Anda di halaman 1dari 59

1

PUSAT GRAVITASI DAN TITIK BERAT

PUSAT GRAVITASI : G( x, y )
Adalah titik kerja resultan gaya berat W, cara menentukan
titiknya adalah dengan membagi jumlah momen akibat gaya-gaya
berat W terhadap sumbu x dan y dibagi dengan resultan gaya W.
z z
y
y

W
dw
x
x G

y
y

x
o x o

 xdw  x.w
Pusat gravitasi Pelat : x =  dw = W y =
 ydw
 dw =

 y.w
W

z z
y
y

x G x dw
y

x
y

o x o

 xdw  x.w
Pusat gravitasi Kawat : x =  dw = W

 ydw  y.w
y =  dw = W

TITIK BERAT BIDANG DATAR DAN GARIS :


2

Dalam kasus pelat bersifat homogen, dan tebalnya seragam maka


(w dari berat suatu pias/elemen dapat dinyatakan sebagai :
(w = ( t (A dimana ( = berat per satuan volume
t = tebal pelat
(A = luas pias/elemen
Dengan cara yang sama, total berat :
W = ( t A dimana A = luas total pelat
Maka pusat gravitasi pelat homogen adalah :
xtA xA
x = tA = A
ytA yA
y = tA = A

TITIK BERAT BIDANG :

y y

x C A x dA
y

y
x
o x o

Untuk pelat yang bersifat homogen, maka pusat gravitasi G( x, y ),


juga dikenal sebagai titik berat C( x, y ) Jika pelat tidak homogen,
maka titik C( x, y ) tetap didefinisikan sebagai titik berat bidang,
namun pusat gravitasinya berubah .

TITIK BERAT GARIS :

y y

dL
L x
y

x C
y

x
o x o
3

Untuk kawat yang bersifat homogendan berpenampang seragam


maka berat (w dari berat elemen/pias kawat dapat dinyatakan
sebagai :
(w = (a(L dimana : ( = berat per satuan volume
a = luas penampang kawat
(L = panjang pias/elemen

Sama halnya dengan pelat homogen, maka pusat gravitasi kawat


homogen akan berimpit pula dengan titik berat garis L yaitu : C (
x, y ) .
xaL xL
x = aL = L
yaL
yL
y = aL = L

SUMBU SIMETRI DAN PUSAT SIMETRI

Sumbu Simetri :

suatu bidang A dikatakan simetris terhadap sumbu BB’


jika setiap titik P pada bidang tersebut memiliki
padanan P’ pada bidang yang sama, hingga PP’ tegak
lurus dengan BB’. Maka BB’ tsb. dikatakan sumbu
simetri dari bidang A tersebut.

Yang perlu diperhatikan adalah titik berat luasan bidang A akan


selalu terletak pada sumbu simetrinya.
Perhatikan gambar berikut :

Y adalah sumbu simetri

Setiap elemen dA yang berabsis –x


akan mempunyai padanan dA’
yang berabsis x, dari rumus titik berat :
xtA xA
x = tA = A

maka akan didapat x = 0 , yaitu


terletak di sumbu y
4

Sedangkan titik berat bidang yang


mempunyai dua sumbu simetri atau
lebih, maka titik beratnya terletak pada
pertemuan sumbu-sumbu simetrinya.

Demikian pula untuk titik berat garis.

Pusat Simetri : suatu bidang A


dikatakan simetris terhadap titik
Berat O, jika setiap elemen
bidang dA (x,y) me-
Miliki padanan elemen bidang
dA’ (-x,-y)
[Type a quote from the
document or the summary of
an interesting point. You can
position the text adalah
Yang perlu diperhatikan box anywhere
:
in the document. Use the Text
1. SuatuBoxbentuk
Tools tab yang
to change the
memiliki pusat simetri tidak selalu
formatting
mempunyai of the pull
sumbu quote
simetri
text box.]
2. Jika suatu bentuk memiliki dua sumbu simetri yang saling
tegak lurus maka titik potong kedua sumbu simetrinya
merupakan pusat simetri.

TITIK BERAT DAN PANJANG GARIS YANG


BIASA DIJUMPAI :

1. Seperempat Lingkaran : x = y =
2r/( ,
L=(r/2
5

2. Setengah Lingkaran : x = 0 , y
=2r/(
,L=(r

TITIK BERAT DAN LUAS BENTUK BIDANG YANG BIASA


DIJUMPAI :

1. Persegi Panjang : x=
b/2 ,
y =
h/2

A=b
h

2. Berbagai bentuk Segitiga :


A=bh/2

3. Seperempat lingkaran

x = y = 4r/3( , A = ( r2 /4

4. Setengah lingkaran
x =0, y =4r/3( , A = ( r2 /2
6

5. Setengah parabola

x =3/8 a , y =2/5 h , A= 2/3


ah

6. Parabola
x =0 , y =2/5 h , A= 4/3 a h

7. Seperempat ellips

x =4/3 a/( , y =4/3 b/(


A= (ab/4

8. Setengah ellips
x =0 , y =4/3b/( ,
A=(ab/2

9. Spandrel parabolik :
x =3/4 a , y =3/10 h
A= 1/3 a h

10. Sektor Lingkaran :


x =2rsin (/3( , y =0
A = ( r2

Untuk bentuk-bentuk yang tidak umum, titik berat bisa dihitung


dengan rumus integrasi :
7

 xdA
x=  dA =
Statismomenterhadapsumbuy
luasbidang
 ydA
y=  dA =
Statismomenterhadapsumbux
luasbidang

Untuk bentuk-bentuk yang terdiri dari gabungan bentuk-bentuk


umum, rumus titik beratnya :

x1 A1  x 2 A2  ...  x n An
x = A1  A2  ...  An

y1 A1  y 2 A2  ...  y n An
y = A1  A2  ...  An

Contoh soal :

Cari titik berat luasan yang


tergambar berikut ini :
8

Penyelesaian : menggunakan integrasi


 xdA Statismomenterhadapsumbuy
x =  dA = luasbidang
2

 xydx  x.2 x .dx 2 / 4.x 4 4


0
128
2

 ydx =  2 x 2 / 3.x 4 4
x = dx
= = 42.67 = 3 0

cek dengan menggunakan rumus pada bentuk spandrel


parabolik x = ¾.a=¾.4 = 3
luas bidang = (1/3).a.h=(1/3).4.32=42.67
Statismomenterhadapsumbux
y= luasbidang
2
 0.5 y.dA  0.5.2 x .2 x 2 .dx

2 / 5.x 5 4
0

y = luas.bidang = 42.67 42.67 = 9.6

cek dengan menggunakan rumus pada bentuk spandrel


parabolik y = (3/10).32 = 9.6

2. Cari titik berat luasan yang merupakan gabungan dua persegi


seperti tergambar berikut ini :
30cm
10cm

15cm
40cm

Kerjakan
30cm

kembali
dengan
potongan
15cm yang
Penyelesaian : berbeda.
x1=15cm

x2=7.5cm X

y1=5cm
Bidang I

y2=25cm

Bidang II

Y
9

x1 A1  x 2 A2 15.(30 x10)  7,5.(15 x30)


x = A1  A2 = (30 x10)  (15 x30) = 10.5 cm
y1 A1  y 2 A2 5.(30 x10)  25.(15 x30)
y= A1  A2 = (30 x10)  (15 x30) = 17 cm

MOMEN INERSIA (KEKAKUAN PENAMPANG)

Momen Inersia/Momen kelembaman/ Kekakuan penampang adalah :


Jumlah dari hasil perkalian antara luas bagian-bagian kecil
bidang dengan kuadrat jarak terhadap suatu garis yang
ditentukan.

Momen Inersia berdimensi satuan panjang pangkat 4 dan selalu


positip . Yaitu cm4, m4 atau inch4.

Momen Inersia terhadap sumbu X : Ix = y dA


2

Momen Inersia terhadap sumbu Y : Iy = x dA


Momen Inersia terhadap sumbu Z : Iz =
2
r dA   ( x  y )dA  Ix  Iy
2 2
10

MOMEN INERSIA TRANSLASI

Momen Inersia terhadap sumbu X’ :


2
(y  y ) 2 dA   ( y 0  2. y 0 . y  y )dA
2
0
Ix’ =
Ix’ = y02 . A + 0 + Ix

Jadi rumus umum momen inersia translasi adalah :


I x’ = yo2 A + I x
I y’ = xo2 A + I y
Untuk Momen Inersia bentuk-bentuk lain bisa dilihat di tabel !

MOMEN INERSIA terhadap garis-garis netral yaitu sumbu-sumbu titik


berat pada bentuk –bentuk dasar adalah sebagai berikut :

1. Bentuk persegi panjang dengan lebar b dan tinggi h :

Mencari momen inersia terhadap garis netral horisontal


(sumbu X) :
Y
garis netral

dy
y garis netral
h

C X
titik berat

Ix = y dA
=  y2 b. dy = (1/3) b. y3 (-h/2 +h/2
= (1/3)b[(h/2)3-(-
h/2)3]
11

= (1/3)b[h3/8 – (-h3/8)]

Ix = (1/12).b.h3

Mencari momen inersia terhadap garis netral vertikal (sumbu


Y) :
Y
garis netral

b
x

garis netral
h
C X
titik berat

dx

2 2

Iy = x=
dA
h.dx x
= (1/3) h. x3 (-b/2 +b/2
= (1/3)h[(b/2)3-(-
b/2) ]
3

= (1/3)h[b3/8 – (-b3/8)]

Iy = (1/12).h.b3

2. Bentuk segitiga sama kaki dengan lebar b dan tinggi h :

Mencari momen inersia terhadap garis netral horisontal


(sumbu X) :
Y
garis netral

a /b = {(2/3)h-y}/h
a = (b/h)[(2/3)h-y]
(2/3)h

dy a
y h

C garis netral
X
titik berat
(1/3)h

2 2

Ix =y dA
=
y a. dy = (b/h).[(2/3)h-y].dy
2 y
= (b/h)[(2/3)h.(1/3)y3 – (1/4)y4 (-1/3h +1/3h
12

= (b/h)[(2/9)h{(8/27)h3 – (-1/27)h3} – (1/4){(16/81)h4 –


(1/81)h4} ]
= (b/h) [ (18/243)h4 – (15/324)h4 ]

Ix = (1/36) b. h3
Mencari momen inersia terhadap garis netral vertikal (sumbu Y) :

Y
garis netral

c /h = {(b/2)-x}/(b/2)
c = (2h/b)[(b/2)-x]
(2/3)h

h
c

C X garis netral
titik berat
(1/3)h

dx
x
b

2 2

Iy =  x dA
=2.  x cdx
= 2.  (2h/b)((b/2)-x) dx
x2
=(4h/b) [(b/2).(1/3)x3 – (1/4)x4](0 b/2
Iy = (4h/b)[(1/48)b4 – (1/64)b4]
Iy = (4h/b) [ (4/192)b4 – (3/192)b4 ]
Iy = (4h/b) (1/192)b4
Iy= (1/48) h b3
3. Luasan lingkaran dengan jari-jari R
x = R cos(
y = R sin( ( dy = R cos( d(
dA = x dy = R cos( R cos( d(
dA = R2 cos2( d(
sin 2( = 2 sin( cos(
(sin 2()2 = 4 sin2( cos2(
sin2( = (1 – cos2()/2
sin22( = (1- cos4()/2

Mencari momen inersia terhadap garis netral horisontal


(sumbu X) :
2

Ix =  y dA = 4  (Rsin()2 . R2cos2( d( = 4 R4  sin2(.cos2(.d(


2

=4R 4  (1 / 4) sin 2d(


= R4  (1  cos 4 ) / 2d
 /2
=(1/2)R [(-(1/4)sin4(]
4 0

= (1/2)R4 [((/2)-0]
Ix = (1/4)(R4 = (1/64) )(D4
13

4. Lingkaran berongga (Cincin) dengan jari-jari luar R 0 dan jari-jari


dalam R1
Ix = (1/4)((R04 –R14)

Contoh Soal :
Dari contoh soal mencari titik berat seperti yang telah dibahas
sebelumnya :
1. Cari momen inersia luasan yang tergambar berikut ini :
14

Penyelesaian : menggunakan integrasi


Momen Inersia terhadap sumbu X :

Ix = y dA
2
 ((1 / 2)2 x
) 2 (2 x 2 ) dx   2 x 6 dx  (2 / 7) x 7 4
0
Ix =
Ix = 4681.14
Momen Inersia terhadap sumbu Y :
2 2

Iy = x =
dA x
(2 x 2 ) dx  (2 / 5) x 5 04  409.6
2. Cari momen inersia luasan yang merupakan gabungan dua
persegi seperti tergambar berikut ini :
30cm
10cm

15cm
40cm

30cm

15cm
Penyelesaian :
Untuk mencari titik berat perlu dicari dulu titik beratnya, dan
ini sudah didapat yaitu :
x  10.5cm
dan y = 17 cm
Selanjutnya, gunakan momen Inersia translasi , terhadap garis
netral gabungan :
I x’ = yo2 A + I x
I y’ = xo2 A + I y
Ix = Momen Inersia terhadap sumbu x nya sendiri =
(1/12)bh3
Iy = Momen Inersia terhadap sumbu y nya sendiri =
(1/12)hb3
y0 = y- y
x0 = x - x
15

b1=30cm

b2=15cm X

y=17 cm
h1=10cm
Bidang I

h2=30cm

Bidang II

x=10.5cm
Y

Ix’ = (Ix’)1 + (Ix’)2


Ix’ = [(1/12)b1.h13 + b1.h1.(y1- y )2] + [(1/12)b2.h23 + b2.h2.(y2-
y )2 ]
Ix’ = (1/12).30.103 + 30.10.(5-17)2 + (1/12)15.303 + 15.30.
(25-17)2
Ix’ = 108250 cm4
Iy’ = (Iy’)1 + (Iy’)2
Iy’ = [(1/12)h1.b13 + h1.b1.(x1- x )2] + [(1/12)h2.b23 + h2.b2.(x2-
x )2]
Iy’ = (1/12).10.303 + 10.30.(15-10.5)2 + (1/12)30.153 + 30.15.
(7.5-10.5)2
Iy’ = 41062.5 cm4

Cari Momen Inersia untuk penampang dibawah

30 cm

10 cm

20 cm

10 cm

10 cm
16

ILMU KEKUATAN BAHAN

Kita dapat memeriksa gaya-gaya dalam yaitu Normal, Lintang dan


Momen yang bekerja pada sebuah batang dari suatu struktur jika :

 Batang mempunyai cukup “kekuatan” untuk memikul gaya


yang bekerja tanpa hancur atau patah
 Batang mempunyai cukup “kekakuan”, sehingga deformasi
atau perubahan bentuk tidak membuat struktur sia-sia.
 Batang mempunyai cukup “stabilitas”, ini berarti bahwa
batang tidak runtuh tiba-tiba akibat gaya yang bekerja pada
batang tersebut.

Pemeriksaan di atas diselesaikan dengan ilmu kekuatan bahan.

GAYA-GAYA DALAM DAN TEGANGAN

Jika ingin memeriksa bahwa batang mempunyai cukup


kekuatan, kita harus membandingkan gaya-gaya dalam yang ada
(ingat pengertian gaya dalam pada materi mekanika teknik 1 yaitu
gaya-gaya yang bekerja pada penampang elemen struktur , terdiri
dari gaya normal, gaya geser/lintang dan gaya momen) dengan
ketahanan/kekuatan bahan dari batang . Kita ingin menggambarkan
ketahanan/kekuatan bahan dengan suatu pengertian yang tak
tergantung banyaknya bahan . Untuk itu , kita memakai konsep
tegangan.

Tegangan = intensitas gaya-gaya dalam tiap satuan luas

Tegangan didapat dengan mendistribusikan gaya pada


penampang elemen, intensitas tiap satuan luasnya adalah
tegangan.

Intensitas gaya yang tegak lurus atau normal terhadap irisan


disebut tegangan normal (Normal Stress), dilambangkan dengan (.
Secara matematis didefinisikan sebagai :
F
( = lim A  0 A
dimana : ( = tegangan normal
F = gaya yang bekerja tegak lurus penampang
A = luas penampang yang bersangkutan

Intensitas gaya-gaya yang bekerja sejajar dengan bidang dari


luas elemen disebut tegangan geser (Shearing Stress),
dilambangkan dengan  , secara matematis didefinisikan sebagai :
17

V
A
( = lim A  0
dimana : ( = tegangan geser
V = gaya yang bekerja sejajar irisan penampang
A = luas penampang

Dibawah ini terlihat gambar yang menunjukkan komponen normal


dan geser dari tegangan.

P1
P2

BEBAN AKSIAL, TEGANGAN NORMAL

Kita perhatikan sebuah batang yang dibebani secara aksial


oleh gaya normal N. gaya Normal N akan didistribusikan pada
seluruh penampang batang. Penyebaran/pendistribusian gaya
normal N tiap satuan luas disebut tegangan normal, dan
dilambangkan (N.

Selanjutnya, dari definisi tegangan, tegangan yang bekerja tegak


lurus, pada potongan tersebut adalah :
( = P/A atau gaya/luas

Tegangan normal didistribusikan dengan merata pada luas


penampang seperti terlihat pada gambar di sisi paling kanan berikut
ini .
18

Contoh soal :

1). Suatu batang dibebani gaya normal tarik N sebesar 56 kN, luas
penampang batang adalah
(20x20)mm2,

maka tegangan tariknya adalah :


(t = 56000 N/400 mm2 = 56000 N/400.10 -6m2 = 140x106
N/m = 140 Mpa
2

Jika batang tarik tersebut dibuat dari batang baja St 37, kita dapat
mengetahui bahwa dalam peraturan , tegangan ijin tariknya adalah
160 Mpa, karena tegangan tarik yang terjadi (140 Mpa) < tegangan
ijin tarik (160 Mpa) maka, dapat dikatakan bahwa batang tersebut
mempunyai cukup kekuatan untuk memikul beban.
19

2). Dua buah pelat berdimensi (luas penampang) adalah (150x10)


mm2 disambung dengan dua buah baut (diameter 20 mm) seperti
tergambar. Konstruksi tersebut menerima gaya tarik sebesar 45 kN.
Ditanyakan :
a. Berapakah tegangan normal rata-rata pada pelat yang
tidak berlubang ?
b. Berapakah tegangan normal pada irisan yang kritis (pada
daerah berlubang) ?
c. Berapakah tegangan geser rata-rata pada baut ?
d. Berapakah tegangan dukung rata-rata antara baut dan plat
?

Baut 20 mm

45 kN 150 mm 45 kN

Lebar plat =
225mm
45 kN
10 mm
45 kN Jumlah baut =4
10 mm buah
P= 45 KN + nomor
Penyelesaian : pokok terakhir.
a. Tegangan rata-rata pada pelat yang tidak berlubang adalah
:
(N = 45000N/(0.150x0.01)m2 = 30.000.000 N/m2 = 30 Mpa
b . Tegangan normal pada irisan kritis (daerah berlubang) :
45000N
( = (0.15 x0.01)m  2(0.02 x0.01)m = 40.909.000 N/m2 =
2 2
N
40.91 MPa
c. Tegangan geser rata-rata pada baut :
45000 / 2N
( =  0.01 m = 71.620.000 N/m2 = 71.62 Mpa
2 2

d. Tegangan dukung rata-rata antara baut dan plat :


( = (45000/2)N / (0.02x0.01)m2 = 112.5 MPa
20

3). Suatu timbunan setinggi 2m, lebar 0.5 m dengan bentuk


trapesium sisi atas lebar 0.5 m dan sisi bawah lebar 1.5 m seperti
tergambar, berat sendiri timbunan adalah ( = 25 kN/m 3 , mendapat
beban merata diatas timbunan sebesar 20 kN/m 2 , ditanyakan
berapakah tegangan normal yang terjadi di potongan a-a yaitu
setinggi 0.5 m dari bawah ?
0.5 m

20 kN/m2 Potongan setinggi 0.75m dari


bawah .
0.
5m P = 20 kN/m2 ditambah no
pokok terakhir jika 0 angka 2
dari belakang .

25 kN/m3
2m

potongan a-a
0.5m

Penyelesaian : dibuat keseimbangan gaya di potongan a-a :


0.5 m

20 kN/m2

5m
0.

25 kN/m3
2m

potongan a-a
5m
0.
0.5m

1.25 m

Total beban di potongan a-a adalah :


21

P = (0.5x05)m2x20kN/m2 + [(0.5+1.25)/2m x1.5mx0.5m x


25kN/m3]
= 5 kN + 16.41 kN = 21.41 kN
(a-a = 21.41 kN/(1.25x0.5)m2 = 34.3 kN/m2 = 34.3 kPa

DASAR HUKUM HOOKE DAN PENGUJIAN TARIKAN

PENDAHULUAN

Tujuan dari pembahasan ini adalah penyelidikan mengenai hakekat


deformasi yang timbul dalam benda yang mengalami tegangan.
Deformasi ini akan berhubungan sekali dengan besar tegangan
yang menyebabkannya.

REGANGAN/STRAIN
22

Pada pengujian tarikan biasa yang tertentu tidak hanya kekuatan


ultimate (ultimate strength) yang diamati, tetapi sifat-sifat lain
diamati pula, khususnya mengenai pembahasan deformasi sebagai
fungsi dari gaya terpakai, diamati pula perubahan panjang antara
dua buah titik A dan B pada jarak ukur tertentu (gambar 1). Dengan
beban yang sama , pada jarak ukur yang berbeda akan berbeda
pula perubahan panjangnya, karena itu akan lebih utama kita
memperhatikan perubahan panjang per satuan alat ukur tersebut.
Bila ( adalah perpanjangan total pada panjang ukur awal L, maka
perpanjangan per satuan panjang ( adalah :
( = (/L .

Perpanjangan per satuan panjang ini disebut sebagai regangan


atau strain, satuannya m/m. Besar regangan sangat kecil ,
kadang-kadang regangan diberikan dalam bentuk prosen.
Untuk bahan-bahan yang lunak seperti baja lunak, akibat
adanya tegangan tarikan, akan terjadi penyusutan spesimen
dekat titik patah, gejala ini ditunjukkan sebagai ‘kegentingan’
pada batang baja tersebut (gambar 2). Bahan-bahan yang
rapuh tidak mengalami hal tersebut pada suhu biasa, meskipun
mereka juga menyusut sedikit secara melintang pada
pengujian tarikan dan memuai sedikit pada pengujian
desakan/tekanan.

DIAGRAM TEGANGAN – REGANGAN

Dari pembahasan di atas jelaslah bahwa tegangan merupakan


parameter yang lebih berarti daripada gaya, dalam mempelajari
bahan, karena efek gaya terpakai P pada suatu bahan terutama
tergantung pada luas penampang (A) dari bagian struktur. Itulah
23

sebabnya, adalah biasa menggambarkan hubungan antara


tegangan dan regangan dalam laporan pengujian tertentu.

Umumnya ada 2 jenis diagram yang dikenal seperti terlihat pada


gambar 3 dan gambar 4 berikut ini.

Kekuatan ultimate tegangan


(U B titik patah
B
Tegangan leleh C
(y A titik luluh
batas elastis A

0 0.001 0.02 0.2 (m/m) 0.02 0.2 (m/m)

regangan ( regangan (

Gambar 3. Diagram tegangan regangan baja Gambar 4.


Diagram tegangan regangan bahan lunak
rapuh

Hubungan antara tegangan dan regangan bisa dikatakan linier


untuk semua bahan selama di dalam batas-batas elastis (daerah
OA), yaitu bila pada suatu batang diberikan beban tarik tertentu
maka batang akan mengalami perpanjangan/deformasi kemudian
bila beban tarik tersebut dihilangkan maka batang akan kembali ke
panjang semula (‘tidak mulur’). Namun bila beban tarik yang
diberikan terus diperbesar, dan kemudian dilepaskan kembali, suatu
saat batang tidak akan kembali ke panjang semula (perpanjangan
batang ( 0, batang telah “mulur”). Pada kondisi tersebut, dianggap
telah dicapai titik luluh (titik A), dan tegangan yang terjadi disebut
tegangan leleh , namun batang masih mampu menahan beban yang
terus diperbesar hingga akhirnya batang tersebut patah (titik B),
dan tegangan yang terjadi disebut tegangan ultimate. Namun,
jarang sekali didapatkan bahan yang benar-benar lunak sehingga
bisa didapatkan diagram tegangan regangan seperti gambar 3 .
Untuk bahan yang lebih rapuh, maka diagram tegangan
regangannya seperti terlihat pada gambar 4, untuk mendapatkan
nilai tegangan leleh yaitu dengan menarik garis miring OA dimana A
adalah titik dimana regangan yang terjadi sebesar 0.02. Metoda ini
biasa disebut metoda offset. Sebagai gambaran, baja dengan mutu
U32 artinya baja yang mempunyai kekuatan karakteristik (tegangan
leleh pada saat regangannya=0.02) sebesar 3200 kg/cm2.
24

Didaerah elastis (OA), seperti telah dijelaskan di atas hubungan


antara tegangan dan regangan adalah linier, hubungan tersebut
bisa digambarkan sebagai berikut :
( = E x ( atau E = ( / (
dimana : ( = tegangan
( = regangan
E = modulus elastisitas bahan

Hubungan tersebut dinamakan “Hukum Hooke”, dinamakan


Hooke karena penemunya bernama Hooke. Nilai modulus
elastisitas menyatakan sifat keelastisitasan bahan, makin
elastis bahan tersebut (makin mudah mulur), maka nilai
modulus elastisitasnya makin kecil.

Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran


kemampuan bahan menahan deformasi permanen bila
digunakan dalam penggunaaan struktural yang melibatkan
pembebanan mekanik seperti tarik, tekan bending atau
puntiran. Di sisi lain batas luluh ini harus dicapai atau dilewati
bila bahan (logam) dipakai dalam proses manufaktur produk-
produk logam seperti proses rolling, drawing streching dan
sebagainya. Dapat dikatakan bahwa titik luluh adalah suatu
tingkat regangan yang :
 Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in
services)
 Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming
process)

Kekuatan Tarik Maksimum (Ultimate Tensile Strength)


Merupakan tegangan maksimum yang dapat ditanggung oleh
material sebelum terjadinya perpatahan (fracture). Nilai
kekuatan tarik maksimum (ult ditentukan dari beban maksimum
dibagi luas penampang (seperti yang telah dibahas pada
masalah tegangan normal ).
(ult = Fmaks/ A0
Pada bahan ulet tegangan maksimum ditunjukkan oleh titik B
(gambar 3) dan selanjutnya bahan akan terus berdeformasi
hingga titik C. bahan yang bersifat getas memberikan perilaku
yang berbeda dimana tegangan maksimum sekaligus tegangan
perpatahan (titik B pada gambar 4). Dalam kaitannya dengan
penggunaan struktural maupun dalam proses forming bahan,
kekuatan maksimum adalah batas tegangan yang sama sekali
tidak boleh dilewati.

Kekuatan Putus (Breaking Strength)


Kekuatan Putus ditentukan dengan membagi beban pada saat
benda uji putus (Fbreaks) dengan luas penampang awal A0.
Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum
25

(titik B) terlampaui dan bahan terus berdeformasi hingga titik


putus C maka terjadi mekanisme penciutan (necking) sebagai
akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi . Pada bahan
ulet kekuatan putus adalah lebih kecil daripada kekuatan
maksimum sementara pada bahan getas kekuatan putus sama
dengan kekuatan maksimumnya.

Keuletan (Ductility)
Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan
kemampuan logam menahan deformasi hingga terjadinya
perpatahan . Sifat ini dalam beberapa tingkatan, harus dimiliki
oleh bahan bila ingin dibentuk (forming) melalui proses rolling ,
bending, streching, drawing, hammering, cutting dan
sebagainya. Pengujian tarik memberikan dua metoda
pengukuran keuletan bahan yaitu :
 Persentase perpanjangan(elongation)
Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan
terhadap panjang awalnya
Elongasi , ((%) = [(Lf-La)/Lo] x 100%

Dimana Lf adalah panjang akhir dan L0 adalah panjang awal


benda uji. Elongasi ini istilah lainnya adalah regangan ,
( namun regangan tidak mempunyai satuan.

 Persentase pengurangan / reduksi penampang


Diukur sebagai pengurangan luas penampang (cros-section)
setelah perpatahan terhadap luas penampang awalnya
Reduksi penampang, R(%) = [(A0-Af)/A0] x 100%
Dimana Af adalah luas penampang akhir dan A0 luas
penampang awal.

LENTURAN MURNI BALOK

Sebelumnya, kita telah membahas tegangan yang diakibatkan


oleh gaya normal baik gaya tarik atau gaya tekan, sekarang
kita akan membahas tegangan yang diakibatkan oleh momen
lentur .

Perhatikan struktur balok berikut ini :


26

2 ton 2 ton

A C D B

1m 2m 1m Cari
RA=2 ton analisanya
RB=2 ton
2ton

Bidang Lintang/geser

2ton

Bidang momen lentur


+
2 tm 2 tm

Di daerah CD, balok hanya mengalami momen lentur saja atau


dikatakan mengalami lenturan murni. Untuk jelasnya,
perhatikan perubahan bentuk yang terjadi pada balok yang
mengalami lenturan sebagai berikut :

Dari gambar d) terlihat bahwa serat atas AC menjadi lebih


pendek dari serat semula karena tertekan , sebaliknya serat
bawah BD menjadi lebih panjang karena tertarik. Serat ab yang
terletak pada sumbu balok, terlihat tidak berubah panjangnya,
jadi serat ab dikatakan tidak mengalami tegangan sama sekali,
atau tegangan nol. Permukaan a-b tersebut dinamakan
permukaan netral .
Perpotongannya dengan irisan tegak lurus balok dinamakan
sumbu netral.
Tinjau serat lain yaitu serat c-d yang sejajar dengan sumbu
netral dan berjarak y, serat c-d bertambah panjang (.
Perhatikan bahwa perpanjangan berbagai serat akan berubah
27

secara linier terhadap sumbu netral , dengan melihat bentuk


segitiga-segitiga aBB’, aAA’,bDD’ dan bCC’ .

Jadi anggapan-anggapan dasar pada balok yang mengalami


momen lentur adalah sebagai berikut :
1. Pada balok yang mengalami momen lentur, regangan pada
serat balok akan berubah secara linier atau langsung dengan
jaraknya dari permukaan netral.
perpanjangan
panjangawal = regangan
2. Hukum Hooke ( yaitu (= (.E, tegangan sebanding dengan
regangan) berlaku untuk masing-masing individu dari serat.
Efek Poisson dan interferensi antara serat yang berdampingan
dengan tegangan yang berbeda diabaikan.

Dari dua anggapan diatas, ditetapkan teori lenturan untuk


bahan elastis yaitu :
Tegangan normal yang dihasilkan oleh lenturan berubah
secara linier dengan jaraknya
dari sumbu netral .

Menurunkan RUMUS LENTURAN :

Dari keseimbangan statika :


 Fx  0
y  max
M z 0
( M=
[ c
. max .dA]. y
( M=- c y
2
.dA
(M = -
 max
c I
Mc
(max = - I ( tanda negatip bisa dibuang
28

Tegangan maximum terjadi di serat-serat tepi, sedang


tegangan pada setiap titik di penampang adalah
My
(= I

Contoh Soal :

1. Balok kantilever kayu dengan ukuran 30x40 cm2 mempunyai


berat sendiri 75 kg/m memuat gaya P=20 kN seperti
tergambar . Tentukan tegangan yang terjadi di penampang AB
yang terletak 2m dari ujung bebas B. Gambarkan diagram
tegangan pada penampang tersebut !

P=20kN
A

40 cm
B
3m 30 cm
2m

Penyelesaian :

Buat potongan di AB, ambil potongan sebelah kanan dan buat


keseimbangan gaya sbb. :
W= mxg
W=75kg/m x 10 m/det2
W= 750 N/m = 0.75 kN/m
29

Untuk menghitung tegangan yang terjadi pada


penampang, cari dulu nilai kekakuan/momen
inersia balok, karena balok melendut arah atas-bawah, maka
momen inersia yang dipakai adalah Ix sbb. :
h = 40 80
1 1 b = 30 50
p = 20 + nomor pokok terakhir
Ix = 12 xbxh3 = 12 x0.3x043 = 0.0016 m4

2. Untuk balok dengan penampang tidak simetris seperti


tergambar, berat sendiri balok 500 kg/m 3 dibebani oleh beban
terpusat P=1000 N di tengah-tengah bentang. Hitung
tegangan maximum yang terjadi pada balok dan terdapat di
potongan mana ?
Penampang balok
P=1000N 5 20 5

berat volume balok 500kg/m3 10

cm
30
2m 2m

Penyelesaian :
Langkah awal yaitu mencari berat sendiri balok dalam satuan
N/m dan kekakuan balok arah sumbu x (Ix) dalam satuan m 4
sebagai berikut :
Berat sendiri = massa x gravitasi
w = mxg
w = berat volume (kg/m3) x luas penampang(m2) x gravitasi
(m/det2)
w = 500 kg/m3 x (0.30x0.10 + 0.20x0.30)m2 x 10 m/det2
w = 450 N/m’
30

Untuk mencari Kekakuan balok, cari dulu titik berat balok arah
sumbu x :
30cm

10cm
30x10=300 cm2 h2= 30 cm 40 cm
18.33cm

p = 1000 N +2 nomor pokok


terakhir
garis netral
35cm

30cm
y=21.67cm
20x30=600 cm2
15cm

20cm
(30 x10 x35)  (30 x 20 x15)
y= (30 x10)  (20 x30) = 21.67 cm
A = (30x10)+(20x30) = 900 cm2
Ix = (1/12).30.10 3 + 300x(35-21.67)2 + (1/12).20.303 + 600x(15-
21.67)2 = 127500 cm4
Untuk mencari tegangan maximum, harus dicari dulu momen
maximum, untuk balok di atas momen maximum terjadi di
tengah-tengah bentang :
P=1000N

w=450 N/m

2m 2m

VA= 1000/2 N + 450 N/mx4m/2= 1400 N VB=1400 N

Momen maximum = Mc = 1400Nx2m – 450N/mx2mx1m = 1900


Nm

Karena penampang tidak simetris, serat bawah lebih jauh dari


garis netral , maka tegangan maximum terjadi di serat bawah,
dan berupa tegangan tarik :
Mxc 1900 Nmx0.2167m
8 4
(max tarik = Ix = 127500 x10 m = 323x103 N/m2
Sedang tegangan yang terjadi di serat atas adalah tegangan
tekan :
1900 Nmx 0.1833m
8 4
(max tekan = 127500 x10 m = 273.2x103 N/m2

KONSENTRASI TEGANGAN

Teori lenturan yang dibahas dahulu adalah berlaku untuk balok-


balok yang mempunyai luas penampang konstan atau disebut
balok prismatik. Bila luas penampang balok bervariasi secara
berangsur-angsur, maka penyimpangan yang terjadi dari pola
tegangan semula tidaklah berarti. Tetapi bila terdapat takikan,
31

lekukan atau penampang berubah dengan tajam maka


timbullah tegangan lokal yang tinggi.

Perhatikan gambar berikut :

Mxc
(max sungguh = K I
 max sungguh
dimana K adalah faktor konsentrasi tegangan, K =  max normal

Faktor K bisa dicari dari grafik berikut ini :


32

BALOK DUA BAHAN

Yang telah kita bahas adalah balok yang terbuat dari


bahan yang homogen. Sedang yang kita temui dalam praktek,
biasanya terdiri dari 2 macam bahan, seperti balok kayu yang
diperkuat dengan ikatan-ikatan logam atau balok beton
bertulang yang diperkuat dengan batang-batang baja, atau
balok beton bertulang sendiri juga merupakan gabungan dua
bahan yaitu beton dan tulangan baja ,dll.

Tinjaulah batang yang terdiri dari 2 bahan seperti tergambar


berikut ini :

Alternatif penyelesaian lain yaitu dengan membuat “irisan


penampang padanan”.
33

d) irisan padanan dalam bahan 1 e) irisan padanan dalam bahan 2 f. distribusi tegangan

1 1

22 2

1 1

b2.n atau b2/n1 b2


b1 b1.n1

n = E2/E1
n1 = E1/E2

Contoh Soal :

3) Tinjaulah balok campuran dengan penampang seperti


tergambar ,bagian atas balok kayu
ukuran (150x250) mm2, Ew = 104 MPa bagian bawah papan
baja ukuran ( 150x10) mm2, Es = 2x105 MPa . Bila pada balok
ini bekerja momen lentur sebesar 0.03 MNm (lentur positip).
Berapa tegangan maximum pada baja dan kayu ?
Penyelesaian :
Dengan menggunakan irisan padanan penampang, yaitu
dipadankan dalam bahan baja, karena
baja lebih besar modulus elastisitasnya (n = Es/Ew = 2x105
Mpa/104 Mpa = 20) daripada kayu,
maka ukuran penampang kayu (lebarnya) diperkecil n kali
atau 20 kali.
34

150mm 150/20=7.5mm

182.78mm
M=0.03MNm Ew= 250mm
250mm
10000MPa

y=77.22 mm

10mm 10mm
Es=
150mm
200000MPa

Penampang asli Penampang padanan dalam baja


Selanjutnya, mencari titik berat penampang padanan dan
momen inersia arah sumbu x yaitu :
(7.5 x 250) x135  (150 x10) x5
y= (7.5 x 250)  (150 x10) = 77.22 mm
Ix = 1/12x7.5x2503 + (7.5x250)x(135-77.22)2 + 1/12x150x103
+ (150x10)x(5-77.22)2
= 23.9x106 mm4 = 23.9x10-6 m4
Selanjutnya, bisa dicari tegangan maximum pada masing-
masing bahan.
Tegangan maximum pada baja, terjadi pada serat bawah :
My 0.03 x10 6 x0.07722
(s (max) = + Ix = + 23.9 x10 6 = + 96.9x106 N/m2 =
+96.9x10 Pa
6

Tegangan maximum pada kayu terjadi di serat atas, namun


nilai tegangan tersebut harus dibagi
dengan n (n = Es/Ew = 20), karena kondisi sebenarnya
adalah kayu bukan baja
My 0.03 x10 6 x0.18278
(w (max) = Ix = - 20 x 23.9 x10 6 = - 11.5x106 N/m2 =
-11.5x106 Pa

Alternatif penyelesaian yang lain, yaitu dibuat penampang


padan dalam kayu :

150mm

H kayu = 300 182.78mm


Ew =
mm 10000MPa 250mm
M= 0.04 MN+
0.0…MN y=77.22 mm
angka nim 10mm
terakhir
20x150mm = 3000mm

Penampang padanan dalam kayu


35

(150 x 250) x135  (3000 x10) x5


y= (150 x 250)  (3000 x10) = 77.22 mm
Ix = 1/12x150x250 3
+ (150x250)x(135-77.22) 2 +
1/12x3000x10 +(3000x10)x(5-77.22)2
3

Ix = 478.6x106 mm4 = 478.6x10-6 m4


Tegangan maximum yang terjadi pada kayu yaitu di serat
atas :
0.03x10 6 Nmx0.18278m
(w (max) = - 478.6 x10 6 m 4 = -11.5x106 N/m2 = -11.5x106
Pa
Tegangan maximum yang terjadi pada baja yaitu di serat
bawah, karena dipadankan ke kayu maka
nilai tegangan tersebut harus dikalikan dengan n :
20 x0.03 x10 6 Nmx0.07722m
(s (max) = + 478.6 x10 6 m 4 = + 96.8x106 N/m2 =
+96.8x106 Pa

4 ) Penampang beton bertulang seperti terlihat dalam gambar ,


menerima momen lentur positip
sebesar 70 kNm. Penguatan balok terdiri dari 2 tulangan
baja diameter 30 mm, luas penampangnya
( As = 700 mm2), Jika n = Es/Ec = 15 , tentukan tegangan
maksimum yang terjadi dalam beton dan baja !
d=500mm
h=560mm

M=+70kNm

b=
250mm

Penyelesaian :
Karena beton hanya dapat menerima beban tekan maka beton
didaerah tarik dianggap hanya berfunsi menahan baja agar tetap
ditempat, tidak berperan menerima tarik sehingga irisan
transformasi bisa dianggap berbentuk seperti terlihat seperti
pada gambar, dan dalam hal ini baja di transformasi ke beton
sehingga luas penampang totalnya dikalikan dengan n.
36

Anggap titik berat penampang berada sejauh d’ dari atas ,


selanjutnya buat persamaan keseimbangan momen di garis netral
sebagai berikut :

Luas beton x lengan = luas baja x lengan


(250 x d’) x d’/2 = 21000 x (500-d’)
125(d’)2 + 21000d’ - 10.500.000 =0
(d’)2 + 168 d’ – 84000 = 0 ( d’ = 218 mm rumus abc
Selanjutnya, untuk mencari nilai tegangan dicari dulu kekakuan
dalam arah sumbu x :
Ix = (1/12)x250x2183 + (250x218)x(218/2)2 + 21000x(500-218)2
+0
Ix = 2.533 x 109 mm4 = 2.533x10-3 m4

Tegangan maximum di beton, terjadi di serat atas :


70kNmx0.218m
3 4
( beton (maximum) = 2.533x10 m = 6024 kN/m2 = 6 Mpa

70kNmx(0.5  0.218)m
( baja (maximum) = 15 x 2.533x10 3 m 4 = 117000 kN/m2 =
117 Mpa

Penyelesain Cara lain :


37

Bentuk tegangannya seperti terlihat dalam gambar sisi kanan ,


dimana :
bxd ' x C max
C= 2 (merupakan volume prisma segitiga)
T = As x (s
M=80 KN+angka
Dimana ada 2 keseimbangan statika yang bisa digunakan terakhir
: nim
a) keseimbangan gaya-gaya ( C = T d= 600mm
b) keseimbangan momen ( M = C x (d-1/3d’) atau T x (d-1/3d’)

0.25mx0.218mx C max
M= 2 x (0.5-0.218/3)m = 70 kNm
( C max = 6012 kN/m 2

M = (0.0014 m2 x (S max) x (0.5-0.218/3)m = 70 kNm


(S max = 117000 kN/m2

TEGANGAN MAJEMUK :
KOMBINASI TEGANGAN AKIBAT GAYA NORMAL DAN
TEGANGAN AKIBAT MOMEN LENTUR

N
Tegangan akibat gaya normal : (= A
38

M*y
Tegangan akibat momen lentur : (= I

Karena sifat kedua tegangan tersebut sama yaitu arahnya tegak


lurus penampang, maka kedua tegangan tersebut bisa digabung.

Contoh Soal :

5) Balok kayu sepanjang 4 m dengan ukuran penampang (b=5cm


dan h=6cm) terjepit di A dan diujung B bebas, menerima gaya P di titik
berat penampang dengan kemiringan gaya sebesar 300 terhadap garis netral (lihat
gambar !). Hitung tegangan yang terjadi di penampang C (sejarak 1m dari A), baik
akibat gaya normal maupun momen lentur ! Gambar diagram tegangan tersebut !

Penyelesaian :

Cari dulu gaya-gaya yang bekerja di potongan C. Untuk jepit-bebas


kita bisa membuat potongan di sebelah kanan, tanpa perlu mencari
reaksi di perletakan A sebagai berikut :

Selanjutnya mencari luas penampang balok (A) dan kekakuan


balok arah sumbu x (Ix):
Ix = (1/12)x0.05mx(0.06m)3 = 9x10-7 m4
A = 0.05m x 0.06m = 0.003 m2 b= 6 cm , h = 10 cm
P = 5 kN + nomor
Tegangan akibat gaya normal , merata tekan : pokok terakhir.
N 3464 N α = 45O
2
( = - A = - 0.003m = -1.15 Mpa

Tegangan akibat momen lentur, sisi atas tarik dan sisi bawah
tekan :
M*y 6000 Nmx0.03m
7 4
Tegangan sisi atas : ( = + Ix = + 9 x10 m = + 200 Mpa
39

M*y 6000 Nmx 0.03m


Tegangan sisi bawah : ( = - Ix =- 9 x10 7 m 4 = - 200 Mpa

Diagram tegangannya adalah sebagai berikut :


-1.15 MPa +200MPa +200MPa-1.15MPa=+198.85MPa

-1.15 MPa -200MPa -200MPa-1.15MPa = -201.15MPa

Tegangan akibat gaya normal Tegangan akibat momen lentur Tegangan total

KERN

KERN/INTI/GALIH :
Suatu daerah dalam penampang, dimana bila dikerjakan gaya tekan
P di daerah kern maka tidak akan timbul tegangan tarik dan
sebaliknya, bila dikerjakan gaya tarik P di daerah kern maka tidak
akan timbul tegangan tekan.
40

Contoh pemakaiannya adalah pada pondasi dimana tidak boleh


terdapat tegangan tarik dan juga pada balok prestress, dimana letak
kabel tendon adalah berada di daerah kern.

Untuk penampang segiempat :

Untuk mencari letak kern, yaitu gaya tekan P diletakkan di suatu


titik dengan ordinat (x,y) seperti tergambar, selanjutnya untuk
mencari tegangan yang timbul, gaya tekan P tersebut harus
dipindahkan ke titik berat, pengaruhnya yaitu timbul M y = Px dan
Mx=Py . Daerah yang mungkin timbul tegangan tarik adalah di sisi
kiri bawah dan tegangan maximum di titik C , maka dibuatlah
tegangan di C = 0 .
Y Y

A B A B
P dipindahkan ke titik berat
P tekan
P
x
h

y
X
X
x Px
Py

C D
C D
b

Tegangan di C = 0
P P * x.(b / 2) P * y.( h / 2) P Px.6 Py.6
3 3
(C = - b.h + (1 / 12).hb + (1 / 12).b.h 2 2
= 0 ( - bh + hb + b.h = 0

Bila x = 0 ( maka y = 1/6 h


Bila y = 0 ( maka x = 1/6 b
41

A B

1/6 h

h
1/6 h

1/6 b 1/6 b

C D

EMBED Visio.Drawing.11
Analog untuk sisi lainnya, maka bidang kernnya adalah sebagai
berikut :

Contoh Soal :

1) Cari letak kern untuk penampang berbentuk I seperti


Visio
tergambar !

Penyelesaian :

Untuk mecari daerah kern, terlebih dulu harus dicari letak titik berat serta

kekakuan/momen inersia baik arah sumbu x maupun arah sumbu y.


42

Luas penampang :
45 cm A = (45x5)+(5x40)+(25x5) = 550
A B cm2
5cm
Letak titik berat :
x=22.5 x = 22.5 cm
(45 x5) x 47.5  (5 x 40) x 25  (25 x5) x 2.5
garis netral
y= (45 x5)  (5 x 40)  (25 x5)
47.5

40 cm
garis netral
y = 29.1 cm
y=29.1
25

Momen inersia :
Ix = (1/12)x45x53 + (45x5)x(47.5-
2.5 5 cm
C D 29.1)2 +
(1/12)x5x403 + (5x40)x(25-
5cm
29.1) +
2
25 cm
(1/12)x25x53 + (25x5)x(2.5-
29.1) 2

Ix = 195378.8 cm4

Iy = (1/12)x5x453 + (1/12)x40x53 +
(1/12)x5x253
Iy = 44895.83 cm4

Mencari letak kern :


Karena bentuk penampang simetris kiri kanan namun tidak
simetris atas bawah, maka perlu dicari 2 kali yaitu :
1) P tekan diletakkan di sisi kanan atas, hitung tegangan di
ujung C disamakan dengan nol
2) P tekan diletakkan di sisi kanan bawah, hitung tegangan di
ujung A disamakn dengan nol
Untuk daerah sisi kiri atas, simetris dengan sisi kanan atas
Untuk daerah sisi kiri bawah simetris dengan sisi kanan bawah

P tekan di sisi kanan atas :


Y

P dipindahkan ke titik berat


P P * x.12,5 P * y.29,1
P
x ( C = - 550 + 44895,83 + 195378,8 = 0
x = 0 ( y = 12,2 cm
y

X y = 0 ( x = 6,53 cm
Py Px
43

P tekan berada di sisi kanan bawah :


Y

P P * x.22,5 P * y.(50  29,1)

Py P
( A = - 550 + 44895,83 + 195378,8 =0
Px x = 0 ( y = 17 cm
X y = 0 ( x = 3,63 cm
P
y

x P dipindahkan ke titik berat

Gambar bidang kernnya adalah sebagai berikut :

45 cm
A B
5cm
6.53
12.2

garis netral
47.5

40 cm
17
y=29.1
25

3.63
2.5 5 cm
C D
5cm
25 cm

b atas = 50 cm
h tengah = 40 + nim terakhircm
b bawah = 30 cm

GESER DALAM BALOK

Hubungan antara geseran dan momen lentur :


44

Keseimbangan arah vertikal di


Y potongan dx

Y q(x)

X +M M+dM
A X
+V V+dV
dx dx

Kita buat keseimbangan momen di titik A :

(MA = 0 (
M + (V+dV).dx – (M+dM) + q.dx.(dx/2) = 0
( V.dx + dV.dx – dM + (q/2)dx2 = 0
( V. dx – dM = 0
V = dM/dx

Dari persamaan tersebut terlihat bahwa bila tidak ada gaya geseran
pada irisan-irisan penampang maka tidak ada perbedaan momen
(momennya tetap).

Contoh : Balok sederhana sendi-rol dibebani beban terpusat P


seperti tergambar .

P=3ton P=3ton

RA=3ton RB=3ton
1,5 m 2,25 m 1,5 m

Didaerah ini tidak


3 ton 3 ton ada geser
Bidang geser/lintang

3 ton 3 ton

Didaerah ini
Bidang momen lentur
momennya konstan

4,5 tm 4,5 tm

MODEL ALIRAN GESERAN PADA BALOK


45

dX

Bentuk tegangan lentur pada pias /potongan dx

sumbu balok

dx

Jika dipotong arah


horisontal, maka
terdapat gaya geser
horisontal pada
irisan tersebut.
Gaya geser
menyebabkan
tegangan geser
46

Jika dipotong arah


Arah perputaran
vertikal, maka
elemen
terdapat gaya geser
vertikal pada irisan
tersebut. Gaya
geser menyebabkan
tegangan geser.
Jika kita membuat balok bersusun dari dua susunan berbeda
tanpa sambungan, maka akan terjadi pergeseran antara
permukaan dua susunan tersebut, seperti terlihat pada gambar
berikut. Karena itu kita harus menghubungkan kedua susunan
dengan lem atau pasak.

RUMUS GAYA GESERAN DALAM BALOK


47

F
(= A (F=(.A
M .y M
  B .dA   B  ydA
I I luasfgjh
FB = luasfgjh
MB
.Q
FB = - I
dimana Q = statis momen dari luas fgjh ke sumbu netral = A fgjh . y

Dengan cara yang sama :


M .y M
  A .dA   A  ydA
I I luasfgjh
FA = luasfgjh
MA
.Q
FA = - I
dimana Q = statis momen dari luas fgjh ke sumbu netral = A abcd . y
48

Karena luas penampang konstan, maka luas abcd sama dengan luas
fgjh, sehingga nilai Q juga sama. Jika momen di A sama dengan
momen di B , maka F A = FB jadi fungsi baut hanya menjaga supaya
menyatu, tidak berfungsi menahan gaya. Namun jika M A ( MB , akan
selalu terjadi gaya geseran dalam irisan yang berdampingan, maka
FA ( FB , akan terdapat gaya dorong atau tarik yang lebih besar pada
ujung papan satu dibanding yang lain, artinya tegangan normal
pada kedua sisi tersebut berbeda. Karena jarak dua irisan adalah dx,
maka selisih FA dan FB kita nyatakan sebagai dF, sedang selisih MA
dan MB adalah dM.

( M A  dM ) M dM
FB FA .Q  A .Q  .Q
- = dF = I I I

Sedangkan selisih dF, bila dinyatakan dalam beban persatuan


panjang adalah :
dF dM Q Q
. V
q = dx = dx I I ( Jadi aliran geser dalam balok q=
Q
V
I

Cara mendapatkan Q adalah sebagai berikut :

Contoh soal :
49

1) Dua papan kayu membentuk


200 mm
suatu irisan 50 mm
berbentuk T seperti terlihat
pada gambar. Bila balok ini
meneruskan gaya geser tetap
(arah vertikal) sebesar 3000 N, 200 mm
tentukan jarak antar paku
agar balok berlaku menjadi satu
kesatuan.
Anggap gaya geser ijin tiap h1 = 50mm 60 mm
b1= 200mm
paku sebesar 700 N.
b2= 50mm 60 mm
V = 3000 N +2 nomor
pokok terakhir .
Penyelesaian :
Terlebih dahulu harus dicari besarnya aliran geser di antara dua
papan (beban geser per satuan panjang), untuk itu perlu dicari
titik berat penampang dan momen inersia arah sumbu x, karena
beban geser arahnya vertikal.

(200 x50) x 225  (200 x50) x100


200 mm
50 mm y= (200 x50)  (50 x 200)
y = 162.5 mm

Ix = (1/12).200.503+(200.50)
(225-162.5)2
200 mm
y= 162.5 mm +(1/12)50.2003+(50.200)
(100-162.5)2
Ix = 113,54.106 mm4 =
113,54.10-6 m4

V .Q
q= I
=
3000 N .(0,2.0,05)m (0,225  0,1625) m
2

113,54.10 6 m 4
q = 16514 N/m
Karena besarnya aliran geser di antara dua papan sebesar 16514
N/m, maka bila gaya geser ijin paku 700 N, maka jarak antar paku
yang aman adalah :
700 N
S = 16514 N / m = 0.042 m
Dalam pelaksanaan , bisa dipakai jarak antar paku sebesar 40
mm, maka gaya geser yang terjadi di satu paku :
F = 16514 N/m x 0.04 m = 661 N < gaya geser ijin paku
700 N oke !
50

2) Sebuah balok dengan bentang 6 m memuat beban merata


sebesar 3 kN/m (termasuk berat sendiri), dimana penampang
balok terbuat dari beberapa potongan kayu seperti terlihat dalam
gambar. Tentukanlah penjarakan dari sekrup-sekrup pelapis
diameter 10 mm, anggap bahwa satu buah sekrup cukup kuat
menahan gaya sebesar 2 kN (beban tegak sejajar serat kayu)
Ix balok diketahui 2,36.10-3 m4
Penampang balok

50 mm 200 mm 50 mm Beban termasuk berat sendiri 3 kN/m


j h
50 mm
a a
100 mm
f g

6m
400 mm

100 mm
50 mm

Penyelesaian : Mula-mula, cari dulu bidang geser/lintang di balok !


Beban termasuk berat sendiri 3 kN/m

6m
RA=9 kN
RB=9 kN

Bidang geser

9 kN

4.5 kN

4.5 kN

9 kN
51

Selanjutnya hitung besar aliran geser yang terdapat pada irisan a-a.
Penampang balok Q di a-a = A fgjh *
y  2 A1 y1  A2 y 2
50 mm 200 mm 50 mm = 2.50.100.200 +
j h 50.200.225
50 mm = 4,25.106 mm3 =
a a
f g
100 mm 4,25.10-3 m3
225 mm

Beban aliran geser di daerah


200 mm

tumpuan :
400 mm V .Q 9kN .4,25.10 3 m 3

q di a-a = Ix 4,25.10 3 m 4
= 16.2 kN/m
100 mm
jarak antar sekrup yang aman di
50 mm
daerah tumpuan :
2kN
 0.123m
s = 16,2kN / m
Beban aliran geser di daerah
lapangan :
V .Q 4,5kN .4,25.103 m3

q di a-a = Ix 4,25.10 3 m 4
= 8,1 kN/m
jarak antar sekrup yang aman di
daerah lapangan :
2kN
 0,246m
s= 8,1kN / m

Berat sendiri balok , 3 KN - nomor


pokok terakhir dibagi 10

TEGANGAN GESER

Penurunan rumus tegangan geser : Perhatikan gambar berikut !


52

Gaya
Tegangan = Luas
dF
Tegangan geser pada potongan khayal : ( = dx.t
q V .Q

(= t I .t

dimana : V = gaya geser arah vertikal


Q = statis momen dari luas penampang di sisi
atas (atau sisi bawah) dari potongan dimana
tegangan geser di tanyakan ke garis netral
I = kekakuan arah sumbu x
t = tebal penampang pada potongan dimana
tegangan geser ditanyakan
Ini adalah tegangan geser arah mendatar. Untuk suatu
elemewn tak berhingga kecil, bagaimananpun, tegangan-tegangan
geser yang sama secara numerik bekerja pada bidang-bidang yang
saling tegak lurus, jadi tegangan geser arah vertikal, perumusannya
sama seperti diatas.
(h

(v (v (v = (h

(h

catatan : perputaran tidak diijinkan

PUNTIRAN / TORSI
53

Pengertian Dasar :
Jika sebuah gaya menyebabkan sebuah batang berputar
sepanjang sumbu memanjang, maka ia akan mengalami
puntir.

Contoh :

Maka pada daerah AB, batang


akan mengalami puntir

Untuk menentukan hubungan antara momen puntir dengan


tegangan puntir pada penampang berbentuk lingkaran dan tabung,
kita gunakan pengandaian dasar , yaitu :
1) Suatu irisan datar dari bahan yang tegak lurus terhadap suatu
bagian struktur yang berbentuk lingkaran tetap merupakan
merupakan bidang datar setelah mengalami momen puntir.
2) Pada bagian struktur yang mengalami momen puntir,
regangan geser (() akan bergantung secara linier dari sumbu
pusat. Pengandaian ini dapat bekerja dengan baik sekali di
bawah batas sifat kenyal/elastis suatu bahan.

Pengandaian ini dapat dilihat pada gambar berikut :


Ujung tetap

O3 O2 O1

C B A max
B' A'

Gambar variasi regangan dalam bagian bangunan yang mengalami momen puntir

Bidang khayal AO1O3C akan bergerak menjadi A’ O1O3C bila


mengalami momen puntir. Bila radius O3C ditahan tetap, maka
radius-radius O2B dan O1A setelah mengalami momen puntir
akan bergerak menjadi O2B’ dan O1A’ dan tetap bersifat
lurus.
Catatan : ini hanya berlaku untuk penampang lingkaran.
3) Tegangan geser berubah sebanding dengan regangan geser.
54

RUMUS PUNTIRAN :

Pada daerah kenyal / elastis, tegangan berbanding lurus dengan


regangan dimana regangan berubah secara linier terhadap sumbu
pusat puntiran maka tegangan akan berubah pula secara linier dari
sumbu pusat puntiran.

Perhatikan gambar berikut :


max

c  max
dA (= c
O B C

Gambar variasi tegangan dalam bagian bangunan


berbentuk lingkaran dalam daerah kenyal

Momen puntir dalam = momen puntir luar



A c  max
. dA . ( = T
teg. x luas x lengan
gaya x lengan
momen puntir
 max

2
c . .dA
= T
momen lembab polar/kutub
 max T.c
c . Ip = T Ip
( ( max =

Momen lembab kutub untuk penampang lingkaran :


A = ((2
dA = 2 ( ( d(
c 2 4
A  A 
2 2

d Ip = dA = 2 ( ( d( = 4
c
0

 .c 4  .d 4
Ip = 2 = 32

Untuk tabung-tabung berpenampang lingkaran :


55


b c Ip = 2 (c4 – b4)

Untuk tabung-tabung tipis bila b hampir sama dengan c dan c – b =


t (t = tebal tabung) maka momen lembab kutubnya adalah :
Ip ( 2 ( c3 t
Seperti halnya tegangan geser akibat gaya geser (lintang) maka
untuk suatu elemen tak berhingga kecil, tegangan-tegangan geser
yang sama secara numerik bekerja pada bidang-bidang yang saling
tegak lurus, tegangan geser pada bidang yang sejajar sumbu pusat
puntir, perumusannya sama seperti diatas.

Perhatikan gambar berikut :

Gambar Keberadaan tegangan geser pada bidang yang saling


sejajar dalam suatu poros yang mengalami puntir.
Contoh soal :

1) Hitunglah tegangan geser puntir maximum pada poros AC dari


suatu bagian struktur di bawah ini, diameter poros AC = 10
mm

Penyelesaian :
Secara keseluruhan benda sudah seimbang. Untuk mencari
tegangan geser puntir maksimum, kita lihat dulu rumusnya
T.c
I
yaitu ( max = p , karena tegangan dipengaruhi oleh nilai T
(momen torsi) radius c dan momen lembam Ip , nilai c dan Ip
konstan maka tegangan akan bernilai maksimum bila T
maksimum yaitu di poros BC mengalami torsi maksimum
sebesar 30 Nm. Bidang momen torsi di poros AC adalah
sebagai berikut :
56

30Nm
20Nm

A B C

 .d 4  .(0.01m) 4
  9,82.10 10 m 4
Ip = 32 32
T .c 30 Nm.0.005m
 max   10 4
 153.10 6 N / m 2  153MPa
Ip 9,82.10 m

Gambar diagram tegangannya adalah :

153 MPa

2) Perhatikan sebuah tabung dengan diameter luar d 0 = 20 mm


dan diameter dalam di = 16 mm, dipuntir di sekitar sumbu
longitudinal dengan momen puntir T sebesar 40 Nm. Hitung
tegangan geser pada tabung sebelah luar dan dalam .

Penyelesaian :
Ip = (/32 (d04 – di4) = (/32 (0.024 – 0.0164) = 9,27.10-9 m4
( luar = T.r0/Ip = 40 Nm . 0.01m/9,27.10-9m4 = 43,1.106 N/m2
( dalam = T.ri/Ip = 40 Nm . 0.008m/9,27.10-9m4 = 34,5.106 N/m2

SUDUT PUNTIR
57

Pada elemen yang terlihat sebagai garis atau serabut AB mula-mula


sejajar sumbu poros . Setelah mengalami puntir posisinya menjadi
AD. Berdasarkan pengandaian radius OB akan berputar dengan
sudut kecil d( menjadi OD. Bila sudut kecil DAB dinyatakan sebagai (
max, maka :
Busur BD = ( max . dx atau d(. c
Jadi :
(max . dx = d( . c
d
.c
(max = dx
Dari Hukum Hooke untuk tegangan dan regangan geser :
( = ( . G ( G = modulus geser)
( max = ( max x G
T .c d
 .c
( max = Ip .G dx
T .dx
d( = Ip.G
B
Tx .dx
A Ip x .G
(=

Momen puntir Tx dan momen lembam Ipx dapat berubah-rubah


sepanjang poros. Arah sudut puntir ( berimpit dengan arah momen
puntir T.

Contoh soal :

3) Perhatikan poros berjenjang seperti pada gambar dimana


ujung E terjepit. Poros terbuat dari baja dengan modulus geser
G = 80.109 N/m2 menerima momen puntir seperti tergambar.
Hitung besarnya rotasi di ujung A !
1 2
TB=150Nm D
C
A B
0.025m 0.05m E 1150Nm
1
1-1 2-2 0.25m 0.2m TD=1000Nm
2
0.3m 0.5m

Penyelesaian :
58


.0,025 4
Ip AB = Ip BC = 32 = 3,83.10-8 m4

(0,05 4  0,025 4 )  57,5.10 8 m 4
Ip CD = Ip DE = 32
T AB = 0
T BC = T CD = 150 Nm
T DE = 1150 Nm

D
E
Tx .dx B
T AB .dx C TBC .dx TCD .dx E TDE .dx
A Ip x .G A Ip AB .G B Ip BC .G C IpCD .G D Ip DE .G
(= = + + +

150 Nm.0.2m 150 Nm.0.3m


8 4 9 2 8 4 9 2
( = 0 + 3,83.10 m .80.10 N / m + 3,83.10 m .80.10 N / m
1150 Nm.0.5m
8 4 9 2
+ 3,83.10 m .80.10 N / m
( = 0,0233 radian ( 2 ( radian = 3600
0,0233 radian = (0,0233/2().3600 = 1,330

MATERI MEKANIKA BAHAN 1


59

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


UNIVERSITAS BOROBUDUR JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai