Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN (FEEDING, CUTTING

SPEED, DEPTH OF CUT) TERHADAP KONSUMSI ENERGI PADA


PERMESINAN BUBUT
CUTTING PARAMETER EFFECT (FEEDING, CUTTING SPEED, DEPTH
OF CUT) AGAINST ENERGY CONSUMPTION IN LATHE MACHINING

Hamka Munir, Johannes Leonard, Rafiuddin Syam


Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makassar

Alamat Korespondensi :
Hamka Munir
Jurusan Mesin Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Makassar 90245
HP : 085242190854
Email : anta_m@ymail.com

Abstrak
Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan, industri harus menghasilkan produk yang berkelanjutan dan ramah
lingkungan yaitu dengan cara mengurangi konsumsi energi dalam pembuatan dan penggunaan produk. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh parameter pemotongan yaitu kecepatan potong (cutting speed), laju
pemakanan (feeding) dan kedalaman pemakanan (depth of cut) terhadap kekasaran permukaan dan konsumsi
energi pada proses mesin bubut dengan spesimen baja karbon ST-37. Penelitian dilakukan dengan menggunakan
mesin bubut konvensional tipe Krisbow kw15-486. Pengambilan data dilakukan dengan 3 tingkat kecepatan
potong, 5 tingkat laju pemakanan dengan kedalaman pemakanan konstan. Untuk pengambilan data kekasaran
permukaan dilakukan dengan menggunakan alat ukur surface tester yaitu dilakukan sebanyak tiga kali pada
daerah yang berbeda kemudian hasilnya dirata-ratakan. Pengambilan data untuk konsumsi energi dilakukan
dengan cara menggunakan alat ukur digital clamp meter kemudian hasilnya dianaisa dengan menggunakan
analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai kekasaran permukaan seiring
dengan kenaikan laju pemakanan. Untuk masing-masing laju pemakanan terlihat bahwa semakin besar laju
pemakanan maka kekasaran permukaan benda yang dihasilkan semakin besar pula. Sedangkan untuk konsumsi
energi yang digunakan bahwa nilai konsumsi energi akan turun seiring kenaikan laju pemakanan pada pada
proses pembubutan benda kerja. Dari ketiga kecepatan potong dengan variasi laju pemakanan didapatkan bahwa
pada kecepatan potong 180 m/min dengan laju pemakanan 0.105 mm/rev didapatkan hasil kekasaran permukaan
terkecil yaitu dengan nilai Ra 1.40 m dan konsumsi energi terkecil didapatkan pada kecepatan potong 550
m/min dengan laju pemakanan 0.205 mm/rev dengan nilai Etotal 254.03 kWs
Kata kunci: Parameter pemotongan, kekasaran permukaan, konsumsi energi

Abstract
To reach development of have continuation, industrial have to yield friendly and going concern product of
environment that is by lessening consumption of energi in making and usage of product. This study aimed to
determine the effect of cutting parameters, namely cutting speed (cutting speed), the rate of feeds (feeding) and
depth feeds (depth of cut) on surface roughness and energy consumption on the lathe with carbon steel
specimens ST-37. The study was conducted in the Department of Mechanical Engineering Workshop
Hasanuddin University, Makassar and Laboratory machines Makassar Industrial Training Center. Data
collection was performed with 3 levels of cutting speed, 5 levels with depth Ingestion Ingestion rate constant.
For data retrieval is done by using a surface roughness measuring instruments surface tester is performed three
times on different areas and then the results are averaged. Retrieval of data for energy consumption is done by
using a digital clamp meter gauge analysed then the results using regression analysis. The results showed that
the cutting speed 180 m / min at a feeds rate of 0.105 mm / rev results obtained with the smallest surface
roughness Ra value of 1:40 m. As for the smallest value of the total energy consumption obtained at cutting
speed 550 m / min at a feeds rate of 0.205 mm / rev Ingestion with a value Et of 254.03 kWs.
Keywords: Cutting parameters, surface roughness, energy consumption

PENDAHULUAN
Produksi keberlanjutan telah menjadi isu penting di sektor manufaktur. Dalam literatur
pada umumnya bahwa pembangunan berkelanjutan harus mencakup tiga pilar, yaitu ekonomi,
masalah sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, untuk mencapai pembangunan berkelanjutan,
industri harus menghasilkan produk yang berkelanjutan. Salah satu cara untuk mencapai
produk ramah lingkungan yang berkelanjutan adalah mengurangi konsumsi energi dalam
pembuatan dan penggunaan produk. Produksi yang berkelanjutan merupakan solusi dalam
mengatasi masalah permintaan energi dan biaya yang lebih tinggi. Ini berlaku di bidang
rekayasa, termasuk proses permesinan (Hanafi et al, 2012). Satu pertimbangan penting dalam
produksi berkelanjutan adalah pengurangan konsumsi energi (Park et al, 2009; Rajemi et al,
2010).
Satu pertimbangan penting dalam produksi berkelanjutan adalah pengurangan
konsumsi energi. Permesinan merupakan bagian terpadu dalam produksi. Dengan mengurangi
konsumsi energi dalam mesin akan memberikan kontribusi dalam pengurangan konsumsi
energi untuk memproduksi satu bagian. Sebuah prasyarat dalam menargetkan pengurangan
energi dalam proses permesinan adalah kemampuan untuk menentukan total energi yang
digunakan selama mesin beroperasi. Identifikasi penggunaan energi dalam proses permesinan
dapat dilakukan dengan mempelajari proses pemesinan tertentu secara rinci (Chapman, 1974).
Karya-karya sebelumnya pada identifikasi proses pemesinan dan menurunkan perhitungan
untuk konsumsi total energi dikemukakan oleh Rajemi et al. (2010) dan Diaz et al. (2012).
Sarwar et al. (2009) menyatakan bahwa variasi spesifik pengurangan energi sebagai
fungsi dari bahan benda kerja yang berbeda dapat memberikan informasi yang berguna yang
memungkinkan memperkirakan karakteristik permesinan untuk benda kerja yang dipilih.
Mori et al. (2011) menyatakan model perhitungan dengan mengelompokkan konsumsi energi
dari alat mesin menjadi konsumsi daya konstan, dalam keadaan konsumsi daya berjalan untuk
menghitung penggunaan spindel dan motor servo, dan konsumsi daya untuk posisi pekerjaan
serta untuk mempercepat / memperlambat poros dengan kecepatan yang ditentukan. Diaz et
al. (2012) mengamati bahwa total konsumsi energi dapat dibagi menjadi dua bagian:
konsumsi energi yang konstan dan konsumsi energi variabel yang berkaitan dengan kekuatan
pemotongan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa parameter pemotongan yaitu kecepatan
potong (cutting speed), laju pemakanan (feeding) dan kedalaman pemakanan (depth of cut)
terhadap kekasaran permukaan dan konsumsi energi pada proses mesin bubut dengan
spesimen baja karbon ST-37.
3

BAHAN DAN METODE


Lokasi dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Gedung workshop Jurusan Teknik Mesin Universiats
Hasanuddin Gowa dan di Laboratorium Mesin Balai Latihan Kerja Industri (BLKI) Makassar.
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimental dengan variasi laju pemakanan dan
kecepatan potong dengan kedalaman pemakanan konstan.
Metode Pengambilan Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data pengaruh parameter pemotongan
terhadap kekasaran permukaan dan konsumsi energi yang digunakan selama peroses
pembubutan benda kerja. Dalam penelitian ini digunakan tiga tingkat kecepatan potong, yaitu
masing-masing 180, 330 dan 550 (m/min). untuk laju pemakanan menggunakan lima tingkat,
yang masingmasing 0.105, 0.132, 0.158, 0.184 dan 0.205 (mm/rev). Sementara kedalaman
potong yang dirancang adalah konstan sebesar 1 mm untuk masing-masing pengujian.
Dari proses pemotongan pada mesin bubut data pengukuran yang diperoleh berupa
kekasaran permukaan dan konsumsi energi diolah secara grafik dan statistik. Data-data yang
diperoleh diploting dalam grafik, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kecepatan
potong, laju pemakanan, kedalaman pemotongan terhadap kekasaran permukaan dan
konsumsi energi pada jenis benda kerja (St 37).
Analisis selanjutnya ialah analisa statistik dengan menggunakan program SPSS
(Statistical Package for Social Sciences), dengan metode regresi, untuk mengetahui seberapa
besar

pengaruh

variabel-variabel

(kecepatan

potong,

laju

pemakanan,

kedalaman

pemotongan) terhadap kekasaran permukaan dan konsumsi energi, serta korelasi (kecepatan
potong, laju pemakanan, kedalaman pemotongan) terhadap kekasaran permukaan dan
konsumsi energi.
Untuk perhitungan konsumsi energi digunakan alat bantu digital clamp meter, yaitu
dengan megukur tegangan dan arus yang dihasilkan oleh mesin pada kondisi tanpa
pembebanan.
Energi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (Rajemi et al. 2008):
E = E1 + E2

.(1)

E1 adalah energi yang digunakan untuk setup mesin dan dapat dihitung dari jumlah daya yang
digunakan selama waktu setup, seperti yang ditunjukkan dalam persamaan :
E1 = P0 t1 ..(2)

Dimana P0 adalah daya yang digunakan oleh modul mesin [W]. Jumlah P0 dapat diasumsikan
sebesar 35% dari daya maksimum pada mesin. t1 adalah waktu yang diperlukan untuk setup
mesin [s]. P dapat dihitung sebagai berikut:
P = V . I.

..(3)

E2 adalah energi yang digunakan selama pengerjaan dengan mesin dan dapat dihitung
dengan jumlah daya dalam modul mesin dan energi pada pemindahan bahan, seperti yang
dikemukakan oleh Gutowski dalam persamaan (Gutowski et al. 2006).
E2 = (P0 + k ) t2 ..(4)
di mana k adalah spesifik energi pemotongan [Ws/mm3],

adalah tingkat pemindahan

material [mm3 / s] dan t2 adalah waktu yang digunakan dalam proses pemotongan [s]. Energi
nilai tertentu k dapat mengacu pada Walsh (2000), nilainya adalah 5 untuk stainless steel.
Tingkat pemindahan bahan dapat dihitung sebagai berikut:
=

.(5)

Nilai energi pemotongan yang digunakan untuk k, dari berbagai bahan benda kerja dapat
diperoleh dari data yang dilaporkan oleh Walsh (2000) seperti yang ditampilkan dalam Tabel
3.1.
Waktu pemotongan (t2) dapat dihitung dengan rumus :
t2 =

.(6)
Dimana Davg adalah diameter rata-rata untuk benda kerja [mm], dimana Di (diameter

awal, mm) dan Df (diameter akhir, mm), l adalah panjang pemotongan [mm], f adalah laju
pemakanan [mm / rev ] dan Vc adalah kecepatan potong [m / menit].

HASIL
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data pengaruh parameter pemotongan
terhadap kekasaran permukaan dan konsumsi energi yang digunakan selama peroses
pembubutan benda kerja. Data hasil penelitian ini digunakan tiga tingkat kecepatan potong,
yaitu masing-masing 180, 330 dan 550 (m/min). untuk laju pemakanan menggunakan lima
tingkat, yang masingmasing 0.105, 0.132, 0.158, 0.184 dan 0.205 (mm/rev). Sementara
kedalaman potong yang dirancang adalah konstan sebesar 1 mm untuk masing-masing
pengujian.

Kekasaran permukaan pada kecepatan potong 180 m/min


Dari table 1. hasil pengukuran rata-rata kekasaran permukaan pada spesimen dengan
kecepatan potong 180 m/min dengan variasi laju pemakanan didapatkan hasil sebagai berikut.
Untuk nilai f 0.105 mm/rev dengan nilai Ra 2.16 m, untuk f 0.132 mm/rev dengan nilai Ra
2.79 m, untuk f 0.158 mm/rev dengan nilai Ra 3.13 m, untuk f 0.184 mm/rev dengan nilai
Ra 3.58 m, dan untuk f 0.205 mm/rev dengan nilai Ra 4.12 m.
Dari grafik 1. hubungan laju pemakanan dengan kekasaran permukaan diatas dapat
dijelaskan bahwa, terjadi peningkatan kekasaran permukaan pada masing-masing tingkat laju
pemakanan yaitu untuk nilai kekasaran terkecil terjadi pada laju pemakanan 0.105 (mm/rev).
Kemudian pada laju pemakanan 0.132 nilai kekasarannya meningkat menjadi 2.79 dan
seterusnya terjadi peningkatan kekasaran permukaan pada masing-masing laju pemakanan
0.158 sebesar 3.13, pada 0.184 sebesar 3.58 dan pada laju pemakanan 0.205 sebesar 4.12 m.
Untuk masing-masing laju pemakanan terlihat bahwa semakin besar laju pemakanan maka
kekasaran permukaan benda yang dihasilkan semakin besar pula, hal ini disebabkan karena
adanya perubahan jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja berputar satu kali yang
semakin lambat sehingga gesekan yang terjadi antara permukaan benda kerja dengan pahat
lebih besar.
Kekasaran permukaan pada kecepatan potong 330 m/min
Pada table 1. hasil pengukuran rata-rata kekasaran permukaan pada spesimen dengan
kecepatan potong 330 m/min dengan variasi laju pemakanan didapatkan hasil sebagai berikut.
Untuk nilai f 0.105 mm/rev dengan nilai Ra 1.4 m, untuk f 0.132 mm/rev dengan nilai Ra
2.38 m, untuk f 0.158 mm/rev dengan nilai Ra 2.91 m, untuk f 0.184 mm/rev dengan nilai
Ra 3.3 m, dan untuk f 0.205 mm/rev dengan nilai Ra 4.63m.
Dari grafik 1. hubungan laju pemakanan dengan kekasaran permukaan tersebut dapat
dijelaskan bahwa, terjadi peningkatan kekasaran permukaan pada masing-masing tingkat laju
pemakanan yaitu untuk nilai kekasaran terkecil terjadi pada laju pemakanan 0.105 (mm/rev)
dengan nilai Ra 1.40 m, sedangkan untuk nilai kekasaran tertinggi didapatkan pada laju
pemakanan 0.205 mm/ren dengan nilai Ra 4.63m.
Kekasaran permukaan pada kecepatan potong 550 m/min
Pada table 1. hasil pengukuran rata-rata kekasaran permukaan pada spesimen dengan
kecepatan potong 550 m/min dengan variasi laju pemakanan didapatkan hasil sebagai berikut.
Untuk nilai f 0.105 mm/rev dengan nilai Ra 3.45 m, untuk f 0.132 mm/rev dengan nilai Ra
3.72 m, untuk f 0.158 mm/rev dengan nilai Ra 4.5 m, untuk f 0.184 mm/rev dengan nilai
Ra 4.71 m, dan untuk f 0.205 mm/rev dengan nilai Ra 5.78 m.
6

Dari grafik 1. hubungan laju pemakanan dengan kekasaran permukaan diatas dapat
dijelaskan bahwa, terjadi peningkatan kekasaran permukaan pada masing-masing tingkat laju
pemakanan yaitu untuk nilai kekasaran tertinggi terjadi pada laju pemakanan 0.205 (mm/rev)
dengan nilai Ra 5.78 m, sedangkan nilai kekasaran permukaan terkecil yang didapatkan
adalah pada laju pemakanan 0.105 mm/rev dengan nilai Ra 3.45 m.
Konsumsi energi pada kecepatan potong 180 m/min
Dari table 2. hasil pengujian pada kecepatan potong 180 m/min terhadap konsumsi
energi pada spesimen dengan dengan variasi laju pemakanan didapatkan hasil sebagai berikut.
Untuk nilai f 0.105 mm/rev dengan nilai Etot 415.63 kWs, untuk f 0.132 mm/rev dengan nilai
Etot 375.65 kWs, untuk f 0.158 mm/rev dengan nilai Etot 350.59 kWs, untuk f 0.184 mm/rev
dengan nilai Etot 332.86 kWs, dan untuk f 0.205 mm/rev dengan nilai Etot 321.18 kWs.
Pada gambar 2 memperlihatkan bahwa nilai konsumsi energi akan turun seiring
kenaikan laju pemakanan pada pada proses pembubutan benda kerja, hal ini diakibatkan oleh
pengaruh dari jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja berputar satu kali putaran,
sehingga jarak yang ditempuh oleh pahat semakin cepat sehingga waktu penyayatan benda
kerja lebih singkat.
Konsumsi energi pada kecepatan potong 330 m/min
Pada table 2. untuk kecepatan potong 330 m/min dengan variasi laju pemakanan
didapatkan hasil sebagai berikut. Untuk nilai f 0.105 mm/rev dengan nilai Etot 327.49 kWs,
untuk f 0.132 mm/rev dengan nilai Etot 305.68 kWs, untuk f 0.158 mm/rev dengan nilai Etot
292.55 kWs, untuk f 0.184 mm/rev dengan nilai Etot 282.84 kWs, dan untuk f 0.205 mm/rev
dengan nilai Etot 276.25 kWs.
Pada gambar 2 memperlihatkan bahwa nilai konsumsi energi akan turun seiring
kenaikan laju pemakanan pada pada proses pembubutan benda kerja. Untuk nilai konsumsi
energi terbesar didapatkan pada laju pemakanan 0.105 mm/rev dengan nilai Etot 327.49 kWs,
sedangkan untuk nilai konsumsi energy terendah didapatkan pada laju pemakanan f 0.205
mm/rev dengan nilai Etot 276.25 kWs.
Konsumsi energi pada kecepatan potong 550 m/min
Dari table 2. hasil pengujian dengan kecepatan potong 550 m/min dengan variasi laju
pemakanan didapatkan hasil sebagai berikut. Untuk nilai f 0.105 mm/rev dengan nilai Etot
285.4 kWs, untuk f 0.132 mm/rev dengan nilai Etot 272.27 kWs, untuk f 0.158 mm/rev
dengan nilai Etot 264.12 kWs, untuk f 0.184 mm/rev dengan nilai Etot 257.76 kWs, dan untuk f
0.205 mm/rev dengan nilai Etot 254.03 kWs.

Pada gambar 2 memperlihatkan bahwa nilai konsumsi energi terbesar didapatkan pada
laju pemakanan 0.105 mm/rev dengan nilai Etot 285.4 kWs, sedangkan untuk nilai konsumsi
energy terendah didapatkan pada laju pemakanan f 0.205 mm/rev dengan nilai Etot 254.03
kWs. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai konsumsi energi akan turun seiring kenaikan laju
pemakanan pada pada proses pembubutan benda kerja, hal ini diakibatkan oleh pengaruh dari
jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja berputar satu kali putaran.

PEMBAHASAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa grafik laju pemakanan terhadap kekasaran
permukaan garisnya menanjak yang artinya semakin besar laju pemakanan semakin besar
kekasaran permukaan. Kekasaran permukaan optimum adalah dengan menggunkan kecepatan
potong 180 m/min dengan laju pemakanan yang kecil yaitu pada f (0.105 mm/rev),
didapatkan Ra sebesar 1.40 m. Untuk konsumsi energi bahwa grafik laju pemakanan
terhadap konsumsi energi garisnya menurun yang artinya semakin besar laju pemakanan
semakin kecil konsumsi energi yang digunakan. Untuk nilai konsumsi energi didapatkan nilai
terendah pada kecepatan potong 550 m/min dengan laju pemakanan 0.205 mm/rev dengan
nilai 254.03 kWs.
Tidak ada pengaruh kedalaman pemakanan terhadap kekasaran permukaan proses
pembubutan. Hal ini disebabkan oleh karena dalam pemakanan hanya berpengaruh pada gaya
pemotongan, semakin dalam pemakanan semakin besar gaya pemotongan, selama kondisi
mesin bagus (rigid) dan pahat tahan terhadap gaya pemotongan tersebut maka tidak akan
menyebabkan penambahan kekasaran. Kecepatan potong tidak berpengaruh terhadap
kekasaran permukaan adalah karena kecepatan potong adalah panjang pahat melakukan
proses penyayatan persatuan waktu dalam hal ini diukur dengan satuan m/min. artinya
kecepatan potong hanya berpengaruh pada panas yang timbul pada pahat potong. Semakin
cepat pahat potong menyayat benda kerja semakin besar panas yang timbul, selama pahat
potong masih bisa menahan panas yang timbul maka hal tersebut tidak berpengaruh terhadap
kekasaran permukaan. Laju pemakanan berpengaruh terhadap kekasaran permukaan
disebabkan laju pemakanan adalah jarak yang ditempuh pahat perputaran, artinya semakin
besar laju pemakanan semakin besar jarak yang disayat pahat setiap satu kali keliling benda
kerja, sehingga antara puncak perpuncak setiap sayatan semakin jauh yang menyebabkan
kekasaran permukaan semakin besar (Asmed et al. 2010).
Kecepatan potong ditemukan sedikit mempengaruhi kekasaran permukaan yang
dihasilkan. Secara umum, kekasaran permukaan meningkat pada kecepatan pemotongan yang
8

lebih tinggi. Sementara (Fnides. 2009) menyatakan bahwa pengamatan menunjukkan tingkat
laju pemakanan tampaknya mempengaruhi kekasaran permukaan lebih signifikan daripada
kecepatan potong. Namun, kedalaman potong tidak signifikan. Jadi, jika kita ingin
mendapatkan permukaan akhir yang baik, yaitu dengan menggunakan laju pemakanan yang
lebih rendah.
Hasil perhitungan yang diperoleh dari konsumsi energi menunjukkan di mana beberapa
konsumsi energi spesifik ditentukan dengan meningkatkan kecepatan potong dan laju
pemakanan. Konsumsi energi yang lebih tinggi diperoleh dari pemilihan kecepatan potong
dan laju pemakanan yang lebih rendah, sementara untukmendapatkan konsumsi energi
terendah diperoleh dari pemilihan kecepatan potong dan laju laju pemakanan yang lebih
tinggi (Nur et al. 2012).
KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada kecepatan potong 180 m/min dengan laju
pemakanan 0.105 mm/rev didapatkan hasil kekasaran permukaan terkecil yaitu dengan nilai
Ra 1.40 m. Sedangkan untuk nilai total konsumsi energi terkecil didapatkan pada kecepatan
potong 550 m/min dengan laju pemakanan 0.205 mm/rev dengan nilai Etotal 254.03 kWs.
Untuk kegiatan penelitian selanjutnya perlu untuk memvariasikan kedalaman pemakanan atau
jenis pahat yang divariasikan untuk pengerjaan halus dan kasar.

Untuk mendapatkan

kekasaran permukaan (Ra) yang lebih kecil nilainya perlu dipilih laju pemakanan yang lebih
kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Asmed; Yusri Mura. (2010). Pengaruh Parameter Pemotongan Terhadap Kekasaran
Permukaan Proses Bubut Untuk Material ST 37. Jurnal Teknik Mesin. Vol. 7 No.2.
ISSN 1829-8958.
Chapman PF. (1974). Energy Costs: A Review of Methods. Energy Policy 2(2):91 103.
Diaz, N.; Choi, S.; Helu, M.; Chen, Y.; Jayanathan, S.; Yasui, Y.; Kong, D.; Pavanaskar, S.;
Dornfeld, D. (2010). Machine Tool Design and Operation Strategies for Green
Manufacturing, in: Proceedings of the 4th CIRP International Conference on High
Performance Cutting (HPC2010) 1:271-276.
Fnides B., M. A. Yallese, T. Mabrouki, J-F. Rigal, (2009) Surface roughness model in turning
hardened hot work steel using mixed ceramic tool, Mechanika Nr.3(77): 68-73.
Gutowski T; Dahmus J; Thiriez A. (2006). Electrical Energy Requirements for
Manufacturing Processes. 13th CIRP International Conference on Life Cycle
Engineering, Leuven, Belgium, 623627.
Hanafi I; Abdellatif Khamlichia; Francisco Mata Cabrerab; Emiliano Almansab; and
Abdallah Jabbouri. (2012). Optimization of cutting conditions for sustainablemachining
of peek cf30 using tin tools. Journal of Cleaner Production.
http://dx.doi.org/10.1016/j.jclepro.2012.05.005
Mori, M., Fujishima, M., Inamasu, Y., Oda, Y. 2011. A study on energy efficiency
improvement for machine tools. CIRP Annals e Manufacturing Technology 60 (1): 145148.
Nur Rusdi; Noordin Mohd Yusof; Izman Bin Sudin; Deni Kurniawan. (2012). Department of
Manufacturing and Industrial Engineering, Universiti Teknologi Malaysia, Skudai,
Malaysia. Journal of Manufacturing and Industrial Engineering.
Rajemi MF; Mativenga PT, Aramcharoen A. (2010). Sustainable Machining: Selection of
Optimum Turning Conditions based on Minimum Energy Considerations. Journal of
Cleaner Production 18(1011):10591065.
Sarwar, M; Persson, M; Hellbergh, H; Haider, J. (2009). Measurement of specific cutting energy
for evaluating the efficiency of bandsawing different workpiece materials. International
Journal of Machine Tools and Manufacture 49 (12-13): 958-965.
Walsh R. A. (2000). Handbook of Machining and Metalworking Calculations, 1st edition.
McGraw-Hill Professional.

10

Tabel 1. Nilai kekasaran permukaan dengan variasi kecepatan potong dan laju
pemakanan.
Laju Pemakanan
(mm/rev)
0.105
0.132
0.158
0.184
0.205

180
2.16
2.79
3.13
3.58
4.12

Kecepatan Potong (m/min)


330
1.4
2.38
2.91
3.3
4.63

550
3.45
3.72
4.5
4.71
5.78

Gambar 1. Grafik hubungan kekasaran permukaan dan laju pemakanan

11

Tabel 2. Nilai konsumsi energi total dengan variasi kecepatan potong dan laju
pemakanan.

Laju Pemakanan
(mm/rev)
0.105
0.132
0.158
0.184
0.205

180

Kecepatan Potong (m/min)


330

550

415.63
375.65
350.59
332.86
321.18

327.49
305.68
292.55
282.84
276.25

285.4
272.27
264.12
257.76
254.03

Gambar 2. Grafik hubungan konsumsi energi dan laju pemakanan

12

Anda mungkin juga menyukai