Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PROSES MANUFAKTUR 1
PENGELASAN (WELDING)
“Teknologi Dalam Proses Pengelasan”

Oleh :
Fajar Dian Syahputra
16050754029
No. Urut: 24

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
TAHUN AJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya atas terselesaikannya makalah pengelasan yang berjudul “Teknologi
Dalam Proses Pengelasan” dengan baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi
persyaratan kelulusan mata kuliah Proses Manufaktur 1 dengan memperoleh nilai
yang baik dan memuaskan pada jenjang semester 4 program studi S1 Teknik
Mesin Universitas Negeri Surabaya.
Banyak dukungan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam menyelesaikan makalah ini. Pada kesempatan ini
saya sebagai penyusun menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini, diantaranya kepada:
1. Drs. Budihardjo Achmadi Hasyim, M.Pd. selaku Dosen mata kuliah
Proses Manufaktur 1 yang telah memberikan petunjuk, arahan, semangat
serta motivasinya untuk segera menyelesaikan tugas ini.
2. Bapak, Ibu, dan keluarga tercinta yang selalu memberikan support, do’a
restunya, kasih sayangnya tiada henti-hentinya.
3. Rekan-rekan kelas TMA angkatan 2016 dan teman-teman Jurusan teknik
Mesin FT UNESA terimakasih atas dukungannya kita.
4. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih sangat
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun
sangatlah diharapkan oleh penyusun guna penyempurnaan makalah ini, sehingga
dapat bermanfaat bagi pembacanya.

Surabaya, 27 Mei 2018

Penyusun

Fajar Dian Syahputra

i|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


DAFTAR ISI
Cover.................................................................................................................

Kata Pengantar.................................................................................................. i

Daftar Isi........................................................................................................... ii

Daftar Gambar.................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1


1.2 Tujuan......................................................................................................... 1
1.3 Ruang Lingkup........................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3

2.1 Pengertian Teknologi Dalam Proses Pengelasan........................................ 3


2.2 Klasifikasi Teknologi Dalam Proses Pengelasan....................................... 3
2.2.1 Fusion Welding.............................................................................. 3
2.2.2 Solid State Welding....................................................................... 16
BAB III PENUTUP.......................................................................................... 21

3.1 Simpulan..................................................................................................... 21
3.2 Saran........................................................................................................... 21
Daftar Pustaka................................................................................................... v

ii | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Dasar-dasar susunan dan rangkaian listrik Arc Welding................. 4
Gambar 2. Shielded metal arc welding (SMAW)............................................. 4
Gambar 3. Gas metal arc welding (GMAW)................................................... 5
Gambar 4. Flux-cored arc welding (FCAW)................................................... 5
Gambar 5. Electrogas welding (EGW)............................................................. 6
Gambar 6. Submerged arc welding (SAW)...................................................... 7
Gambar 7. Gas tungsten arc welding (GTAW)................................................ 7
Gambar 8. Plasma arc welding (PAW)............................................................ 8
Gambar 9. Twin-carbon Arc Welding............................................................... 8
Gambar 10. Stud Welding (SW)....................................................................... 9
Gambar 11. Resistance Welding (RW)............................................................. 9
Gambar 12. Resistance spot welding (RSW).................................................... 10
Gambar 13. Resistance Seam Welding (RSEW)............................................... 11
Gambar 14. Jenis-jenis sambungan yang dihasilkan RSEW............................ 11
Gambar 15. Resistance projection welding (RPW).......................................... 11
Gambar 16. Flash Welding (FW)..................................................................... 12
Gambar 17. High-frequency resistance welding (HFRW)............................... 12
Gambar 18. Oxyacetylene Welding (OAW)..................................................... 13
Gambar 19. Pressure gas welding (PGW)....................................................... 13
Gambar 20. Electron Beam Welding................................................................ 14
Gambar 21. Laser Beam Welding..................................................................... 15
Gambar 22. Electroslag welding (ESW).......................................................... 15
Gambar 23. Thermit Welding (TW).................................................................. 16
Gambar 24. Forge Welding.............................................................................. 16
Gambar 25. Cold Welding Equipment.............................................................. 17
Gambar 26. Roll welding (ROW)..................................................................... 17

iii | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
Gambar 27. Proses Hot Pressure Welding....................................................... 18
Gambar 28. Diffusion Welding......................................................................... 18
Gambar 29. Explosion Welding........................................................................ 19
Gambar 30. Friction Welding (FRW)............................................................... 19
Gambar 31. Friction stir welding (FSW)......................................................... 20
Gambar 32. Ultrasonic welding (USW)........................................................... 20

iv | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Perkembangan zaman yang disertai oleh perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) yang pesat dewasa ini menciptakan era globalisasi dan
keterbukaan yang menuntut setiap individu untuk ikut serta didalamnya, sehingga
sumber daya manusia harus menguasai IPTEK serta mampu mengaplikasikannya
dalam setiap kehidupan. Pengelasan merupakan bagian tak terpisahkan dari
perkembangan IPTEK. Pada era sekarang ini teknologi dalam proses pengelasan
semakin berkembang dengan munculnya berbagai teknologi pengelasan yang
telah banyak dipergunakan secara luas pada penyambungan batang-batang pada
konstruksi bangunan dan konstruksi mesin.
Luasnya perkembangan teknologi ini disebabkan konstruksi bangunan atau
mesin yang dibuat memerlukan teknologi pengelasan yang berbeda-beda. Selain
itu, biaya produksi yang murah, teknik yang lebih sederhana, dan hasil yang lebih
kuat menjadi penyebab perkembangan dari teknologi dalam proses pengelasan.
Seiring dengan perkembangan teknologi ini, maka pengetahuan akan
teknologi pengelasan juga semakin banyak. Ketidaktahuan seorang welder akan
perkembangan teknologi ini akan menyebabkan kesalahan teknik yang akan
digunakan untuk mengelas konstruksi bangunan atau mesin yang memerlukan
teknologi pengelasan tertentu. Jika terjadi kesalahan pemilihan teknologi
pengelasan akan menyebabkan cacat produksi, pekerjaan pengelasan tidak efisien,
terjadinya kecelakaan kerja, dan kerugian pada biaya produksi. Oleh karena itu,
seorang welder perlu memiliki pengetahuan berbagai teknologi pengelasan
sehingga memudahkan dalam memilih teknologi pengelasan yang akan digunakan
untuk mengelas konstruksi bangunan atau mesin.
Pengetahuan tentang teknologi pengelasan sangat penting untuk seorang
welder, karena berdampak pada jalannya suatu pekerjaan pengelasan.
Pengetahuan ini harus diperhatikan agar seorang welder tidak salah dalam
memilih teknik yang akan digunakan untuk melakukan pengerjaan pengelasan.
Seorang welder saat melaksanakan pekerjaan pengelasan wajib
melaksanakan prosedur yang sudah ditetapkan karena setiap teknologi pengelasan
mempunyai prosedur yang berbeda-beda, sehingga pekerjaan pengelasan
menghasilkan produk sesuai dengan keinginan, efisiensi produksi, terhindar dari
kecelakaan kerja, dan biaya dapat ditekan seminimal mungkin. Itulah sebabnya
pengetahuan teknologi dalam pengelasan pada proses pengelasan sangatlah
penting.
1. 2 Tujuan
Dari topik yang dijabarkan, tujuan yang akan dicapai yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari setiap teknologi pengelasan.
2. Untuk mengetahui prinsip kerja dari setiap teknologi pengelasan
3. Untuk mengetahui bagian-bagian yang bekerja dari setiap teknologi
pengelasan.
4. Untuk mengetahui aplikasi dari setiap teknologi pengelasan.

1|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


1. 3 Ruang lingkup
Untuk menghindari pembahasan yang melebar dalam makalah ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan serta pengetahuan yang dimiliki oleh penulis
maka ruang lingkup makalah ini dibatasi hanya beberapa contoh dari teknologi
Fusion Welding dan Solid State Welding. Adapun makalah ini disusun murni
berdasarkan studi literature dari berbagai sumber informasi yang diperoleh
penulis.

2|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Teknologi Dalam Proses Pengelasan
Pengelasan merupakan penyambungan dua logam atau lebih yang
didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi penyatuan bagian
bahan yang disambung. Kelebihan sambungan las adalah konstruksi ringan, dapat
menahan kekuatan yang tinggi, mudah pelaksanaannya, serta cukup ekonomis.
Namun kelemahan yang paling utama adalah terjadinya perubahan struktur mikro
bahan yang dilas, sehingga terjadi perubahan sifat fisik maupun mekanis dari
bahan yang dilas.
Perkembangan teknologi pengelasan logam memberikan kemudahan
dalam menyambung berbagai jenis logam. Saat ini kemajuan ilmu pengethuan di
bidang elektronik melalui penelitian yang melihat karakteristik atom, mempunyai
kontribusi yang sangat besar terhadap penemuan material baru dan sekaligus
bagaimanakah menyambungnya. Oleh karena itu, pengertian dari teknologi dalam
proses pengelasan adalah berbagai macam cara untuk menyambung dua logam
atau lebih yang didasarkan pada prinsip-prinsip proses difusi, sehingga terjadi
penyatuan bagian bahan yang disambung.
2. 2 Klasifikasi Teknologi Dalam Proses Pengelasan
Sekitar 50 jenis teknologi pengelasan yang berbeda telah dikategorikan
oleh American Welding Society. Masing-masing menggunakan berbagai jenis atau
kombinasi energi untuk menyediakan daya yang dibutuhkan. Kita dapat membagi
teknologi dalam proses pengelasan menjadi dua kelompok besar: Fusion Welding
dan Solid State Welding.
2. 2. 1 Fusion Welding
Proses fusion welding menggunakan panas untuk mencairkan benda kerja.
Pada beberapa fusion welding, bahan tambah (filler) diberikan pada cairan las
untuk memfasilitasi proses pengelasan dan memberikan kekuatan pada
sambungan las. Di sisi lain, ada fusion welding yang tidak menggunakan bahan
tambah. Fusion welding tanpa bahan tambah tersebut dikenal sebagai las autogen
(autogenous weld). Fusion welding dibagi menjadi lima kelompok: Arc Welding
(AW), Resistance Welding (RW), Oxyfuel gas Welding (OFW), Beam Welding
dan, Other fusion welding processes.
A. Arc Welding (AW)
Arc welding (AW) adalah proses Fusion Welding di mana peleburan
logam dicapai oleh panas busur listrik antara elektroda dan batang logam.
Beberapa arc welding juga diikuti oleh penekanan selama proses dan umumnya
membutuhkan logam pengisi.
Dasar proses Arc Welding ditunjukkan pada Gambar 30.1. Busur listrik
adalah pelepasan arus listrik melintasi celah di sirkuit. Hal ini didukung oleh
adanya kolom gas terionisasi termal (disebut plasma) melalui arus yang mengalir.
Untuk menyalakan busur dalam proses AW, elektroda dihubungkan dengan
batang logam dan kemudian dengan cepat dipisahkan dengan jarak tertentu.
Energi listrik dari busur yang terbentuk menghasilkan suhu 5500 0C (10.000 0F)
atau lebih tinggi, cukup panas untuk melelehkan logam apa pun.

3|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


Gambar 1. Dasar-dasar susunan dan rangkaian listrik Arc Welding
Jenis-Jenis Arc Welding dibagi menjadi dua bagian yaitu: Consumable
Electrodss Arc Welding dan Nonconsumable Electrode Arc Welding.
- Consumable Electrodes Arc Welding
Yang termasuk golongan Consumable Electrodes Arc Welding adalah:
a. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
SMAW adalah singkatan dari shielded metal arc welding. Pengelasan jenis
ini menggunakan stick logam (filler) yang dilapisi dengan flux. Stick logam
berlapis flux tersebut dikenal dengan istilah elektroda. Prinsip kerja SMAW yaitu
elektroda yang teraliri listrik digesekkan atau disentuhkan sesaat pada benda kerja.
Gesekan sesaat menimbulkan nyala busur yang digunakan untuk mencairkan
benda kerja. Pada proses ini menggunakan elektoda (stick) dengan panjang 9–18
inch (230 460 mm) dan diameter 3/32–3/8 inch (2,5–9,5 mm). Logam pengisi
yang digunakan dalam batang harus sesuai dengan logam yang akan dilas,
komposisi biasanya sangat dekat dengan logam dasar. Lapisan ini terdiri dari
bubuk selulosa (yaitu, kapas dan bubuk kayu) yang dicampur dengan oksida,
karbonat, dan bahan lainnya, yang disatukan oleh pengikat silika. Serbuk logam
juga kadang-kadang termasuk dalam lapisan untuk meningkatkan jumlah logam
pengisi dan menambah elemen paduan. Arus biasanya digunakan dalam rentang
SMAW antara 30 dan 300 A pada tegangan dari 15 hingga 45 V. Pemilihan
parameter daya yang tepat tergantung pada logam yang dilas, jenis dan panjang
elektroda, dan kedalaman penetrasi las yang diperlukan. Aplikasi umum dari
SMAW adalah pada konstruksi, jaringan pipa, struktur permesinan, pembuatan
kapal, fabrikasi bengkel, dan perbaikan.

Gambar 2. Shielded metal arc welding (SMAW)


b. Gas Metal Arc Welding (GMAW)
Gas metal arc welding merupakan jenis pengelasan yang menggunakan
gas sebagai pelindung cairan logam las. Selain itu, GMAW juga termasuk dalam
jenis pengelasan dengan elektroda yang dikonsumsi. Diameter kawat mulai dari
0,8 hingga 6,5 mm (1 / 32–1 / 4 inci) digunakan dalam GMAW, ukuran
tergantung pada ketebalan bagian yang disambung dan tingkat deposisi yang
diinginkan. Gas yang digunakan untuk melindungi termasuk gas inert seperti
argon dan helium, dan gas aktif seperti karbon dioksida. Pemilihan gas (dan

4|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


campuran gas) tergantung pada logam yang dilas, serta faktor lainnya. Gas inert
digunakan untuk pengelasan paduan aluminium dan baja tahan karat, sedangkan
CO2 umumnya digunakan untuk pengelasan baja karbon rendah dan menengah.
Proses GMAW ideal untuk membuat beberapa pengelasan pada sambungan yang
sama. GMAW banyak digunakan dalam operasi fabrikasi di pabrik-pabrik untuk
pengelasan berbagai logam besi dan nonferrous.

Gambar 3. Gas metal arc welding (GMAW)


c. Flux-Cored Arc Welding (FCAW)
FCAW merupakan pengelasan di mana elektroda yang digunakan adalah
elektroda yang dikonsumsi. Elektroda tersebut berbentuk seperti pipa di mana
rongga elektroda itu berisi flux dan campuran lainnya. Campuran lain yang
digunakan bisa berupa deoxidizers dan elemen paduan. Elektroda pada FCAW
bersifat kontinu karena disuplai dari lilitan elektroda (mirip dengan GMAW).
FCAW terdiri dari dua versi, yaitu self shielded dan gas shielded. Versi
pertama self shielded yaitu pengelasan dengan pelindung las yang berasal dari flux
pada inti elektroda, sehingga diberi nama self shielded flux-cored arc welding. Inti
dari elektroda tersebut bukan hanya flux tetapi juga campuran lain yang
menghasilkan gas pelindung las. Versi pertama ini mirip dengan SMAW.
Selanjutnya versi kedua yaitu gas shielded. Gas shielded merupakan pengelasan
yang secara primer digunakan untuk mengelas baja. Pelindung las yang digunakan
pada versi ini yaitu gas yang disuplai dari luar. Oleh karena itu, versi kedua paling
mirip dengan GMAW. Versi kedua dapat disebut dengan gas shielded flux-cored
arc welding. Gas pelindung yang biasanya digunakan adalah karbon dioksida
untuk baja ringan atau campuran argon dan karbon dioksida untuk baja tahan
karat. FCAW memiliki kelebihan yang mirip dengan GMAW, karena pemberian
elektroda secara terus menerus. Hal ini digunakan terutama untuk pengelasan baja
dan baja tahan karat atas berbagai ketebalan stok yang luas. Hal ini dicatat karena
kemampuannya untuk menghasilkan sambungan las berkualitas tinggi yang halus
dan seragam.

Gambar 4. Flux-cored arc welding (FCAW)

5|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


d. Electrogas Welding (EGW)
Electrogas welding (EGW) adalah proses pengelasan busur yang
menggunakan elektroda terkonsumsi kontinu dan menggunakan molding shoes
untuk menahan cairan las. EGW secara primer digunakan untuk mengelas
sambungan butt (butt joint) dalam satu kali jalan (single pass) secara vertikal.
Selain tergolong dalam pengelasan busur dengan elektroda terkonsumsi, EGW
juga dapat digolongkan dalam proses pengelasan dengan mesin. Hal itu karena
EGW memerlukan peralatan khusus dan bersifat otomatis. Electrogas welding
menggunakan kawat elektroda dengan inti flux (seperti FCAW) atau bisa juga
menggunakan kawat elektroda tanpa flux namun dengan suplai gas pelindung
(seperti GMAW). EGW juga menggunakan molding shoes yang mencegah cairan
las lari keluar. Molding shoes berperan mirip sebagai rongga cetakan. Molding
shoes dilengkapi dengan penggerak mekanis supaya dapat berpindah mengikuti
pergerakan las. Di samping itu molding shoes juga dilengkapi dengan air
pendingin untuk mencegah molding tersebut menempel pada las. Aplikasi utama
pengelasan elektrogas adalah baja (karbon rendah dan menengah, alloy rendah,
dan baja tahan karat tertentu) dalam pembangunan tangki penyimpanan besar dan
dalam pembuatan kapal. Ketebalan stok dari 12 hingga 75 mm (0,5-3,0 in) berada
dalam kapasitas EGW.

Gambar 5. Electrogas welding (EGW)


e. Submerged Arc Welding (SAW)
Submerged arc welding (SAW) adalah proses pengelasan yang
menggunakan elektroda terkonsumsi secara kontinu dan menggunakan pelindung
las yang disediakan oleh butir-butir flux. Proses otomatis terjadi pada pemakanan
elektroda yang disuplai oleh lilitan elektroda. Pada proses ini flux dijatuhkan ke
area pengelasan menggunakan bantuan hopper dengan memanfaatkan gaya
gravitasi. Selanjutnya flux tersebut tertimbun secara menyeluruh sehingga
mencegah percikan las, spatter, dan radiasi yang berbahaya. Flux di dekat busur
kemudian cair dan tercampur dengan cairan logam untuk menghilangkan kotoran
serta memadat pada bagian atas sambungan las. Flux yang memadat di atas las
tersebut membentuk slag yang mirip menyerupai kaca. Slag dan sisa flux yang
tidak tercampur melindungi logam las dari atmosfer dengan sangat baik. Selain itu
slag dan flux tersebut juga mengisolasi panas dari area las. Panas yang terisolasi
menyebabkan pendinginan relatif lambat sehingga diperoleh kualitas sambungan
las yang baik (tough dan ductile). Sisa-sisa flux yang tidak tercampur tadi
selanjutnya disedot kembali ke penampungan flux dan dapat dimanfaatkan
kembali. Submerged arc welding secara meluas digunakan pada fabrikasi baja
bentuk-bentuk struktur (seperti I-beam yang dilas); menyambung pipa, tangki, dan

6|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


bejana berdiameter besar (baik sambungan longitudinal maupun circumferential);
dan mengelas komponen mesin-mesin besar. Ketebalan plat yang dapat dilas
sebesar lebih dari 25 mm. Material yang dapat dilas menggunakan SAW antara
lain: baja karbon rendah, baja paduan rendah, dan stainless steel.

Gambar 6. Submerged arc welding (SAW)


- Nonconsumable Electrode Arc Welding
Yang termasuk golongan Nonconsumable Electrodes Arc Welding adalah:
a. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW)
Gas tungsten arc welding merupakan salah satu jenis
pengelasan arc dengan elektroda tidak dikonsumsi. Proses GTAW menggunakan
elektroda tungsten untuk memanaskan benda kerja dan bahan tambah. Bahan
tambah atau filler dibutuhkan, tentu saja karena elektroda yang digunakan tidak
dikonsumsi. GTAW menggunakan gas pelindung yang tidak aktif (inert). Gas
pelindung yang biasa digunakan yaitu argon dan helium. Karena menggunakan
gas inert, GTAW juga dapat disebut sebagai tungsten inert gas (TIG) welding.
Prinsip kerja GTAW bisa dibilang sama dengan prinsip kerja OAW. Di mana
benda kerja dipanaskan terlebih dahulu menggunakan torch. Selanjutnya apabila
dibutuhkan, kita dapat menambahkan bahan tambah atau filler pada cairan las.
Gas tungsten arc welding digunakan untuk mengelas material seperti titanium,
aluminium, dan magnesium.

Gambar 7. Gas tungsten arc welding (GTAW)


b. Plasma Arc Welding (PAW)
Plasma arc welding (PAW) adalah bentuk khusus dari gas tungsten arc
welding (GTAW) di mana busur plasma yang dirapatkan akan diarahkan pada
area las. Dalam PAW, elektroda berbahan tungsten terpasang pada nozzle khusus
yang dirancang supaya dapat memfokuskan aliran kecepatan tinggi dari gas inert
ke dalam wilayah busur agar membentuk aliran busur plasma yang sangat panas
serta berkecepatan tinggi. Gas inert yang digunakan sebagai pelindung busur las
antara lain argon, campuran argon hidrogen, dan helium. Berdasarkan
elektrodanya, PAW tergolong dalam pengelasan dengan elektroda yang tidak
dikonsumsi. Plasma adalah sebuah gas panas terionisasi yang terdiri dari elektron

7|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


dan ion. Suhu pada proses plasma arc welding sangatlah tinggi. Suhunya bisa
lebih dari 17.000°C. Alasan mengapa suhu PAW tinggi (lebih tinggi dari GTAW)
berasal dari busur yang sangat rapat. Walaupun tingkat energi yang digunakan
PAW di bawah GTAW, tingkat energi tersebut sudah sangat pekat untuk
memproduksi sebuah plasma jet berdiameter kecil dan memiliki kerapatan energi
yang sangat tinggi. Aplikasi dari PAW adalah sub-rakitan mobil, lemari besi,
bingkai pintu dan jendela, dan peralatan rumah tangga.

Gambar 8. Plasma arc welding (PAW)


c. Carbon Arc Welding (CAW)
Carbon arc welding (CAW) merupakan proses arc welding yang
menggunakan elektroda karbon (graphite) tak dikonsumsi. CAW merupakan
proses arc welding pertama yang dikembangkan. Akan tetapi saat ini proses CAW
sudah tidak digunakan lagi. Busur karbon dulu digunakan sebagai sumber panas
untuk brazing dan perbaikan besi tuang. Busur karbon juga digunakan untuk
menanamkan bahan pencegah aus pada permukaan benda kerja. Saat ini, elektroda
graphite untuk mengelas telah digantikan oleh tungsten.

Gambar 9. Twin-carbon Arc Welding


d. Stud Welding (SW)
Stud welding (SW) adalah proses las busur yang khusus untuk
menggabungkan stud atau komponen mirip lain dengan benda dasar. Pelindung
las pada stud welding adalah ceramic ferrule. Stud sendiri dicekam
pada gun khusus yang memiliki kontrol waktu otomatis dan parameter daya pada
tiap-tiap tahap. Anda hanya perlu memosisikan gun pada lokasi yang benar
terhadap benda dasar di mana stud akan dipasang dan selanjutnya tarik
pelatuk gun tersebut. Stud welding digunakan untuk memasang pengikat ulir pada
pegangan alat masak, memasang sirip pada mesin, dan perakitan-perakitan mirip
lainnya.

8|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


Gambar 10. Stud Welding (SW)
B. Resistance welding (RW)
Resistance welding (RW) adalah kelompok proses pengelasan yang
menggunakan sebuah kombinasi panas dan tekanan untuk menggabungkan benda
kerja. Panas tersebut dihasilkan dari hambatan listrik pada daerah pertemuan yang
akan dilas. Yang termasuk golongan RW adalah:

Gambar 11. Resistance Welding (RW)


a. Resistance spot welding (RSW)
Resistance spot welding (RSW) adalah proses resistance welding di mana
penyambungan benda kerjanya menggunakan jenis sambungan lap joint dengan
las berupa titik. Las berupa titik tersebut dihasilkan dari dua buah elektroda yang
saling berlawanan. Ujung elektroda pada RSW memengaruhi ukuran dan bentuk
titik las. Bentuk elektroda yang paling sering dijumpai adalah lingkaran. Namun
ada pula beberapa bentuk yang dapat digunakan seperti segi enam, segi empat, dll.
Material elektroda yang digunakan pada RSW dibagi dalam dua kelompok yaitu:
(1) paduan tembaga dan (2) kombinasi logam tahan panas seperti tembaga dengan
tungsten. Resistance spot welding digunakan untuk menyambung benda kerja
dengan ketebalan 3 mm atau lebih tipis lagi. Resistance spot welding sering
dijumpai pada industri pembuatan mobil.

9|Teknologi Dalam Proses Pengelasan


Gambar 12. Resistance spot welding (RSW)
b. Resistance Seam Welding (RSEW)
Resistance seam welding adalah pengelasan dengan elektroda berbentuk
roda yang berputar sehingga menghasilkan las yang panjang, sepanjang
sambungan pada benda kerja. Jenis sambungan yang digunakan pada proses
RSEW adalah lap joint. Secara teknis RSEW mirip dengan resistance spot
welding (resistance spot welding menggunakan elektroda berbentuk stick).
Pengelasan dengan RSEW memerlukan pengikatan/penguncian benda kerja pada
posisinya supaya mengurangi distorsi. Pada resistance seam welding terdapat dua
jenis metode pengelasan. Berikut kedua metode pengelasan tersebut:
 Metode pengelasan dengan gerakan kontinu, metode ini dilakukan dengan
putaran roda elektroda yang kontinu dan berkecepatan konstan. Selama
roda elektroda bergerak, arus listrik dialirkan pada roda tersebut. Variasi
pemberian aliran arus listrik yang diberikan terbagi dalam tiga jenis yaitu:
pemberian arus listrik dengan frekuensi pemberhentian normal, pemberian
arus listrik dengan frekuensi pemberhentian agak lama, dan pemberian
arus listrik secara kontinu serta konstan (tanpa pemberhentian). Variasi
aliran arus listrik tersebut menghasilkan sambungan yang berbeda-beda.
Frekuensi pemberhentian normal menghasilkan overlapping weld spot
(dikenal dengan sambungan konvensional). Frekuensi pemberhentian agak
lama menghasilkan las titik yang individual (prosesnya dikenal dengan
istilah roll spot welding). Dan pemberian arus listrik secara kontinu serta
konstan menghasilkan sambungan yang kontinu.
 Metode pengelasan dengan gerakan intermiten, metode ini dilakukan
dengan putaran roda elektroda yang secara periodik berhenti untuk
membuat las titik.
Resistance seam welding mampu memproduksi sambungan yang kedap udara.
Oleh karena itu di dunia industri RSEW sering digunakan untuk membuat tangki
bahan bakar dan kontainer dari sheet metal.

10 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
Gambar 13. Resistance Seam Welding (RSEW)

Gambar 14. Jenis-jenis sambungan yang dihasilkan RSEW


c. Resistance Projection Welding (RPW)
Resistance projection welding merupakan proses pengelasan di mana
penggabungan terjadi pada satu atau lebih titik kontak kecil yang berada pada
komponen atau benda kerja. Titik kontak tersebut diperoleh dari rancangan benda
kerja yang akan dilas dan bisa terdiri dari tonjolan (projection), timbulan, atau
perpotongan lokal pada benda kerja. Konsep pengelasan ini termasuk murah. Ada
beberapa variasi dari resistance projection welding. Salah satu variasi tersebut
adalah cross-wire welding. Cross-wire welding biasanya digunakan untuk
membuat pagar kawat, jaring-jaring kawat, dan alat pemanggang.

Gambar 15. Resistance projection welding (RPW)


d. Flash Welding (FW)
Flash welding merupakan proses pengelasan di mana benda kerja
disambung secara butt joint. Kedua permukaan benda kerja yang akan disambung
didekatkan (belum sampai menempel), selanjutnya arus listrik diberikan kepada
kedua benda kerja tersebut. Karena masih ada celah antara kedua benda kerja,
maka terjadi hambatan pada aliran arus listrik tersebut. Aliran arus listrik yang
terhambat akan meningkatkan suhu benda kerja hingga titik cair. Selanjutnya
kedua permukaan benda kerja yang panas/cair tersebut ditempelkan dan ditekan

11 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
bersamaan sehingga terjadi penyambungan. Proses ini bernama flash welding
karena pada saat terjadi pemanasan akibat hambatan arus listrik, beberapa busur
(arc) terbentuk. Terbentuknya busur disebut sebagai flashing. Karena terjadi
busur, terkadang flash welding juga diklasifikasikan ke dalam kelompok arc
welding. Flash welding digunakan antara lain untuk menyambung baja strip pada
proses rolling-mill, menyambung kawat pada proses drawing, dan menyambung
benda-benda berbentuk pipa.

Gambar 16. Flash Welding (FW)


e. High-Frequency Resistance Welding (HFRW)
High-frequency resistance welding (HFRW) adalah proses resistance
welding yang menggunakan arus listrik berfrekuensi tinggi untuk memanaskan
benda kerja. Pemanasan benda kerja diikuti dengan gaya penekanan untuk
menggabungkan benda kerja. Frekuensi yang digunakan antara 10 hingga 500
kHz. High-frequency resistance welding biasanya digunakan untuk menyambung
pipa secara longitudinal.

Gambar 17. High-frequency resistance welding (HFRW)


C. Oxyfuel Gas Welding (OFW)
Merupakan kelompok pengelasan yang menggunakan bahan bakar gas
untuk membuat nyala api. Nyala api tersebut digunakan untuk mencairkan benda
kerja dan bahan tambah. Ada dua jenis teknologi OFW yaitu:
a. Oxyacetylene Welding (OAW)
Las oxyacetylene merupakan proses pengelasan dengan nyala api
temperatur tinggi dari pembakaran gas acetylene dan oksigen. Nyala api diarahkan
pada benda kerja menggunakan torch. Setelah benda kerja mulai cair, dapat
dilakukan penambahan material dengan bahan tambah (filler). Pemberian bahan
tambah cukup dilakukan sesuai kebutuhan. OAW menggunakan tiga macam nyala
api. Tiga macam nyala api tersebut antara lain, nyala api netral, nyala api oksidasi,
dan nyala api karburasi (reduksi).

12 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
Gambar 18. Oxyacetylene Welding (OAW). (a) Nyala Api Netral. (b) Nyala Api
Oksidasi. (c) Nyala Api Karburasi. (d) Prinsip OAW
a. Nyala api netral menggunakan perbandingan acetylene dan oksigen
sebesar 1:1. Nyala api ini digunakan untuk mengelas baja.
b. Nyala api oksidasi menggunakan oksigen yang lebih banyak/dominan
daripada acetylene. Nyala api ini digunakan untuk mengelas tembaga dan
tembaga paduan.
c. Nyala api karburasi menggunakan acetylene yang lebih banyak/dominan
daripada oksigen. Nyala api ini digunakan untuk brazing,
soldering, dan flame-hardening.
d. Pressure Gas Welding (PGW)
Pressure gas welding (PGW) merupakan jenis pengelasan nyala api oxy
fuel yang spesial. Hal yang membuat pengelasan ini spesial adalah proses
pengelasannya tanpa menggunakan logam filler seperti pada jenis pengelasan
nyala api lainnya. Pressure gas welding melakukan penggabungan dengan
memanaskan kedua permukaan benda kerja yang ingin disambung. Setelah panas,
benda kerja disatukan dengan menerapkan tekanan (pressure) yang cukup. Bahan
bakar gas yang digunakan pada PGW biasanya adalah acetylene.

Gambar 19. Pressure gas welding (PGW)


D. Beam Welding
Merupakan kelompok pengelasan yang menggunakan sinar untuk
mencairkan benda kerja. Beam welding terdiri dari dua jenis, yaitu: electron beam
welding (EBW) dan laser beam welding (LBW).

13 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
a. Electron Beam Welding (EBW)
Electron beam welding adalah proses pengelasan di mana panas untuk
mengelas dihasilkan dari electron berintensitas tinggi yang difokuskan dan
diarahkan pada benda kerja. Electron beam gun bekerja pada tegangan tinggi
untuk mengakselerasikan electron dan menggunakan arus beam yang rendah.
Daya yang digunakan pada EBW tidak besar, tetapi memiliki kerapatan yang
tinggi. Kerapatan tinggi tersebut diperoleh dari pemfokusan electron beam
menjadi luasan sangat kecil pada permukaan benda kerja.

Gambar 20. Electron Beam Welding

Pada awal pengembangannya electron beam welding dilakukan pada ruang


hampa. Akan tetapi saat ini EBW telah dikembangkan untuk proses pengerjaan di
ruang yang tidak hampa. Sehingga EBW dapat dibedakan menjadi:

 High-vacuum welding (EBW-HV), di mana pengelasan dilakukan pada


ruang hampa dengan tingkat hampa yang sama seperti pada ruang
pembangkitan beam (pengelasan dilakukan satu ruang dengan
pembangkitan beam).
 Medium-vacuum welding (EBW-MV), di mana pengerjaan dilakukan
pada ruang yang terpisah dengan ruang pembangkitan beam dan memiliki
tingkat hampa yang sedang.
 Non-vacuum welding (EBW-NV), di mana pengelasan dilakukan pada
tekanan atmosfer atau mendekati tekanan atmosfer.
Electron beam welding dapat digunakan untuk mengelas banyak logam, bahkan
logam-logam keras yang susah dilas dengan arc welding. Ukuran benda kerja
yang dapat dilas dengan EBW berkisar antara benda setipis kertas hingga plat
yang tebal. EBW banyak diterapkan di bidang otomotif, aerospace, dan industri
nuklir.
b. Laser beam welding (LBW)
Laser beam welding (LBW) adalah proses pengelasan di mana
penggabungan diperoleh dari energi yang terkonsentrasi tinggi, sorotan cahaya
sederap difokuskan pada sambungan benda kerja. Istilah laser merupakan akronim
dari light amplification by stimulated emission of radiation. Laser beam welding
umumnya dioperasikan dengan gas pelindung untuk mencegah oksidasi. Gas
pelindung yang digunakan contohnya adalah helium, argon, nitrogen, dan karbon
dioksida. Pada LBW bahan tambah atau filler biasanya tidak diberikan. Mirip
dengan electron beam welding, laser beam welding menghasilkan las berkualitas
baik, memiliki penetrasi yang baik, dan menghasilkan heat-affected zone yang

14 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
sempit. Selain memiliki kelebihan yang sama dengan electron beam welding, laser
beam welding memiliki kelebihan lain yang tidak dimiliki oleh electron beam
welding. Kelebihan laser beam welding tersebut antara lain: tidak memerlukan
ruang hampa, tidak memancarkan x-ray, dan dapat difokuskan serta diarahkan
dengan lensa optik dan cermin. Meskipun sama-sama memiliki penetrasi yang
baik, penetrasi laser beam welding kurang begitu dalam dibanding electron beam
welding. Kedalaman yang dapat dicapai oleh laser beam welding sekitar 19 mm,
sedangkan pada electron beam welding sekitar 50 mm. Laser beam welding
digunakan untuk mengelas komponen-komponen yang kecil.

Gambar 21. Laser Beam Welding


E. Other fusion welding processes
Merupakan kelompok pengelasan yang memiliki teknologi yang unik (lain
dengan empat kelompok di atas). Kelompok ini terdiri dari dua jenis pengelasan,
yaitu: electroslag welding (ESW) dan thermit welding (TW).
a. Electroslag welding (ESW)
Electroslag welding (ESW) secara prinsip dan aplikasi mirip dengan
electrogas welding (EGW), di mana pengelasan dilakukan secara vertikal ke atas
dengan satu kali jalan (single pass). Sama halnya dengan EGW, ESW digunakan
untuk mengelas sambungan butt secara otomatis dengan bantuan mesin.
Perbedaan utama ESW dengan EGW yaitu proses ESW diawali dengan
pembentukan busur (arc) antara ujung elektroda dan bagian bawah benda kerja
yang akan dilas. Setelah busur terbentuk, flux ditambahkan dan mencair akibat
panas dari busur. Setelah cairan slag mencapai ujung dari elektroda, busur tadi
menjadi padam. Selanjutnya panas secara kontinu diproduksi oleh hambatan
listrik dari cairan slag. Pada electroslag welding, busur hanya digunakan ketika
awal pengelasan saja (setelah itu padam). Karena busur yang padam, ESW pada
hakikatnya bukan merupakan proses pengelasan busur (arc welding). Electroslag
welding mampu digunakan untuk mengelas benda kerja dengan ketebalan 50 mm
sampai lebih dari 900 mm dalam satu kali jalan. Arus listrik yang digunakan
sekitar 600 A. Semakin tebal benda kerja yang ingin dilas, maka semakin besar
arus listrik yang digunakan. ESW dapat anda jumpai pada proses pengelasan
struktur baja berpenampang besar seperti jembatan, kapal, tabung reaktor nuklir,
tangki minyak, dan mesin-mesin berat.

15 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
Gambar 22. Electroslag welding (ESW)
b. Thermit Welding (TW)
Thermit welding (TW) adalah proses pengelasan di mana panas untuk
penggabungan dihasilkan dari logam cair yang berasal dari reaksi kimia Thermit.
Thermit merupakan merk dagang dari thermite, yakni sebuah campuran serbuk
aluminium dan besi oksida yang bisa menghasilkan reaksi exothermic ketika
dibakar. Bahan tambah atau filler pada pengelasan ini berupa logam cair. Logam
cair tersebut dituang pada sambungan yang telah dilengkapi dengan cetakan.
Proses penggabungan ini lebih mirip dengan pengecoran. Thermit
welding digunakan untuk menyambung rel kereta dan memperbaiki keretakan
pada baja tuang berukuran besar.

Gambar 23. Thermit Welding (TW)

2. 2. 2 Solid State Welding


Solid state welding merupakan proses pengelasan di mana penggabungan
diperoleh dari penerapan tekanan pada benda kerja atau kombinasi antara
penerapan panas dan tekanan pada benda kerja. Jika panas digunakan untuk
mengelas, suhu yang digunakan di bawah suhu cair logam yang akan dilas. Solid
state welding tidak menggunakan bahan tambah. Pengelasan ini dibagi dalam
beberapa jenis:
A. Forge Welding
Forge welding adalah proses pengelasan di mana benda kerja yang akan
disambung dipanaskan menuju temperatur kerja lalu ditempa bersamaan dengan
menggunakan palu. Keterampilan yang baik sangat dibutuhkan oleh pandai besi
supaya bisa memperoleh las yang baik sesuai standar yang ada sekarang. Saat ini
penggunaan forge welding sangatlah kecil dan kurang berarti dibandingkan
dengan proses solid-state welding lainnya.

Gambar 24. Forge Welding


B. Cold Welding (CW)

16 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
Cold welding (CW) adalah proses pengelasan solid-state yang dilakukan
dengan memberikan tekanan tinggi diantara dua permukaan benda kerja yang
saling kontak (yang akan disambung). Tekanan tinggi proses CW dilakukan pada
suhu ruang. Kedua permukaan benda kerja yang akan ditempelkan juga harus
bersih. Ketika tekanan diberikan, tekanan tersebut mereduksi ketebalan benda
kerja hingga 50%. Di samping itu, tekanan tersebut juga menyebabkan deformasi
plastis lokal. Deformasi dapat meningkatkan suhu benda kerja dan menghasilkan
sambungan pada permukaan kontak. Pada cold welding, salah satu benda kerja
yang akan disambung harus bersifat sangat ductile dan dapat di-hardening.
Meskipun cukup salah satu saja benda kerja yang bersifat ductile, tapi pada
praktiknya kedua benda kerja dengan sifat ductile lebih disukai. Logam yang
dapat disambung dengan cold welding antara lain seperti aluminium lunak dan
tembaga lunak.

Gambar 25. Cold Welding


Equipment
C. Roll Welding
Roll welding (ROW) adalah salah satu jenis pengelasan solid-state di mana
tekanan yang digunakan untuk penggabungan berasal dari dua buah roll atau
lebih. Ketika benda kerja di-roll, anda bisa menggunakan panas dari luar maupun
tidak menggunakan panas dari luar. Jika tidak ada panas dari luar yang diberikan,
prosesnya disebut cold-roll welding. Sedangkan bila panas diberikan, prosesnya
disebut hot-roll welding. Oleh karena itu roll welding merupakan variasi
dari forge welding maupun cold welding. Roll welding dapat digunakan untuk
menyaluti stainless steel pada baja lunak, menyaluti stainless steel pada baja
paduan rendah (untuk mencegah karat), membuat bimetal untuk mengukur suhu,
dan lain-lain.

Gambar 26. Roll welding (ROW)


D. Hot Pressure Welding (HPW)
Hot pressure welding merupakan variasi lain dari forge welding. Pada hot
pressure welding, penggabungan terjadi karena pemberian panas dan tekanan
yang pas sehingga terjadi deformasi yang sesuai pada benda kerja. Deformasi itu
akan mengganggu lapisan oksida sehingga membiarkan logam bersih untuk
membuat sebuah sambungan yang baik antara dua benda kerja. Proses hot
pressure welding biasanya dilakukan dalam sebuah ruang vakum. Hot pressure
welding secara prinsip digunakan di bidang aerospace.

17 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
Gambar 27. Proses Hot Pressure Welding
E. Diffusion Welding (DFW)
Diffusion welding (DFW) adalah proses pengelasan solid-state yang
dihasilkan dari pemberian panas dan tekanan supaya terjadi difusi serta
penggabungan. Proses tersebut biasanya dilakukan dengan atmosfer yang
terkontrol dan waktu yang tepat untuk membiarkan difusi serta penggabungan
terjadi. Temperatur yang digunakan sebaiknya di bawah titik cair dari logam
benda kerja dan deformasi plastis yang terjadi pada permukaan benda kerja
sebaiknya minimal. Mekanisme penggabungan pada diffusion welding terjadi
dalam bentuk padat, di mana atom berpindah dan saling menyeberang di antara
dua permukaan benda kerja yang saling kontak. Pengelasan ini terkadang
menggunakan lapisan bahan tambah yang diletakkan di antara dua benda kerja
yang akan disambung (seperti roti isi). Diffusion welding digunakan untuk
menggabungkan logam-logam berkekuatan tinggi dan tahan api di industri
pesawat terbang dan nuklir. Pada beberapa aplikasi, proses pengelasannya atau
difusinya dapat berlangsung lama (lebih dari satu jam).

Gambar 28. Diffusion Welding


F. Explosion Welding (EXW)
Explosion welding (EXW) adalah jenis pengelasan solid-state di mana
terjadi penggabungan cepat pada dua permukaan logam yang disebabkan oleh
energi ledakan bahan peledak. EXW tidak menggunakan bahan tambah (filler
metal). Proses EXW tidak menggunakan panas dari luar. Pada proses ini, tidak
ada difusi yang terjadi. Waktu penggabungan terlalu pendek untuk terjadi difusi.
Ikatan yang terjadi pada EXW berupa ikatan secara metalurgi. Dalam banyak
kasus, explosion welding juga dikombinasikan dengan sambungan mekanis yang
dihasilkan dari permukaan benda kerja yang bergelombang. Explosion welding
secara umum digunakan untuk menyambung dua buah logam yang berbeda.
Sebagai contoh untuk melapisi logam induk dengan logam tahan karat. Explosion
welding biasanya digunakan di industri kimia dan migas.

18 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
Gambar 29. Explosion Welding
G. Friction Welding (FRW)
Friction welding adalah proses pengelasan solid-state di mana
penggabungan diperoleh dari kombinasi panas akibat gesekan dan tekanan.
Gesekan biasanya terjadi pada dua permukaan benda kerja yang berputar relatif
satu dengan yang lain untuk meningkatkan suhu kedua permukaan benda kerja
tersebut. Suhu yang dicapai biasanya berkisar antara suhu pengerjaan panas.
Kedua benda kerja selanjutnya didekatkan dengan gaya yang pas untuk
membentuk ikatan secara metalurgi. Friction welding normalnya tidak
menggunakan bahan tambah (filler). Pengelasan ini juga tidak memerlukan flux.
Selain itu FRW juga tidak menggunakan gas pelindung (shielding gas) serta tidak
terjadi pencairan benda kerja. Karena memerlukan putaran untuk menghasilkan
panas, mesin friction welding didesain mirip dengan mesin bubut. Mesin friction
welding memerlukan spindle yang bertenaga untuk memutar salah satu benda
kerja pada kecepatan tinggi. Mesin ini juga harus bisa menggeser benda kerja
secara aksial baik pada chuck yang berputar maupun pada chuck yang tidak
berputar. Friction welding biasanya digunakan untuk mengelas bermacam-macam
poros dan komponen tubular. Friction welding dapat dijumpai di bidang otomotif,
pesawat terbang, peralatan pertanian, dan migas.

Gambar 30. Friction Welding (FRW)


H. Friction Stir Welding (FSW)
Friction stir welding (FSW) adalah proses pengelasan solid-state di mana
sebuah tool yang berputar dimakankan sepanjang garis sambungan antara dua
benda kerja. Tool yang berputar dan dimakankan pada garis sambungan tersebut
menghasilkan panas serta secara mekanis menggerakkan (stirring; bentuk dasar:
stir, sehingga diberi nama friction stir welding) logam untuk membentuk
sambungan las. Perbedaan friction stir welding dengan friction welding adalah
pada friction stir welding panas gesekan dihasilkan oleh tool tahan aus, sedangkan
pada friction welding berasal dari benda kerja yang akan disambung itu sendiri.

19 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
Shoulder dan probe merupakan komponen atau bagian dari tool. Shoulder
berfungsi untuk menggesek benda kerja supaya menjadi panas dan memaksa
logam yang sudah menjadi plastis untuk mengalir di sekitar probe. Probe
dirancang dengan bentuk yang khusus. Probe digunakan untuk mengaduk logam
secara mekanis sepanjang permukaan ujung (butt). Friction stir welding
digunakan di bidang aerospace, otomotif, kereta, dan perkapalan. Jenis
sambungan yang digunakan adalah butt joint. Logam yang dapat dilas dengan
FSW antara lain: aluminium, baja (steel), titanium, dan tembaga. Selain logam
ada material lain yang dapat dilas dengan FSW yakni polimer dan komposit.

Gambar 31. Friction stir welding (FSW)


I. Ultrasonic Welding (USW)
Ultrasonic welding (USW) adalah jenis pengelasan solid-state di mana dua
benda kerja ditahan/dijepit bersamaan dan diberi getaran berfrekuensi ultrasonic
supaya terjadi penggabungan. Gerak dari getaran melewati celah antara dua benda
kerja yang dijepit secara lap joint. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya kontak
dan ikatan metalurgi yang kuat antara kedua permukaan benda kerja. Panas pada
proses USW dihasilkan dari gesekan antar permukaan benda kerja dan deformasi
plastis. Suhu panas tersebut berada di bawah titik cair benda kerja. Ultrasonic
welding tidak memerlukan bahan tambah (filler). Flux juga tidak digunakan pada
USW. Proses pengelasan ini juga tidak memerlukan gas pelindung. Proses
ultrasonic welding secara khas menggunakan sambungan lap (lap joint). Frekuensi
yang digunakan adalah 15 sampai 75 kHz, dengan amplitudo 0,018 sampai 0,13
mm. Ultrasonic welding secara umum digunakan untuk logam-logam lunak
seperti tembaga dan aluminium. Ultrasonic welding sering digunakan untuk
merakit lembaran aluminium dan pekerjaan perakitan kecil lainnya.

Gambar 32. Ultrasonic welding (USW)

20 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
BAB III
PENUTUP
3. 1 Simpulan
Proses pengelasan cukup penting dalam dunia industri, terutama industri
manufaktur. Melihat kebutuhan industri yang sangat penting terhadap
pengetahuan seorang welder akan teknologi pengelasan, seorang insinyur dan
welder dituntut mengetahui berbagai macam teknologi pengelasan tersebut.
Teknologi pengelasan yang digunakan untuk mengelas dua atau lebih benda kerja
sangat beragam tergantung pada aplikasi dari masing-masing teknologi
pengelasan. Teknologi pengelasan yang sudah disebutkan merupakan metode
yang efektif sesuai literatur. Proses dan metode pengelasan menjadi penting saat
pengerjaan karena berpengaruh terhadap kualitas produk, efesiensi waktu, biaya,
dan keselamatan, kesehatan kerja (K3) seorang welder.
Oleh karena itu, pengetahuan tentang teknologi dalam proses pengelasan
perlu ditingkatkan agar tercipta waktu kerja yang efektif, dan efisien demi
meningkatkan produktivitas kerja perusahaan. Selain itu, pengetahuan tentang
teknologi dalam proses pengelasan mampu memberi gambaran kepada seorang
welder untuk melakukan proses pengerjaan pengelasan secara aman untuk diri
sendiri dan orang lain.
3. 2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa materi dari
makalah ini belum sempurna dan masih perlu perbaikan mengenai tata tulis.
Karena hal tersebut, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pihak lain atau pembaca yang dapat digunakan untuk
menyempurnakan makalah selanjutnya. Dari materi yang sudah disampaikan,
alangkah baiknya apabila kita terus mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi ditengah tengah majunya perkembangan industri, khususnya mahasiswa
agar lebih memahami langkah–langkah dalam mengoprasikan dan menciptakan
teknologi baru yang berkaitan dengan pengelasan.

21 | T e k n o l o g i D a l a m P r o s e s P e n g e l a s a n
DAFTAR PUSTAKA
Manufaktur, Teknologi, Welding,
http://teknikmesinmanufaktur.blogspot.co.id/search/label/Welding, diakses 27
Mei 2018
Groover, Mikell P., 2010, Fundamentals of modern manufacturing: materials,
processes and systems, 4th edition, Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
Dwi Djamiko, Riswan, 2008, Modul Teori Pengelasan Logam, Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta

v|Teknologi Dalam Proses Pengelasan

Anda mungkin juga menyukai