Oleh :
Kelompok : 04
Assisten : M. Arofah
3.1. Soal
3.2. Jawaban
BAB IV PENGOLAHAN DATA
4.1. Data hasil pengujian
4.2. pengolahan data
BAB V ANALISIS DAN KESIMPULAN
5.1. Analisis
5.2. Kesimpulan
BAB VI SARAN
6.1. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DASAR TEORI
Uji puntir pada suatu spesimen di lakukan untuk menentukan keplastisan suatu material.
Spesimen yang digunakan pada pengujian puntir adalah batang dengan penampang lingkaran
karena bentuk penampang paling sederhana , sehingga mudah di ukur. Sepesimen tersebut
hanya di kenai beban puntiran pada salah satu ujungnya karena dua pembebanan akan
memberikan ketidak konstanan sudut puntir yang di peroleh dari pengukuran.
overall legth
plain end
𝑇. 𝑟
……………………..Pers.2.1
𝜏
𝐽
𝑟. 𝜗
………….……………Pers.
𝛾= 2.2
𝐿
Sedangkan momen inersia(J) pada keadaan maksimum silinder adalah sebagai berikut :
𝜋. 𝐷4
……….……………….Pers. 2.3
𝐽=
32
Keterangan :
r : Jari-jari spesimen
J : momen inersia
Pengukuran yang dilakukan pada uji puntir adalah momen puntir dan sudut puntir.
Pengukuran ini kemudian di konversikan menjadi sebuah grafik momen puntir terhadap sudut
puntir (dalam putaran). Namun , pada daerah plastis hubungan antara momen puntir dengan
sudut puntir tidak linier lagi, sehingga di perlukan rumus yang berbeda pula untuk mencari
tegangan geser, berikut ini grafik momen puntir terhadap sudut puntir :
C
Momen puntir
A B
Mmax
MT
Gambar 2.2. Grafik momen puntir terhadap sudut puntir persatuan panjang
Momen puntir
Ordinat
1
..........................................................Pers.
τa = 2.π.a3 . (BC + 3CD). 2.4
Sedangkan untuk mencari renggangan geser(𝛾), keduanya harus memiliki rumus yang sama,
yaitu :
………………………....Pers.
𝛾 = 𝜃. 𝑅 2.5
Keterangan :
R: Jari-jari sepesimen
Pada criteria Tresca, spesimen mengalami luluh bila tegangan geser maksimum
mencapai harga tegangan geser dalam uji tarik unaxial :
𝜎 =…………………Pers.
2. 𝑟 2.6
𝛾
𝑒 = …………..Pers. 2.7
2
Sedangkan pada von nises, spesimen yang mengalami luluh bila invariant kedua
deviator tegangan melampaui harga kritis tertentu.
𝜎 = √3. 𝜏
……………..Pers. 2.8
𝛾
𝜎 = ……………Pers. 2.9
√3
Keterangan :
𝜏 𝑇. 𝐿
𝐺= = ………………………………………pers. 2.10
𝛾 𝐽. 𝜃
Keterangan :
𝜏 : tegangan geser
𝛾 : renggangan geser
T : momen lentur
L : panjang spesimen
J : momen inersia
𝜋. 𝐷4
𝐽= ……………Pers. 2.11
32
maka besarnya modulus pecah terbesar yaitu :
16. 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝜏𝑢 = ……………………Pers. 2.12
𝜋. 𝐷4
keterangan :
𝜏𝑢 = modulus of repture
r = diameter spesimen
Prinsip uji puntir sebenarnya berasal dari prinsip kerja uji tarik, walaupun sebenarnya
perbedaan yang mendasar dari kedua prinsip kerja pengujian tersebut adalah timbulnya
pengecilan setempat yang menyebabkan uji tarik tidak baik digunakan dalam mengukur
keplastsan suatu material.
2.4. Keuntungan dan kerugian uji puntir dibandingkan dengan uji tarik
Keuntungan :
Kerugian :
- Pengolahan data menjadi kurva tegangan-renggangan geser membutuhkan usaha yang
tidak sedikit.
- Jika spesimen yang di gunakan adalah batang padat, maka akan timbul gradient
tegangan yang cukup curam sepanjang penampang lintang spesimen sehingga
mempersulit pengukuran.
2.5. Perbandingan antara uji puntir dan uji tarik
Uji puntir memberikan hasil pengukuran yang lebih mendasar mengenai plastisitas suatu
logam di bandingkan uji tarik. Untuk suatu benda, uji puntir langsung menghasilkan kurva
tegangan- renggangan geser.
3.1. Soal
3.2. Jawaban
Chuck
spesime
n
Load cell
Arah putaran
𝑇.𝑟
𝜏= 𝐽
𝜋. 𝐷4
𝐽=
32
4. Tegangan alir adalah tegangan yang dipengaruhi oleh tegangan geser yang terjadi pada
penampang batang lintang
5. Kriteria mulur menurut Tresca, spesimenmengalami luluh bila tegangan geser
maksimum mencapai hatga tegangan geser maksimum mencapai harga tegangan geser
dalam uji tarik unaxial, sedangkan menurut Von nises, spesimen yang mengalami
luluh bila invariant kedua deviator tegangan melampaui harga kritis tertentu.
6. Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material.
7. a. Titik sampai dimana penerapan hokum hooke mesin bisa di toleransi
b. Batas dimana terjadinya tingkatan tekanan pada suatu material
c. Titik yang menunjukan kekuatan elastic suatu material
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Material : Baja
Beban : 25 kg
DATA MESIN
𝜗 ∶ 51.4°/𝑐𝑚
Kurva sudut lengan vs sudut puntir
16
14.7
14
13.4
12 11.4 12.1
sudut lengan σ(cm)
10 10.3
8.7 8.9
8
6
4 2.8
2
1.5 1.2
0
0.2 0.7 0.8 0.9 1.4 1.5 2.4 2.7 3.7 4.4
Torsi T
W=m.g
Dari kesetimbangan diatas ini maka persamaan kesetimbangan lengan itu adalah sebagaoi
berikut :
Σ𝑇 = 0
𝑇 = 𝑤 𝑥 𝜄 𝑥 sin ∝
0.00957
0.00877
0.00853
0.008 0.00796
0.00664
0.006 0.005
0.004
0.00446
0.002 0.0019
0
41.12 143.92 164.48 185.04 287.84 308.4 493.44 555.12 760.72 904.64
Renggangan, e (%)
4.1 Analisis
a. Pada uji puntir,necking tidak dapat di lihat karna bahan yang ulet,kekutan
putus lebih kecil dari pada kekutan maksimum,sedangkan pada uji tarik dapat
dilihat karna kekuatan putus lebih besar dari pada kekuatan maksimum.
-Hasil pengukuran plastis lebih mendasar dan juga hasil renggangan yang di
peroleh konstan dan besar
-Pada uji tarik kita dapat menghasilkan kurva antara gaya terhadap
pertambahan panjang (𝑓 − ∆𝑙) dan juga mendapatkan data sifat mekanik suatu
material seperti ketangguhan,modulus,resilin.
-Pada uji tarik hasil pengukuran plastisitas tidak lebih baik dari pda uji puntir
4.2 Kesimpulan
SARAN
5.1 SARAN
http://www.scribd.com/doc/40039072/uji-puntir