Anda di halaman 1dari 41

TUGAS MEKANIKA TEKNIK

GARIS PENGARUH

Disusun Oleh :
Joni Arisandi
12505244038
D

Universitas Negeri Yogyakarta


2012/2013
A. Pengertian Garis Pengaruh
1.Pendahuluan
Apabila suatu konstruksi jembatan dilalui oleh kenderaan maka pada suatu titik
tertentu(misal titik C) pada gelagar memanjang akan terdapat gaya-gaya dalam seperti gaya
lintang dan momen yang berobah besarnya sesuai dengan letak kenderaan pada saat itu, lihat
gambar berikut.

Gambar beban pada truk


(Thamrin,2012)

Untuk mengetahui berapa sebenarn ya besar gaya lintang maksimum dan momen maksimum
yang mungkin terjadi pada titik C apabila dilalui oleh kenderaan, maka diperlukan suatu
diagram yang disebut Garis Pengaruh. Untuk menggambarkan diagram ini digunakan beban
bergerak terpusat tunggal dengan nilai P = 1 ton, yang diletakkan pada beberapa titik secara
bergantian seperti berikut :

a.Balok Diatas Dua Perletakan.


Keterangan :
1). Garis pengaruh RA.
P = 1 t berada di A,RA = + P = + 1 (ton)
P = 1 t berada di C,
MB = 0
RA = + P . (L-a)/L = + 1 . (L-a)/L (ton)
P = 1 t berada di B,
RA = 0 (ton)
2). Garis pengaruh RB
P = 1 t berada di A,
RB = 0 (ton)
P = 1 t berada di C,
MA = 0
RB = + P . a/L = + 1 . a/L (ton)
P = 1 t berada di B,
RB = + P = + 1 (ton)

3). Garis pengaruh Gaya lintang pada titik C.


P = 1 t berada di A, Ra = + P = + 1 t, Dc = Ra P = 0
P = 1 t berada di C (P belum melewati C),
MB = 0
RA = + P . (L-a)/L = + (L-a)/L (ton)
Dc = RA P = P . (L-a)/L P = P . ( L-a)/L P . L/L = P . a/L
Dc = a/L (ton)
Gambar proyeksi
(Thamrin,2012)

P = 1 t berada di C (P sudah melewati C), MB = 0


RA = + P . (L-a)/L = + (L-a)/L (ton)
Dc = + RA = + P . (L-a)/L = + (L-a)/L (ton)
4). Garis pengaruh Momen pada titik C.
P = 1 t berada di C,MB = 0
Ra = + P . (L-a)/L = + (L-a)/L (ton)
Mc = RA . a = P . (L-a)/L . a = a . (L-a)/L (t.m.)
b.Balok Overhang
Gambar proyeksi 2
(Thamrin,2012)
Keterangan :
1) Garis pengaruh RA.
P = 1 t berada di A, RA = + P = + 1 (ton)
P = 1 t berada di C,MB = 0
RA = + P . (L-a)/L = + (L-a)/L (ton)
P = 1 t berada di B, Ra = 0 (ton)
P = 1 t berada di D, MB = 0
RA .L + P . b = 0
RA = - P . b/L = - b/L (ton)
2) .Garis pengaruh RB
P = 1 t berada di A, RB = 0 (ton)
P = 1 t berada di C,MA = 0
RB = + P . a/L = + a/L (ton)
P = 1 t berada di B, RB = + P = + 1 (ton)
P = 1 t berada di D,
MA = 0
- RB .L + P . (L + b) = 0
RB = + P . (L + b)/L = + (L + b)/L (ton)
3). Garis pengaruh Gaya lintang pada titik C.
P = 1 t berada di A,
RA = + P = + 1 t,
Dc = RA P = 0
P = 1 t berada di C (P belum melewati C),
MB = 0
RA = + P . (L-a)/L = + (L-a)/L (ton)
Dc = RA P = P . (L-a)/L P = P . ( L-a)/L P . L/L = P . a/L
Dc = a/L (ton)
P = 1 t berada di C (P sudah melewati C),
MB = 0
RA = + P . (L-a)/L = + (L-a)/L (ton)
Dc = + RA = + P . (L-a)/L = + (L-a)/L (ton)
P = 1 t berada di D,
MB = 0
RA . L + P . b = 0
RA = - P . b/L = - b/L (ton)
Dc = - b/L (ton)
4). Garis pengaruh Momen pada titik C.
P = 1 t berada di C,
MB = 0
RA = + P . (L-a)/L = + (L-a)/L (ton)
Mc = RA . a = P . (L-a)/L . a = a . (L-a)/L (t.m.).
P = 1 t berada di D,
MB = 0
RA .L + P . b = 0
RA = - P . b/L = - P . b/L (ton)
Mc = RA . a = - P . b/L . a = - a . b/L (t.m.).

c.KRB Jembatan

Gambar KRB Jembatan


(Ndufi,2012)

Apabila sebuah KRB berupa jembatan bekerja susunan beban hidup seperti pada
Gambar 1.2, maka setiap batang pada KRB menerima beban. Gaya-gaya batang
akibat beban hidup akan selalu berubah besarnya karena beban hidup tersebut
posisinya berubah-ubah. Sehingga sangat sulit menentukan gaya batang yang
paling maximum. Untuk mendapatkan gaya batang maximum perlu diketahui posisi
dari beban hidup. Sementara beban hidup berupa susunan dari beban-beban
terpusat yang berjarak tertentu satu dengan yang lainnya. Satu cara untuk
menyelesaikan masalah tersebut diatas dengan menggunakan metode garis
pengaruh. Metode garis pengaruh membantu menyelesaikan dengan
menggunakan beban berjalan P = 1t. Akibat beban P = 1 t yang posisinya berubah-
ubah sepanjang bentang, dapat ditentukan besarnya gaya-gaya batang pada setiap posisi.
Sehingga dapat digambarkan grafik besarnya gaya batang yang
disebut grafik garis pengaruh gaya batang. Dengan memperhatikan bentuk garis
pengaruh maka gaya batang maksimum dapat ditentukan dengan mudah.(Ndufi,2012)

2.Pengertian dasar
Secara umum setiap kontruksi sipil selalu dibebani oleh beban mati (muatan tetap)
dan beban hidup (muatan bergerak). Beban pada kontruksi tersebut seperti berat sendiri
kontruksi sedangkan beban hidup (muaatan bergerak) adalah suatu beban yang bekerja pada
saat tertentu saja seperti eban angin, beban gempa, beban maunsia dan beban peralatan pada
saat penerjaan kontruksi dan juga beban kendaraan pada kontruksi jembatan dan pembahasan
garis pengaruh itu umumnya pada kontruksi jembatan yang dilewati oleh beban kendaraan.
Garis pengaruh ini adalah suatu grafik yang menunjukan besarnya pengaruh dari suatu satuan
muatan untuk setip perubahan kedudukan beban hidup (muatan bergerak).
Garis pengaruh adalah suatu grafik atau diagram yang ordinatnya menunjukanbesar dan
sifat dari reaksi atau gaya-gaya dalam (BM,SF dan NF) pada suatu titik yang
ditinjau dengan muatan beban bergerak yang melintas pada suatu konstruksi dengan
kedudukan yang selalu berubah. Besarnya nilai reaksi atau gaya-gaya dalam untuk titik yang
ditinjau tersebut, ditunjukkan oleh ordinat dibawah beban satuan tersebut berada. Konsep ini
dipublikasikan oleh Emil Winkler (1868) di Dresden, Jeman dan selanjutnya dikembangkan
oleh Jacob Weyranch (1873).
Kedudukan yang berubah ini mengakibatkan besaran gaya yang diterima pada setiap
elemen struktur berbeda-beda, sehingga kita harus tepat dalam memperkirakan besaran gaya
maksimum atau kritis yang terjadi. Penentuan posisi titik kritis atau maksimim dapat
menggunakan garis pengaruh.(Wesli,2010)

3.Penentuan Garis Pengaruh


Pada perhitungan statika pada suatu kontruksi batang atau kerangka batang dengan
gaya-gaya dan beban mati kita menentukan suatu potongan sembarang untuk penentuan
gaya-gaya dalam. Juga gaya-gaya beban yang bergerak kita harus tahu diamana potongan
sembarang bermanfaat dan untuk gaya dalam yang mana kita harus menentukan garis
pengaruh. Dengan pengetahuan ini kita dapat menentukan titik tangkap dari gaya atau beban
yang kita perlukan pada penentuan gaya dalam yang maksimal dan yang minimal. Walau
nilai maksimal dan minimal ini mungkin tidak menjadi nilai maksimal dam minimal pada
batang yang diperhatikan, namun menolong garis pengaruh dan titik tangkap yang
bersangkutan.
Gambar 1.1.a
(Wesli,2010)

Untuk menentukan garis pengaruh kita menggulingkan suatu gayaP pada


seluruh panjangnya kontruksi batang dan menentukan pada tiap-tiap titik tangkap pengaruhya
atas reaksi tumpuan atau gaya dalam.
Sebagai keterangan kita perhatikan gambar 1.1 di atas. Gaya P pada bagian kiri balok
terusan itu menyebakan reaksi tumpuan A yang positif ( + ). Reaksi tumpuan A ini makin
besar makin dekat gay P pada tumpuan A. jikalau gaya P misalnya bekerja pada bagian
kanan, maka reaksi tumpuan menjadi negative ( - ). Nilai reaksi tumpuan A oleh gaya P yang
bergerak kita tentukan sebagai ordinat pada titik tangkap masing-masing. Hubungannya
dapat kita lihat pada gamabr 1.1. Garis itu sebetulnya sudah menjadi suatu garis pengaruh
pada reaksi tumpuan A. (Wesli,2010)

3.Definisi
Garis pengaruh adalah suatu grafik atau diagram yang ordinatnya menunjukanbesar
dan sifat dari reaksi atau gaya-gaya dalam (BM,SF dan NF) pada suatu titik yang
ditinjau dengan muatan beban bergerak yang melintas pada suatu konstruksi dengan
kedudukan yang selalu berubah. Besarnya nilai reaksi atau gaya-gaya dalam untuk titik yang
ditinjau tersebut, ditunjukkan oleh ordinat dibawah beban satuan tersebut berada. Konsep ini
dipublikasikan oleh Emil Winkler (1868) di Dresden, Jeman dan selanjutnya dikembangkan
oleh Jacob Weyranch (1873).
Kedudukan yang berubah ini mengakibatkan besaran gaya yang diterima pada setiap
elemen struktur berbeda-beda, sehingga kita harus tepat dalam memperkirakan besaran gaya
maksimum atau kritis yang terjadi. Penentuan posisi titik kritis atau maksimim dapat
menggunakan garis pengaruh.

Garis pengaruh dibedakan menjadi:


1. Garis pengaruh gaya reaksi (pada tumpuan).
2. Garis pengaruh momen (pada suatu penampang).
3. Garis pengaruh gaya lintang (pada suatu penampang).
Garis pengaruh ini hanya memberikan indikasi posisi pendekatan. Sedangkan untuk
mengetahui posisi kritis secara pasti perlu Trial and error. Sebagai taksir awal posisi kritis
adalah: Beban terbesar pada rangkaian gaya terpusat sering terjadi pada posisi ordinat
terpanjang dari diagram garis pengaruh.(Yudhie,2012)

1. Garis pengaruh gaya reaksi (pada tumpuan).


Untuk menyelesaikan masalah reaksi tumpuan pada balok dengan cara garis pengaruh
dilakukan seperti diperlihatkan gambar 1.2
Beban bergerak bekerja sejarak x dari tumpuan A maka reaksi tumpuan dapat
dihitung sebesar beban dikalikan dengan ordinatnya, dapat dirumuskan sebagai berikut :
R = P. y ( 1.2 )
Dimana :
R = Reaksi tumpuan
P = Beban
Y = ordinat grafik

Garis Pengaruh RA
Muatan bergerak P biasanya diasumsikan dengan P = 1 t
Bila beban P terletak di tumpuan B maka :
MB = 0
RA . L = 0
RA = 0.( 1.3 )

MA = 0
- RB . L + P. L = 0
Rb = P( 1.4)

Garis Pengaruh RB
Muatan bergerak P biasanya diasumsikan dengan P = 1 t
Bila beban P terletak ditumpuan A maka :
MB = 0
RA . L P. L = 0
RA = P.( 1.5 )

MA = 0
- RB . L = 0
RB = 0( 1.6)

Gambar 1.2.a
Berdasarkan muatan yang melewatibalok sejarak x dari tumpuan A maka RA dan RB dapat
dinyatakan dengan :
RA = P1. Y1 + P2. Y2.( 1.7 )
RB = P1. Y3 + P2. Y4.( 1.8 )

Garis pengaruh momen.


. Garis Pengaruh Momen pada beban terpusat
Dalam penyelesaian masalah momen pada balok dengan cara garis pengaruh dapat
dilakukan seperti diperlihatkan pada gambar 1.3.a.
Untuk melukis garis pengaruh momen dilakukan dengan membuat busur
menggunakan jangka pusat titik A dengan jari-jari AC dari titik C ke titik A kemudian tarik
garis dari titik A ke titik B sehingga di dapat titik C selanjutnya tarik garis dari titik A ke C
maka diperoleh ABC yang disebut dengan garis pengaruh MC dengan ordinat Y berupa C-
C.
Beban sebesar P diletakkan pada balok AB sejarak x dari tumpuan B, maka
reaksi tumpuan di A sebesar :
Tinjauan terhadap titik A maka
MB = 0
RA = P. X . ( 1.9 )
L
MC = P. X . C ..( 2.0 )
L
Momen pada titik C merupakan garis lurus karena fungsi X berpangkat satu.
Untuk x = ( L- c) maka
MC = P. X .C/ L
MC = P. (L-c). c / L ( 2.1 )

Untuk P = 1 maka
MC = 1. (L-c). c / L

MC = (L-c). c / L .. ( 2.2 )
Tinjauan terhadap titik B maka

MA = 0
RB = P. (L-X) / L .( 2.3 )

MC = RB . (L-c)

MC = P. (L - X). (L c)/ L ..( 2.4 )


Momen pada titik C juga merupakan garis lurus karena fungsi X berpangkat satu
Untuk x = ( L- c) maka
MC = P.(L X).(L-.c)/ L

MC = P.{L- (L X)} .(L-.c)/ L

MC = P.c. (L-.c)/ L ( 2.5 )

Untuk P = 1 maka

MC = P.c .(L-.c)/ L

MC = c .(L-.c)/ L ( 2.6 )

Ordinat y dapat diselesaika dengan perbandingan segitiga pada ABC sehingga diperoleh
persamaan :
CC/ AA = (L-.c)/ L
Untuk CC = y maka
Y = AA. (L-.c)/ L .( 2.7 )

B. Garis Pengaruh Momen & Gaya Lintang


1. Umum
Pada bab sebelumnya telah dibicarakan mengenai reaksi, gaya lintang, momen dan
gayanormal suatu struktur oleh adanya beban luar yang bersifat statik (tetap) pada suatu
posisi.Berikut ini akan dibicarakan cara menghitung suatu reaksi, gaya lintang, momen dan
gayanormal suatu struktur sederhana, batang tersusun, rangka batang tiga sendi, pelengkung
tiga sendi dan kerangka 2D oleh berbagai macam beban gerak.

2. Garis Pengaruh pada Gaya Lintang


Gaya lintang sebetulnya jumlah semua gaya yang bekerja siku-siku pada garis sumbu
batang (balok tunggal) sebelah kiri atau yang dalam hubungan yang sama sebelah kanan pada
suatu potongan. Jikalau suatu gaya P = 1.0 bekerja sebelah kanan dari potongan c maka gaya
lintang Qc = Ra.
Oleh karena itu pada suatu gaya P = 1.0 yang bekerja antara potongan c dan tumpuan B
garis pengaruh gaya lintang menjadi juga garis pengaruh reaksi tumpuan A. Jika gaya P = 1.0
bekerja sebelah kiri dari potongan c maka gaya lintang Qc = Ra 1.0 = Rb. Oleh karena itu
pada suatu gaya P = 1.0 yang bekerja antara tumpuan A dan potongan c garis pengaruh pada
gaya lintang menjadi juga garis pengaruh pada reaksi tumpuan B yang negatif.

3. Garis Pengaruh pada Momen Lentur


Sudah kita ketahui, bahwa suatu gaya P = 1.0 pada suatu balok tunggal pada tumpuan
masing-masing tidak mengakibatkan suatu momen, dan karena itu ordinat = 0.
Jika kita memperhatikan suatu potongan c pada balok tunggal ini dan gaya P = 1.0
bekerja pad atitik potong c , maka gaya P = 1.0 mengakibatkan suatu momen sebesar M = 1.0
. x . x / l.
Hasil ini berarti bahwa ordinat pada garis pengaruh pada titik potong c juga menjadi
= 1.0 . x .x / l. Jika gaya P = 1.0 bekerja di sebelah kana potongan c sembarang, maka
momen itu menjadi M = Ra . x dan ordinat = Ra . x . Hasil ini berarti, bahwa garis pengaruh
ini menjadi garis pengaruh pada reaksi tumpuan A yang dikalikan dengan x, dan menjadi
suatu garis lurus.
Gaya P = 1.0 yang bekerja di sebelah kiri potongan c sembarang mengakibatkan momen
M = Rb . x yang menjadi garis pengaruh pada reaksi tumpuan B yang dikalikan dengan x.

4. Ringkasan
a. Garis pengaruh pada reaksi tumpuan A mempunyai pada titik tumpuan A ordinat = 1.0 dan
pada titik tumpuan B ordinat = 0 dan menjadi suatu garis lurus.
b. Garis pengaruh pada gaya lintang terdiri dari garis pengaruh pada reaksi tumpuan A yang
positif dan garis pengaruh pada tumpuan B yang negatif dengan garis penghubung vertikal
pada titik potong c. Garis pengaruh pada gaya lintang menjadi negatif pada bagian balok
tunggal sebelah kiri dan menjadi positif pada bagian sebelah kanan.
c. Garis pengaruh pada momen lentur mempunyai nilai (ordinat) = x . x / l pada titik potong
c pada ordinat = 0 pada titik tumpuan A dan B. Antara titik-titik tertentu ini garis pengaruh
menjadi garis lurus.
(Frick, Heinz. Mekanika Teknik 2)
Dalam penyelesaian masalah momen dan gaya lintang pada balok dengan cara garis
pengaruh dapat dilakukan seperti diperlihatkan pada Gambar 3.2

Gambar 3.2 Garis Pengaruh Momen dan Gaya Lintang


(Yhamrin,2012)
Untuk melukis garis pengaruh momen dilakukan dengan membuat busur dengan
menggunakan jangka dengan pusat titik A dengan jari-jari AC dari titik C ke titik A
kemudian tarik garis dari titik A ke titik B sehingga didapat titik C selanjutnya tarik garis
dari titik A ke C maka diperoleh ABC yang disebut dengan garis pengaruh MC dengan
ordinat Y berupa C-C
Beban sebesar P diletakkan pada balok AB sejarak X dari tumpuan B, maka reaksi tumpuan
di A sebesar :

Tinjauan terhadap titik A maka :


Momen pada titik C merupakan garis lurus karena fungsi X berpangkat
satu

Untuk x = (L-c) maka

Untuk P = 1 maka

Tinjauan terhadap titik B maka :

Momen pada titik C juga merupakan garis lurus karena fungsi X berpangkat satu
Untuk x = (L-c) maka:
Untuk P = 1 maka

Ordinat y dapat diselesaikan dengan perbandingan segitiga pada ABC sehingga diperoleh
persamaan :

Untuk CC=y maka

Pada garis pengaruh Gaya Lintang di titik C dilukiskan dengan cara membuat garis netral di
atas titik A dengan menarik garis 1 ton atau 1 meter pada bagian atas garis netral kemudian
pada bagian titik B dilukiskan hal yang sama 1 ton atau 1 meter di bawah garis netral dan dari
masing-masing titik tersebut di tarik garis ke arah titik A atau titik B.
Apabila perletakan beban P berada pada bagian CB dari balok AB maka gaya lintang DC
sebesar RA maka garis pengaruh RA diambil sampai batas BC. Garis pengaruh RA dan RB
sampai batas titik C. Dalam penyelesaian garis pengaruh gaya lintang maka ordinat ac dan bc
dapat diselesaikan dengan cara perbandingan segitiga. Dari Gambar 3.2 dapat dicari ordinat
ab berdasarkan segitiga bagian bawah

(Agus,2012)

1.Beban Terpusat (P)


Agar dicapai kondisi ekstrem, maka beban harus diletakkan pada ordinat maksimal
dari besaran yang diminta.
W = P. x. ( = ordinat garis pengaruh)
V A max = P. 1
= 5 ton
(Elib,2012)
2.Cantilever Beam

(Bina,2012)

a.Mencari Gp.MA & LA


MA= -P( l x )
x=0 MA= -P.l
x=l MA=0

b.Mencari Gp. Ml & Ll


0xa
Ml= -P(a-x)
x=0 Ml= -a
x=a Ml=0
LA= +P
a x l
Ml=0
Ll=0

(Bina,2012)
a). Gp. VA VA = 1 t
b).Gp. MA lihat kanan potongan
MA = - P.x
x=0 MA = 0
x = 12 MA = -12 t.m
c).Gp. MC lihat kanan potongan titik C (6 x 15)
MC = - P(x - 6) = - x + 6
x=6 MC = 0 t.m
x = 15 MC = 9 t.m
d).Gp. MF
P = 1t berjalan sepanjang ABC ; lihat kanan potongan titik F MF = 0
P = 1 berjalan sepanjang CD
MF = -.P (1,5)
a=0 MF = 0
a = 1,5 MF = a = 3
MF = 1,5
P =1t berjalan sepanjang DE(9x12)
MF = - P(x 7,5)
x=9 MF = -1,5
x = 12 MF = -4,5
e).Gp. LF
P = 1 berjalan sepanjang ABC
LF = 0
P = 1 berjalan sepanjang CD
LF =a/3
a=0 LF = 0
a = 1,5 LF = 1/2 t
a=3 LF = 1t
P = 1 berjalan sepanjang DE
LF = 1 ton

C. Beban berjalan
Merencanakan sebuah struktur perlu dimengerti tentang analisis beban-beban yang
bekerja. Semua bebab yang bekerja dari arah manapun dikondisikan menghasilkan
penjumlahan yang nol. Jika penjumlahan hasinya nol, maka struktur tersebut dapat dikatakan
stabil.Berdasarkan sifatnya beban struktur dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Beban mati, ialah semua beban yang diakibatkan oleh berat sendiri struktur atau unsur-unsur
lainya yang terikat secara permanent dan besaran juga posisinya tetap.
2. Beban hidup, ialah semua beban yang bekerja pada struktur selain beban mati. Besaran juga
posisinya berubah ubah. Berdasarkan sifatnya dapat dibedakan menjadai:
a. Beban yang dapat dipindahkan (moveable loads) yaitu beban yang dapat dipindahkan tanpa
menimbulkan getaran dinamik
Contoh : beban orang, beban mebel, alat-alat kantor.
b. Beban bergerak/ dinamik (moaving loads) yaitu beban yang bergerak terus-menerus pada
struktur sehingga menimbulkan getaran dinamik.
Contoh : beban angin, beban gempa, beban kendaraan, kereta api.

Sesuai dengan uraian diatas yaitu beban yang dapat menimbulkan getaran dinamik, maka
gaya ini perlu diwaspadai. Beban ini sangat berpengaruh sekali dalam struktur. Karena beban
ini bersifat melintas dan mempunyai tagangan yang mengejutkan maka perlu drencanakan
berapa tegangan maksimum yang mungkin akan terjadi pada struktur.
Beban yang bergerak (melintas) pada struktur dapat berupa:
1) Beban orang, baik sendiri maupun kelompok (yang dapat diasumsikan sebagai beban merata)
2) Beban kendaraan, Kereta api, Truk gandeng, Bus, Trailer, Peti kemas, Pesawat terbang,
Angkutan, dan lain-lain
Suatu rangkain beban yang melintas diatas suatu struktur dimana kedudukannya
selalu berubah, sedang besar dan arahnya telah tertentu. Kedudukannya yang selalu berubah
berakibat pada setiap tampang struktur. Untuk membantu menentukan bagian struktur yang
mengalami keadaan kritis (tegangan maksimum) oleh suatu posisi tertentu dari beban
bergerak digunakan Diagram Garis Pengaruh.

Garis pengaruh hanya memberikan indikasi posisi pendekatan dalam penempatan


beban, sedang untuk menentukan posisi kritis sesungguhnya dapat digunakan metode trial
and Error. Umumnya beban terbesar dari suatu rangkaian beban terpusat diletakkan pada
posisi ordinat terpanjang dari diagram garis pengaruh. Garis pengaruh adalah suatu diagram
yang ordinatnya menunjukkan besar dan sifat dari reaksi atau gaya-gaya dalam seperti
Momen Lentur (BM), Gaya Lintang (SF), dan Gaya Normal (NF) pada suatu titik yang
ditinjau bila sebuah beban satuan ( misal P = 1 ton ) melintas pada struktur yang
bersangkutan. Besarnya nilai reaksi atau gaya-gaya dalam untuk titik yang ditinjau tersebut
ditunjukkan oleh ordinat di bawah beban satuan tersebut berada. Konsep garis pengaruh
dipublikasikan oleh Emil Winkler (1868) di Dresden, jerman dan selanjutnya dikembungkan
oleh jacob Weyranch (1873)
2 BEBAN ATAU LEBIH

a. Reaksi Pada Tumpuan

Balok Sederhana
Balok Sederhana Dengan Kantilever (satu sisi)
Balok Sederhana Dengan Kantilever (dua sisi)
Balok Kantilever
Untuk semua kedudukan beban satuan, akan ditahan oleh Rav.

Gambar Jembatan
(Roland,2012)

Bagaimana cara membuat pembebanan oleh sebuah truk untuk rangka jembatan
diatas?
Gambar Truk
(Roland,2012)

Apakah besar beban terpusat A,B,C,D,E dan F adalah sama?


1.Rangkaian Beban Bergerak

Gambar rangkaian beban bergerak


(Binus,2012)

R = P = jumlah gaya vertikal


= P+P
= 1000+1000
=2000 kg

R.x = P.4 (terhadap titik A)


2000x= 1000.4
x= 2m
P1= 1000 kg ,P2=1500 kg
R= P = P1+ P2
=1000 +1500
=2500 kg

R.X= P2.4 (terhadap titik A)


2500 X=1500.4
X=2,4

P1= 800 kg
P2= 1000 kg
P3= 1200 kg

R= P = P1+P2+P3
=800+1000+1200
=3000 kg

R.X = P2.3+P3.6 (terhadap titik A)


3000x = 1000.3 + 1200.6
X=3,4

P1= 2000 kg, P2 = 2500 kg


P3 = 3000 kg, P4 = 3500 kg

R = P = P1+P2+P3+P4
=2000+2500+3000+3500
=11000 kg
R x = P2.2 + P3.5+P4.8 (terhadap titikA)
11000 x= 2500.2+3000.5+3500.8
x = 4,36 m

D. Contoh Soal Garis Pengaruh Momen & Gaya lintang


1).Soal 1 Dan Penyelesaian
(Roland,2012)

2).Soal 2 dan penyelesaian


(Roland,2012)
(Roland,2012)

(Roland,2012)

3) Soal 3 dan Penyelesaian


(Roland,2012)
(Roland,2012)

E. Contoh Soal Beban Berjalan


1).Soal 1 dan penyelesaian
(Roland,2012)
(Roland,2012)

2).Soal 2 dan Penyelesaian


(Roland,2012)
(Roland,2012)

3).Soal 3 dan penyelesaian


(Roland,2012)
(Roland,2012)

4).Soal 4 dan penyelesian


(Roland,2012)
(Roland,2012)

F. Kesimpulan dan Saran


1.Kesimpulan
Kesimpulan yang bisa kita ambil dari ulasan tentang Garis Pengaruh dan Beban berjalan
diatas adalah sebagai berikut :

a. Garis pengaruh adalah garis yang menunjukkan besarnya reaksi atau gaya dalam M (momen)
atau N (normal) atau D (lintang) tanpa hukum keseimbangan (M = 0 ; V = 0 ; H = 0 ) di
suatu titik dan merupakan salah satu cara penyelesaian konstruksi sipil mengenai reaksi
tumpuan, momen, dan gaya lintang yang dibebani dengan muatan bergerak.

b. Beban berjalan merupakan semua beban yang bekerja pada struktur selain beban mati.
Beban berjalan berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu beban yang
dapat dipindahkan (moveable loads) contohnya : beban orang, beban meubel, dan beban alat-
alat kantor. Dan yang satu lagi adalah beban bergerak (moving loads)atau beban yang
bergerak terus menerus pada suatu struktur. Contohnya : beban angin, beban gempa, beban
kendaraan, dan beban kereta api.
2.Saran

G. Pustaka

1) Ndufi.2012.nduufi.files garis-pengaruh.pdf Diakses pada 5 Desember 2012 Pukul 15.00


2) Roland Martin Simatupang.2012.http://martinsimatupang.lecture.ub.ac.id/2012/11/materi-
garis-pengaruh-dan-beban-berjalan/ Diakses pada 5 Desember 2012 Pukul 15.30

3) Thamrin.2012.http://thamrinnst.files.wordpress.com/2012/04/modul-6-garis-
pengaruh1.pdf Diakses pada 6 Desember 2012 Pukul 14.00
4) Yudhie.2012.http://yudhiedsg.blogspot.com/2011/12/beban-bergerak.html Diakses pada 8
Desember 2012 Pukul 08.00
5) Bina Nusantara.2012.www.repository.binus.ac.idcontentS0284S028443718.ppt Diakses pada
8 Desember 2012 pukul 09.00
6) Frick, Heinz. 2012. MekanikaTeknik2 ;Statikadankegunaannya. Edisipertama, Yogyakarta
7) Wesli/2010/Mekanika Rekayasa/ Yogyakarta : Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai