Anda di halaman 1dari 8

JURNAL AUSTENIT VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2013

PENGARUH CUTTER SPEED, FEED RATE DAN DEPT OF CUT


PAD PROSES CNC MILLING TERHADAP NILAI KEKASARAN
BAJA AISI 1045 BERBASIS REGRESI LINEAR

1) 2) 3)
Moch Yunus , M. Ginting , Karmin
1)2)3)
Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya
Jl. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414 Fax: 0711-453211
E-mail : myunuspolsri@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan pengaruh besaran cutter


speed, feed rate dan dept of cut pada proses CNC Frais/Milling terhadap nilai
kekasaran baja AISI 1045. Proses frais yang dilakukan menggunakan pendingin
dromus dengan variasi cutter speed antara 200 rpm s.d 350 rpm, variasi feed rate
antara 14 mm/menit s.d 59,5 mm/menit dan variasi dept of cut 0,5 s.d 1,5 mm.
Hasil dari proses frais untuk setelah dilakukan pengukuran kekasaran dan data
nilai kekasaran tersebut diproses dengan menggunakan program SPSS 20
dihasilkan suatu bentuk formula regresi ganda Y = 6,473 + 0,004 X1 – 0,028 X2 –
0,422 X3, yang menyatakan bahwa 85,4% besarnya cutter speed, feed rate dan
dept of cut berpengaruh terhadap nilai kekasaran dan 14,6% nilai kekasaran
dipengaruhi oleh gesekan chip terhadap benda kerja, kondisi pisau frais/cutter
dan kesalahan teknis lainnya. Nilai keksaran yang paling kecil (permukaan yang
halus) didapat pada cutter speed 250 rpm, feed rate 42,5 mm/menit dan dept of
cut 1,5 mm.

Kata Kunci : CNC Milling, Baja AISI 1045, kekasaran permukaan, regresi linier
ganda

1. PENDAHULUAN kekasaran permukaannya. Makin halus


permukaannya maka makin baik
Pada kegiatan prosuksi yang proses kualitasnya; sehingga cukup beralasan
pengerjaannya menggunakan mesin CNC bahwa kekasaran permukaan hasil
Frais/Milling, kualitas permukaan yang pekerjaan mesin frais/milling diperhatikan
ditampilkan akan mempengaruhi nilai jual dan dicari solusi untuk mendapatkan yang
suatu produk. Pengerjaan logam yang sehalus mungkin.
menggunakan proses permesinan, kualitas Pada mesin CNC frais/milling untuk
permukaannya ditentukan oleh penampilan menghasilkan tingkat kekasaran permukaan
kasar dan halusnya permukaan produk yang yang sesuai dengan permintaan gambar
dihasilkan. Perbaikan dalam metode kerja tidak dapat dilakukan dengan cara
pengerjaan mesin akhir-akhir ini merupakan mencoba-coba memperbesar atau
upaya untuk meningkatkan kualitas memperkecil kecepatan spindel mesin,
permukaan yang dikerjakan dengan proses kecepatan pemakanan dan kedalaman
permesinan. Kualitas permukaan yang halus pemakanan karena variabel-variabel
tidak hanya berkaitan terhadap toleransi dan tersebut di atas di inputkan kedalam bentuk
estetika produk tetapi juga dapat program.
memperpanjang umur pakai (life time)
terutama untuk permukaan kontak yang DASAR TEORI
saling bergesekan. Elemen Dasar Proses Frais (Milling)
Dasar dari setiap pekerjaan Pada proses frais (milling) gerak
permesinan mempunyai persyaratan potong dilakukan oleh pahat frais/perkakas
kualitas permukaan dan kekasaran potong (cutter) yang berputar pada
permukaan yang berbeda-beda tergantung porosnya. Pahat frais yang digunakan jenis
dari fungsinya. Kualiitas permukaan hasil pahat bermata potong jamak (multiple points
dari penyayatan rata dapat dilihat dari

~55~
VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2013 JURNAL AUSTENIT

cutting tools) dengan jumlah mata potong beberapa faktor yang mempengaruhi
sama dengan jumlah gigi frais (Z). proses permesinan diantaranya :
Menurut jenis pahat frais (cutter) yang a. Keahlian operator,
digunakan, ada dua macam proses frais b. Getaran yang terjadi pada mesin,
yaitu frais datar (slab milling) dengan sumbu c. Ketidaktepatan gerakan komponen-
putar spindel sejajar dengan permukaan komponen mesin,
benda kerja, dan frais tegak (face milling) d. Ketidakteraturan feed mechanisme,
dengan sumbu putar spindel tegak lurus e. Adanya cacat pada material,
dengan permukaan benda kerja. f. Gesekan antara chip dan material.
Selanjutnya frais datar ada dua cara yaitu
frais naik (up milling atau conventional
milling) dan frais turun (down milling).

Gambar 4 : Profil Kurva Kekasaran

Gambar 1 : Slab Milling


Berdasarkan profil kurva kekasaran di
atas, dapat didefinisikan beberapa
parameter permukaan, diantaranya :
1. Penyimpangan rata-rata aritmatik dari
garis rata-rata profil Ra (μm), yaitu : nilai
Gambar 2 : (a) Proses slab milling rata-rata absolut penyimpangan yang
(b) Panjang lintasan pisau frais/cutter diukur dari garis rata-rata ( center line )
profil efektif.

M = luas keseluruhan ( arsiran ) di atas


dan di bawah center line.
l = panjang uji ( evaluation length )
2. Heigth of Roughness Curve Rt (μm)
Ketidakrataan ketinggian maksimum Rt
Gambar 3 : Face Milling (μm) adalah jarak antara dua garis
sejajar yang menyinggung profil pada titik
tertinggi dan terendah antara panjang
Kekasaran Permukaan bagian yang diuji.
Permukaan adalah batas yang 3. Ketidakrataan Ketinggian Sepuluh Titik
memisahkan antara benda padat dengan Rz (μm).
sekelilingnya. Jika ditinjau skala kecil pada Ketidakrataan ketinggian maksimum
dasarnya konfigurasi permukaan merupakan sepuluh titik Rz adalah jarak rata-rata
suatu karakteristik geometri golongan antara lima puncak tertinggi dan lima
mikrogeometri, yang termasuk golongan lembahan terdalam disepanjang bagian
makrogeometri adalah merupakan yang diuji, yang diukur dari garis sejajar
permukaan secara keseluruhan yang dengan garis rata-rata disepanjang
membuat bentuk atau rupa yang spesifik, evaluation length.
misalnya permukaan lubang, permukaan
poros, permukaan sisi dan lain-lain yang
tercakup pada elemen geometri ukuran,
bentuk dan posisi ( Chang- Xue : 2002 ).
Kekasaran permukaan dibedakan menjadi
dua bentuk, diantaranya :
1. Ideal Surface Roughness, yaitu :
kekasaran ideal yang dapat dicapai
dalam suatu proses permesinan dengan
kondisi ideal.
2. Natural Surface Roughness, yaitu : Gambar 5 : Kurva Kekasaran dan
kekasaran alamiah yang terbentuk dalam Perhitungan Rz
proses permesinan karena adanya

~56~
JURNAL AUSTENIT VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2013

Dari beberapa parameter permukaan digunakan dalam proses penelitian ini


yang tersebut di atas, parameter Ra relatif adalah :
lebih banyak digunakan untuk 1. Bahan/material yang digunakan adalah
mengidentifikasi permukaan. Parameter Ra AISI 1045
cocok digunakan untuk memeriksa kualitas 2. Peralatan yang digunakan adalah :
permukaan komponen mesin yang telah - Pahat/cutter milling diameter 40 mm
dilakukan proses permesinan tertentu [4]. tipe/merek Taegutec Xomt 060204 TT
Dibandingkan dengan parameter lain, nilai 9030
Ra lebih sensitif terhadap perubahan atau - CNC Frais/Milling jenis EMCO VMC
penyimpangan yang terjadi pada proses 200
permesinan. Dengan demikian pencegahan - Alat uji kekasaran TR 200/Qualitest
dapat dilakukan dengan cepat jika ada Metode yang digunakan dalam pelaksanaan
tanda-tanda bahwa ada kenaikan penelitian ini adalah metode eksperimen,
kekasaranya (misalnya dengan cara dimana proses pengambilan data bahan
mengganti perkakas potong atau cara yang sebagai sampel diproses permesinan
lain). dengan CNC Milling dengan variabel seperti
pada tabel 1, kemudian dilakukan
ANALISA DATA pengukuran angka kekasaran dengan
Untuk menganalisa data dari hasil menggunakan alat uji kekasaran TR
eksperimen menggunakan model Multiple 200/Qualitest
regretion linear digunakan untuk
memprediksikan faktor-faktor yang Tabel 1. Variabel Penelitian
mempengaruhi tingkat kekasaran Cutter
Feed rate Dept of Cut
permukaan. Model regresi linear berasumsi No. speed Pendinginan
(mm/ment) (mm)
( Rpm)
bahwa ada hubungan linear antara variabel
1 200 14 0,5 Dromus
dependen, yaitu tiap prediktor, diantaranya
faktor cutter speed, depth of cut dan feed 2 200 14 1 Dromus
rate. 3 200 14 1,5 Dromus
Hubungan tersebut digambarkan dengan 4 200 24 0,5 Dromus
persamaan Walpole sebagai berikut :
5 200 24 1 Dromus

Dimana : 6 200 24 1,5 Dromus


Y adalah nilai variabel dependen 7 200 34 0,5 Dromus
k adalah menunjukan jumlah prediktor 8 200 34 1 Dromus
bi adalah nilai koefisien ke-i
9 200 34 1,5 Dromus
Xi adalah nilai prediktor ke-i
e adalah nilai kesalahan model regresi 10 250 17,5 0,5 Dromus
Regresi linier menunjukan model 11 250 17,5 1 Dromus
yang representatif berdasarkan nilai 12 250 17,5 1,5 Dromus
koefesien korelasi R. Nilai R
13 250 30 0,5 Dromus
mengindikasikan adanya hubungan linier
yang kuat antara variabel independen 14 250 30 1 Dromus
terhadap nilai kekasaran permukaan. 15 250 30 1,5 Dromus
Penentuan variabel independen yang
16 250 42,5 0,5 Dromus
siqnifikan sebagai prediktor variabel
dependen didasarkan pada nilai siqnificance 17 250 42,5 1 Dromus
level yang kurang dari 0,05 dan tingkat 18 250 42,5 1,5 Dromus
kontribusi variable independen ditentukan 19 350 24,5 0,5 Dromus
berdasarkan nilai standardized coefficient.
20 350 24,5 1 Dromus
Semakin besar nilai standardized coefficient
, semakin besar pula kontribusinya terhadap 21 350 24,5 1,5 Dromus
model regresi. 22 350 42 0,5 Dromus
23 350 42 1 Dromus

2. BAHAN DAN METODE 24 350 42 1,5 Dromus


25 350 59,5 0,5 Dromus
Pelaksanaan pengambilan data 26 350 59,5 1 Dromus
dalam proses penelitian ini, dilakukan
27 350 59,5 1,5 Dromus
dengan melakukan eksperimen.
Bahan/material dan peralatan yang

~57~
VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2013 JURNAL AUSTENIT

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 4. Korelasi


Surface Cutting Feed Dept of
roughnes speed rate cut
Hasil Penelitian s
Surface
roughness 1,000 ,101 -,611 -,446
Tabel 2. Nilai Kekasaran Permukaan Cutting
,101 1,000 ,556 ,000
Hasil Eksperimen Pearson
Correlation
speed

Cutter Nilai Feed rate -,611 ,556 1,000 ,000


Feed rate Dept of Dept of
No. speed Kekasaran -,446 ,000 ,000 1,000
(mm/ment) Cut (mm) cut
( Rpm) (μm) Surface
roughness . ,308 ,000 ,010
1 200 14 0,5 6,778 Cutting
Sig. (1- speed ,308 . ,001 ,500
2 200 14 1 6,268 tailed)
Feed rate ,000 ,001 . ,500
Dept of
3 200 14 1,5 6,043 cut ,010 ,500 ,500 .
Surface
4 200 24 0,5 6,063 roughness 27 27 27 27
Cutting
5 200 24 1 6,322 speed 27 27 27 27
N
Feed rate 27 27 27 27
6 200 24 1,5 6,144
Dept of
cut 27 27 27 27
7 200 34 0,5 6,113
8 200 34 1 5,894
b
9 200 34 1,5 5,712 Tabel 5. Model Summary
10 250 17,5 0,5 7,043 Model R R Std. Durbi Adjust
Square
Error of n- ed R
11 250 17,5 1 6,743 the Wats Squar
Estimat on e
12 250 17,5 1,5 6,523 e
13 250 30 0,5 6,495 1 ,924a ,854 ,835 ,160129 1,304
a. Predictors: (Constant), Dept of Cut, Feed Rate,
14 250 30 1 6,264
Cutter Speed
15 250 30 1,5 5,694 b. Dependent Variable: Nilai Kekasaran

16 250 42,5 0,5 5,952 a


Tabel 6. ANOVA
17 250 42,5 1 5,845 Model Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
18 250 42,5 1,5 5,664 Regression 3,442 3 1,147 44,745 ,000b
19 350 24,5 0,5 6,881 1 Residual ,590 23 ,026
Total 4,032 26
20 350 24,5 1 6,722 a. Dependent Variable: Nilai Kekasaran
21 350 24,5 1,5 6,501 b. Predictors: (Constant), Dept of Cut, Feed Rate, Cutter
Speed
22 350 42 0,5 6,442
23 350 42 1 6,233
Tabel 7. Coefficientsa
24 350 42 1,5 5,952
Model Unstandardi Stand t Sig. Correlations Collinearit
25 350 59,5 0,5 6,062 zed ardize y
Coefficients d Statistics
Coeffi
26 350 59,5 1 5,713 cients

B Std. Beta Zer Partial Part Tol VI


27 350 59,5 1,5 5,795 Erro o- era F
r ord nc
er e
(Const 6,4 41,77
,155 ,000
ant) 73 1
Pembahasan Cutter ,00 ,10 ,69
1,
,001 ,638 6,649 ,000 ,811 ,530 44
Speed 4 1 1
8
1
- - - 1,
Hasil eksperimen dikalkulasi dan Feed
,02 ,003 -,966 10,06 ,000 ,61 -,903 -,803
,69
44
Rate 1
8 6 1 8
dianalisa dengan menggunakan software - - 1,
Dept of - 1,0
SPSS 20 seperti tabel-tabel di bawah ini, Cut
,42
2
,075 -,446
5,595
,000 ,44
6
-,759 -,446
00
00
0
a. Dependent Variable: Nilai Kekasaran
Tabel 3. Descriptive Statistics
Mean Std. N 1. Berdasarkan perhitungan dihasilkan
Deviation koefesien determinasi sebesar 85,4 %,
Nilai Kekasaran 6,21707 ,393782 27 hal ini menunjukan bahwa 85,4% nilai
Cutter Speed 266,66667 63,548891 27 kekasaran yang terjadi dipengaruhi oleh
Feed Rate 32,00000 13,709907 27
Dept of Cut 1,00000 ,416025 27 cutter speed, feed rate dan dept of cut.
Sisanya sebesar 14,6% nilai kekasaran

~58~
JURNAL AUSTENIT VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2013

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain tidak dengan cara membandiingkan


diantaranya :
antara nilai t tabel pada
a. Getaran yang terjadi pada mesin,
b. Ketidaktepatan gerakan komponen- dengan nilai t hitung masingg-masing
komponen mesin, variabel.
c. Ketidakterautran feed mechanisme, - Hipotesa untuk variabel cutter speed :
d. Adanya cacat pada material, H0 = koef. regresi tidak siqnifikan
e. Gesekan antara chip dan material. H1 = koef. regresi siqnifikan
2. Dengan dihasillkannya nilai Std. Error of Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan
the Estimate (SEE) lebih kecil dari Std. H1 ditolak
Deviation (0,160 < 0,394), maka dapat Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan
dinyatakan bahwa variabel cutter speed, H1 diterima
feed rate dan dept of cut cukup layak Berdasarkan tabel t atau tabel
dijadikan sebagai predictor untuk variabel distribusi-t ( hal. 279. Dr. Tedjo N.
nilai kekasaran. Reksoatmodjo, S.T., M.Pd; dikutip dari
3. Model regresi yang dihasilkan ternyata Freund & Williams 1958 : 502.)
tidak terjadi otokorelasi, karena nilai dihasilkan ttabel = 2,064 dan thitung =
Durbin-Watson besarnya diantara 1 6,649. Dari sini dapat disimpulkan
sampai 3 ( 1 < DW < 3 ). bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
4. Model regresi tersebut dinyatakan sehingga dapat dinyatakan bahwa
layak/baik untuk memprediksi nilai koefesien regresi untuk cutter speed
kekasaran, karena angka probabilitas siqnifikan. (lihat gambar 6).
yang dihasilkan pada tabel ANOVA lebih
kecil dari 0,05 ( angka probalitasnya
0,000 ).
5. Untuk menguji bahwa variabel cutter
speed, feed rate dan dept of cut memang
benar mempengaruhi nilai kekasaran, hal
ini perlu dilakukan pengujian hipotesanya
dengan menggunakan angka F yang
dihasilkan pada tabel ANOVA.
Hipotesanya adalah : Gambar 6 : Daerah Siqnifikan Cutter Speed
- H0 : variabel cutter speed, feed rate
dan dept of cut tidak berpengaruh - Hipotesa untuk variabel feed rate :
terhadap variabel nilai kekasaran. H0 = koef. regresi tidak siqnifikan
- H1 : variabel cutter speed, feed rate H1 = koef. regresi siqnifikan
dan dept of cut berpengaruh terhadap Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan
variabel nilai kekasaran. H1 ditolak
- Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan
dan H1 diterima. H1 diterima
- Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima Berdasarkan tabel t atau tabel
dan H1 ditolak distribusi-t (hal. 279. Dr. Tedjo N.
Berdasarkan tabel F atau tabel distribusi Reksoatmodjo, S.T., M.Pd; dikutip dari
F.05 (hal. 283. Dr. Tedjo N. Freund & Williams 1958 : 502)
Reksoatmodjo, S.T., M.Pd; dikutip dari dihasilkan ttabel = -2,064 dan thitung = -
Guilford & Fruchter 1978 : 516-517) 10,066. Dari sini dapat disimpulkan
dengan α = 0,05 didapatkan nilai F bahwa H0 ditolak dan H1 diterima
sebesar 3,01; dengan demikian hipotesa sehingga dapat dinyatakan bahwa
yang diterima adalah H1 yaitu variabel koefesien regresi untuk feed rate
cutter speed, feed rate dan dept of cut siqnifikan. (lihat gambar 7).
berpengaruh terhadap variabel nilai
kekasaran.
6. Berdasarkan perhitungan di atas
dihasilkan persamaan regresi sebagai
berikut :
Y = 6,473 + 0,004 X1 – 0,028 X2 – 0,422
X3
Koefisien regresi tersebut dilakukan
pengujian dengan uji t untuk mengetahui
apakah koefesien tersebut siqnifikan atau Gambar 7 : Daerah Siqnifikan Feed Rate

~59~
VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2013 JURNAL AUSTENIT

- Hipotesa untuk variabel dept fo cut : dengan bahan yang akan diproses untuk
H0 = koef. regresi tidak siqnifikan menghindari terjadinya cepatnya
H1 = koef. regresi siqnifikan keausan pada cautter.
Jika thitung < ttabel, maka H0 diterima dan 4. Pada proses CNC Frais/Milling harus
H1 ditolak diperhatikan kelancaran proses
Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan pendinginan secara merata, sehingga
H1 diterima tidak terjadi gesekan antara chip dan
Berdasarkan tabel t atau tabel benda kerja.
distribusi-t (hal. 279. Dr. Tedjo N.
Reksoatmodjo, S.T., M.Pd; dikutip dari
Freund & Williams 1958 : 502) DAFTAR PUSTAKA
dihasilkan ttabel = -2,064 dan thitung = -
5,595. Dari sini dapat disimpulkan 1. Benardos, P.G., dan G-C. Vosniakos “
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima Predicting Surface Roughness In
sehingga dapat dinyatakan bahwa machining 2003 : A Review,
koefesien regresi untuk dept of cut International Journal of Machine Tools
siqnifikan. (lihat gambar 8 di bawah ini). and Manufacturing 43.833-844.
2. Bhattacharya, A., Faria-Gonzales, R.,
and Ham, I. (1970).“Rgression Analysis
for Predicting Surface finish and Its
Applications in The Determination of
Optimum Machining Conditions. ASME
Journal of Engineering for Industry”,
4.711-71
3. Boothroyd, G. And Knight, W.A.(1989).
“ Fundamentals of Machining and
Machine Tools. Marcel Dekker, New
York.
Gambar 8: Daerah Siqnifikan Dept of Cut 4. Chang-Xue. (2002), “ Surface
Roughness Preditive Modeling : Neural
Networks versus Regression.
4. KESIMPULAN DAN SARAN Departemen of Industrial &
Manufacturing Engineering. College of
Kesimpulan Engineering and Technology Bradley
Dari hasil pembahasan data penelitian di Universty : Illois USA.
atas dapat disimpulkan sebagai berikut : 5. Chandiramani, K.L., and Cook, N.H.
1. Nilai Kekasaran baja ST 60 pada proses (1964), “Investigation on The Nature of
pemesinan milling/frais 85,4 % sangat Surface Finish and Its Variation with
dipengaruhi oleh kedalaman pemakanan Cutting Speed. Journal of Engineering
(Dept of Cut), kecepatan pemakanan for Industry, Series B, 134-140.
(feed rate) dan kedalaman pemakanan 6. Dickinson, G.R.(1968), “ Survey of
(Dept of cut). Factors Affecting Surface Finish.
2. 14,6 % nilai kekasaran baja ST 60 pada Proceedings of Conference on
proses pemesinan milling/frais Properties and Metrology of Surfaces,
dipengaruhi oleh : Park 3K, 135-147.
a. Getaran yang terjadi pada mesin, 7. Feng,C.X., Wang,J., and Wang, J-
b. Ketidaktepatan gerakan komponen- S.(2001),”An Optimization Model for
komponen mesin, Concurrent Selection of Tolerances and
c. Ketidakterautran feed mechanisme, Supplier”. Computer and Industrial
d. Adanya cacat pada material, Engineering. 40,15-33
8. Fischer, H.L and Elrod, J.T.(1971).”
e. Gesekan antara chip dan material. Surface finish as a function of tool
f. Pahat potong atau cutter tumpul. geometry and feed; a Theoretical
3. Model Regresi Linear yang dihasilkan approach. Microtechnic, No. 25,175-
adalah : 178.
Y = 6,473 + 0,004 X1 – 0,028 X2 – 0,422 9. Grieve, D.J., Kaliszer,H., and
X3 Rowe,G.W.(1968), The effects of
cutting conditions on bearing area
Saran parameters. Proceedings of 9th
3. Dalam proses frais/milling harus International Machine Tool Design and
diperhatikan bahan cutter disesuaikan

~60~
JURNAL AUSTENIT VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2013

Research Conference, U.K., RIWAYAT PENULIS


September, Vol. 2, 989-1004.
1. Nama : Moch Yunus, S.T.,M.T
10. Herman Saputra., Sunaryo. Prediksi
NIP : 195706161985031003
Kekasaran Permukaan Baja St 40
Pekerjaan : Dosen Teknik Mesin Polsri
Berbasis Model Analisis Regresi Ganda
Pendidikan : S2 Teknik Mesin
Pada Permesinan CNC Frais;
2. Nama : Drs. Muchtar Ginting, M.T
http://www.docstoc.com/ docs /
NIP : 195505201984031001
113842922 / 25- Februari 2012
Pekerjaan : Dosen Teknik Mesin Polsri
11. Jerard, R.B., et al., Online Optimization
Pendiikan : S2 Teknik Mesin
of Cutting Conditions for NC Machining,
3. Nama : Karmin, S.T., M.T
2001 NSF Design, Manufacturing and
NIP : 195907121985031006
Industrial Innovation Research
Pekerjaan : Dosen Teknik Mesin Polsri
Conference, Januari 7-10-2001,
Pendidikan : S2 Teknik Mesin
Tampa, Florida.
12. Muin, Syamsir. 1986. Dasar-dasar
Perencanaan Perkakas, Jakarta :
Rajawali Mas.
13. Moch Yunus, Didi. 2012. Analisa
Parameter Kekasaran Permukaan
Bahan Alumunium Jenis Al Mg Si
3.6082 DIN 1725 pada Proses
Pemesinan CNC Milling. ISSN 2085-
1286

~61~
VOLUME 5, NOMOR 1, APRIL 2013 JURNAL AUSTENIT

~62~

Anda mungkin juga menyukai