitu:
1. Baja karbon ST-37 Ø 16 mm
dengan panjang 60 mm.

Gambar 7. Mesin Uji Roughness

HASIL DAN PEMBAHASAN


Analisis Grafis

Hasil dari penelitian yang


sudah dilakukan didapatkan berupa
Gambar 4. Baja karbon ST-37 gaya kemudian dihitung untuk
2. Pahat HSS mencari tegangan geser
didapatkan:

Gambar 5. Pahat HSS

9
Grafik pengaruh sudut potong

Kekasaran Permukaan (Ra)


Tabel 1. Data hasil perhitungan terhadap kekasaran permukaan
9 8,05 7,45
kekasaran permukaan. 8
7 6,9
6 6 5,9 Rpm
230
5 4,45 Rpm
Putaran Gerak Sudut Kedalaman Kekasaran 4 5,3 490
4,65 4,05
N Pemakana Permukaa
3 Rpm
O Mesin makan Potong n n 2 650
Ra 1
n f Kr a rata-rata 0
(mm)
(rpm) (mm/re) (°) (µm) 85 90 95
1
85 7,25 Sudut potong (Kr)
1
1 230 0,14 90 6,8
1
95 5,55 Gambar 8. Grafik pengaruh sudut
1
85 6,6 potong terhadap kekasaran
1
2 490 0,14 90 5,6 permukaan
1
95 4,4
1 Dari gambar 8 tersebut maka
85 4,75
1 telihat bahwa grafik diatas dapat
3 650 0,14 90 4,2
1 dilihat sudut potong pada proses
95 3,9
1 bubut memiliki pengaruh terhadap
85 8,05
1 kekasaran permukaan benda
4. 230 0,21 90 7,45
1 kerja, yang artinya semakin besar
95 5,9
1 sudut potong maka akan semakin
85 6,9
1 rendah tingkat kekasaran
5. 490 0,21 90 6
1 permukaan yang akan terjadi
95 4,45
1 pada benda hasil pembubutan.
85 5,3
1
6 650 0,21 90 4,65 Grafik pengaruh putaran mesin
95 1 4,05
8 terhadap kekasaran permukaan
Kekasaran Permukaan (Ra)

7 7,25 6,6 sudu


Dari hasil tabel kekasaran 6 6,8 t 85
5,6
permukaan maka dibuat grafik 5 5,55 4,75
4,2 sudu
pengaruh putaran mesin terhadap 4 4,4 3,9 t 90
3
kekasran permukaan maka 2 sudu
hasilnya: 1 t 95
0
Grafik pengaruh sudut potong 230 490 650
terhadap kekasaran permukaan putaran mesin (n)
Kekasaran Permukaan (Ra)

8 7,25 6,8 Grafik pengaruh putaran mesin


7 terhadap kekasaran permukaan
6 6,6 5,6 5,55 Rpm 9 8,05
Kekasaran Permukaan (Ra)

5 230
8
4,4 6,9
4 4,75 Rpm 7 7,45
4,2 3,9 490
6 6
sudut
3 5,9 5,3 85
2 Rpm 5 4,65
650
4 4,45 sudut
1 4,05 90
0 3
2 sudut
85 90 95 1 95
Sudut potong (Kr) 0
230 490 650
putaran mesin (n)
Gambar 9. Grafik pengaruh putaran
mesin terhadap kekasaran
permukaan

10
Dari gambar 9 tersebut dapat dilihat menggunakan software statistik.
grafik diatas hasilnya tidak jauh Hasilnya sebagai berikut:
berbeda dengan grafik Hipotesa model ini yaitu:
sebelumnya, dimana putaran mesin H0 = menduga bahwa perubahan
memiliki pengaruh terhadap parameter (putaran mesin ,
kekasaran permukaan. Yang sudut potong & feeding)
artinya semakin tinggi putaran tidak berpengaruh terhadap
mesin akan mengakibatkan tingkat hasil pembubutan.
kekasaran permukaan semakin H1 = menduga bahwa perubahan
rendah pada hasil proses parameter (putaran mesin ,
pembubutan. sudut potong & feeding)
mempunyai pengaruh
Grafik pengaruh feeding terhadap terhadap hasil pembubutan.
kekasaran permukaan Level kepercayaan = 95 %
8 6,9 Tingkat kesalahan = 5 %
Kekasaran Permukaan

7 6 feeding
6 6,6 0,14
5 4,45 General Linear Model: kekasaran permukaan versus sudut potong, putaran
5,6 feeding
mesin, dan feeding
4 4,4
(Ra)

0,21 Factor Type Levels Values


3 Putaran mesin fixed 3 5230; 490; 650
2 Sudut potong fixed 3 85; 90; 95
Feeding fixed 2 0.14, 0.21
1
0 Analysis of Variance for kekasaran permukaan, using Adjusted SS
for Tests
85 90 95
sudut potong (Kr) Source DF Seq SS Adj SS Adj MS F P
Putaran mesin 2 16,6853 16,6853 8,3426 80,20 0,000
Sudut potong 2 9,51031 9,51031 6,7179 45,71 0,000
Gambar 10. Grafik pengaruh feeding Feeding
Error 12
1 0,7606
5,9587
0,7606 0,7606
5,9587 0,4966
7,31 0,019

terhadap kekasaran permukaan Total 17 28,2044

S = 0,322533 R-Sq = 95,57% R-Sq(adj) = 93,73%


Dari gambar 10 tersebut maka
dapat dilihat grafik diatas dapat
dilihat bahwa hasil kekasaran
Berdasarkan analisa data
permukaan lebih kecil
dapat dilihat bahwa:
menggunakan feeding 0,14
mm/putaran dibandingkan dengan  Untuk perlakuan: putaran
menggunakan feeding 0,21 mesin
mm/putaran. Jadi semakin H0 ditolak jika α> P-
menggunakan feeding yang tinggi value.Karena α = 0,05 > 0,000
akan mempunyai pengaruh besar maka H0 ditolak dan H1
terhadap kekasaran permukaan diterima. Artinya perubahan
benda hasil pembubutan. putaran mesin berpengaruh
signifikan terhadap kekasaran
Analisis Statistik permukaan.
 Untuk perlakuan: sudut potong
Untuk mengetahui pengaruh H0 ditolak jika α> P-value.
secara signifikan dengan dasar Karena α = 0,05 > 0,000 maka
statistik, apakah dari ketiga variasi H0 ditolak dan H1 diterima.
parameter pemotongan tersebut Artinya perubahan sudut
benar-benar berpengaruh terhadap potong berpengaruh signifikan
kekasaran permukaan dan tidak terhadap kekasaran
ada hal lain yang mempengaruhi permukaan.
hasil maka dilakukan Analysis of
Variance (ANOVA) dengan

11
 Untuk perlakuan : feeding akan mempengaruhi kemampuan
H0 ditolak jika α> P-value. pahat untuk melakukan
Karena α = 0,05 > 0,019 maka pemotongan.
H0 ditolak dan H1 diterima.
Artinya perubahan feeding Pembahasan Putaran Mesin
speed berpengaruh signifikan
terhadap kekasaran permukaan Pengaruh putaran mesin
terhadap kekasaran permukaan
Pembahasan Sudut Potong dapat dilihat pada gambar 9
Adanya penurunan kekasaran
Pengaruh sudut potong permukaan mulai dari putaran 230
terhadap kekasaran permukaan rpm, 490 rpm dan 650 rpm. Nilai
dapat dilihat pada gambar 8 dari kekasaran terendah terdapat pada
grafik tersebut menunjukkan putaran 650 rpm dengan nilai
bahwa adanya peningkatan nilai kekasaran permukaan rata-rata
kekasaran permukaan, dari sudut 3,9 µm dan nilai kekasaran
potong 850, 900 dan 950, secara permukaan tertinggi terdapat pada
grafis menunjukan kekasaran putaran 230 rpm dengan nilai
permukaan tertinggi terdapat pada kekasaran rata-rata 7,25 µm. Hal
sudut potong 850 dengan feeding ini dapat dijelaskan bahwa
0,21 mm/rev nilai kekasaran penggunaan putaran mesin yang
permukaan rata-rata 8,05 µm dan lebih tinggi akan menghasilkan
nilai kekasaran permukaan tingkat kekasaran permukaan
terendah ada pada sudut potong yang lebih rendah, karena dengan
950 dengan feeding 0,14 mm/rev putaran mesin yang tinggi akan
nilai kekasaran permukaan rata- menghasilkan kecepatan potong
rata 3,9 µm. Penelitian ini yang tinggi sehingga
menunjukan bahwa variasi sudut menghasilkan kekasaran
potong berpengaruh terhadap permukaan yang lebih rendah.
kekasaran permukaan, dimana Karena pada proses pembubutan
semakin besar sudut potong yang (turning) putaran mesin yang
digunakan maka tingkat tinggi akan menghasilkan
kekasaran permukaan akan kecepatan potong yang tinggi dan
semakin rendah. Hal ini mengakibatkan gesekan antara
dikarenakan sudut potong yang pahat bubut dengan benda kerja
besar akan menurunkan gaya berlangsung dengan cepat,
radial Fx, dimana gaya radial yang sehingga temperatur pada benda
besar mungkin menyebabkan kerja akan naik yang menurunkan
lenturan yang terlalu besar atau pemampatan geram dan
getaran (chatter) sehingga menurunkan gaya potong. Karena
menurunkan ketelitian geometrik gaya potong yang menurun maka
produk dan hasil pemotongan kualitas pemakanan menjadi halus
terlalu kasar. Dimana pemakain
sudut potong yang kecil tidak Pembahasan Feeding
selalu menguntungkan sebab
akan menaikan gaya radial Fx,dari Pengaruh feeding speed
data tersebut maka dapat terhadap kekasaran permukaan
diketahui bahwa sudut potong dapat dilihat pada gambar 10

12
adanya peningkatan kekasaran 4. kondisi yang paling optimal
permukaan antara feeding 0,14 terjadi pada feeding 0,14 mm
mm/rev dan feeding 0,21 mm/rev, dengan nilai kekasaran
secara grafis nilai kekasaran permukaan 3,9 µm.
permukaan lebih rendah terdapat
pada feeding 0,11 mm/rev dengan Saran
nilai kekasaran rata-rata 4,4 µm
Saran yang dapat diberikan
dan nilai kekasaran permukaan
untuk penelitian selanjutnya
tertinggi terdapat pada feeding
antara lain:
0,21 mm/rev dengan nilai
kekasaran permukaan rata-rata 1. Sebelum melakukan
6,9 µm. Hal ini dapat dijelaskan ekperimen hendaknya
bahwa feeding berpengaruh mempersiapkan segala
seknifikan terhadap kekasaran sesuatunya secara matang
permukaan feeding adalah jarak mulai dari alat pengelasan
yang ditempuh pahat perputaran, sampai tempat melakukan
artinya semakin besar laju pengujian agar dalam
pemakanan semakin besar jarak bereksperimen tidak
yang disayat pahat setiap satu kali membuang waktu.
keliling benda kerja, sehingga 2. Untuk menghasilkan suatu
antara puncak perpuncak setiap produk yang berkualitas maka
sayatan semakin jauh yang harusmemperhatikan
menyebabkan kekasaran karakteristik dari material yang
permukaan semakin besar. disesuaikan dengan
penggunaan dan penempatan
KESIMPULAN DAN SARAN
produk di lapangan
Kesimpulan
3. Lebih mengutamakan
Dari hasil penelitian uraian
keselamatan dalam melakukan
pembahasan yang telah
eksperimen.
dilakukan, maka dapat
disimpulkan:
4. Saat melakukan penelitian
1. Variasi sudut potong (Kr),
sebaiknya dilakukan secara
putaran mesin (n) dan feeding
seteliti mungkin agar
(f) berpengaruh signifikan
didapatkan hasil yang sebaik
terhadap tingkat kekasaran
mungkin.
permukaan hasil proses
pembubutan.
2. Kondisi yang paling optimal
terjadi pada sudut potong 950
dengan nilai kekasaran
permukaan 3,9 µm.
3. Kondisi yang paling optimal
terjadi pada putaran mesin 650
rpm dengan nilai kekasaran
permukaan 3,9 µm.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ichlas Nur & Andriyanto, 2009. Pengaruh Variabel Pemotongan


Terhadap Kualitas Permukaan Produk Dalam Meningkatkan
Produktifitas. Jurnal Poli Rekayasa. Vol 1. No 1. Oktober.

Nur Irawan, Septian Puji Astuti, 2006, Mengolah Data Statistik Dengan
Mudah Mengunakan Minitab 14, Penerbit ANDI Yogyakarta.

Rampo, Yohanis. 2011. Pengaruh Sudut Potong Utama Pahat Hss


Terhadap Daya Potong Logam (Besi Cor Kelabu) Pada Proses
Bubut. Jurnal Pendidikan Dan Kejuruan. Vol 2. No 1. Maret.

Rochim, Taufiq. 1993. Teori dan Teknologi Proses Pemesinan.


Bandung. Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai