BAB 2
PEMBEBANAN DAN KEMAMPUAN LAYANAN
2.1. Pembebanan
Dalam merencanakan suatu konstruksi (seperti gedung, jembatan) terlebih dahulu
perlu ketahui beban-beban yang akan bekerja, baik akibat berat sendiri maupun beban luar
serta pengaruhnya terhadap struktur secara keseluruhan.
Dalam SNI 2847 – 2013 (Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung), disebutkan
beberapa tipe beban yaitu:
1. Beban mati (dead load/D)
Berat semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala beban
tambahan, finishing, mesin-mesin serta perlengkapan tetap yang merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari gedung tersebut.
2. Beban hidup (live load/L)
Semua beban yang terjadi akibat pemakaian dan penghunian suatu gedung, termasuk
beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan
atau beban akibat air hujan pada atap.
3. Beban atap (A)
Semua beban atap, yaitu kuda-kuda, penutup atap termasuk berat konstruksi plafon
untuk bangunan yang menggunakan plafon.
4. Beban hujan (rain / R)
Biasanya diperhitungkan untuk gedung dengan atap berupa plat beton. Berat air
dihitung per meter persegi. (Bj air = 1 gr/cm3 atau 1000 kg/m3). Dalam perencanaan
diusahakan agar air hujan dengan segera mengalir lewat pembuangan sehingga tidak
terlalu lama tergenang. Oleh karena itu kemiringan plat atap perlu diperhatikan.
- Apabila ada pengaruh tekanan lateral tanah (H), maka ada beberapa kemungkinan
yaitu:
Apabila H bekerja sendiri atau menambah efek dari beban-beban lainnya, maka
H harus dimasukkan dalam kombinasi pembebanan dengan faktor beban
sebesar 1,6
Apabila H permanen dan bersifat melawan pengaruh dari beban-beban lain,
maka H dapat dimasukkan dalam kombinasi pembebanan dengan menggunakan
faktor beban sebesar 0,9
Apabila H bersifat tidak permanen, namun pada saat H bekerja mempunyai sifat
melawan beban-beban lainnya, maka beban H boleh tidak dimasukkan dalam
kombinasi beban
Dalam perencanaan digunakan kombinasi beban yang terbesar. Notasi U
melambangkan beban ultimit (beban terfaktor). Beban ultimit adalah beban yang
dapat ditahan oleh struktur sesaat sebelum struktur tersebut mengalami kegagalan
(failure).
b. Faktor reduksi kekuatan (Ø) : faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur
(gaya dalam).
Faktor reduksi kekuatan perlu diberikan untuk memperhitungkan ketidakpastian dalam
pelaksanaan seperti dimensi atau posisi penulangan atau mutu beton maupun baja.
SNI 2847 – 2013 pasal 9.3 memberikan faktor reduksi sebagai berikut:
Penampang terkendali tarik
Ø = 0,90 2.8
Penampang terkendali tekan
Tulangan spiral Ø = 0,75 2.9
Tulangan non spiral Ø = 0,65 2.10
Komponen struktur dengan tulangan spiral atau sengkang ikat
Geser dan torsi (puntir)
Ø = 0,75 2.11
Tumpuan pada beton
Ø = 0,65 2.12
Kuat rencana (Rr) merupakan kekuatan gaya dalam (berada di dalam struktur),
sedangkan kuat perlu (Ru) merupakan kekuatan gaya luar (di luar struktur) yang bekerja pada
struktur. Untuk menjamin agar struktur mampu menahan gaya luar dan berat sendiri, maka:
Kuat rencana (Rr) ≥ kuat perlu (Ru)
2.13
Ø (kuat nominal) ≥ U
hitungan dari gaya dalam, disertai dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi kekuatan Ø
(persamaan 2.8 – 2.12), sehingga diperoleh kuat rencana Rr = Ø.Rn
Selanjutnya agar struktur mampu memikul beban dari luar yang bekerja pada struktur
tersebut, maka harus dipenuhi syarat bahwa kuat rencana Rr = Ø.Rn minimal sama dengan
kuat perlu. Dalam bentuk skema, prinsip hitungan struktur beton bertulang sebagai berikut:
Hitungan
struktur beton
bertulang
Momen, gaya
geser, torsi, dll
Beban mati,
beban hidup,
beban gempa, dll.
Kuat nominal
Rn
Kuat rencana Rr =
φRn Kuat Perlu Ru
Rr atau φRn ≥
Syarat R: uRr atau φRn ≥ Ru
Contoh 2.1
Diketahui : Sebuah balok beton bertulang, seperti pada gambar diatas, dengan plat beton
diatasnya. Beban mati plat beton (qd) = 200 kg/m’, beban hidup yang bekerja
pada plat (ql) = 100 kg/m’. Berat jenis beton = 2400 kg/m3.
Ditanya : Hitunglah
a. Momen perlu (Mu)
b. Momen nominal (Mn)
Penyelesaian :
Langkah 1 : Menghitung total beban yang bekerja pada balok
Beban mati
Berat balok = 0,3 x 0,5 x 2400 = 360 kg/m
Berat plat = 200 kg /m (+)
qd total = 560 kg/m
Beban hidup (ql) = 100 kg/m’
Langkah 2 : Menghitung kombinasi pembebanan (persamaan 2.2)
qu = 1,2 . qd + 1,6 . ql
= 1,2 . 560 + 1,6 . 100 = 832 kg/m
Langkah 3 : Menghitung momen perlu (Mu), jawaban a
Mu = 1/8 . qu . L2 L = panjang balok beton bertulang
= 1/8. 832 . 82 = 6656 kgm
= 66,56 kNm
Langkah 4 : Menghitung Momen nominal balok (Mn), jawaban beton
Struktur merupakan balok beton tanpa beban aksial, sehingga dengan persamaan 2.5
diperoleh:
Mu = 0,9 . Mn Mn = Mu/0,9
Mn = 66,56/0,9 = 73,96 kNm
Dari perhitungan diatas Mn > Mu (73,96 kN.m > 66,56 kN.m) OK
RANGKUMAN
1. Beban yang bekerja pada suatu kontruksi bangunan dapat berupa beban mati, beban
hidup, beban atap, beban hujan, beban angin, beban gempa.
2. Untuk menjamin agar struktur mampu menahan beban yang bekerja mala digunakan
faktor keamanan yang berupa faktor beban dan faktor reduksi.
3. Faktor beban merupakan faktor keamanan yang berkaitan dengan beban luar yang bekerja
pada struktur dan sangat tergantung pada kombinasi pembebanan.
4. Faktor reduksi merupakan faktor keamanan yang berkaitan dengan kekuatan struktur
(gaya dalam) dan sangat dipengaruhi oleh perilaku struktur.
SOAL-SOAL LATIHAN
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, Ali, 2017, Teori dan Desain Balok Pelat Beton Bertulang, Graha Ilmu, Yogyakarta
Badan Standardisasi Nasional, 2013, Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung.
SNI 2847 – 2013
MacGregor, 1997, Reinforced Concrete Mechanics and Design Third Edition, Prentice Hall, New
Jersey
Nawy E. G., 1989, Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar, Diterjemahkan Oleh: Bambang
Suryoadmono B., PT. Refika Aditama, Bandung
Setiawan, 2016, Perancangan Struktur Beton Bertulang Berdasarkan SNI 2847:2013, Erlangga,
Jakarta
Tim Penyusun, 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung: SNI 03 -
2847 – 2002, ITS Press, Surabaya