refkigalaherang13@gmail.com
ABSTRAK
Dalam Dunia jasa konrtruksi, produktivitas tenaga kerja adalah salah satu faktor
penentu keberhasilan sebuah proyek pembangunan. Dalam mengukur tingkat produktivitas
tenaga kerja ada berbagai macam cara, salah satunya yaitu dengan meneliti besarnya
tingkat LUR (Labour Utilitation Rate) masing-masing pekerja., yaitu meneliti sampai
seberapa tingkat efektivitas pekerja dalam bekerja. Besarnya tingkat produktivitas tenaga
kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah umur, pengalaman kerja, tingkat
pendidikan, kesesuaian upah dan komposisi kelompok kerjaBesarnya tingkat produktivitas
diperoleh dari hasil pengumpulan data tentang tingkat LUR (labour utilitation rate)
masing- masing pekerja selama. Pada Nilai LUR ini dimana pada pekerjaan di
Pembangunan Gedung Rusun TNI sebesar 80,15% dan di gedung STIK Muhammadiyah
sebesar 77,67%. Pada nilai LUR ini dimana pada pembangunan di Gedung Rusun TNI
sangant tinggi ini dikarenakan para tenaga kerja pada bagian plesteran mempunyai
kedisiplinan kerja yang tinggi serta target dari suatu pekerjaan yang harus dicapai,
sedangkan di STIK muhammadiyah faktor LUR nya sangat rendah ini diakibatkan
kurangnya disiplin bekerja pada tenaga kerja itu sendiri.perhitungan nilai koefisien yang
dibandingkan dengan nilai koefisien standar dari SNI 2837-2008 dan BOW Tahun 1982,
uraian koefisien di gedung Rusun TNI AD pada lantai 3 dimana mandor sebesar 0,009 OH,
tukang batu sebesar 0,139 OH, pekerja 0,111 OH. Sedangkan pada gedung STIK
Muhammadiyah koefisiennya adalah mandor sebesar 0,024 OH, tukang batu 0,167 OH,
dan Pekerja 0,215 OH.
Berdasarkan perbandingan Koefisien pekerjaan secara SNI, BOW dan perhitungan
dilapangan dalam proyek Rusun TNI AD di Kota Pontianak dan proyek gedung STIK
Muhammadiyah Pontianak, terlihat bahwa koefisien pekerjaan disetiap pelaksanaan
pekerjaan plesteran lebih rendah dari nilai koefisien SNI dan BOW, dimana berarti setiap
pekerja memiliki produktivitas yang tinggi dari analisa SNI dan BOW. Perbedaan nilai
koefisien perhitungan dilapangan dengan analisa SNI dan BOW disebabkan antara lain
karna dilapangan hanya ditinjau dari 2 proyek dengan tingkatan lantai yang berbeda,
sedangkan pada analisa SNI dan BOW adalah rangkuman dari beberapa proyek, jam kerja
yang ditinjau pada lapangan tidak penuh satu hari serta peralatan yang digunakan
dilapangan berbeda dengan yang digunakan pada analisa SNI dan BOW. Namun
perbandingan yang ditunjukkan tidak terlalu besar.
2
program SPSS dalam mengolah data dari literatur yang berkaitan dengan penelitian
laboratoriumdenganmenunjukkansertifikatujil yang dilakukan. Data yang didapat terdiri dari:
aboratoriumberskala Nasional a. Data lamanya pengerjaan Plesteran
danInternasional. yang dilakukan.
b. Data banyaknya pekerja yang
3. MetodologiPenelitian melakukan kegiatan Plesteran.
3.1. Bagan AlirPenelitian c. Data hasil Kuesioner yang telah diisi
oleh pekerja Plesteran.
3
pengerjaan plesteran yang telah data tentang pribadi dan untuk mengetahui
dikerjakan ; seberapa besar pengaruh umur, pengalaman
Pengumpulan data yang diperlukan kerja, upah, pendidikan, komposisi kerja dan
untuk menentukan produktivitas dari kedisiplinan pekerja diperoleh dengan
kinerja pekerja yaitu dari umur, menggunakan kuesioner. Untuk membantu
pengalaman kerja/masa kerja, tingkat dan memperjelas jawaban dari pertanyaan
pendidikan, kesesuaian terhadap upah, dilakukan juga wawancara kepada beberapa
kelompok pekerja serta kedisiplinan pekerja yang telah mengisi kuisioner.
kerja; Pelaksanaan penelitian produktivitas
tenaga kerja pada pekerjaan plesteran
Pengamatan ini didapat menjadi 3 dilakukan selama jam kerja yaitu mulai jam
aktivitas pekerja sehingga diperoleh data 08.00-16.00 dan 07.00-16.00, dengan waktu
berdasarkan metode producting rating yaitu istirahat mulai jam 12.00-13.00. Penelitian ini
waktu bekerja (working), waktu kontribusi dan tidak menutup kemungkinan dilakukan
waktu tidak bekerja (not working). Dari data- pengamatan pada jam kerja lembur.
data tersebut akan diperoleh besarnya Plesteran di Kota Pontianak. Penelitian
presentase LUR (labour utilitation rate) yang telah dilakukan terhadap 2 proyek Gedung
menunjukan nilai produktivitas masing-
masing pekerja. 4.1. Analisis Dan Pembahasan
4.2.1. Analisis Dan Pembahasan Produktivitas
3.4.1. Pelaksanaan Pengumpulan Data di Gedung Rusun TNI Pontianak
Pengumpulan data yang dibutuhkan Pada pengerjaan Plesteran di Gedung
untuk mengisi data yang akan di input pada Rusun TNI Pontianak ini terdapat 3 lantai,
aplikasi SPSS tersebut dilakukan setelah untuk perbandingan produktivitas pekerja
mengumpulkan data scoring lembar kuesioner Plesteran ini maka diambil sampel sebagai
yang disebar kepada pekerja plesteran di contoh dari perhitungan untuk mengetahui
bangunan yang diamati seberapa besar produktivitas dari Gedung
Setelah lembar kuesioner diberi kepada Rusun TNI Pontianak. Pada pekerjaan lantai 1
pekerja plesteran maka yang dilakukan di gedung Rusun TNI AD dengan volume
selanjutnya adalah mengamati waktu lama pekerjaan sebesar 2310 m² dengan lama
pengerjaan plesteran, kemudian volume hasil pekerjaan sebesar 11 hari, dengan ruang
pengerjaan plesteran tersebut. Data tersebut lingkup pekerjaan yaitu pada bagian kantor
sangat diperlukan untuk menghitung dan kamar.
produktivitas dari pekerja plesteran tersebut.
Tabel 1.merupakan data hasil kerja pada
3.4.2. Peralatan yang Dibutuhkan Lantai-1;
Untuk mendapatkan hasil yang baik,
dibutuhkan beberapa peralatan yang
mendukung penelitian ini, yaitu :
a. Lembar survey;
b.Lembar kuesioner;
c. Stopwatch;
d.Peralatan tulis
4
m²/hari, dan pekerja sebesar 118,31 m²/hari.
Sedangkan pada tingkatan lantai selanjutnya
mempunyai produktivitas paling rendah yaitu
pada lantai 3 dimana dengan rata – rata
produktivitas yaitu Mandor sebesar 107,33
m²/hari, Tukang semen 62,43 m²/hari, dan
pekerja sebesar 62,58 m²/hari.
5
pekerjaan yaitu pada bagian Parkir, ruang jaga
dan gudang. Pada produktivitas tenaga kerja dari
hasil perhitungan dapat diketahui tingkat
Tabel 4.data hasil kerja pada Lantai-1; produktivitas pekerjaan proyek pembangunan
gedung bertingkat yang ada di Kota
Pontianak. Dimana Dari hasil perhitungan
nilai rata-rata produktifitas di dapat uraian
produktivitas di gedung STIK Muhammadiyah
Pontianak pada lantai 1 mempunyai rata–rata
produktivitas paling tinggi yaitu Mandor
sebesar 37,98 m²/hari, Tukang semen 25,75
m²/hari, dan pekerja sebesar 25,32 m²/hari.
Sedangkan pada tingkatan lantai selanjutnya
mempunyai produktivitas paling rendah yaitu
pada lantai 6 dimana dengan rata–rata
produktivitas yaitu Mandor sebesar 13,32
m²/hari, Tukang semen 9,49 m²/hari, dan
pekerja sebesar 8,88 m²/hari.
6
dilapangan dalam proyek STIK Dari hasil perhitungan nilai rata-rata
Muhammadiyah di Kota Pontianak, terlihat produktifitas di dapat uraian
bahwa koefisien pekerjaan disetiap lantai itu produktivitas di gedung Rusun TNI AD
berbeda ini dikarenakan koefisien disetiap Pontianak pada lantai 1 mempunyai
lantai mempunyai volume hasil dan metode rata – rata produktivitas paling tinggi
yang berbeda. yaitu Mandor sebesar 286,15 m²/hari,
Namun pada pekerjaan mandor Tukang semen 130,51 m²/hari, dan
koefisien perhitungan lebih besar pekerja sebesar 118,31 m²/hari.
dibandingkan nilai SNI dan BOW dengan Sedangkan pada tingkatan lantai
demikian produktivitas mandor sangat rendah selanjutnya mempunyai produktivitas
namun pada koefisien tukang semen dan paling rendah yaitu pada lantai 3
pekerja perhitungan sangat tinggi dimana dengan rata – rata
dibandingkan dengan nilai SNI dan BOW. produktivitas yaitu Mandor sebesar
Dari kedua gedung tersebut kita dapat 107,33 m²/hari, Tukang semen 62,43
membandingkan produktivitas tenaga kerja m²/hari, dan pekerja sebesar 62,58
plesteran pada gedung bertingkat dengan m²/hari.
mengambil data produktivitas pada lantai 3 o Adapun penyebab dari perbedaan
sebagai perbandingan dimana pada Gedung produktivitas dari tiap lantai tersebut
Rusun TNI AD produktivitas mandor sebesar adalah dimana dari setiap lantai
107,33 m²/hari, tukang semen 62,43 m²/hari mempunyai metode pekerjaan
dan pekerja 62,58 m²/hari. Sedangkan pada plesteran masing – masing dengan
Gedung STIK Muhammadiyah produktivitas tingkat kesulitan dari pekerjaan tiap
Mandor sebesar 13,32 m²/hari, Tukang semen lantai itu sendiri, sehingga
9,49 m²/hari, dan pekerja sebesar 8,88 m²/hari. menyebabkan produktivitas tiap lantai
Dengan data diatas menunjukkan perbedaan mempunyai hasil produktivitas yang
produktivitas yang sangat signifikan antara berbeda.
metode pekerjaan pada Gedung Rusun TNI Sedangkan pada gedung STIK
AD dan STIK Muhammadiyah dimana Muhammadiyah pada lantai 1
kondisi lapangan dan metode kerja yang mempunyai rata – rata produktivitas
digunakan sangat berpengaruh terhadap paling tinggi yaitu Mandor sebesar
produktivitas dan efisiensi waktu yang 37,98 m²/hari, Tukang semen 25,75
digunakan sehingga berpengaruh pada volume m²/hari, dan pekerja sebesar 25,32
pekerjaan. m²/hari. Sedangkan pada tingkatan
lantai selanjutnya mempunyai
produktivitas paling rendah yaitu pada
5. PENUTUP lantai 6 dimana dengan rata – rata
5.1. Kesimpulan produktivitas yaitu Mandor sebesar
Setelah dilakukan pengolahan data dan 13,32 m²/hari, Tukang semen 9,49
pembahasan mengenai penelitian produktivitas m²/hari, dan pekerja sebesar 8,88
tenaga kerja pada pekerjaan plesteran di m²/hari.
gedung Rusun TNI AD dan STIK o Adapun penyebab dari perbedaan
Muhammadiyah Pontianak, maka dapat produktivitas dari tiap lantai tersebut
diambil kesimpulan sebagai berikut : adalah dimana dari setiap lantai
Pada Nilai LUR ini dimana pada mempunyai metode pekerjaan plesteran
pekerjaan di Pembangunan Gedung masing – masing dengan tingkat
Rusun TNI sebesar 80,15% dan di kesulitan dari pekerjaan tiap lantai itu
gedung STIK Muhammadiyah sebesar sendiri, sehingga menyebabkan
77,67%. Pada nilai LUR ini terdapat produktivitas tiap lantai mempunyai
perbedaan dikarenakan dari ketinggian hasil produktivitas yang berbeda. Serta
kedua gedung tersebut. Serta prilaku yang penggunaan tenaga kerja yang harus
diamati di lapangan menunjukkan bahwa lebih efektif dengan melihat volume dan
metode kerja dan arahan kerja yang waktu kerja yang dihasilkan dan
sangat berpengaruh terhadap nilai LUR penggunaan cara kerja yang lebih
itu sendiri. maksimal.
7
Perhitungan nilai koefisien yang dibandingkan nilai SNI dan BOW
dibandingkan dengan nilai koefisien dengan demikian produktivitas
standar dari SNI 2837-2008 dan BOW mandor sangat rendah namun pada
Tahun 1982, uraian koefisien di koefisien tukang semen dan pekerja
gedung Rusun TNI AD pada lantai 1 perhitungan sangat tinggi
dimana mandor sebesar 0,012 OH, dibandingkan dengan nilai SNI dan
tukang semen sebesar 0,013 OH, BOW.
pekerja 0,010 OH. Sedangkan pada Variabel yang telah ditentukan yaitu
Lantai 2 koefisien mandor sebesar umur, pengalaman kerja, tingkat
0,011 OH, tukang semen sebesar 0,085 pendidikan, kesesuaian upah,
OH, pekerja 0,068 OH dan pada lantai komposisi kelompok kerja serta
3 mandor sebesar 0,018 OH, tukang kedisiplinan kerja secara simultan
semen sebesar 0,138 OH, pekerja mempunyai pengaruh yang signifikan
0,110 OH terhadap besarnya produktivitas
Berdasarkan perbandingan Koefisien pekerjaan plesteran. Secara parsial
pekerjaan secara SNI, BOW dan atau sendiri-sendiri variabel yang
perhitungan dilapangan dalam proyek mempunyai pengaruh yang signifikan
Rusun TNI AD di Kota Pontianak, terhadap besarnya tingkat
terlihat bahwa koefisien pekerjaan produktivitas tenaga kerja Rusun TNI
disetiap lantai itu berbeda ini AD pada pekerjaan gedung adalah
dikarenakan koefisien disetiap lantai variabel umur dan variable
mempunyai volume hasil dan metode pengalaman kerja dan upah, serta pada
yang berbeda. gedung STIK Muhammadiyah variabel
Pada gedung STIK Muhammadiyah yang sangat berpengaruh adalah
nilai koefisien pada lantai 1 dimana variabel pengalaman,upah,komposisi
mandor sebesar 0,022 OH, tukang dan kedisiplinan kerja.
semen sebesar 0,221 OH, pekerja
0,221 OH. Sedangkan pada Lantai 2 5.2 Saran
koefisien mandor sebesar 0,021 OH, Beberapa saran yang dapat disampaikan
tukang semen sebesar 0,072 OH, untuk penelitian lanjutan agar diperoleh hasil
pekerja 0,103 OH dan pada lantai 3 dan manfaat yang optimal adalah sebagai
mandor sebesar 0,024 OH, tukang berikut :
semen sebesar 0,086 OH, pekerja Koefisienyang didapat pada penelitian
0,122 OH, di lantai 4 koefisien ini berupa koefisien kebutuhan tenaga
mandor sebesar 0,028 OH, tukang kerja, diharapkan untuk penelitian
semen sebesar 0,098 OH, pekerja selanjutnya untuk memperhitungkan
0,140 OH tenaga kerja serta material yang
Lantai 5 koefisien mandor sebesar digunakan sehingga koefisien dapat
0,031 OH, tukang semen sebesar dihitung berdasarkan analisa teknis.
0,109 OH, pekerja 0,156 OH dan di Untukmencapai produktivitas dan
Lantai 6 koefisien mandor sebesar efisiensi waktu, pada penggunaan
0,042 OH, tukang semen sebesar tenaga kerja harus lebih efektif lagi
0,148 OH, pekerja 0,211 OH dengan melihat kesulitan dari tingkatan
o Berdasarkan perbandingan Koefisien lantai yang dikerjakan sehinggan target
pekerjaan secara SNI, BOW dan waktu pekerjaan tercapai. Dan
perhitungan dilapangan dalam proyek penggunaan metode kerja serta
STIK Muhammadiyah di Kota perbaikan pada perlatan pekerjaan harus
Pontianak, terlihat bahwa koefisien lebih maksimal untuk meningkatkan
pekerjaan disetiap lantai itu berbeda volume pekerjaan, serta penggunaan
ini dikarenakan koefisien disetiap teknologi terbaru pada pekerja harus di
lantai mempunyai volume hasil dan perkenalkan untuk pencapaian kerja
metode yang berbeda. yang maksimal.
o Namun pada pekerjaan mandor
koefisien perhitungan lebih besar
8
6. DAFTAR PUSTAKA