Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM MATERIAL TEKNIK


PERTEMUAN III
( UJI PUNTIR )

Oleh :

Nama : Hendra Sucipto (0630065)

Tanggal : 30 Mei 2008

Kelompok : 04

Assisten : M. Arofah

LABORATORIUM MATERIAL TEKNIK


JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tujuan Praktikum
1. Untuk mengetahui tegangan alir material
2. Untuk mengetahui luluh dari sautu material
3. Untuk mengetahui modulus elastisitas geser
4. Untuk menentukan renggangan material
1.2. Prosedur Pengujian
1. Menyiapkan spesimen
2. Mengukur dimensi spesimen
3. Memeriksa kesipan pada mesin, apakah bekerja dengan baik
4. Memeasang spesimen pada mesin uji, kemudian melakukan pengujian
5. Mengukur ulang dimensi spesimen
6. Mencatat seluruh data yang di perlukan pada saat pengujian berlangsung dan setelah
pengujian.
7. Mencatat semua hasil pengukuran pada lembar data yang telah di sediakan.
1.3. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Tujuan
1.2. Prosedur pengujian
1.3. Sistematika penulisan

BAB II DASAR TEORI

2.1. Definisi uji puntir


2.2. Sifat-sifat mekanik yang di dapat pada pengujian puntir
2.3. Prinsip uji puntir
2.4. Keuntungan dan kerugian uji puntir dibandingkan dengan uji tarik
2.5. Perbandingan antara uji puntir dan uji tarik
2.6. Uji puntir panas (Hot torsion testing)

BAB III TUGAS PENDAHULUAN

3.1. Soal
3.2. Jawaban
BAB IV PENGOLAHAN DATA
4.1. Data hasil pengujian
4.2. pengolahan data
BAB V ANALISIS DAN KESIMPULAN
5.1. Analisis
5.2. Kesimpulan

BAB VI SARAN

6.1. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

DASAR TEORI

2.1. Definisi Uji Puntir

Uji puntir pada suatu spesimen di lakukan untuk menentukan keplastisan suatu material.
Spesimen yang digunakan pada pengujian puntir adalah batang dengan penampang lingkaran
karena bentuk penampang paling sederhana , sehingga mudah di ukur. Sepesimen tersebut
hanya di kenai beban puntiran pada salah satu ujungnya karena dua pembebanan akan
memberikan ketidak konstanan sudut puntir yang di peroleh dari pengukuran.

overall legth

legth of grip section distance between shouldest legth of grip section

plain end

width of grip section


'Reduced' section may have
parallel sides
of slight taper
to midlength

Gambar 2.1. Skematis uji puntir

Rumus tegangan dan renggangan geser untuk batang padat :

𝑇. 𝑟
……………………..Pers.2.1
𝜏
𝐽

𝑟. 𝜗
………….……………Pers.
𝛾= 2.2
𝐿

Sedangkan momen inersia(J) pada keadaan maksimum silinder adalah sebagai berikut :

𝜋. 𝐷4
……….……………….Pers. 2.3
𝐽=
32
Keterangan :

r : Jari-jari spesimen

L : panjang ukur spesimen

J : momen inersia

Pengukuran yang dilakukan pada uji puntir adalah momen puntir dan sudut puntir.
Pengukuran ini kemudian di konversikan menjadi sebuah grafik momen puntir terhadap sudut
puntir (dalam putaran). Namun , pada daerah plastis hubungan antara momen puntir dengan
sudut puntir tidak linier lagi, sehingga di perlukan rumus yang berbeda pula untuk mencari
tegangan geser, berikut ini grafik momen puntir terhadap sudut puntir :

C
Momen puntir

A B

Mmax
MT

Sudut puntir persatuan panjang

Gambar 2.2. Grafik momen puntir terhadap sudut puntir persatuan panjang
Momen puntir

Ordinat

Sudut puntir persatuan panjang

Gambar 2.3. Grafik momen puntir terhadap sudut puntir


Untuk mencari tegangan geser pada daerah plastis digunakan rumus :

1
..........................................................Pers.
τa = 2.π.a3 . (BC + 3CD). 2.4

Sedangkan untuk mencari renggangan geser(𝛾), keduanya harus memiliki rumus yang sama,
yaitu :

………………………....Pers.
𝛾 = 𝜃. 𝑅 2.5

Keterangan :

R: Jari-jari sepesimen

𝜃: Sudut putar persatuan waktu

Pada criteria Tresca, spesimen mengalami luluh bila tegangan geser maksimum
mencapai harga tegangan geser dalam uji tarik unaxial :

𝜎 =…………………Pers.
2. 𝑟 2.6

𝛾
𝑒 = …………..Pers. 2.7
2

Sedangkan pada von nises, spesimen yang mengalami luluh bila invariant kedua
deviator tegangan melampaui harga kritis tertentu.

𝜎 = √3. 𝜏
……………..Pers. 2.8

𝛾
𝜎 = ……………Pers. 2.9
√3

Keterangan :

σ = Tegangan geser sebenarnya

τ = Tegangan geser teknik


𝜀 = Renggangan geser sebenarnya

𝛾 = Renggangan geser teknik

2.2. Sifat-sifat mekanik yang dapat pada pengujian puntir

Sifat-sifat mekanik yang di dapat selama pengujian puntir, yaitu :

2.2.1. Modulus elastisitas geser

Kemampuan material untuk mempertahankan bentuknya di daerah elastic yang


di sebabkan oleh tegangan geser. pembandingan antara tegangan dan renggangan geser pada
daerah plastis.

𝜏 𝑇. 𝐿
𝐺= = ………………………………………pers. 2.10
𝛾 𝐽. 𝜃

Keterangan :

G : modulus elastisitas geser

𝜏 : tegangan geser

𝛾 : renggangan geser

T : momen lentur

L : panjang spesimen

J : momen inersia

2.2.2. Kekuatan luluh puntir

Batas tegangan sebelum mengalami deformasi plastis yang di sebabkan oleh


tegangan geser. Untuk menentukannya maka perbandingan panjang bagian penampang yang
menyempit terhadap diameter luar harus sekitar 8-10 kali. selain itu pada uji puntir dapat
menggunakan metode offset dengan ketentuan 0,04 rad/m untuk grafik momen puntir terhadap
sudut puntir.
2.2.3. Modulus pecah

Kekuatan geser puntir maksimum, karena tegangan geser terbesar terjadi di


permukaan batang. untuk benda silinder padat dimana:

𝜋. 𝐷4
𝐽= ……………Pers. 2.11
32
maka besarnya modulus pecah terbesar yaitu :
16. 𝑀𝑚𝑎𝑥
𝜏𝑢 = ……………………Pers. 2.12
𝜋. 𝐷4

keterangan :

𝜏𝑢 = modulus of repture

r = diameter spesimen

2.3.Prinsip Uji Puntir

Prinsip uji puntir sebenarnya berasal dari prinsip kerja uji tarik, walaupun sebenarnya
perbedaan yang mendasar dari kedua prinsip kerja pengujian tersebut adalah timbulnya
pengecilan setempat yang menyebabkan uji tarik tidak baik digunakan dalam mengukur
keplastsan suatu material.

2.4. Keuntungan dan kerugian uji puntir dibandingkan dengan uji tarik

Keuntungan :

- Hasil pengukuran yang di berikan mengenai keplastisan lebih mendasar


- langsung memberikan grafik tegangan geser terhadap renggangan geser
- tidak terjadi kesulitan karena timbulnya necking (pada uji tarik) ataupun barreling
(pada uji tekan)
- laju renggangan yang di peroleh konstan dan besar

Kerugian :
- Pengolahan data menjadi kurva tegangan-renggangan geser membutuhkan usaha yang
tidak sedikit.
- Jika spesimen yang di gunakan adalah batang padat, maka akan timbul gradient
tegangan yang cukup curam sepanjang penampang lintang spesimen sehingga
mempersulit pengukuran.
2.5. Perbandingan antara uji puntir dan uji tarik
Uji puntir memberikan hasil pengukuran yang lebih mendasar mengenai plastisitas suatu
logam di bandingkan uji tarik. Untuk suatu benda, uji puntir langsung menghasilkan kurva
tegangan- renggangan geser.

2.6. Uji puntir panas (Hot torsion testing)


Uji puntir sangat baik untuk mendapatkan data sifat aliran dan kepatahan suatu logam pada
kondisi pengerjaan panas, pada T>0,6 Tm dan ∑ hingga 103 detik-1. Karena mudah untuk
memvariasikan dan mengontrol kecepatan putar, maka pengujian dapat dilakukan pada daerah
laju renggangan yang luas, selain itu control suhu dan laju renggangan yang tepat memberikan
kemungkinan untuk menirukan struktur metalorgi yang dihasilkan oleh proses-proses lintasan
berulang kali seperti pengerolan. karena benda uji untuk uji puntir tidak mengalami
penyempitan setempat seperti uji tarik, dan juga tidak mengalami penggabungan.
BAB III
TUGAS PENDAHULUAN

3.1. Soal

1. Apa tujuan dan keunggulan uji puntir di bandingkan uji tarik ?


2. Buat skematis pengujian puntir, di lengkapi dengan keterangannya !
3. Jelaskan bagaimana mendapatkan tegangan geser dan renggangan geser !
4. Apa yang di maksud tegangan alir ?
5. Bagaimana criteria mulur menurut Tresca dan Von Mises ?
6. Mengapa uji torsi sangat di perlukan sebagai data untuk proses pembentukan ?
7. Apa yang dimaksud dengan :
a. Batas proposional
b. Batas mulur
c. Titik ultimate

3.2. Jawaban

1. a. Untuk mengetahui keplastisan suatu material


b. Untuk mengetahui luluh dari suatu material
c. Untuk menentukan renggangan material
Keunggulan :
a. Hasil pengukuran yang di berikan mengenai plastisitas lebih mendasar
b. Langsung memberikan grafik tegangan geser terhadap renggangan geser
c. Tidak terjadi kesuliatan karena timbulnya necking (pada uji tarik) atau pun
boreling (pada uji tekan)
d. Laju renggangan yang di peroleh konstan dan besar
2.

Chuck

spesime
n

Load cell

Arah putaran

3. Untuk mendapatkan tegangan geser dengan cara menggunakan persamaan

Untuk mendapatkan renggangan geser menggunakan persamaan

𝑇.𝑟
𝜏= 𝐽

𝜋. 𝐷4
𝐽=
32

4. Tegangan alir adalah tegangan yang dipengaruhi oleh tegangan geser yang terjadi pada
penampang batang lintang
5. Kriteria mulur menurut Tresca, spesimenmengalami luluh bila tegangan geser
maksimum mencapai hatga tegangan geser maksimum mencapai harga tegangan geser
dalam uji tarik unaxial, sedangkan menurut Von nises, spesimen yang mengalami
luluh bila invariant kedua deviator tegangan melampaui harga kritis tertentu.
6. Untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material.
7. a. Titik sampai dimana penerapan hokum hooke mesin bisa di toleransi
b. Batas dimana terjadinya tingkatan tekanan pada suatu material
c. Titik yang menunjukan kekuatan elastic suatu material
BAB IV

PENGOLAHAN DATA

4.1 Data hsil pengujian

Tanggal pengujian : 17-05-2013

Material : Baja

Diameter awal spesimen : 8.00 mm

Panjang awal spesimen : 59.05 mm

Diameter akhir spesimen : 8.00 mm

Panjang akhir spesimen : 59.05 mm

Beban : 25 kg

DATA MESIN

Putaran motor listrik : 1380 Rpm

Putaran spindel : 5 Rpm

Kecepatan gerak kertas : 47.12 mm/menit

Torsi maksimum : 4445.5 kg.m

Panjang lengan : 865 mm

Konversi sudut : ∝∶ 1.09° /𝑐𝑚

𝜗 ∶ 51.4°/𝑐𝑚
Kurva sudut lengan vs sudut puntir
16
14.7
14
13.4
12 11.4 12.1
sudut lengan σ(cm)

10 10.3
8.7 8.9
8
6
4 2.8
2
1.5 1.2
0
0.2 0.7 0.8 0.9 1.4 1.5 2.4 2.7 3.7 4.4

Sudut puntir ϑ(cm)

Kurva 4.1. Kurva sudut lengan vs sudut puntir

Tabel. 4.1. Data sudut lengan dan sudut puntir

Titik ke Sudut lengan Sudut Sudut Sudut Daaerah


𝛼 (𝑐𝑚) puntiran lengan𝛼(°) puntiran 𝜗(°)
𝜗(𝑐𝑚)
0 0 0 0 0
1 1,5 0,2 1,635 10,28
2 8,7 0,7 9,48 35,98 Elastik
3 13,4 0,8 14,5 41,12 Elastik
4 14,7 0,9 16,023 46,26 Elastik
5 11,4 1,4 12,46 71,96 Plastik
6 10,3 1,5 11,22 77,1 Plastik
7 12,1 2,4 13,18 123,36 Plastik
8 8,9 2,7 9,7 138,78 Plastik
9 1,2 3,7 1,3 190,18 Plastik
10 2,8 4,4 3,05 226,16 Plastik
4.2 Pengolahan data

Torsi T

W=m.g

Dari kesetimbangan diatas ini maka persamaan kesetimbangan lengan itu adalah sebagaoi
berikut :

Σ𝑇 = 0

𝑇 = 𝑤 𝑥 𝜄 𝑥 sin ∝

Tabel. 4.2. Data hasil pengujian puntir

Titik ke BC CD T (𝑘𝑔. 𝑚𝑚) 𝜗 (°) 𝜏 (𝑘𝑔. 𝑚𝑚) 𝛾


0 0 0 0 0 0 0
1 0,3 1,5 6052,86 10,28 0,00190 41,12
2 0,7 8,7 34940,36 35,98 0,00664 143,92
3 0,8 13,4 53115,92 41,12 0,0101 164,48
4 0,9 14,7 58555,90 46,26 0,0111 185,04
5 1,2 11,4 45771,16 71,96 0,00877 287,84
6 1,2 10,3 41277,75 77,1 0,00796 308,4
7 2,3 12,1 48370,54 123,36 0,00957 493,44
8 2,7 8,9 35743,54 138,78 0,00853 555,12
9 3,1 5,7 4812,91 190,18 0,00500 760,72
10 3,3 4,9 11287,48 226,16 0,00446 904,64
Kurva torsi vs sudut puntir

Kurva torsi vs sudut puntir


70000
60000 58555.9
Torsi (kg.mm2)

50000 53115.92 45771.16 48370.54


40000 41277.75
34940.36 35743.54
30000
20000
11287.48
10000
6052.86
0 4812.91
10.28 35.98 41.12 46.26 71.96 77.1 123.36 138.78 190.18 226.16

Sudut puntir (0)

Kurva. 4.2. Kurva torsi vs sudut puntir

Kurva tegangan vs renggangan

kurva tegangan vs renggangan


0.012
0.0111
0.01 0.0101
tegangan σ, (kg/mm2)

0.00957
0.00877
0.00853
0.008 0.00796
0.00664
0.006 0.005

0.004
0.00446
0.002 0.0019

0
41.12 143.92 164.48 185.04 287.84 308.4 493.44 555.12 760.72 904.64

Renggangan, e (%)

Kurva. 4.3. kurva tegangan vs renggangan

Dari kurva-kurva diatas, dapat diperoleh bahwa :

a. Batas luluh spesimen : 16.023°


b. Modulus geser spesimen : 0,0000192 kg/mm
c. Renggangan : 0,025 mm
BAB V

ANANLISI PENDAHULUAN KESIMPULAN

4.1 Analisis

a. Pada uji puntir,necking tidak dapat di lihat karna bahan yang ulet,kekutan
putus lebih kecil dari pada kekutan maksimum,sedangkan pada uji tarik dapat
dilihat karna kekuatan putus lebih besar dari pada kekuatan maksimum.

b. Keunggulan uji putir

-Hasil pengukuran plastis lebih mendasar dan juga hasil renggangan yang di
peroleh konstan dan besar

c. Kelemahan uji puntir

-Pada saat pengolahan data tegangan geser-regangan geser (𝜎-e) dalam


menentukan tegangan alir membutuhkan ketelitian uji tarik yang sangat baik.

d. Keunggulan uji tarik

-Pada uji tarik kita dapat menghasilkan kurva antara gaya terhadap
pertambahan panjang (𝑓 − ∆𝑙) dan juga mendapatkan data sifat mekanik suatu
material seperti ketangguhan,modulus,resilin.

e. Kelemahan uji tarik

-Pada uji tarik hasil pengukuran plastisitas tidak lebih baik dari pda uji puntir

f. Termasuk patah ulet karna patahannya membentuk sudut 90 °

4.2 Kesimpulan

Pada praktikum kali inikita dapat mengetahuitujuan dilakukannya uji tarik,yakini


mengetahui tegangan alir,lulh,dan modulus elastisitas dan regangan dari suatu material.
BAB VI

SARAN

5.1 SARAN

-Tingkatkan kinerja asisten dosen

-Tingkatkan perawatan pada mesin uji


DAFTAR PUSTAKA

 http://www.scribd.com/doc/40039072/uji-puntir

Anda mungkin juga menyukai