“ TORSI”
DOSEN
RUSNARDI RAHMAT S.T, M.T, Ph.D
OLEH KELOMPOK 2 :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah “TORSI” sesuai dengan batas waktu yang
ditentukan.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Mekanika Bahan. Ucapan
terima asih kami sampaikan kepada Dosen pengampu mata kuliah Mekanika Bahan yang
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan masyarakat pada umumnya. Saran dan kritik sangat
penulis harapkan dari seluruh pihak dalam proses penyempurnaan makalah ini .
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini agar pembaca mengerti tentang salah satu materi mekanika bahan
yaitu torsi.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
contoh penggunaan torsi yang seringa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari seperti
memutar obeng, yang mana tangan yang memutar obeng memberikan momen gaya
(torsi) ke obeng.
2
Mome inersia polar : 𝐼 𝜋𝑑4
𝑝= 32
τ = G.γ
dimana : G = modulus geser elastis
γ = regangan geser
Tegangan geser yang bekerja di bidang penampang disertai dengan tegangan geser
yang besarnya sama yang bekerja pada bidang longitudinal. Apabila bahan batang lemah
terhadap geser pada arah longitudinal dibandingkan pada bidang penampang dengan
serat yang berarah sumbu batang, maka akan muncul retak pertama akibat torsi pada
permukaan dalam arah longitudinal.
“Tegangan geser pada batang lingkaran solid akibat momen torsi akan mencapai
maksimum di tepi luar penampang dan berharga nol di pusat. Dengan demikian, sebagian
besar bahan pada batang solid mengalami tegangan yang lebih kecil dibandingkan
dengan τmak” yang terjadi pada permukaan terluar batang. Oleh karena itu, dalam
mendesain penampang yang memikul beban torsi, akan lebih efisien apabila digunakan
batang lingkaran berlubang.
3
2.3 Torsi Regangan Geser
Regangan merupakan perubahan bentuk per satuan panjang pada suatu batang
Semua bagian bahan yang mengalami gaya-gaya luar, dan selanjutnya tegangan
internal akan mengalami perubahan bentuk (regangan)
Sebuah batang yang memiliki dua penampang yaitu kanan dan kiri. Elemen ini
ditunjukkan terisolasi. Selama terjadi puntir pada elemen batang, penampang kanan
berotasi terhadap penampang kiri dengan sudut puntir kecil, sehingga masing-masing
titik bergerak. Panjang sisi elemen tidak berubah selama rotasi, namun sudutsudut di
pojok tidak lagi 90° , jadi elemen ini ada dalam keadaan geser murni, dan besar regangan
geser γmak sama dengan berkurangnya sudut yang dinyatakan dalam radian.
Suatu garis membujur a-b digambarkan pada permukaan poros tanpa beban. Setelah
suatu momen unter T dikenakan pada poros, garis a-b bergerak menjadi a-b’. Sudut ɣ,
yang diukur dalam radian, diantara posisi garis akhir dengan garis awal didefinisikan
sebagai regangan geser pada permukaan poros, yang berlaku sama untuk setiap titik
pada batang poros.
Hukum Hooke untuk regangan geser :
4
2.4 Modulus Elastisitas Geser Puntir
Modulus elastisitas geser puntir atau biasa disebut modulus geser yang dalam bahasa
inggris berarti Shear modulus atau biasa juga disebut modulus kekakuan, diartikan
sebagai rasio tegangan dan regangan yang dilambangkan dengan 𝐺
𝝉
Dengan persamaan 𝑮 =
𝝀
𝝉 𝑭⁄ 𝑭𝒍
Jika dikaji lagi rumusnya lebih dalam 𝝀 = ∆𝒙𝑨 dan akan didapatkan persamaan akhir 𝑨∆𝒙
⁄𝒍
Dimana :
𝜏 = tegangan geser
𝐹 =gaya yang sedang bekerja
𝐴 = luas penampang dimana gaya sedang bekerja
𝜆 = regangan geser
∆𝑥 =perpindahan transvers
𝑙 = panjang awal
Dan 𝐺 adalah sama dengan dimensi tegangan geser, karena regangan geser tidak
memiliki dimensi.
Satuan turunan SI modulus geser adalah pascal (Pa) atau biasanya juga dinyatakan dalam
gigapascal (GPa).
Jika suatu poros dengan panjang L dikenai momen puntir T secara konstan dikeseluruhan
panjang poros, maka sudut puntir yang terbentuk pada ujung poros dapat dinyatakan
𝑻.𝑳
dengan: 𝜽 = 𝑮.𝑰𝒑
5
2.6 Kekakuan dan Fleksibilitas Torsional
Dalam torsional pada batang terdapat kekakuan dan fleksibilitas torsional. Kekakuan
torsional pada batang merupakan torsi yang dibutuhkan atau diperlukan guna untuk
menghasilkan satu sudut rotasi. Sedangkan fleksibilitas torsional pada batang merupakan
sudut rotasi yang dihasilkan oleh torsi satuan. Fleksibilitas torsional ini merupakan
kebalikan dari kekakuan torsional. Kekakuan dan fleksibilitas torsional memiliki
persamaan .
Fleksibilitas torsional : 𝑓 𝐿
𝑇=𝐺.𝐼
𝑝
A. 15 Nm
B. 18 Nm
C. 35 Nm
D. 53 Nm
E. 68 Nm
6
Pembahasan
Sumbu rotasi adalah titik A.
Diketahui :
Gaya F1 = 10 N, lengan gaya l1 = 0
Gaya F2 = 4 N, lengan gaya l2 = 2 meter
Gaya F3 = 5 N, lengan gaya l3 = 3 meter
Gaya F4 = 10 N, lengan gaya l4 = 6 meter
Ditanya : Momen gaya terhadap titik A
Jawab :
Momengaya 1 (τ1) = F1 l1 = (10)(0) = 0 Nm
Momengaya 2 (τ2) = F2 l2 = (4)(2) = -8 Nm
Momengaya 3 (τ3) = F3 l3 = (5)(3) = 15 Nm
Momengaya 4 (τ4) = F4 l4 = (10)(6) = -60 Nm
Momen gaya bertanda positif jika gaya menyebabkan batang berotasi berlawanan
putaran jarum jam.
Momen gaya bertanda negatif bila gaya menyebabkan batang berotasi searah putaran
jarum jam.
Resultan momen gaya :
τ = 0 – 8 Nm + 15 Nm – 60 Nm
τ = -68 Nm + 15 Nm
τ = -53 Nm
Tanda negatif artinya batang berotasi searah putaran jarum jam.
Jawaban yang benar adalah D.