Anda di halaman 1dari 24

Metode Takabeya

1 Anggapan Dasar
Dalam perhitungan struktur portal bertingkat banyak dengan metode
Takabeya, berlaku anggapan dasar sebagai berikut :
1. Deformasi yang disebabkan oleh gaya tekan/tarik dan geser dalam
diabaikan.
2. Hubungan antara balok dan kolom dianggap sebagai hubungan
kaku sempurna.
2 Persamaan Dasar

Mab Mba

A B
A
a

A B b
B

Mab Mba

A B

A a
a
wb
mab wa ba
b b
B
mba

Gambar 2.4 Struktur portal


Dimana :
ab
ab =
L ab

Mab , Mba = adalah besar momen akhir (design moment).


Mab , Mba = adalah besar momen primer sebelum titik b bergeser

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


mab , mba = adalah besar momen koreksi akibat adanya pergeseran
titik b sejauh ab dan perputaran titik nodal.

Mab dan Mba dapat dinyatakan sebagai fungsi dari perputaran dan
pergeseran sudut sebagai berikut :
Mab = mab + Mab

Mba = mba + Mba (2.1)


Dimana :
mab dan mba dapat diturunkan berdasarkan prinsip persamaan
perputaran sudut sebagai berikut :
mab .L mba .L
a = wa + ab = + ab (2.2)
3EI 6EI

mab .L mba .L
b = wb + ab = + + ab (2.3)
6EI 3EI

Dari persamaan (8.1b) dan (8.1c) diperoleh :


mab .L
2a + 2b = + 3ab (2.4)
2EI

Atau dapat ditulis dalam bentuk :

mab = 2EI
2a b 3 ab (2.5)
L

Maka dengan cara yang sama dapat diperoleh :

mba = 2EI
2b a 3 ab (2.6)
L

I
Apabila dinyatakan K ab , maka :
L

mab = 2EK ab 2a b 3 ab

mba = 2EK ab 2b a 3ab (2.7)

Dari persamaan (2.20), (2.21) dan persamaan (2.22), diperoleh :


mab = 2EKab 2a b 3ab Mab

mba = 2EKab 2b a 3ab Mba (2.8)


Kemudian oleh Fukuhei Takabeya persamaan tersebut

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


disederhanakan menjadi :
Mab =
Kab 2ma mb mab Mab
Mba = K ab 2m b ma mab M ba (2.9)
ma = 2 E K a , m ab = -6E K ab
K ab
mb = 2 E K b , k ab =
K

Dimana
K = adalah suatu harga konstanta kekakuan berdimensi m3, dan
ditetapkan sembarang.
ma = adalah momen parsiil akibat perputaran sudut a , selanjutnya
disebut momen rotasi (rotation moment) di titik A.
mb = adalah momen parsiil akibat perputaran sudut b , selanjutnya
disebut momen rotasi (rotation moment) di titik B.
m ab = adalah momen parsiil akibat pergeseran titik B relatif
terhadap titik A sejauh ab , selanjutnya disebut momen
perpindahan (displacement moment) dari batang AB.

3 Portal Bertitik Nodal Tetap


Pada portal dengan titik nodal tetap, semua titik nodalnya hanya
mengalami perputaran sudut dan tidak mengalami pergeseran sudut.
Sebagai contoh adalah pada portal yang balok dan kolomnya didukung
oleh perletakan dan pada portal yang simetris baik kekakuan maupun
pembebanan.
Untuk bentang A B berlaku :
Mab =
k ab 2ma mb mab . M ab

Mba = kba 2mb ma mab . M ba

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


E

B A D

Gambar 2.5 Portal dengan jumlah titik nodal genap


Karena titik nodalnya tidak bergeser, maka M ab = 0, sehingga pada
titik nodal A dinyatakan dalam bentuk persamaan di bawah ini :
Mab = k ab 2ma mb . M ab

Mac = k ac 2ma mc . Mac

Mad = k ad 2ma md . Mad

Mae = k ae 2ma me . Mae (2.10)

Selanjutnya, kesetimbangan pada titik nodal A atau dalam hal ini


jumlah momen di titik nodal A harus sama dengan nol (MA = 0).
Mab + Mac + Mad + Mae =0 (2.11)
Dari persamaan (2.25) dan persamaan (2.26) :
k ab k ab . mb Mab

k k ac . mc Mac
ma 2 ac + + = 0 (2.12)
k ad k ad . md Mad

k ae k ae . me Mae

a a

Maka dapat ditulis kembali :


( k ab ) . me
ma . a = a + ( k ab ) mb md ( k ad ) (2.13)
( k ac ) . mc

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


Dari persamaan (2.25) dan persamaan (2.26) maka :
kab 2ma mb M ab kac 2ma mc M ac kad 2ma md M ad kae 2ma me M ae 0

2ma k ab k ac k ad k ae kab .mb kac .mc kad.md kae .me Mab Mac Mad Mae
Notasi sesuai dengan usulan Takabeya :
k ab k ab . mb Mab

k k ac . mc Mac
ma 2 ac + + = 0
k ad k ad . md Mad

k ae k ae . me Mae

k ab Mab k ab . mb

k
ma 2 ac =
Mac
+ k ac . mc
= 0
k ad Mad k ad . md

k ae Mae k ae . me

k ae me
a a k ab mb k ad md
k ac mc

k ae
. me
a
k k
ma = a + ab mb ad md
a a a
k ac
. mc
a

Dapat ditulis ulang dalam bentuk :


k ae
. me
a
k k ad
ma = a + ab mb md (2.14)
a a a
k ac
. mc
a

Persamaan (2.29) juga disebut persamaan rotasi pada titik nodal A,


dan untuk persamaan pada titik nodal yang lain analog dengan cara di
atas.

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


4 Cara Perhitungan Portal Bertitik Nodal Tetap
Adapun cara perhitungan portal dengan titik nodal tetap, seperti
diuraikan di bawah ini :
1. Pada saat meninjau salah satu titik nodal, maka pada titik nodal
yang lain dianggap belum mengalami perputaran sudut. Misalnya
titik nodal yang ditinjau adalah titik nodal A, maka pada titik
nodal lain dianggap belum terjadi perputaran sudut, dengan kata
lain b,c,d ,e dan mb , mc , md, me 0 . Sehingga momen rotasi di
titik nodal A :

ma = m(a0) = a
a

Maka dengan cara yang sama :



mb = m(b0 ) = b
b


mc = m(c0) = c
c


md = m(d0 ) = d
d


me = m(e0) = e
e

2. Distribusikan harga-harga m(0) yang berada di seberang titik nodal


A tersebut, dengan mempergunakan persamaan (2.24) untuk
memperoleh harga m(1) sebagai berikut :

ae
. m(e0 )
a
ab ad
m(a1) = a + m(b0 ) m(d0 )
a a a
ac
. m(c0 )
a

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO



Dimana nilai a diganti dengan harga m(a0) sehingga menjadi :
a

ae
. m(e0 )
a
ad
m(a1) = m(a0) + ab m(b0 ) m(d0 )
a a
ac
. m(c0 )
a

Langkah selanjutnya, adalah dengan mendistribusikan kembali


harga m(an) ke dalam persamaan (2.24) untuk mendapatkan harga
m(an 1) dan langkah seperti ini juga berlaku sama pada titik nodal
yang lain dimana harga-harga perhitungan sebelumnya dan harga-
harga yang telah dihitung distribusikan pada perhitungan titik
nodal selanjutnya.
3. Langkah perhitungan sebelumnya dilakukan terus menerus sampai
mendapatkan harga-harga yang konvergen pada semua titik nodal
atau m(n) = m(n 1) .

4. Apabila telah mendapatkan harga-harga konvergen pada semua


titik nodal, perhitungan dilanjutkan untuk menghitung momen
akhir, dimana hasil-hasil perhitungan momen parsil tersebut
dikembalikan ke dalam persamaan (2.20), sebagai contoh
perhitungan momen desain pada titik nodal A :
Mab =
k ab 2m(an) m(bn) +M ab

Mac = kac 2m( n)


a m(cn) +M ac

Mad = k ad 2m(n )
a m(dn) +M ad

Mae = kae 2m( n)


a m(en) +M ae

5. Dalam perhitungan dengan metode ini, dapat dilakukan koreksi


terhadap momen akhir desain, apabila hasil perhitungan jumlah
momen akhir (M) pada setiap titik nodalnya tidak sama dengan

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


nol. Hal ini terjadi, karena dapat disebabkan oleh beberapa hal,
seperti adanya pembulatan angka, pemotongan angka atau hasil
konvergensi yang kurang tepat sehingga menimbulkan nilai selisih
pada penjumlahan nilai momen. Untuk perhitungan nilai selisih
yang terjadi dapat dilakukan dengan cara membagikan secara
merata dan sebanding dengan angka kekakuannya, sebagai berikut
:
k ab
Mab = M(ab
n)
M
k ab k ac k ac k ae

Untuk perhitungan koreksi pada Mac , Mad , Mae analog dengan


langkah di atas.

Gambar 2.6
Arah putaran pemberesan momen parsiil

5 Portal Dengan Dukungan Sendi


Dikatakan sebagai portal dengan dukungan sendi, apabila dukungan
b dan d adalah sendi, sehingga berlaku :
Mba = 0
Mda = 0

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


e

b a d

Gambar 2.7 Portal dengan dukungan sendi


Maka didapat rumus :
Mab = k ab 2ma mb + M ab

Mba = k ba 2mb ma + Mba

Selanjutnya dengan mengeliminir mb dari dua persamaan di atas


maka :
3 1
Mab = ma .k ab Mab Mba
2 2

3 1
Mad = ma .k ad Mad Mda (2.15)
2 2

Apabila :
1
M'ab = Mab Mba
2

1
M'ad = Mad Mda (2.16)
2

Maka persamaan (2.30) menjadi :


3
Mab = ma .k ab M'ab
2

3
Mad = ma .k ad M'ad (2.17)
2

Sementara pada batang-batang yang lain berlaku persamaan berikut :

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


Mac = k ac 2ma mc + Mac

Mae = k ae 2ma me + Mae (2.18)


Berdasarkan prinsip M = 0, maka harga-harga ma dari persamaan
(2.19) dan persamaan (2.33) dapat diturunkan dalam bentuk :
' me 'ae
ma = a + (2.20)
'a mc 'ac
Dimana :
' a = M' ab M'ad Mac Mae
'a = 2k ab k ac k ad k ae 1 k ab k ad a 1 k ab k ad
2 2

k ac
'ac =
'a

k ae
'ae = (2.21)
' a

6 Portal Dengan Keadaan Simetris


Dikatakan sebagai portal dalam keadaan simetris apabila keadaan
struktur portal baik dimensi dan beban yang bekerja bernilai sama merata.

e
CL

x x
P P
a a
d

a a

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


Gambar 2.8 Portal keadaan simetris
Terjadi hubungan antara :
a = a '

Hubungan ini terjadi, disebabkan oleh :


ma = 2 Ek . a

ma = ma '

Sehingga dari hubungan tersebut, diperoleh persamaan :


M'aa = k'aa (2 ma + ma ' ) + M'aa

Sehingga untuk persamaan-persamaan lain tetap :


M'aa = k'aa ( ma ) + M'aa

Mac = k ac (2 ma + mc ) + Mac

Mad = k ad (2 ma + md ) + Mad

Mae = k ae (2 ma + me ) + Mae (2.22)


Berdasarkan M = 0, maka hanya ma yang dapat diturunkan sebagai
berikut :
me ( "ae )

ma = a + md ( "ad ) (2.23)
"a mc ' ( "ac )

Dimana :
" a = a k'aa ; a = 2( k'aa + k ac + k ad + k ae )

k ac k ad k ae
" ac = ; "ad = ; "ae = (2.24)
" a " a " a

Sebagai catatan, bahwa untuk portal dalam keadaan simetris dengan


jumlah bentang genap nilai tidak diperlukan atau dapat langsung
menggunakan nilai yang ada.

7 Portal Bergoyang
Pada dasarnya prinsip-prinsip perhitungan pada portal bergoyang
sama dengan prinsip perhitungan pada portal dengan titik nodal tetap,

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


hanya saja dalam perhitungan portal bergoyang ditambahkan perhitungan
momen perpindahan (displacement moment) yang timbul akibat adanya
gaya horisontal yang bekerja pada portal yang dapat berupa gaya angin,
ataupun gaya gempa. Untuk gaya angin yang bekerja dikonversi menjadi
beban titik yang bekerja secara horisontal pada portal. Pada umumnya,
beban horisontal yang bekerja pada portal dianggap bekerja satu arah
pada titik nodal atau pertemuan antara balok dan kolom, dimana
pertemuan antara balok dan kolom ini dianggap menjadi satu kesatuan
yang sempurna (monolit).
Apabila pada masing-masing titik nodal terjadi perputaran sudut dan
penggoyangan arah horisontal yang dapat disebabkan oleh gaya angin dan
gempa, maka hal tersebut dianggap bekerja pada tiap-tiap lantai dan hal
ini hanya berlaku untuk portal dengan penggoyangan satu arah.
Dari persamaan umum sebelumnya didapat :
Mab =
k ab 2ma mb mab Mab

Mba = k ab 2m
b M
ma mab ba

Dimana :
ma = 2 E K a
mb = 2 E K b
m ab = -6E K ab
K ab
k ab =
K

k ab = adalah faktor kekakuan batang ab.


K = adalah konstanta kekakuan.
K ab
k ab = adalah faktor kekakuan batang ab = .
K

ma = adalah momen parsiil akibat perputaran sudut a , selanjutnya


disebut momen rotasi di titik A.
mb = adalah momen parsiil akibat perputaran sudut b , selanjutnya

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


disebut momen rotasi di titik B.
m ab = adalah momen perpindahan (displacement momen) yang
ab
disebabkan oleh ab = .
L ab

= merupakan sudut relatif antar tingkat.

W1
7 8
3000mm

h3 MI

1 1
W2
6 5 4
3000mm

h2 MII

2 2 2
W3
1 2 3
3000mm

h1 MIII

3 3 3

A B C

Gambar 2.9 Struktur portal bergoyang

Dari Gambar 8.5a di atas maka dapat dituliskan persamaan sebagai


berikut :
Pada tingkat 1 : M A1 = MB2 = MC3 = 6EK 3 = MIII

Pada tingkat 2 : M16 = M25 = M34 = 6EK 2 = MII

Pada tingkat 3 : M67 = M58 = 6EK 3 = MI

Apabila diambil sebagai contoh adalah titik nodal 5, maka dapat


ditulis :
M52 = k52 (2 M5 + M2) + M52

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


M54 = k54 (2 M5 + M4) + M54

M56 = k56 (2 M5 + M6) + M56

M58 = k58 (2 M5 + M8) + M58 (2.25)


Dan apabila dijumlahkan maka keseimbangan pada titik nodal 5 atau
M5 =0.
M5 = M52 + M54 + M56 + M58 = 0
(2.26)

Dari persamaan (2.39) dan persamaan (2.40) diperoleh :


k 52
(k 52 )(m2 m52 )
k M54
2 m5 54 + (k 54 )(m4 ) (k 56 )(m6 ) + =0 (2.27)
k 56 M56
(k 58 )(m8 m58 )
k 58

Apabila :
k 52
M54
2 k 54 = 5 dan = 5
k 56 M56

k 58

Maka persamaan (2.41) dapat ditulis dalam bentuk :


k 52


m2 m52
5
5 k 54
M5 = + m 4 m6 k 56 (2.28)
5 5 5
k 58


m8 m58
5

Atau dapat ditulis dalam bentuk :


52 m2 m52

M5 = 5 + 54 m4 m6 58 (2.29)
5

58 m8 m58

Persamaan (2.42) dan (2.43) adalah persamaan momen rotasi di titik

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


nodal 5 dimana :

54 = k 54
5

56 = k 56
5

52 = k 52
5

58 = k 58
5

Dalam perhitungan momen rotasi (rotation moment), pertama-tama


dengan menganggap bahwa pada titik-titik nodal yang lain belum terjadi
perputaran sudut dan penggoyangan sehingga :

m4 = m6 = m2 = m8 = 0
m52 = m52 = 0

Sehingga persamaan (2.43) atau momen rotasi pada putaran 0


menjadi :
(0) r
m5 =
r

Dengan cara yang sama, maka momen rotasi di titik-titik nodal yang
lain dapat diperoleh :
(0) r
mr =
r

Kemudian untuk perhitungan momen perpindahan (displacement


moment), diambil freebody pada masing-masing tingkat, sehingga
persamaan untuk momen perpindahan (displacement moment) dapat
diturunkan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat dalam Gambar 2.10 di
bawah ini.

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


W1
H7 H8

M76 M85

M67 M58

H7 H8

W2

H6 H5 H4

M61 M52 M43

M16 M25 M34

H6 H5 H4

W3

H1 H2 H3

M1A M2B M3 C

M A1 MB 2 MC3

H1 H2 H3

Gambar 2.10 Freebody diagram struktur portal bergoyang

Dari gambar di atas memberikan persamaan-persamaan


keseimbangan pada masing-masing frebody diagram.
Persamaan keseimbangan dari freebody diagram tingkat 3 atau
paling atas, sebagai berikut :
Frebody 7 8
H = 0
W1 = H7 + H8 (2.30)
Frebody 6 7
M7 = 0
M76
+ h1 . H7 = 0 (2.31)
M67

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


Frebody 5 8
M8 = 0
M85
+ h1 . H8 = 0 (2.32)
M58

Selanjutnya dengan menjumlahkan persamaan (2.31) dan persamaan


(2.32) maka, akan diperoleh persamaan :
M76 M85
+ + h1 . H7 + h1 . H8 = 0
M67 M58

M76 M85
+ + h1 (H7 + H8) = 0
M67 M58

Dan mengingat persamaan (2.44), maka diperoleh :


M76 M85
+ + h1 . W1 = 0
M67 M58

(2.33)
Apabila diisikan harga-harga berikut :
M67 = k67 (2 m6 + m7 + m 67 )

M76 = k67 ( m6 + 2m7 + m 67 )



M76
= 3k67 ( m6 + m7) + 2k67 . mI
M67

M58 = k58 (2 m5 + m8 + m58 )

M85 = k58 ( m5 + 2m8 + m58 )



M58
= 3k58 ( m5 + m8) + 2k58 . mI
M85

Sehingga persamaan (2.47) menjadi :


[3k67 ( m6 + m7) + 2k67 . mI ] + [3k58 (m5 + m8) + 2k58 . mI ] + h1 . W1
=0
atau
k
2mI 67 = h1 . W1 + (3k67) . (m6 + m7) + (3k58) . (m5 + m8)
k 58

(2.34)

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


Apabila :
k 67 3k 67 3k 58
2 = TI ; = t67 ; = t58 (2.35)
k 58 TI TI

Maka persamaan (2.48) dapat dituliskan dalam bentuk :


h1.W1
mI = ( t 67 )(m6 m7 ) ( t 58 )(m5 m8 ) (2.36)
TI

Persamaan keseimbangan dari freebody diagram tingkat 2, sebagai


berikut :
Frebody 4 5 6
H = 0
W2 + H7 + H8 = H6 + H5 + H4
W2 + W1 = H6 + H5 + H4 (2.37)

Jumlah keseimbangan momen pada freebody kolom 1 6, kolom 2


5 dan kolom 3 4 yaitu :
(M6 = 0) + (M5 = 0) + (M4 = 0)
Memberikan :
M16 M25 M34
+ h2 . H6 + + h2 . H5 + + h2 . H4 = 0
M61 M52 M43

M16 M25 M34


+ + + h2 . (H6 + H5 + H4) = 0
M61 M52 M43

Atau mengingat persamaan (2.51), maka :


M16 M25 M34
+ + + h2 . (W1 + W2) = 0 (2.38)
M61 M52 M43

Apabila diisikan harga-harga berikut :


M16 = k16 (2 m1 + m6 + m16 )

M61 = k16 ( m1 + 2m6 + m16 )


TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


M16
= 3k16 ( m1 + m6) + 2k16 . mII
M61

M25 = k25 (2 m2 + m5 + m 25 )

M52 = k25 ( m2 + 2m5 + m 25 )



M25
= 3k25 ( m2 + m5) + 2k25 . mII
M52

M34 = k34 (2 m3 + m4 + m34 )

M43 = k34 ( m3 + 2m4 + m34 )



M34
= 3k34 ( m3 + m4) + 2k34 . mII
M43

Sehingga persamaan (2.52) menjadi :


[3k16 ( m1 + m6) + 2k16. mII ] + [3k25 (m2 + m5) + 2k25. mII ] + [3k34 (m3
+ m4) + 2k34. mII ] + h1.W1 = 0
Atau
k16
TII = 2 k 25 ; t16 = 3k16
; t25 = 3k 25
; t34 = 3k 34
TII TII TII
k 34

Maka persamaan (2.52) menjadi :


k16
mII k 25 = h2 .(W1 + W2) + ( 3k16 )(m1 + m6) + ( 3k 25 )(m2 + m5) + (
k 34

3k 34 )(m3 + m4)
Atau :
h2 .(W1 W2 )
mII = ( t16 )(m1 m6 ) ( t 25 )(m2 m5 ) ( t 34 )(m3 m4 ) (2.53)
TII

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


Sedangkan untuk perhitungan momen perpindahan (displacement
moment), secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :
W1

W2

WR
a b c d e

k aA
k eE
t aA
t eE

WR1
A B C D E

Gambar 2.11 Momen perpindahan struktur portal bergoyang

n R
hR . Wn
n 1 m m m
mR = ( t aA ) a ( t bB ) b ....... ( t eE ) e (2.39)
TR m A mB mE

Dimana :
TR = 2(kaA + kbB + ..... + keE)

taA = 3 k aA ; ..........teE = 3 k eE
TR TR

Langkah pertama dalam perhitungan momen perpindahan adalah


dengan menganggap bahwa pada titik-titik nodal belum terjadi perputaran

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


sudut sehingga persamaan (2.41) dan (2.44) menjadi :
(0) h1.( W1 )
mI = (2.40)
TI

(0) h2 .(W1 W2 )
mII = (2.41)
TII

(0) hR .( W1 W2 .....WR )
mR = (2.42)
TR

MOMEN-MOMEN PRIMER :

P



= 2
. . 2
= +

2
A B . . 2
a b =

2
L

A B . (2 2 )
=

22
a b
L

dx



q 1 3 1 4 4
= 2 = +
[ ]
2 3 4 1
A B
1 3 1 4 2
2 1 = [ ]

q.dx 2 3 4 3
3 4
L

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


dx q

1 2 2 1 4 2
2 =
[ ]
q.dx 22 2 4 1
1
L

MOMEN-MOMEN PRIMER :



P
= 2
1
= +

8
A B 1
L L =

L 8
L

P


A B 3
=

16

L L L


1 2
q = +

A = 2 B 12
1
= 2

12
L



q
A 1
B = 2

8
L

TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO


TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO
TAKABEYA, Oleh : JOKO SURYONO

Anda mungkin juga menyukai