Anda di halaman 1dari 22

METROPOLITAN

BANDUNG RAYA

Novia Sadira
163060060
Sistematika Pembahasan
Tinjauan Rencana
Pendahuluan Visi dan Misi
Pengembangan

Permasalahan Konsep
Pokok Pengembangan
Metropolitan Infrastruktur dan
Bandung Raya Prasarana Wilayah
Pendahuluan

Perkembangan metropolitan yang pesat harus diantisipasi dengan perencanaan dan pengelolaan
pembangunan. Dalam lingkup metropolitan, terlebih dahulu dilakukan delineasi wilayah yang mempunyai
ciri metropolitan sebagai basis perencanaan dan pengelolaan pembangunan metropolitan. Delineasi
dilakukan berdasarkan jumlah penduduk, luas kawasan terbangun, serta karakteristik ekonomi.
Berdasarkan analisis delineasi, pada tahun 2010, terdapat 56 kecamatan yang telah mempunyai ciri
perkotaan di Kota Bandung, Kota Cimahi, sebagian Kabupaten Bandung, sebagian Kabupaten Bandung
Barat, dan sebagian Kabupaten Sumedang. 56 kecamatan tersebut termasuk ke dalam delineasi
Metropolitan Bandung Raya dengan jumlah penduduk sebesar 5.813.269 jiwa dan luas wilayah sebesar
106.015 Ha. Sementara itu, pada tahun 2010 luas kawasan terbangun mencapai 26.142 Ha atau sekitar 25
persen dari luas wilayah keseluruhan
Visi dan Misi

Visi
Percepatan atau akselerasi pengemabngan infrastruktur,pelayanan dasar
maupun penciptaan tenaga kerja melalui kesinambungan pembangunan.

Misi
Bermartabat melalui program prioritas :
1. Pendidikan
2. Kesehatan
3. Kemakmuran
4. Lingkungan hidup
5. Senibudaya
6. Olah raga, dan
7. Agama
Tinjaun Rencana Pengembangan
Metropolitan Bandung Raya memiliki keunggulan-keunggulan yang dapat memaksimalkan potensi wilayah,
baik keunggulan masing-masing kabupaten/kota maupun keunggulan regional. Keunggulan tersebut
diklasifikasikan menjadi absolut advantage, comparative advantage, dan competitive advantage.

• Absolut advantage atau keunggulan absolut adalah keunggulan yang dimiliki suatu wilayah dari
keberadaan sumber daya alam dan sejarah yang dimilikinya dibandingkan dengan yang dimiliki wilayah
lain. Metropolitan Bandung Raya memiliki keunggulan absolut dari Kota Bandung yang merupakan
Ibukota Provinsi Jawa Barat. Keunggulan absolut lainnya yaitu dari segi geografis, peninggalan sejarah,
dan budaya.

• Comparative advantage atau keunggulan komparatif yaitu keunggulan yang dimiliki suatu wilayah
karena memiliki sumber daya produksi yang lebih banyak/ unggul dibandingkan dengan yang dimiliki
wilayah lain. Aksesibilitas menjadi salah satu keunggulan komparatif Metropolitan Bandung Raya yang
menyebabkan wilayah ini menjadi mudah dijangkau dengan menggunakan berbagai moda transportasi.
Keunggulan komparatif lainnya yaitu ketersediaan fasilitas perdagangan dan industri, serta tenaga kerja
industri tekstil dan pengolahan makanan.

• Competitive advantage adalah keunggulan yang dimiliki suatu wilayah karena sudah berpengalaman
atau karena penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga menciptakan keunggulan dalam
persaingan antar wilayah. Metropolitan Bandung Raya memiliki keunggulan kompetitif dalam hal
sumber daya manusia dan komunitas yang kreatif dan inovatif. Selain itu, wilayah ini juga merupakan
rumah bagi perguruan tinggi yang berkelas dunia dari berbagai bidang ilmu serta fasilitas riset dan
pengembangan.
KEUNGGULAN METROPOLITAN BANDUNG RAYA

Keunggulan Absolut Keunggulan Komparatif Keunggulan Kompetitif


• Secara geografis berbentuk • Aksesibilitas • Komunitas yang Kreatif
cekungan sehingga dikelilingi • Jalur transportasi darat • Sumber daya manusia
pegunungan melalui Jalan Tol Cipularang, yang inovatif
• Terdapat berbagai objek Nagreg, Jalan Raya Lembang, • Perguruan tinggi berkelas
wisata alam dll. dunia
• Mempunyai peninggalan • Simpul transportasi: • Fasilitas riset dan
sejarah berupa bangunan Terminal, Bandara Husein pengembangan
bersejarah dan warisan Sastranegara, Stasiun
budaya Bandung
• Infrastruktur perdagangan
• Infrastruktur industri
• Tenaga kerja industri (tekstil
dan makanan)
Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012
Permasalahan Pokok Metropolitan Bandung Raya
Perkembangan penduduk di Metropolitan Bandung Raya diikuti dengan
munculnya isu dan permasalahan dari berbagai aspek, terutama dalam hal ketersediaan
infrastruktur. Isu dan permasalahan infrastruktur transportasi, perumahan, jaringan air
bersih, fasilitas pengelolaan persampahan akan menjadi pertimbangan dalam
penyusunan konsep pengembangan Metropolitan Bandung Raya

TRANSPORTASI
Salah satu permasalahan transportasi yang kerap muncul adalah kemacetan
lalu lintas. Setidaknya terdapat 32 titik kemacetan di Kota Bandung yang disebabkan
oleh kegiatan ekonomi (pasar, pedagang kaki lima, pusat perbelanjaan, dan lainlain),
ruas jalan yang sempit, dan persimpangan (Masterplan Transportasi Kota Bandung,
2009). Titik-titik kemacetan tersebut akan bertambah pada waktu puncak dan pada hari
libur. Kemacetan juga terjadi di wilayah sekitar Kota Bandung, terutama di wilayah
yang berbatasan langsung dengan Kota Bandung.
Prediksi Permintaan Perjalanan dan Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan studi
Penyusunan Rencana Induk Angkutan Umum di PKN Bandung (Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Barat, 2012), total produksi perjalanan di Metropolitan Bandung Raya
pada tahun 2012 mencapai 1,53 juta smp per hari (keterangan: smp = satuan mobil
penumpang). Dengan asumsi okupansi setiap kendaraan adalah 2,34 orang per
kendaraan, diperkirakan total pergerakan penumpang di Metropolitan Bandung pada
tahun adalah 2012 sebesar 3,57 juta orang/hari.
Kondisi Infrastruktur Transportasi Metropolitan Bandung Raya

Kondisi Infrastruktur Transportasi Metropolitan Bandung Raya memiliki infrastruktur transportasi yang lengkap yaitu
transportasi darat dan transportasi udara. Metropolitan Bandung Raya dilalui oleh jalan arteri primer, rel kereta api, dan
beberapa ruas jalan tol. Selain itu, terdapat pula terminal tipe A yaitu Terminal Cicaheum dan Terminal Leuwipanjang di
Kota Bandung. Untuk transportasi udara, terdapat Bandara Husein Sastranegara.
Walaupun demikian, kapasitas jaringan jalan di Metropolitan Bandung Raya saat ini sudah hampir mencapai titik jenuh,
ditandai dengan nilai perbandingan volume dan kapasitas yang hampir mendekati 1. Hal inilah yang mengakibatkan
kemacetan di beberapa ruas di waktu puncak. Jika hal ini dibiarkan, maka transportasi Metropolitan Bandung Raya akan
lumpuh dalam waktu yang singkat.
Kondisi tersebut juga dialami oleh simpul-simpul transportasi seperti terminal. Volume pergerakan di terminal
dan bandara juga sudah melebihi kapasitasnya sehingga sering terjadi penumpahan kendaraan ke jalan di sekitarnya yang
mengakibatkan kemacetan.
Perumahan
Kondisi Perumahan Kondisi perumahan di Metropolitan Bandung Raya dapat
digambarkan melalui luas lantai tempat tinggal yang ditempati oleh rumah
tangga. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan bahwa masih banyak rumah
tangga di wilayah perkotaan dengan luas lantai tempat tinggal di bawah
standard kelayakan.
TABEL
JUMLAH RUMAH TANGGA BERDASARKAN LUAS TEMPAT
TINGGAL DI WILAYAH PERKOTAAN BANDUNG RAYA TAHUN
2010
Luas Tempat Tinggal (m2)
Kab/Kota
<20 20-29 30-39 40-49 50-99 100-199 00-299 300+ Jumlah

Kota 175.703 83.419 48.277 52.690 152.833 88.576 23.476 14.392 639.366
Bandung
Kota Cimahi 38.617 16.273 10.590 13.772 42.408 19.157 3.418 1.320 145.555

Bandung 77.167 110.877 104.344 94.568 218.152 67.212 9.324 3.168 684.812

Bandung 18.757 35.340 41.131 37.600 80.651 23.518 3.501 1.512 242.010
Barat
Sumedang 24.114 17.342 22.426 19.083 38.907 11.754 1.642 616

Jumlah 135.884 263.251 226.768 217.713 532.951 210.217 41.361 21.008 1.847.627

Sumber: Sensus Penduduk, 2010; Analisis WJPMDM, 2013


TABEL BACKLOG PERUMAHAN DI METROPOLITAN TABEL BACKLOG PERUMAHAN DI METROPOLITAN
BANDUNG RAYA TAHUN 2010 BANDUNG RAYA TAHUN 2025
Jumlah Jumlah Rumah Backlog Jumlah Jumlah Rumah Backlog
Kab/Kota Kebutuhan yang Tersedia Kab/Kota Kebutuhan yang Tersedia
Rumah Rumah
Kota Bandung 598.408 452.816 145.592 Kota Bandung 1.089.645 452.816 636.829

Kota Cimahi 133.285 102.370 32.915 Kota Cimahi 246.341 102.370 143.971

Bandung 492.414 372.609 119.805 Bandung 1.160.325 372.609 787.716

Bandung Barat 200.217 151.504 48.713 Bandung Barat 569.296 151.504 417.792

Sumedang 26.994 20.426 6.568 Sumedang 134.393 20.426 113.967

JUMLAH 353.593 JUMLAH 2.100.275

Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2012

Dengan jumlah backlog tersebut, maka terdapat Berdasarkan perhitungan tersebut, backlog
kebutuhan lahan untuk menutupi backlog perumahan pada tahun 2025 adalah sebesar
perumahan tersebut. Diasumsikan bahwa satu 2.100.275 rumah. Dengan asumsi bahwa
orang membutuhkan minimum 9 m2, maka satu satu orang membutuhkan minimum 9 m2,
rumah membutuhkan lahan sebesar 36 m2. maka satu rumah membutuhkan lahan
Dengan demikian, di Metropolitan Bandung Raya sebesar 36 m2, maka didapatkan kebutuhan
dibutuhkan lahan sebesar 1.272,93 Ha untuk lahan perumahan sebesar 7.560,99 Ha.
menutupi backlog perumahan.
Penyediaan Air Bersih
Kondisi Eksisting Sistem Penyediaan Air Bersih Sistem penyediaan air bersih yang ada saat ini belum mampu memenuhi seluruh kebutuhan air
bersih masyarakat di Metropolitan Bandung Raya. Masalah utama yang dihadapi antara lain:

1. Keterbatasan pasokan air baku, yang disebabkan oleh: Tingginya ketergantungan pada sumber air baku yang berasal dari air permukaan
(sungai, danau, waduk) Fluktuasi debit air permukaan (khususnya sungai) menyebabkan kapasitas produksi berfluktuasi dan saat ini lebih
banyak beroperasi dibawah kapasitas desain Tingginya pencemaran sumber air Besarnya biaya investasi yang diperlukan untuk
meningkatkan kualitas air (dari sumber air yang tercemar) Debit mata air cenderung menurun, akibat adanya perubahan fungsi lahan
2. Sistem penyediaan air bersih yang belum terpadu 3. Tingkat kebocoran yang tinggi 4. Keterbatasan kapasitas dan kompetensi SDM penyedia
layanan air bersih
Berdasarkan data tahun 2009, cakupan pelayanan air bersih di Metropolitan Bandung Raya
adalah sebagai berikut.
TABEL CAKUPAN PELAYANAN AIR BERSIH METROPOLITAN
BANDUNG RAYA
Kab/Kota Penyedia Kapasitas Produksi*) (liter/detik) Jumlah Persentase
Layanan Terpasang Terpakai Sambungan*) Layanan*)

Kota Bandung PDAM 2.953 2.707 144.114 64,10%


Tirtawening
Kab. Bandung 394 321 30.130

Kab. Bandung PDAM Tirta 160 109 8.508 12,54%


Barat Raharja
Kota Cimahi 208 154 14.408

Kab. Sumedang 97 83 5.739 11,53%


(Jatinangor,
PDAM Tirta
Cimanggu,
Medal
Cikeruh,
Tanjungsari)
Total 3.812 3.374 202.899

*) data tahun 2009 Sumber: materi workshop I SPAM Bandung Raya, Dirjen Ciptakarya,
Kementerian PU, 2010 Idle Capacity : 438 liter/detik
Potensi Air Baku
• Sumber air baku berasal dari sungai dan waduk di sekitar Metropolitan Bandung Raya.
TABEL SUMBER AIR BAKU DI METROPOLITAN BANDUNG
RAYA
Sungai/Waduk Debit andalan untuk air bersih (l/s)

Sungai Citarik/ Waduk Citarik 100

Sungai Cimahi/ Waduk Sukawana 791

Sungai Cikapundung/ Waduk Cikapundung-Cicukang 323

Sungai Ciwidey 1.148

Sungai Cimeta 594

Sungai Cisangkuy/ Situ Cipanunjang dan Situ Cileunca 1600(untuk PDAM Kota Bandung) 500 (untuk PDAM
Kab. Bandung)
Sungai Cisangkuy-Cikalong 2380

Sungai Cisangkuy-Kamasan 440

Sungai Citarum 821(Tentakel Selatan)


562 (Tentakel Utara)
Waduk Santosa 2300

Sumber: Laporan Akhir Penyusunan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Regional
Metropolitan Bandung
Potensi Air Tanah

TABEL PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI METROPOLITAN


BANDUNG RAYA

Kondisi Awal
Di Wilayah Metropolitan Bandung, terdapat 7 cekungan air No Daerah Kondisi MAT(m)
tanah sebagai berikut : Tahun MAT(m)
1. Cekungan Air Tanah (CAT) yang berada dalam wilayah 1 Batujajar 1910 +25 -8 s/d -58 (thn 2004)
kabupaten :
a. CAT Lembang: Kabupaten Bandung 2 Cimahi Selatan 1904 +19,5 -18 s/d -86 (thn 2004
b. CAT Sumedang: Kabupaten Sumedang Margaasih
2. CAT terlampar lintas batas kabupaten/kota, yaitu : 3 Margahayu 1953 +4,84 -1 s/d -29 (thn 2004)
a. CAT Ciater: Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Subang Katapang Soreang
dan Kabupaten Sukabumi 4 Bandung Kulon 1953 +13,4 -38 s/d -57 (thn 2004
b. CAT Bandung-Soreang: Kota Bandung, Kabupaten Andir
Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung dan 5 Dayeuhkolot 1919 +3,0 -20 s/d -80 (thn 2004)
Kabupaten Garut
c. CAT Cibuni: Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bandung 6 Batununggal 1919 +17,5 -39 s/d -80 (thn 2004)
Kiaracondong
d. CAT Banjarsari: Kabupaten Bandung dan Kabupaten
Garut 7 Kantor PJKA 1977 +4,0 -65,14 (thn 2006)
(viaduct)
e. CAT Malangbong: Kabupaten Garut, Kabupaten
Majalengka dan Kabupaten Sumedang 8 Stasiun 1991 +11 -55,50 (thn 2006)

Sumber : Litbang ESDM & Distamben Provinsi Jawa Barat

Akibat keidakseimbangan antara recharge dan discharge, terjadi penurunan


muka air tanah. Selain itu, penurunan muka air tanah disebabkan oeh
eksploitasi air tanah yang tidak terkendali. Berdasarkan data yang diperoleh
dari Litbang ESDM & Distamben Provinsi Jawa Barat, terjadi di beberapa
daerah seperti yang terlihat pada kedua tabel di bawah ini.
TABEL TOTAL DAN RATA-RATA PENURUNAN MUKA AIR
TANAH DI METROPOLITAN BANDUNG RAYA
No Daerah Total Penurunan Rata rata Penurunan Per Tahun (cm)
(Cm)
1 Cimahi-Leuwigajah 84,5 21,1

2 Bojongsoang 83,9 20,9

3 Kopo 18,9 4,7

4 Banjaran 63,9 15,9

5 Dayeuhkolot 20,8 5,2

6 Gedebege 24,3 6,1

7 Ujung Berung 20,6 5,2

8 Majalaya 8,4 2,1

9 Rancaeke 11,8 2,9

10 Cicalengka 44,5 11,9

Sumber : Land Subsidence (1996 – 2000), Source : Abidin (2000)


FASILITAS PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
TABEL PREDIKSI VOLUME SAMPAH PER HARI DI
METROPOLITAN BANDUNG RAYA BERDASARKAN STANDAR
2,5 L/HARI

Volume Sampah per Hari (L)


Kabupaten/Kota
2010 2015 2020 2025

Kota Cimahi 1352850 2165900 2280480 2463410

Kota Bandung 5984083 9580495 10087314 10896448

Kabupaten 4924135 8539575 10435848 11603251


Bandung
Kabupaten 2002170 3907568 4452218 5692961
Bandung Barat
Kabupaten 269938 556458 1244137 1343933
Sumedang
14533175 24749996 28499997 32000003

Sumber : Hasil Analisis WJPMDM,2013

Dengan tingginya volume sampah tersebut, dibutuhkan penanganan masalah sampah baik secara lokal maupun regional. Penanganan sampah
secara lokal yaitu dengan membangun TPS di setiap lingkungan perumahan, sedangkan TPA direncanakan dibangun di Kecamatan Nagreg,
Kabupaten Bandung. Selain itu, diperlukan pula upaya edukasi masyarakat untuk mengurangi produksi sampah dari sumbernya.
Kebutuhan Tempat Pembuangan Sementara (TPS)
Berdasarkan prediksi volume sampah tersebut, dapat diketahui jumlah fasilitas penampungan sampah sementara yang
dibutuhkan. Dengan standar kapasitas TPS sebesar 1.000 m3, maka diketahui jumlah TPS yang dibutuhkan sampai
tahun 2025.
TABEL PREDIKSI JUMLAH KEBUTUHAN TPS DI
METROPOLITAN BANDUNG RAYA
Kabupaten/Kota 2010 2015 2020 2025

Kota Cimahi 1,35 2,17 2,28 2,46

Kota Bandung 5,98 9,58 10,09 10,90

Kabupaten 4,92 8,54 10,44 11,60


Bandung
Kabupaten 2,00 3,91 4,45 5,69
Bandung Barat
Kabupaten 0,27 0,56 1,24 1,34
Sumedang
Jumlah 14,53 24,75 28,50 32,00

Jumlah 15 25 28 32
(Pembulatan )

Sumber: Hasil Analisis WJPMDM, 2013

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa Metropolitan Bandung


Raya membutuhkan 32 TPS dengan masing-masing TPS berkapasitas
1.000 m3 pada tahun 2025 untuk menampung produksi sampah.
Ketersediaan Fasilitas Pengolahan Sampah
TPA Regional yang beroperasi di Metropolitan Bandung Raya saat ini adalah TPA Sarimukti di Kabupaten Bandung Barat. Selain itu,
terdapat pula TPA lainnya tetapi masih menggunakan sistem pengolahan Open Dumping. Sementara itu, TPA Leuwigajah di Kota
Cimahi sudah dinyatakan tidak aktif dan memerlukan revitalisasi.
Kondisi TPA ini tidak cukup untuk menampung seluruh sampah di Metropolitan Bandung Raya. Dengan demikian, dibutuhkan TPA
regional untuk menampung sampah dalam jangka panjang.
KONSEP PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR DAN PRASARANA WILAYAH
1. Konsep Pengembangan Infrastruktur Transportasi Pengembangan
transportasi di Metropolitan Bandung Raya akan mengadaptasi konsep
Integrated Transport System untuk melayani pergerakan antar pusat
kegiatan, baik di wilayah urban maupun di wilayah suburban.

Angkutan umum di Metropolitan Bandung Raya akan dikembangkan sesuai


dengan hirarki pusat-pusat kegiatan di Metropolitan Bandung Raya. Berikut
merupakan konsep hirarki pusat kegiatan sesuai dengan rencana tata ruang
kota dan kabupaten di wilayah Metropolitan Bandung Raya.
• Berdasarkan hirarki pusat kegiatan tersebut, didapatkan koridor-koridor yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan
sesuai dengan jaringan jalan eksisting.
Konsep hirarki jaringan tersebut kemudian disederhanakan menjadi 8 koridor angkutan umum.
Berdasarkan prediksi kebutuhan kapasitas di masing-masing koridor, maka dapat diketahui moda angkutan yang sesuai
untuk tiap koridor.
TABEL ALTERNATIF MODA ANGKUTAN UMUM DI
METROPOLITAN BANDUNG RAYA
No Koridor Asal – Tujuan Kebutuhan Alternatif Teknologi Angkutan Massal yang
Kapasitas memenuhi
(Penumpang/jam)
1 Koridor Ujung Berung • Ujung Berung-Cicaheum CBD 12.284 •BRT,LRT,LRRT, AGT, Tram
• Arcamanik-Jalan Jakarta-CBD 4.095 •Bus

2 Koridor Gede Bage • Gedebage-Kordon Buahbatu-CBD • 7.359 BRT, AGT


• Derwati-Kiara Condong-CBD • 8.298
•CicalengkaJatinangorGedebage-CBD • 8.298
•Dayeoukolot Kordon-CBD • 7.359
3 Koridor Dayeuhkolot Banjaran-M Toha-CBD 12.335 BRT,LRT,LRRT, AGT, Tram

4 Koridor Soreang Soreang-Kopo-CBD 16.086 BRT,LRT,LRRT, AGT, Tram

5 Koridor Cimahi Selatan Cijerah-Terusan Pasir Koja-CBD 3.902 Bus


Padalarang –Cimahi CBD (via Cibeureum)

6 Koridor Cimahi Utara Padalarang Cimahi CBD (via Djunjunan) 7.191 BRT, AGT

7 Koridor Lembang • Lembang- LedengCihampelas-CBD • 2.148 Bus, Car Cable


Setrasari-PasteurCBD 1.432
8 Koridor Dago • Dago-Merdeka-CBD • Sadang 1.057 Bus, Car Cable
SerangPahlawan-CBD 865

Sumber: Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat, 2012.

Anda mungkin juga menyukai