Anda di halaman 1dari 9

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada zaman modern ini, perkembangan teknologi membuat industri

manufaktur yang dapat bersaing di dunia. Industri manufaktur tersebut tidak

mungkin lepas dari proses permesinan yang telah menjadi inti dari proses

produksi yang mengutamakan hasil kualitas dan kuantitas yang baik. Dalam

dunia industri, mesin sangat dibutuhkan untuk membantu pekerjaan manusia

menjadi lebih mudah. Proses pemesinan merupakan proses produksi yang

menggunakan alat perkakas dengan cara gerakan relatif dari pahat terhadap

benda kerja yang akhirnya dapat menghasilkan suatu produk dengan geometri

tertentu (Eliasebastian, 2014)

Proses permesinan merupakan proses manufaktur dimana dengan membuang

atau menghilangkan bagian dari material benda kerja tersebut sehingga

menjadi ukuran yang sesuai dengan yang diinginkan, ini bertujuan untuk

mendapatkan akurasi dan menghasilkan bentuk dalam bagian objek tertentu


2

dibandingkan dengan proses-proses lain seperti pengecoran. Ada beberapa

jenis - jenis proses permesinan yang dapat dilakukan, seperti proses

membubut (Turning), proses pelubangan (Drilling), proses menyekrap

(Shaping), proses mengefrais (Milling), proses menggergaji (Sawing), proses

pemotongan (Cutting), proses menggerinda (Grinding) (Taufiq, 1993).

Proses pembubutan (Turning) adalah proses produksi yang pada dasarnya

mempunyai prinsip pengurangan diameter benda kerja dengan cara pahat

menyayat benda kerja yang berputar. Mesin bubut merupakan salah satu alat

perkakas yang sering digunakan untuk menghasilkan berbagai bentuk

komponen-komponen sesuai peralatan. Pada mesin bubut, gerakan potong

oleh benda kerja yang dijepit pada spindle yang kemudian diputar dan gerakan

makan oleh pahat dengan gerkan lurus. Pada proses pembubutan dihasilkan

panas yang tinggi akibat gesekan dari pahat dengan benda kerja (Yuliarman,

2008).

Dewasa ini kebutuhan material paduan logam penggunaannya sangat

meningkat. Hal ini dapat disebabkan karena berkembangnya dunia industri

yang semakin cepat khususnya dibidang manufaktur. Salah satu material yang

digunakan dalam bidang manufaktur yaitu magnesium. Material magnesium

memliki sifat ringan, tahan karat dan penghantar listrik yang baik sehingga

bahan ini dapat dapat dijadikan sebagai bahan alternatif pengganti besi atau

baja dan memiliki sifat yang menguntungkan (Ibrahim, 2014).


3

Aplikasi dari paduan magnesium di bidang manufaktur diantaranya yaitu pada

penggunaan di bidang elektronik, otomotif dan biomedik. Pada bidang

otomotif paduan magnesium diterapkan pada mesin bagian depan kendaraan

dikarenakan magnesium yang mempunyai sifat ringan mengurangi beban pada

mesin sehingg dapat meningkatkan performa darin kendaraan (Mahrudi,

2013). Magnesium pada bidang elektronik yang diterapkan pada pembuatan

bagian bahan-bahan komponen elektronik yang dapat menggantikan bahan

komponen yang terbuat dari aluminium dan titanium yang memiliki harga

relatif tinggi sehingga dapat mengurangi biaya produksi (Harun, 2009).

Dewasa ini penggunaan magnesium difokuskan pada bidang biomedik karena

sifatnya yang mirip dengan tulang dan tidak membahayakan tubuh, material

ini dapat luluh dalam tubuh sehingga dikembangkan sebagai material

pengganti tulang (Seal dkk, 2009).

Disamping keuntungan dari magnesium, ada kekurangan dari paduan ini, yaitu

material yang mudah terbakar yaitu pada saat proses permesinan dengan

kecepatan potong dan pemakanan yang tinggi. Dengan parameter kecepatan

potong yang tinggi dapat terjadi penumpukan material magnesium pada

bagian pahat yang diakibatkan pelengketan antara pahat dengan benda kerja.

Hal ini dapat berpengaruh pada permesinan yang berhubungan dengan getaran

dan toleransi. Pada pemesinan kering terhadap paduan magnesium sangat

berbahaya jika terjadi penyalaan api yang mencapai suhu titik leleh (400o-

600oC). Oleh karena itu proses pemesinan kering pada material magnesium

harus diperhatikan karena pada akhir pemotongan sering terjadi kehangusan.


4

Sehingga sisa pemotongan menjadi mudah terbakar yang diakibatkan dari

gesekan selama proses pomotongan dan perlu diperhatikan pada pahat yang

dipastikan tetap dalam kondisi tajam (Ansyori, 2015)

Pada pemesenian magnesium ada dua resiko perhatian utama yaitu kebakaran

dan pembentukan Built-up Edge (BUE). Dalam pemesinan magnesium, api

akan sangat mungkin terjadi apabila chip tipis dan halus dengan perbandingan

luas permukaan terhadap volume yang tinggi dan dibiarkan menumpuk.

Sekarang ini pendinginan berbasis air yang menghasilakan sedikit hidrogen

ketika bereaksi dengan magnesium telah digunakan dalam produksi, namun

pembuaangan limbah cair yang menjadi masalah yang dapat mencemari

lingkungan (Chemical, 1982).

Pembentukan BUE yang diamati pada pemesinan kering menggunakan pahat

karbida dapat dikurangi atau dihilangkan dengan pendingin minyak mineral

atau penggantian dengan pahat intan. Tetapi kedua solusi ini masih menjadi

masalah, dengan pendingin minyak mineral yang dapat mencemari lingkungan

dan penggunaan pahat intan yang dapat meningkatkan biaya produksi (Videm,

dkk. 1994)

Didalam suhu pemotongan yang tinggi dianggap dapat menyebabkan

kerugian, dikarenakan pahat yang digunakan akan menjadi cepat aus. Hal ini

menyebabkan efisiensi proses pemesinan dapat menurun, hasil permukaan

suatu benda kerja yang kurang bagus dan meningkatnya biaya produksi. Salah
5

satu cara untuk dapat mengurangi suhu pemotongan yang tinggi dan

meningkatkan produktivitas pemesinan adalah menggunakan mekanisme

pahat potong yang berputar ( Rotary Cutting Tool) pada proses pemesinan

mesin bubut (Harun, 2009).

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Buldum,dkk (2011) yaitu penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui kemampumesinan (Machinability) dari

paduan magnesium pada proses permesinan yaitu proses pengefreisan, proses

pembubutan dan proses pembuatan lubang atau pengeboran. Pada penelitian

ini menganjurkan untuk menggunakan parameter kecepatan potong yang lebih

rendah yang digunakan pada pemotongan material magnesium. Peningkatan

kecepatan potong akan menyebabkan temperatur permukaan benda kerja yang

meningkat tetapi geram (Chip) yang dihasilkan ketebalannya akan lebih

rendah, dan sebaliknya jika kecepatan potong semakin rendah maka geram

(Chip) yang dihasilkan akan semakin besar ketebalannya dan temperatur

permukaan benda kerja menjadi lebih rendah.

Dalam analisis aspek machinability, sangat penting untuk mempelajari

morfologi chip itu sendiri. Pada pembentukan chip ini dapat bergantung pada

sifat termal dan mekanik dari material tersebut. Chip kontinu dapat diubah

dalam bentuk chip bergirigi oleh efek termal yang dapat mengakibatkan

pengaruh dari gaya potong dan keausan pahat potong di dalam kecepatan

potong yang tinggi (Anurag, dkk 2018). Dalam Penelitian Ghao dan Zhang

(2001) menyelidiki tentang efek dari kondisi pemotongan pada gerigi yang
6

ditemukan dalam chip selama proses pembubutan dan menemukan bahwa

sudut rake lebih dari ukuran gigi gergaji tetapi peningkatan dalam jumlah total

gigi gergaji.

Dalam penelitian Anurag, dkk (2018) analisis dari coefficient reduction chip

menggunakan metode anova untuk menentukan pengaruh dari parameter input

yang diberikan dari seluruh hasil eksperimen dari proses permesinan dan

menentukan persentase parameter individual. Metode lain yang digunakan

yaitu metode Taguchi untuk mengurangi jumlah total dari percobaan yang

dilakukan dan menghilangkan aspek yang tidak perlu dipertahankan,

singkatnya yaitu mengurangi jumlah total tes, mengurangi biaya percobaan,

sederhana dan presisi.

Dalam penelitian Berta (2014) menyebutkan bahwa semakin tinggi kecepatan

pomotongan maka tebal chip cenderung semakin menurun, berdasarkan

penelitian dengan kecepatan pemotongan (Vc) 225 m/min tebal chip (hc) 0,24

mm sedangkan dengan Vc 250 m/min tebal chip sebesar 0,2 mm dan

sebaliknya bila pemakanan dalam kedalaman potong naik maka tebal chip

setelah terpotong akan naik juga dengan kedalaman potong (a) sebesar 0,25

mm menghasilkan tebal chip (hc) 0,18 mm sedangkan kedalam potong (a)

tertinggi 1,15 mm menghasilkan tebal chip (hc) sebesar 0,25 mm.

Menurut Yusuf (2006) mengatakan bahwa ketebalan chip sebelum terpotong

dipengaruhi oleh gerak makan (Feed) dan sudut potong (Major Cutting Edge
7

Angle), kedua parameter ini yang akan menentukan dimensi atau ketebalan

chip sebelum terpotong.

Dengan demikian perlu dilakukan kajian yang sebelumnya belum pernah

dilakukan dengan material yang berbeda yaitu magnesium AZ31 dan proses

pemesinan dengan menggunakan pemesinan bubut pahat putar (rotary tool),

maka dari itu diambil kajian tentang “ ANALISIS KOEFISIEN

PENGURANGAN GERAM (CHIP REDUCTION COEFFICIENT) PADA

PEMESINAN BUBUT MAGNESIUM AZ31 ROTARY TOOL “.

1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari dilakukan peneletian ini yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan analisis chip reduction coefficient pada proses pemotongan

magnesium AZ31 menggunakan metode pemesinan rotary tool.

2. Menganalisis varian untuk mendapatkan pengaruh variasi parameter

pemotongan terhadap koefisien reduksi chip menggunakan metode

Taguchi dan analisis varian Anova.

1.3. Batasan Masalah

Batasan masalah yang diberikan pada penelitian ini agar pembahasan untuk

hasil yang didapatkan lebih fokus dan terarah. Adapun batasan masalah dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut :


8

1. Material yang digunakan yaitu paduan magnesium AZ31.

2. Proses pemesinan menggunakan mesin bubut dengan pahat berputar.

3. Pahat yang digunakan yaitu pahat karbida round insert.

4. Menggunakan metode Taguchi dan ANOVA.

5. Pembahasan ini difokuskan pada chip reduction coefficient.

1.4. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan laporan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bab I. Pendahuluan

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian paduan magnesium

proses pemesinan bubut. Bab ini juga menjelaskan tentang tujuan,

batasan masalah, hipotesis dan sistematika penulisan.

2. Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab ini berisikan teori yang berkaitan dengan penelitian ini seperti teori

tentang magnesium, mesin bubut, pahat berputar, metode taguchi,

ANOVA, rasio koefisien chip.

3. Bab III. Metodologi Penelitian

Bab ini membahas hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan

penelitian yaitu waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan yang

digunakan, dan prosedur pengujian beserta parameter yang digunakan.

4. Bab IV. Data dan Pembahasan

Bab ini berisikan hasil dan pembahasan dari data-data yang diperoleh

saat penelitian, serta analisa data dari semua parameter yang diambil.
9

5. Bab V. Penutup

Bab ini berisi hal-hal yang dapat disimpulkan dari semua analisa dan

percobaan yang dilakukan serta saran yang berisi informasi agar

dilakukan pada penelitian selanjutnya.

6. Daftar pustaka

Memuat daftar referensi-referensi yang digunakan penulis dalam

penulisan laporan penelitian.

7. Lampiran

Pada lampiran akan memuat data perlengkapan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai