Anda di halaman 1dari 9

Bab 2 Pembebanan dan Kemampuan Layanan 15

BAB 2
PEMBEBANAN DAN KEMAMPUAN LAYANAN

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)


Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa akan dapat:
 Menjelaskan jenis-jenis beban yang bekerja pada struktur beton bertulang
 Menjelaskan arti penting faktor keamanan
 Menjelaskan jenis kekuatan struktur beton bertulang
 Menghitung momen nominal dan momen perlu pada struktur lentur

2.1. Pembebanan
Dalam merencanakan suatu konstruksi (seperti gedung, jembatan) terlebih dahulu
perlu ketahui beban-beban yang akan bekerja, baik akibat berat sendiri maupun beban luar
serta pengaruhnya terhadap struktur secara keseluruhan.
Dalam SNI 2847 – 2013 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung), disebutkan
beberapa tipe beban yaitu:
1. Beban mati (dead load/D)
Berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala beban
tambahan, finishing, mesin-mesin serta perlengkapan tetap yang merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari gedung tersebut.
2. Beban hidup (live load/L)
Semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian suatu gedung, termasuk
beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan
atau beban akibat air hujan pada atap.
3. Beban atap (A)
Semua beban atap, yaitu kuda-kuda, penutup atap termasuk berat konstruksi plafon
untuk bangunan yang menggunakan plafon.
4. Beban hujan (rain / R)
Biasanya diperhitungkan untuk gedung dengan atap berupa plat beton. Berat air
dihitung per meter persegi. (Bj air = 1 gr/cm3 atau 1000 kg/m3). Dalam perencanaan
diusahakan agar air hujan dengan segera mengalir lewat pembuangan sehingga tidak
terlalu lama tergenang. Oleh karena itu kemiringan plat atap perlu diperhatikan.

Samuel Layang – Konstruksi Beton I


Bab 2 Pembebanan dan Kemampuan Layanan 16

5. Beban angin (wind/W)


Beban angin sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin, kemiringan atap. Angin bekerja
secara tegak terhadap kemiringan atap. Biasanya dikenal angin tekan dan angin hisap.
6. Beban gempa (earthquake / E)
Beban dalam arah horisontal dari struktur yang disebabkan oleh gempa, pada
umumnya yang disebabkan oleh gempa tektonik akibat pergeseran lempeng bumi baik
dalam arah horinsontal maupun vertikal. Indonesia dibagi menjadi 6 (enam) wilayah
gempa.

2.2. Faktor Keamanan


Untuk menjamin agar struktur yang direncanakan mampu menahan beban yang
bekerja, maka pada perencanaan struktur digunakan faktor keamanan tertentu. Faktor
keamanan terdiri atas dua jenis:
a. Faktor beban : faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja pada
struktur.
Faktor beban sangat tergantung pada kombinasi pembebanan. SNI 2847 : 2013 pasal
9.2 memberikan bermacam kombinasi pembebanan, beberapa diantaranya:
U = 1,4.D 2.1
U = 1,2.D + 1,6.L + 0,5.(Lr atau R) 2.2
U = 1,2.D + 1,6.(Lr atau R) + (1,0.L atau 0,5.W) 2.3
U = 1,2.D + 1,0.W + 1,0.L + 0,5.(Lr atau R) 2.4
U = 1,2.D + 1,0.E + 1,0.L 2.5
U = 0,9.D + 1,0.W 2.6
U = 0,9.D + 1,0.E 2.7
- Nilai faktor beban untuk L dalam persamaam 2.3 – 2.5 dapat direduksi menjadi
0,5.L, jika nilai L tidak lebih besar dari 4,8 kN/m2 (500 kg/m2). Namun faktor
tersebut tidak boleh direduksi untuk area garasi atau area publik
- Jika beban angin (W) belum direduksi oleh faktor arah, maka faktor beban untuk
beban angin dalam persamaan 2.3 diganti menjadi 0,8 dan dalam persamaan 2.4
harus diganti menjadi 1,6
- Untuk struktur yang memikul beban fluida, unsur tersebut dapat dimasukkan dalam
persamaan 2.1 – 2.5 dan 2. 7 dengan faktor beban yang sama dengan faktor beban
untuk beban mati

Samuel Layang – Konstruksi Beton I


Bab 2 Pembebanan dan Kemampuan Layanan 17

- Apabila ada pengaruh tekanan lateral tanah (H), maka ada beberapa kemungkinan
yaitu:
 Apabila H bekerja sendiri atau menambah efek dari beban-beban lainnya, maka
H harus dimasukkan dalam kombinasi pembebanan dengan faktor beban
sebesar 1,6
 Apabila H permanen dan bersifat melawan pengaruh dari beban-beban lain,
maka H dapat dimasukkan dalam kombinasi pembebanan dengan menggunakan
faktor beban sebesar 0,9
 Apabila H bersifat tidak permanen, namun pada saat H bekerja mempunyai sifat
melawan beban-beban lainnya, maka beban H boleh tidak dimasukkan dalam
kombinasi beban
Dalam perencanaan digunakan kombinasi beban yang terbesar. Notasi U
melambangkan beban ultimit (beban terfaktor). Beban ultimit adalah beban yang
dapat ditahan oleh struktur sesaat sebelum struktur tersebut mengalami kegagalan
(failure).
b. Faktor reduksi kekuatan (Ø) : faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur
(gaya dalam).
Faktor reduksi kekuatan perlu diberikan untuk memperhitungkan ketidakpastian dalam
pelaksanaan seperti dimensi atau posisi penulangan atau mutu beton maupun baja.
SNI 2847 – 2013 pasal 9.3 memberikan faktor reduksi sebagai berikut:
 Penampang terkendali tarik
Ø = 0,90 2.8
 Penampang terkendali tekan
Tulangan spiral  Ø = 0,75 2.9
Tulangan non spiral  Ø = 0,65 2.10
 Komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat
 Geser dan torsi (puntir)
Ø = 0,75 2.11
 Tumpuan pada beton
Ø = 0,65 2.12

Samuel Layang – Konstruksi Beton I


Bab 2 Pembebanan dan Kemampuan Layanan 18

2.3. Kekuatan Beton Bertulang


Menurut SNI 2847 – 2013 pasal 2.2, pada perhitungan struktur beton bertulang, ada
beberapa istilah untuk menyatakan kekuatan suatu penampang, yaitu:
a. Kuat nominal (Rn)
Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan
ketentuan dan asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor
reduksi kekuatan yang sesuai. Pada penampang beton bertulang, nilai kuat nominal
tergantung pada dimensi penampang, jumlah dan letak tulangan, serta mutu beton dan
baja tulangan. Kuat nominal biasanya ditulis dengan simbol Mn (momen), Vn (gaya
geser), Tn (torsi) dan Pn (gaya aksial) dengan subscript n.
b. Kuat rencana (Rr)
Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperoleh dari hasil
perkalian antara kuat nominal (Rn) dan faktor reduksi kekuatan (Ø). Kuat rencana
ditulis dengan subscript r, seperti Mr (momen), Vr (gaya geser), Tr (torsi) dan Pr (gaya
aksial).
c. Kuat perlu (Ru)
Kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan
beban terfaktor atau momen dan gaya yang berkaitan dengan beban tersebut dalam
suatu kombinasi beban (U). Kuat perlu ditulis dengan subscript u, seperti Mu
(momen), Vu (gaya geser), Tu (torsi) dan Pu (gaya aksial).

Kuat rencana (Rr) merupakan kekuatan gaya dalam (berada di dalam struktur),
sedangkan kuat perlu (Ru) merupakan kekuatan gaya luar (di luar struktur) yang bekerja pada
struktur. Untuk menjamin agar struktur mampu menahan gaya luar dan berat sendiri, maka:
Kuat rencana (Rr) ≥ kuat perlu (Ru)
2.13
Ø (kuat nominal) ≥ U

2.4 Kekuatan Beton Bertulang


Pada dasarnya perhitungan struktur beton bertulang meliputi:
 Hitungan yang berkaitan dengan gaya luar
 Hitungan yang berkaitan dengan gaya dalam
Pada hitungan dari gaya luar, harus disertai dengan faktor keamanan yang disebut
faktor beban (persamaan 2.1-2.7) sehingga diperoleh kuat perlu (Ru). Sedangkan pada

Samuel Layang – Konstruksi Beton I


Bab 2 Pembebanan dan Kemampuan Layanan 19

hitungan dari gaya dalam, disertai dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi kekuatan Ø
(persamaan 2.8 – 2.12), sehingga diperoleh kuat rencana Rr = Ø.Rn
Selanjutnya agar struktur mampu memikul beban dari luar yang bekerja pada struktur
tersebut, maka harus dipenuhi syarat bahwa kuat rencana Rr = Ø.Rn minimal sama dengan
kuat perlu. Dalam bentuk skema, prinsip hitungan struktur beton bertulang sebagai berikut:

Hitungan
struktur beton
bertulang

Hitungan gaya Hitungan gaya


dalam luar

Momen, gaya
geser, torsi, dll
Beban mati,
beban hidup,
beban gempa, dll.
Kuat nominal
Rn

Kuat rencana Rr =
φRn Kuat Perlu Ru

Rr atau φRn ≥
Syarat R: uRr atau φRn ≥ Ru

Contoh 2.1

Samuel Layang – Konstruksi Beton I


Bab 2 Pembebanan dan Kemampuan Layanan 20

Diketahui : Sebuah balok beton bertulang, seperti pada gambar diatas, dengan plat beton
diatasnya. Beban mati plat beton (qd) = 200 kg/m’, beban hidup yang bekerja
pada plat (ql) = 100 kg/m’. Berat jenis beton = 2400 kg/m3.
Ditanya : Hitunglah
a. Momen perlu (Mu)
b. Momen nominal (Mn)
Penyelesaian :
 Langkah 1 : Menghitung total beban yang bekerja pada balok
Beban mati
Berat balok = 0,3 x 0,5 x 2400 = 360 kg/m
Berat plat = 200 kg /m (+)
qd total = 560 kg/m
Beban hidup (ql) = 100 kg/m’
 Langkah 2 : Menghitung kombinasi pembebanan (persamaan 2.2)
qu = 1,2 . qd + 1,6 . ql
= 1,2 . 560 + 1,6 . 100 = 832 kg/m
 Langkah 3 : Menghitung momen perlu (Mu), jawaban a
Mu = 1/8 . qu . L2  L = panjang balok beton bertulang
= 1/8. 832 . 82 = 6656 kgm
= 66,56 kNm
 Langkah 4 : Menghitung Momen nominal balok (Mn), jawaban beton
Struktur merupakan balok beton tanpa beban aksial, sehingga dengan persamaan 2.5
diperoleh:
Mu = 0,9 . Mn  Mn = Mu/0,9
Mn = 66,56/0,9 = 73,96 kNm
Dari perhitungan diatas Mn > Mu (73,96 kN.m > 66,56 kN.m)  OK

Samuel Layang – Konstruksi Beton I


Bab 2 Pembebanan dan Kemampuan Layanan 21

RANGKUMAN

1. Beban yang bekerja pada suatu kontruksi bangunan dapat berupa beban mati, beban
hidup, beban atap, beban hujan, beban angin, beban gempa.
2. Untuk menjamin agar struktur mampu menahan beban yang bekerja mala digunakan
faktor keamanan yang berupa faktor beban dan faktor reduksi.
3. Faktor beban merupakan faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja
pada struktur dan sangat tergantung pada kombinasi pembebanan.
4. Faktor reduksi merupakan faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur
(gaya dalam) dan sangat dipengaruhi oleh perilaku struktur.

Samuel Layang – Konstruksi Beton I


Bab 2 Pembebanan dan Kemampuan Layanan 22

SOAL-SOAL LATIHAN

1. Sebutkan dan jelaskan beban-beban yang bekerja pada suatu bangunan!


2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan faktor beban!
3. Jelaskan arti penting faktor reduksi dalam suatu perencanaan struktur beton!
4. Hitunglah momen perlu (Mu) dan momen nominal (Mn) dari struktur lentur dibawah ini
jika beban mati terpusat (PD) = 100 kg, beban hidup terpusat (PL) = 250 kg, berat jenis
beton 2400 kg/m3.

Jawab : Mu = 15,5 kNm; Mn = 17,22 kNm

Samuel Layang – Konstruksi Beton I


Bab 2 Pembebanan dan Kemampuan Layanan 23

DAFTAR PUSTAKA

Asroni, Ali, 2017, Teori dan Desain Balok Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta

Badan Standardisasi Nasional, 2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.
SNI 2847 – 2013

McCormac, 2000, Desain Beton Bertulang Jilid I, Erlangga, Jakarta

MacGregor, 1997, Reinforced Concrete Mechanics and Design Third Edition, Prentice Hall, New
Jersey

Nawy E. G., 1989, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, Diterjemahkan Oleh: Bambang
Suryoadmono B., PT. Refika Aditama, Bandung

Setiawan, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013, Erlangga,
Jakarta

Tim Penyusun, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung: SNI 03 -
2847 – 2002, ITS Press, Surabaya

Samuel Layang – Konstruksi Beton I

Anda mungkin juga menyukai