Anda di halaman 1dari 7

Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB

Potensi dan Peluang Pengembangan Transit-Oriented


Development di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
(1) (2)
Ni Luh Asti Widyahari , Petrus Natalivan Indradjati

(1) Program Studi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
(SAPPK), ITB.
(2) Kelompok Keilmuan Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan
SAPPK), ITB.

Abstrak

Selama ini rencana pengembangan transportasi dan tata ruang yang terkait dengan Kawasan
Perkotaan Cekungan Bandung belum menjadi dasar pengembangan kawasan TOD dan masih
dilakukan secara sektoral. Masalah penelitian studi ini adalah prasyarat TOD masih belum
teridentifikasi secara jelas, banyak rencana-rencana transportasi yang ada, serta rencana yang ada
belum menentukan titik-titik lokasi TOD. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk menghasilkan
lokasi potensial dan peluang pengembangan TOD di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.
Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan
metode analisis isi. Hasil studi menunjukkan beberapa kawasan memiliki potensi dikembangkan
sebagai TOD dan terdapat beberapa kawasan yang memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai
TOD.

Kata-kunci: cekungan Bandung, peluang, perkotaan, potensi, TOD

Pengantar tersebut perlu pembangunan yang diarahkan


untuk menciptakan sistem transportasi yang
Di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, lebih efisien sehingga mampu mendorong
suburbanisasi yang terjadi merupakan terciptanya mobilitas dan aksesibilitas kegiatan
konsekuensi pertumbuhan jumlah penduduk dan masyarakat yang lebih baik (Kustiwan, 2011).
keterbatasan lahan telah menimbulkan Hal ini dapat dilakukan dengan adanya integrasi
persoalan transportasi, terlebih Kawasan terhadap konsep pengembangan perkotaan
Perkotaan Cekungan Bandung memiliki untuk mengatasi gejala urban sprawl dan
karakteristik struktur ruang yang monocentric ketergantungan penduduk terhadap
meskipun rencana struktur ruangnya sudah penggunaan kendaraan pribadi, yaitu dengan
dikembangkan dengan pola policentric (Pratama menerapkan konsep pengembangan kawasan
dan Zulkaidi, 2010). Daya tarik kawasan ini berbasis transit atau Transit-Oriented
sebagai wilayah tujuan perjalanan dan Development (Suzuki, 2013). Konsep Transit-
akumulasi berbagai aktivitas ekonomi, Oriented Development (TOD) menawarkan pola
pemerintah, sosial dan budaya telah pengembangan kawasan di sekitar stasiun
membangkitkan pergerakan komuter (ulang- transit dengan fungsi terpadu (compact
alik) dari kawasan pinggiran menuju kawasan development) dalam populasi masyarakat
perkotaan. Hal ini tentu saja memberikan efek berkepadatan tinggi sebagai salah satu
negatif terhadap pergerakan lalu lintas akibat generator penumpang transit dengan prioritas
tidak adanya ketersediaan sarana dan prasarana pada pejalan kaki dan kemudahan penumpang
transportasi yang efektif yang dapat serta akses menuju stasiun transit (Newman
mengakomodasi pergerakan masyarakat di dan Kenworthy, 1999).
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Oleh
sebab itu, untuk mengurangi beban lalu lintas
Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2 | 353
Potensi dan Peluang Pengembangan Transit-Oriented Development di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung

Konsep TOD ini telah diterapkan di beberapa Tujuan dari studi ini adalah untuk
negara dan ditengarai mampu mendorong mengidentifikasi lokasi yang dapat
mobilitas penduduk, terciptanya kawasan yang dikembangkan sebagai TOD memiliki potensi
kompak dan berwawasan lingkungan, dan peluang untuk dikembangkan sebagai TOD
mendorong terjadinya pergerakan non- di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.
motorized (walking and bicycling), mendorong
pengurangan penggunaan mobil pribadi dan Metode
beralih kepada transit umum, mendorong
terjadinya peningkatan ekonomi perkotaan, Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam
meningkatkan sumber-sumber pendanaan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang
pembiayaan pemeliharaan sarana dan terbagi atas deskriptif dan preskriptif.
prasaranan transportasi, serta mengurangi Pendekatan deskriptif studi ini dimaksudkan
pengeluaran rumah tangga untuk biaya untuk mengetahui kondisi karakterisitik kawasan
transportasi (Suzuki, 2013). Namun, dalam TOD di wilayah studi. Pendekatan preskriptif,
upaya menerapkan konsep TOD di Indonesia yaitu metode analisis dengan cara merumuskan
pada umumnya dan Kawasan Perkotaan tindakan pemecahan masalah kawasan yang
Cekungan Bandung pada khususnya merupakan telah teridentifikasi. Tujuannya adalah
suatu tantangan tersendiri mengingat memberikan gambaran atau merumuskan
banyaknya hambatan pengembangan TOD yang masalah sesuai dengan fakta/keadaan yang ada.
berasal dari berbagai aspek, terutama aspek Pendekatan preskriptif studi ini dimaksudkan
legal, yakni rencana-rencana tata ruang yang untuk memberikan rekomendasi terhadap
memiliki kekuatan hukum. persoalan peluang pengembangan TOD di
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.
Selama ini rencana pengembangan transportasi
dan tata ruang yang terkait dengan Kawasan Dalam penelitian ini terdapat tiga metode yang
Perkotaan Cekungan Bandung belum menjadi diterapkan. Metode ini membantu pengumpulan
dasar pengembangan kawasan TOD. data dan informasi yang dibutuhkan untuk
Pengembangan kawasan seperti TOD masih mencapai tujuan dan sasaran studi. Ketiga
dilakukan secara sektoral. Untuk itu masalah metode tersebut adalah riset data kondisi
penelitian dalam studi ini adalah mengenai wilayah studi saat ini, riset survei dan metode
prasyarat TOD masih belum teridentifikasi analisis.
secara jelas, banyak rencana-rencana
Tujuan utama dari riset data survei ini adalah
transportasi yang ada, serta rencana yang ada
untuk mengumpulkan data dan informasi dari
belum menentukan titik-titik lokasi TOD.
kepustakaan. Kepustakaan ini meliputi buku-
Studi ini bertujuan untuk menghasilkan lokasi buku, makalah, jurnal, penelitian akademis,
potensial dan peluang pengembangan TOD di rencana terkait, dan kumpulan data statistik.
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Oleh Dari kepustakaan akan didapatkan informasi
karena itu, terdapat tiga pertanyaan penelitian mengenai konsep, teori, kriteria, serta indikator
yang diajukan: yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi lokasi
potensial dan peluangnya untuk dikembangkan
1. Apa sajakah prasyarat suatu kawasan menjadi kawasan TOD di Kawasan Perkotaan
dikembangkan sebagai TOD? Cekungan Bandung. Kegiatan ini dilakukan pada
2. Di mana lokasi yang potensial dikembangkan rentang bulan Maret – Juni 2013.
sebagai TOD di Kawasan Perkotaan Cekungan
Bandung? Manfaat dari penerapan riset survei dalam studi
3. Apa syarat yang harus dipenuhi untuk ini adalah untuk mengenali bagaimana
mengembangkan TOD di Kawasan Perkotaan karakteristik kondisi Kawasan Perkotaan
Cekungan Bandung? Cekungan Bandung saat ini. Kegiatan riset
survei ini dilakukan pada rentang bulan Maret –
April 2014.
354 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2
Ni Luh Asti Widyahari

Gambar 1. Kerangka Pikir Studi


Terdapat dua metode analisis pada studi ini, mendapatkan lokasi kawasan yang memiliki
yakni analisis deskriptif dan analisis isi (content potensi berdasarkan rencana sistem transportasi
analysis). Analisis deskriptif ini berfungsi untuk terkait dengan kriteria dan indikator yang sesuai
mengetahui bagaimana karakteristik kondisi saat dengan Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.
ini terkait dengan kriteria dan indikator untuk
potensi maupun peluang pengembangan TOD. Untuk mengidentifikasikan lokasi potensial
Analisis isi yang berbasis pada data sekunder ini pengembangan TOD, kriteria pertama yang
berfungsi untuk memberikan peniliaian antara harus dilihat adalah ketersediaan pelayanan oleh
kriteria dan indikator untuk potensi dan peluang beberapa moda transportasi baik untuk
pengembangan TOD dengan rencana-rencana commuter jarak dekat, maupun non-commuter
tata ruang dan transportasi di Kawasan untuk jarak sedang dan jauh. Untuk moda
Perkotaan Cekungan Bandung serta transportasi commuter dan jarak dekat terdiri
merumuskan indikator yang sesuai dengan dari minibus/mikrolet, bis kota, LRT/monorel,
kriteria pemilihan lokasi potensial dan streetcar/tram, dan MRT. Untuk non-commuter
peluangnya untuk dikembangkan sebagai TOD jarak sedang dan jauh terdiri dari KRL, bis antar
di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. kota atau provinsi dan kereta api.
Kesulitan menggunakan metode analisis isi
adalah pada keseragaman kelengkapan Berdasarkan karakteristik, regional center transit
informasi yang tersedia pada rencana-rencana memiliki moda commuter dan non-commuter
transportasi dan rencana tata ruang terkait baik jarak sedang dan jauh, urban center transit
untuk Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. memiliki moda commuter dan non-commuter
baik jarak sedang dan jauh namun dengan
Diskusi frekuensi transit di atas 5 menit, sub–urban
center transit memiliki moda commuter dan
Untuk mengidentifikasi lokasi yang memiliki non-commuter namun tidak memiliki stasiun
potensial dikembangkan sebagai kawasan TOD kereta api, sedangkan transit–town transit tidak
di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung dilalui LRT/monorel, bis antar kota/provinsi, dan
diperlukan identifikasi tahap awal untuk kereta api, seperti terlihat pada Tabel 1.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2 | 355


Potensi dan Peluang Pengembangan Transit-Oriented Development di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung

Tabel 1 selanjutnya dianalisis melalui berdasarkan rencana pengembangan sistem


perbandingan dengan moda-moda transportasi transportasi untuk kereta api, BRT, LRT, dan bis
yang ada di Kawasan Perkotaan Cekungan antar kota atau provinsi, dengan asumsi
Bandung. Berdasarkan data dan informasi dari angkutan perkotaan dan bis kota tidak
masterplan transportasi yang mencakup mengalami perubahan penurunan jangkauan,
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, maka maka lokasi yang memiliki potensi untuk
setelah dikomparasi dengan kelengkapan moda dikembangkan menjadi TOD adalah:
transportasi, berikut lokasi-lokasi potensial
sebagai regional center transit, urban center  Regional Center TOD: Gedebage dan Stasiun
transit, sub-urban transit, dan transit–town Bandung
trasit (Tabel 2).  Urban Center TOD: Cikudapateuh dan
Kiaracondong
Berdasarkan perbandingan kriteria dan indikator  Sub–Urban Center TOD: Buahbatu, Elang,
potensi penerapan TOD di Kawasan Perkotaan Kopo, Leuwi Panjang, dan Soekarno – Hatta.
Cekungan Bandung terhadap lokasi-lokasi yang  Transit–Town TOD: Antapani, Caringin,
direkomendasikan dapat menerapkan TOD Sarijadi, Surapati, dan Tegallega.

Tabel 1. Prasyarat Pemilihan Lokasi Transit

No Regional Center Urban Center Sub-Urban Center Transit-Town Center


Kriteria Indikator
1.Mode transit Commuter jarak Commuter jarak Commuter jarak dekat Commuter jarak dekat dan
dekat dan non- dekat dan non- dan non-commuter non-commuter jarak sedang
commuter jarak commuter jarak jarak sedang dan jauh dan jauh (minus bis antar
sedang dan jauh. sedang dan jauh. (minus kereta api) kota/provinsi dan kereta api)
Commuter & Jarak Dekat:
Minibus/ Mikrolet v v v v
Bis Kota v v v v
BRT v v v v
LRT/ Monorel v v v v
Non-commuter Jarak Sedang dan Jauh:
Bis Antar
v v v -
Kota/Prov.
-
Kereta Api v v -

Tabel 2. Lokasi Transit di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung


Regional Transit Urban Center Transit Sub- Urban Transit Transit-Town Transit
1. St. Cimahi 1. Banjaran 1. Alun-alun 1. Antapani
2. St. Gedebage 2. Cibereum 2. Balubur 2. Caringin
3. St. Kiaracondong 3. Cicalengka 3. Buahbatu 3. Pasirkaliki
4. St. Bandung 4. Cikudapateuh 4. Cibiru 4. Sarijadi
5. Ciwidey 5. Cicaheum 5. Surapati
6. Dayeuh Kolot 6. Cihampelas 6. Tegallega
7. Jatinangor 7. Ciumbeluit
8. Kiaracondong 8. Elang
9. Majalaya 9. Gardujati
10. Padalarang 10. Husein
11. Rancaekek 11. Juanda
12. Soreang 12. Kopo
13. Tanjungsari 13. Leuwi Panjang
14. Ledeng
15. Pasteur
16. Soekarno – Hatta
17. Ujung Berung

356 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2


Ni Luh Asti Widyahari

Setelah mengetahui peluang pengembangan indikator potensi penerapan TOD di Kawasan


TOD di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung Perkotaan Cekungan Bandung terhadap lokasi-
untuk setiap tipologi kawasan TOD, maka lokasi transit, maka lokasi yang memiliki potensi
berikut ini adalah kesimpulan peluang untuk dikembangkan menjadi TOD adalah
pengembangan TOD di Kawasan Perkotaan sebagai berikut:
Cekungan Bandung berdasarkan tiga kriteria
analisis yang telah dilakukan (Tabel 3- Tabel 6).  Regional Center TOD: Gedebage dan Stasiun
Bandung
Kesimpulan  Urban Center TOD: Cikudapateuh dan
Kiaracondong
Berdasarkan analisis perbandingan kriteria dan  Sub–Urban Center TOD: Buahbatu, Elang,

Tabel 3. Peluang Pengembangan Regional Center TOD di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Keterangan:
* Berdasarkan Rencana Pengaturan KDB, KLB Maksimum dan KDH Minimum untuk perumahan KLB ≥ 4.0, dapat
diakomodasi dalam rencana, yakni untuk perumahan tipe bangunan tinggi yang berada pada fungsi jalan arteri.
** Berdasarkan Rencana Pengaturan KDB, KLB Maksimum dan KDH Minimum untuk perumahan, KDB minimal
70%, maka yang memenuhi hanya berada pada bangunan Rendah (Maksimum 3 lantai), yakni untuk kepadatan
bangunan tinggi (kepadatan bangunan rata-rata lebih dari 40 bangunan/Ha) dengan hirarki jalan kolektor (70%)
dan lokal (80%), dengan kepadatan penduduk rata-rata di atas 200 jiwa/Ha. *** Berdasarkan Rencana
Pengaturan KDB, KLB Maksimum dan KDH Minimum untuk perkantoran, maka kriteria ini diakomodasi untuk
ketentuan perkantoran dengan luas lantai <5000m2 yang berada pada fungsi jalan arteri.

NO REGIONAL CENTER TOD


KRITERIA INDIKATOR GEDEBAGE STASIUN BANDUNG
Pencampuran Sangat tinggi (minimal 5 land-use) v v
land-use 20% hunian v v
80% Non-hunian
Tipe hunian: x v
High-rise, mid-rise apartements,
dan kondominium
Densitas Sangat tinggi pada inti, sedikit v v
bangunan lebih rendah pada pusat
Minimal KLB ≥ 4.0 v* v*
Minimal KDB 70% v** v**
Minimal FAR (KLB) perkantoran v*** v***
2,0 FAR
Karakteristik retail Skala regional dan pelayanan lokal v v

Tabel 4. Peluang Pengembangan Urban Center TOD di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung
NO URBAN CENTER TOD
KRITERIA INDIKATOR CIKUDAPATEUH KIARACONDONG
Pencampuran land- Sangat tinggi, sedikit di bawah tipe regional v v
use center (minimal 4 land-use)
30% hunian 70% Non- hunian v x
Tipe hunian: v v
Mid-rise, low-rise, sedikit high-rise dan
townhouse
Densitas bangunan Sangat tinggi – tinggi v v
Minimal KLB 1,5– 3,5 v v
Minimal KDB 60% v v
KLB Perkantoran 0,75 FAR v v
Karakteristik retail Skala regional, pelayanan lokal dan lingkungan v v

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2 | 357


Potensi dan Peluang Pengembangan Transit-Oriented Development di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung

Kopo, Leuwi Panjang, dan Soekarno – Hatta. pada rencana tata ruang wilayahnya (RTRW
 Transit–Town TOD: Antapani, Caringin, Kota Bandung Tahun 2011-2031) memiliki
Sarijadi, Surapati, dan Tegallega. kendala peluang pengembangan TOD terkait
dengan arahan pengembangan densitas
Berdasarkan analisis peluang pengembangan kawasan, sedangkan kawasan TOD lainnya
TOD di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, memiliki kendala pada arahan pengembangan
satu-satunya kawasan yang dapat menerapkan densitas kawasan berdasarkan rencana tata
TOD tanpa syarat berdasarkan prasyarat ruang wilayah terkait, ketentuan KLB dan KDB
pengembangan TOD adalah Kawasan TOD minimal perumahan, serta KLB minimal
Cikudapateuh. Kawasan TOD Gedebage meski perkantoran.
telah memiliki rencana sebagai kawasan TOD

Tabel 5. Peluang Pengembangan Sub-Urban Center TOD di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung.
Keterangan: 1. Buahbatu; 2. Elang; 3. Kopo; 4. Leuwi Panjang; 5. Soekarno–Hatta. * Berdasarkan Rencana
Pengaturan DB, KLB Maksimum dan KDH Minimum untuk perumahan KLB 1,0 - 3,5, maka yang dapat
diakomodasi adalah: 1). Bangunan tinggi yang memiliki fungsi jalan arteri (4.0), kolektor (3.6), dan lokal (2,5).
2). Bangunan sedang yang memiliki fungsi jalan arteri (3.2), kolektor (2,4), dan lokal (2,5). 3). Bangunan rendah
yang memiliki fungsi jalan lokal (1,6) di kepadatan bangunan tinggi. ** Berdasarkan Rencana Pengaturan KDB,
KLB Maksimum dan KDH Minimum untuk perkantoran, yang dapat diakomodasi adalah 1). perkantoran dengan
luas ≥ 5000 m2 yang berada pada fungsi jalan arteri (1,6), dan kolektor (1,5). 2). Perkantoran dengan luas <
5000 m2 yang berada pada fungsi jalan arteri (2,0) dan kolektor (1,8). ***Data tidak tersedia

NO SUB - URBAN CENTER TOD


KRITERIA INDIKATOR 1 2 3 4 5
Pencampuran Tinggi (minimal 3 land-use) v v v v v
land-use 30% hunian 70% Non – hunian x x x x x
Tipe hunian: x v v v v
Mid-rise, low-rise, beberapa high-rise, dan
townhouse
Densitas Tinggi – sedang v v v v v
bangunan Minimal KLB 1,5-3,5 v* v* -*** v* v*
Minimal KDB 60% v v -*** v v
Minimal KLB Perkantoran 1,5 FAR v** v** -*** v** v**
Karakteristik Skala regional, pelayanan lokal, dan v x v v v
retail lingkungan

Tabel 6. Peluang Pengembangan Transit-Town TOD di Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Keterangan: 1.
Antapani; 2. Caringin; 3. Sarijadi; 4. Surapati; 5. Tegallega.
NO TRANSIT - TOWN TOD
KRITERIA INDIKATOR 1 2 3 4 5
Pencampuran land- Sedang (minimal 2 land-use) v v v v v
use 30% hunian 70% Non-hunian x x x x x
Tipe hunian: v v v v v
Mid-rise, low-rise, townhouse, small-lot
single family
Densitas bangunan Sedang v x v x x
Minimal KLB 1,5 – 3,5 v v v v v
Minimal KDB 60% v v v v v
Minimal KLB Perkantoran 0,5 FAR v v v v v
Karakteristik retail Skala lingkungan, pelayanan lokal v v v v v

358 | Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2


Ni Luh Asti Widyahari

Rekomendasi yang dapat diberikan, yakni: Daftar Pustaka

1. Berdasarkan RTRW Kota Bandung Tahun Calthorpe, Peter. 1993. The Next American
2011–2031, kawasan Gedebage memiliki Metropolis. Princeton: Princeton Architectural
rencana untuk dikembangkan sebagai Press.
kawasan TOD. Untuk mencapai hal tersebut Center of Transit Oriented Development,
diperlukan beberapa penyesuaian yakni Commison (CTOD). 2007. Station Area
perubahan arahan pengembangan Planning Manual. Metropolitan Transportation
perumahan kepadatan rendah menjadi Commision.
kepadatan tinggi. Ditmarr, Hank, dan Gloria Ohland. 2004. The
2. Arahan pengembangan TOD berdasarkan New Transit Town. Washington, DC: Island
lokasi pengembangannya adalah Press.
redevelopment site dan infill site untuk Katz, Peter. 1994. The New Urbanism: Toward
kawasan TOD Gedebage, sedangkan an Architecture of Community. New York:
kawasan potensial TOD lainnya adalah McGraw Hill.
cukup dengan redevelopment site. Kustiwan, Iwan. 2011. Pengendalian
3. Perlunya upaya penyelarasan ketentuan Perkembangan Fisik Kota: Penangan Urban
terhadap ketentuan persentase hunian dan Sprawl. Bunga Rampai Pembangunan Kota
non-hunian, KLB dan KDB perumahan, serta Indonesia Abad 21, Edisi 2.
KLB minimal perkantoran di rencana- Newman and Kenworthy. 1999. Sutainability and
rencana tata ruang untuk kawasan-kawasan Cities: Overcoming Automobile Dependence.
TOD potensial agar dapat mengembangkan Washington, DC: Island Press.
permukiman ataupun perkantoran agar Pratama, Yudistira dan Denny Zulkaidi. 2010.
persyaratan teknis pengembangan TOD Karakteristik Struktur dan Pola Ruang Kawasan
tidak melenceng terlalu jauh pada Metropolitan di Indonesia. Urban Planning and
ketentuan rencana tata ruang terkait. Design Research Group. Bandung: Institut
4. Perlunya pembentukan ketentuan KLB dan Teknologi Bandung.
KDB untuk wilayah yang tercakup ke dalam Suzuki, H., Cervero, R., and Kanako Iuchi. 2013.
Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung. Transform Cities with Transit: Transit and
Land-use Integration for Sustainable Urban
Ucapan Terima Kasih Development. Washington, DC: The World
Bank.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Wheelar, Stephen M. 2000. Planning for
Petrus Natalivan Indrajati selaku pembimbing, Metropolitan Sustainability, Journal of Planning
atas bimbingannya dalam menyusun penelitian Education Research 20:133 – 144. Association
ini. of Collegiate Schools of Planning.
Witoelar, Erna. 2012. Semakin Minim Urbanisasi,
Semakin Minim Pula Permukiman Kumuh. Kota
Tanpa Kumuh 2020: HUDMagz edisi 2 , hal.
24-25. Jakarta: The HUD Institute.

Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V3N2 | 359

Anda mungkin juga menyukai