Abstrack
Dunia industri manufaktur terus berkembang dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, hal tersebut dapat dilihat dari peningkatan hasil produksi. Peningkatan hasil
produksi tersebut harus diimbangi dengan kualitas suatu produk. Mesin perkakas yang
digunakan dalam proses pemesinan meliputi mesin bubut, mesin sekrap, mesin drilling,
mesin milling, mesin gerinda serta mesin perkakas lainnya.
Dalam menghasilkan produk yang berkualitas, industri manufaktur melakukan
pengembangan dalam proses produksinya. Bukan hanya dimensi, tingkat kehalusan suatu
permukaan memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu komponen produk khususnya
yang menyangkut masalah gesekan pelumasan, keausan, tahanan terhadap kelelahan dan
sebagainya. Salah satu material yang sering diproses melalui proses pemesinan yaitu ST 37
karena bahan tersebut sering digunakan dalam komponen suatu produk.
Proses pemesinan Grinding Surface merupakan salah satu proses pemesinan yang banyak
digunakan untuk memperhalus permukaan suatu komponen. Prinsip kerja Grinding Surface
adalah roda gerinda berputar bersentuhan dengan benda kerja dan terjadi
pemotongan/Pengasahan. Pada proses Grinding Surface terjadi penyimpangan yang pada
kenyataannya tak bisa dihindari. Parameter pemotongan merupakan salah satu penyebab
terjadinya penyimpangan pada saat proses berlangsung yang nantinya akan berpengaruh pada
kekasaran permukaan suatu benda kerja. Beberapa parameter pemotongan yang berpengaruh
pada proses penggerindaan yaitu Peripheral Speed , feeding speed dan depth of cut. Dengan
menyetting parameter-parameter pemotongan tersebut secara tepat dapat mempengaruhi
tingkat kekasaran permukaan pada benda kerja.
Fipka Bisono,(2014) Pengaruh Tipe Abrasif Dan Parameter Proses Gerinda Terhadap Gaya
Potong, Integritas Permukaan Benda Kerja (Ipbk) Dan Mode Pembentukan Geram (Mpg)
Pada Proses Gerinda Permukaan Baja Perkakas Skd11, Institut Teknologi Sepuluh
November. Penelitian betujuan untuk mempelajari pengaruh tipe abrasif, kecepatan makan
dan kedalaman potong terhadap gaya potong, IPBK dan mode pembentukan geram pada
proses gerinda permukaan baja perkakas SKD11. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel proses gerinda permukaan yang berpengaruh signifikan terhadap gaya potong adalah
kedalaman potong dan jenis abrasif, sedangkan terhadap kekasaran permukaan adalah
kedalaman potong dan kecepatan makan
Pelepasan material pada proses gerinda terjadi karena kondisi cuttingantara roda gerinda
dengan permukaan bendakerja. Permukaan benda kerja mendapat tekanan yang akan
menimbulkan konsentrasi tegangan di daerah sekitar titik penekanan mata potong pahat. Hal
ini menyebabkan terjadi deformasi plastis yang menggeser dan memutuskan benda kerja
diujung pahat pada suatu bidang geser. Proses gerinda permukaan dipengaruhi oleh beberapa
parameter pemotongan seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1
Dengan:
lt: jarak gerak melintang; (mm)
lw:panjang penggerindaan benda kerja; (mm)
ln:panjang langkah pengakhiran; (mm)
lv:panjang langkah pengawalan; (mm)
v :kecepatanmakan tangensial; (mm/s)
fa:gerak makan aksial;(mm/langkah)
fr :gerak makan radial; (mm/langkah)
D:diameter roda gerinda; (mm)
bs :lebar roda gerinda; (mm)
ns :putaran roda gerinda; (r/min)
V :kecepatan periferal roda gerinda; (m/s)
d : kedalaman potong; (mm)
w : lebar benda kerja; (mm)
Roda gerinda yang dipasang pada poros utama berputar dengan kecepatan periferal tertentu
tergantung pada diameter roda gerinda dan putarannya. Kecepatan periferal pada tepi roda
gerinda dapat dihitung dengan rumus berikut (Rochim, 1993),
π d s ns
v s= m/ s
60000
Dengan:
v s:kecepatan periferal roda gerinda; (m/s)
ds:diameter roda gerinda; (mm)
n s: putaran roda gerinda; (r/min)
Mekanisme pembentukan geram dalam proses gerinda permukaan sama seperti mekanisme
pembentukan geram pada proses pemesinan konvensional yang lain. Pada proses pemesinan
gerinda permukaan, masing-masing butiran abrasif dari roda gerinda bertindak seperti
miniatur pahat potong. Geometri dan orientasi dari butiran abrasif ini bersifat acak dan ketika
proses gerinda permukaan berlangsung tidak semua butiran abrasif memotong benda kerja.
Dalam proses gerinda permukaan ada tiga tipe aksi dari butiran abrasif yaitu, cutting, plowing
dan rubbing. Cutting adalah kondisi dimana butiran abrasif cukup panjang untuk menyentuh
benda sehingga memungkinkan proses pemotongan terjadi. Plowing adalah kondisi dimana
butiran abrasif menyentuh benda kerja tetapi tidak cukup panjang. Hal ini mengakibatkan
permukaan benda kerja terdeformasi, tetapi tidak terjadi pemotongan. Rubbingadalah kondisi
dimana butiran abrasif menyentuh permukaan benda kerja. Permukaan benda kerja tidak
terdeformasi dan tidak terjadi pemotongan. Dalam kondisi ini butiran abrasif dan permukaan
benda kerja hanya bergesekan. Ilustrasi ketiga kondisi tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tiga tipe aksi dari butiran abrasif: (a) Cutting(b) Plowing (c)
Rubbing (Groover, 2010)
Gambar 2.3 Mekanisme pembentukan geram pada proses gerinda permukaan, (a) sudut
geram positif, (b) sudut geram 90o, (c)sudut geram negatif
Seperti halnya dengan proses pemesinan yang lain dimana pahat memegang peranan utama
sebagai media potong, maka untuk proses gerinda yang berfungsi sebagai media potong
adalah roda gerinda. Roda gerinda harus dipilih dengan seksama berdasarkan bentuk, dimensi
dan jenisnya supaya proses gerinda dapat dilaksanakan dengan efisien. Untuk membantu
pemilihan roda gerinda maka International Organization for Standardization (ISO)
merekomendasikan pemakaian jenis roda gerinda yang telah distandarkan (ISO 525-1999).
Berdasarkan ISO setiap roda gerinda memiliki kode tertentu yang berisi informasi mengenai
spesifikasi dari roda gerinda dalam bentuk serangkaian huruf dan angka. Bentuk umum dari
kodifikasi roda gerinda berdasarkan ISO dapat dilihat pada Tabel 2.1
Dengan:
0 : Spesifikasi serbuk abrasif: sesuai dengan klasifikasi lebih lanjut dari pabrik pembuat.
1 : Jenis serbuk abrasif: dimana jenis serbuk abrasif yang sering dipakai adalah aluminum
oxide,siliconcarbide, cubic boron nitride(CBN) dan diamond(Boothro yd, 2006).
2 :Ukuran grit:dimana angka yang besar menunjukkan bahwa ukuran
serbuknya kecil. Berdasarkan ISO, ukuran grit dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Ukuran
Grit
4 : Struktur roda gerinda: yang menyatakan kerapatan atau konsentrasi serbuk abrasif
persatuan luas. Struktur dalam roda gerinda terdiri dari butiran abrasif, bahan pengikat dan
pori-pori. Struktur tersebut diidentifikasikan dengan menggunakan angka 0 sampai 30. Angka
yang kecil menunjukkan bahwa roda gerinda mempunyai kerapatan serbuk yang tinggi.
Ilustrasi struktur dari roda gerinda dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Struktur roda gerinda (Groover, 2010)
6 : Spesifikasi bahan pengikat: yang berupa angka dan hanyadicantumkan bila perlu, sesuai
dengan jenis dan modifikasi yangdilakukan oleh pabrik pembuat.
7 : Kecepatan periferal maksimum roda gerinda: dengan satuan m/s.2.5 Balancing dan
Dressing
Pelepasan material pada proses gerinda terjadi karena gesekan antara roda gerinda dengan
benda kerja. Proses ini terjadi pada putaran yang tinggi. Hal yangperlu diperhatikan dalam
proses gerinda adalah keseimbangan dari roda gerinda itu sendiri. Roda gerinda yang tidak
seimbang dapat pecah ketika berputar dengan kecepatan tinggi dan bisa mengakibatkan
cedera, terhadap operator maupun kerusakan terhadap benda kerja (Black, 2004). Roda
gerinda yang tidak seimbang juga akan menghasilkan permukaan akhir yang buruk dan dapat
menyebabkan keausan pada bantalan poros. Roda gerinda yang tidak seimbang bisa
disebabkan oleh campuran perekat dan abrasif yang tidak merata maupun sebagian roda
gerinda basah karena oli atau air, sehingga diperlukan proses balancing terhadap roda gerinda
sebelum digunakan. Balancing adalah proses penyeimbangan roda gerinda dengan
penambahan dua atau tiga bobot penyeimbang, sehingga roda gerinda tidak berat pada satu
titik. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam proses gerinda permukaan adalah tumpulnya sisi
potong pada roda gerinda. Dalam hal ini diperlukan dressing untuk menghilangkan butiran
abrasif yang sudah tumpul, sehingga muncul sisi potong yang baru yang membuat
kemampuan potong menjadi optimal lagi.
Proses pemesinan gerinda permukaan menghasilkan panas yang lebih tinggi apabila
dibandingkan dengan proses pemesinan yang lain. Hal ini mengakibatkan kerusakan pada
permukaan benda kerja (surface burning dan retakan). Panas yang tinggi ini disebabkan oleh
geometri butiran-butiran abrasif yang tidak beraturan. Hal ini menciptakan kondisi sumber-
sumber panas seperti kondisi plowing, rubbing dan rake angle negatif yang besar. Cairan
pendingin yang diberikan pada benda kerja pada saat proses gerinda permukaan akan
berfungsi sebagai penyerap panas, sehingga tingkat distribusi panas yang terjadi selama
proses gerinda permukaan berkurang. Cairan pendingin juga berfungsi sebagai pelumas yang
dapat mengurangi gesekan antara roda gerinda dengan geram maupun dengan permukaan
benda kerja. Selain sebagai pelumas dan penyerap panas, cairan pendingin dalam beberapa
kasus mampu menurunkan gaya potong dan memperhalus permukaan material. Fungsi lain
dari cairan pendingin adalah sebagai pembersih atau pembilas geram pada waktu proses
gerinda permukaan.
Mulai
Perumusan Masalah
Perancangan
Eksperimen
Pelaksanaan
Eksperimen
Pengambilan Data
Pengolahan data
Laporan
Selesai
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
3.3. Hipotesis
Hipotesis penelitian adalah sbb.:
1. Hipotesis Nul (H0) adalah sbb.:
Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Peripheral Speed, Depth Of Cut dan
Feeding speed terhadap kekasaran permukaan benda kerja st37