beton semen
Pd T-14-2003
5.2 Struktur dan jenis perkerasan beton
semen
Perkerasan beton semen dibedakan ke dalam 4
jenis
:
- Perkerasan beton semen bersambung tanpa tulangan
- Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
- Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
- Perkerasan beton semen pra-tegang
5.3 Persyaratan teknis
Campuran Beton Kurus (CBK) harus mempunyai kuat tekan beton karakteristik
pada umur 28 hari minimum 5 MPa (50 kg/cm) tanpa menggunakan abu
terbang, atau 7 MPa (70 kg/cm ) bila menggunakan abu terbang, dengan tebal
minimum 10 cm.
Dengan pengertian :
R : Faktor pertumbuhan lalu lintas
I : Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %.
UR : Umur rencana (tahun)
5.3.4.4 Lalu-lintas rencana
Lalu-lintas rencana adalah jumlah kumulatif sumbu kendaraan niaga pada
lajur rencana selama umur rencana, meliputi proporsi sumbu serta
distribusi beban pada setiap jenis sumbu kendaraan. Beban pada suatu
jenis sumbu secara tipikal dikelompokkan dalam interval 10 kN (1 ton) bila
diambil dari survai beban.
Jumlah sumbu kendaraan niaga selama umur rencana dihitung dengan rumus
berikut :
Dengan pengertian :
JSKN : Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana .
JSKNH : Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan dibuka.
R : Faktor pertumbuhan komulatif dari Rumus (5) atauTabel 3 atau Rumus
(6), yang besarnya tergantung dari pertumbuhan lalu lintas tahunan dan umur
rencana. C : Koefisien distribusi kendaraan
5.3.4.5 Faktor keamanan beban
Pada penentuan beban rencana, beban sumbu dikalikan dengan faktor keamanan
beban (F). Faktor keamanan beban ini digunakan berkaitan adanya berbagai
tingkat realibilitas perencanaan seperti telihat pada Tabel 4.
KB
A.1 Contoh Perhitungan Tebal Pelat
Beton Semen
A.1 Diketahui data parameter perencanaan sebagai beriku :
CBR tanah dasar =4%
Kuat tarik lentur (fcf) = 4,0 Mpa (fc = 285 kg/cm2, silinder)
Bahan pondasi bawah = stabilisasi
Mutu baja tulangan = BJTU 39 (fy : tegangan leleh = 3900 kg/cm ) untuk BMDT dan
BJTU 24 (fy tegangan leleh = 2400 kg/cm) untuk BBDT.
Koefisien gesek antara pelat beton dengan pondasi () = 1,3
Bahu jalan = Ya (beton).
Ruji (dowel) = Ya
Data lalu-lintas harian rata-rata :
- Mobil penumpang : 1640 buah/hari
- Bus : 300 buah/hari
- Truk 2as kecil : 650 buah/hari
- Truk 2as besar : 780 buah/hari
- Truk 3 as : 300 buah/hari
- Truk gandengan : 10 buah/hari
- Pertumbuhan lalu-lintas (i) : 5 % per tahun
- Umur rencana (UR) : 20 th.
Direncanakan perkerasan beton semen untuk jalan 2 lajur 1 arah untuk Jalan
Arteri.
Perencanaan meliputi :
Perkerasan beton bersambung tanpa tulangan (BBTT)
Perkerasan beton bersambung dengan tulangan (BBDT)
Perkerasan beton menerus dengan tulangan (BMDT)
A.1.2 Langkah-langkah perhitungan tebal pelat
a) Analisis lalu-lintas
Tabel 13 Perhitungan jumlah sumbu berdasarkan jenis dan bebannya.
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana (20 tahun).
JSKN = 365 x JSKNH x R (R diambil dari Tabel 4 dan Rumus )
= 365 x 4100 x 33,07
= 4,95 x 10^7
1+
1
=
= 33.07
+
2
=
b) Perhitungan repetisi sumbu yang terjadi.
310
= = 0,11 =
2710
2710
=
2710 + 1080 + 310
0,66
c) Perhitungan tebal pelat beton
1,13
= 0,28
4
1. ANALISA LALU-LINTAS
Analisa perhitungan jumlah sumbu dapat ditunjukan pada Tabel 1. langkah-
langkah perhitungannya adalah sebagai berikut:Analisa perhitungan jumlah sumbu
dapat ditunjukan pada Tabel 1. langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai
berikut:
- Menentukan konfigurasi beban
- Menentukan jumlah kendaraan
- Menentukan jumlah sumbu perkendaraan
- Menentukan jumlah sumbu = jumlah kendaraan x jumlah sumbu perkendaraan
- Menentukan nilai BS (beban sumbu) dan JS (jumlah sumbu)
Tabel 1. Perhitungan Jumlah Sumbu Rencana
MP 1 1 - - 3.969 0 0 0 0 0 0 0 0
4 2.487 0
0 5 529 0 0 0 0
0 5 529 0 0 0 0
Total 15.673 10.106 2.052 2.022
RD : Roda
K Depan, RB
et : Roda
er Belakang.
a RGD : Roda
n Gandeng
g Depan.
a RGB : Roda
n Gandeng
: Belakang,
BS : Beban
Sumbu,
JS : Jumlah
Sumbu
STRT :
Sumbu
Depan Rida
Tunggal,
STRG :
Sumbu
Tunggal
Roda
Ganda,
STdRG :
Sumbu
Tandem
Roda
Ganda
Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur rencana
(20 tahun)
Keterangan: TE = Tegangan Ekivalen, FRT = Fajtor Rasio Tegangan, FE = Faktor Erosi, TT = Tidak Terbatas
TE dan FE didapat dari Tabel; 8 dan 9
FRT didapat dengan membagi Tegangan Ekivalen TE oleh Kuat Tarik Lentur
Keterangan: TE = Tegangan Ekivalen, FRT = Fajtor Rasio Tegangan, FE = Faktor Erosi, TT = Tidak Terbatas
TE dan FE didapat dari Tabel; 8 dan 9
FRT didapat dengan membagi Tegangan Ekivalen TE oleh Kuat Tarik Lentur
Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan terjadinya retak memanjang. Jarak
antar sambungan memanjang sekitar 3 - 4 m.
Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan mutu minimum BJTU24 dan
berdiameter 16 mm.
Ukuran batang pengikat Dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
A = 204 x b x h dan
l = (38,3 x f) + 75
Dengan pengertian :
At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan (mm).
B = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan dengan tepi perkerasan (m).
H = Tebal pelat (m). l = Panjang batang pengikat (mm).
= Diameter batang pengikat yang dipilih (mm).
Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm.
Tipikal sambungan memanjang diperlihatkan pada Gambar 4
5.3.6.2 Sambungan pelaksanaan memanjang Gambar 7 Sambungan susut melintang dengan ruji
= 0,1179
5 + 7,97 + 7,71 + 7,89 + 7,74
9
BEBAN PER RODA
1. SUMBU TUNGGAL RODA TUNGGAL
2,66
= 0,527
5,05
=
270 245.00 25
RD = roda depan, RB = roda belakang, RGD = roda gandeng depan, RGB = roda gandeng belakang, BS = beban sumbu, JS = jumlah sumbu, STRT =
sumbu tunggal roda tunggal
STRG = sumbu tungga roda ganda, STdRG = sumbu tandem roda ganda
Keterangan Analisis Lalu-lintas
MP : mobil penumpang dimana beban sumbu adalah 2 ton, kemudian di distribusi
ke roda depan 1 ton dan roda belakang 1 ton (sumber : Pd-T-01-2003 Pedoman
Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen)
Untuk bus 2as dan truk 3as pembagian konfigurasi beban sumbunya sama,
menyesuaikan beban sumbu masing-masing kendaraan (sumber : Pd-T-01-
2003
Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen)
Untuk truk gandeng distribus beben sumbu di bagi pada empat roda, yakni roda depan
6 ton, roda belakang 14 ton, roda gandeng depan dan belakang masing-masing 5 ton.
(sumber : Pd-T-01-2003 Pedoman Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen)
Jumlah kendaraan di ketahui dari data yang ada
Jumlah sumbu per kendaraan, untuk mobil tidak ada ; untuk bus dan truk 3 as yakni 2
sumbu, kecuali truk gandeng 4 sumbu. (sumber : Pd-T-01-2003 Pedoman
Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen)
Jumlah sumbu kendaraan diperoleh dari perkalian antara jumlah kendaraan dan jumlah
sumbu per kendaraan
Beban Sumbu (BS) untuk jenis STRT di ambil dari konfigurasi beban depan,
kecuali truk 2 as (roda depan & roda belakang) dan truk gandeng (roda depan, roda
gandeng depan, dan roda gandeng belakang)
Jumlah sumbu (JS) untuk STRT,STRG,STdRG yakni jumlah kendaraan yang
ada berdasarkan data
Beban sumbu (BS) untuk STRG di ambil dari konfigurasi beban belakang, hanya
untuk jenis kendaraan bus dan truk 2 as besar
Beban sumbu (BS) untuk STdRG di ambil dari konfigurasi beban belakang, hanya
untuk jenis truk gandeng
Perhitungan Jumlah Sumbu
Kendaraan Niaga
(JKS
N)
Keterangan :
R : factor pertumbuhan lalu-lintas berdasarkan Umur Rencana (UR) dan
laju pertumbuhan per tahun (i) (table 3 factor pertumbuhan lalu-
lintas Pd T-14-2003 tentang pedoman perencanaan perkerasan jalan
beton semen)
Angka 0,5 pada perhitungan JKSN Rencana merupakan factor koefisien
distribusi dari perencanaan jalan 2 lajur 2 arah (Pd T-14-2003 tentang
pedoman perencanaan perkerasan jalan beton semen)
B. Repitisi Sumbu Yang Terjadi
4213012.5
Keterangan Perhitungan Repitisi Yang
Terjadi
Jumlah sumbu : akumulasi dari jumlah sumbu
masing-masing konfigurasi beban sumbu kendaraan
yang beratnya sama
Proporsi Beban : Jumlah sumbu masing-masing
beban/total jumlah sumbu (STRT/STRG/STdRG)
Proporsi Sumbu : Jumlah total sumbu
(STRT/STRG/STdRG) dibagi total jumlah
sumbu (STRT+STRG+STdRG)
Lalu lintas rencana : JKSN Rencana
Repitisi yang terjadi : Proporsi beban x Proporsi
sumbu x Lalu-lintas rencana
Perhitungan Tebal Pelat
Beton
Sumber data beban : Hasil survey
Jenis perkerasan : BBTT dengan ruji
Jenis bahu : beton
Umur rencana : 40 tahun
JSK : 4213012,5
Faktor keamanan beban : 1 (tabel 4 Pd T-14-2003 tentang pedoman
perencanaan perkerasan jalan
beton semen)
fcf umur 28 hari : 4 Mpa
Jenis & tebal lapisan pondasi : Stabilisasi semen 15 cm
CBR tanah dasar : 6,35%
CBR efektif : 27,5%
Tebal taksiran pelat beton : 8 cm
(diambil nilai minimum (150 mm) karena data yang ada tidak ada di dalam grafik)
Kesimpulan
Truk 2as 2 87 - - - -
2 4 - - 87 2 174
Kecil 4 87 - - - -
Truk 2as
5 8 - - 148 2 296 5 148 8 148 - -
Besar
Total 700 437 263 -
RD = roda depan, RB = roda belakang, RGD = roda gandeng depan, RGB = roda gandeng belakang
BS = beban sumbu, JS = jumlah sumbu,
STRT = Sumbu Tunggal Roda Tunggal, STRG = Sumbu Tungga Roda Ganda, STdRG = Sumbu Tandem
Roda Ganda
Keterangan Analisis Lalu-lintas
Jumlah sumbu kendaraan diperoleh dari perkalian antara jumlah kendaraan dan jumlah sumbu per
kendaraan
Beban Sumbu (BS) untuk jenis STRT di ambil dari konfigurasi beban depan, kecuali truk 2 as
(roda depan & roda belakang) dan truk gandeng (roda depan, roda gandeng depan, dan roda
gandeng belakang)
Beban sumbu (BS) untuk STRG di ambil dari konfigurasi beban belakang, hanya untuk jenis
kendaraan bus dan truk 2 as besar
Beban sumbu (BS) untuk STdRG di ambil dari konfigurasi beban belakang, hanya untuk jenis truk
gandeng
Jumlah sumbu (JS) untuk STRT,STRG,STdRG yakni jumlah kendaraan yang ada berdasarkan data
Perhitungan Jumlah Sumbu Kendaraan Niaga
(JKSN)
Keterangan :
R : factor pertumbuhan lalu-lintas berdasarkan Umur Rencana (UR) dan laju
pertumbuhan per tahun (i)
Angka 1 pada perhitungan JKSN Rencana merupakan factor koefisien distribusi
dari perencanaan jalan 2 lajur 2 arah
(Sumber: Pd T-14-2003 tentang pedoman perencanaan perkerasan jalan
beton semen)
Repitisi Sumbu Yang Terjadi
Perhitungan Repitisi Sumbu Rencana
Beban Jumlah Proporsi Proporsi Lalu-lintas Repitisi
Jenis Sumbu
Sumbu (ton) Sumbu Beban Sumbu Rencana yang terjadi
[7] = [4] x [5]
[1] [2] [3] [4] [5] [6] x [6]
STRT 5 148 0,34 0,62 1,235 x 107 2,6 x 106
4 87 0,2 0,62 1,235 x 107 1,5 x 106
3 115 0,26 0,62 1,235 x 107 2 x 106
2 87 0,2 0,62 1,235 x 107 1,5 x 106
Total 437 1,00
STRG 8 148 0,56 0,38 1,235 x 107 2,6 x 106
5 115 0,44 0,38 1,235 x 107 2,06 x 106
Total 263 1,00
STdRG - - - - 1,235 x 107 -
Total - -
Kumulatif 12,26 x 106
Dengan:
ProporsiBeban :
Jumlah sumbu masingmasing beban
Total jumlah sumbu (STRT/STRG/STdRG)
ProporsiSumbu :
Jumlah total sumbu (STRT/STRG/STdRG)
Total jumlah sumbu (STRT+STRG+STdRG)