Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional selama ini diakui belum sepenuhnya mampu
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat di daerah secara
merata. Telah terjadi ketimpangan pembangunan antar wilayah terutama terjadi
antara Jawaluar Jawa, antara Kawasan Barat Indonesia (KBI)Kawasan Timur
Indonesia (KTI), serta antar kota-kota dan antara kotadesa. Ketimpangan ini
mengakibatkan sebagian daerah masyarakatnya kurang tersentuh oleh program
program pembangunan secara menyeluruh sehingga akses terhadap pusat
pelayanan sosial, pusat kegiatan sosial ekonomi dan politik menjadi terbatas.
Ketimpangan wilayah yang terjadi selama ini merupakan ketimpangan yang
disebabkan oleh ketidakmerataan pembangunan antar wilayah administrative
pemerintahan kecamatan, desa, wilayah yang dinilai strategis dilihat dari aspek
sosial, budaya, politik maupun dari aspek ekonomi.
Ketertinggalan pembangunan ini tentunya tidak terlepas dari akibat belum
berkembangnya pembangunan pada wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh.
Karena secara konseptual peran wilayah strategis dan cepat tumbuh diharapkan
dapat mendorong atau menghela perekonomian di wilayah-wilayah sekitarnya.
Namun, pada tataran pelaksanaannya pengembangan wilayah-wilayah strategis
dan cepat tumbuh dalam kerangka percepatan pemerataaan pembangunan daerah
di seluruh Indonesia, banyak ditemukan berbagai kendala dan permasalahan yang
mengakibatkan wilayahwilayah strategis dan cepat tumbuh belum berperan
optimal.
Wilayah strategis dan cepat tumbuh yang merupakan pusat-pusat
pertumbuhan dan didukung rencana pengembangan pelabuhan termasuk kegiatan
bongkar muat barang jasa dan industri dan kegiatan perikanan mengakibatkan
dengan pertumbuhan wilayah ini sangat pesat. Hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan perkembangan kegiatan fisik dan non fisik yang tentunya akan
menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun negatif bagi wilayah.

Perkembangan

kegiatan

ini

akan

mempengaruhi

kebutuhan

terhadap

perkembangan wilayah.
Dalam mempercepat proses industrialisasi pada wilayah strategis dan cepat
tumbuh, untuk menjawab tantangan dari dampak negatif gerakan globalisasi dan
liberalisasi ekonomi dunia, serta mengantisipasi perkembangan di masa yang akan
datang, pembangunan industri nasional memerlukan arahan dan kebijakan yang
jelas. Kebijakan yang mampun menjawab pertanyaan, arah dan bangun industri
Indonesia dalam jangka menengah, maupun jangka panjang. Berawal dari suatu
pendekatan, prinsip pelaksanaan pengembangan kawasan strategis dan cepat
tumbuh, hanya bermuara pada dua pendekatan yaitu pendekatan sektoral dan
kewilayahan, yang diterjemahkan ke dalam berbagai bentuk kebijakan dan
program seperti : pengembangan kawasan berikat, kawasan perdagangan dan
pelabuhan bebas, Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia (KEKI); dan peterjemahan
pendekatan pembangunan wilayah cepat tumbuh seperti : KSP, Kawasan Andalan
atau KAPET (Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu), Kawasan Agropolitan,
KIMBUN, KUNAK, Sentra Industri skala UKM, dan masih banyak lagi yang
sejenis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kawasan strategis cepat tumbuh?
2. Apa konsep dasar pengembagan wilayah dalam kawasan strategis cepat
tumbuh?
3. Bagaimana pendekatan konsep yang diterakan untuk kawasan strategis
cepat tumbuh?
4. Bagaimana penetapan kawasan strategis Kota Makasassar?
C.

Manfaat
1. Pembaca dapat memahami tentang kawasan strategis cepat tumbuh
2. Dapat memahami mengenai konsep dasar pengembagan wilayah dalam
kawasan strategis cepat tumbuh.
3. Dapat mengetahui pendekatan konsep yang diterakan untuk kawasan
strategis cepat tumbuh.
4. Dapat mengetahui mengenai penetapan kawasan strategis di Kota
Makassar

BAB II
METODOLOGI DAN ANALISIS DATA
A. Metodologi
Metode pengumpulan data adalah dengan cara pengamatan langsung ke wilayah
yang menjadi isu yang mengemuka pada musrembang dan data-data kajian yang
telah ada pada titik yang menjadi acauan pengembangan kawasan strategis cepat
tumbuh dan atau yang berpotensi untuk tumbuh. Proses pelaksanaan kajian
meliputi:
1. Studi literatur terhadap konsep-konsep pengembangan wilayah yang telah
pernah dikembangkan.
2. Tinjauan terhadap tantangan bangsa dan negara pada masa sekarang dan yang
akan datang serta berbagai upaya dalam menjawab tantangan tersebut:
a. Berbagai teori dan konsep pengembangan wilayah yang menjawab kesenjangan
antar daerah.
b. Berbagai teori dan konsep pengembangan kawasan dan bisnis untuk menjawab
antisipasi pasar global dan perdagangan bebas.
c. Berbagai teori dan konsep pengembangan ekonomi daerah khususnya berkaitan
dengan pemantapan otomatis daerah melalui pengelolaan keterkaitan antar
program pengembangan ekonomi berbasis kawasan strategis cepat tumbuh.
3. Pengumpulan data dan analisa di pusat terkait dengan:
a. Konsep pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh secara makro (RTRW).
b. Rencana pengembangan ( Master Plan ) kawasan strategis cepat tumbuh
c. Program sektor-sektor kementrian yang terkait (APBN atau Program Andalan
Sektoral).
4. Penentuan faktor-faktor kunci, pola keterkaitan dan model pengelolaan
kawasan.

B. Analisa Data
Metode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menggambarkan kecamatankecamatan yang akan dijadikan sebagai Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di Kota
Makassar. Analisis kuantitatif digunakan untuk menghitung keterkaitan ekonomi
antar wilayah-wilayah kecamatan di Kota Makassar.

BAB III
LANDASAN TEORITIS

Teori-teori yang mendukung kawasan strategis cepat tumbuh yaitu:


A. Teori Lokasi
1. Teori Lokasi Von Thunen
menerangkan berbagai jenis pertanian dalam arti luas yang berkembang
disekeliling daerah perkotaan yang merupakan pasar komoditi pertanian tersebut.
bila suatu laboratorium dapat diciptakan berdasarkan atas tujuh asumsi, maka
daerah lokasi jenis pertanian yang berkembang akan mengikuti pola tertentu.
ketujuh asumsi tersebut adalah :
1) Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan
daerah pedalamannya yang merupakan satu-satunya daerah pemasok
kebutuhan pokok yang merupakan komoditi pertanian;
2) Daerah perkotaan tersebut merupakan daerah penjumlahan kelebihan
produksi daerah pedalaman dan tidak menerima penjualan hasil pertanian
dari daerah lain;
3) Daerah pedalaman tidak menjual kelebihan produksinya ke daerah lain,
kecuali ke daerah perkotaan tersebut;
4) Daerah pedalaman merupakan daerah berciri sama dan cocok untuk
tanaman dan peternakan dataran menengah;
4. daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk mempeoleh
keuntungan maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman
dan peternakannya dengan permintaan yang terdapat di daerah perkotaan;
5. satu-satunya angkutan yang terdapat pada waktu itu adalah angkutan darat
berupa gerobak yang dihela oleh kuda;
6. biaya angkutan ditanggung oleh petani dan besarnya sebanding dengan
jarak yang ditempuh. petani mengangkut semua hasil dalam bentuk segar.
2. Teori Lokasi Burges :
Teori lokasi ini menganalogikan pusat pasar dengan pusat kota (control business
distric atau cbd). cbd merupakan tempat yang lebih banyak digunakan untuk
gedung kantor, pusat pertokoan, bank dan perhotelan.
Asumsinya semakin jauh dari cbd nilai rent ekonomi kawasan tersebut semakin
kecil, tetapi burges menekankan pada faktor jarak mutasi ketempat kerja dan
tempat belanja merupakan faktor utama dalam tata guna lahan diperkotaan.
3. Teori Lokasi Homer Hoyt
Teori ini mengemukakan gagasan pengganti konsentrasi kawasan berdasarkan
kedudukan relatif tempat kerja dan belanja terhadap tempat pemukiman.
Hasil analisis adalah sistem jaringan transpotasi seperti keadaan sebenarnya, hoyt
menyimpulkan bahwa jaringan transportasi tersebut mampu memberikan
jangkauan yang lebih tinggi dan ongkos yang lebih murah terhadap kawasan lahan
tertentu.

B. Teori Biaya Terkecil Alfred Weber:


Weber mengasumsikan:
1. bahwa daerah yang menjadi obyek penelitian adalah daerah yang
terisolasi. konsumennya terpusat pada pusat-pusat tertentu. semua unit
perusahaan dapat memasuki pasar yang tidak terbatas dan persaingan
sempurna.
2. semua sumber daya alam tersedia secara tidak terbatas.
3. barang-barang lainnya seperti minyak bumi dan mineral adalah sporadik
tersedia secara terbatas pada sejumlah tempat.
4. tenaga kerja tidak tersedia secara luas, ada yang menetap tetapi ada juga
yang mobilitasnya tinggi.
Tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri : biaya transportasi, biaya tenaga
kerja dan kekuatan anglomerasi.
Dipandang dari segi tata guna lahan model weber berguna untuk merencankan
lokasi industri dalam rangka mensupli pasar wilayah, pasar nasional dan pasar
dunia. dalam model ini, fungsi tujuan biasanya meminimumkan ongkos
transportasi sebagai fungsi dari jarak dan berat barang yang harus diangkut (input
dan output).
C. Teori Land Rent Lokasi dan Pasar Lahan
Barlow (1978:75) menggambarkan hubungan antara nilai land rent dan alokasi
sumber daya lahan diantara berbagai kompetisi penggunaan kegiatan sektor yang
komersial dan strategis mempunyai land rent yang tinggi, sehingga sektor tersebut
berada pada kawasan strategis mempunyai land rent yang tinggi, sehingga sektor
tersebut berada pada kawasan strategis, sebaliknya sektor yang kurang
mempunyai nilai komersial maka nilai rentnya semakin kecil.
Barlow mengemukakan bahwa nilai rent sumber daya lahan dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. Sewa kontrak (contract rent)
2. Sewa lahan (land rent)
3. Nilai rent ekonomi dari lahan (economic rent)
Menurut anwar (1990:28) suatu lahan sekurang-kurangnya memiliki empat jenis
rent, yaitu:
1. ricardian rent, menyangkut fungsi kualitas dan kelangkaan lahan;
2. locational rent, menyangkut fungsi eksesibilitas lahan;
3. ecological rent, menyangkut fungsi ekologi lahan;
4. sosiological rent, menyangkut fungsi sosial dari lahan
barlow mengemukakan bahwa nilai rent sumber daya lahan dibedakan menjadi
tiga jenis, yaitu:
1. sewa kontrak (contract rent)
2. sewa lahan (land rent)
3. nilai rent ekonomi dari lahan (economic rent)

Ukuran yang umum digunakan untuk menggambarkan pertumbuhan ekonomi


suatu wilayah adalah pertumbuhan produk domestik regional bruto (pdrb) dari
wilayah yang bersangkutan. pertumbuhan ekonomi suatu wilayah akan
mendorong perubahan yang meningkat pada permintaan lahan untuk berbagai
kebutuhan.

D. Teori Tempat Sentral


Christaller dengan model tempat sentral mengemukakan :
1. tanah yang positif adalah tanah yang mendukung pusat kota. pusat kota
tersebut ada karena untuk berbagai jasa penting harus disediakan
tanah/lingkungan sekitar. secara ideal maka kota merupakan pusat daerah
yang produktif.
2. berdasarkan prinsip anglomerasi (scale economics atau ekonomi skala
menuju efisiensi atau kedekatan menuju sesuatu), ekonomi kota besar
menjadi pusat daerahnya sendiri dan pusat kegiatan kota yang lebih kecil.
kota kecil bergantung pada tersedianya dan adanya kegiatan di kota besar.
3. dalam hubungan antara kota dengan rumah tinggal, christaller mengatakan
bahwa rumah tangga memaksimalkan kegunaan atau kepuasan dalam
rangka pemilihan tempat tinggal .
4. konsumen memaksimalkan konsumsi rumah, barang dan jasa lain dengan
dibatasi oleh anggaran yang ia miliki.

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Kawasan Strategis Cepat Tumbuh


1. Definisi Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh
Defenisi Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh (WSCT) ini sangat terkait
dengan UU Penataan Ruang Tahun 1992 dan PP 47 Tahun 1997 tentang RTRWN
yang sudah tidak berlaku lagi saat ini, karena diperbaharui dalam bentuk UU
Penataan Ruang Tahun 2007. Istilah Kawasan Andalan tercantum dalam PP 47
Tahun 1997 tentang RTRWN yang diidentifikasi sebanyak 111 kawasan sebagai
pendekatan

perencanaan

pemerataan

pembangunan

nasional,

kemudian

ditindaklanjuti dalam bentuk KAPET sebanyak 13 kawasan umumnya di


Indonesia Bagian Timur. Istilah Pendekatan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh,
salah satunya dikenal dengan Kawasan Andalan, sejak Tahun 1992 berada pada
posisi yang lemah jika dilihat dari aspek legal formal atau dukungan politik yang
kurang untuk tataran implementasinya. Hingga tahun 1998 diterbitkannya
Keppres tentang 13 KAPET, Kawasan Andalan dijadikan sebagai base line data
pemilihan KAPET meski tida ksemua wilayah KAPET diambil dari Kawasan
Andalan. Dalam UU Nomor 26 tentang Penataan Ruang Tahun 2007, istilah
Kawasan Andalan tidak lagi muncul, yang ada adalah istilah Kawasan Strategis
yang dibedakan dari berbagai aspek poleksosbudhankam, serta dibedakan dari
tingkatan administrasi pemerintahan Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota,
sedangkan kawasan cepat tumbuh dikenal dalam RPJM 2004-2009 yakni sebagai
wilayah yang memiliki produk-produk unggulan dan berpotensi untuk cepat
berkembang dibandingkan dengan kawasan potensial lainnya. Seperti yang telah
diungkapkan sekilas sebelumnya, kawasan Strategis menurut undang-undang
tersebut didefinisikan sebagai wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting terhadap kedaulatan negara,
pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.
Sedangkan di dalam Permendagri Nomor 29 tahun 2008 disebutkan bahwa
dalam rangka mendorong percepatan pengembangan kawasan yang berpotensi
sebagai pusat pertumbuhan wilayah, mengurangi kesenjangan pembangunan
antarwilayah dan mendorong pertumbuhan daerah tertinggal dan perbatasan perlu
dilakukan upaya pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di daerah.

Kawasan Strategis Cepat Tumbuh (KSCT) adalah merupakan bagian


kawasan strategis yang telah berkembang atau potensial untuk dikembangkan
karena memiliki keunggulan sumber daya

dan geografis

yang

dapat

menggerakkan pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya.


Pengembangan

Kawasan

Strategis

Cepat

Tumbuh

di

daerah

provinsi/kabupaten/kota bertujuan:
1.

Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk unggulan di kawasan;

2.

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi di pusat pertumbuhan;

3. Mendorong peningkatan kerjasama pembangunan antarwilayah secara


fungsional, dan antardaerah yang relatif sudah berkembang dengan daerah
tertinggal di sekitarnya dalam suatu keterpaduan sistem wilayah
pengembangan ekonomi;
4. Mengoptimalkan pengelolaan potensi sumberdaya spesifik daerah
provinsi/kabupaten/kota bagi peningkatan perekonomian daerah dan
kesejahteraan masyarakat, yang berwawasan kelestarian lingkungan; dan
5. Menciptakan perwujudan keterpaduan, keseimbangan dan keserasian
pertumbuhan antarwilayah.
Hakekat pembangunan daerah dapat dikelompokkan pada dua pendekatan
yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan kewilayahan. Terkait dengan amanat
RPJM 2004-2009 yang berfokus pada Pengurangan Ketimpangan Pembangunan
AntarWilayah, maka pendekatan pengembangan wilayah strategis dan cepat
tumbuhmenjadi harapan dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya
(dalam arti bahwa wilayah sekitarnya adalah daerah tertinggal dan termasuk
perbatasan),bertujuan meningkatkan pemerataan pembangunan antar daerah
tentunya dilakukan melalui dua pendekatan sektoral dan kewilayahan. Dari sisi
pendekatan kewilayahan, defenisi wilayah strategis adalah wilayah yang secara
ekonomi diharapkan mampu menjawab kebutuhan pembangunan di tingkat
nasional, atau provinsi atau kabupaten/kota dalam rangka mencapai visi Indonesia
2020 Terwujudnya masyarakat Indonesia yang religius, manusiawi, bersatu,
demokratis,

adil,

sejahtera,

maju,

mandiri,

serta

baik

dan

bersih

dalampenyelenggaraan negara. Meski sudah tidak diberlakukan lagi, untuk


sekedar mereview defenisi pendekatan wilayah strategis menurut Undang-undang

10

Nomor 26 Tahun 2007 adalah suatu wilayah ditetapkan secara nasional memiliki
nilai strategis yang penataan ruangnya diprioritaskan, dan kawasan strategis
menurut PP 47 Tahun 1997 tentang RTRWN adalah kawasan - kawasan berikut :

Kawasan tertentu pertahanan dan keamanan : kawasan yang diperuntukkan

untuk memelihara hankam negara.


Kawasan tertentu ekonomi nasional : kawasan ekonomi yang memiliki

sumberdaya alam strategis, teknologi tinggi dan berskala besar.


Kawasan tertentu sosial budaya : kawasan pelestarian adat istiadat dan

budaya nasional.
Kawasan tertentu lingkungan: kawasan tempat perlindungan sumberdaya

alam nasional.
Kawasan tertinggal: kawasan yang perkembangannya tertinggal dibandingkan

dengan wilayah lain karena kendala pembangunan yang dimilikinya.


Kawasan andalan : kawasan yang berperan mendorong pertumbuhan ekonomi
bagi kawasan tersebut dan kawasan sekitarnya serta dapat mendorong
terwujudnya pemerataan pemanfaatan ruang secara nasional.
2. Pemilihan dan Penetapan KSCT di daerah berdasarkan pada:
1. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah
provinsi dan daerah kabupaten/kota;
2. Hasil studi kelayakan lokasi; dan
3. Kebijakan pengembangan kawasan daerah yang meliputi Rencana Induk,
Rencana Pengusahaan, dan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan.
Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh oleh pemerintah daerah

provinsi

atau

kabupaten/kota

diselenggarakan

berdasarkan

kebijakan

pengembangan kawasan yang meliputi Rencana Induk, Rencana Pengusahaan,


dan Rencana Tindak. Adapun dalam penyusunan rencana tersebut, pemerintah
daerah berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah.

11

Suatu wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena memiliki


pengaruh sangat penting dalam lingkup provinsi/kabupaten/kota terhadap
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan, dapat ditetapkan untuk dikembangkan
menjadi kawasan strategis cepat tumbuh daerah. Kawasan strategis cepat tumbuh
dapat dipilih apabila memenuhi kriteria:
1. Komitmen politik kepala daerah dan DPRD provinsi/kabupaten/kota untuk
melaksanakan pengembangan kawasan secara berkelanjutan;
2. Potensi yang besar ditinjau dari dukungan ketersediaan sumberdaya alam
yang

meliputi

sektor

dan

produk-produk

unggulan

yang

dapat

diperbaharui, kesesuaian lahan, dan ketersedian pencadangan lahan bagi


pengembangan

investasi,

khususnya

dalam

mendorong

industri

pengolahan di dalam negeri berbahan baku lokal sebagai potensi


penggerak pengembangan perekonomian kawasan secara berkelanjutan;
3. Potensi infrastruktur atau prasarana dasar yang relatif memadai seperti
jalan, jembatan, air bersih, listrik, bahan bakar, dan telekomunikasi; serta
sarana penunjang, seperti alat angkutan/transportasi, gudang, pendingin
(coldstorage), peralatan pengolahan dan distribusi, sesuai kebutuhan
pengembangan bisnis sektor dan produk unggulan di kawasan;

12

4. Keterkaitan pengelolaan pembangunan antarpusat pertumbuhan, dan pusat


pertumbuhan dengan daerah tertinggal di sekitarnya dalam suatu
keterpaduan sistem wilayah pengembangan ekonomi;
5. Kelembagaan pengelolaan kawasan, serta pengelolaan bisnis sektor dan
produk unggulan kawasan, yang didukung dengan sistem dan mekanisme
pengelolaan pembangunan tahunan secara hirakhis fungsional mulai dari
tingkat pusat, tingkat provinsi, dan kabupaten/kota; dan
6. Dukungan tenaga kerja terampil dan terdidik dalam mengelola bisnis
sektor dan produk unggulan kawasan.
3.

Faktor Penentu

Keberhasilan

Pengembangan

KSCT

di

daerah

berdasarkan:
1. Penciptaan iklim usaha yang kondusif bagi pengembangan investasi;
2. Kepastian hukum tentang jaminan keamanan investasi, kemudahan dan
transparansi pengelolaan perijinan usaha melalui pelayanan satu pintu,
keharmonisan hubungan investor dengan tenaga kerja, dan keadilan di
antara pelaku usaha di hulu dengan di hilir;
3. Keterpaduan program dan kegiatan instansi sektoral di pusat, provinsi, dan
kabupaten/kota, dengan kegiatan pelaku usaha dan masyarakat sesuai
dengan kebutuhan;
4. Peningkatan keterkaitan bisnis yang saling menguntungkan antara pelaku
usaha skala besar, dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
melalui pemberdayaan masyarakat UMKM;
5. Pengutamaan keterkaitan yang saling menguntungkan antarpelaku usaha
dan antarkawasan, seperti mengupayakan keterkaitan pengembangan pusat
pertumbuhan dengan sentra produksi di kawasan sekitarnya;
6. Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya buatan secara optimal
dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan
7. Pengutamaan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi guna
meningkatkan daya guna dan hasil guna industri pengolahan di dalam
negeri berbahan baku lokal dengan tujuan ekspor dalam bentuk barang
jadi.

13

Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh pada tingkatan wilayah adalah


sebagai berikut:

Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di kecamatan merupakan


bagian dari pengembangan kawasan strategis kabupaten/kota;

Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di daerah kabupaten/kota


merupakan bagian dari Pengembangan kawasan strategis provinsi;

Pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di daerah provinsi


merupakan bagian dari pengembangan kawasan strategis nasional.

Pelaku usaha baik skala mikro, kecil, menengah, dan besar merupakan
pelaku utama pengembangan sektor riil di kawasan strategis cepat tumbuh di
daerah. Pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/kota

memfasilitasi

kegiatan

pelaku

usaha.

Beberapa

konsep

pengembangan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh antara lain:

Kawasan agropolitan
Kawasan minapolitan
Kawasan sentra produksi
Kawasan usaha agribisnis terpadu
Kawasan industri masyarakat perkebunan (KIMBUN)
Kawasan usaha peternakan (KUNAK)
Kawasan industri peternakan (KINAK)
Kawasan sentra tanaman pangan dan holtikultura
Kota transmigrasi mandiri
Kawasan bahari terpadu (KBT)
Kawasan sentra budidaya perikanan
Kawasan pariwisata
14

Kawasan industri kecil dan menengah

4. Pengelolaan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh


Pengelolaan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh di daerah melibatkan
seluruh unsur pemerintah daerah baik kepala daerah dan SKPD terkait. Selain itu,
dibutuhkan juga kerjasama antar pemerintah daerah sesuai dengan keterkaitan
fungsional kawasan yang akan dikembangkan. Kerjasama yang dimaksud juga
melibatkan unsur perguruan tinggi, pelaku usaha sektor dan produk unggulan,
lembaga swadaya masyarakat, dan lembaga non pemerintah lainnya. Tiap kepala
daerah administratif berkewajiban untuk melakukan pemantauan dan evaluasi
terhadap pelaksanaan pengembangan kawasan di wilayahnya.

5. Pendanaan Kawasan Strategis Cepat Tumbuh


Tingkatan KSCT menjadi faktor penentu dalam hal pendanaan. Dalam hal ini,
KSCT dibagi menjadi 3 tingkat yakni :
1. Pendanaan pembinaan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di
tingkat pusat bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara;
2. Pendanaan pembinaan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di
tingkat provinsi bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah
provinsi;

15

3. Pendanaan pembinaan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh di


tingkat kabupaten/kota bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah kabupaten/kota.
Selain itu, untuk mendorong optimalisasi kegiatan sektor riil pada kawasan
strategis cepat tumbuh di daerah pendanaan pembinaan dapat berasal dari:

Sumber lain yang sah dan tidak mengikat

Investasi pelaku usaha dan masyarakat

6. Pelaksanaan Pengembangan Wilayah-Wilayah Strategis dan Cepat


Tumbuh
Dalam implementasinya, wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh di Indonesia
dikembangkan dalam berbagai bentuk baik melalui program pengembangan
sektoral maupun program pengembangan kewilayahan, dan dibedakan menurut
tingkatan tahapan perkembangannya di daerah. Wilayah Strategis dan cepat
tumbuh ditinjau dari sudut pandang ekonomi tingkat nasional adalah :

Wilayah Strategis (wilayah bernilai strategis di bidang ekonomi yang


relatifsudah berkembang) seperti : Kawasan FTZ, Kawasan Industri,

Kawasan Berikat, KAPET, KEKI).


Wilayah Cepat Tumbuh (wilayah produk-produk unggulan yang berdaya
saing relatif sedang berkembang atau potensial untuk dikembangkan) seperti:
- Kawasan Sentra Produksi atau disebut juga sebagai Kawasan Agribisnis
Tanaman

dan

Hortikultura,

Kawasan

Agribisnis

Peternakan/Kunak
Kawasan Agribisnis Perkebunan/Kimbun, Kawasan Agribisnis Perikanan
Kawasan Agropolitan, Kawasan Minapolitan, Kawasan Industri UKM
Kawasan Wisata Agro, Kawasan Wisata Budaya, Kawasan Wisata Alam
Kawasan Industri UKM, dan kawasan produksi lainnya yang sejenis.

B.

Pangan

Konsep
1. Konsep Dasar Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah mengandung arti yang luas, namun pada
prinsipnya merupakan berbagai upaya yang dilakukan untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraanhidup di wilayah tertentu, memperkecil kesenjangan pertumbuhan,
dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Berbagai konsep pengembangan
wilayah telah diterapkan di berbagai negara melalui berbagai disiplin ilmu.

16

Konsep-konsep yang telah pernah berkembang sebelumnya umumnya didominasi


oleh ilmu ekonomi regional, walaupun sesungguhnya dalam penerapannya akan
lebih banyak tergantung pada potensi pertumbuhan setiap wilayah yang akan
berbeda dengan wilayah lainnya, baik potensi SDA, kondisi sosial budaya dan
ekonomi masyarakat, ketersediaan infrastruktur, dan lainnya. Di bab ini akan
dibahas mengenai beberapa konsep konvensional pengembangan wilayah yang
berkembang dan bagaimana keterkaitan konsep-konsep tersebut dengan tantangan
eksternal dan internal diIndonesia.
a) Konsep Wilayah Berbasis Karakter Sumber Daya yang dimiliki kebutuhan
akan pengembangan daerah dengan pendekatan kewilayahan yang
berkembang pada masa kini pada umumnya didasari atas adanya masalahmasalah ketidak seimbangan demografi dalam suatu daerah, tingginya
biaya, turunnya taraf hidup masyarakat, ketertinggalan pembangunan
suatu daerah dengan daerah lainnya, dan adanya kebutuhan yang sangat
mendesak di daerah tertentu. Pengembangan wilayah sesungguhnya
merupakan program yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan,
yang didasarkan atas sumber daya yang adadan kontribusinya pada
pembangunan

suatu

mengembangkan

wilayah

suatu

tertentu.

wilayah

Dengan

diperlukan

demikian,

dalam

pendekatan-pendekatan

tertentu yang disesuaikan dengan karakteristik daerah yang bersangkutan.


Beberapa pendekatan pengembangan wilayah berdasarkan karakter dan
sumberdaya daerah yang bersangkutan, antara lain dikemukakan sebagai
berikut:
1) Pengembangan wilayah berbasis sumber daya konsep ini menghasilkan
sejumlah pilihan strategi sebagai berikut :
Pengembangan wilayah berbasis input namun surplus sumber daya
manusia.Bagi wilayah yang memiliki SDM yang cukup banyak
namun lahan dan SDAterbatas maka labor surplus strategy cukup
relevan untuk diterapkan. Tujuan utama strategi ini adalah
menciptakan lapangan kerja yang bersifat padat karya dan

mengupayakan ekspor tenaga kerja ke wilayah lain.


Pengembangan wilayah berbasis input namun surplus sumber daya
alam. Strategi ini mengupayakan berbagai SDA yang mengalami

17

surplus yang dapat diekspor ke wilayah lain baik dalam bentuk


bahan mentah maupun bahan setengah jadi. Hasil dari ekspor SDA
ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk mengimpor produk yang
jumlahnya sangat terbatas di wilayah tersebut, misalnya barang

modal, bahan baku, bahan penolong, barang konsumsi atau jasa.


Pengembangan wilayah berbasis sumber daya modal dan
manajemen.

Strategi

pengembangan

wilayah

berdasarkan

pengembangan lembagakeuangan yang kuat dan pengembangan


sistem manajemen yang baik, yang dapat ditempuh oleh wilayah
yang memiliki keterbatasan dalam hal modal dan manajemen

tersebut.
Pengembangan wilayah berbasis seni budaya dan keindahan alam
Wilayah dengan potensi-potensi pantai dan pemandangan yang
indah, seni budaya yang menarik dan unik, dapat mengembangkan
wilayahnya dengan cara membangun transportasi, perhotelan dan
restoran, indutri-industri kerajinan, pelayanan travel, dan lainnya

yang terkait dengan pengembangan kepariwisataan.


2) Pengembangan wilayah berbasis komoditas unggulan
Konsep ini menekankan pada pilihan komoditas unggulan suatu wilayah
sebagai motor penggerak pembangunan, baik di tingkat domestik
maupun internasional.
3) Pengembangan wilayah berbasis efisiensi
Konsep ini menekankan pengembangan wilayah melalui pembangunan
bidang ekonomi yang porsinya lebih besar dibandingkan dengan bidangbidang lain. Pembangunan ekonomi ini dilaksanakan dalam kerangka
pasar bebas/pasar persaingan sempurna.
4) Pengembangan wilayah berbasis pelaku pembangunan
Peranan setiap pelaku pembangunan menjadi fokus utama dalam
pengembangan wilayah konsep ini. Pelaku pembangunan ekonomi
tersebut dapat dipilah menjadi lima kelompok yaitu : usaha kecil/rumah
tangga(household), usaha lembaga sosial (nonprofit institution), lembaga
bukan keuangan (non financial institution), lembaga keuangan (financial
institution),dan pemerintah (government). Di Indonesia, di samping
kelima pelaku tersebut, juga terdapat pelaku pembangunan ekonomi lain
yaitu koperasi(UUD 1945).
18

b) Konsep Pengembangan Wilayah Berbasis Penataan Ruang


Tiga konsep pengembangan wilayah diperkenalkan dalam kebijakan
pembangunan berbasis pendekatan tata ruang. Pada umumnya konsep ini
lebih didasarkan pada penataan ruang wilayah, yang dirinci ke dalam wilayah
provinsi dan kota, yaitu:
1) Pusat pertumbuhan
Konsep ini menekankan pada perlunya melakukan investasi pada suatu
wilayah yang memiliki infrastruktur yang baik. Hal ini cukup
dimaksudkan untuk menghemat investasi prasarana dasar dengan harapan
perkembangan sektor unggulan dapat mengembalikan modal dengan
cukup cepat. Sementara pengembangan wilayah di sekitarnya diharapkan
diperoleh melalui proses tetesan (trickle down effect) ke bawah. Di
Indonesia, konsep ini diimplementasikan dalam bentuk Kawasan
Andalan. Meskipun istilah kawasan andalan tidak sepenuhnya sama
dengan konsep pusat pertumbuhan namun penentuan kawasan andalan
dimaksudkan sebagai kawasan yang dapat menggerakkan perekonomian
daerah sekitarnya melalui pengembangansektor-sektor unggulan.
2) Integrasi Fungsional
Konsep ini merupakan suatu alternatif pendekatan yang mengutamakan
adanya integrasi yang diciptakan secara sengaja di berbagai pusat
pertumbuhan karena adanya fungsi yang komplementer. Konsep ini
menempatkan suatu wilayah memiliki hirarki. Konsep centerperiphery
yang diintegrasikan secara fungsional agar terjadi ikatan yang kuat ke
depan maupun ke belakang dari suatu proses produksi merupakan
pengembangan dari konsep ini.
3) Desentralisasi
Pendekatan ini dimaksudkan untuk mencegah tidak terjadinya aliran
keluar dari sumber daya modal dan sumber daya manusia. Berbagai
konsep tersebut di atas tidak secara konsisten dan konsekuen
diimplementasikan karena berbagai macam permasalahannya, serta pada
akhirnya belum dapat menciptakan pembangunan secara merata.
Pemerintah pusat yang sentralistis cenderung pada konsep pusat
pertumbuhan, karena lingkup wilayah yang sangat luas sementara dana
19

pembangunan terbatas. Selain itu, kebijakan sektoral di pusat tidak


kondusif dan tidak terpadu di dalam memacu pertumbuhan ekonomi di
daerah, dan pembangunan cenderung bersifat topdown yang tidak
mengakomodasi kebutuhan berbagai pelaku di daerah.
c) Konsep Pengembangan Wilayah Terpadu
Konsep pengembangan wilayah terpadu pernah dilaksanakan melalui
berbagai ragam program pengembangan wilayah terpadu, yang pada asalnya
merupakan upaya pembangunan wilayah-wilayah khusus yang bersifat lintas
sektoral dan sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
penanggulangan kemiskinan di daerah-daerah yang relatif tertinggal. Pada
dasarnya program ini berorientasi pada strategi pemerataan pembangunan,
yang dapat berorientasi sektoral apabila terkait dengan beragamnya kegiatan
sektoral dalam satu wilayah, dan dapat berorientasi regional apabila terkait
dengan upaya suatu wilayah untuk meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan dari suatu kawasan tertentu agar dapat memiliki kondisi sosial
ekonomi yang lebih meningkat. Pendekatan yang komprehensif dan mengacu
pada keterpaduan antar sektor telah banyak dilakukan, dalam berbagai fokus
kawasan

pengembangan,

seperti

pengembangan

wilayah

kepulauan,

pengembangan konservasi lahan kritis atau yang terkait dengan kepentingan


mempertahankan dan melestarikan lingkungan hidup, pengembangan
kawasan penyangga, pengembangan sosial budaya pembinaan masyarakat
terasing dan pengembangan wilayah tertinggal atau perbatasan.
Program-program yang telah pernah dijalankan adalah misalnya programprogram pengembangan wilayah terpadu (PPWT) di beberapa wilayah
provinsi di Yogyakarta, Sulawesi, NTT, Irian Jaya; program-program
integrated community development program di taman-taman nasional,
wilayah pantai atau wilayah konservasi lainnya. Sasaran utama dari programprogram ini umumnya adalah peningkatan kesejahteraan dan mutu sumber
daya manusia, perbaikan mutu lingkungan hidup kawasan, dan pembangunan
wilayahnya. Untuk mencapai sasaran tersebut, maka pendekatan yang dipakai
adalah pendekatan pengembangan wilayah secara terpadu, dalam artian
penanganan pelaksanaan program dilakukan melalui serangkaian kegiatan
yang bersifat multisektor, serta disesuaikan menurutpermasalahan yang
20

dihadapi oleh masing-masing kawasan atau daerah. Aspek-aspek utama


kegiatannya didasarkan pada pengembangan kualitas kemampuan sumber
daya manusia melalui berbagai bentuk pelatihan, transformasi teknologi,
keahlian dalam berbagai bidang, serta berorientasi pada kebutuhan
permintaan pasar di daerah. Kegiatannya sendiri mengikutsertakan pemberian
fasilitas peralatan dan permodalan yang dalam beberapa kasus harus
dikembangkan dalam bentuk dana bergulir sehingga menjamin keberlanjutan
program. Pengelolaan program-program dengan pendekatan keterpaduan,
sepenuhnya melibatkan pemerintah daerah tingkat kabupaten dan masyarakat,
dengan memberikan peluang yang lebih besar kepada lembaga swadaya
masyarakat, kaum wanita, kaum muda, dan organisasi masyarakat lainnya,
untuk dapat berperan serta.
Koordinasi penanganan

program

dilakukan

melalui

pembentukan

kelompok kerja yang terdiri atas instansi terkait di tingkat kabupaten yang
sesuai dengan program kegiatan yang dilakukan secara lintas sektoral
tersebut. Koordinasi tersebut dilakukan oleh Bappeda Kabupaten, khususnya
dalam rangka memperkuat kemampuan aparatur dan kelembagaannya, serta
untuk menjamin keterpaduan, kesinambungan program, terutama dikaitkan
dengan pembiayaan program yang dikaitkan dengan kegiatan program
pembangunan lainnya, apakah program sektoral, regional, khusus,maupun
yang berbantuan luar negeri. Pemikiran akan kesinambungan program
diperlukan, mengingat program-program pemerintah dengan pendekatan
keterpaduan ini umumnya dianggap sebagai stimulan kegiatan di kawasan
yang dibangun, dan dengan pelaksanaan riil pembangunan wilayah
memerlukan waktu yang tak terbatas, maka kesinambungan program hanya
dapat terjadi bila pemerintah daerah setempat memberikan kontribusi
pendanaan dan masyarakat setempat terlibat secara langsung dalam
pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan.
Namun demikian, pendekatan pembangunan secara terpadu tersebut belum
secara optimal diikuti dengan pengembangan kelembagaan pengelolaan
padatatanan lokal yang dapat menjamin keberlanjutan program pada
masyarakat didaerah, sehingga tidak tercipta kesinambungan seperti yang
diharapkan. Selainitu, kurang adanya komitmen serta tidak terciptanya

21

koordinasi yang kuat antar sektor di daerah, yang menyebabkan tidak


terpadunya program kegiatandan lokasi antara satu program dengan program
lainnya, dan antara satu lokasidan lokasi lainnya. Program kegiatannya pun
masih berorientasi pada kegiatan pembangunan prasarana dan sarana fisik,
dan kegiatan pengembangan produksi tanaman pangan, perkebunan,
perikanan, dan peternakan, yang belum memperhatikan transfer pengetahuan
teknologi dan pasar yang dapat diadopsi masyarakat lokal untuk
kesinambungan program pada tahapan selanjutnya. Pola pengelolaan sumber
daya modal dalam sistem bergulir pun belum banyak dipahami, dan
terhambat oleh adanya budaya dan akses terhadap sumber daya modal
tersebut.
d) Konsep Pengembangan Wilayah Berdasarkan Klaster
Konsep pengembangan wilayah berikutnya yang mulai dikembangkan
dibeberapa negara adalah pengembangan wilayah berdasarkan klaster. Klaster
diartikan sebagai konsentrasi dari suatu kelompok kerjasama bisnis atau unitunit usaha dan lembaga-lembaga, yang bersaing, bekerjasama, dan saling
tergantung satu sama lain, terkonsentrasi dalam satu wilayah tertentu, dalam
bidang aspek unggulan tertentu. Pada umumnya motor penggerak dalam
pengembangan wilayah berdasarkan klaster adalah sektor industri. Model
klaster berkembang didasarkan atas kesadaran bahwa industri utama dan unitunit usaha di sekitarnya saling terkait satu dengan lainnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian, pengembangan wilayah
berdasarkan klaster terfokus pada keterkaitan dan ketergantungan antara
pelaku-pelaku (stakeholders) dalam suatu jaringan kerja produksi, sampai
kepada jasa pelayanan, dan upaya-upaya inovasipengembangannya.
Kebijakan klaster berbasis industri menjadi pola pembangunan ekonomi
masakini dan sudah dikembangkan secara luas. Jenis klaster bisa bermacammacam, seperti klaster anggur di Adelaide-Australia, klaster pertahanan
keamanan dikota metropolitan Adelaide, dan klaster budidaya air di Port
Lincoln. Klaster dapat dianggap sebagai suatu kelompok pembangun
ekonomi bagiwilayah, yang merepresentasikan adanya spesialisasi wilayah,
keunggulan komparatif wilayah, terfokus pada industri tertentu, dan
berorientasi pada pengembangan kerjasama dan perdagangan. Anggota22

anggota klaster ini saling berkontribusi, khususnya dalam infrastruktur dan


teknologi, tenaga kerja ahli, dan jasa pelayanan. Arah pengembangan klaster
adalah menarik investasi baru, mendorong adanya ekspansi dan terbentuknya
unit-unit usaha dan bisnis baru.Tujuan dari pengembangan wilayah model
klaster adalah :
Didapatkannya manfaat kesejahteraan, kesempatan kerja, dan ekspor.
Didapatkannya kesempatan untuk mengembangkan inovasi dan

perdagangan melalui jaringan kerja yang kuat


Berkembangnya pasar dan jaringan kerja internasional
Berkembangnya infrastruktur pendukung
Berkembangnya budaya baru dalam upaya-upaya kerjasama dengan

biayatransaksi yang rendah


Tumbuhnya generasi pengusaha-pengusaha lokal baru industri yang

memiliki sendiri usaha bisnisnya


Berkembangnya kemitraan dengan pemerintah didasarkan atas saling
ketergantungan, dan bukan ketergantungan hanya dari satu pihak ke
pihakyang lain Klaster yang berhasil adalah klaster yang terspesialisasi,
memiliki daya saing dan keunggulan komparatif, dan berorientasi
eksternal. Rosenfeld (1997) mengidentifikasi karakteristik dari klaster

C.

wilayah yang berhasil yaitu:


Adanya spesialisasi, satu klaster wilayah terspesialisasi untuk satu atau

beberapa industri.
Adanya jaringan lokal (local networks) khususnya dalam jaringan sistem

produksi, serta jaringan pembelajaran (learning networks)


R&D dan institusi pendidikan yang relevan dengan kegiatan dalam

klaster wilayah
Tenaga kerja yang berkualitas. Kompetisi yang baik berkembang diantara

pekerja.
Akses yang baik pada institusi pembiayaan, permodalan.
Kerjasama yang baik antara perusahaan dan lembaga/institusi lainnya.
Mengikuti perkembangan teknologi
Tingkat inovasi yang tinggi sehingga dapat berkompetisi di pasar global.

Pendekatan Konsep
Pembangunan ekonomi daerah dalam era otonomi menghadapi berbagai
tantangan, baik tantangan internal maupun eksternal, yang menuntut adanya

23

pemahaman yang lengkap terhadap seluruh tantangan dan masalah, kesiapan


dalam perencanaan dan pengelolaan termasuk menggalang berbagai pelaku, serta
keseriusan dan komitmen terhadap pelaksanaan pembangunannya.
Masalah internal yang masih dihadapi adalah adanya kesenjangan antar
kawasan serta kemiskinan, yang merupakan masalah yang belum terselesaikan
dan bahkan semakin membesar. Upaya pembangunan yang masih sangat kuat
berorientasi sektoral dan kurang memperhatikan karakteristik dankondisi dari
sumber daya suatu wilayah, serta semakin terbatasnya sumber-sumberdaya
pembangunan, semakin memperburuk kesenjangan dan kemiskinan dalam
wilayah. Dalam kondisi tersebut, maka pendekatan keterpaduan antarsektor dan
antarpelaku

dalam

pembangunan

daerah

merupakan

pendekatan

yang

perludilakukan di semua aspek pembangunan di daerah.Selain itu, perubahan yang


cepatpun juga terjadi pada lingkungan eksternal wilayah Nasional.
Iklim globalisasi yang tidak dapat dibendung, dan kesepakatan
kesepakatan internasional, seperti AFTA, WTO, dan APEC, mengharuskan
daerah-daerah dalam wilayah nasional untuk bersaing dalam perdagangan bebas
secara kompetitif mulai tahun 2003 dengan produk negara-negara Asean, bahkan
paling lambat tahun 2020 dengan produk negara-negara dari seluruh dunia.
Konsekuensinya adalah hanya daerah yang mampu menawarkan produk unggulan
bermutu dan pelayanan primayang didukung oleh kemampuan sumber daya
manusia, riset, teknologi, dan informasi, serta kemampuan dan keunggulan
pemasaran, yang akan dapat bersaing dalam kompetisi, baik di dalam negeri
maupun di luar negeri. Kedua hal tersebut memberikan implikasi kepada wilayah
provinsi dan kabupaten/kota sebagai wilayah terdepan dari perwilayahan nasional
dalam

pembangunan

ekonomi

daerah,

untuk

melaksanakan

percepatan

pembangunan ekonomi daerah secara terfokus melalui pengembangan kawasan


dan produk andalannya agar tidak tertinggal dalam persaingan pasar bebas
minimal di wilayah sendiri, dengan tidak mengurangi perhatian pada masalah
pengurangan

kesenjangan

antardaerah

dan

distribusi

serta

pemerataan

kesejahteraan dalam wilayah. Dengan demikian mutlak seluruh sektor dan pelaku
yang memiliki peran untuk mengisipembangunan ekonomi daerah harus dapat

24

bekerjasama secara sinergis melalui suatu bentuk pengelolaan keterkaitan antar


sektor, antar program, dan antarpelaku, serta antar daerah.
Sementara itu, dalam iklim dimana Pemerintah Daerah sedang dalam masa
transisidan dalam upaya memantapkan Otonomi Daerah, maka tantangan kedepan
adalah mengupayakan pengelolaan jalannya pembangunan ekonomi daerah yang
efektif danefisien, dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi wilayah,
termasuk sumberdaya alam dan sumber daya manusianya, sehingga menjadi
kekuatan

pendorong

utama

dalam

melaksanakan

pembangunan

daerah,

pembangunan, dan pelayanan masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah


daerah. Pemerintah Daerah harus mampu mengelola seluruh sumber-sumber dana
untuk membiayai pembangunan ekonomi daerahnya. Peran pemerintah yang
semula bersifat sektoral secara bertahap beralih ke pemerintahan daerah
khususnya, dengan pendekatan regionalyang lebih bersifat lintas sektor.
Kawasan Andalan, dalam pengertian berdasarkan Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional adalah suatu kawasan yang dikembangkan untuk mengurangi
kesenjangan antardaerah melalui pengembangan kegiatan ekonomi yang
diandalkan sebagai motor penggerak pengembangan wilayah, sehingga mampu
menjadi pusat pertumbuhan dan pendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan
di sekitarnya. Dengan adanya masalah-masalah internal wilayah nasional ditengah
tuntutan persaingan di wilayah domestik maupun internasional, maka Kawasan
Andalan

sesungguhnya

tidak

saja

diharapkandapat

menjadi

wilayah

pengembangan ekonomi yang diandalkan di daerah, namunjuga dapat bersaing


dalam era pasar bebas baik di dalam negeri maupun di luar negeri melalui
pengembangan produk unggulannya yang kompetitif di pasar domestik maupun
pasar global yang mutlak didukung oleh sumber daya manusia yang andal, riset
dan teknologi, informasi, serta keunggulan pemasarannya.
Dalam implementasinya di daerah, konsep pengembangan kawasan andalan
tidak

secara

efektif

dikembangkan

sehinggatidak

pernah

dapat

diukur

keberhasilannya. Di lain pihak, beberapa program pengembangan kawasan yang


dikelola secara sektoral, baik kawasan pertanian,kawasan peternakan, kawasan
industri, dan lainnya, baik secara sadar atau tidak telah mengembangkan dan
mengedepankan potensi unggulan daerah dalam wilayah kawasan andalan, namun

25

melupakan unsur keterpaduan antarsektor, antarpelaku, dan antardaerah, sehingga


hasil yang dicapai tidak dapat menjadi tolak ukur pendorongkegiatan ekonomi
wilayah

sekitarnya.

Sebaliknya

program

pengembangan

wilayah

yang

mengedepankan unsur keterpaduan telah banyak dikembangkan, namun juga


memberikan dampak yang kurang optimal, karena menekankan pada sisi
pengelolaan project oriented, kurang terfokus pada kesinambungan program
dalam jangka panjang, serta adanya masalah-masalah pengelolaan lainnya. Dalam
hal ini maka dibutuhkan suatu bentuk pola pengembangan ekonomi daerah
dengan

pendekatan

kawasan

andalan

yang

dapat

mencirikan

konsep

pengembangan yang terfokus danterpadu, terutama berorientasi pada karakteristik


potensi kawasan dan kemampuan pengembangan kawasan.
D.

Penetapan Kawasan Strategis


Sesuai Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
Kawasan Strategis Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan
karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kota dibidang
ekonomi, sosial, budaya dan atau lingkungan. Berdasarkan jenis kawasan yang
strategis yang tercantum dalam Undang-Undang No. 26 tahun 2007, kebijakan
dan penetapan kawasan strategis di Kota Makassar diarahkan dan mengacu pada
Undang-Undang tersebut serta pola perkembangan kota.
Kebijakan dan penetapan kawasan strategis di Kota Makassar meliputi :
1. Penetapan kawasan strategis Kota Makassar meliputi kawasan strategis yang
mengalokasikan ruang untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi, sosial-budaya
(kawasan budaya) dan atau lingkungan.
Penetapan

kawasan

ini

bertujuan

untuk

mempermudah

dalam

meningkatkan pertumbuhan pada masing-masing kawasan, khususnya sektor


ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan daerah. Penetapan
kawasan strategis di Kota Makassar didasarkan pada potensi dan keunggulan,serta
persamaan karakter dan kedekatan masing-masing wilayah.
2. Pengembangan kawasan strategis diarahkan agar dapat berpengaruh terhadap
pada:

26

a. Tata ruang di sekitarnya


Dengan ditetapkannya kawasan strategis dampak-dampak positif yang
bersifat konstruktif tidak hanya berpengaruh pada perkembangan wilayah/
kawasan strategis saja, akan tetapi secara tidak langsung dan secara perlahan juga
berpengaruh pada daerah sekitarnya. Sehingga penetapan kawasan strategis yang
tepat guna dapat berdampak besar terhadap perkembangan ekonomi, sosial,
budaya dan lainnya.
b. Kegiatan lain dibidang yg sejenis dan kegiatan dibidang lainnya
Kegiatan ekonomi ataupun sosial budaya yang berada di kawasan strategis
secara tidak langsung dapat menciptakan kegiatan lain yang sejenis, yang mana
kegiatan tersebut memiliki tingkat keterkaitan yang relatif tinggi.
c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat
Dalam suatu kawasan strategis terhimpun kegiatan ekonomi dan sosial
budaya yang lebih kompleks dibandingkan kawasan lainnya. Hal ini disebabkan
oleh kondisi sirkulasi transportasi kawasan yang memiliki tingkat aksesbilitas
yang relatif tinggi sehingga sangat mendukung terhadap kelancaran dalam
kegiatan ekonomi ataupun kegiatan lainnya.
Dengan kondisi seperti ini tentunya akan sangat berdampak pada
pengembangan usaha sehingga kesejahteraan masyarakat dapat meningkat secara
signifikan.
Kawasan strategis ini nantinya diharapkan menjadi suatu kawasan yang
memiliki tingkat pelayanan tidak hanya skala provinsional tetapi juga skala
regional sehingga tetap dipertahankan dan dikembangkan keberadaannya.
Penetepan Kawasan Strategis Kota Makassar
Kota Makassar merupakan kota terbesar yang ada di Propinsi Sulawesi
Selatan, memiliki beberapa kawasan strategis yang didalamnya terdapat pelayanan
perkotaan dengan skala pelayanan lokal, regional, propinsi dan skala nasional.

27

Penetepan Kawasan Strategis dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar
diarahkan pada beberapa kepentingan:
1. Penetapan Kawasan Strategis Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi
Penetepan kawasan strategis ini dimaksudkan untuk mengakomodir segala
potensi sumberdaya alam dan buatan di masing-masing kawasan yang dapat
dijadikan sebagai sektor unggulan yang mampu mendukung dan mempercepat
pertumbuhan ekonomi kawasan secara keseluruhan, sehingga tidak ada kawasan
yang mengalami pertumbuhan ekonomi lambat atau stagnan (tertinggal).
2. Penetepan Kawasan Strategis Kepentingan Sosial-Budaya
Penetepan kawasan strategis ini dimaksudkan untuk melindungi dan
melestarikan keanekaragaman budaya sebagai hasil karya cipta budaya sosial
masyarakat lokal yang menunjukkan jatidiri/penanda budaya kota sekaligus untuk
menghargai peninggalan budaya yang diwariskan oleh peradaban masa lalu.
3. Penetepan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi dan Daya Dukung
Lingkungan
Penetepan kawasan strategis ini dimaksudkan untuk melindungi dan
melestarikan ekosistem flora/fauna sebagai potensi keanekaragaman hayati
(biodiversity), perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro dan tata guna air
yang mampu mencegah bencana alam akibat kerusakan lingkungan. Kawasan
strategis ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian dan aksi masyarakat kota
akan kualitas lingkungan hidup.
Secara keseluruhan rencana kawasan-kawasan strategis di Kota Makassar
yang mencakup seluruh kepentingan tersebut antara lain :
a. Kawasan Strategis Wisata Pulau Terpadu
Merupakan kawasan strategis yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai
kawasan yang memberi dukungan kuat dalam satu sistem ruang yang bersinergi
terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang lengkap berkaitan dengan
pariwisata pulau-pulau. Kawasan strategis Wisata Pulau Terpadu berada di pesisir

28

sebelah barat Kota Makassar dengan luas perairan 966,04 km2. Keberadaan 12
pulau-pulau yang termasuk dalam Kepulauan Spermondae di perairan Kota
Makassar mampu menghadirkan keunikan bentang alam yang tidak hanya
didominasi oleh daratan perkotaan saja tetapi juga deretan pulau-pulau. Potensi
sumber daya alam laut yang terkandung di bawah perairan yang dimanfaatkan
sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat nelayan yang bermukim di
pulau-pulau tersebut.
Pengembangan

kawasan

strategis

pulau

terpadu

diarahkan

pada

optimalisasi pemanfaatan ruang pesisir dan laut dalam upaya mitigasi bencana
terhadap kenaikan muka air laut yang dapat berakibat pada hilang/tenggelamnya
suatu pulau dan pemanfaatan potensi sumber daya alam pulau sebagai salah satu
objek wisata bahari sehingga mampu meningkatkan sumber pendapatan bagi
pemerintah kota.

b. Kawasan Strategis Koridor Pesisir


Merupakan kawasan strategis yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai
kawasan yang memberi kontrol kuat terhadap kestabilan dan keseimbangan
lingkungan ekosistem-ekosistem pesisir. Kawasan strategis koridor pesisir berada
di Kecamatan Tamalanrea yang berperan sebagai media konektivitas antara
kawasan maritim dan kawasan strategis energi centre maupun media penghubung
moda transportasi air dari Sungai Tallo.

29

c. Kawasan Strategis Pelabuhan Terpadu


Adalah kawasan strategis kepentingan ekonomi yang diarahkan dan
diperuntukan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dan sinergitas yang
solid terhadap kepentingan dan aktivitas kepelabuhanan dengan kawasan strategis
yang lain. Untuk kawasan strategis pelabuhan terpadu maka Pelabuhan SoekarnoHatta Pelabuhan Soekarno-Hatta sebagai kawasan stategis pelabuhan terpadu
berada pada bagian tengah barat dan utara kota (mencakup wilayah Kecamatan
Ujung Tanah dan Wajo).
Kawasan Strategis Pelabuhan Terpadu menempati lahan seluas 281,102 ha.
Berdasarkan letak geografisnya, Pelabuhan Soekarno-Hatta terletak di Selat
Makassar yang merupakan jalur pelayaran ALKI II yang dilalui berbagai kapalkapal yang berskala regional hingga internasional. Kota Makassar sebagai kota
tepian air (water front city) membutuhkan peran serta pelabuhan Soekarno-Hatta
dalam

melayani

dan

mengakomodir

kepentingan-kepentingan

di

sektor

kepelabuhanan serta menjadikan pelabuhan ini sebagai pintu masuk lalu lintas
kapal-kapal barang dan penumpang. Pelabuhan ini memiliki daya prospektus yang
cukup tinggi dan sangat menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi di Kota
Makassar. Untuk itu dalam pengembangan kawasan ini diarahkan pada
pengembangan kawasan pelabuhan yang berstandar internasional sehingga
kawasan strategis pelabuhan terpadu dapat mengoptimalisasikan fungsinya
sebagai pusat jasa kepelabuhanan.

d. Kawasan Strategis Sungai Jeneberang Terpadu


Adalah kawasan strategis kepentingan lingkungan yang diarahkan dan
diperuntukkan pada pengembangan dan perlindungan daerah aliran sungai.

30

Kawasan Strategis Sungai Jeneberang Terpadu yang bermuara di sebelah selatan


Kota Makassar merupakan sungai yang melintasi Kota Makassar dengan
Kab.Gowa. Eksistensi Sungai Jeneberang sebagai media penyimpanan air baku
potensial (long storage) yang mendapat pengaruh dinamika kompleksitas dari
DAM Bili-bili, sensitivitas kondisi Sungai Jeneberang dengan kawasan-kawasan
lainnya dalam hal upaya mitigasi khususnya bencana banjir dan konektivitas
Sungai Jeneberang sebagai media transisi moda transportasi antara darat dan laut.
Untuk kepentingan lingkungan maka diarahkan pengendalian dan
pengembangan kawasan secara komprehensif dalam hal pemanfaatan fungsi huluhilir sungai menjadi kawasan konservasi dan pembatasan kegiatan pembangunan
diatasnya. Sedangkan untuk kepentingan ekonomi, pengembangan Sungai
Jeneberang diarahkan pada pengembangan kegiatan pariwisata, budidaya
perikanan dan mengembangkan pinggir sungai (riverside) menjadi kawasan yang
mampu berproduksi secara ekonomi.

e. Kawasan Strategis Sungai Tallo Terpadu


Adalah kawasan strategis kepentingan lingkungan yang diarahkan dan
diperuntukkan pada pengembangan dan perlindungan daerah aliran sungai.
Kawasan strategis Sungai Tallo yang berada di sebelah utara kota dan ikon wisata
alam kebanggaan bagi masyarakat Kota Makassar. Peran Sungai Tallo dalam
menyediakan sumber air baku potensial telah banyak mendapat pengaruh
signifikan oleh aktivitas pembangunan perkotaan diatasnya. Pengembangan
koridor Sungai Tallo lebih diarahkan pada pemanfaatan fungsi sungai sebagai
kawasan pariwisata dan sarana transportasi alternatif (waterway) guna menunjang
pertumbuhan dan aktivitas perkotaan.

31

f. Kawasan Strategis Lindung Lakkang


Adalah kawasan strategis kepentingan wisata dan lingkungan (ecotourism) yang dialokasikan khusus sebagai zona pemanfaatan, preservasi dan
konservasi lingkungan Lakkang yang merupakan warisan alam yang masih terjaga
keasliannya.
Kawasan strategis lindung Lakkang berada di Kecamatan Tallo yang diapit
oleh dua sungai yaitu S.Tallo dan S.Pampang. Lakkang merupakan daratan yang
terbentuk dari proses sedimentasi dari kedua sungai tersebut yang luasnya 1,65
km2 dengan potensi ekosistem yang masih terjaga keasliannya. Hal ini dapat
dilihat dari pemanfaatan kawasan Lakkang sebagai lahan budidaya perikanan air
tawar (tambak).
Untuk kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan, maka
pengembangan kawasan strategis lindung lakkang diarahkan pada keberlanjutan
sumber daya hayati yang ada melalui pelestarian dan perlindungan ekosistem,
sehingga kawasan ini dapat menjadi daerah penyangga lingkungan perairan,
mampu mengatasi tingkat pencemaran udara dengan penetepan kawasan sebagai
ruang terbuka hijau, pemanfaatan sumber daya hayati sebagai objek wisata yang
berbasis lingkungan (ecotourism) serta pusat pengembangan ilmu pengetahuan
dengan lakkang sebagai kawasan konservasi berbasis agropolitan dan maritim.
g. Kawasan Strategis Energi Centre
Pertumbuhan penduduk di Kota Makassar yang meningkat setiap
tahunnya, menuntut adanya peningkatan kebutuhan energi. Untuk itu diperlukan
suatu kawasan yang mampu memproduksi energi khususnya bagi masyarakat
Kota Makassar dan masyarakat di kabupaten-kabupaten yang berbatasan langsung
dengan kota ini. Kawasan strategis energi centre berada di sebelah utara kota yang
32

mencakup wilayah Kecamatan Tamalanrea, tepatnya di muara Sungai Tallo yang


berdekatan dengan kawasan strategis maritim terpadu.
Untuk kepentingan ekonomi, kawasan ini akan menjadi tempat
penyimpanan gas (storage gas), cikal bakal sentral penyimpanan konversi gas di
wilayah Indonesia dan menjadi pusat pembangunan kilang minyak, tangki gas,
penyulingan minyak (revinery), bio fuel, sampai pembangkit listrik (power plant).
Untuk kepentingan pengamanan, kawasan strategis energi centre menerapkan
standarisasi pengamanan biosafety level 2, guna mencegah terjadi kebakaran
akibat ledakan tangki serta jauh dari kawasan pemukiman penduduk. Untuk
kepentingan pendistribusian bahan bakar yang telah diproses, pembangunan
kawasan ini ditunjang oleh adanya pelabuhan yang akan dibangun disisi sebelah
barat kawasan yang masih tercakup dalam jalur ALKI II.
h. Kawasan Strategis Bandara Terpadu
Adalah kawasan strategis kepentingan ekonomi yang diarahkan dan
diperuntukkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat terhadap aktivitas
perekonomian

Kota

Makassar

dengan

meningkatkan

sinergitas

antar

kota/kabupaten yang lain. Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sebagai


kawasan Bandara Terpadu berada pada bagian tengah timur kota (mencakup
wilayah Kecamatan Biringkanaya dan Tamalanrea) serta berbatasan langsung
dengan Kabupaten Maros.
Kawasan ini menempati lahan seluas 1676,564 ha yang didukung oleh
topografi kawasan yang relatif landai dan teletak di dekat jalur jalan tol sehingga
kawasan bandara ini mampu memaksimalkan pelayanan di sektor jasa angkutan
udara baik secara lokal, regional dan internasional. Salah satunya dengan
pengembangan dan perluasan kawasan ini yang telah dilakukan mulai dari tahun
2004 2008. Sebagai bandara yang berpredikat internasional, kawasan strategis
ini telah memposisikan dirinya menjadi pintu gerbang utama jalur udara di
Kawasan Indonesia Timur dan menjadi pusat konektivitas bagi Kawasan
Indonesia Barat.
Untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi dan berdasarkan potensi yang
dimiliki bandara ini, maka pengembangan kawasan bandara ini diarahkan pada
pengembangan kawasan sebagai bonded zone dalam mendukung peran bandara

33

Internasional Sultan Hasanuddin sebagai hub di Indonesia Timur dalam


memobilitasi arus barang dan jasa antar wilayah bahkan keluar negeri sehingga
mampu meningkatkan sumber pendapatan daerah di sektor jasa khususnya bagi
Kota Makassar dan mampu menwujudkan kawasan bandara sebagai ruang tamu
Kota Makassar.

i. Kawasan Strategis Maritim Terpadu


Adalah kawasan strategis kepentingan lingkungan yang dialokasikan dan
diperuntukkan bagi kepentingan lingkungan maritim yang bersinergitas dengan
kawasan-kawasan disekitarnya. Kawasan strategis maritim terpadu berada di
pesisir utara Kota Makassar tepatnya berada di Kelurahan Untia dengan luas
341,226 ha.
Posisi kawasan strategis maritim terpadu yang merupakan wilayah Selat
Makassar yang secara otomatis memberikan peluang bagi masuknya kapal-kapal
dari berbagai wilayah. Potensi sumberdaya alam hayati perairan pantai Untia
mulai dari laut hingga ke daerah pesisirnya. Selain itu, potensi pemanfaatan lahan
sebagai pusat aktivitas kemaritiman ditunjang oleh adanya landmark institusi
pendidikan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi maritim yang berskala global
yakni Politeknik Ilmu Pelayaran (PIP) dan perkampungan masyarakat nelayan di
sekitar Pelabuhan Rakyat Paotere yang dihiasi dengan perahu-perahu rakyat
seperti Phinisi, Lambo, kapal-kapal motor nelayan dan pedagang antar pulau .
Untuk kepentingan ekonomi dan keberlanjutan ekosistem, maka diarahkan
pemanfaatan sumber daya alam laut bagi masyarakat nelayan yang berwawasan
lingkungan

melalui

penggunaan

alat

tangkap

ramah

lingkungan

serta

memfasilitasi dibangunnya pelabuhan perikanan nusantara, pengembangan


ekotourism yang memanfaatkan fungsi kawasan hutan mangrove, serta

34

pengembangan kawasan sebagai daerah mitigasi bencana alam seperti abrasi,


sedimentasi dan kenaikan muka air laut.

j. Kawasan Strategis Bisnis Karebosi


Adalah kawasan strategis kepentingan ekonomi dan sosial yang diarahkan
dan diperuntukkan pada kegiatan bisnis dan sosial masyarakat. Kawasan strategis
bisnis karebosi berada di lapangan Karebosi yang merupakan jantung Kota
Makassar, alun-alun kota kebanggaan masyarakat yang telah ada sejak zaman
dahulu dan merupakan titik nol Kota Makassar. Karebosi sebagai pusat berbagai
kegiatan ekonomi dan interaksi sosial masyarakat di kota ini. Selain itu
kemudahan aksesibilitas dari dan ke lapangan karebosi dengan dilengkapi sarana
dan prasarana transportasi darat yang memadai. Dalam arah pengembangannya
kawasan ini diperuntukan sebagai objek wisata belanja, ruang terbuka hijau, dan
ruang terbuka publik yang mampu mengakomodir segala kebutuhan masyarakat.

k. Kawasan Strategis Bisnis Losari


Adalah kawasan strategis kepentingan ekonomi dan sosial yang diarahkan
dan diperuntukkan pada kegiatan bisnis dan sosial masyarakat. Kawasan strategis
bisnis losari yang terletak di kawasan pusat kota lama (Pantai Losari). Pantai
Losari sebagai pelataran bahari Kota Makassar yang ditunjang oleh hotel dan

35

restoran diperuntukan sebagai kawasan bisnis barang dan jasa. Keberadaan Trans
Studio sebagai Theme Park Indoor terbesar di kawasan Pantai Losari memberi
nilai positif bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di sekitar kawasan.
i.

Kawasan Strategis Bisnis Global Terpadu


Adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan

dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan bisnis global yang


dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling
bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan strategis bisnis global
terpadu berada di kawasan pusat kota lama yakni di sekitar Tanjung Beringin
denganareal seluas 376,183 ha. Atmosfir kawasan Celebes Convention Center,
Trans Studio, dan CPI (landmark baru Kota Makassar) menjadi daya tarik bagi
para investor dalam pengembangan fungsi kawasan sebagai fungsi bisnis berskala
global dan menjadi pemicu (trigger) percepatan pertumbuhan ekonomi Kota
Makassar. Di aspek lingkungan pengembangan kawasan ini diarahkan pada upaya
mitigasi bencana terhadap kenaikan muka air laut, abrasi, dan sedimentasi.

36

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Wilayah strategis dan cepat tumbuh yang merupakan pusat-pusat
pertumbuhan dan didukung rencana pengembangan pelabuhan termasuk kegiatan
bongkar muat barang jasa dan industri dan kegiatan perikanan mengakibatkan
dengan pertumbuhan wilayah ini sangat pesat. Hal ini ditandai dengan adanya
peningkatan perkembangan kegiatan fisik dan non fisik yang tentunya akan
menimbulkan berbagai dampak baik positif maupun negatif bagi wilayah.
Perkembangan

kegiatan

ini

akan

mempengaruhi

kebutuhan

terhadap

perkembangan wilayah.
Pengembangan wilayah mengandung arti yang luas, namun pada prinsipnya
merupakan berbagai upaya yang dilakukan untuk memperbaiki tingkat
kesejahteraanhidup di wilayah tertentu, memperkecil kesenjangan pertumbuhan,
dan ketimpangan kesejahteraan antar wilayah. Berbagai konsep pengembangan
wilayah telah diterapkan di berbagai negara melalui berbagai disiplin ilmu.
Konsep-konsep yang telah pernah berkembang sebelumnya umumnya didominasi
oleh ilmu ekonomi regional, walaupun sesungguhnya dalam penerapannya akan
lebih banyak tergantung pada potensi pertumbuhan setiap wilayah yang akan
berbeda dengan wilayah lainnya, baik potensi SDA, kondisi sosial budaya dan
ekonomi masyarakat, ketersediaan infrastruktur, dan lainnya.
Secara keseluruhan rencana kawasan-kawasan strategis di Kota Makassar
yang mencakup seluruh kepentingan tersebut antara lain :
a. Kawasan Strategis Wisata Pulau Terpadu
Kawasan strategis Wisata Pulau Terpadu berada di pesisir sebelah barat Kota
Makassar dengan luas perairan 966,04 km2. Keberadaan 12 pulau-pulau yang
termasuk dalam Kepulauan Spermondae di perairan Kota Makassar.
b. Kawasan Strategis Koridor Pesisir
Kawasan strategis koridor pesisir berada di Kecamatan Tamalanrea yang
berperan sebagai media konektivitas antara kawasan maritim dan kawasan
strategis energi centre maupun media penghubung moda transportasi air dari
Sungai Tallo.
c. Kawasan Strategis Pelabuhan Terpadu

37

. Untuk kawasan strategis pelabuhan terpadu maka Pelabuhan SoekarnoHatta Pelabuhan Soekarno-Hatta sebagai kawasan stategis pelabuhan terpadu
berada pada bagian tengah barat dan utara kota (mencakup wilayah Kecamatan
Ujung Tanah dan Wajo).
d. Kawasan Strategis Sungai Jeneberang Terpadu
Kawasan Strategis Sungai Jeneberang Terpadu yang bermuara di sebelah
selatan Kota Makassar merupakan sungai yang melintasi Kota Makassar dengan
Kab.Gowa
e. Kawasan Strategis Sungai Tallo Terpadu
Kawasan strategis Sungai Tallo yang berada di sebelah utara kota dan ikon
wisata alam kebanggaan bagi masyarakat Kota Makassar.
f. Kawasan Strategis Lindung Lakkang
Kawasan strategis lindung Lakkang berada di Kecamatan Tallo yang diapit
oleh dua sungai yaitu S.Tallo dan S.Pampang.
g. Kawasan Strategis Energi Centre
Kawasan strategis energi centre berada di sebelah utara kota yang mencakup
wilayah Kecamatan Tamalanrea, tepatnya di muara Sungai Tallo yang berdekatan
dengan kawasan strategis maritim terpadu.
h. Kawasan Strategis Bandara Terpadu
Bandara Internasional Sultan Hasanuddin sebagai kawasan Bandara
Terpadu berada pada bagian tengah timur kota (mencakup wilayah Kecamatan
Biringkanaya dan Tamalanrea) serta berbatasan langsung dengan Kabupaten
Maros.
i. Kawasan Strategis Maritim Terpadu
Kawasan strategis maritim terpadu berada di pesisir utara Kota Makassar
tepatnya berada di Kelurahan Untia dengan luas 341,226 ha.
j. Kawasan Strategis Bisnis Karebosi
Kawasan strategis bisnis karebosi berada di lapangan Karebosi yang
merupakan jantung Kota Makassar, alun-alun kota kebanggaan masyarakat yang
telah ada sejak zaman dahulu dan merupakan titik nol Kota Makassar.
k. Kawasan Strategis Bisnis Losari
Kawasan strategis bisnis losari yang terletak di kawasan pusat kota lama
(Pantai Losari).

38

l. Kawasan Strategis Bisnis Global Terpadu


Kawasan strategis bisnis global terpadu berada di kawasan pusat kota lama
yakni di sekitar Tanjung Beringin denganareal seluas 376,183 ha.

39

DAFTAR PUSTAKA
PT. Esa Pratama Cipta Celebes.2010. Laporan Akhir Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Makassar 2010-2020. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,
Pemerintah Kota Makassar.
http://studioriau.com/uk/artikel/tata-ruang/kawasan-strategis-cepat-tumbuh.html
https://www.academia.edu/6378284/TOR_KSCT_Kab_Kep_Sula

40

Anda mungkin juga menyukai