Anda di halaman 1dari 28

REKAYASA GEMPA

SINGLE DEGREE OF FREEDOM

Kelompok 1
Anggota:
1. Akmal Amrullah (10315348)
2. Bayu Aji Pangestu (11315275)
3. Bobby Febe Utama (11315386)
4. Dwi Novitasari (12315047)
5. I Gusti Agung Ayu M.D.N (13315189)
6. Jesica Suyanto (13315556)
7. Lita Mutia Sari (13315852)
8. M. Naufal Januar (13315965)

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA
sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran,
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memberikan maupun
menambahkan isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Depok, November 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3

1. PENGERTIAN SDOF .................................................................................................. 4


2. PEMODELAN PARAMETER .................................................................................... 5
3. PEMODELAN MATEMATIS .................................................................................... 6
4. CONTOH PERHITUNGAN STRUKTUR MENGGUNAKAN SISTEM SDOF ....... 8
5. BAHAN DAN METODE........................................................................................... 10
6. DATA PERHITUNGAN............................................................................................ 11
7. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 13
8. STRUKTUR TANPA REDAMAN (UNDAMPED STRUCTURE) ......................... 17
9. STRUKTUR DENGAN REDAMAN (DAMPED STRUCTURE) .......................... 18
10. INELASTIC RESPON, INELASTIC RESPON SPEKTRUM .................................. 20
11. RESPON STRUKTUR SDOF AKIBAT BEBAN UMUM ....................................... 25

3
1. PENGERTIAN SDOF (SINGLE DEGREE OF FREEDOM)
Pada dasarnya setiap struktur mempunyai derajat kebebasan yang tak
terhingga jumlahnya. Menurut Widodo (2000) derajat kebebasan merupakan
derajat independensi atau jumlah koordinat yang diperlukan untuk menyatakan
posisi suatu sistem pada setiap saat. Suatu struktur memiliki frekuensi natural
sebanyak derajat kebebasan yang dimilikinya dan jika beban dinamik yang diterima
struktur memiliki frekuensi yang mendekati frekuensi natural dari struktur maka
akan terjadi resonansi yang akan mengakibatkan keruntuhan atau collapse pada
struktur.
Lumantarna (1999), Sistem massa yang berpindah dalam satu arah saja
yaitu arah horizontal dinamakan sistem berderajat kebebasan tunggal (single degree
of freedom, SDOF). Pada sistem SDOF, struktur dimodelkan dengan massa tunggal
dan koordinat perpindahan tunggal. Hubungannya dengan Gaya Gempa, Sistem
SDOF diartikan sebagai respon elastis pada struktur struktur dengan satu derajat
kebebasan yang disebabkan dari gerakan tanah akibat gempa bumi.
Pertimbangan dalam pemodelan SDOF:
a. Pengaruh Massa
Massa struktur dianggap terkonsentrasi pada setiap lantai tingkat. Massa
yang dimaksud adalah massa struktur akibat berat sendiri, beban berguna,
dan beban hidup. Massa itu semua kemudian dianggap terkonsentrasi pada
satu titik (lumped mass) pada elevasi tingkat yang bersangkutan. Hal ini
bertujuan agar struktur yang terdiri atas derajat kebebasan tak terhingga
berkurang menjadi hanya satu derajat kebebasan.
b. Pengaruh Kekakuan
Kekakuan struktur dapat diukur dari besarnya simpangan antar lantai
(drift) bangunan, semakin kecil simpangan struktur maka bangunan
tersebut akan semakin kaku (Smith dan Coull, 1991).
c. Pengaruh Redaman
Redaman adalah suatu peristiwa pelepasan energi oleh struktur akibat
pengaruh gaya luar. Redaman berfungsi untuk melepaskan energi
terhadap respon struktur yang terjadi.

4
2. PEMODELAN PARAMETER
Komponen-komponen yang merupakan pemodelan himpunan parameter
dari sebuah struktur adalah sesuatu yang menghubungkan gaya dengan
perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Komponen yang menghubungkan gaya
dengan perpindahan disebut pegas. Gambar 2.1 menunjukkan idealisasi pegas tak
bermassa dan plot gaya dari pegas terhadap regangan. Gaya pegas selalu bekerja
sepanjang garis hubung kedua ujung pegas.
Hubungan linier antara gaya dan regangan dinyatakan :

dimana, k adalah konstanta pegas. Besaran k adalah pound/inc (lb/in) atau N/m.
Energi tegangan dinyatakan dengan

Gambar 1 Gaya Deformasi Pada Pegas

dimana energi tegangan dinyatakan sebagai area dibawah kurva fs terhadap e.


Model analitis yang paling umum dari redaman dalam analisa dinamika struktur
adalah model tahanan dashpot, yang dapat diilustrasikan pada gambar 2.2.

Gambar 2 Model Tahanan Dashpo

5
Gaya redaman fD dinyatakan :

Dari fungsi linear dari kecepatan relatif antara dua ujung dashpot.
Konstanta c disebut koefisien viscositas redaman dan besarannya adalah
pond/inc/detik atau N/m/detik. Dalam menulis persamaan gerak dari partikel,
hukum kedua dari Newton digunakan,

Dimana m adalah massa dan a adalah percepatan relatif dari suatu bidang
referensi inersia. Besaran massa adalah lb.det/in atau N.det/in.
Untuk permasalahan dinamika struktur seringkali sangat berguna untuk
memperkenalkan gaya inersia.

Kemudian persamaan 2.4 bisa ditulis sebagai persamaan dinamik yang


semisal :

dengan resultan gaya inersia yang ditambahkan pada resultan gaya lain yang
bekerja pada partikel.

3. PEMODELAN MATEMATIS
Model matematis dalam analisa dinamika struktur mempunyai beberapa
elemen sebagai berikut:
a. Massa m menyatakan massa dan sifat inersia dari struktur
b. Pegas k menyatakan gaya balik elastic dan kapasitas energy potensial dari
struktur
c. Redaman c menyatakan sifat geseran dan kehilangan energy dari struktur
d. Gaya pengaruh F(t) menyatakan gaya luar yang bekerja pada sistem
struktur sebagai fungsi dari waktu.
Namun dalam pembahasan dinamika struktur dengan analisa sederhana pada sistem
berderajat kebebasan tunggal, redaman c diabaikan. Beberapa contoh model
matematis pada struktur dapat dilihat pada gambar berikut.

6
Gambar 3 Model Matematis Sistem Berderajat Kebebasan Tunggal.

Pada model diatas, massa m dihambat oleh pegas k dan bergerak menurut
garis lurus sepanjang satu sumber koordinat. Karakteristik mekanis pegas
digambarkan antara gaya Fs pada ujung pegas dan hasil perpindahan y dapat dilihat
pada gambar 2.4 (a) sedangkan tiga jenis pegas ditunjukan secara grafis pada
gambar 2.4 (b).

Gambar 4 Hubungan Gaya Dan Perpindahan Pada Pegas

Lengkungan pada pegas kuat (hard spring) menyatakan sifat dimana gaya
harus memberikan pengaruh lebih besar untuk suatu perpindahan yang diisyaratkan
seiring dengan terdeformasinya pegas. Karakteristik garis lurus pada pegas liniear

7
(linear spring) menggambarkan deformasi yang selaras dengan gaya. Konstanta
keselarasan antara gaya dan perpindahan dari pegas linier disebut konstanta pegas
(spring constant) k. Sedangkan pada pegas lemah (soft spring) pertambahan gaya
untuk memperbesar perpindahan cenderung mengecil pada saat deformasi pegas
menjadi makin besar.
Jika suatu pegas terpasang secara paralel atau seri, maka diperlukan
penentuan konstanta pegas ekivalen dari sistem tersebut.

Gambar 5 Kombinasi Pegas (a) Pegas Paralel (b) Pegas Seri

Untuk n pegas yang dipasang parallel, konstanta pegas ekivalennya:

Sedangkan untuk n pegas yang terpasang seri :

4. CONTOH PERHITUNGAN STRUKTUR MENGGUNAKAN


SISTEM SDOF
Pada dasarnya setiap struktur mempunyai derajat kebebasan yang tak
terhingga jumlahnya. Menurut Widodo (2000) derajat kebebasan merupakan
derajat independensi atau jumlah koordinat yang diperlukan untuk menyatakan
posisi suatu sistem pada setiap saat. Suatu struktur memiliki frekuensi natural

8
sebanyak derajat kebebasan yang dimilikinya dan jika beban dinamik yang
diterima struktur memiliki frekuensi yang mendekati frekuensi natural dari
struktur maka akan terjadi resonansi yang akan mengakibatkan keruntuhan atau
collapse pada struktur.
Lumantarna (1999), Sistem massa yang berpindah dalam satu arah saja
yaitu arah horizontal dinamakan sistem berderajat kebebasan tunggal (single
degree of freedom, SDOF). Pada sistem SDOF, struktur dimodelkan dengan
massa tunggal dan koordinat perpindahan tunggal.

Gambar 6 Beberapa Bentuk Sistem Berderajat Kebebasan Tunggal


(a) Balok Perletakan Sederhana (b) Balok Kantilever (c) Balok Portal

Liu (2002) telah mengembangkan Integral Duhamel dalam


penyelesaian persamaan diferensial secara numerik, dari persamaan gerak
dengan tipe massa material dan redaman yang bervariasi. Secara sederhana
model matematis sistem derajat kebebasan tunggal (SDOF) dapat dilihat seperti
Gambar 2 berikut ini:

Gambar 7 Beberapa Bentuk Sistem Berderajat Kebebasan Tunggal


(a) Balok Perletakan Sederhana (b) Balok Kantilever (c) Balok Portal

9
5. BAHAN DAN METODE
Data yang dibutuhkan dalam perhitungan adalah massa sistem (M),
kekakuan sistem (K), rasio redaman (Xi), waktu maksimum dari integrasi (Tmax),
selang waktu dari integrasi (DT), percepatan gaya tarik bumi (GR), waktu pada titik
I (T(I)) dan gaya atau percepatan pada saat T(I) (F(I)).
Langkah perhitungan untuk mendapatkan nilai respons struktur dari sistem
berderajat kebebasan tunggal dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Langkah-langkah Perhitungan Respons Struktur

10
6. DATA PERHITUNGAN
Model struktur yang ditinjau mempunyai sistem derajat kebebasan
tunggal dengan dimensi balok 30 cm x 40 cm dan kolom dengan ukuran 20 cm
x 30 cm. Struktur diberi beban merata (q) sebesar 2,5 t/m’. Modulus elastik beton
Eb = 2,2.105 kg/cm2 dan percepatan gravitasi g = 980 cm/dt2. Struktur dibebani
dengan beban dinamik fungsi sinusiodal sebesar P(t) = 1500 sin (πt/0,6) selama
1,2 detik seperti pada Gambar 8 di bawah ini,

Gambar 8 Model Struktur yang Ditinjau

Gambar 9 Pola Beban P (t) = 1500 sin (phi t/ 0,6)

Dari hasil perhitungan diperoleh:

Massa, M = 12,8 kgdt2/cm , kekakuan, K= 4027,3 kg/cm. Massa dan kekakuan ini
dijadikan acuan dalam perhitungan. Analisis sistem dilakukan dengan variasi massa
dan variasi kekakuan baik untuk sistem teredam maupun tak teredam dengan
pembebanan sinusoidal. Variasi I dilakukan dengan massa tetap atau sama dengan
massa acuan dan kekakuan setengah dari kekakuan acuan (M = 12,8 kgdt2/cm ,K=
2013,6 kg/cm). Variasi II dilakukan dengan massa tetap dan kekakuan dua kali

11
kekakuan acuan (M = 12,8 kgdt2/cm ,K= 8054,6 kg/cm). Variasi III dilakukan
dengan massa setengah massa acuan dan kekakuan tetap atau sama dengan
kekakuan acuan (M = 6,39 kgdt2/cm ,K= 4027,3 kg/cm). Variasi IV dilakukan
dengan massa dua kali massa acuan dan kekakuan tetap atau sama dengan kekakuan
acuan (M = 25,5 kgdt2/cm ,K= 4027,3 kg/cm). Variasi massa dan kekakuan dapat
dilihat pada Tabel. 2.

Tabel 2 Variasi Massa dan Kekakuan

7. HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil respons riwayat waktu sistem akibat pola beban sinusoidal dengan
berbagai variasi massa dan kekakuan seperti Tabel 2 adalah sebagai berikut :
a. Perpindahan
1) Sistem dengan variasi kekakuan dan massa tetap sebesar 12,8
kgdt2/cm yaitu sistem dengan kekakuan sebesar 2013,6 kg/cm
menghasilkan perpindahan maksimum sebesar 1,04302 cm, kekakuan
sebesar 4027,3 kg/cm menghasilkan perpindahan maksimum sebesar
0,51648 cm dan untuk kekakuan sebesar 8054,6 kg/cm menghasilkan
perpindahan maksimum sebesar 0,22147 cm.

12
Gambar 10 Riwayat Waktu vs Perpindahan dengan Variasi Kekakuan

Semakin besar kekakuan maka semakin kecil perpindahan maksimum


yang dihasilkan atau dengan kata lain kekakuan berbanding terbalik
dengan perpindahan maksimum, secara visual dapat dilihat pada
Gambar 10. Hasil hitungan di atas memperlihatkan bahwa semakin
besar periode getar (T) maka perpindahan maksimum yang dihasilkan
juga semakin besar. Hal ini terjadi karena periode getar kecil
menunjukkan bahwa sistem kaku dan periode getar besar
menunjukkan sistem lebih fleksibel, sehingga semakin besar periode
getar semakin besar pula perpindahan maksimum yang dihasilkan.

b. Kecepatan
1) Sistem dengan variasi massa dan kekakuan tetap sebesar 4027,3
kg/cm yaitu Sistem dengan massa sebesar 6,4 kgdt2/cm menghasilkan
kecepatan maksimum sebesar -4,97423 cm/dt, massa sebesar 12,8
kgdt2/cm menghasilkan kecepatan maksimum sebesar -6,3269 cm/dt
dan untuk massa sebesar 25,6 kgdt2/cm menghasilkan kecepatan
maksimum sebesar -5,78066 cm/dt.

Gambar 11 Riwayat Waktu vs Kecepatan dengan Variasi Massa


2) Sistem dengan variasi kekakuan dan massa tetap sebesar 12,8
kgdt2/cm Sistem dengan kekakuan sebesar 2013,6 kg/cm
menghasilkan kecepatan maksimum sebesar -11,5613 cm/dt,
kekakuan sebesar 4027,3 kg/cm menghasilkan kecepatan maksimum
sebesar -6,3269 cm/dt dan untuk kekakuan sebesar 8054,6 kg/cm
menghasilkan kecepatan maksimum sebesar -2,48712 cm/dt.

13
Gambar 12 Riwayat Waktu vs Kecepatan dengan Variasi Kekakuan

Gambar 11 dan Gambar 12 memperlihatkan bahwa variasi massa


dan kekakuan mengasilkan kecepatan maksimum yang semua
nilainya negatif. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan maksimum
terjadi pada arah yang berlawanan dengan arah beban. Nilai
kecepatan untuk tiap penambahan massa awalnya cenderung
bertambah besar dulu seterusnya seiring penambahan massa
hasilnya akan mengecil. Nilai kecepatan untuk tiap penambahan
kekakuan cenderung akan semakin kecil. Hitungan kecepatan
dengan variasi kekakuan memperlihatkan bahwa periode getar
berbanding lurus dengan nilai kecepatan maksimum yang
dihasilkan. Hal ini terjadi karena periode getar kecil menunjukkan
bahwa sistem kaku dan periode getar besar menunjukkan sistem
lebih fleksibel, sehingga semakin besar periode getar maka
semakin besar pula kecepatan maksimum yang dihasilkan.

c. Percepatan
1) Sistem dengan variasi massa dan kekakuan tetap sebesar 4027,3
kg/cm yaitu sistem dengan massa sebesar 6,4 kgdt2/cm menghasilkan
percepatan maksimum sebesar -84,1396 cm/dt2 , massa sebesar 12,8
kgdt2/cm menghasilkan percepatan maksimum sebesar 100,7412

14
cm/s2 dan untuk massa sebesar 25,6 kgdt2/cm menghasilkan
percepatan maksimum sebesar 67,28318 cm/dt2.

Gambar 13 Riwayat Waktu vs Percepatan dengan Variasi Massa

2) Sistem dengan variasi kekakuan dan massa tetap sebesar 12,8 kgdt2/cm
yaitu sistem dengan kekakuan sebesar 2013,6 kg/cm menghasilkan
percepatan maksimum sebesar 134,5664 cm/dt2, kekakuan sebesar
4027,3 kg/cm menghasilkan percepatan maksimum sebesar 100,7412
cm/dt2 dan untuk kekakuan sebesar 8054,6 kg/cm menghasilkan
percepatan maksimum sebesar -42,0698 cm/dt2.

Gambar 14 Riwayat Waktu vs Percepatan dengan Variasi Kekakauan

Gambar 9 dan Gambar 10 memperlihatkan nilai percepatan


maksimum yang dihasilkan dengan variasi massa dan kekakuan. Nilai

15
percepatan untuk tiap penambahan massa awalnya cenderung
bertambah besar duku seterusnya seiring penambahan massa hasilnya
akan mengecil. Nilai percepatan untuk tiap penambahan kekakuan
cenderung akan semakin kecil. Hitungan percepatan dengan variasi
kekakuan memperlihatkan bahwa periode getar berbanding lurus
dengan nilai percepatan maksimum yang dihasilkan. Hal ini terjadi
karena periode getar kecil menunjukkan bahwa sistem kaku dan
periode getar besar menunjukkan sistem lebih fleksibel, sehingga
semakin besar periode getar maka semakin besar pula percepatan
maksimum yang dihasilkan. Percepatan maksimum besar akan
mengakibatkan sistem mengalami kerusakan.

8. STRUKTUR TANPA REDAMAN (UNDAMPED STRUCTURE)


Struktur portal satu tingkat seperti Gambar 15 (a) dibawah memikul beban
gravitasi q ton/mʹ merupakan beban merata dan beban dinamik horisontal P (t) ton.
Akibat beban dinamik P (t) portal akan bergoyang berganti-ganti kekiri dan
kekanan. Ada 2 parameter yang akan mempengaruhi besar-kecilnya simpangan
goyangan portal, yaitu: massa (m) dan kekakuan kolom (k). Dua parameter ini
selanjutnya disebut ″dinamik karakteristik″ portal tersebut. Beban gravitasi
dimodelkan sebagai suatu massa m, yang dapat dihitung dengan suatu rumus:
W
m = g

Dimana: m = massa
W = q x panjang beban merata tersebut
G = percepatan gravitasi = 9,8 m/det2

16
Gambar 15 Struktur Tanpa Rendaman

Struktur portal secara matematik dimodelkan seperti gambar 15 (b). Massa m


dimodelkan sebagai kotak diatas 2 roda yang bergerak diatas landasan akibat beban
dinamik P (t), geseran roda dengan landasan disini diabaikan. Gerakan kotak massa
m ini dikendalikan oleh suatu pegas/per dengan konstanta pegas k yang
memodelkan kekakuan kolom k. Simpangan horisontal y diukur dari posisi kotak
m dalam keadaan diam. Kolom memegang peranan yang penting didalam proses
goyangan massa, hal ini ditunjukkan dengan adanya kekakuan kolom (k). Semakin
kaku kolom (k makin besar), maka goyangan atau simpangannya akan semakin
kecil.
Model matematik diatas adalah model matematik struktur tanpa redaman
(undamped structure), dimana kolom masih dianggap berperilaku elastis, sehingga
model pegas yang dipakai adalah pegas linear elastik seperti digambarkan dalam
gambar 01 (c) diatas. Hubungan antara gaya pegas (sama dengan beban dinamis) F
(t), simpangan y dan konstanta pegas dinyatakan sebagai:

F (t)= k . y
Dimana: F = gaya
k = kekakuan kolom
y = simpangan

9. STRUKTUR DENGAN REDAMAN (DAMPED STRUCTURE)


Semua benda yang bergerak diatas bumi ini akan mengalami tahanan
(resistensi), baik karena gesekan dengan benda-benda disekelilingnya maupun oleh

17
peristiwa internal sendiri benda tersebut. Dengan adanya resistensi ini, maka
gerakan gerakan benda tersebut lambat laun akan melemah, hal ini pada umumnya
dikatakan bahwa terdapat ″penyerapan energi atau redaman″ pada struktur atau
benda tersebut. Ada tiga jenis redaman pada peristiwa dinamik, yaitu:
a. Structural Damping
Structural damping adalah redaman yang dihasilkan oleh gesekan internal
molekul-molekul didalam bahan struktur, gesekan antara bagian-bagian
struktur dengan alat-alat penyambung, maupun gesekan antara struktur
dengan tumpuannya. Kualitas material, sambungan, serta kodisi tumpuan
akan berpengaruh terhadap kekakuan atau gaya redaman C.
b. Coulomb Damping
Coulomb damping adalah redaman yang dihasilkan oleh gesekan sesama
benda padat, misalnya gesekan antara suatu kotak dengan berat/gaya
normal N dengan lantai seperti pada gambar 16 dibawah ini.

Gamabar 16
Kotak mendapat beban dinamik F (t), maka kotak akan bergerak dan
gerakan kotak akan mendapat redaman akibat gesekan dengan lantai.
Karena keseimbangan, maka komponen vertikal gaya perlawanan G akan
sama besar dengan gaya normal/berat kotak N. Gaya redaman adalah
komponen horisontal dari gaya perlawanan G, yaitu:
C = N . tanɸ
Dimana: C = gaya redaman
N = gaya normal/berat kotak
ɸ = sudut geser antara kotak dengan lantai

18
c. Viscous Damping
Viscous damping adalah redaman yang dihasilkan oleh antara benda padat
dan benda cair/gas (air, minyak, olie atau udara). Sebagai contph adalah
gerakan torak didalam silinder yang dilumasi olie, gerakan perahu diatas
air, hambatan angin terhadap mobil yang berjalan dijalan raya dsb.
Goyangan struktur akibat beban dinamik pada umumnya dimodelkan
sebagai viscous damping, oleh karena itu didalam model mathematis
menggunakan simbol piston didalam silinder seperti contoh berikut ini.

Gambar 17 Gaya Redaman C

Gaya redaman C dapat dihitung dengan rumus:


C = c . yʹ
Dimana: C = gaya redaman
c = koefisien redaman
yʹ = kecepatan gerakan/goyangan portal

10. INELASTIC RESPON, INELASTIC RESPON SPEKTRUM


a. Respons Spektrum Linier Elastik (Linear Elastic Response Spectrum,
LERS)
Respons spektrum adalah suatu spektrum yang disajikan dalam bentuk
grafik/plot antara periode getar struktur T, lawan respons respons
maksimumnya untuk suatu rasio redaman dan beban gempa tertentu.
Respons maksimum dapat berupa simpangan maksimum (Spectral

19
Displacement, SD) kecepatan maksimum (Spectral velocity, SV) atau
percepatan maksimum (Specteral Acceleration, SA) untuk suatu massa
struktur dengan derajat kebebasan tunggal (Single Degree Of
Freedom,SDOF). Respons Spektrum Elastik adalah suatu spektrum yang
didasarkan atas respons elastik struktur dengan derajat kebebasan tunggal
(SDOF) berdasarkan rasio redaman dan beban gempa tertentu. Inelastik
Respons Spektrum juga disebut Respons Spektrum, yaitu spektrum yang
diturunkan berdasarkan elastik respons spektrum dengan tingkat daktilitas
elemen tertentu. Respons Spektrum suatu struktur SDOF akan bergantung
pada beban gempa, rasio redaman, periode getar, daktilitas struktur dan
jenis tanah setempat. Respons spektrum elastik tidak lazim diguanakan
secara langsurg untuk mendisain kebutuhan kekuatan bangunan (strength
demand), karena mempertahankan respons bangunan masih tetap elastik
selama periode ulang gempa rencana adalah suatu keputusan yang tidak
tepat. Pada kondisi tersebut beban gempa menjadi sangat besar, biaya
pembangunan gedung menjadi sangat mahal, walaupun responsnya masih
tetap elastik.

Sebagai contoh adalah respons spektrum seperti yang tampak pada


Gambar 9.17). Gambar 9.17.a) misalnya adalah Respons Spektrum dari
beberapa gempa yang terjadi di suatu wilayah, yang gempanya terekam

20
seperti ditunjuktan oleh gambar 9.17.b). Respons Spektrum tersebut
adalah Respons Spektrum elastik yang asli, sangat fluktuatif, kemudian
respons spektrum tersebut dibuat rata-rata sehingga menjadi spektrum
yang halus (smoothed spectrum response) sebagaimana tampak pada
gambar. Spektrum rata-rata adalah perwakilan dari banyak spektrum, oleh
karena itu terkadang pada periode T tertentu spektrum rata-rata tersebut
tidak dapat menutup secara keseluruhan spektrum yang ada. Spektrum
rata-rata yang sudah berbangun halus tersebut adalah masih berupa respon
elastik (Elastic Response Spectrum, ERS). Sebagaimana dijelaskan di
depan, bangunan yang akan dibangun akan menjadi sangat mahal apabila
kebutuhan kekuatan bangunan didasarkan atas respons elastik. Respons
elastik tersebut kemudian diproses lebih lanjut sehingga menjadi respons
spektrum inelastik yang siap dipakai untuk keperluan disain beban.
b. Respons Spektrum Inelastik (Inelastic Design Response Spectrum, IDRS)
Struktur yang masih berperilaku elastik pada pembebanan gempa sedang
rnupun gempa yang besar mungkin terjadi, tetapi keadaan ini kurang
realistis. Gempa sedang sampai besar umumnya mempunyai periode ulang
yang sangat lama, mungkin sampai ratusan tahun. Beban rencana untuk
bangunan yang bersangkutan harus sangat besar, agar tetap elastik pada
gempa sedang sampai besar, dengan demikian bangunan akan menjadi
mahal, karena ukuran elemen struktur menjadi besar dan volume bahan
yang dipakai menjadi besar, sehingga menjadi mahal. Alasan tersebut
membuat respons spektrum linier elastik perlu diproses sehingga menjadi
respons spektrum baru, yang dimungkinkan disain beban gempa menjadi
relatif lebih kecil. Respons spektrum yang baru tersebut umumnya disebut
respons spektrum inelastik (Inelastic Design Response Spectrum, IDRS).
Disebut inelastik, karena beban gempa rencana yang dipakai relatif kecil,
sehingga pada gempa yang lebih besar respons bangunan sudah akan
plastis atau inelastis. Respons spektrum inelastik akan dipakai pada
penentuan beban rencana bangunan dengan prinsip ekivalen statik.
Keperluan untuk disain beban gempa dengan pendekatan ekivalen statik

21
maka respons spektrum yang dipakai pada umumnya bukan dalam bentuk
triparti, tetapi spektrum akselerasi. Spektrum akselarasi merupakan
spketrum yang sering digunakan, karena gaya geser yang bekerja pada
dasar bangunan memerlukan data nilai akselerasi. Persamaan itu
menyatakan bahwa gaya geser dasar adalah fungsi dari koefisien gempa
dasar c yang mana koefisien ini diperoleh dari respons spektrum
akselerasi.

Untuk memproses respons spektrum linier elastik (LERS) menjadi respons


spektrum untuk disain IDRS) maka dipakai model bahasan seperti yang
disajikan pada Gambar 9.18). Pada Gambar 9.18.a) tampak bahwa struktur
yang dibebani oleh beban gempa dapat tetap mempunyai respons yang
tetap linier elastik, karena ukuran kolomnya sangat besar. Pada Gambar
9.18.b) ukuran kolom diperkecil, akibatnya pada saat terjadi gempa
momen di ujung dasar kolom melampaui batas momen elastik sehingga
terjadi sendi plastis. Hubungan antara gaya inersia yang diakibatkan oleh
beban gempa dan simpangan massa disajikan pada Gambar 9.18.b) dan
Gambar 9.18.d).

22
Pada Gambar 9.18.c), OA adalah kuantitas beban yang memungkinkan
respons struktur masih linier elastik. Sedangkan OB adalah disain beban
pada respons inelastik yang mana OB << OA. Dalam hal ini terjadi
pengurangan beban rencana, sehingga ukuran elemen struktur dapat Iebih
kecil. Apabila elemen didisain sedemikian rupa sehingga daktail, maka
apabila terjadi gempa yang relatif besar, elemen yang bersangkutan tidak
akan leleh tetapi tidak akan runtuh getas. Pengurangan disain beban dari
beban elastik menjadi beban pada kondisi inelastik tersebut umumnya
disebut force reduction facfor, R. Seberapa besar nilai R, maka dipakai
prinsip equal displacement sperti yang tampak pada Gambar 9.18.c). Pada
gambar tersebut dapat diketahui bahwa,

dengan µ adalah daktilitas simpangan, ∆u adalah simpangan ultimit, ∆y


adalah simpangan saat leleh pertama. Pada struktur yang tidak begitu
fleksibel yaitu struktur dengan periode getar T < Tm maka umumnya
dipakai prinsip equal energy, artinya energi yang masuk/tertampung ke
struktur pada kondisi inelastik sama dengan energi yang masuk pada

23
struktur elastik. Oleh karena itu luas segitiga OCD sama dengan luas
OEFG. Secara matematik hubungan tersebut dapat ditulis menjadi,

11. RESPON STRUKTUR SDOF AKIBAT BEBAN UMUM


Pada kenyataannya beban gempa bukanlah beban harmonik maupun
periodik. Beban getaran tanah akibat gempa bumi sangat fluktuatif dan impulsif.
Beban yang impulsif, mempunyai durasi yang sangat pendek, sehingga penyerapan
energi yang dapat dilakukan struktur juga kurang sempurna,sehingga pengaruh
redaman struktur juga kurang berarti. Sehingga pada pembahasan sistim yang yang
dikenai beban gempa, umumnya struktur dianggap tidak mempunyai redaman.
a. Respon Beban Impuls

Gambar 20 Satu Unit Beban Impuls


Jika suatu beban yang sangat besar bekerja untuk jangka waktu yang
sangat pendek (lihat Gambar 20, 0), maka beban tsb disebut sebagai
beban impuls. Jika impuls yang dihasilkan beban tsb 1 unit satuan, maka
beban tersebut disebut sebagai 1 unit beban impuls.

24
b. Respon Struktur Akibat 1 Unit Beban Impuls

Gambar 21 Respon Struktur Akibat 1 Unit Beban Impuls

Setelah 1 unit beban impuls berhenti (t > τ), struktur akan bergerak bebas,
dengan kecepatan awal akibat pengaruh 1 unit beban impuls tersebut =
1/m, dan tidak ada perubahan perpindahan dalam selang waktu , artinya
), dalam hal ini = 0. Sehingga respon struktur setelah beban
tsb bekerja adalah,
1) Untuk struktur tak diredam :

2) Untuk struktur yang diredam :

c. Integral Duhamel
Salah satu cara untuk menentukan respon struktur akibat beban sembarang
adalah dengan Integral Duhamel. Suatu beban sembarang p(t) yang
bekerja pada struktur, dapat dianggap sebagai penjumlahan dari beban-
beban impuls pendek yang tak terhingga jumlahnya.

25
d. Aplikasi Integral Duhamel pada Struktur SDOF
1) Beban Konstan

Gambar 22 Beban Konstan

Untuk struktur tanpa redaman dan kecepatan serta simpangan awal nol
diberi beban konstan P0, maka dengan menggunakan integral
Duhamel, diperoleh simpangan struktur setiap saat t

dimana yst = P0/k

2) Beban Segi Empat


Beban segi empat disini maksudnya, beban bekerja hanya pada durasi
tertetu saja, yakni sampai t = td. Dengan menggunakan persamaan
(X.3), simpangan struktur pada saat t = td, adalah

26
dan kecepatan pada saat t = td, adalah turunan pertama dari persamaan,
kemudian mengganti t dengan td, yakni

Beban sembarang pada struktur tanpa redaman dengan fungsi beban dinamik
akibat gempa merupakan fungsi sembarang, sehingga penyelesaian integral
Duhamel untuk kodisi ini harus didekati secara numerik.
Integral Duhamel untuk struktur tanpa redaman,

Untuk struktur yang diredam

27
DAFTAR PUSTAKA

Budio Sugeng, 2015. Dinamika. Malang : Universitas Brawijaya


Cahya Febri, 2017. Respon Spketrum [online]
https://cahyafebriabdurrahman.blogspot.com/2017/05/respons-
spektrum.html, diakses 20 November 2018.
Pawirodikromo Widodo, 2012. Seismologi Teknik dan Rekayasa Kegempaan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Reni Suryanita, 2007. Respons Struktur Sdof Akibat Beban Sinusoidal Dengan
Metode Integral Duhamel [online]
https://www.researchgate.net/publication/228374892_respons_struktur_sd
of_akibat_beban_sinusoidal_dengan_metode_integral_duhamel, diakses
tanggal 18 November 2018
Resmi Bestari, 2015. Respon Struktur SDOF Akibat Beban Umum [online]
https://docplayer.info/199339-Rekayasa-gempa-respon-struktur-sdof-
akibat-beban-umum-oleh-resmi-bestari-muin.html, diakses tanggal 20
November 2018

28

Anda mungkin juga menyukai