Anda di halaman 1dari 61

Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)

Universitas Islam Kalimantan MAB


ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Optimasi Parameter Proses Milling dengan Pendinginan Fluida
Alami (Cold Natural Fluid) terhadap Kualitas Permesinan Baja
ST 42 dengan Metode Taguchi
Nalendro Mataram1a, Syam Ramadhani Saputra2b, Khanif
Setiyawan3c
1
Jl. Kadrie Oening Rt.019, Air Hitam, Samarinda
2
Jl. KH Harun Nafsi Gang. H.M. Yahya, Kel. Rapak Dalam, Samarinda
3
Jl. Ir. H. Juanda No.15, Sidodadi, Kec. Samarinda Ulu, Samarinda
a
nmataram12@gmail.com, bsyamramadhanisaputra@gmail.com, cks366@umkt.ac.id

Abstrak
Proses pemesinan milling adalah proses pemesinan yang banyak digunakan untuk
pembuatan suatu komponen. Waktu yang dibutuhkan membuat komponen diupayakan
seminimal mungkin untuk mencapai kapasitas produksi yang tinggi. Proses pemotongan
yang maksimum akan menghasilkan laju pemakanan material (MRR) yang tinggi namun
mengakibatkan kekasaran permukaan (Ra) yang tinggi. Upaya mendapatkan kondisi
optimal pemesinan milling yang mampu menghasilkan produk berkualitas dan efisien,
diperlukan kondisi pemotongan yang tepat. Kondisi optimal dalam penelitian ini pada
parameter pemesinan dan waktu yang cepat terhadap kekasaran permukaan. Pengukuran
kekasaran permukaan sesuai Standar JIS (industry manufactur), material yang digunakan
dalam penelitian adalah Baja ST 42 dengan pahat HSS-Superhard End Milling 5 mm.
Dari hasil pengujian dan investigasi permesinan Milling pada baja ST 42, cutting
condition menempati peringkat pertama untuk respon kekasaran permukaan daerah hasil
proses milling, ini berarti bahwa cutting condition memiliki pengaruh paling besar
terhadap hasil kekasaran permukaan hasil proses milling. Dari ekperiman yang dilakukan
dapat dihasilkan bahwa dengan desain penelitian dengan variasi tiga pendingin nilai
kekasaran terndah adalah 0,9568 ra dan tertinggi 2,6883 ra, menunjukkan cutting
condition menempati peringkat pertama untuk respon temperatur pahat, ini berarti bahwa
cutting condition memiliki pengaruh paling besar terhadap hasil temperatur pahat.

Kata kunci : Milling Process, Taguchi Method, Surface Raughne

Latar belakang Kualitas barang produksi yang


dianggap baik biasanya ditandai dengan
Proses pembentukan komponen
kualitas permukaan komponen yang
melalui permesinan dilakukan dengan
baik. Untuk mendapatkan hasil kualitas
cara membuang bagian benda kerja yang
permukaan yang sesuai dengan tuntutan
tidak digunakan menjadi geram (chips),
perancangan bukanlah hal yang mudah,
sehingga terbentuk benda kerja. Dari
karena banyak faktor yang harus
semua prinsip pemotongan proses
diperhatikan. Seorang operator mesin
pemesinan dengan menggunakan mesin
harus memiliki pengetahuan yang benar
perkakas adalah proses yang paling
tentang penggunaan alat ukur dan mesin
banyak dilakukan untuk menghasilkan
supaya dapat memenuhi permintaan
suatu produk jadi yang berbahan baku
penyelesaian permukaan (surface finish)
logam. Diperkirakan sekitar 60% sampai
yang sesuai dengan perancangan.
80% dari seluruh proses pembuatan
Milling merupakan salah satu proses
komponen mesin yang komplit
pemesinan yang banyak digunakan
dilakukan dengan proses pemesinan [1].
untuk pembuatan komponen. Mesin
1
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
milling sering digunakan untuk permukaan adalah kecepatan pemakanan
membuat komponen yang mempunyai dan geometri pahat.
fitur berupa suatu profil dan juga Bernardos P.G., Vosniakos G.C.
trajectory yang kompleks. Sebagai (2003), memprediksi hubungan antara
contoh, proses pemesinan milling sering kedalaman pemakanan, kecepatan
digunakan dalam pembuatan cetakan makan per gigi, kecepatan potong, pahat,
(mould), untuk pekerjaan perataan cairan pendingin dan dan gaya potong
permukaan, pembentukan roda gigi, dengan kekasaran permukaan pada
pembentukan pola permukaan, dan pemesinan milling paduan aluminium.
pekerjaan bor. Penelitian yang dilakukan menggunakan
Penelitian yang akan dilakukan Taguchi design of experimental dan
diarahkan untuk mendapatkan kondisi Artificial Neural Networks [4].
optimal dari parameter pemesinan Parameter pemesinan memiliki
terhadap hasil kekasaran permukaan pengaruh signifikan terhadap kekasaran
komponen. Untuk proses optimasi, permukaan adalah kecepatan putaran
metode eksperimen yang digunakan spindel dan kondisi pemotongan.
adalah metode Taguchi. Metode Taguchi Bertambahnya kedalaman pemakanan
adalah metode eksperimen yang ataupun kecepatan potong tidak
bertujuan untuk memperbaiki kualitas meningkatkan hasil kekasaran pada
produk dan proses dalam waktu yang benda uji. Parameter yang
bersamaan menekan biaya dan sumber mempengaruhi hasil kualitas permukaan
daya seminimal mungkin sehingga suatu komponen. [5] diketahui bahwa
dicapai kondisi yang optimal dan efisien parameter yang memiliki pengaruh
[2]. Parameter pemesinan yang terdiri signifikan terhadap kekasaran
dari kecepatan putaran spindel (spindle permukaan adalan kecepatan potong,
speed), kecepatan pemakanan (feed kedalaman pemakanan, dan kecepatan
rate), kedalaman pemakanan (depth of pemakanan.[6]. kondisi pemotongan
cut), dan penggunaan cairan pendingin optimum yang diperoleh pada
(kondisi pemotongan), berpengaruh pemesinan AISI 4140 menggunakan
terhadap hasil. Penelitian ini bertujuan pahat CBN pada keadaan pemesinan laju
mencari optimasi permesinan milling tinggi, keras dan kering adalah pada laju
pada material baja ST 40. Metode ini pemotongan 200 m/min, laju pemakanan
digunakan dengan tujuan untuk 0.16 mm/min dan kedalaman potong 1.1
memperbaiki kualitas produk dan proses mm dengan volume pembuangan geram
dalam waktu yang bersamaan sehingga 161.02 cm3. Kondisi optimal kekasaran
dicapai kondisi yang optimal. terendah permukaan dapat dicapai pada
Menurut [3], yang melakukan analisis kedalaman pemakanan level 3 (1.5 mm),
pengaruh kecepatan potong, kecepatan kecepatan potong pada level 1 (20
pemakanan, kedalaman pemakanan, dan m/min), gerak makan pada level 2
geometri pahat terhadap kekasaran (0.33mm/rev) dengan kombinasi
permukaan ketika melakukan slot end tersebut dihasilkan harga kekasaran
milling pada Al 2014-T6, bahwa untuk terendah 1,52 μm3.
kondisi tanpa cairan pendingin, Dari hasil penelitian diatas
kekasaran permukaan sangat menunjukan efektifitas pendinginan
dipengaruhi oleh kecepatan potong, menggunakan udara dengan temperatur
kecepatan pemakanan, dan geometri lingkungan masih lebih rendah
pahat. Sedangkan untuk kondisi dengan dibandingkan dengan menggunakan
cairan pendingin, faktor yang sangat media pendingin cair (dromus). Untuk
berpengaruh terhadap kekasaran memperbesar efektivitas proses

2
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
pendinginan udara yang digunakan harus kekasaran dituntut sekecil mungkin dan
bersuhu rendah. waktu pengerjaan yang secepat
Aplikasi pendinginan menggunakan mungkin.
udara-dingin pada proses pemesinan
logam diharapkan menjadi nilai tambah Cairan pendingin (Cutting fluid)
pada usaha pemesinan logam, karena Dalam proses permesinan dikenal
secara ekonomis mampu mengurangi adanya dua macam kondisi pemotongan
biaya yang seharusnya digunakan untuk: yaitu kondisi kering (dry machining) dan
membeli cairan pendingin, membeli kondisi basah (wet machining). Pada
pahat akibat rendahnya umur pahat, serta proses kering proses pemotongan benda
biaya pengiriman dan pengolahan dilakukan tanpa menggunakan
limbah. Dari beberapa literatur yang
penambahan atau pemberian cairan
telah disebutkan diatas, pada proses pendingin pada permukaan benda kerja
pemesinan milling terdapat beberapa
dan pahat. Sedangkan pada proses basah
parameter yang berpengaruh pada proses pemotongan dilakukaan dengan
kekasaran permukaan komponen penambahan cairan pendingin pada
diantaranya adalah kecepatan permukaan pahat dan benda kerja.
pemotongan atau kecepatan putaran
spindel, kedalaman pemakanan, Temperatur Pemotongan
geometri pahat, kecepatan pemakanan, Pada proses pemotongan logam,
dan penggunaan cairan pendingin. temperatur pahat dan benda kerja akan
Dalam penelitian ini untuk naik yang disebabkan karena adanya
meningkatkan optimasi permesinan gesekan diantara keduanya. Jika tidak
digunakan udara yang lebih dingin untuk didinginkan hal ini akan menaikkan laju
meningkatkan fungsinya sebagai media keausan pahat dan menimbulkan
pendingin. Meningkatkan gradien suhu kerusakan pada benda kerja. Saat ini
melalui penukar kalor diharapkan akan pendinginan pada proses pemotongan
berpengaruh terhadap kualitas produk logam dilakukan dengan menggunakan
permesinan milling. Alat penukar kalor media dromus atau menggunakan metode
didesain untuk menyerap panas fluida MQL/MQC. Dengan menggunakan dromus
agar dapat di atur pada kondisi suhu akan diperoleh laju pendinginan yang maksimum,
fluida pada 8-10 o C. tetapi dengan menggunakan dromus juga akan
menaikkan biaya operasional (8-16%) dan
Tinjauan Pustaka tidak ramah terhadap lingkungan .
Fokus utama pada industri permesinan modern
saat ini adalah pencapaian kualitas terbaik, akurasi
dimensi atau kepresisian hasil permesinan, hasil
akhir permukaan, produktivitas yang tinggi, laju
keausan pahat yang rendah, permesinan yang
ekonomis dan peningkatan performansi produk
dengan masih mempertimbangkan dampak
lingkungan. Saat ini, beberapa segmen
Gambar 1. Distribusi Temperatur Pahat
konsumen menuntut komponen hasil
pada Proses Pemotongan Logam dengan
permesinan dengan kriteria kekasaran
FEM.
tertentu, selain itu menuntut juga agar
komponen tersebut diproses atau
dikerjakan dalam waktu yang cepat.
Sebagai contoh dalam pembuatan poros,

3
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
mendalam sejak lama,terutama
Formasi suhu dan Radius pahat
terjadinya proses penyayatan sehingga
terbentuk beram. Proses terbentuknya
beram adalah sama untuk hampir semua
0 mm 0,05 mm 0,25 mm proses pemesinan. Laju regangan (strain
rate) terbentuk cepat pada proses
pembentukan geram tergantung pada
0,5 mm 0,75 mm 1 mm
bahan benda kerja, temperatur benda
kerja, cairan pendingin, dan sebagainya.
Gambar 2. Distribusi Temperatur dengan Hal ini Tergantung juga pada material
Menggunakan FEM pahat, temperatur pahat, dan getaran
Pada Gambar 1 terlihat bahwa pahat.
temperatur tertinggi selama proses
pemotongan adalah pada daerah ujung
pahat, hal ini disebabkan pada daerah
ujung merupakan daerah yang
mengalami gesekan terbesar.
Dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan dengan menggunakan
pendinginan metode MQL/MQC Gambar 3. Bentuk Formasi chip dengan
diperoleh hasil yang hampir sama FEM
dengan menggunakan pendinginan Proses pembentukan geram dipengaruhi oleh
dromus, tetapi metode MQL/MQC ini bentuk pahat (cutting tool). Fenomena Untuk
memiliki kekurangan yaitu timbulnya semua jenis proses pemesinan termasuk gerinda,
aerosol coolant di daerah pemotongan honing, lapping, planing, bubut, atau
logam, hal ini jelas akan membahayakan frais,mempunyai karakteristik berbeda-beda.
kesehatan operator. Secara umum ada tiga tahapan utama
Untuk mengetahui distribusi yang dilakukan pada penelitian ini, yaitu:
temperatur pada seluruh bagian pahat, 1) Mendesain dan membuat sistem
cara yang paling efektif adalah pendingin udara berkecepatan tinggi
menggunakan FEM. Metode eksperimen yang portable tanpa harus merubah
hanya mampu melihat pada suatu daerah desain mesin bubut yang sudah ada;
tertentu pada pahat. Penelitian untuk 2) Melakukan pemodelan FEM proses
mengetahui temperatur pahat dan benda pemesinan dengan pendinginan udara-
kerja dimaksudkan untuk mengontrol dingin;
keausan pahat, meminimalisir gaya 3) Melakukan eksperimen untuk
pemotongan dan meningkatkan kualitas mendapatkan parameter optimum dari
hasil permesinan . besarnya tekanan dan posisi
penyemprotan udara-dingin untuk
Pembentukan geram (Chip formation) memperoleh tingkat kekasaran
Pada mulanya diperkirakan geram permukaan dan temperatur pahat yang
terbentuk karena adanya retak mikro minimum.
(micro crack).dengan bertambahnya Parameter yang Dapat Diatur pada
tekanan pahat, retak tersebut menjalar Mesin Frais/ milling
kedepan sehingga terjadilah geram Maksud dari parameter yang dapat
Karena pentingnya proses pemesinan diatur adalah parameter yang dapat
pada semua industri, maka teori langsung diatur oleh operator mesin
pemesinan dipelajari secara luas dan ketika sedang mengoperasikan mesin

4
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
frais. Seperti yang disampaikan oleh pemesinan berjalan dengan optimal, harus dipilih
menurut Rahdiyanto (2010), parameter harga kecepatan pemakanan yang tepat.
yang dimaksud adalah putaran spindel
(n), gerak makan (f), dan kedalaman
potong (a). Pada mesin konvensional
putaran spindel bisa langsung diatur
dengan cara mengubah posisi handel
pengatur putaran mesin. Gerak makan
bisa diatur dengan cara mengatur handel
gerak makan sesuai dengan tabel f yang Gambar 4. Perbedaan antara gerak makan per
ada di mesin. Gerak makan ini pada gigi (ft) dan gerak makan per putaran
proses frais ada dua macam yaitu gerak (fr).
makan per gigi (mm/gigi), dan gerak
makan per putaran (mm/putaran). Dalam memilih harga vf memperhatikan
Kedalaman potong diatur dengan cara jenis proses, jenis bahan pahat, jenis
menaikkan benda kerja, atau dengan cara bahan benda kerja, dan daya mesin yang
menurunkan pahat. tersedia. Persamaan kecepatan pemakanan
Putaran spindel (n) ditentukan ditunjukan dengan persamaan 2.
berdasarkan kecepatan potong.
Kecepatan potong ditentukan oleh v f = f .n (2)
kombinasi material pahat dan material
dimana,
benda kerja. Kecepatan potong adalah
vf : kecepatan pemakanan (m/min)
jarak yang ditempuh oleh satu titik
f : feedrate (mm/min),
(dalam satuan meter) pada selubung
n : kecepatan spindel (rpm)
pahat dalam waktu satu menit. Rumus
kecepatan potong identik dengan rumus
Nama-nama bagian pahat frais rata dan
kecepatan potong pada mesin bubut.
geometri gigi pahat frais rata ditunjukkan pada
Pada proses frais besarnya diameter yang
Gambar 5.
digunakan adalah diameter pahat.

Cutting speed; vc (kecepatan potong)


Kecepatan potong adalah kecepatan
pahat memotong benda kerja, terdapat
hubungan antara kecepatan potong pada
benda kerja. Korelasi antara kedua
kecepatan tersebut ditunjukkan dengan
Persamaan 1. Gambar 5. Konfigurasi pahat frais : (a) nama-nama
d n bagian pahat frais rata, (b) geometri gigi pahat
v = (1) Depth of cut
1000
dimana, Pahat untuk proses frais dibuat dari material
v : kecepatan potong (m/min) HSS atau karbida. Material pahat untuk proses frais
d : diameter pahat (mm) pada dasarnya sama dengan material pahat untuk
n : kecepatan spindel (rpm) pahat bubut. Untuk pahat karbida juga
digolongkan dengan kode P, M, dan K. Pahat frais
Feed rate; vf (kecepatan pemakanan) karbida bentuk sisipan dipasang pada tempat pahat
Kecepatan pemakanan adalah kecepatan sesuai dengan bentuknya (Gambar 5). Standar ISO
pergeseran pahat terhadap benda kerja. Agar proses untuk bentuk dan ukuran pahat sisipan tersebut
mengatur tentang bentuk sisipan, sudut potong,
toleransi bentuk, pemutus tatal (chipbeaker),

5
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
panjang sisi potong, tebal sisipan, sudut bebas, arah sering disebut dengan istilah lain yaitu
pemakanan, dan kode khusus pembuat permukaan mempunyai arti tersendiri
pahat. yaitu garis hasil pemotongan secara
normal atau serong dari suatu
Cutting time; tc(waktu pemotongan) penampang permukaan, sebagaimana
ditunjukan pada Gambar 6 dibawah ini.
Waktu pemotongan merupakan
lamanya waktu yang digunakan selama
proses (tahap) pemotongan benda kerja.
Waktu menunjukan korelasi antara
panjang dan kecepatan pemotongan,
yang ditunjukan pada persamaan 3
sebagai berikut:
Gambar 6. Bidang dan Profil Pada
tc =  t /  f
(3)
Penampang Permukaan [1]
dimana,
tc: waktu pemotongan (min) Karakteristik suatu permukaan
lt: panjang pemotongan (mm) memegang peranan penting dalam
vf: kecepatan pemakanan (mm/min) menilai kualitas hasil permesinan,
kekasaran permukaan dibedakan
Rate of metal removal; Z, MRR menjadi dua bentuk, diantaranya :
(kecepatan penghasilan geram) a. Ideal Surface Roughness, yaitu :
kekasaran ideal yang dapat dicapai
Kecepatan penghasilan geram dalam suatu proses permesinan
merupakan kecepatan yang diperoleh dengan kondisi ideal.
dari hasil perkalian antara gerak makan, b. Natural Surface Roughness, yaitu :
kedalaman potong dan kecepatan kekasaran alamiah yang terbentuk
potong, yang ditunjukan melalui dalam proses permesinan karena
persamaan 4. adanya beberapa faktor yang
mempengaruhi proses permesinan
Z = A. v (4) diantaranya karena keahlian operator,
Karena penampang geram sebelum getaran yang terjadi pada mesin
terpotong A = f. a, maka korelasi antara ketidakteraturan feed mechanisme,
keduanya di tunjukan dengan persamaan adanya cacat pada material dan
5. gesekan antara chip dan material.
Z = f. a. v (5)
Desain Ekperimen dengan Metode
dimana, Taguchi
Z : kecapatan penghasilan chips
(mm3/min) Metode Taguchi adalah desain
a : kedalaman pemotongan (mm) eksperimen adalah evaluasi secara
v : kecepatan potong (mm/min) serentak terhadap dua atau lebih faktor
f : feed (mm) atau parameter terhadap kemampuannya
untuk mempengaruhi rata-rata hasil atau
variabilitas hasil gabungan dari
Kekasaran Permukaan Benda Kerja karakteristik produk atau proses tertentu.
Kekasaran Permukaan, menurut Untuk mencapai hal itu secara efektif
istilah keteknikan, permukaan adalah level dari kontrol harus dibuat bervariasi,
suatu batas yang memisahkan benda hasil dari kombinasi pengujian tertentu
padat dengan sekitarnya. Istilah profil diamati dan dikumpulkan untuk

6
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
selanjutnya dianalisa untuk menentukan dan neat oil dengan melalui penukar
faktor mana yang berpengaruh dan kalor.
mengetahui hasil maksimal yang dapat 6. Dengan menggunakan table taguchi
diperoleh. Filosofi Taguchi terhadap sesuai factor dan level pengaruh level
kualitas terdiri dari dari tiga buah terhadap rata-rata kekasaran
konsep, yaitu: permukaan daerah hasil proses
a. Kualitas harus didesain ke dalam milling pada material ST 42.
produk dan bukan sekedar
memeriksanya. 7. Interpretasi hasil didasarkan smaller
b. Kualitas terbaik dicapai dengan the bether, dengan analisis ini maka
meminimumkan deviasi dari target. kekasaran terkecil merupakan hasil
Produk harus didesain sehingga yang paling optimum.
kokoh (robust) terhadap faktor 8. Parameter dan level dianalisis Alat ini
lingkungan yang tidak dapat berfungsi sebagai pengganti sistem
dikontrol. pendingin yang udah ada dimesin-
c. Biaya kualitas harus diukur dengan mesin perkakas. Alat ini diterapkan
fungsi deviasi standar tertentu dan tanpa membongkar sistem pendingin
kerugian harus diukur pada seluruh yang sudah ada. Sistem operasi yang
sistem. otomatis dan hemat listrik, hal ini
karena untuk meningkatkan efisiensi
Metode Penelitian proses produksi, pada sisi waktu dan
biaya. Alat didesain mampu
Langkah – langkah Ekperimen pada menghasilkan udara-dingin yang
pelaksanaan proses penelitian sebagai aman bagi kesehatan operator dan
berikut: ramah lingkungan, tetapi tetap efektif
1. Persiapan, yaitu menyiapkan mesin dalam penggunaannya. Proses dengan
skrap, mesin potong, spesimen uji,
ANOVA.
kompresor udara, air cooling system
dan adjustable spot cooler. Minyak alami yang digunakan adalah
2. Merangkai alat pendingin berupa dromus drathon 816.03 (neat cutting oil)
kompresor udara, air cooling system, merupakan minyak dengan viskositas
perangkat ukur suhu dan tekanan sedang yang mengandung additive sulfur
fluida pada penurun suhu udara dan dan klorine yang khusus diformulasikan
nosel yang digunakan/ adjustable memberikan daya potong tinggi, bau dan
spot cooler. penguapannya sedikit selama
3. Membuat Pembuatan Specimen, yang pemakaian. dromus drathon 816.03 (neat
akan digunakan terlebih dahulu cutting oil) berikut adalah keuntungan
dipotong dengan mesin potong listrik, dromus drathon 816.03 (neat cutting oil),
kemudian diskrap untuk meratakan antara lain:
permukaan dan pada sudut – sudut a. Proses pengerjaannya mudah
yang tajam dikikir, dimensi specimen diamati, karena warnanya bening.
adalah baja ST 42 dengan panjang 50 b. Memberikan hasil yang lebih baik
mm, lebar 50 mm dan tebal 40 mm pada permukaan benda yang
dikerjakan.
4. Memberi jarak pada spesimen uji c. Memiliki sifat pelumas dan
untuk setiap jarak pengambilan data pendingin yang baik.
dengan pahat 5 mm, masing – masing d. Berkemampuan tinggi dan tidak
permukaan digunakan untuk 3 alur. bau.
5. Penerapan permesinan milling dengan
menggunakan udara dingin, nitrogen

7
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Karakteristik tipe dromus drathon 8 3 2 1 3
816.03 (neat cutting oil) Manual Produk 9 3 3 2 1
Drathon Lubricants, dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel 3. Perencanaan Data Ekperiman
Tabel 1. Karakteristik tipe dromus Taguchi Baja ST 42
drathon 816.03 (neat cutting oil) Manual Parameter Faktor Level 1
Level
Level 3
Produk Drathon Lubricants, Best Industrial 2
Spindel
Maintenance Lubricant (2013) A
speed 360 565 950
Properties Test Method Value/
Feed rate B 36 63 98
Indeks
Depth of
Density @ 15℃ ASTM 0.889 C
cut 0,5 0,75 1
D1298 Neat
Kin.Viscosity @ ASTM D445 21.9 Cutting Udara
D Oil Nitrogen
Condition Dingin
40℃, Cst (MQL)
Kin.Viscosity @ ASTM D445 4.3
Prinsip kerja sistem pendinginan
100℃, Cst
yang digunakan adalah dengan
Flash Point, ℃ ASTM D93 185
memanfaatkan udara pendingin yang
Copper ASTM D130 1A
telah diatur agar mencapai suhu yang
Corrosion Test, 1A
rendah dengan dilewatkan pada ruang
3 Haors @50℃,
@100℃,
pendingin
Color ASTM 3.0
D1500 Hasil dan Pembahasan
Hasil ekperimen dan perhitungan
Pendingin Udara ( Penurun Suhu Fluida) dengan menggunakan analisa varian
Pendinginan dilakukan melalui sesuai parameter dan level dan
refrigerasi dengan pemindahan energi pengolahan data dengan menggunakan
panas yang terkandung di dalam ruangan analisis ANOVA, Analisis varian
tersebut. Fluida penukar kalor dan udara (ANOVA) Taguchi. ANOVA
ruang yang dikondisikan agar mampu merupakan teknik yang digunakan
menurunkan udara pada suhu 7 – 10 o C. dalam menganalisis data yang telah
Dalam penelitian ini yang digunakan disusun dalam perencanaan eksperimen
adalah desain ekperimen dengan empat secara statistik. ANOVA digunakan
faktor dan tiga level sesuai dengan pola untuk membantu mengidentifikasi
orthogonal L9 seperti pada tabel 2. kontribusi faktor sehingga akurasi
perkiraan model dapat ditentukan.
Tabel 2. Orthogonal array L9 ANOVA untuk matrik ortogonal
Kondisi
A B C D dilakukan berdasarkan perhitungan
Percobaan jumlah kuadrat untuk masing-masing
1 1 1 1 1 kolom. dapat dilihat pada tabel 4 sampai
2 1 2 2 2
11 sebagai berikut;
3 1 3 3 3 Hasil Penelitian pada baja ST 42
dengan Milling
4 2 1 2 3
5 2 2 3 1
Nilai rata-rata kekasaran permukaan
hasil proses milling pada material Baja
6 2 3 1 2 ST 42 ditunjukan pada tabel 4 dan tabel
7 3 1 3 2 nilai rata-rata suhu proses pada tabel 5,

8
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
dan daya listrik pada Tabel 6, sebagai Nilai Rata-Rata Daya
berikut. Percobaan Listrik Mesin Milling
Tabel 4. Nilai Rata-Rata Kekasaran (Watt)
Permukaan Hasil Proses Milling Pada 1 352.00
Material Baja ST 42 2 403.33
Nilai Rata-Rata
Percobaan Kekasaran Permukaan 3 360.80
Hasil Proses Milling (µm)
1 1.4829 4 353.47
2 0.9568 5 354.93
3 2.0851 6 403.33
4 1.9931
7 396.00
5 1.0393
8 363.73
6 2.5887
7 1.3608 9 374.73
8 2.6883
Perhitungan rata-rata kekasaran
9 1.9761 permukaan daerah hasil proses milling,
rata-rata temperatur pahat, dan rata-rata
Untuk mengidentifikasi pengaruh konsumsi daya listrik mesin milling
level dari faktor terhadap rata-rata melalui kombinasi level dari masing-
kekasaran permukaan daerah hasil masing faktor dapat dilihat respon
proses milling, rata-rata temperatur pengaruh level terhadap rata-rata
pahat, dan rata-rata konsumsi daya listrik kekasaran permukaan hasil proses
mesin milling dilakukan pengolahan milling pada material Baja ST 42 dapat
data respon (data asli) yang diperoleh dilihat pada Tabel 7.
melalui pengujian.
Tabel 7. Respon Pengaruh Level
Tabel 5. Nilai Rata-Rata Temperatur Terhadap Rata-Rata Kekasaran
Pahat Pada Material Baja ST 42 Permukaan Hasil Proses Milling Pada
Percobaan Nilai Rata-Rata Material Baja ST 42
Temperatur Pahat (⁰C) Level Selisih
1 27.70 Ran
Faktor (maks
1 2 3 king
- min)
2 21.77
2.5 1.8 2.0
Spindel
3 27.93 08 73 08 0.6346 4
speed
3 7 4
4 27.37 Feed
1.6 1.5 3.2
12 61 16 1.6552 2
rate
5 24.60 3 5 6
2.2 1.6 2.4
6 21.10 Depth of
53 42 95 0.8531 3
cut
3 0 1
7 20.73 1.4 1.6 3.2
Cutting
8 27.27 99 35 55 1.7561 1
condition
4 4 5
9 25.73
Respon pengaruh level terhadap rata-
Tabel 6. Nilai Rata-Rata Konsumsi
rata temperatur pahat pada material Baja
Daya Listrik Pada Baja ST 42

9
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
ST 42 dapat dilihat pada Tabel 8 sebagai
berikut;
Tabel 8. Respon Pengaruh Level Terhadap Rata-Rata Temperatur Pahat Pada Material
Baja ST 42
Level Selisih
Faktor Ranking
1 2 3 (maks - min)
Spindel speed 24.47 24.36 24.58 0.22 4
Feed rate 23.93 24.54 24.92 0.99 2
Depth of cut 24.02 24.96 24.42 0.93 3
Cutting condition 24.68 21.20 27.52 6.32 1

pada Material Baja ST 42 ditunjukan


Respon pengaruh level terhadap rata-
pada Tabel 9 dibawah ini.
rata konsumsi daya listrik mesin milling
Tabel 9. Respon Pengaruh Level Terhadap Rata-Rata Konsumsi Daya
Level Selisih
Faktor Ranking
1 2 3 (maks - min)
Spindel speed 378.64 370.58 378.16 8.07 3
Feed rate 367.16 374.00 386.22 19.07 2
Depth of cut 373.02 377.18 377.18 4.16 4
Cutting condition 356.89 400.89 365.93 34.96 1

Dari Tabel 9 dapat dilihat cutting menggunakan metode analisis varian


condition menempati peringkat pertama (ANOVA).
untuk respon kekasaran permukaan Analisa Varian (ANOVA)
daerah hasil proses milling, ini berarti Kekasaran Permukaan, Temperatur
bahwa cutting condition memiliki Pahat, dan Konsumsi Daya Listrik
pengaruh paling besar terhadap hasil Mesin Milling Material Baja ST 42
kekasaran permukaan hasil proses Analisa Varian (ANOVA)
milling. Kekasaran Permukaan Hasil
Tabel 9 menunjukkan cutting Proses Milling pada Baja ST 42
condition menempati peringkat pertama
untuk respon temperatur pahat, ini Untuk mengetahui besarnya pengaruh
berarti bahwa cutting condition memiliki setiap faktor rata-rata kekasaran
pengaruh paling besar terhadap hasil permukaan daerah hasil proses milling
temperatur pahat. Hal ini menunjukkan dapat dilakukan dengan menggunakan
cutting condition menempati peringkat analisa varian. Hasil perhitungan dengan
pertama untuk respon konsumsi daya menggunakan analisa varian seperti
listrik mesin milling, ini berati cutting yang terlihat pada lampiran A.3 dan
condition memiliki pengaruh paling ringkasan perhitungan anova nilai rata-
besar terhadap konsumsi daya listrik rata kekasaran permukaan hasil proses
mesin milling. Besarnya prosentase milling pada material Baja ST 42 (Ra)
kontribusi masing-masing faktor dapat ditampilkan seperti pada Tabel 10
terhadap nilai kekasaran permukaan, berikut ini:
temperatur pahat, dan konsumsi daya
listrik mesin milling dapat dihitung

10
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Tabel 10. ANOVA Nilai Rata-Rata Kekasaran Permukaan Hasil Proses Milling Pada
Material Baja ST 42 (Ra)
Sum of Degree of Mean Kontribusi
Faktor F Hitung SS'
Square Freedom Square (%)
Spindel speed 0.6707 2 0.3353 14.0975 0.6231 4.9555
Feed rate 5.3162 2 2.6581 111.7427 5.2686 41.9000
Depth of cut 1.1598 2 0.5799 24.3791 1.1123 8.8456
Cutting condition 5.6178 2 2.8089 118.0833 5.5702 44.2990
Error 0.1903 8 0.0237875
Total 12.5742 100

Dari Tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa 4.9555%. Urutan persentase pengaruh faktor
semua faktor yang digunakan memiliki pengaruh terhadap nilai kekasaran permukaan
yang signifikan terhadap rata-rata kekasaran daerah hasil proses milling ini sama
permukaan daerah hasil proses milling, hal ini dengan Tabel 9.
dapat kita lihat dari nilai Fhitung yang lebih besar dari
Analisa Varian (ANOVA) Temperatur
nilai FTabel yang digunakan. Adapun faktor yang Proses Milling Baja ST 42
paling berpengaruh terhadap rata-rata nilai
kekasaran permukaan daerah hasil proses milling Untuk mengetahui besarnya pengaruh setiap
adalah cutting condition dengan nilai kontribusi faktor rata-rata temperatur pahat dilakukan
sebesar 44.2990% dan kontribusi terkecil dimiliki perhitungan dengan menggunakan analisa varian.
oleh spindle speed dengan kontribusi sebesar Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. ANOVA Nilai Rata-Rata Temperatur Pahat Proses Milling Pada Baja ST 42 (oC)
Sum of Degree of Mean Kontribusi
Faktor F Hitung SS'
Square Freedom Square (%)
Spindel speed 0.074 2 0.037 10.217 0.067 0.106
Feed rate 1.494 2 0.747 206.079 1.487 2.361
Depth of cut 1.316 2 0.658 181.457 1.308 2.077
Cutting condition 60.127 2 30.064 8293.379 60.120 95.456
Error 0.029 8 0.003625
Total 62.982 100
pengaruh faktor terhadap nilai
Dari Tabel 11 di atas dapat dilihat temperatur pahat sama dengan tabel 8.
bahwa semua faktor yang digunakan Analisa Varian (ANOVA)
memiliki pengaruh yang signifikan Konsumsi Daya Listrik pada Proses
terhadap rata-rata temperatur pahat, hal Milling Baja ST 42
ini dapat dilihat dari nilai Fhitung yang
lebih besar dari nilai FTabel yang Besarnya pengaruh setiap faktor rata-
digunakan. Faktor yang paling rata konsumsi daya listrik mesin milling
berpengaruh terhadap rata-rata nilai dilakukan perhitungan dengan
temperatur pahat adalah cutting menggunakan analisa varian. dapat
condition dengan nilai kontribusi sebesar ditampilkan seperti pada Tabel 12,
95.456% dan kontribusi terkecil dimiliki berikut ini:
oleh spindle speed dengan kontribusi
sebesar 0.106%. Urutan persentase

11
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Tabel 12. ANOVA Nilai Rata-Rata Konsumsi Daya Listrik Baja ST 42
Sum of Degree of Mean Kontribusi
Faktor F Hitung SS'
Square Freedom Square (%)
Spindel speed 122.733 2 61.366 11.911 112.429 3.201
Feed rate 559.767 2 279.883 54.327 549.463 15.644
Depth of cut 34.537 2 17.269 3.352 24.234 0.690
Cutting condition 2836.374 2 1418.187 275.276 2826.070 80.464
Error 41.215 8 5.151875
Total 3512.196 100

Dari tabel 12 di atas dapat dilihat cutting condition udara dingin.


bahwa semua faktor yang digunakan Sedangkan nilai kekasaran paling tinggi
memiliki pengaruh yang signifikan dihasilkan pada spindle speed 580 rpm,
terhadap rata-rata konsumsi daya listrik feed rate 200 mm/min, depth of cut 1
mesin milling, hal ini dapat kita lihat dari mm, dan cutting condition nitrogen.
nilai Fhitung yang lebih besar dari nilai Sedangkan pengaruh level terhadap rasio
FTabel yang digunakan. Adapun faktor S/N untuk suhu proses ditunjukan pada
yang paling berpengaruh terhadap rata- gambar 8.
rata nilai konsumsi daya listrik mesin
milling adalah cutting condition dengan
nilai kontribusi sebesar 80.464% dan
kontribusi terkecil dimiliki oleh depth of
cut dengan kontribusi sebesar 0.690%.
Urutan persentase pengaruh faktor
terhadap nilai temperatur pahat ini sama
dengan tabel 8 menunjukan hasil
eksperimen metode Taguchi, pengaruh Gambar 8. Grafik Rasio S/N Temperatur
level terhadap rasio S/N kekasaran Pahat Pada Material Baja ST 42
permukaan.
Pada grafik pengaruh level terhadap
suhu proses sesuai gambar 7,
menunjukan bahwa kondisi permesinan
yang menghasilkan temperatur pahat
paling rendah pada spindle speed 950
rpm, feed rate 36 mm/min, depth of cut
1,0 mm, dan cutting condition udara
dingin.

Gambar 7. Grafik Rasio S/N Kekasaran


Permukaan Daerah Hasil Proses Milling
Pada Material Baja ST 42
Gambar 7 menunjukan bahwa,
kondisi permesinan yang menghasilkan
kekasaran permukaan paling halus pada Gambar 9. Grafik Rasio S/N Konsumsi
spindle speed 565 rpm, feed rate 132
Daya Listrik Permesinan Baja ST 42
mm/rev, depth of cut 0.75 mm, dan

12
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Pada grafik pengaruh level dan proses Parameter yang di ukur adalah suhu,
permesinan terhadap daya mesin pada daya dan permukaan hasil proses
Gambar 9 kondisi permesinan yang permesinan dengan menggunakan tiga
membutuhkan daya permesinan paling jenis pendinginan yang di dinginkan
kecil pada spindle speed 350 rpm, feed dengan menggnakan alat penukar kalor
rate 36 mm/min, depth of cut 0.5 mm, dengan target suhu berada pada kisar 6 –
dan cutting condition neat oil. 110C dengan asusmsi bahwa dengan
Sedangkan konsumsi daya listrik yang semakin besar selisih suhu akan
tinggi dihasilkan pada spindle speed menghasilkan produk milling dengan
580 rpm, feed rate 200 mm/min, depth kekasaran yang berada pada nilai nilai
of cut 1 mm, dan cutting condition udara standar industri manufaktur.
dingin.
Untuk mendapatkan nilai optimasi Kesimpulan
proses milling dengan menggunakan
Dari hasil pengujian untuk
fluida alami yang didinginkan menjadi
mendapatkan optimasi permesinan
satu isu strategis teknologi permesinan,
milling pada Baja ST 42 dengan variasi
maraknya isu pelestarian lingkungan
pendingin menggunakan metode taguchi
berimbas juga pada proses produksi
dapat disimpulkan bahwa, dari ketiga
dengan menggunakan mesin produksi.
material di atas untuk mencapai optimasi
Proses permesinan saat ini memiliki
permesinan memiliki yang kondisi yang
kecenderungan menggunkan proses dry
sama sebagai berikut :
atau tanpa pelumasan dan penggunaan
a. Berdasarkan ekperiman untuk
pelumas vegetable oil. Hal ini
dikarenakan cutting fluid berbahan mendapatkan nilai kekasaran paling
mineral oil memiliki kecenderungan kecil, faktor yang dominan adalah
menimbulkan limbah cair yang dapat feed rate dan pendingin udara
membahayakan kelestarian lingkungan. dingin, hal ini dilihat dari data
Karakteristik suatu permukaan kekasaran permukaan pada tiga
memegang peranan penting dalam material, feed rate yang rendah dan
perancangan komponen mesin atau
penggunaan udara dingin
peralatan. Karakteristik permukaan perlu
dinyatakan dengan jelas, karena merupakan kondisi yang paling
berkaitan dengan gesekan, keausan, optimal.
pelumasan, ketahanan lelah, faktor b. Fluida Udara dingin yang digunakan
asembly dua atau lebih komponen mesin dalam pendinginan berpengaruh
dan sebagainya. untuk menurunkan suhu proses,
Penelitian-penelitian sebelumnya
terlihat dari data ekperimen pada
telah banyak membahas tentang
parameter dan hubungan parameter tiga material udara dingin sebagai
terkait proses milling dan prediksi faktor yang paling dominan.
kekasarannya. dari diagram Isikawa c. Daya motor dalam proses milling
(fishbone diagram), terdapat beberapa dipengaruhi faktor gesek, hal ini
faktor yang dapat mempengaruhi terlihat dari data semua proses
kekasaran permukaan hasil proses permesinan depth of cut yang rendah
permesinan, beberapa yang paling
dan penggunaan pendingin berbasis
berpengaruh adalah cutting tools, feed
rate, depth of cut dan pendinginan, dan minyak masih menjadi faktor
vibrasi. Pada penelitian yang dilakukan dominan rendahnya tingkat
tidak semua ukur dan di hitung. konsumsi daya listrik.

13
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Referensi
[1] Rochim, Taufiq. (2007). “Klasifikasi
Proses, Gaya dan Daya
Permesinan”, Institut Teknologi
Bandung.
[2] Soejanto, Irwan. 2009. Desain
Eksperimen dengan Metode Taguchi.
Bandung : Graha Ilmu.
[3]Wang M. Y., Chang H. Y. (2004),
Experimental Study of Surface
roughness in Slot End Milling
Al2014-T6, International Journal of
Machine Tools & Manufacturing,
Vol. 8 No. 1, Tatung University,
Taiwan.
[4] Bernardos P.G., Vosniakos G.C.
(2003), Predicting Surface Roughness
in Machining: a Review, International
Journal of Machine Tools &
Manufacturing, National Technical
University of Athens. Greece.
[5]Yang, John L. et al. (2001), A
Systematic Approach for Identifying
Optimum Surface Roughness
Performance in End Milling
Operations, Journal Industrial
Technology, Iowa State University.
[6] Sunaryo, 2010, Optimasi Parameter
Pemesinan Proses CNC Freis
Terhadap Hasil Kekasaran
Permukaan Dan Keausan Pahat
Menggunakan Metode Taguchi

14
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN: 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

Potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikrohidro Di Sungai


Amandit Dan Sungai Pintab Kalimantan Selatan

Rendi1,a, Jainal Arifin2,b, Mujiburrahman3,c, Ice Trianiza4,d


1,2,3
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan, Jl. Adyaksa, Banjarmasin
4
Program Studi Teknik Industri, Universitas Islam Kalimantan, Jl. Adyaksa, Banjarmasin

*Email: rendi.teknikmesin@gmail.com

Abstrak

Survei energi dilakukan pada dua buah sungai di kalimantan selatan yautu sungai Batang
banyu atau sungai Pintab di kabupaten Balangan dan Sungai Amandit di kabupaten
kandangan. Metode yang digunakan yaitu mengumpulkan data primer yaitu data kecepatan
air, data luas penampang sungai data debit sungai dan ketinggian sungai. Pengukuran
dilakukan sebanyak tiga kali dengan waktu yang berbeda yaitu pada bulan Januari, April dan
Juli 2020. Perbedaan bulan ini dengan pertimbangan adanya musim hujan dan musim
kemarau. Metode yang digunakan dalam pengukuran potensi sungai adalah mengukur debit
aliran sungai kemudian hiditung dengan persamaan energi potensial, setelah diperoleh potensi
hidrolik sungai kemudian menghitung daya pembangkit. Berdasarkan perhitungan yang telah
dilakukan pada sungai Batang banyu atau sungai Pintab di kabupaten Balangan dan Sungai
Amandit di kabupaten kandangan diperoleh potensi pembangkit listrik tenaga air mikrohidro
cukup besar yaitu berturut turut adalah 419 kW dan 619 kW. Bila di sungai tersebut dipasang
sebau turbin yang memiliki efesiensi 0.74, edesiensi generator 0.85 dan efesiensi tranmisi
mekanik 0.98 maka sungai tersebut dapat membangkitkan listrik berturut-turut sebesar 258.71
kW dan 360.9 kW

Kata Kunci : Survei, Potensi, Energi Air

Pendahuluan wilayah dataran rendah, perbukitan, dan


Potensi pembangkit listrik mikrihidro pegunungan. Sejumlah sungai besar dan
(PLTMH) di indonsia di perkirakan ada kecil mengalir. Sungai-sungai besar
sekitar 7.500 MW, tetapi baru di berfungsi sebagai sarana transportasi.
manfaatkan untuk pembangkit listrik Keadaan iklim, termasuk tropis dan
sekitar 750 MW artinya dari total tersebut lembab dengan hujan cukup merata setiap
baru dimanfaatkan sekitar 10% (Febijanto, tahun dan suhu udara beragam antara 26°
Irhan.2008). Potensi Pembangkit listrk Celsius - 27° Celsius.
mikrohidro (PLTMH) tersebut diperoleh Ada beberapa aliran sungai atau
dari aliran irigasi dan aliran sungai. irigasi yang berpotensi untuk pembangkit
Salah satu wilayah yang memiliki listrik mikrohidro (PLTMH) yaitu
banyak aliran sungai adalah Kalimantan persyaratan pertama irigasi atau sungai
Selatan. Secara geografis Kalimantan tersebut memiliki debit atau memiliki laju
Selatan, terletak antara 1°21'-4°10' lintang aliran volume, persyaratan kedua irigasi
selatan dan 114°19'-116°33' bujur timur, atau sungai tersebut harus memiliki beda
Propinsi Kalimantan Selatan merupakan ketinggian (head).

15
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN: 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Untuk bisa mengetahui apakah perhitungan, penampang sungai di
sungai-sungai tersebut memiliki potensi gambar di software Auto Cad
untuk pembangkit listrik maka sungai- berdasarkan data yang sudah
sungai tersebut harus dilakukan survei. diperoleh. Kemudian dengan
Survei yang dilakukan meliputi luas area perintah LIST dalam software
bentangan sungai, kedalaman sungai, dan Autocad luas penampang sungi
kecepatan aliran sungai. terhitung secara otomatis.
Dalam kajian ini yang menjadi 2. Mengukur kecepatan aliran sungai.
tujuan penelitian adalah melaksanakan Metode yang digunakan adalah
survei kajian potensi pembangkit listrik dengan membentangkan tali
sekala mikrohidro di Kalimantan selatan sepanjang 2 m yang telah di
dan mendapatkan jenis dan spesifikasi hubungan dengan botol plastik
mekanik dan listrik yang sesuai digunakan kemudian waktu tempuhnya diukur
untuk Pembangkit Listrik Tenaga dengan menggunakan stopwatch
Mikrohidro kemudian di hitung menggunakan
persamaan keceptan samadengan
panjang tali dibagi dengan waktu
Bahan dan Metode tempuhnya. Supaya lebih akurat
Alat dan Bahan dilakukan pengulangan sebanyak
Alat yang digunakan dalam penelitian 10 kali.
ini adalah alat tulis, seperangkat alat Setelah data luas penampang sungai
pengolah data, seperti kalkulator serta dan kecepatan aliran sungai diperoleh
komputer atau laptop yang telah dilengkapi maka debit aliran sungai dihitung dengan
dengan beberapa perangkat lunak, di mengalikan antara luas penampang sungai
antaranya microsoft office 2013, google dengan keceoatan aliran sungai.
earth dan autoCAD 2014. Peralatan yang
digunakan sebagai pengambilan data yaitu, Perhitungan Potensi Hidrolik
Global Positioning System (GPS), pita Setelah debit air diperoleh selanjutnya
ukur, penggaris, currentmeter dan adalah menghitung potensi hidrolik air.
stopwatch. Penelitian ini menggunakan Poensi hidrolik adalah potensi maksimal
data primer. Data primer yang digunakan yang dapat dibangkitkan oleh air sungai
berupa tinggi terjunan (head), debit air, dan tersebut. Potensi hidrolik digutung dengan
dimensi sungai. persamaan
Pengukuran Debit Air Ph =  x g x Q x h (persamaan 1)
Pengukuran debit aliran dilakukan
sebanyak 3 kali dengan waktu yang Dimana
berbeda yaitu pada bulan Januari, April Ph = Potensi hidrolik, (kW)
dan Juli 2020. Perbedaan bulan ini dengan  = masa jenis air (1000 kg/m )
3

pertimbangan adanya musim hujan dan


musim kemarau. Metode yang digunakan g = percepatan grafitasi (m/s 2 )
dalam pengukuran debit adalah Q = debit air (m3 / s )
1. Mengukur penampang sungai. h = kemiringan sungai (m)
Metode yang digunakan adalah
dengan membagi penampang Kapasitas Daya Pembangkit
sungai menjadi beberapa bagian. Setelah diperoleh potensi hidrolik,
Luas tiap penampang A1, A2, A3, A4 selanjutnay menghitung kapasitas daya
,An diukur derdasarkan luas pembangkit bila nanti di lokasi tesebut
dilapangan. Untuk mempermudah akan dipasang sebuah turbin. Kapasitas

16
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN: 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
daya pembangkit di hitung dengan Debit Air
persamaan Berdasarkan hasil perhitungan yang
Pel = t x Ph (persamaan 2) sudah dilakukan dengan menggunakan
persamaan panjang kali kedalaman sungai
yang dibantu dengan software AutoCad.
Dimana : penampang sungai seperti pada gambar
Pel = kapasitas daya pembangkit (kW) berikut :
t = potensi hidrolik (kW)
Ph = Efesiensi total (%)

Hasil dan Pembahasan


Sungai Batang Banyu Gambar 4 Pengamatan bulan Januari
Lokasi pertama yang dilakukan survei
potensi energi air tertetak di desa tebing
tinggi kecamatan tebing tinggi kabupaten
Balangan kalimantan Selatan.

Gambar 5. Penampang Bulan April

Gambar 1. Lokasi Sungai Batang Banyu Gambar 6. Penampang Bulan Juli

Tabel 1 Pengamatan debit air sungai pada


bulan Januari, April dan Juli
Area Kecepatan air Debit
Bulan
m2 (m/s) (m3/s)
Januari 11.43 1.10 12.57
April 9.19 1.06 9.74
Juli 8.66 1.06 9.17
Gambar 2. Kondisi Sungai Batang Banyu
Potensi Hidrolik
Potensi maksimal yang dapat
dibangkitkan oleh sungai. Pada bulan
januari, april dan juli pada tabel berikut :
Tabel 2 Potensi hidrolik pada bulan
Januari, April dan Juli
Area Kecepatan Potensi
Bulan m2 air (m/s) Debit Hidrolik
Gambar 3. Pengukuran kedalaman sungai
(m3/s) (kW)
11.43 1.10 628.5
Januari 12.57

17
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN: 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
9.19 1.06 487
April 9.74
8.66 1.06 458.5
Juli 9.17

Potensi hidrolik disajikan dalam grafik


berikut
Gambar 8. Pembangkit Listrik

Sungai Amandit
Lokasi kedua yang dilakukan
survei potensi energi air tertetak di
Kandangan Hulu Sungai Selatan Propinsi
kalimantan Selatan.

Gambar 7. Potensi hidrolik sungai batang


namyu (sungai pintap) kabupaten Balangan
Kalimantan Slatan
Daya Pembangkit
Untuk faktor keamanan dalam Gambar 9 Lokasi Sungai Amandit
perhutungan daya pembangkit kita ambil
potensi hidrolik rata-rata kemudian
menggunakan faktor koreksi sebesar 0.8
untuk menghindara penurunan debit air
pada musim kemarau.

 Ph (Januari) + Ph (Maret) + Ph (Juli) 


Ph Rata-Rata =   0.8
 3 

 628.5 + 487 + 458.5 


Ph Rata-Rata =   0.8 = 419.7 kW
 3 
Gambar 10. Kondisi Sungai Amandit
Tabel 3 Kapasitas daya terbangkit

No Parameter simbol Nilai


Potensi Daya
1 hidrolik Ph 419.7 kW
Etimasi efesiensi
2 turbin t 0.74
Etimasi efesiensi
3 generator G 0.85
Etimasi tranmisi
4 mekanik M 0.98
Kapasitas Daya 258.71
5 Pembangkit Pel kW Gambar 11 Pengukuran Lebar Sungai

18
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN: 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Debit Air Tabel 5 Potensi hidrolik pada bulan
januari, april dan juli
Berdasarkan hasil perhitungan yang
sudah dilakukan dengan menggunakan Potensi
Area Kecepatan Debit
persamaan panjang kali kedalaman sungai Bulan Hidrolik
yang dibantu dengan software AutoCad. m2 air (m/s) (m3/s)
(kW)
penampang sungai seperti pada gambar
berikut : Januari 17.89 1.1 19.67 983.5

April 13.6 1.05 14.28 714

Juli 12.9 1.05 13.54 677

Gambar 12.Pengamatan pada bulan


Januari Potensi hidrolik disajikan dalam grafik
berikut

Gambar 13. Penampang sungai Pada Bulan


April

Gambar 15. Potensi hidrolik sungai


Gambar 14. Penampang sungai Pada Bulan Amandit kabupaten Kandangan
Juli
Kapasitas Daya Pembangkit
Untuk faktor keamanan dalam
Tabel 4. Pengamatan debit air sungai pada
perhutungan daya pembangkit kita ambil
bulan januari, april dan juli
potensi hidrolik rata-rata kemudian
Area Kecepatan Debit menggunakan faktor koreksi sebesar 0.8
Bulan untuk menghindara penurunan debit air
2
m air (m/s) (m3/s)
pada musim kemarau.
Januari 17.89 1.1 19.67
April 13.6 1.05 14.28  Ph (Januari) + Ph (Maret) + Ph (Juli) 
Ph Rata-Rata =   0.8
Juli 12.9 1.05 13.54  3 

 983.5 + 714 + 677 


Potensi Hidrolik Ph Rata-Rata =   0.8 = 619 kW
 3 
Potensi maksimal yang dapat
dibangkitkan oleh sungai. Pada bulan Tabel 6 Kapasitas daya terbangkit
januari, april dan juli pada tabel berikut :
No Parameter simbol Nilai
Potensi Daya
4 hidrolik Ph 619 kW
Etimasi efesiensi
5 turbin t 0.74

19
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN: 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Etimasi efesiensi Rendi Dan Sobarihsan.2020. “Turbin Air
6 generator G 0.85
Arus Sungai Model Sudu Propeller
Etimasi tranmisi
7 mekanik M 0.98 Menggunakan Nozzel-
Kapasitas Daya Diffuser”Jurnal Engine. Volume 4
8 Pembangkit Pel 360.9 kW
No 1. Pp. 27-33
Rompies,Willy Candra.Dkk. 2013.
Kesimpulan “Analisis Potensi Sumber Daya Air
Berdasarkan survei yang telah Sungai Kayuwatu Wangko Untuk
dilakukan pada dua buah sungai di
Perencanaan Pembangkit Listrik Di
Kalimantan selatan yaitu sungai Batang
banyu atau sungai Pintab di kabupaten Desa Karor Kec. Lembean Timur
Balangan dan Sungai Amandit di Kab. Minahasa” Jurnal Sipil Statik.
kabupaten kandangan diperoleh potensi Volume 01 No 10. Pp 664-670
pembangkit listrik tenaga air mikrohidro Susilowati, Yuliana. Dkk 2012 “Potensi
cukup besar yaitu berturut turut adalah 419 Sumberdaya Air Untuk Pembangkit
kW dan 619 kW. Bila di sungai tersebut Listrik Mikrohidro Wilayah
dipasang sebau turbin yang memiliki
Perbatasan Kalimantan Barat” Pusat
efesiensi 0.74, edesiensi generator 0.85 dan
efesiensi tranmisi mekanik 0.98 maka Penelitian Geologi Lipi. Pp.137-151
sungai tersebut dapat membangkitkan Sunarwan, Bambang dan Riyadi Juhana.
listrik berturut-turut sebesar 258.71 kW 2013. “Optimasi Pemanfaatan
dan 360.9 kW. Sumber Daya Air (Sda) Untuk
Penelitian yang kami lakukan Menjadi Sumber Energi Baru Dan
hanya pada bulan Januari, April dan juli,
Terbarukan (Ebt)” Jurnal Teknologi
untuk memperbanyak variasi maka perlu
dilakukan penelitian tiap bulan agar Volume 2 No 22. Pp. 1-18
diperoleh potensi hidrolik yang lebih Widiyantoro, Wahid Pujo. Dkk. 2019.
akurat untuk mewakili musum hujan dan “Studi Potensi Pengembangan Pltmh
musim kemarau Di Kawasan Perkebunan Teh Pt.
Pagilaran Kabupaten Batang” Jurnal
Ucapan Terima Kasih
J.Oto.Ktrl.Inst (J.Auto.Ctrl.Inst).
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Volume 22. No.1. Pp. 59-68
Lembaga Penelitian Universitas Islam
Kalimantan yang telah membiayai penelitian
ini melalui skema Penelitian Pemula Tahun
Anggaran 2019.

Daftar Pustaka

Febijanto, Irhan. 2008. “Pemanfaatan


Potensi Tenaga Air Di Saluran Irigasi
Banjarcahyana, Kabupaten
Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah
Sebagai Usaha Pengurangan Emisi
Gas Rumah Kaca” Jurnal Teknik
Lingkungan. Volume 9 No 3.
Pp.277-286.

20
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

Karakteristik Permukaan Pelapisan Hidroksiapatit pada Material


Implan Ti-6Al-4V ELI: Studi Literatur
Sanny Ardhy1,a, Gunawarman2,b , Jon Affi3, c dan Yuli Yetri4,d
1
Program Studi Teknik Mesin Unidha, Jalan Sawahan No 103 A, Padang,
1,2,3
Jurusan Teknik Mesin Unand, Limau Manis, Kecamatan Pauh, Padang,
4
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang, Limau Manis, Kecamatan Pauh,
Padang,
a
sannyardhy@gmail.com, bgwarman66@gmail.com, cjonaffi@gmail.com,
d
yuliyetriyetri@gmail.com

Abstrak
Ti-6Al-4V Extra Low Intertitial (ELI), salah satu jenis titanium paduan yang banyak
digunakan untuk material implan. Namun, pemanfaatan Ti-6Al-4V ELI sebagai material
implan masih menimbulkan permasalahan. Saat pemasangan implan, lapisan oksida di
permukaannya dapat terlepas akibat korosi sehingga bersifat racun bagi tubuh. Untuk
memperbaiki kondisi ini, perlu dilakukan modifikasi permukaan material, yakni metode
pelapisan. Adapun material pelapis yang baik untuk implan ortopedik, berasal dari
keramik, yakni hidroksiapatit (HA). Namun demikian, masih ada juga kendala. Pelapisan
HA pada titanium, kadang belum merata ke seluruh permukaan sehingga menimbulkan
retak pada permukaan lapisan. Ada dua metode yang sering digunakan dalam pelapisan
material, yakni Electro Phoretic Deposition (EPD) dan dip coating. Penelitian ini
menganalisa sejumlah studi literatur dengan menggunakan pencarian database jurnal
reputasi internasional Sciencedirect, Pubmed tentang biomaterial dan biomedis, dengan
menggunakan kata kunci Ti-64 ELI, hidroksiapatit, retak, metode EPD dan Dip Coating.
Hasil studi literatur ini bermanfaat sebagai sumber referensi bagi peneliti yang akan
melakukan penelitian, guna memilih metode mana yang baik untuk pengurangan retak
pada pelapisan material implan Ti-6Al-4V ELI dengan menggunakan hidroksiapatit. Dari
studi literatur, metode Dip Coating lebih baik dibanding metode EPD. Lapisan
permukaan implan merata, tak ada penumpukan HA di beberapa daerah permukaan,
sehingga retak pada permukaan, menjadi minim.

Kata kunci : Ti-6Al-4V ELI, hidroksiapatit, retak, metode EPD, metode Dip Coating

Latar belakang serta implan ortopedik seperti fiksasi


tulang (pelat, sekrup, pin), fiksasi tulang
Ti-6Al-4V Extra Low Intertitial
belakang dan sendi buatan [1].
(ELI), salah satu jenis titanium paduan
Namun, pemanfaatan Ti-6Al-4V ELI
yang banyak digunakan untuk material
sebagai material implan masih
implan. Ti-6Al-4V ELI memiliki sifat
menimbulkan permasalahan. Penelitian
fisik dan mekanik yang lebih baik
yang dilakukan Kwok [2]
dibanding stainless steel dan titanium
mengungkapkan penggunaan Ti-6Al-4V
murni, yaitu lebih ringan, lebih ulet,
ELI memiliki risiko terhadap serangan
lebih kuat, modulus elastisitas yang
korosif oleh cairan tubuh, pelepasan ion
rendah, serta memiliki biokompatibilitas
yang baik di dalam tubuh (karena ada logam titanium oksida (TiO2) akan
berbahaya dan menyebabkan efek buruk
unsur Aluminium dan Vanadium di
terhadap jaringan di sekitarnya.
dalamnya). Saat ini, Ti-6Al-4V ELI
Permasalahan lainnya adalah permukaan
banyak digunakan sebagai implan gigi
logam bersifat tidak bioaktif, sehingga

21
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

tidak mampu membentuk osseointegrasi Menurut Cheng dkk [4], Ti-6Al-4V ELI
(pertautan tulang dengan material yang dilapisi HA memiliki tingkat
implan) di dalam tubuh. Saat ketahanan korosi yang lebih tinggi
pemasangan implan, lapisan oksida di dibanding Ti-6Al-4V ELI yang tidak
permukaannya dapat terlepas akibat dilapisi HA. Tingkat ketahanan korosi
korosi sehingga bersifat racun (toksik) yang baik ini mampu memberikan
bagi tubuh. Kondisi ini juga dapat respon biologis yang positif ketika
mengakibatkan reduksi pertumbuhan implantasi Ti-6Al-4V ELI di dalam
jaringan tulang baru di sekitarnya. Untuk tubuh.
memperbaiki kondisi ini, perlu Namun demikian, masih ada juga
dilakukan modifikasi permukaan kendala. Pelapisan HA pada titanium,
material, salah satunya dengan metode kadang belum merata ke seluruh
pelapisan. Pelapisan ini bertujuan untuk permukaan. Penelitian Fernanda [5]
menghindari kontak material secara menjelaskan, pelapisan Ti-6Al-4V ELI
langsung dengan jaringan tubuh, dengan HA tulang sapi (ukuran partikel
memberikan perlindungan terhadap 63 µm) dengan metode Electro Phoretic
pelepasan ion-ion berbahaya dari Deposition (EPD), menghasilkan lapisan
material, serta mempercepat terjadinya yang belum merata ke seluruh
osseointegrasi, menstimulasi permukaan Ti-6Al-4V ELI serta terdapat
pertumbuhan jaringan tulang yang baru penumpukan HA di beberapa daerah
untuk perbaikan kerusakan jaringan permukaan.
tulang. Jika tak ada osseointegrasi, Hasil penelitian ini juga sesuai
material implan akan mengalami dengan penelitian Wei Xia dkk [6],
kelonggaran. Ini akan memicu kegagalan dimana semakin besar ukuran partikel
implan nantinya. pelapis, akan semakin banyak pula
Adapun material pelapis yang baik terjadi keretakan pada lapisan tersebut.
untuk implan ortopedik, berasal dari Hasil serupa juga didapat dari penelitian
keramik, yakni hidroksiapatit (HA). HA Gnanavela dkk [7]. Pelapisan HA
memiliki sifat bioaktif, inert dan tidak partikel mikro pada Ti-6Al-4V ELI
beracun (non toxic). Pelapisan dengan dengan metode EPD, lapisannya mudah
HA ini bertujuan agar material implan rapuh dan banyak retak pada permukaan.
tidak mengalami kelonggaran pada Metode lainnya yang banyak
fiksasi yang dapat memicu kegagalan digunakan untuk pelapisan
implantasi biomaterial. Selain itu, juga hidroksiapatit, yakni metode pencelupan
bertujuan untuk melindungi permukaan (dip coating). Metode ini memiliki
material implan agar tidak mengalami sejumlah keunggulan, diantaranya biaya
korosi dan tidak merusak jaringan tubuh pelapisan yang murah, cara pelapisan
[3]. yang mudah, dapat mengontrol
HA merupakan salah satu senyawa ketebalan pelapisan yang diinginkan dan
anorganik atau senyawa kalsium fosfat, dapat dilakukan pada temperatur kamar,
penyusun jaringan keras (hard tissue) sehingga tidak mengubah sifat HA.
tubuh manusia seperti tulang dan gigi. Dari sejumlah studi literatur,
HA memiliki sifat biokompatibel karena dijelaskan metode Dip Coating ini dapat
memiliki struktur yang menyerupai menghasilkan meratanya lapisan
struktur matriks penyusun tulang permukaan yang lebih baik dibanding
manusia Ca10(PO4)6(OH)2. Selain itu, metode EPD. Di samping lapisan HA
HA juga memiliki sifat bioaktif yaitu yang merata dan tak ada retak, material
dapat mempercepat regenerasi jaringan implan juga harus mengandung porous
tulang setelah pemasangan implan. (rongga) yang baik [8]. Rongga ini

22
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

dihasilkan dari proses pemanasan molekul bermuatan berdasarkan


(sintering). Rongga ini berfungsi sebagai perbedaan tingkat migrasinya dalam
retensi sel-sel tulang ketika implantasi. sebuah medan listrik. Metode ini
Penelitian Rachmawati [9], merupakan teknik elektroforesis untuk
mengungkapkan efek variasi kecepatan perpindahan partikel bermuatan yang
penarikan terhadap karakteristik Ti-6Al- tersuspensi dalam larutan di bawah
4V terlapis hidroksiapatit-gelatin dengan kondisi medan listrik dengan
metode dip coating sebagai implan menggunakan dua buah elektroda.
tulang. Semakin tinggi kecepatan Prinsipnya adalah migrasi partikel
penarikan, didapatkan lapisan bermuatan dalam suspensi yang
permukaan implan yang merata, dipengaruhi oleh medan listrik sehingga
sehingga perlekatan sampel dengan terjadi aglomerasi dan pembentukan
substrat semakin kuat. lapisan pada permukaan material implan
Hal serupa juga didapat dari yang digunakan sebagai elektroda yang
penelitian Nisa Mulya [10]. Didapatkan bermuatan. Metode ini memanfaatkan
lapisan HA merata di permukaan pergerakan partikel akibat pengaruh arus
material implan Stainless Steel (SS) listrik, serta lama waktu proses.
316L dengan metode dip coating, tak ada Sementara itu, metode Dip Coating
retakan. Semakin cepat waktu penarikan, melalui pencelupan dan penarikan.
semakin meningkat ketebalan lapisan Metode ini terdiri tiga langkah [12].
HA. Pertama, langkah perendaman
Demikian pula halnya dengan (immersion). Material implan dalam hal
penelitian Sajjad [11]. Pengujian ini, dicelup dalam larutan HA. Kedua,
dilakukan dalam kecepatan penarikan 5 material implan yang sudah dicelup,
cm/menit (0,083 mm/s), menghasilkan ditarik ke atas. Dalam hal ini, faktor
struktur HA yang lebih padat dan lapisan kecepatan penarikan akan menentukan
yang merata di permukaan material ketebalan dan meratanya lapisan
implan Ti-6Al-4V. Adapun tujuan permukaan material implan yang
penelitian ini untuk mengetahui metode didapat. Dalam metode ini, perlu
pelapisan hidroksipatit pada material diperhatikan pengontrolan kecepatan
implan Ti-6Al-4V ELI yang tidak penarikan, agar didapatkan hasil
mudah retak dan untuk mendapatkan pelapisan sesuai yang diinginkan.
lapisan hidroksiapatit yang optimal, Ketiga, proses penguapan (evaporation),
merata di seluruh permukaan material dimana pelarut yang menguap dari cair,
implan Ti-6Al-4V ELI. akan membentuk lapisan tipis.

Metode Penelitian

Jurnal ini menganalisa sejumlah studi


literatur dengan menggunakan pencarian
database jurnal reputasi internasional
Sciencedirect, Pubmed tentang
biomaterial dan biomedis, dengan Gambar 1 ; Metode Dip Coating
menggunakan kata kunci Ti-64 ELI, Sumber : Jurnal Biomimetic
hidroksiapatit, retak, metode EPD dan hydroxyapatite coating on metal
Dip Coating. Metode EPD yang implants [12].
digunakan dalam studi literatur ini yakni
metode pelapisan yang menggunakan
teknik pemisahan komponen atau

23
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

Hasil dan Pembahasan

Penelitian Fernanda [5] menjelaskan,


pelapisan Ti-6Al-4V ELI dengan HA
tulang sapi (ukuran partikel 63 µm)
dengan metode EPD, menghasilkan Gambar 2 ; Retak pada permukaan
lapisan yang belum merata ke seluruh Ti-6Al-4V ELI
permukaan Ti-6Al-4V ELI serta terdapat Sumber : Biocompatible response of
penumpukan HA di beberapa daerah hydroxyapatite coated on near-β
permukaan. Tak hanya itu, di permukaan titanium alloys [7].
lapisan HA juga menunjukkan adanya
beberapa keretakan. Demikian juga Sementara itu, penelitian Rachmawati
halnya pada pelapisan Ti-6Al-4V ELI [9], mengungkapkan efek variasi
dengan HA 125 µm, lapisan HA juga kecepatan penarikan terhadap
tidak tersebar merata dan ini sekaligus karakteristik Ti-6Al-4V terlapis
akan menyebabkan timbulnya retak pada hidroksiapatit-gelatin dengan metode dip
permukaan Ti-6Al-4V ELI. coating sebagai implan tulang. Variasi
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan kecepatan penarikan yang digunakan
penelitian Wei Xia dkk [6], dimana yakni 0,089 mm/s, 0,120 mm/s, 0,178
semakin besar ukuran partikel pelapis, mm/s dan 0,198 mm/s. Semakin tinggi
akan semakin banyak pula terjadi kecepatan penarikan, didapatkan lapisan
keretakan pada lapisan tersebut. permukaan implan yang merata,
Semakin besar ukuran partikel HA, maka sehingga perlekatan sampel dengan
rongga (porositas) antar partikel akan substrat semakin kuat. Pada variasi
semakin besar pula. Karena partikel HA kecepatan penarikan sebesar 0,198
tulang sapi ukuran 125 µm cukup besar, mm/s, diperoleh nilai ketebalan dan
maka etanol yang digunakan sebagai kekuatan geser sebesar 125,28 µm dan
pelarut HA, terperangkap dalam rongga 13,96 MPa. Dalam penelitian ini,
yang terbentuk pada proses pelapisan digunakan HA komersil dicampur
HA, jumlahnya juga cukup banyak. Ini gelatin 30 persen.
akan menimbulkan keretakan pada Hal serupa juga didapat dari
permukaan lapisan ketika proses penelitian Nisa Mulya [10]. Didapatkan
sintering, karena etanol yang lapisan HA merata di permukaan
terperangkap tersebut menguap dengan material implan Stainless Steel (SS)
cepat. 316L dengan metode dip coating, tak ada
Hasil serupa juga didapat dari retakan. Semakin cepat waktu penarikan,
penelitian Gnanavela dkk [7]. Pelapisan semakin meningkat ketebalan lapisan
HA partikel mikro pada Ti-6Al-4V ELI HA, 50 µm, 60 µm dan 65 µm. Dalam
dengan metode EPD, didapatkan hasil penelitian ini, digunakan variasi waktu
morfologi lapisan terbaik pada voltase 8 (t) penarikan selama 2 detik, 6 detik, dan
volt dan waktu 8 menit, namun 10 detik (s).
lapisannya mudah rapuh dan banyak Demikian pula halnya dengan
retak pada permukaan. Retak pada penelitian Sajjad [11]. Pengujian
lapisan HA ini juga disebabkan sifat dilakukan dalam kecepatan penarikan 5
keramik tak mempunyai ketangguhan cm/menit (0,083 mm/s), menghasilkan
retak yang baik ketika proses sintering. struktur HA yang lebih padat dan lapisan
yang merata di permukaan material
implan Ti-6Al-4V. HA yang digunakan
yakni, HA komersil ditambah pelarut

24
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

additive P2O5, Na2CO3 and KH2PO4, dan of Electromechanical Engineering,


retak tak ditemukan saat suhu sintering University of Macau, China.
6000 C. [3] Zhang, Sam. 2013. Hydroxyapatite
Coatings for Biomedical Applications
(Advances in Materials Science and
Engineering) 1st Edition, ISBN-13: 978-
1439886939, Pp.169-173.
[4] Cheng. 2009. Characterization and
Gambar 3 ; permukaan Ti-6Al-4V Corrosion Behavior Of Hydroxyapatite
ELI bebas retak Coatings on Ti6al4v Fabricated by
Sumber : Thick Hydroxyapatite Electrophoretic Deposition.
Coating on Ti-6Al-4V through Dip [5] Fernanda, Schünemanna, María.E,
Coating Method [11]. Galárraga. 2019. Zirconia surface
modifications for implant dentistry.
Kesimpulan Materials Science & Engineering. Vol
98. pp. 1294–1305.
1. Metode pelapisan EPD menghasilkan [6] Xia.W, L. Fu, H. Engqvist. 2017.
lapisan yang belum merata ke seluruh Critical cracking thickness of calcium
permukaan Ti-6Al-4V ELI serta terdapat phosphates biomimetic coating:
penumpukan HA di beberapa daerah Verification via a Singh-Tirumkudulu
permukaan. Tak hanya itu, di permukaan model. Ceram. Int., vol. 43, no. 17, pp.
lapisan HA juga menunjukkan adanya 15729–15734.
beberapa keretakan. Semakin besar [7] Gnanavela.S, Ponnusamy.S,
ukuran partikel pelapis, akan semakin Mohanc.L, 2018. Biocompatible
banyak pula terjadi keretakan pada response of hydroxyapatite coated on
lapisan tersebut. Semakin besar ukuran near-β titanium alloys. Biocatalysis
partikel HA, maka rongga (porositas) andAgricultural Biotechnology. Vol 15.
antar partikel akan semakin besar pula. pp. 364–369.
2. Metode pelapisan Dip Coating dapat [8] Li JP, Habibovic P, van den Doel
mengontrol ketebalan lapisan HA yang M, Wilson CE, de Wijn JR, van
diinginkan, yakni dengan cara Blitterswijk CA, et al. 2007. Bone
memvariasikan waktu kecepatan ingrowth in porous titanium implants
penarikan material implan saat produced by 3D fiber deposition.
pencelupan. Semakin tinggi kecepatan Biomaterials, 28:2810-20.
penarikan, akan didapatkan lapisan HA [9] Rachmawati, Dwi. 2019. Efek
yang lebih merata (tidak menumpuk) di Variasi Kecepatan Penarikan Terhadap
seluruh permukaan, sehingga perlekatan Karakteristik Ti-6Al-4V Terlapis
Ti-6Al-4V dengan pelapis (substrat) HA Hidroksiapatit-Gelatin Menggunakan
semakin kuat, dan meminimalkan retak. Metode Dip Coating Sebagai Implan
Tulang. Universitas Airlangga.
Referensi Surabaya.
[10] Nisa Mulya, Ahmad Fadli, Amun
[1] R. Boyer, E.W. Collings, and G.
Amri. 2018. Pengaruh Penambahan
Welsch. 2007. Materials Properties
Hidroksiapatit dan Waktu Pencelupan
Handbook: Titanium Alloys. ISBN: 978-
Terhadap Pelapisan Stainless Steel 316L
0-87170-481-8, Pp.120-122.
Dengan Metode Dip Coating.
[2] Kwok. 2009. Characterization and
Universitas Riau. Pekanbaru.
Corrosion Behavior of Hydroxyapatite
[11] Sajjad Jafari, Mohammad Mahdi
Coatings on Ti6al4v Fabricated by
Taheri, Jamaliah Idris. 2012. Thick
Electrophoretic Deposition. Department

25
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

Hydroxyapatite Coating on Ti-6Al-4V


through Dip Coating Method.
Department of Materials Engineering,
Universiti Teknologi Malaysia.
[12] Habibovic P, Barrère F,
Blitterswijk CAV, Groot Kd, Layrolle P.
2002. Biomimetic hydroxyapatite
coating on metal implants. J Am Ceram
Soc;83:517-22.

26
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

Studi Komparasi Kualitas Briket Serbuk Gergaji Kayu Ulin dan


Tempurung Kelapa
Muhammad Saukani
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan MAB
*saukani@uniska-bjm.ac.id

Abstrak
Studi pemanfaatan serbuk kayu ulin sebagai bahan dasar asap cair dan briket telah
dilakukan. Kayu ulin merupakan tanaman khas hutan Kalimantan yang memiliki
ketahanan terbaik dari berbagai cuaca maupun serangan rayap. Pemanfatannya saat ini
banyak digunakan untuk membuat pintu, jendela dan berbagai jenis kusen. Limbah dari
aktivitas ini ditimbun selanjutnya dibakar. Berbeda dengan tempurung kelapa, dimana
pemanfaatannya lebih khusus dibuat menjadi arang. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menjadikan limbah serbuk kayu tersebut menjadi arang melalui proses pirolisis, arang
yang dihasilkan dari proses ini merupakan sumber karbon dan dijadikan sebagai bahan
briket.. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan suhu pirolisis 300C dihasilkan
arang mencapai 81%, dari 7 kg serbuk kayu ulin yang digunakan, dan dihasilkan asap cair
sebanyak 6,1 ml. Arang kayu ulin kemudian dijadikan briket dengan komposisi, 100%
arang tempurung kelapa, 100% arang serbuk kayu ulin dan 40% : 60% arang kayu ulin :
arang tempurung kelapa. Briket serbuk kayu ulin menunjukkan nilai lebih tinggi jika
dibandingkan dengan briket tempurung kelapa, yakni mencapai 7.237,6 kal/gr, dengan
kadar abu hanya mencapai 1,18%, namun mengandung kadar air yang cukup tinggi yaitu
5,78%.

Kata Kunci : Kayu Ulin, Pirolisis, Asap Cair, Briket.

Kalimantan. Effendi (2009)


Latar Belakang menyampaikan bahwa populasi kayu
Kayu Ulin (Eusideroxylon ulin hanya dijumpai di Riam Kanan
Zwageri Teijism. & Binn.) di Kalimantan Selatan hanya mencapai 14
Kalimantan merupakan kayu primadona pohon/ha.
yang memiliki mutu yang tinggi dimana Keberadaan kayu ulin yang
keawetan dan kekuatannya tergolong dipasarkan di Kalimantan Selatan
pada kayu kelas I serta tahan pada mayoritas berasal dari Hutan Kalimantan
berbagai kondisi alam baik dari cuaca Timur. Sedangkan Kalimantan Selatan
maupun serangan mikro organisme kebanyakan kayu ulin dengan ukuran
(Effendi, 2009). kurang dari 2 m. Hal ini dikarenakan
Namun demikian, keberadaan kayu ulin yang didapatkan bukan
flora ini semakin langka. Selain sebagai memrupakan kayu ulin tebangan hidup
kayu yang tergolong dengan laju melainkan, sisa-sisa dari penebangan
pertumbuhan lambat, kayu ulin juga penebangan liar yang pernah terjadi.
tidak tumbuh disembarang tempat, selain itu pula ukuran kurang dari 2
diperparah adanya proses penebangan meter ini mempermudah tranformasi
untuk berbagai keperluan, kayu ulin dari hutan menuju sentra
mengakibatkan semakin sedikitnya pemotongan menggunakan kendaraan
populasi kayu ulin ini dijumpai di hutan roda 2.
27
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Limbah kayu ulin yang tersisa Keberadaan kayu ulin di Pulau
saat ini adalah serbuk gergai dan sisa- Kalimantan saat ini menurun secara
sisa akar. Sisa-sisa akar kini telah drastis. Beberapa lokasi hasil pantauan
Effendi (2009) dilaporkan bahwa
dimanfaatkan menjadi arang dan telah
terdapat di KHDTK Samboja, 9,71
dipasarkan diberbagai negara. Namun pohon/ha, Riam Kanan 14 pohon/ha,
serbuk gergaji direduksi volumenya Hutan Penelitian Lempake 33 pohon/ha,
dengan cara dibakar. Pembakaran serbuk dan TNK Bontang 54 pohon/ha.
gergagi dan sisa potongan dapat Serbuk gergaji kayu ulin
mengakibatkan polusi udara yang akan merupakan limbah dari hasil kegiatan
berdampak pada Kesehatan masyarakat pembalakan maupun pengolahan
kerajinan kayu ulin seperti limbah dari
sekitar. Salah satu upaya untuk
pembuatan kusen, pintu, jendela,
mengurangi pencemaran lingkungan, furniture dan kayu olahan lainnya
serta meningkatkan nilai tambah limbah, (Moeksin, 2015). Masalah yang
serta mengingat manfaat asap cair dari ditimbulkan dari kegiatan tersebut
kayu ulin dapat bermanfaat sebagai anti limbah penggergajian yang ditumpuk
bakteri dan mikroba yang mampu maupun dibakar begitu saja sehingga
memperlambat pelapukan pada kayu- secara tidak langsung dapat menambah
emisi karbon di atmosfir.
kayu yang terkategori lemah maka
mengubah asap pembakaran menjadi
asap cair dan arang pembakarannya
menjadi briket adalah solusi yang
menjanjikan untuk dikembangkan.

Tinjauan Pustaka
Kayu Ulin
Kayu ulin (Eusideroxylon zwageri
T & B) disebut dikenal juga sebagai kayu
belian dan kayu besi borneo. Ulin
memiliki keunggulan diantaranya Gambar 2. Serbuk Gergaji Kayu Ulin
kayunya sangat kuat dan awet,
kemampuan bertunas sangat baik, umur Kualitas Sifat Briket
yang sangat panjang, kerapatannya yang Menurut Departemen
tinggi sehingga tahan terhadap Pertambangan dan Energi (1997) dalam
kebakaran (Effendi, 2009b). (Mahdie, 2010) menyatakan bahwa
prosedur pengujian yang dilakukan
meliputi penerapan kerapatan, penetapan
kadar air, penetapan kadar abu,
penetapan zat terbang (volatile metter),
penetapan nilai kalor, dan penetapan
karbon sisa.
1) Uji Kadar Air (%)
Penentuan kadar air dimaksudkan
untuk mengetahui kandungan air yang
Gambar 1. Kayu Ulin terdapat pada suatu bahan. Untuk
mengetahui kandungan air maka

28
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
dilakukan pengujian dan dihitung abu ketika dibakar dengan berat tertentu
menggunakan persamaan sebagai (Santosa, Mislaini R., 2010). Laju
berikut (Sarjono, 2013). pembakaran dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
b−c M
Kadar Air (%) = x100% (1) Laju pembakaran ( gr / s) = (3)
b t
dimana : b = berat cawan + sampel belum dimana : M = massa briket (gr) t = Waktu
dioven (gr), c = Berat cawan + sampel pembakaran (s)
setelah dioven (gr)
Metodologi Penelitian
2) Uji Kadar Abu (%) Bahan-bahan yang digunakan
Penentuan kadar abu dimaksudkan dalam penelitian ini adalah limbah kayu
untuk mengetahui zat anorganik yang ulin, tempurung kelapa, tepung tapioca,
merupakan sisa hasil pembakaran dan aquades, dan tepung tapioca. Sedangkan
mengetahui bahan yang tidak terbakar alat yang digunakan adalah peralatan
atau tidak memiliki nilai karbon pirolisis, mortar, ayakan 60 mesh, oven,
(Maryono, 2013). Untuk mendapatkan furnace, dan bomb kalori meter.
hasil nilai kadar abu maka dilakukan Serbuk kayu ulin dimasukkan
pengujian dan dihitung menggunakan kedalam tabung reaktor kapasitas 7 kg.
persamaan berikut (Sarjono, 2013). dikarbonasi hingga mencapai suhu
A
Kadar Abu (%) = x100% (2) pirolisisnya (300C), asap cair yang
B dihasilkan kemudian ditampung pada
Dimana : A = Berat bahan sebelum gelas beaker untuk dihitung kuantitas
pengabuan (gr) dan B = Berat residu/abu yang dihasilkan. Arang kayu ulin hasil
(gr). pirolisis yang telah digerus dan lolos
ayakan 60 mesh. Serbuk arang
3) Uji Nilai Kalor (kal/g) dihasilkan kemudian dibentuk dijadikan
Nilai kalor adalah energi panas yang briket dengan perekat 5% dari berat
dihasilkan oleh pembakaran. Penetapan serbuk arang. Adapun komposisi arang
nilai kalor dengan mengukur energi yang yang digunakan adalah 100% Arang
ditimbulkan pada pembakaran. Untuk Kayu Ulin (UL10), 100% tempurung
mendapatkan nilai kalor pada briket, kelapa (KT10) dan 40% serbuk ulin-60%
pengujian dilakukan dengan Bomb tempurung kelapa (UK46). Adonan yang
Calori. telah homogen dimasukkan ke dalam
cetakan silinder dengan diameter 2,8 cm
4) Uji Nyala Api (jam) dan tinggi 7 cm.
Uji nyala api adalah untuk Briket selanjutnya dilakukan
mengetahui berapa lama briket habis pengujian yang meliputi kadar air, kadar
menjadi abu pada saat pembakaran. abu, nilai kalor, uji nyala api dan laju
Pengujian lama api dilakukan dengan pembakaran pengujian. Hasil-hasil
cara briket di bakar yang selanjutnya pengujian ini selanjutnya dibandingkan
dilakukan pencatatan waktu mulai ketika dengan standar nasional Indonesia
briket menyala sampai briket habis, alat (SNI).
pencatatan waktu menggunakan
stopwatch. Hasil dan Pembahasan
Kadar Air
5) Laju Pembakaran (gr/s) Penentuan kadar air dimaksudkan
Laju pembakaran briket adalah untuk mengetahui kandungan air yang
kecepatan briket habis sampai menjadi terdapat pada suatu bahan. Kadar air

29
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
yang tinggi dapat menurunkan nilai kalor atau tidak memiliki nilai karbon
karena panas pembakaran terlebih (Maryono, 2013). Pada gambar 4
dahulu untuk menguapkan air yang pengujian kadar abu menunjukkan hasil
terdapat dalam briket (Maryono, 2013). antara 1,18% - 1,5%. Hasil pengujian ini
Kadar air yang rendah akan telah memenuhi standar Jepang, Inggris,
meningkatkan daya daya bakar dan Amerika dan Indonesia. Kadar abu
sebaliknya (Ramadiah, 2016) Adapun terendah diperoleh 1,18% untuk UL10
hasil pengujian kadar air sampel briket Sedangkan kadar abu tertinggi diperoleh
yang telah dipreparasi ditunjukkan pada 1,5% untuk KT10. Pada penelitian ini
gambar 3 berikut ini. pencampuran tempurung kelapa dengan
serbuk kayu ulin tidak terlalu
berpengaruh terhadap kadar abu.

Gambar 3. Hubungan antara jenis


sampel dengan kadar air.
Gambar 4. Hubungan antara jenis
sampel dengan kadar abu.
Gambar 3 menunjukkan bahwa
seluruh sampel memenuhi SNI dengan Nilai Kalor
maksimal kadar air 8%. Briket dengan Hasil karakterisasi nilai kalor
kandungan 100% arang kayu ulin ditunjukkan padagambar 5. Nilai kalor
memiliki kadar abu yang lebih besar jika yang dihasilkan antara 6.899,82 –
dibandingkan dengan tempurung kelapa 7.237,60 kal/gr. Hasil pengujian ini
yakni 5,59 % berbanding 5,78 %. Kadar telah memenuhi standar Jepang,
abu yang terkandung dalam briket ini Amerika dan Indonesia, sedangkan
lebih kecil dibandingkan dengan briket standar Inggris tidak terpenuhi. Standar
cangkang kelapa sawit dengan Inggris mensyaratkan nilai kalor 7.289
kandungan perekat yang sama besar kal/gr, sedangkan hasil nilai kalor pada
(Saukani et al., 2019). Hasil ini telah penelitian ini sebesar 7237,60 (kal/gr)
memenuhi standar Jepang, Amerika dan hasil menunjukan terjadi selisih tidak
Indonesia. Sedangkan untuk standar terlalu signifikan. Nilai kalor tertinggi
Inggris tidak terpenuhi yang 7237,60 (kal/gr) pada komposisi serbuk
mensyaratkan kadar air 3,6%. kayu ulin 100%, sedangkan nilai kalor
terendah 6899,82 (kal/gr) pada
Kadar Abu komposisi campuran tempurung kelapa
Penentuan kadar abu dimaksudkan dan serbuk kayu ulin (60% : 40%).
untuk mengetahui zat anorganik yang
merupakan sisa hasil pembakaran dan
mengetahui bahan yang tidak terbakar

30
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Potency, utilization, Problems and
Needed policy for its
Sustainability). J. Anal. Kebijak.
Kehutan. 6, 161–168.
Mahdie, M.F., 2010. Briket Arang Dari
Limbah Arang PT. Citra Prima
Utama Banjarbaru. J. Hutan Trop.
11, 1–8.
Maryono, D., 2013. Pembuatan dan
Analisis Mutu Briket Arang
Tempurung Kelapa Ditinjau dari
Kadar Kanji Preparation and
Gambar 4. Hubungan antara jenis Quality Analysis of Coconut Shell
sampel dengan nilai kalor. Charcoal Briquette Observed by
Starch Concentration . J. Chem. 14,
74–83.
Kesimpulan Moeksin, R. dkk, 2015. Pengaruh
Pembuatan briket serbuk gergaji kayu Komposisi Pembuatan Biobriket
Dari Campuran Serbuk gergaji,
ulin yang dikomparasikan dengan briket Kulit Singkong Dan Batubara
arang tempurung kelapa telah dilakukan. Terhadap Nilai Pembakaran. J. Tek.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan Kim. 21, 19–26.
bahwa briket serbuk kayu ulin, Santosa, Mislaini R., dan S. pratiwi A.,
tempurung kelapa, maupun campuran 2010. Studi Variasi Komposisi
antara tempurung kelapa dengan kayu Bahan Penyusun Briket Dari
Kotoran Sapi Dan Limbah
ulin dari sisi kadar abu, kadar air dan
Pertanian.
nilai kalor telah memenuhi standar Sarjono, 2013. Studi Eksperimental
nasional Indonesia dan standar amerika. Perbandingan Nilai Kalor Briket
Namun untuk standar inggris, kadar air Campuran Bioarang Sekam Padi
masih belum terpenuhi. dan Tempurung Kelapa. Maj. Ilm.
STTR Cepu 11–18.
Ucapan Terimakasih Saukani, M., Setyono, R., Trianiza, I.,
2019. Pengaruh Jumlah Perekat
Ucapan terimakasih diberikan kepada
Karet Terhadap Kualitas Briket
MM yang telah berkontribusi dalam Cangkang Sawit. J. Fis. Flux J. Ilm.
membantu penelitian, Kepala Fis. FMIPA Univ. Lambung
Laboratorium TIP, serta UNISKA yang Mangkurat 1, 159–162.
telah memberikan dukungan pendanaan https://doi.org/10.20527/flux.v1i1.6
penelitian. 159

Referensi
Effendi, R., 2009b. Kayu Ulin Di
Kalimantan : Potensi, Manfaat,
Permasalahan Dan Kebijakan Yang
Diperlukan Untuk Kelestariannya
(EUISIDEROXYLON
ZWAGERI’S Wood in kalimantan :

31
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
Analisa Uji Balistik Produk Body Armor Material Komposit
Poliester Berpenguat Serat Karbon, Rami dan Kapas

Komang Astana Widi1,a, Gerald Pohan1,b, Wayan Sujana1,c, Ade


Rizaldy1,d
1
Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Nasional Malang
a
aswidi@yahoo.com, bgerald.pohan@gmail.com, cwayan_sujana58@yahoo.com,
d
ade_rizaldy@gmail.com

Abstrak

Pengembangan material dalam menunjang HANKAM sangat dibutuhkan. Salah satunya


adalah pengembangan material yang mampu menahan proyektil peluru. Dan salah produk
yang dibutuhkan adalah rampi anti peluru. Material yang digunakan diharapkan mampu
menyerap dan meredam kecepatan peluru sehingga dapat meningkatkan keamanan dan
kenyamanan dari rompi anti peluru yang sudah ada saat ini diantaranya memiliki berat
yang lebih kecil. Penelitian ini memenafaatkan material komposit serat alam yang dipadu
dalam beberapa susunan layer.Bahan komposti menggunakan matriks polyester dengan
serat karbon, kapas dan rami sebagai bahan rompi anti peluru level III A dengan
spesifikasi pengujian tembak dengan jarak tembak 15 meter dan 25 meter. Pada penelitian
ini menggunakan 4 spesimen dimana dimensi dari specimen berukuran 30 cm x 25 cm
dengan ketebalan 5 mm, 7,5mm, 10 mm dan 15 mm, yang diharapkan dapat menahan
tembakan peluru tetapi memiliki bobot yang cukup ringan. Pada hasil pengujian tembak
menggunakan pistol G2 Elite buatan pindad dengan kecepatan peluru 367 m/s (1205 ft/s)
dengan jarak penembakan normal adalah 15 meter. Dari hasil uji tembak spesimen dengan
ketebalan 5 mm, 7,5 mm, dan 10 mm masih belum bisa menahan peluru dari jarak tembak
15 meter namun demikian peredaman kecepatan peluru sudah dapat dihasilkan dengan
baik. Sedangkan ketebalan panel body armor 15 mm menunjukan kecepatan peluru sudah
dapat tertahan (tidak menembus produk body armor). Hal ini diakibatkan karena peran
serat rami yang optimal sebanyak 2 layer memiliki kemampuan peredaman impak peluru
yang sangat baik. Analisa dilakukan dengan pengamatan SEM (Scanning electron
microscope) pada produk yang telah dilakukan penembakan untuk mengetahui peran dari
material penyusun material komposit serat alam yang digunakan. Pengamatan daya lekat
dan cacat yang terbentuk akan memberikan informasi performa dari produk npanel body
armor.

Kata kunci : komposit, matriks, serat karbon, serat kapas, serat rami, SEM.

Latar belakang material pembentuknya. Bahan


Komposit adalah suatu material yang penyusun komposit yang paling utama
terbentuk dari dua komposisi atau lebih, adalah matrik dan bahan penguat. Matrik
yang digunakan adalah resin polyester,
dimana sifat mekanik dari material
karena dari resin tersebut mempunyai
tersebut pembentuknya berbeda-beda
kekurangan sifat yang kaku dan rapuh
[1]. Dikarenakan suatu karakteristik
maka untuk meningkatkan kekuatannya
pembentuknya yang berbeda-beda maka
diberi penguat serat, sebagai elemen
dari itu dihasilkan material baru yaitu
penguat serat sangat menemukan sifat
komposit yang mempunyai sifat
mekanik dari komposit karena
mekanik dan karakteristik dari material-
36
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
meneruskan sebab yang di distribusikan gabungan secara makro, maka komposit
oleh matrik yaitu menjadi kuat [2]. dapat didefinisikan sebagai suatu
Dimensi dan bentuk dari material material yang tersusun dari campuran
serat adalah faktor yang mempengaruhi atau komposisi dua atau lebih unsur-
hasil mekanik dari lamina. Dengan unsur utama yang secara berbeda di
memvariasikan lebar dan tebal sayatan dalam bentuk dan atau komposisi
serat diharapkan akan didapatkan hasil material yang pada dasarnya tidak dapat
mekanik yang maksimal untuk dipisahkan [4]. Dengan titik leleh relatif
mendukung pemanfaatan komposit rendah fluiditas yang baik, mampu
tersebut. Bahan komposit banyak tempa, mampu mesin yang sangat baik,
digunakan di beberapa industi otomotif kertahanan terhadap deformasi dan
seperti kedirgantraan, kelautan dan ketahanan aus, besi tuang telah menjadi
infrastruktur. Material komposit juga bahan rekayasa dengan berbagai aplikasi
telah digunakan secara luas untuk dan juga di gunakan dalam pipa, mesin
aplikasi dalam bidang militer salah dan suku cadang industri otomotif,
satunya rompi anti peluru [3]. seperti kepala silinder, blok silinder, ger
Body Armor ( rompi anti peluru) box dan lain-lain [5].
didefinisikan sebagai suatu pelindung
yang dipakai untuk melindungi tubuh Metode Penelitian
dari serangan fisik atau dari senjata api. Penelitian ini memenafaatkan
Body Armor yang dipakai harus nyaman beberapa serat penguat sebagai laminasi
digunakan, tidak berat, tidak diantaranya Serat Karbon, serat kapas,
menghambat pergerakan, serta memberi dan Serat Rami dengan matrik Polyester
ruang yang cukup untuk bernafas tipe 157. Variable proses penelitian ini
terutama untuk pemakaian yang lama adalah pada ketebalan produk panel
dan pada temperatur yang cukup tinggi. untuk rompi anti peluru dengan
Body Armor seringkali digunakan saat
ketebalan 5 mm, 7.5 mm, 10 mm dan 15
ini untuk peluru artileri, granat, dan
mm. pengujian yang dilakukan terhadap
mortar atau dari improvised explosive produk ini adalah Pengujian Tembak
devices (IEDs) menjadi penyebab utama dengan Standar NIJ 0101.04 Level III A
cidera yang dialami oleh personil dengan jarak tembak 15 meter [ASTM.
Perlindungan dari senjata militer kaliber D 393 – 00]. Hasil penjejakan tembak
kecil cukup untuk menantang dalam selanjutnya dilakukan analisis dengan
banyak kasus karena kecepatan peluru memanfaatkan pengujian Foto SEM
yang tinggi, aspek ratio yang rendah dan (Scanning Electron Microscope).
permukaan keras proyektil. Faktor Adapun tempat pengujian dilakukan di
perlindungan yang dibutuhkan (balistik, Pusdik ARHANUD kota Batu Malang
fragmen, ledakan, tusukan, kimia, api, Jawa Timur dan Pengujian SEM
dan lain lain) [5,6,7]. dilakukan di laboratorium Universitas
Brawijaya.
Tinjauan Pustaka
Menurut asal kata bahwa kata komposit Hasil dan Pembahasan
(composite) berasal dari kata kerja “to compose“ Pada penelitian ini menggunakan 4
yang berarti menyusun atau menggabungkan.
spesimen dimana dimensi dari specimen
Komposit berarti terdiri dari dua atau lebih
30 cm x 25 cm. Serat penyusun berupa
bahan yang berbeda yang digabung atau
serat karbon, kapas dan serat rami untuk
dicampur secara makroskopis menjadi dilakukan pengujian tembak. Data hasil
suatu bahan yang berguna [3,8]. karena
bahan komposit merupakan bahan

37
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
pengujian tembak dapat di lihat pada 40
tabel1. 35

Diamter Kedalaman (mm)


Tabel 1. Data spesimen yang diuji 30
Jumlah 25
No Tebal Berat Penetrasi
Layer 20 Diameter
Depan
15
5 Layer (3
10 Diameter
karbon, 2
1 5 mm 393 g Berlubang Belakang
serat 5
Kapas)
0
7 Layer (4 5 7.5 10 15
karbon, 3 7,5 Ketebalan Produk (mm)
2 560 g Berlubang
serat mm
Kapas)

9 Layer (5
karbon, 4 10 Gambar 1. Pengaruh ketebalan
3 820 g Berlubang
serat mm produk terhadap diameter bekas
Kapas)
penjejakan peluru
8 Layer (4
Berulubang
karbon, 2
pada tembakan
serat 15 1103
4 pertama dan
Kapas, 2 mm g
terahan pada
Serat
tembakan kedua
Rami)

Dari hasil pengujian tembak dapat


dilihat pada tebal berapa peluru dapat
tertahan serta dapat dilihat penambahan
rami yang cukup berperan (Gambar 1).
Pada pengujian tembak yang kedua ini
peluru berhasil tertahan dari spesimen
pada lapisan serat karbon terakhir. Pada
lapisan serat rami resin menyerap seperti Gambar 2 ; Kerusakan lapisan
pada Karbon dan serat Kapas untuk.
Resin menyerap masuk yang membuat Pada pengujian tembak yang kedua
serat semakin kuat karena terdapat resin ini peluru berhasil tertahan dari spesimen
didalamnya. Selain itu susunan lapisan pada lapisan serat karbon terakhir. Pada
pada layer 8 berbeda dengan susunan lapisan serat rami resin menyerap seperti
yang lain, pada spesimen yang lain kita pada Karbon dan serat Kapas untuk.
mencoba susunan lapisan karbon/ kapas/ Resin menyerap masuk yang membuat
karbon/ kapas/ karbon. Hal ini tidak serat semakin kuat karena terdapat resin
memberikan hasil baik karena peluru didalamnya [8,9].
menembus spesimen, evaluasi dilakukan Analisa SEM pada hasil bekas
dan perubahan susunan dilakukan serta tembakan peluru untuk mengetahui
penambahan serat rami. Didapatkan pengaruh resin yang melekat pada setiap
hasil yang cukup dikarenakan peluru serat, kerusakan antar lapisan serat, dan
berhasil tertahan, selain itu susunan yang cacat yang ada pada spesimen.
dievaluasi sebelumnya diberikan
langsung tanpa ada selang-seling seperti
sebelumnya. 8 layer yang dibuat
sekarang adalah karbon/ karbon/ rami/
rami/ kapas/ kapas/ karbon/ karbon, dan
hasilnya peluru tidak tembus.

38
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

Gambar 5. foto SEM cacat yang terlihat


Gambar 3 ; SEM serat karbon

Gambar 3 hasil pengujian SEM diatas


dapat dilihat dari serat karbon yang putus
akibat terkena peluru dari pengujian
tembak masih terdapat resin.

Gambar 6. SEM serat Kapas

Gambar 6 merupakan serat kapas


Gambar 4. Foto SEM kerusakan tembak yang sudah diolah menjadi bahan celana
antar lapisan jeans dan diberi resin agar
mempermudah pembuatan specimen
Gambar 4 dapat dilihat bagaimana serat tersebut, agar serat yang digunakan akan
rami yang setelah mengalami uji tembak. teratur. Sama halnya dengan serat karbon
Kerusakan antar lapisan akibat peluru. namun diameter dari serat kapas ini lebih
Terlihat seperti lepas dari satu serat besar dari serat karbon.Kesimpulan
dengan serat yang lainnya. [10,11].
Dari gambar 5. diatas dapat dilihat
pada panah merah lapisan serat Rami Kesimpulan
putus dan terpisah. Lalu terdapat cacat 1. Produk panel rompi anti peluru dari
pada lapisan tersebut seperti rongga- material komposit laminasi matriks
rongga kecil. Serat pada lapisan campuran resin polyester berserat
specimen tidak menjadi satu lagi karbon 4 lembar, anyaman serat rami
dikarnakan ketika peluru menembus 2, dan serat kapas menggunakan
specimen dan kinerja dari masing- celana jeans yang seratnya terbuat
masing serat yang ada pada spesimen dari 100% dengan total ketebalan
menahan peluru tersebut, akhirnya serat 15mm dapat menahan laju peluru
yang kuat dan juga diselimuti oleh resin tembak Pistol G2 Elite Pindad yang
tersebut maka akan hancur. setara dengan standart NIJ 0101.04
level III dengan jarak tembak 15
meter.
2. Hasil foto makro kerusakan uji
tembak dengan tambahan campuran
serat rami 50%, dapat mengurangi

39
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020
laju tembakan peluru dikarnakan Campuran Epoxy-Karet Silikon
sebelum menggunakan serat rami (30%, 40%, 50%) , Jurnal Flywheel
tembakan peluru serasa tidak tertahan Vol. 11 No. 1 (2020): Jurnal
atau menghambat laju dan penetrasi Flywheel
dari peluru tersebut. [6] Komang Astana Widi, Gerald Pohan,
3. Dari hasil foto SEM yang dilakukan Wayan Sujana, Tutut Nani, and Luh
di LSIH (Laboratorium Sentral Ilmu Dina Ekasari, Comparative
Hayati) dapat dilihat ketika hasil Investigation of Matrix and Fiber
tembak yang sudah terjadi banyak Orientation Composite Ramie,
serat yang tidak beraturan dikarnakan Lecture Notes in Mechanical
dampak dari penetrasi tembakan. Lalu Engineering, ISSN 2195-4356 ISSN
pada antar lapisan terdapat banyak 2195-4364 (electronic), ISBN 978-
celah diantara serat dan matrik yang 981-15-4480-4 ISBN 978-981-15-
dapat mengakibatkan kinerja dari 4481-1 (eBook),
rompi tersebut menurun. https://doi.org/10.1007/978-981-15-
4481-1, Springer Nature Singapore
Referensi Pte Ltd. 2020
[1] ASTM. D 393 – 00 “Standart Test [7] Lewis, E.A., Between Iraq and a hard
plate: recent developments in UK
Method For Flexial Properties of
military personal armour. In:
Sandwich Construction”.
personal Armour Systems
Philadelphia, PA : American Society
Symposium 2006. The Royal
for Testing and Materials.
Armouries, Leeds, UK. 2006.
[2] Ballistic Resistance of Body Armor
[8] Paul V. Cavallaro. Soft Body Armor:
NIJ Standart¬- 0101.06-NCJRS
An overview of Materials,
[3] Chabba, S., Es, M., Klinken, E.J.,
Manufacturing, Testing, and
Jongedijk, M.J., Vanek, D.,Gijsman,
Ballistic Impact Dynamics. NUWC-
P., Waals, A.C.L.M., Accelerated
NPT Techincal Report 12, 057 1
aging study of ultra high molecular
August 2011.
weight polyethylene yarn and
unidirectional composites for [9] Ramasamy, A., Clasper, J.C.,
Stewart, M.P.M., injuries from
ballistic applications. Journal of
roadside improvised explosive
Materials Science 42, 2891e2893.
devices. The journal of Trauma
2007.
Injury, Infection, and Critical Care,
[4] I Komang Astana Widi, Gerald
2011.
Pohan, Wayan Sujana and Tutut
[10] Breeze, J., Gibbons, A.J., Shieff, C.,
Nani Prihatmi, 2019, Effect of Ramie
Banfield, G., Bryant, D.G.,
Fibers on Fatique Strength
Midwanter, M.J., Combat-related
Automotive Product, IOP
Cranio Facial and Cervical Injuries:
Conference Series: Materials
a 5-year review from the British
Science and Engineering, Volume
military. The Journal of Trauma
694, 1st International Symposium on
Injury, Infection , and Critical Care,
Advances and Innovations in
2011.
Mechanical Engineering 9–10
[11] Sujana, W. & Astana Widi, I.K.
October, Jakarta, Indonesia
2013. Pemanfaatan Silicon Rubber
[5] I Komang Astana Widi, Wayan
Sujana, Gerald Adityo Pohan, Putu Untuk Meningkatkan Ketanggihan
Suwendra Saskara, 2020, Analisa Uji Produk Otomotif Buatan Lokal.
Jurnal Energi dan Manufaktur, 6 (1),
Tarik Dan Impak Komposit Epoxy
37-42.
Rami -Agave – Karbon dengan

40
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57-8
24 Oktober 2020

Studi Eksperimen Pada Turbin Angin


Savonius Bertingkat Dengan Variasi Derajat Penempatan Sudu

Muhammad Suprapto1,a, Idzani Muttaqin2,b


Prodi Teknik Mesin1, Fakultas Teknik, Universitas islam Kalimantan MAB
Prodi Teknik Industri2, Fakultas Teknik, Universitas islam Kalimantan MAB
Jl. Adhiyaksa No. 2 Kayu Tangi, Banjarmasin
muhammadsuprapto13@gmail.com
idzanimuttaqin@gmail.com

ABSTRAK
Dengan meningkatnya kebutuhan akan energi fosil, maka semakin besar pula pencemaran
lingkungan yang dihasilkan dari gas buangnya. Salah satu solusi dengan pengembangan
energi baru dan terbarukan (EBT), Turbin angin savonius merupakan turbin angin dengan
sumbu vertika yang memiliki banyak kelebihan diantaranya bentuk konstruksi yang
mudah dibuat, tidak memerlikan kecepatan angin yang tinggi untuk mulai berputarnya.
Turbin savonius memiliki kelemahan pada nilai efisiensi yang cukup rendah. Pada
penelitian ini akan dilakukan perancangan turbin angin savonius dan pengujian secara
eksperimen terhadap sudu bertingkat dan variasi sudut penempatan sudu dengan
parameter kecepatan putaran poros. Permodelan dan pengujian akan dilakukan di
Laboratorium Teknik Mesin Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-
Banjari, Banjarmasin. Objek yang diteliti yaitu turbin angin savonius sudu bertingkat.
Analisa hasil eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini yaitu mengetahi kecepatan
putaran poros yang di hasilkan dengan variasi sudut penempatan sudu. Hasil dari
pengujian secara langsung pada turbin savonius pada kecepatan angin 4 m/s turbin
savonius penempatan sudut sudut 450 tingkat memperoleh putaran shaft speed sebesar
325.70 Rpm. Sedangkan turbin angin savonius penempatan sudut sudu 30 0 memperoleh
putaran shaft speed sebesar 341.7 Rpm dan turbin savonius penempatan sudut sudut 150
memperoleh putaran shaft speed sebesar 360 Rpm

Kata Kunci: Turbin Angin, Savonius, Sudut, sudu, shaft speed.

41
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57
24 Oktober 2020

PENDAHULUAN karena setiap kerja yang dilakukan


sekecil apapun dan seringan apapun tetap
Energi memiliki peranan penting
membutuhkan energi. Menurut Kamus
hampir disemua aspek pada era modern
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), energi
saat ini, pengembangan energi terbarukan
didefiniskan sebagai daya atau kekuatan
seperti energi angin, energi air dan energi
yang diperlukan untuk melakukan
surya dapat mengurangi ketergantungan
berbagai proses kegiatan. Energi
kita pada bahan bakar fosil, yang semakin
merupakan bagian dari suatu benda tetapi
tahun ketersediaannya semakin
tidak terikat pada benda tersebut.
menipis.(Debnath, Pinku .2014).
1
Kebutuhan akan energi semakin hari
E = mv 2
semakin meningkat seiring dengan 2
bertambahnya jumlah penduduk, di mana :
pertumbuhan ekonomi dan konsumsi E = Energi kinetik (Joule)
energi yang sangat tinggi. Lebih dari 81% m = Massa (kg)
dari energi dunia saat ini berasal dari v = kecepatan angin (m/s)
bahan bakar fosil, sementara itu Energi bersifat fleksible artinya dapat
permintaan kebutuhan energi dunia berpindah dan berubah.
semakin hari tumbuh secara pesat
(www.cnbcindonesia.com). Salah satu
sumber energi terbarukan adalah energi
angin. Energi angin merupakan salah satu
energi ramah lingkungan, sumber energi
berlimpah dan dapat diperbaharui
sehingga sangat berpotensi untuk
dikembangkan. Potensi angin di
Indonesia pada umumnya memiliki
kecepatan angin yang rendah berkisar Turbin Angin
antara 3 m/s – 7 m/s, sehingga jenis turbin Turbin angin adalah alat yang
angin vertikal dirasa sangat cocok untuk berfungsi untuk mengubah energi kinetik
digunakan pada kondisi kecepatan angin angin menjadi energi gerak berupa
rendah. putaran rotor dan poros generator untuk
Turbin angin vertikal memiliki menghasilkan energi listrik. Energi gerak
Self Starting yang baik sehingga mampu yang berasl dari angin akan diteruskan
memutar rotor waupun kecepatan angin menjadi gaya gerak dan torsi pada poros
rendah, selain itu torsi yang dihasilkan generator yang kemudian dihasilkan
relatif tinggi energi listrik. Turbin angin merupakan
. mesin penggerak yang energi
penggeraknya berasal dari angin.
TINJAUAN PUSTAKA Turbin angin adalah alat yang berfungsi
Energi Angin untuk mengubah energi kinetik angin
Energi adalah kemampuan menjadi energi gerak berupa putaran
melakukan kerja. Disebut demikian rotor dan poros generator untuk

42
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57
24 Oktober 2020

menghasilkan energi listrik. Energi gerak


yang berasl dari angin akan diteruskan
menjadi gaya gerak dan torsi pada poros
generator yang kemudian dihasilkan
energi listrik. Turbin angin merupakan
mesin penggerak yang energi
penggeraknya berasal dari angin. Secara
umum turbin angin sumbu Vertikal
(TASV), khususnya turbin angin
savonius memiliki kecepatan awal angin
yang lebih rendah dibandingkan dengan
turbin angin jenis lainnya. Daya energi Gambar 1. Sudu Tubin Savonius
angin dapat di hitung dengan persamaan
sebagai berikut :
1
p = Cp Av3
2
di mana :
P = Daya energi angin (Watt)
 = Kerapatan udara (1.2 kg/m3)
A = Area penampang angin (m2)
V = Kecepatan angin (m/s)

Sudu turbin savonius


Sudu turbin angin yang terdiri
dari baling-baling/ sudu merupakan
bagian dari turbin angin yang berfungsi
menerima energi kinetik dari angin dan
merubahnya menjadi energi gerak
Gambar 2. Sudu model bertingkat
(mekanik) putar pada poros penggerak.
Pada sebuah turbin angin, baling-baling
rotor dapat berjumlah 2, 3 atau lebih. Spesifikasi turbin
Turbin angin savonius merupakan Dari turbin savonius yang di buat di
jenis turbin angin yang paling sederhana, peroleh data spesifikasi teknis seperti
efisiensi sekitar ± 20%, turbin angin dapat ditunjukkan pada tabel 1 sebagai berikut.
berputar dan menghasilkan energi listrik
Tabel 1. spesifikasi Turbin savonius
pada kecepatan angin yang rendah dan
tidak terpengaruh arah angin. Maka No Spesifikasi Keterangan
turbin ini sangat sesuai untuk di
kembangkan dan diteliti sesuai dengan Turbin
potensi yang ada di Indonesia, khususnya 1 Jenis Turbin Savonius
di daerah Kalimantan selatan. Bertingkat

43
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57
24 Oktober 2020

2 Jenis Putaran Axial berikut: Efisiensi turbin savonius sebesar


Diameter end 20% dengan kecepatan angin 2 m/s.
3 0.3 m
plat 1
p = Cp Av3
4 Material blade Mika 2 mm 2
5 Celah Udara 50 mm
6 Jumlah Sudu 2 1
p = (0.2)(1.2)(0.18)(43 )
2
Diagram alir penelitian p = 1.3824

Mulai
Secara teoritis kecepatan shaft speed
dapat dihitung dengan persamaan
Tahap Persiapan Alat dan Bahan dibawah ini:
Perhitungan mengguakan nilai kecepatan
Perancangan
angin 4 m/s.
60..v
Proses Pembuatan Turbin ss =
D
60(1.5)4
ss =
Dengan 1 tingkat Dengan 2 tingkat (3.14)(0.3)
ss = 382.16Rpm
Pengujian dengan overlap
30%) Tabel 2. hasil pengujian turbin savonius

Analisa Data

Pembahasan

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir penelitian

Perhitungan Daya Turbin Angin


Daya turbin savonius dapat
dihitung dengan persamaan sebagai

44
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57
24 Oktober 2020

angin 4 m/s dengan kecepatan putaran


K ECEP ATAN ANGI N
TERHADAP DAYA 382.116 Rpm
1.3824
K ECEP ATAN ANGI N
Daya (Watt)

TERHADAP TORSI

0.5832

Torsi (Nm)
0.00384
0.1728
0.00216
2 3 4 0.00096
Kecepatan Angin (m/s)
2 3 4
Kecepatan Angin (m/s)
Grafik 1 daya turbin savonius
Grafik 4.3 Kecepatan angin terhadaf Torsi

Dari grafik diatas nilai daya Pada perhitungan nilai Torsi turbin

aktual turbin angin savonius hanya savonius bertingkat, nilai Torsi pada

dipengaruhi nilai kecepatan angin. Pada kecapatan angin 2 m/s dengan torsi

kecepatan angin 2 m/s dengan daya 0.00096 Nm, pada kecapatan angin 3 m/s

sebesar 0.1728 watt, kecepatan angin 3 dengan torsi 0.00216 Nm dan kecapatan

m/s dengan daya sebesar 0.5832 watt dan angin 4 m/s dengan torsi 0.00384 Nm.

nilai tertinggi pada kecepatan angin 4 m/s Tabel 2 . Perbandingan Analisis numerikal
dengan eksperimen.
yaitu sebesar 1.3824 watt.

K ECEP ATAN ANGI N


TERHADAP SHAF T SP EED
shaft speed (rpm)

382.166
286.624
191.083

1 2 3
Kecepatan Angin (m/s)

Grafik 2. putaran shaft speed


Pada perhitungan nilai putaran
turbin savonius bertingkat, nilai putaran
pada kecapatan angin 2 m/s dengan
kecepatan putaran 191.083 Rpm, pada
kecapatan angin 3 m/s dengan kecepatan
putaran 286.624 Rpm dan kecapatan

45
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57
24 Oktober 2020

angin 4 m/s turbin savonius


penempatan sudut sudut 450 tingkat
memperoleh putaran shaft speed
sebesar 325.70 Rpm. Sedangkan
turbin angin savonius penempatan
sudut sudu 300 memperoleh putaran
shaft speed sebesar 341.7 Rpm dan
turbin savonius penempatan sudut
sudut 150 memperoleh putaran shaft
Dapat dilihat dari hasil grafik diatas
speed sebesar 360 Rpm
bahwa nilai dari analisis numeril lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai shaf
REFERENSI
speed pada pengujian eksperimen,
Mohammed Hadi Ali. (2013).
dikarenakan dipengaruhi nilai efisiensi Experimental Comparison Study for
SavoniusWind Turbine of two and
dari komponen-komponen pada turbin.
Tree Blades At low Wind Speed.
International Journalofmodern
KESIMPULAN Engineering Research (IJMER),
Vol.3–Issue 5. 2978-2986.
Berdasarkan hasil dari analisa LecturerUniversity of Mustansiriya.
numerikal dan Eksperimen turbin angin
Sigurd J. Savonius, The wing-rotor in
savonius bertingkat maka dapat di ambil theory and practice, Publ. SAVONIUS
kesimpulan sebagai berikut : & CO., Helsingfors, Finland, 1-39,
1925
1. Penempatan Sudut Sudu M. Suprapto. Iskendar (2016) analisis
memberikan pengaruh terhadap Pengaruh jumlah sudu terhadap unjuk
kerja pada turbin angin vertikal tipe
putaran shaft speed pada turbin angin savonius dengan metode taguchi.
savonius. Dengan kecepatan
Sigemes, F., (2015) savonius wind rotor
maksilal 325.70 Rpm. basics. University Centre in Svalbard
(UNIS),Norway.
2. Kecepatan angin memiliki pengaruh Haqqqi. M. H, Gunawan. N dan
yang bersar terhadap kinerja turbin Musyafa. A. 2013 Rancang Bangun
TurbinAngin Vertikal Jenis Savonius
angin savonius, semakin besar dengan Variasi Jumlah Blade
kecepatan angin maka putaran turbin Terintegrasi Circular Shield untuk
Memperoleh Daya Maksimum.
juga semakain cepat. pada kecepatan Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

46
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-57
24 Oktober 2020

Teknologi Industri, Institut Teknologi


Sepuluh Nopember(ITS).

Altan, BD., Atilgan, M. and Ozdamar, A.


An Experimental Study on
Improvement of a Savonius Rotor
Performance with Curtaining.
Experimental Thermal and Fluid
Science 32, 2008, p. 1673-1678

http://www.savonius.net/savonius-
principle.html.

https://en.wikipedia.org/wiki/Savonius_
wind_turbine.

47
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020

Kajian Eksprimental Pengaruh Geometri Sudu Terhadap Unjuk


Kerja Turbin Atap Rumah Berbasis Kecepatan Angin Rendah

Mujiburrahman1,a, Heri Irawan2,b


1,2
Program Studi Teknik Mesin, Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin
Email : Mujiburrahman.4646@gmail.com
Heri.irawan.up@gmail.com

ABSTRAK

Pendayagunaan potensi angin yang di peruntukan pada pengaplikasian turbin


angin skala kecil masih sangat kurang, padahal energi angin merupakan salah satu
potensi energi terbarukan yang sangat memberikan kontribusi signifikan terhadap
kebutuhan energi listrik domestik, khususnya daerah terpencil. Pengembangan turbin
angin tidak hanya terfokus pada skala besar yang memiliki ladang angin seperti daerah
pegunungan, pesisir pantai, dan lepas pantai. Sangat jarang difokuskan pada
pengembangan turbin angin skala kecil yang di aplikasikan pada bubungan atap rumah.
Penelitian ini menggunakan metode pegujian eksperimental (experimental) melakukan
pengamatan dan pengukuran kecepatan angin di kemiringan atap dengan durasi rata-
rata perjam, perhari, dan perbulan menggunakan alat ukur anemometer digital.
Selanjutnya data tersebut dijadikan sebagai parameter awal dalam menentukan
kecepatan angin dalam pengujian skala lab, dengan variabel penelitian kecepatan angin
kemiringan atap 3, 5, dan 7 m/s menggunakan airfoil savonius tipe L dan tipe U
terhadap unjuk kerja turbin atap rumah. Hasil pegujian Turbin atap rumah
menggunakan sudu L yang di uji pada kecepatan angin 3 m/s memilik pengaruh
terhadap putaran turbin sebesar 169,2 rpm, Pr sebesar 2,439 W, TSR sebesar 6,6, Tr
sebesar 0,0153 Nm, dan CT sebesar 0,089 %. selanjutnya pada kecepatan angin 5 m/s
memilik pengaruh terhadap putaran turbin sebesar 247,3 rpm, Pr sebesar 11,29 W, TSR
sebesar 16,17, Tr sebesar 0,0175 Nm, dan CT sebesar 0,036 %. Sedangkan pada
kecepatan angin 7 m/s memilik pengaruh terhadap putaran turbin sebesar 352,7 rpm Pr
sebesar 30,99 W, TSR sebesar 32,3, Tr sebesar 0,0171 Nm, dan CT sebesar 0,018 %.
Sedangkan Turbin atap rumah menggunakan sudu U mampu tampil lebih baik dari
hasil yang di uji pada kecepatan angin 3 m/s memilik pengaruh terhadap putaran turbin
sebesar 171,2 rpm, Pr sebesar 2,439 W, TSR sebesar 6,72, Tr sebesar 0,0151 Nm, dan
CT sebesar 0,088 %. Selanjutnya pada kecepatan angin 5 m/s memilik pengaruh
terhadap putaran turbin sebesar 296,3 rpm, Pr sebesar 11,29 W, TSR sebesar 17,6, Tr
sebesar 0,0160 Nm, dan CT sebesar 0,033 %. Sedangkan pada kecepatan angin 7 m/s
memilik pengaruh terhadap putaran turbin sebesar 386,2 rpm, Pr sebesar 30,99 W, TSR
sebesar 35,4, Tr sebesar 0,0156 Nm, dan CT sebesar 0,017 %.
Kata Kunci : Turbin atap rumah, Geometri sudu, Unjuk kerja

PENDAHULUAN kontribusi signifikan terhadap


Pendayagunaan potensi angin yang kebutuhan energi listrik domestik,
di peruntukan pada pengaplikasian khususnya daerah terpencil. Sehingga
turbin angin skala kecil masih sangat apabila sumber daya energi angin yang
kurang, padahal energi angin tersedia mampu di maksimalkan, maka
merupakan salah satu potensi energi pembangkit ini dapat menjawab
terbarukan yang sangat memberikan

48
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
masalah lingkungan hidup dan sebuah sayap pesawaat yang
ketersediaan sumber energi. menurunkan tekanan udara di atas
Turbin angin atap rumah memiliki sayap sehingga terjadi peningkatan
bentuk memanjang yang di aplikasikan kecepatan udara yang terjadi pada
pada bubungan atap dengan sumbu permukaan sayap.
poros horizontal. Potensi angin
kemiringan atap di sinyalir dapat
berkontribusi besar terhadap
pengaplikasian turbin angin di mana
angin yang mengalir di permukaan atap
akan di pandu menuju bubungan atap, Gambar 2.1 Pola aliran udara
sehingga secara tidak langsung efek kemiringan atap
kemiringan atap meningkatkan (Sumber :
kecepatan aliran angin menuju turbin. https://andreyass.wordpress.com)
Namun sangat jarang di aplikasikan di Efek dari kemiringan atap ini
indonesia mengingat potensi angin menyediakan lima sampai delapan kali
kemiringan atap rumah yang tergolong energi untuk pengaplikasian turbin atap
kecepatan angin rendah dan cenderung rumah, setara dengan turbin angin tipe
ber ubah ubah arah. baling - baling tidak dipasang di atap
Langkah dalam penelitian ini di miring. di bawah ini menunjukkan
rasa penting untuk mendapatkan energi angin dihitung tersedia
parameter desain geometri sudu yang memanfaatkan turbin bubungan atap
mampu memanfaatkan sumber daya angin. Raymond E. Paggi, 2010.
angin bubungan atap rumah. Pada Parameter proses sistem konversi
penelitian ini akan membuat pemodelan energi angin umumnya didasarkan pada
dengan parameter desain geometri sudu kecepatan dan arah aliran angin.
menggunakan airfoil savonius tipe L Kecepatan angin di kemiringan atap di
dan tipe U yang di uji secara langsung ukur dengan menggunakan alat
sebagai dasar pengembangan dan anemometer. Anemometer tangan
pengapliksian turbin angin yang terdiri dari semacam kipas kecil pada
memiliki unjuk kerja optimal. ujungnya yang akan berputar ketika
dilalui oleh angin.
TINJAUAN PUSTAKA Rumus perhitungan yang di
Potensi Energi Angin Atap Rumah gunakan dalam sistem konversi energi
Potensi angin di bubungan atap angin sebagai berikut :
memiliki sumber daya angin yang Ek = ½ m.v2 .....................................
menjanjikan sebagai penghasil energi, (2.1)
selama ini pemanfaatan potensi angin Dimana :
skala besar membutuhkan ladang angin Ek = energi kinetik (joule)
yang cukup luas dan memakan tempat m = massa udara (kg)
untuk mendirikan tiang pondasi untuk v = kecepatan angin (m/s)
turbin angin sebagai mesin konversi Bila suatu blok udara yang
energi, sangat sedikit penelitian di memiliki penampang A dalam
arahkan pada pembangkit listrik skala satuan m2, dan bergerak dengan
kecil yang di aplikasikan pada atap kecepatan v dalam satuan m/s, maka
bangunan. Menurut persamaan jumlah massa yang melewati suatu
Bernoulli efek yang terjadi pada tempat dinyatakan sebagai berikut :
struktur permukaan kemiringan atap
hampir sama dengan yang terjadi pada

49
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
m = ρ . A . v2 ......................................... ρ = massa jenis udara 1,225 (kg/m3)
(2.2) A = luas penampang (m2)
Di mana : v = kecepatan angin (m/s)
m = laju alir massa udara (kg/s) Dengan ρ adalah massa jenis
v = kecepatan udara (m/s) udara yaitu 1,225 kg/m3. Ungkapan ini
ρ = kerapatan udara (kg/m3) memberikan daya yang tersedia dalam
A = luas penampang (m2) aliran bergerak dari udara, tetapi
Jika A = d x h ........................................ kekuatan yang dapat diekstraksi dari
(2.3) aliran bergerak ini adalah apa yang
Di mana : dibutuhkan. Dengan demikian kita
d = diameter sudu (m) dapat mempertimbangkan rasio, yang
h = tinggi sudu (m) dikenal sebagai koefisien daya, antara
Dengan demikian maka energi kekuatan angin, dan kekuatan rotor :
yang dapat dihasilkan per satuan waktu P
Cp = r .............................................
adalah sesuai dengan rumus : Pw
Pa = Energi / waktu ............................. (2.7)
(2.4) Di mana :
Pa = (½. m .v2) / t Pr = daya rotor turbin (W)
Pa = ½ .m/t .v2
Pw = daya angin (Watt)
Pa = ½ . m . v2
Pw = ½ .ρ.A.v3 ...................................... Sehingga torsi rotor (Trotor) dihitung
(2.5) yaitu :
1
Di mana : CT =  v 2 A.R .................................
Pw = daya angin (Watt) 2
ρ = massa jenis udara 1,225 (kg/m3) (2.8)
A = luas penampang (m2) Di mana CT adalah koefisien torsi yang
v = kecepatan angin (m/s) besarnya ditentukan dari hubungan
Daya rotor merupakan daya yang antara torsi dan daya sehingga diperoleh
dibangkitkan oleh rotor turbin angin :
akibat mendapatkan daya dari Cp
CT = ...........................................
hembusan angin. Daya turbin angin 
tidak sama dengan daya angin (2.9)
dikarenakan daya turbin angin Grafik berikut menunjukan variasi
terpengaruh oleh koefisien daya. nilai tip speed ratio dan koefisien daya
Koefisien daya adalah presentase daya untuk berbagai macam turbin angin.
yang terdapat pada angin yang dirubah
ke dalam bentuk energi mekanik Secara
teori, kemungkinan koefisien daya rotor
maksimum diberikan oleh Batas Betz,
CP = 16/27 = 0,593 (Manwell, et all.
2002). Jadi hasil dari kekuatan turbin
angin dapat disimpulkan sebagai : Gambar 2.2. Nilai koefisien daya dan
1 TSR
Pr = Cp  Av3 .................................. (Sumber: Hau,E. 2006)
2
(2.6) Perhitungan nilai Tip Speed Ratio
Di mana : dapat di tentukan berdasarkan
Pr = daya rotor turbin (W) menggunakan persamaan berikut
Cp = Coefisien sudu (Hau,E. 2005) :

50
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
 Dn mengalir mengalami kontak dengan
= ......................................... bangunan lalu di arahkan oleh
60v
(2.10) kemiringan atap menuju bubungan
Di mana : sebagai berikut.
λ = tip speed ratio
ω = kecepatan sudut turbin (rad/s)
D = diameter rotor (m)
n = Putaran turbin (rpm)
v = kecepatan angin (m/s) Gambar 2.5. Skema aliran angin
Sebaliknya kecepatan putar poros (Sumber : www. Building strees.com)
dapat di tentukan berdasarkan
menggunakan persamaan berikut : Turbin Angin Atap Rumah
60.v. Turbin angin memaksimalkan
SS = ..................................
 .D potensi angin yang di kemiringan atap
(2.11) masih sangat jarang, mengingat
Di mana : posisinya yang cukup rendah, sehingga
SS = Kecepatan Poros (rpm) di pandang kurang optimal sebagai
 = Kecepatan ujung bilah/Tip speed sumber daya angin untuk pembangkit
ratio listrik. Untuk mengatasi persoalan
Aliran Angin Kemiringan Atap tersebut Misalnya turbin tipe Bergey
Besarnya energi angin yang mengalami yang di aplikasikan pada menggunakan
kontak dengan bangunan menjadi lebih struktur tiang. Selanjutnya penelitian
padat/ karena terjadi menumpuk yang yang sama di lakukan (Lukas deisadze,
dikibatkan oleh dinding bagunan dkk 2013). Membuat penelitian turbin
sebelum mengalami transisi aliran ke atap rumah menggunakan airfoil
laminar kemudian angin di permukaan savonius sumbu tegak dengan struktur
atap di arahkan oleh kemiringan atap tiang, Lukas membandingkan konsep
mengalir menuju puncak atap sehingga savonius dengan bilah datar hasilnya
secara tidak langsung berdampak pada konsep savonius lebih baik di
peningkatan kecepatan angin, tetapi hal bandingkan dengan sudu datar.
ini juga tergantung besar kecilnya Pemanfaatan energi angin skala kecil
sumber daya angin yang datang dan yang diaplikasikan pada kemiringan
arah angin yang datang. atap bangunan termasuk kecepatan
angin rendah. (Raymond E. Paggi
2010). Selain itu turbin bentuk
memanjang efektif memaksimalkan
aliran angin di puncak kemiringan atap,
karena mampu menghasilkan tangkapan
Gambar 2.4. Aliran Angin Dikemiringn angin sepanjang bubungan atap di
Atap dukung bentuk Aerodinamis Airfoil
(Sumber : www.ridge blade.com) Savonius turbin angin atap rumah dirasa
Sehingga efek inilah yang di mampu berputar dengan optimal pada
maksimalkan oleh turbin angin atap kecepatan angin rendah.
rumah yang memiliki luas sapuan angin (Mujiburrahman, Heri Irawan, 2019).
sepanjang bubungan atap dalam
meningkatkan nilai putaran yang di Airfoil Savinius
hasilkan, seperti skema aliran angin Pada perkembangannya turbin
tergambar di mana efek angin yang Savonius ini banyak mengalami

51
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
perubahan bentuk rotor, untuk METODELOGI PENELITIAN
menghasilkan efesiensi aerodinamis Diagram Alir Penelitian
yang optimal. Angin yang berhembus
pada salah satu bagian bilah rotor Mulai

diharapkan lebih banyak mengalir ke Studi Literatur

Perumusan Masalah
bilah rotor lainnya melalui celah di Tujuan Penelitian

sekitar poros sehingga menghasilkan


daya dorong tambahan pada sudu rotor, Pembuatan Alat
Model turbin
angin atap rumah
Studi Lapangan
Kecepatan angin puncak di
kemiringan atap

akibatnya rotor berputar lebih cepat. Pengujian Alat

Ya

Analisis Data Tidak


Hasil Pengujian

Kesimpulan Dan Saran

Selesai
Gambar 2.9 Aerofoil Savonius tipe U
(Sumber : Soelaiman, 2006) Gambar 3.1. Flow chart penelitian
Geometri airfoil sudu savonius
awalnya memiliki bentuk airfoil Tempat dan Waktu Penelitian
lengkung U, seiring dengan Penelitian ini rencanakan di
perkembangan teknologi laksanakan terhitung dari bulan Oktober
pengkonversian energi angin, airfoil 2019 sampai dengan bulan Juni 2020.
savonius banyak mengalami perubahan Pengukuran data angin dilakukan di
bentuk geometri sudu pada rotor, puncak kemiringan atap rumah daerah
menyerupai lengkung L. banjarmasin. Sedangkan pengujian
model turbin dilakukan di Laboraturium
Fakultas Teknik menggunakan
terowongan angin. Objek penelitian di
fokuskan pada bagian geometri bentuk
sudu turbin menggunakan airfoil
Gambar 2.10. Rotor Savonius U, dan L
savonius tipe L, dan tipe U terhadap
Sumber : (Soelaiman, 2006)
unjuk kerja turbin angin atap rumah.
Inilah yang mendorong beberapa
Tabel 3.1 Spesifikasi Turbin Atap
penelitian mengembangkan konsep
airfoil savonius pada turbin atap rumah Rumah
karena efisiensi airfoil Savonius
memang cukup baik di bandingkan
dengan jenis airfoil turbin angin lainnya
dalam mendayagunakan sumber daya
angin rendah, sistem fabrikasi yang
sederhana, mampu menerima angin dari
segala arah, noise yang di hasilkan
cukup rendah dan tidak memerlukan
komponen perlindungan terhadap
kecepatan putar tinggi (overspeed
rotation). Selain itu juga memiliki
kemampuan self-start yang baik untuk
kecepatan angin yang rendah sehingga
memiliki performansi yang baik untuk
pembangkitan skala kecil.

52
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020

Gambar 3.5. airfoil savonius tipe L, dan


Gambar 3.2. Desain turbin atap rumah tipe U
2. Model bagunan
Jenis atap yang menggunakan jenis atap
miring (pelana), dengan sudut
0
kemiringan atap 35 . Sesuai
Rotor Turbin Atap Rumah Sudu L
karakteristik perumahan di banjarmasin.

Rotor Turbin Atap Rumah Sudu U

Gambar 3.3. Airfoil savonius tipe L dan


tipe U

Metode Pengujian
Penelitian ini menggunakan metode Gambar 3.6. Miniatur bangunan rumah
pegujian eksperimental (experimental 3. Wind Tunnel
research) melakukan pengamatan dan Wind tunnel digunakan untuk
pengukuran kecepatan angin di mensimulasikan arah dan kecepatan
kemiringan atap dengan durasi rata-rata angin sebagai fasilitas uji turbin angin
perjam, perhari, dan perbulan atap rumah.
menggunakan alat ukur anemometer
digital. Selanjutnya data tersebut
dijadikan sebagai parameter awal dalam
menentukan kecepatan angin dalam
pengujian skala lab, dengan variabel
penelitian kecepatan angin kemiringan
atap 3, 5, dan 7 m/s menggunakan
airfoil savonius tipe L dan tipe U Gambar 3.7. Wind Tunnel
terhadap unjuk kerja turbin atap rumah. 4. Blower
Digunakan sebagai sumber fluida angin
Bahan dan Alat dalam pengujian wind tunnel.
Bahan dan alat yang digunakan
untuk pembuatan turbin angin atap
rumah sebagai berikut :
1. Model turbin
Model uji menggunakan turbin angin
atap rumah sudu 3 menggunakan airfoil
savonius tipe L dan tipe U.

Gambar 3.8. Blower

53
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
5. Anemometer digital angin atap rumah seprti terlihat pada
Anemometer digital digunakan untuk gambar 4.1. berikut :
mengukur kecepatan angin pada puncak
kemiringan atap di lapangan.

Gambar 4.1. Pengujian turbin atap


rumah
Gambar 3.9. Anemometer digital Tabel 4.1. Hasil Perhitungan Tip Speed
6. Tachometer digital Ratio
Sedangkan tachometer digunakan TSR λ
mengukur kecepatan putaran yang v m/s
sudu U sudu L
dihasilkan oleh turbin saat pengujian. 3 m/s 6,72 6,64
5 m/s 17,62 16,18
7 m/s 35,37 32,30

Gambar 3.10. Tachometer digital

Langkah – Langkah Pengujian


1. Site up peralatan pengujian
2. Site up kecepatan angin
3. Menyiapkan model uji Gambar 4.2. Hubungan Kecepatan
4. Pengujian angin terhadap Tip Speed Ratio
Gambar 4.2 menunjukan hubungan
HASIL PENELITIAN DAN antara kecepatan dan tip speed ratio
PEMBAHASAN (TSR). Di mana hasil menunjukan
Parameter awal sebagai dasar ketika kecepatan angin meningkat di
pengujian yaitu hasil pengukuran ikuti oleh Peningkatan nilai TSR yang
kecepatan angin diwilayah banjarmasin di dapatkan. Begitu juga pada saat
dan pengukuran potensi angin di kecepatan angin di tingkatkan nilai
lakukan di puncak kemiringan atap yang didapat TSR terjadi peningkatan
rumah didapat kecepatan angin rata-rata yang signifikan. ini diduga akibat besar
sebesar 2 m/s sampai dengan 7 m/s. rasio kecepatan ujung dari turbin angin
Kecepatan rata-rata angin tersebut dapat menerima besarnya kecepatan
menjadi acuan pengujian turbin angin angin mendorong sudu. Hal ini terjadi
atap rumah skala lab di gunakan pada turbin yang dipasang dengan
sebagai variabel pengujian 3, 5, 7 m/s . bentuk sudu U menghasilkan nilai TSR
dan geometri bentuk sudu tip L dan tip lebih besar di bandingkan sudu L
U. Selanjutnya di lakukan pengukuran dimana pada kecepatan angin 3 m/s
dan perhitungan unjuk kerja turbin nilai TSR yang di hasilkan sudu U

54
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
sebesar 6,72 sedangkan sudu L sebesar hasilkan sudu U sebesar 0,0156 Nm
6,64. Pada kecepatan angin 5 m/s nilai sedangkan sudu L sebesar 0,0171 Nm.
TSR yang di hasilkan sudu U sebesar Tabel 4.3. Hasil Perhitungan koefisien
17,62 sedangkan sudu L sebesar 16,18. daya
Dan pada kecepatan angin 7 m/s nilai CT %
TSR yang di hasilkan sudu U sebesar v m/s
sudu U sudu L
35,57 sedangkan sudu L sebesar 32,30.
3 m/s 0,088 0,089
Tabel 4.2. Hasil Perhitungan torsi rotor 5 m/s 0,033 0,036
Tr Nm 7 m/s 0,017 0,018
v m/s
sudu U sudu L
3 m/s 0,0151 0,0153
5 m/s 0,0160 0,0175
7 m/s 0,0156 0,0171

Gambar 4.4. Hubungan Kecepatan


angin terhadap koefisien torsi
Gambar 4.4. menunjukan hubungan
Gambar 4.3. Hubungan Kecepatan
antara kecepatan angin dan koefisien
angin terhadap torsi rotor
torsi (CT ). Di mana hasil menunjukan
Gambar 4.3. menunjukan hubungan
Pada saat kecepatan angin di tingkatkan
antara kecepatan angin dan torsi rotor
daya yang di ekstrak menjadi energi
(Tr). Dimana saat kecepatan angin di
meningkat. Hal ini terjadi ketika CT
tingkatkan nilai yang didapat putaran
yang besarnya ditentukan dari
poros meningkat tetapi nilai torsi rotor
hubungan antara torsi rotor dan daya
menurun. Hal ini terjadi ketika gaya
sehingga gaya yang diberikan angin
yang diberikan angin cukup besar
cukup besar terhadap sebuah
terhadap sebuah penampang turbin
penampang turbin maka CT yang di
maka torsi rotor yang di butuhkan juga
hasilkan pun meningkat. Oleh karena
besar sehingga menyebabkan nilai
itu turbin atap rumah menggunakan
putaran menurun. Di mana turbin atap
geometri sudu U menghasilkan CT lebih
rumah menggunakan geometri sudu U
kecil di bandingkan sudu L, yaitu pada
menghasilkan starting torsi rotor yang
kecepatan angin 3 m/s CT yang di
lebih besar untuk menggerakkan turbin
hasilkan sudu U sebesar 0,088 %
oleh sebab itu nilainya lebih kecil di
sedangkan sudu L sebesar 0,089 %.
bandingkan sudu L, yaitu pada
Pada kecepatan angin 5 m/s nilai CT
kecepatan angin 3 m/s Tr yang di
yang di hasilkan sudu U sebesar 0,033
hasilkan sudu U sebesar 0,0151 Nm
% sedangkan sudu L sebesar 0,036 %.
sedangkan sudu L sebesar 0,0153 Nm.
Dan pada kecepatan angin 7 m/s nilai
Pada kecepatan angin 5 m/s nilai Tr
CT yang di hasilkan sudu U sebesar
sudu U sebesar 0,0160 Nm sedangkan
0,017 % sedangkan sudu L sebesar
sudu L sebesar 0,0175. Dan pada
0,018 %.
kecepatan angin 7 m/s nilai Tr yang di

55
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
Tabel 4.4. Hasil Pengujian putaran KESIMPULAN
n rpm Berdasarkan hasil pengujian yang
v m/s di lakukan maka dapat di tarik beberapa
sudu U sudu L
3 m/s 171,2 169,2 kesimpulan sebagai berikut :
5 m/s 269,3 247,3 1. Turbin atap rumah menggunakan
7 m/s 386,2 352,7 sudu L yang di uji pada kecepatan
angin 3 m/s memilik pengaruh
terhadap putaran turbin sebesar
169,2 rpm, Pr sebesar 2,439 W, TSR
sebesar 6,6, Tr sebesar 0,0153 Nm,
dan CT sebesar 0,089 %. selanjutnya
pada kecepatan angin 5 m/s memilik
pengaruh terhadap putaran turbin
sebesar 247,3 rpm, Pr sebesar 11,29
W, TSR sebesar 16,17, Tr sebesar
0,0175 Nm, dan CT sebesar 0,036
%. Sedangkan pada kecepatan angin
7 m/s memilik pengaruh terhadap
Gambar 4.5. Hubungan Kecepatan
putaran turbin sebesar 352,7 rpm Pr
angin terhadap putaran
sebesar 30,99 W, TSR sebesar 32,3,
Gambar 4.5. menunjukan hubungan
Tr sebesar 0,0171 Nm, dan CT
antara kecepatan dan Putaran poros.
sebesar 0,018 %.
Dimana hasil menunjukan ketika
2. Turbin atap rumah menggunakan
kecepatan angin meningkat di ikuti oleh
sudu U mampu tampil lebih baik dari
Peningkatan nilai kecepatan poros yang
hasil yang di uji pada kecepatan
di dapatkan. Begitu juga pada saat
angin 3 m/s memilik pengaruh
kecepatan angin di tingkatkan nilai
terhadap putaran turbin sebesar
yang didapat putaran poros terjadi
171,2 rpm, Pr sebesar 2,439 W, TSR
peningkatan yang signifikan. Ini diduga
sebesar 6,72, Tr sebesar 0,0151 Nm,
akibat besar rasio putaran dari poros
dan CT sebesar 0,088 %.
turbin angin dapat menerima besarnya
Selanjutnya pada kecepatan angin 5
kecepatan angin memutar turbin. Hal
m/s memilik pengaruh terhadap
ini terjadi pada turbin atap rumah yang
putaran turbin sebesar 296,3 rpm, Pr
dipasang dengan bentuk sudu U
sebesar 11,29 W, TSR sebesar 17,6,
menghasilkan nilai kecepatan putaran
Tr sebesar 0,0160 Nm, dan CT
poros lebih besar di bandingkan sudu L
sebesar 0,033 %. Sedangkan pada
dimana pada kecepatan angin 3 m/s
kecepatan angin 7 m/s memilik
nilai kecepatan putaran poros yang di
pengaruh terhadap putaran turbin
hasilkan sudu U sebesar 171,2 rpm
sebesar 386,2 rpm, Pr sebesar 30,99
sedangkan sudu L sebesar 169,2 rpm.
W, TSR sebesar 35,4, Tr sebesar
Pada kecepatan angin 5 m/s nilai
0,0156 Nm, dan CT sebesar 0,017
kecepatan putaran poros yang di
%.
hasilkan sudu U sebesar 269,3 rpm
sedangkan sudu L sebesar 247,3 rpm.
DAFTAR PUSTAKA
Dan pada kecepatan angin 7 m/s nilai
Mujiburrahman, Heri Irawan 2019.
kecepatan putaran poros yang di
Analisis Pengaruh Panjang Sudu
hasilkan sudu U sebesar 386,2 rpm
Terhadap Unjuk Kerja Turbin
sedangkan sudu L sebesar 352,7 rpm.
Angin Atap Rumah Pada
Kecepatan Angin Rendah.

56
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
Mujiburrahman, Heri Irawan 2018.
Analisis Pengaruh Sudu Terhadap
Unjuk Kerja Turbin Angin Atap
Rumah Pada Kecepatan Angin
Rendah Menggunakan Simulasi
CFD.
Eka Maulana, Mujiburrahman,
Iskendar, 2016. Meneliti Pengaruh
Sudu Terhadap Unjuk Kerja Turbin
Angin Atap Rumah Pada Putaran
Rendah.
Lukas deisadze, dkk 2013. Vertical
Axis Wind Turbine Evaluation and
Design.
Andry kusbiantoro, dkk 2013. Pengaruh
Lengkung Sudu Terhadap Unjuk
Kerja Turbin Angin Poros Vertikal
Savonius.
Hendra A. 2012, Pengaruh Jumlah Sudu
Terhadap Unjuk KerjaTurbin
Angin Savonius.Universitas
Brawijaya.
Raymond E. Paggi, 2010. Paten
Application Ser. No. 61/105,096,
filed Nov.24, 2008, Entidled Roof
Ridge Wind Turbine.

57
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
Analisa Pengujian Tarik Pada Plat Marine Tipe Ki Gra Pasca
Pengelasan Las Listrik Smaw Menggunakan Variasi Kampuh
Las Dan Variasi Elektroda
Abdurahim Sidiq1,a, Muhammad Saukani2,b
1,2
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Kalimantan MAB
*rahimsidiqs7q@gmail.com

Abstrak

Penggunaan las dalam konstruksi kapal sangat penting dalam menyambung bagianbagian
badan kapal karena pengelasan merupakan cara penyambungan logam tetap. Yang
terpenting dalam pengelasan yaitu ketika proses penyambungan logam las dengan logam
baja menjadi menyatu dengan baik dengan menggunakan kampuh, elektroda dan arus las
yang tepat. Tujuan dari pengambilan penelitian ini adalah meneliti nilai tegangan tarik
maksimal dari hasil pengelasan terhadap plat kapal jenis marine dengan menggunakan
variasi kampuh dan eketroda. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan
tujuan untuk meneliti nilai tegangan tarik hasil pengelasan plat marine dengan
menggunakan variasi kampuh dan eletroda. Bahan yang digunakan yaitu Baja karbon
rendah jenis plat marine dengan tebal 10 mm dengan komposisi bahan C (0,175%), Si
(0,004%), Mn (0,834%), P (0,006%), S (0,006%), AI (0,049%).
Menggunakan kampuh V dan X dengan sudut kampuh 70o dan celah akar 2 mm. Arus
pengelasan yang digunakan 105 A dengan posisi pengelasan mendatar dibawah tangan.
Ketika proses pengelasan harus dilakukan dengan hati-hati agar penetrasi las dapat
menyatu dengan baik antara cairan dan logam induk sehingga menghasilkan penembusan
las yang baik pada akar las. Dari hasil penelitian didapatkan tegangan tarik tertinggi pada
kampuh V1 sebesar 483,785 MPa ini berarti mengalami kenaikan sebesar 38,785 MPa
terhadap kekuatan tarik raw material dan tegangan luluhnya sebesar 332,802 MPa dan
pada kampuh X2 sebesar 457,978 MPa, ini berarti mengalami kenaikan nilai tegangan
tarik sebesar 12,978 MPa terhadap tegangan tarik raw matrial dan tegangan luluhnya
sebesar 342,258 MPa. Regangan tertinggi didapatkan pada kampuh V1 sebesar 27,5%
dan kampuh X2 sebesar 25%.

Kata kunci: las listrik SMAW, nilai tegangan tarik, tegangan luluh dan regangan.

Pendahuluan kapal marine untuk reparasi bahan


Penggunaan las dalam konstruksi konstruksi bagian badan kapal. Dari
kapal sangat penting dalam hasil interview pada bagian quality
menyambung bagian-bagian badan control, salah satu contoh keunggulan
kapal karena pengelasan merupakan menggunakan plat jenis ini yaitu jika
salah satu cara penyambungan logam didalam air plat jenis ini lebih tahan
tetap. Yang terpenting dalam pengelasan terhadap korosi sehingga bisa
yaitu ketika proses penyambungan memperpanjang umur plat agar tidak
logam las dengan logam baja menjadi cepat kropos.
menyatu, artinya kekuatan logam hasil Hal yang paling umum terjadi
las harus sama dengan logam baja yang akibat dari proses pengelasan adalah
digunakan. terjadinya retak las akibat proses
Pada PT. Dok. Perkapalan kodja Bahari pengelasan yang kurang tepat dari jenis
Banjarmasin merupakan tempat reparasi kampuh las, elektroda las dan arus las
perkapalan milik BUMN. Pada yang digunakan, hal ini bisa
perusahaan ini menggunakan jenis plat mengakibatkan retakan atau pecahan

58
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
pada sambunga las sehingga nilai kekuatan tarik yang berbeda – beda.
mengurangi nilai kekuatan tariknya, Menurut Hasil pengujian (Arifin,
Menurut penelitian (Arifin, 2017) 2017) nilai kekuatan tarik tertinggi pada
penyebab terjadinya cacat las pengelasan menggunakan elektroda
disebabkan dari jenis elektroda yang E6013 dengan variasi arus 110A hal ini
digunakan pada pengelasa, karena disebabkan temperatur yang digunakan
elektroda mempengaruhi ketangguhan, sudah tepat.
kekerasan, dan kekuatan tarik hasil
pengelasan. Penggunaan elektroda yang Tinjauan Pustaka
berbeda juga menghasilkan kekuatan Pengelasan
tarik yang berbeda. Pengelasan menurut Deutsche industrie
Menurut penelitian (Pujo, 2008) norman (DIN) yaitu ikatan ikatan
bagian badan kapal sering menerima metalurgi sambungan logam atau
banyak gaya, baik dari gaya tekanan air paduan logam yang dilaksanakan dalam
(hidrostatis), gaya tarik akibat kapal keadaan lumer atau cair. Jadi las
dipuncak gelombang (sangging), atau merupakan sambungan beberapa logam
dilembah gelombang (hogging) dan menggunakan energi panas.
pada saat kapal bermuatan penuh, secara Mengelas menurut (Santoso, 2006)
otomatis pada saat didok, kapal harus adalah cara menyambung dua logam
bisa mempertahankan kekuatan beban dengan memanaskan atau menekan atau
dari muatan sehingga mempengaruhi gabungan keduanya sehingga menyatu
nilai tegangan tarik pengelasannya. satu sama lain. Penyambungan bisa
Cacat las ini bisa diatasi dengan dengan atau tanpa bahan tambah (filler
menggunakan kampuh las yang tepat metal) yang sama atau berbeda titik cair
dengan sesuai ketebalan plat dan maupun strukturnya. Pengelasan dapat
elektroda yang digunakan. diartikan dengan proses penyambungan
Menurut hasil penelitian (Huda, dua buah logam sampai titik
2016) nilai tegangan tarik terbesar rekristalisasi logam, dengan atau tanpa
menggunaan kampuh las dengan sudut menggunakan bahan tambah dan
70˚ dengan arus 70-110 A. Menurut hasil menggunakan energi panas sebagai
penelitian (Santoso, 2006) nilai kekuatan pencair bahan yang dilas.
tarik dan kekuatan luluh untuk spesimen Las SMAW yaitu pengelasan dengan
kekuatan tarik daerah las menggunakan elektroda terbungkus, metode ini banyak
arus 100 A paling tinggi disbanding digunakan dalam pembangunan
dengan variasi arus 130 A dan 160 A. konstruksi kapal dan reparasi kapal,
Berdasarkan uraian diatas melatar karena sangan fleksibel bisa digunakan
belakangi penulis untuk melakukan studi dalam semua posisi pengelasan. (Pujo,
dengan judul “Analisa Pengujian Tarik 2008).
Pada Plat Marine Tipe KI GRA Pasca
Pengelasan Las Istrik SMAW Elektroda Terbungkus
Menggunakan Variasi Kampuh las dan Eketroda terdiri dari satu inti
Variasi Elektroda”. Tujuan dari logam dilapisi dengan campuran bahan
pengambilan judul ini adalah meneliti kimia, dimana fungsi dari elektrda
nilai kekuatan tarik hasil pengelasan sebagai pembangkit busur dan bahan
terhadap plat kapal jenis marine, karena tambah. Elektorda terdiri dua bagian
Dalam hal ini penulis akan yaitu bagian fluks (berselaput) dan tidak
menggunakan pengelasan listrik SMAW berselaput bagian pangkal untuk
AC dengan menggunakan variasi menjepit pada holder las. Fungsi fluks
eketroda, sehingga bisa mempengaruhi yaitu sebagai pelingdung logam cair las

59
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
dari lingkungan udara, menghasilkan (Santoso, 2006)
gas pelindung, menstabilkan busur
(Huda, 2016) Pengujian Tarik
Bila ditinjau dari logam yang dilas Proses pengujian tarik bertujuan
kawat elektroda dibedakan menjadi untuk mengjuji dan mengetahui
lima, yaitu baja karbon tinggi, baja kekuatan tarik spesimen. Pengujian tarik
paduan, besi tuang dan logam non ferro. hasil pengelasan dimaksudkan untuk
(Budiarsa, 2008) mengetahui apakah kekuatan hasil las
mempunyai kekuatan tarik yang sama,
Arus Listrik Pengelasan lebih rendah atau lebih tinggi dari
Besarnya arus pengelasana tergantung kelompok raw material. Setelah
dari diameter elektroda, tebal bahan dan dilakukan pengujian tarik maka
jenis elektroda yang digunakan. daerah didapatkan nilai kekuatan tarik
las mempunyai kapasitas panas yang maksimal dari spesimen tersebut dan
tinggi, karena arus las merupakan diketahui posisi putus pengujiannya.
sebagai pengaruh penembusan dan Beban yang diberikan secara kontinu
kecepatan pencairan logam induk dan perlahan-lahan bertambah besar,
sehingga semakin tinggi arus las kemudian dilakukan pengamatan
semakin besar penembusan dan mengenai perpanjangan yang dialami
kecepatan pencairannya karena besar spesimen dan menghasilkan kurva
arus pengelasan mempengaruhi hasil tegangan dan regangan.
pengelasan, bila arus rendah elektroda σu = ...................................................... 1
akan sulit digunakan dan bususr listrik
tidak stabil sehingga Panas yang terjadi Dimana:
tidak cukup untuk melelehkan logam σu = Tegangan nominal
dasar maka menghasilkan rigi-rigi las (kg/mm2) F = Beban maksimal (kg)
yang kecil dan tidak rata serta Ao = Luas penampang mula dari
penembusan kurang dalam. Jika arus las penampang batang (mm2)
terlalu besar menghasilkan manik las Regangan (persentase pertambahan
melebar, butiran percikan kecil dan panjang) diperoleh dengan membagi
penetrasi dalam serta penguatan matrik pertambahan panjang (L1) dengan
las tinggi. (Santoso, 2006) panjang mula-mula (Lo)
X 100% = X 100% ………….2
Kampuh Las
Untuk mendapatkan kekuatan hasil Dimana:
pengelasan menggunakan bentuk ε = Regangan (%)
kampuh yang telah dikembangkan. L = Panjang akhir (mm) Lo = Panjang
Kampuh V digunakan untuk ketebalan awal (mm)
6-15 mm dengan sudut kampuh antara Selama gaya F yang bekerja pada benda
60˚-80˚, jarak akar 2 mm, tinggi akar 1- elastis melampaui batas elastisnya, maka
2 mm. (Santoso, 2006) perbandingan teganagn dan regangan
adalah konstan. Bilangan konstan tersebut
Heat Input (Masukan Panas) dinamakan modulus young (E). jadi,
Kualitas hasil pengelasan modulus elastis adalah perbandingan
dipengaruhi oleh energy panas yg terdiri antara regangan dan tegangan yang
dari tiga parameter yaitu arus las, dialami suatu benda.
tegangan las dan kecepatan pengelasan
sehingga menghasilkan energy E = ......................................................3
pengelasan yang disebut heat input.

60
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
Dimana:
E = modulus elastisitas (N/mm2)
= tegangan (N/mm2)
= regangan (%)

Metodologi Penelitian
Alat dan bahan
A. Alat Uji
Peralatan penelitian berupa sarana
peralatan yang digunakan dalam
pembuatan spesimen maupun
pengambilan data. Alat – alat yang
digunakan yaitu:
1. Mesin uji tarik merek Galdabini,
mesin bubut.
2. Mesin las, mesin gerinda tangan,
jangka sorong
3. Tang jepit, mistar, apron,sarung
tangan, sepatu safety, masker

B. Bahan penelitian
Penelitian ini menggunakan baja karbon
rendah, adapun bahan yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bahan plat Marine tipe KI GRA
Gambar 1. Diagram alir penelitian
2. Menggunakan mesin las listrik Tahapan Penelitian
SMAW AC/DC dengan Arus 105 A.
Bahan yang telah disiapkan
3. Elektroda yang digunakan tipe RD dipotong dengan panjang 210 mm,
E6013, LB E7016, RB E6013. dengan lebar 30 mm dan tebal 10 mm
diameter 3,2 mm. menggunakan mesin gerinda potong
4. Menggunakan jenis kampuh V dan X sebanyak 6 pasang spesimen. Setelah
5. Posisi pengelasan dibawah tangan itu dilakukan pembuatan kampuh V dan
(Down Hand). X dengan sudut 70˚
6. Pendinginana spesimen setelah dilas
dengan udara lingkungan

Pada penelitian ini menggunakan


Metode Eksperimental untuk menguji
material dengan cara uji tarik.

Gambar 2.Kampuh V (sumber:


dokumentasi pribadi)

61
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
Keterangan:
Lo = panjang spesimen uji =
200 mm Wo = lebar awal = 20
mm
T = tebal plat baja = 10 mm

Pengujian Tarik
Adapun langkah-langkahnya
sebagai berikut:
1. Menentukan ukuran panjang,
Gambar 3. Kampuh X (sumber: tinggi dan lebar spesimen.
dokumentasi pribadi) 2. Menyiapkan mesin uji tarik dan
Memasang spesimen pada
Pengelasan Spesimen pencekam mesin uji tarik dengan
Setelah selesai pembuatan baik.
kampuh, selanjutnya dilakukan 3. Pada saat pengujian tarik, gaya
pengelasan spesimen dengan tarik yang diberikan secara
Menggunakan mesin las listrik SMAW kontinu berhenti pada tegangan
AC/DC dengan Arus 105 A. Elektroda maksimum
yang digunakan tipe RD E6013, LB 4. Catat pembebanan gaya yang
E7016, RB E6013. dengan diameter 3,2 diberikan pada spesimen dan juga
mm. Posisi pengelasan dibawah tangan sekaligus akan menggambarkan
(Down Hand). Setelah pengelasan diagram tarik dari benda uji
dilakukan Pendinginan spesimen setelah 5. Setelah spesimen putus, lepaskan
dilas dengan udara lingkungan. spesimen dari pencekam.
Pembuatan Spesimen Uji Tarik
Setelah dilakukan pengelasan,
selanjutnya dibuat spesimen uji tarik
standar JIS Z 2201 1981 sebanyak 6
spesimen menggunakan mesin bubut

Gambar 5. Proses pengujian tarik


(dokumentasi pribadi)
Gambar 4. Spesimen JIS Z
2201 1981 (sumber:
dokumentasi pribadi)

62
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
Hasil dan Pembahasan
Setelah melakukan pengujian posisi putus pengujian tarik pada logam
tarik yang dilakukan di Laboratorium induk, ini berarti hasil pengelasan baik.
Uji Bahan Politeknik Negeri Nilai kekuatan tarik maksimum sebesar
Banjarmasin, maka didapatkan nilai 453,465 MPa, ini berarti mengalami
tegangan tarik maksimum, nilai kenaikan sebesar 8,465 MPa dari
tegangan luluh maksimum dan kekuatan tarik raw matrial.
regangannya dapat dilihat pada diagram Pada hasil pengelasan kampuh
dibawah ini: X1 yang menggunakan elektroda RD
E6013 posisi putus pengujian tarik pada
Tegangan Tarik Maksimum daerah sambungan las, ini berarti hasil
(Tensile Strength) pengelasan kurang baik dan nilai
kekuatan tarik maksimalnya lebih
rendah dibanding raw matrial, nilainya
sebesar 358,727 MPa ini mengalami
penurunan sebesar 96,273 MPa terhadap
MPa

nilai tarik raw matrial. Pada hasil


pengelasan kampuh X2 yang
menggunakan elektroda LB E7016
posisi putus pengujian tarik pada logam
Raw V1 V2 V3 X1 X2 X3 induk, ini berarti kekuatan tarik hasil las
lebih baik dibandaing logam induk.
Diagram 1 hasil pengujian tegangan Nilainya sebesar 457,978 MPa,
tarik maksimum (Tensile Strength) mengalami kenaikan nilai tarik sebesar
12,978 MPa dari raw matrial. Pada hasil
Berdasarkan diagram hasil pengujian pengujian tarik kampuh X3 dengan
diatas, Nilai kekuatan tarik raw maetrial elektroda RB E6013 terjadi posisi putus
sebesar 445 MPa. pada tipe pengelasan pengujian tarik pada sambungan las, ini
kampuh V1 yang menggunakan berarti hasil las kurang baik dan
elektroda RD E6013 dengan nilai kekuatan sambungan las menurun. Nilai
kekuatan tarik maksimum sebesar kekuatan tariknya sebesar 444,330 MPa,
483,785 MPa, ini berarti mengalami terjadi penurunan kekuatan tarik sebesar
kenaikan sebesar 38,785 MPa terhadap 0,67 MPa pada raw matrial.
kekuatan tarik raw material dan posisi
putus pengujian tarik pada logam induk Tegangan luluh maksimum (yield
hal ini menerangkan bahwa hasil strength)
pengelasan bagus dan lebih kuat 360
dibandingkan dengan logam induk. Pada
MP

hasil pengelasan kampuh V2 yang 340


a

menggunkan elektroda LB E7016 posisi 320


putus uji tarik pada logam induk ini
menandakan bahwa hasil pengelasan 300 1
baik dengan nilai kekuatan tarik 280
maksimal sebesar 461,386 MPa, hal ini
260
berarti mengalami kenaikan kekuatan Raw V1 V2 V3 X1 X2 X3
tarik sebesar 16,386 MPa terhadap
kekuatan tarik raw matrial. Pada hasil
pengelasan kampuh V3 yang Diagram 2. Nilai Tegangan luluh
menggunakan elektroda RB E6013 maksimum (yield strength)

63
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
Pada diagram diatas nilai Pada diagram diatas, diketahui
kekuatan luluh sebesar 310 Mpa, pada pertambahan panjang raw material yaitu
hasil pengelasan kampuh V1 28%, pada hasil pengelasan kampuh V1
menggunakan elektroda RD E6013 regangannya sebesar 27,50%, ini berarti
sebesar 332,803 MPa, ini mengalami regangan mengalami penurunan 0,5%
kenaikan 22,803 MPa dari kekuatan terhadap regangan raw material. Untuk
luluh raw material. Pada hasil kampuh V2 regangannya sebesar 25%,
pengelasan kampuh V2 menggunakan mengalami penurunan sebanyak 3%
elektroda LB E7016 nilai kekuatan terhadap regangan raw material. Pada
luluhnya sebesar 301,980 MPa, pada kampuh V3 regangannya sebesar
hasil ini mengalami penurunan sebesar 22,50%, mengalami penurunan 5,5%
8,02 MPa pada kekuatan luluh raw terhadap regangan raw material. Pada
material. Pada kampuh V3 yang kampuh X1 regangannya sebesar
menggunakan elektroda RB E6013 12,50%, mengalami penurunan regangan
kekuatan luluhnya sebesar 297,030 15,5% terhadap raw material. Kampuh
MPa, ini berarti mengalami penurunan X2 regangannya sebesar 25%,
kekuatan luluh sebesar 12,97 MPa mengalami penurunan 5% terhadap
terhadap kekuatan luluh raw material. regangan raw material. Pada kampuh X3
Pada hasil nilai kekuatan luluh regangannya 15%, mengalami
kampuh X1 menggunakan elektroda RD penurunan regangan 13% terhadap raw
E6013 sebesar 330,407 MPa, material. Berubahnya regangan
mengalami kenaikan sebesar 20,407 (pertambahan panjang) diakibatkan oleh
MPa terhadap kekuatan luluh raw bahan yang menyusut akibat perubahan
material. Kemudian pada nilai kekuatan panas dari pengelasan.
luluh kampuh X2 menggunakan
elektroda LB E7016 sebesar 342,258 Kesimpulan
MPa, mengalami kenaikan sebesar Berdasarkan hasil penelitian, dapat
32,258 MPa terhadap nilai kekuatan disimpulkan beberapa hal sebagai
luluh raw material. Pada kampuh X3 berikut:
yang menggunakan elektroda RB E6013 1. Dalam metode pengelasan kampuh
nilai kekuatan luluhnya sebesar 309,278 V1 menghasilkan tegangan tarik
MPa, mengalami penurunan kekuatan tertinggi menggunakan arus las 105
luluh sebesar 0,722 MPa terhadap A dengan posisi pengelasan dibawah
kekuatan luluh raw material. tangan (down hand) sebesar 483,785
MPa, dengan nilai regangan
Regangan (Pertambahan Panjang) (pertambahan panjang) tertinggi
30 28% 27,50% terdapat pada kampuh V1 sebesar
% 25%
25 22,50 25 27, 5%.
% % 2. Dari berbagai variasi elektroda
20
% 15 pengelasan, didapatkan tegangan
15 12,50 %
% tarik tertinggi menggunakan
%
10 elektroda yang bagus tipe RD E6013
%
pada kampuh V1.
5
%
Raw V1 V2 V3 X1 X2 Referensi
X3 Surdia, T (2000), Pengetahuan Bahan
Diagram 3. Regangan (pertambahan Teknik, Pradnya Paramita, Jakarta.
panjang) Wiryosumarto, H (2008), Teknologi

64
Prosiding Seminar Nasional Teknik Tahun 2020 (SENASTIKA 2020)
Universitas Islam Kalimantan MAB
ISBN : 978-623-7583-5-8
24 Oktober 2020
Pengelasan, Balai Pustaka, Jakarta akibat faktor cacat porositas dan
Timur. incomplete penetration. Jurnal
Arifin, J. H. P. dan I. S. (2017). Kapal, 5(2), 102–113.
Pengaruh Jenis Elektroda Santoso, J. (2006). Pengaruh Arus
Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Terhadap Kekuatan
Pengelasan SMAW Baja ASTM Tarik dan Ketangguhan Las
A36. Fakultas Teknik SMAW Dengan Elektroda E7018.
Universitas Wahid Hasyim Jurnal Teknik Mesin Universitas
Semarang, 13(1), 27–31. Negeri Semarang, 112.
Budiarsa, I. G. N. N. S. dan I. N.
(2008).
Pengaruh posisi pengelasan dan
gerakan elektroda terhadap
kekerasan hasil las baja JIS SSC
41. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin
CAKRAM, 2(2).
Huda, M. dan F. S. (2016).
PENGARUH VARIASI SUDUT
KAMPUH V DAN KUAT ARUS
DENGAN LAS SHIELDED
METAL ARC WELDING
(SMAW) PADA BAJA A36
TERHADAP SIFAT MEKANIK.
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Umsida,
1– 9.
Pujo, I. & S. (2008). Analisis
kekuatan sambungan las smaw (
shielded metal arc welding )
pada marine plate st 42

65

Anda mungkin juga menyukai