Anda di halaman 1dari 21

Susunan Tiang (Gambar 2.

21),
Susunan tiang atau denah tiang sangat berpengaruh terhadap denah poer
(pile cap) yang secara tidak langsung tergantung pada jarak tiang.
Bila jarak tiang kurang teratur atau terlalu lebar maka luas poer akan
bertambah, volume beton besar sehingga biaya konstruksi membengkak.
s

s
s s 1,41s

3 tiang 4 tiang 5 tiang

s
s 0,87s s 0,87s

0,87s 0,87s
s

7 tiang 10 tiang
s s s s

s 0,87s
s
s
0,87s

9 tiang 8 tiang

Gambar 2.21 Susunan tiang dalam usaha menghemat poer

50
2.8 Analisis Gaya yang Bekerja Pada Tiang

2.8.1 Penerusan beban ke tiang


a. Beban terbagi rata vertikal
1. Beban terbagi rata vertikal sentris
Beban ini merupakan beban persatuan panjang yang bekerja melalui
pusat kelompok tiang, sehingga beban akan diteruskan ketanah dasar pondasi
melalui tiang-tiang tersebut secara terbagi rata. Maka setiap tiang akan
menerima beban sebesar p=v/n (Gambar 2.22)
V

O = pusat kelompok tiang

P P P P S= jarak tiang
V = beban vertikal
s s s
P= beban yang diterima tiang

Gambar 2.22 Beban terpusat sentris

2. beban terbagi rata vertikal eksentris


Untuk analisis gaya-gaya yang bekerja pada tiang, beban terbagi rata
vertikal eksentris identik dengan beban terbagi rata vertikal sentris terhadap
pusat berat kelompok tiang (O), ditambah dengan beban momen (My)
terhadap titik berat kelompok tiang (O) sehingga ada dua permasalahan :

a) Beban terbagi rata sentris terhadap pusat berat kelompok tiang (O).
Akibat beban sentris maka beban diterima oleh tiang secara terbagi rata.
Bila jumlah tiang (n) maka setiap tiang akan menerima beban sebesar p = v/n

51
b) Beban Momen pada titik pusat kelompok tiang (O)
Akibat beban terbagi rata vertikal eksentris (V), dapat dibuat beban terbagi
rata vertika sentris, maka terjadi pergeseran letak (V) kepusat berat pondasi
(O) sebesar (e) dan timbul momen sebesar e.v, momen ini menyebabkan pelat
pondasi (poer) berputar melalui titik O, sehingga timbul momen reaksi untuk
mengembalikan kedudukan pelat pondasi pada kedudukan semula (mendatar)
V M .xi
Qi
n x2

dimana,
Qi = beban yang diterima oleh beban ke-i
V = resultan beban vertikal
n = jumlah tiang
M = Beban momen terhadap O
Xi = jarak tiang ke-I terhadap O searah sumbu x
x2=jumlah kuadrat jarak x terhadap O

Beberapa kemungkinan beban momen bekerja pada konstruksi pondasi


1) Beban vertikal eksentris (Gambar 2.23)
Akibat beban vertikal eksentris (V) maka pada pondasi bekerja momen (M)
sebesar beban vertikal (V) dikalikan jaraknya (e).

V
e V
M= v.e

Gambar 2.23 Beban vertikal eksentris

2) Beban horizontal (Gambar 2.24)


Beban ini dapat berupa beban angin, gempa yang bekerja pada bangunan
tsb. Letak beban horizontal pada umumnya berada setinggi (h) dari dasar
pondasi.

52
V
H
M= h.H

Gambar 2.24 Beban Horizontal

3) Kombinasi beban vertikal eksentris dan beban horizontal (Gambar 2.25)


Untuk menyelesaikan permasalahan ini dapat diselesaikan satu persatu, baru
kemudian di gabungkan. Jadi besarnya momen yang belkerja pada pondasi
tersebut merupakan superposisi dari beban vertikal eksentris dan beban
horizontal V
H e
M= h.H+V.e
V
h

Gambar 2.25 Kombinasi beban vertikal eksentris dan beban horizontal

b. Beban terpusat vertikal


1) Beban terpusat vertikal terhadap pusat berat kelompok tiang (Gambar 2.26)

53
V

beban V merupakan resultan beban


kolom (P) , berat kolom dan berat
pondasi

P P P P

Gambar 2.26 Beban terpusat vertikal terhadap pusat berat kelompok tiang

Karena beban (v) sentris terhadap titik pusat kelompok tiang (O) maka
setiap tiang akan mendukung besarnya beban yang sama. Bila jumlah tiang (n)
maka setiap tiang akan menerima beban P=v/n

2) Beban terpusat vertikal eksentris terhadap pusat berat kelompok tiang


Beban terpusat vertikal eksentris terhadap pusat berat kelompok tiang
sebenarnya sama saja dengan kombinasi beban terpusat sentris terhadap
pusat berat kelompok tiang ditambah adanya momen. Hal ini dijumpai pada
kelompok tiang dengan jarak tiang asimetris (Gambar 2.27), umumnya akibat
momen yang terjdi cukup besar. Unutk analisisnya perlu dicari letak titik berat
kelomppok tiang dan semua analisis beban yang bekerja diperhitungkan
terhadap (O) ini.

O = titik pusat kelompok tiang


n= jumlah tiang
O
x = jarak tiang terhadap salah satu
sisi pondasi // sb x
X1 Y
y= jarak tiang terhadap salah satu
b
sisi pondasi // sb y
A
Yo Y1
B Y2

C 54
a X2
Gambar 2.27 Susunan tiang asimetris

Contoh Soal 2.2


Suatu bangunan dengan denah pondasi seperti Gambar C2.2, dengan beban
kolom (v1) = 800 kN, Momen (My) = 200 kNm, maka berapa beban yang
didukung masing-masing tiang bila diketahui volume beton 24 kN/m3
1,77 V1

My

O
0,8

I II III

e 0,5

1 0,7
2 3 2,4
0,7
6
5 4 0,5

X0 1,2
0,5 1,6 0,5

3,8

Gambar C2.2 gambar soal


Langkah 1
Dicari titik pusat kelompok tiang (O) dari tepi kiri poer
6x0 = (2 x 0,5) + (2 x 2,1) + (2 x 3,3)
x0 =1,97 meter

Langkah 2
Tinjauan terhadap gaya/beban yang bekerja
1. tinjauan terhadap beban v1
Garis kerja beban v1 terletak pada 1,77 m dari tepi kiri poer, dan terhadap
titik berat (O) didapat eksentrisitas (e1) = -0,20 m

55
2. tinjauan terhadap beban Poer (v2)
V2 = 175,1 kN
Gaya yang bekerja (garis kerja) beban poer terletak pada 1,90 m tepi kiri poer
Terhadap titik (O) didapat eksentrisitas (e2) = -0,07 m
Resultante beban vertikal (v) = Vi = V1 + V2
= 800 + 175,1 =975,10 kN
Resultante beban Momen (M) = Mi = My + M1 + M2
= My + V1. e1 + V2.e2
= 200 + (800 x-0,2) + (175.1 x -0,07)
= 27,74kNm

Langkah 3
Letak koordinat tiang
Baris I : x1 = -1,47 m
Baris II : x2 = +0,13 m
Baris III : x3 = +1,33 m
Dicari x2 = 2 (x1)2 + 2 (x2)2 + 2 (x3)2
= 7,89 m2

Langkah 4
Mencari beban yang harus didukung oleh setiap tiang karena beban momen arah
sb x, sedang deret tiang pada arah sb y simetris, maka setiap baris pada arah sb
Y akan menerima beban yang sama

V M .x1
Baris I Q1 = Q6 = = 157,9 kN
n x2

V M .x 2
Baris II P2 = P 5 = = 162,9 kN
n x2

V M .x3
Baris III P3 = P 4 = = 166,8 kN
n x2

2.8.2 Fondasi bangunan dengan tiang dipancang miring

56
Analisis pondasi bangunan dengan tiang pancang miring sebenarnya sama
dengan analisis pondasi tiang akibat pengaruh gaya horizontal atau momen yang
bekerja pada bangunan pondasi (Gambar 2.28)

V V
H
M= h.H

P P P P P P P P

Gambar 2.28 Pengaruh gaya horizontal terhadap konstruksi pondasi

Akibat gaya (H) akan timbul momen (M) sebesar H.h sedangkan kombinasi beban
(V) dan momen (M) memberikan gaya vertikal melaui pusat/ sumbu tiang (aksial;
sebesar
V M .xi
pi
n x2

Dan gaya horizontal akan ditahan oleh tiang secara merata, sehingga tiang
akan menerima gaya lateral sebesar ht = H/n harus lebih kecil dari kemampuan
tiang mendukung gaya lateral (Ha-Hijin). Besarnya kemampuan dukung tiang dalam
menerima gaya lateral diperoleh dari selisih besarnya tekanan tanah pasif dan
aktif dari tiang tersebut yang sangat dipengaruhi oleh karakteristik tanah dan
kemampuan dukung tiang terhadap momen. Bila diperoleh ht > Ha maka
diperlukan pemancangan tiang miring seperti Gambar 2.29 berikut ini

X1 X2
X2 X1
V1 P1

1 2 3 4 h1

H V
M1
V4
h P4

m m
57
1 1 h4
P P P P
Gambar 2.29 Analisis pemakaian tiang pancang miring

Diambil kemiringan tiang sebesar m, sedangkan momen yang bekerja (M) =


M1 + H.h, untuk mencari besarnya komponen beban vertikal yang diterima oleh
tiang dapat dipergunakan formula
V M .xi
Vi
n x2

Vi = komponen vertikal dari tiang ke i


Maka tinjauan pada tiang pondasi sebagai berikut
Tiang ke 1
V M .x1
V1 merupakan komponen vertikal dari gaya aksial
n x2

1
h1 .V1 merupakan komponen horizontal dari gaya aksial
m
V1
p1 h1 V1 atau p1 m1 1
2 2 2
merupakan gaya aksial pada tiang 1
m1
Tiang ke 2 dan ke 3
Tiang ini tidak dipancang miring sehingga komponen vertikalnya merupakan gaya
aksial yang bekerja pada tiang tersebut adalah
V M .x 2
P2 V2
n x2

Tiang ke 4
Tiang ini sama kondisinya dengan tiang pertama hanya arah pemancangannya
miring ke kiri.
V M .x 4
V4 merupakan komponen vertikal dari gaya aksial
n x2

1
h4 .V4 merupakan komponen horizontal dari gaya aksial
m
V4
p4 m4 1
2
merupakan gaya aksial pada tiang 4
m4

58
Dalam analisis tiang pancang miring perlu diperhatikan arah lateral dari
setiap tiang miring, selanjutnya ditinjau keseimbangan gaya yang bekerja, bila
resultan gaya yang bekerja membentuk suatu poligon tertutup seperti pada
Gambar 2.30, ini memperlihatkan dalam kondisi seimbang. Tetapi pada
kenyataannya tidak demikian, sehingga pondasi masih harus menerima beban
atau gaya lateral sebesar Ht = H - h1 .

h4
Ht P4
P3

P2

P1
V h1
H
Gambar 2.30 Poligon gaya-gaya yang bekerja pada pondasi dengan tiang miring

Ht
Gaya Ht ini akan dipikul secara terbagi rata pada tiang sebesar (ht) =
n
dan besarnya ht Ha ( kapasitas dukung ijin tiang menerima beban lateral).
Beberapa penyelesaian secara teknis bila ht Ha, dapat dilakukan dengan cara :
Jumlah tiang ditambah
Kemiringan tiang diperbesar
Jumlah tiang miring ditambah

2.9 Kapasitas dukung maksimum satu tiang terhadap gaya lateral


1. Tiang dipancang pada tanah kohesif
a. Ujung Tiang bebas
Dikatakan sebagai ujung tiang bebas bila hubungan antara ujung
tiang dengan bangunan diatasnya tidak merupakan hubungan yang kaku
atau dapat dikatakan tiang bekerja sendiri.
1). Tiang pendek (Gambar 2.31)
Tiang dikatakan pendek bila perbandingan antara panjang tiang (L)
dan diameter/tebal tiang (d) 12. Bila tiang menerima gaya horizontal
maksimum sebesar Ha, maka timbul momen maksimum sebesar :

59
Mmaks = Ha (e +1,5 d + 0,5 f)
Ha
Mmax = 2,25 d g2 cu dan f
9.cu.d
Ha

e
1,5d

g/2

g/2

Difleksi
tiang g end M mak
Diagram gaya lintang Diagram bidang momen
(Reaksi tanah)

Gambar 2.31 Tiang Pendek, ujung bebas dipancang pada tanah Kohesif

2). Tiang panjang

Bila ratio panjang tiang (L) dan diameter tebal tiang (d) > 12 maka
dikatakan tiang panjang. (Formula yang diperoleh sepeti pada tiang
pendek) (Gambar 2.32)

Ha

e
1,5d

Jepitan
plastis
g

Difleksi
tiang 9 cu.d M mak
Reaksi tanah Diagram bidang momen
Gambar 2.32 Tiang Panjang, ujung bebas dipancang pada tanah kohesif

60
b. Ujung tiang terjepit
Tiang tidak dapat bergerak bebas, akibat ujung tiang terjepit oleh bangunan
yang didukungnya, sehingga dibagian ini timbul momen, untuk analisanya
dibedakan tiang pendek dan tiang panjang.

1). Tiang pendek (Gambar 2.33)


Kriteria tiang pendek seperti pada konstruksi tiang dengan ujung bebas.
Akibat gaya horizontal sebesar (Ha) tiang seolah-olah tergeser ke arah
samping, sedangkan kondisi tiang adalah seimbang, maka timbul momen
untk mengembalikan keposisi semula. Besarnya gaya (Ha) maksimum = 9
Cu.d (L-1,5 d)
My Ha

M mak

1,5d

L 1,5d l
L Ha
2
L 1,5d
2

Defleksi 9 cu.d Diagram


tiang bidang momen
Reaksi tanah

Gambar 2.33 Tiang Pendek, ujung terjepit dipancang pada tanah Kohesif
Dan besarnya momen maksimum (Mmaks) = Ha ( l' )
L' = 0,5 L + 0,75 d
Mmaks = 1/2 . 9 .cu.d(L2- 2,25 d2 )

61
2). Tiang panjang (Gambar 2.34)
Pada konstruksi ini, seluruh panjang tiang tidak mengalami defleksi seperti
pada tiang pendek. Defleksi terjadi sepanjang f +1,5 d dan My sebagai momen
puncak yang terjadi pada ujung tiang
My Ha

My My

1,5d

Defleksi g cu.d M mak


tiang Reaksi Diagram
tanah bidang momen

Gambar 2.34 Tiang Panjang, ujung terjepit dipancang pada tanah kohesif

2 My
Besarnya gaya horizontal (Ha) =
1,5 d 0,5 f
Ha
bila f = dan My = 2,25 cu. d . g2 - 9 . cu d . f (1,5 d + 0,5 f )
9 . cu . d

2. Tiang dipancang pada tanah non kohesif


Berdasarkan analisis yang diberlakukan Broms (1964) untuk jenis tanah non
kohesif digunakan anggapan-anggapan sebagai berikut :
Tekanan tanah aktif yang bekerja pada tiang (di belakang tiang) diabaikan.
Distribusi tekanan tanah pasif sepanjang bidang tiang bagian depannya
adalah sama dengan 3 x besar tekanan tanah menurut teori Rankine (v,
Kp dengan v = tekanan tanah efektif, Kp = koefisien tanah diam) yang
didasarkan pada batas empiris dari perbandingan antara beban ultimate
yang diperkirakan dengan beban ultimate dari hasil pengaruh lapangan
yang dilakukan oleh Broms, dan rasio perbandingan sebesar 3.

62
Bentuk tampang tidak mempengaruhi distribusi tekanan tanah ultimate atau
perlawanan tanah lateral ultimate.
Untuk jenis tanah ini dibedakan pada kondisi ujung tiang bebas dan terjepit
selain itu panjang tiang juga menentukan.

a. Ujung Tiang Bebas


1. Tiang pendek (Gambar 2.35)

Ha
e

f
L

3.d.LKp Mmaks
Defleksi
tiang Reaksi Diagram
tanah bidang momen

Gambar 2.35 Tiang Pendek, ujung bebas dipancang pada tanah nir kohesif

Pada konstruksi ini bila tiang menerima gaya horizontal (Ha) seolah-olah
tiang akan berputar pada sendi putarnya.
0,5 .d.L3 Kp
Moment pada sendi = 0, dan diperoleh Ha .
e L

2. Tiang panjang (Gambar 2.36)


Seperti halnya tiang panjang dipancang pada tanah kohesif akibat gaya
horizontal (Ha), tiang seolah-olah terjepit dan difleksi terjadi sepanjang (f).

Besarnya Ha = 3/2 . d. Kp. f2

Ha
Atau f 0,82
.d .Kp

2
Sedang M maksimum = Ha e f
3

63
M maksimum
Atau Ha
Ha
e 0,55
d .Kp.
Ha
e

Defleksi Reaksi Mmaks


tiang tanah Diagram
bidang momen

Gambar 2.36 Tiang Panjang, ujung bebas dipancang pada tanah nir kohesif

b. Ujung Tiang Terjepit


1. Tiang pendek (Gambar 2.37)

Ha Mmaks
Mmaks

L
d

Diagram
Defleksi Reaksi tanah 3.d.LKp bidang momen
tiang
Reaksi tanah

Gambar 2.37 Tiang Pendek, ujung terjepit dipancang pada tanah nir kohesif
Akibat gaya horizontal (Ha) tiang seolah-olah tergeser ke arah samping.
Keadaan stabil, menyebabkan adanya moment yang mengembalikan pada
kedudukan semula.
Keadaan Stabil : H = 0 dan M = 0
Diperoleh Ha = 1,5 . L2 . d . Kp

64
dan Mmaks = 2 . Ha . L
3

atau Mmaks = . L3 . d . Kp

2. Tiang panjang (Gambar 2.38)


Gaya horizontal yang bekerja pada tiang hanya berakibat tiang terjepit
tanah dan mengalami difleksi sepanjang f.

Defleksi Reaksi Diagram


tiang tanah bidang momen

Gambar 2.38 Tiang Panjang, ujung terjepit dipancang pada tanah nir kohesif

Ha ( e + 2 f ) = 2 My
3
atau
Ha = 2 My .
e + 0,55 Ha
. d. Kp
My = Momen Puncak

2.10 ANALISIS STABILITAS KONSTRUKSI FONDASI TIANG


Di dalam analisa stabilitas konstruksi Fondasi tiang perlu diperhatikan langkah-
langkah sebagai berikut :

65
a. Beban tiang
Perlu dilakukan pengelompokan beban yang bekerja pada tiang, antara lain :
1. Beban vertikal dapat sebagai beban tarik maupun desak.
2. Beban lateral
3. Beban moment
Setelah beban tersebut dikelompokkan baru dilakukan analisa beban yang
bekerja pada tiang. Antara lain :
1. Beban tetap, berupa beban yang nantinya bekerja terus menerus selama
bangunan itu berdiri. Beban ini berupa beban kolom, balok, atap maupun
beban terbagi rata di atas fondasi, beban moment yang timbul akibat beban
tersebut serta berat tiang dan poer.
2. Beban sementara merupakan beban yang bekerja dalam waktu singkat,
dapat berupa beban vertikal, beban horizontal, beban akibat gempa dan
angin serta beban moment.
b. Kapasitas Dukung Tiang
Kapasitas dukung terhadap beban aksial berupa desak (Pa) dan beban tarik
(ta) serta kapasitas dukung lateral (ha). Sedangkan untuk menentukan
kapasitas dukung tiang terhadap beban horizontal digunakan teori Broms.
Umumnya kapasitas dukung tiang izin diambil angka keamanan (SF) sebesar
3 untuk beban tetap dan beban sementara digunakan (SF) = 2 atau (Pa)
sementara = 1 Pa, demikian pula untuk (ta) dan (ha).
c. Jumlah Tiang
Jumlah tiang didasarkan pada beban tetap yang bekerja pada pondasi tersebut
(V) jumlah tiang (n) diperoleh dari, n = V/(Pa) dengan Pa = kapasitas dukung
izin tiang, dan besarnya n diambil bilangan bulat yang terbesar.
d. Susunan tiang
Susunan tiang yang memberikan ukuran poer paling kecil, umumnya
digunakan metoda coba banding. Dalam hal ini perlu diperhatikan terhadap
jarak antara tiang, disarankan agar tiang mempunyai pusat kelompok tiang
sentris terhadap letak resultant beban yang bekerja. Tujuannya adalah agar
kelompok tiang bekerja dalam menerima beban atau beban diterima oleh tiang
secara merata.
e. Kontrol

66
1. Kontrol biasanya dilakukan terhadap beban tetap, tapi umumnya untuk
beban vertikal, susunan tiang yang diperoleh mampu dalam menerima
beban yang bekerja (p terjadi < pa) sedangkan beban lateral ada
kemungkinan diperlukan tiang miring untuk memperoleh perlawanan gaya
horizontal lebih besar dari yang diisyaratkan (t terjadi < ta).
2. Kontrol terhadap beban sementara perlu dilakukan sehingga diperloleh (ps
terjadi < 1 pa) dan (ts terjadi < 1 ta).
3. Didasarkan pada kelompok tiang maka perlu dikontrol kapasitas dukung
kelompok tiang harus lebih dari beban yang bekerja pada kelompok tiang.
4. Bilamana terjadi beban lateral cukup besar, sehingga tiang tidak mampu
melawan gaya yang bekerja maka dilakukan dua cara yaitu:
a. Jumlah tiang miring ditambah
b. Jumlah tiangnya diperbesar

Contoh Soal
Suatu Fondasi mempunyai konstruksi susunan tiang dan muatan seperti
tergambar dengan BJ Beton 24 KN/m 3. Maka hitunglah gaya axial & Transversal
yang akan bekerja pada tiang dengan kemiringan tiang m = 3

I II III
0,5

0,8

3,40 0,8

0,8

0,5
0,35 1,50 1,00 0,35

20 t
75 t
1,2 m
2m
30 t m

0,7

67
Penyelesaian :
Pusat Berat Poer = (3,2)/2 = 1,60 m
Pusat berat tiang (o) dari pinggir poer sebelah kanan adalah
10 x0 = (4 . 0,35) + (3 . 1.35) + (3 . 2.85)
10 x0 = 1,4 + 4,05 + 8,55
10 x0 = 14
x0 = 1,4 meter

Berat Poer = 3,4 x 3,2 x 0,7 x 2,4 = 18,278 ton ( eksentrisitas (e1 = 0,2 m)
Beban Vertikal = 75,00 ton (eksentrisitas (e2 =0,6 m)
93,278 ton
H = 20 ton dengan lengan gaya = 2,7 meter
Momen terhadap titik berat tiang
M = 20 . 2,7 + 30 + (75 .(- 0,6) + (18,278 . (-0,2)
= 35,344 tm

Koordinat tiang
Baris I : - 1,45 m
Baris II : 0,05 m
Baris III : 1,05 m

X2 = (3 x - 1.452 ) + (3 x 0.052 ) + (4 x - 1.052 )


= 10,725 m2

Gaya aksial
Baris I
V1 = V + Mx1 = 93,278 + 35,344 ( -1,45) = 4,549 ton
n X2 10 10,725

P1 = V m +1 = 4,549 32 + 1 = 4,795 ton


m 3

h1 = V1 = 4,549 = 1,516 ton


m 3

Baris II

68
V2 = V + Mx2 = 93,278 + 35,344 ( 0,05) = 9,493 ton
n X2 10 10,725

P2 = V2 = 9,493 ton

Baris III
V3 = V + Mx3 = 93,278 + 35,344 ( 1,05) = 12,788 ton
n X2 10 10,725

P3 = V m +1 = 12,788 32 + 1 = 13,48 ton


m 3

h3 = V3 = 12,788 = 4,263 ton


m 3

Gaya Transversal / Lateral


h = -4 h3 + 3 h1 = - ( 4 . 4,263) + ( 3 . 1,516 ) = 12,504 ton

Ht = H + h
= 20 + ( -12,504 ) = 7,496 ton

ha = Ht = 7,496 = 0,7496 ton


n 10

69
70

Anda mungkin juga menyukai