PENDAHULUAN
1
dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penyusunan
sebagai berikut :
1. BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, identifikasi dan tujuan masalah,
metode percobaan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II : LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan teori-teori pendukung dan
pengembangan yang berupa pengertian dan definisi yang diambil dari
beberapa sumber referensi dalam pembuatan laporan dan berkaitan
dengan penyusunan laporan serta beberapa literatur review yang
berhubungan dengan praktikum.
3. BAB III : PERCOBAAN DAN ANALISA PERCOBAN
Bab ini berisi jenis alat-alat ukur apa saja yang digunakan
dalam praktikum, prosedur pertanyaan yang di berikan saat praktikum,
data dan hasil percobaan yang didapatkan, serta analisa hasil akhir
pada praktikum.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
G = 2LT / πR4α
Keterangan :
g = percepatan gravitasi
M = momen gaya
3
2.2 Teori Dasar di Modul
Tegangan geser terjadi secara pararel pada bidang material benda dengan
tegangan normal yng terjadi tegak lurus dengan bidang. Kondisi teganan geser
dapat terjadi dengan melakukan geseran secara langsung (direct shear) dan
tegangan puntir (torsional stress). Fenomena geseran secara langsung dapat
dilihat pada saat kita menancapkan paku ke balok kayu. Pada setiap permukaan
di paku dan di kayu yang bersinggungan langsung dengan paku akan
mengalami geseran secara langsung. Sedangankan fenomena tegangan
puntiran, dapat terjadi apabila suatu spesimen mengalami momen torsi.
Dengan adanya tegangan geser, maka respon yang diterima material pun
berbeda.
τ = Tc / Ip dan
4
Sedangkan Momen Inersia (J) pada keadaan maksimum silinder adalah :
Ip π D4
Pengukuran yang dilakukan pada uji puntir adalh momen puntir dan
sudut puntir. Pengukuran ini kemudian dikonversikan menjadi sebuah grafik
momen puntir terhadap sudut puntir (dalam putaran).
1. Puntiran
Patahan karena puntiran dari bahan getas terlihat pada arah kekuatan
tarik, yaitu pada 450 terhadap sumber puntiran, sedangkan bagi bahan yang
liat patahan terjadi pada sudut tegak lurus terhadap sumbu puntiran setelah
gaya pada arah sumbu terjadi dengan deformasi yang besar, dari hal tersebut
sangat mudah menentukan keliatan dan kegetasan.
5
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi
oleh gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya
internal tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti
hakekat gaya internal ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu
benda diberi beban. Mula-mula harus ditegaskan bahwa dalam praktek,
semua beban bekerja sedikit demi sedikit. Proses pembebanan ini dapat
diselesaikan dalam selang waktu yang sangat singkat, namun tak akan pernah
sesaat.
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah
dan molekul-molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya. Pergeseran ini
mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk
menentang gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila beban bertambah,
perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-gaya antar molekul juga
bertambah sampai pembebanan mencapai harga akhirnya.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh
suatu bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang
karena pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal
(yaitu gaya antar molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus
pada bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan
6
sesuai dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat
(compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang yang diamati, didapat
tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen luasan
membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya
tersebut diuraikan menjadi komponen normal dan tangensial, serta
menghasilkan kombinasi tegangan-tegangan normal geser.
3. Tegangan
Gaya luar (eksternal) yang diberikan pada suatu benda harus diimbangi
oleh gaya penentang yang ada di dalam bahan. Bahan yang mempunyai gaya
internal tadi dikatakan berada dalam keadaan tegang. Untuk lebih mengerti
hakekat gaya internal ini, marilah kita perhatikan apa yang terjadi bila suatu
benda diberi beban. Mula-mula harus ditegaskan bahwa dalam praktek,
semua beban bekerja sedikit demi sedikit. Proses pembebanan ini dapat
diselesaikan dalam selang waktu yang sangat singkat, namun tak akan pernah
sesaat.
7
Gambar2.3 Diagram Tegangan
-
Bila gaya dikenakan pada suatu benda, maka bentuk benda akan berubah
dan molekul-molekulnya bergeser sedikit dari posisi awalnya. Pergeseran ini
mengakibatkan timbulnya gaya-gaya antar molekul, yang tergabung untuk
menentang gaya yang ditimbulkan oleh beban tadi. Bila beban bertambah,
perubahan bentuk benda makin besar dan gaya-gaya antar molekul juga
bertambah sampai pembebanan mencapai harga akhirnya.
Bila benda berbeban yang disebutkan diatas dibagi menjadi dua oleh
suatu bidang khayal, maka tiap bagian harus berada dalam keadaan setimbang
karena pengaruh gaya luar yang bekerja padanya dan gaya-gaya internal
(yaitu gaya antar molekul) yang bekerja pada bidang khayal ini. Intensitas
tegangan (untuk mudahnya biasanya disebut tegangan) di suatu titik pada
bidang, didefinisikan sebagai gaya internal per satuan luas.
Tegangan dibedakan menjadi dua jenis. Bila gaya internal tegak lurus
pada bidang yang diamati, maka didapat tegangan normal atau langsung, dan
sesuai dengan arah gaya, dapat bersifat tarik (tensile) atau mampat
8
(compressive). Bila gaya internal sejajar dengan bidang yang diamati, didapat
tegangan tangensial atau geser. Seringkali resultan gaya pada elemen luasan
membentuk sudut dengan bidang luasnya. Dalam keadaan semacam itu, gaya
tersebut diuraikan menjadi komponen normal dan tangensial, serta
4.Regangan
9
Tegangan puntir disebabkan oleh momen puntir yang bekerja pada
penampang batang. Dalam menganalisa tegangan puntir, momen torsi yang
biasanya dinyatakan dalam vektor rotasi diubah menjadi vektor translasi
dengan menggunakan aturan tangan kanan. Lipatan jari tangan menunjukkan
arah vektor rotasi dan jari jempol menunjukkan vektor translasi. Seperti
halnya gaya aksial, tegangan puntir muncul (momen puntir ada) bila batang
tersebut dipotong. Metode irisan tetap digunakan untuk mendapatkan momen
puntir dalam, sehingga tegangan puntir dapat dicari. Momen puntir dalam ini
yang akan mengimbangi momen puntir luas sehingga bagian struktur tetap
dalam kondisi seimbang.
Ip π D4
10
Besarnya tegangan secara umum :
τ=
Dimana :
t = tegangan geser
c = jari-jari lingkaran
6. Sifat-sifat Mekanik
11
e. Fatiq, adalah fenomena yang berkaitan dengan perpatahan logam
secara premature karena tegangan rendah yang terjadi berulang kali dan
terutama berperanan penting dalam industri penerbangan.
7. Pengertian Dasar
Dimana : M = Momen
F = Gaya
L = Jarak
12
BAB III
PERCOBAAN DAN ANALISIS
3.3 PERTANYAAN
1. Ukurlah diameter kedua batang logam yang akan ditentukan modulus
puntirnya dan ukur pula diameter roda pemutar
2. Masukkan satu ujung batang ke dlam penjepit diam dan ujung lain ke dalam
penjepit pemuntir. Kemudian pasanglah jarum pengamat sudut puntir pada
jarak tertentu dari penjepit diam. Catat jarak tersebut.
3. Bebanilah roda pemutar bertirut-turut dengan beban yang tersedia. Setiap
penambahan beban adalah 0,5 kg. Setelah bebrapa saat catatlah sudut puntir
yang ditunjukan oleh jarum penunjuk pada setiap penambahan beban.
Lakukan penambahan beban sampai 6-7 kali ( berarti sampai 3,0 – 3,5 kg).
4. Setelah semua beban digantungkan, kurangilah berturut-turut beban
tersebut dengan 0,5 kg setiap kali pengurangan. Tunggu beberapa saat,
kemudian catat kedudukan jarum pengamat sudut puntir untuk setiap
pengurangan beban.
13
3.4 DATA HASIL PENGUKURAN
3.4.1 Torsi ( T )
Rumus = r m g
r = 5,65 cm
g = 10
14
= 33,9
d) T4 = 5,65 . 0,9 . 10
= 50,85
e) T5 = 5,65 . 1 . 10
= 56,5
f) T6 = 5,65 . 1,9 . 10
= 107,35
g) T-1 = 5,65 . 1,3 . 10
= 73,45
h) T-2 = 5,65 . 1 . 10
= 56,5
i) T-3 = 5,65 . 0,9 . 10
= 50,85
j) T-4 = 5,65 . 0,8 . 10
= 45,2
k) T-5 = 5,65 . 0,4 . 10
= 22,6
3.4.2 Modulus Puntir ( G )
Rumus : 2 LT / πR4 α
L = 60,024
Π = 3,14
Remas = 4,00424
Rbesi = 4,0041
15
726,5
c. G3 = 2 . 60,024 . 169,5
3,14 . (4,00424)4 . 3
= 20348,1 = 8,4027
2421,6
726,5
d. G4 = 2 . 60,024 . 169,5
3,14 . (4,00424)4 . 3
= 20348,1 = 8,4027
2421,6
726,5
e. G5 = 2 . 60,024 . 169,5
3,14 . (4,00424)4 . 3
= 20348,1 = 8,4027
2421,6
f. G-1 = 2 . 60,024 . 163,85
3,14 . (4,00424)4 . 2,9
= 19669,8 = 8,4026
2340,9
g. G-2 = 2 . 60,024 . 141,25
3,14 . (4,00424)4 . 2,5
= 16956,7 = 8,4024
2018,07
h. G-3 = 2 . 60,024 . 107,35
3,14 . (4,00424)4 . 1,9
= 12887,15 = 8,40248
1533,73
i. G-4 = 2 . 60,024 . 79,1
3,14 . (4,00424)4 . 1,4
= 9495,79 = 8,40246
1130,12
j. G-5 = 2 . 60,024 . 48,2
16
3,14 . (4,00424)4 . 0,8
= 5786,31 = 7,16
807,23
2.Batang logam besi
a) G1 = 2 . 60,026 . 16,95
3,14 . (4,0041)4 . 0,3
= 2034,88 = 8,4037
242,14
b) G2 = 2 . 60,026 . 22,6
3,14 . (4,0041)4 . 0,4
= 2713,17 = 8,4038
322,85
c) G3 = 2 . 60,026 . 33,9
3,14 . (4,0041)4 . 0,6
= 4069,7 = 8,4036
484,28
d) G4 = 2 . 60,026 . 50,85
3,14 . (4,0041)4 . 0,9
= 6104,6 = 8,4039
726,4
e) G5 = 2 . 60,026 . 56,5
3,14 . (4,0041)4 . 1
= 6782,9 = 8,4040
807,1
f) G6 = 2 . 60,026 . 107,35
3,14 . (4,0041)4 . 1,9
= 12887,5 = 8,4039
1533,5
g) G-1 = 2 . 60,026 . 73,45
3,14 . (4,0041)4 . 1,3
= 8817,8 = 8,4043
1049,2
17
h) G-2 = 2 . 60,026 . 56,5
3,14 . (4,0041)4 . 1
= 6782,9 = 8,4040
807,1
i) G-3 = 2 . 60,026 . 50,85
3,14 . (4,0041)4 . 0,9
= 6104,6 = 8,4039
726,4
j) G-4 = 2 . 60,026 . 45,2
3,14 . (4,0041)4 . 0,8
= 5426,3 = 8,4037
645,7
k) G-5 = 2 . 60,026 . 22,6
3,14 . (4,0041)4 . 0,4
= 2713,1 = 8,4048
322,8
Tabel 3.1. Penambahan dan pengurangan beban pada batang logam emas
18
Batang logam emas
3.5
Pengurangan Beban
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4
Penambahan beban
Tabel 3.2. Penambahan dan pengurangan beban pada batang logam besi
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Penambahan Beban
19
3.4.4 Data Pengamatan
a) Sudut puntiran terhadap massa beban
- Pada batang logam emas
3.5
3
2.5
Massa Beban
2
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Sudut Puntiran
20
- Pada batang logam besi
2
1.8
1.6
1.4
Massa beban
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2
Sudut Puntiran
21
3.4.5 Analisa Data
Data yang kami peroleh terdapat perubahan kecil dari setiap
penambahan beban. Hal ini diakarenakan nilai modulus puntir
sebanding dengan gaya yang bekerja pada batang dan berbanding
terbalik dengan sudut puntir. Ini artinya meskipun gaya yang
diberikan besar, disaat yang sama sudut untir ikut membesar
sehingga nilai modulus puntir pada batang cenderung tetap. Pada
torsi, semakin besar masa jenis batang maka semakin besar pula
tegangan torsi. Tegangan torsi inilah yang berpengaruh pada
modulus puntir.
Pada percobaan yamg dilakukan, radius dan panjang batang
mempengaruhi nilai modulus puntir dan torsi. Pengaruh jarak antara
sensor dan elemen penganggu mempengaruhi nilai torsi yang
diperoleh. Perubahan sudut akan merubah jarak antara sensor.
Batang besi yang digunakan mempunyai karakteristik yang
hampir sama karena hasil perhitungannya tidak jauh berbeda.
22
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 PENUTUP
4.2 SARAN
1. Alat yang digunakan dapat mendukung berjalannya praktikum
2. Di sediakannya alat praktikum fisika di kampus esa unggul citraraya
3. Keseragaman panduan laporan praktikum
23
DAFTAR PUSTAKA
24