Anda di halaman 1dari 2

Landuse Saat Terbentuknya Benteng Keraton

Benteng Keraton Buton awalnya dibangun dalam bentuk tumpukan batu yang
tersusun mengelilingi komplek istana, tujuannya untuk membuat pagar pembatas
antara komplek istana dengan perkampungan masyarakat. Mulai dibangun sejak
pemerintahan La Sangaji ke-3 (1591-1597) dan selesai secara keseluruhan pada
akhir pemerintahan Sultan ke-6, La Buke Gafarul Wadadu (1632-1645). Benteng
ini dibangun dalam kurun waktu sekitar lima puluh tahun, melampaui tiga masa
sultan yang berbeda.
Kawasan Benteng Keraton Buton ini memiliki beberapa komponen kawasan
yang terdiri atas Kamali/kediaman Sultan Buton, masjid, benteng, baruga, pasar,
permukiman kerabat dan pegawai Kesultanan yang merupakan golongan kaumu
dan walaka.
Pada masa Kesultanan Buton Kawasan Benteng Keraton Buton merupakan
ibukota kerajaan, selain berfungsi sebagai pusat pemerintahan juga sebagai pusat
kegiatan sosial, ekonomi, dan dakwah Islam.
Jumlah distrik keseluruhan yang merupakan wilayah Kesultanan Buton adalah
sebanyak 92 distrik. Di kawasan keraton sendiri terbagi menjadi 9 distrik, yang
masing-masing dipimpin oleh satu orang pegawai kerajaan yang disebut limbo.
Sembilan distrik tersebut meliputi distrik Barangkatopa, Gundu-gundu, Dete,
Siompu, Baluwu, Peropa, Rakia, Melai dan Gama.
Priode Terbentuknya Benteng Keraton Buton
Priode tahun 1634 1928
Pada priode ini ditandai dengan dibangunnya benteng Keraton Buton yang
mengelilingi kawasan keraton Kesultanan Buton yang dilaksanakan pada masa
pemerintahan Sultan Buton III. Pada masa itu Sultan membangun benteng
pertahanan untuk melindungi kawasan sebagai pusat pemerintahan dari serangan
musuh. Pada periode ini distrik Baadia telah berkembang menjadi area

permukiman penduduk sehingga di Kawasan Benteng Keraton Buton terbagi


menjadi 10 (sepuluh) distrik.
Periode tahun 1928 1945
Periode ini diawali dengan pembangunan jaringan jalan pertama di kawasan yang
dilaksanakan pada masa pemerintahan Sultan Muh.Hamid (Sultan Buton ke-37),
pembangunan jaringan jalan dilakukan dengan pemberian perkerasan aspal pada
jalan tanah yang terdapat di kawasan, sehingga pola jaringan jalan di kawasan
tidak mengalami perubahan, yang mengalami perubahan hanyalah perkerasan
jalan dan lebar jalan. Pembangunan jaringan jalan juga dilakukan di sekitar
kawasan untuk menghubungkan Kawasan Benteng Keraton Buton sebagai pusat
pemerintahan dengan kawasan pelabuhan yang merupakan pusat kegiatan
perdagangan pada masa itu.
Periode tahun 1945 - 2010
Pada tahun 1945 setelah berakhirnya Kesultanan Buton, Kawasan Benteng
Keraton Buton kemudian masuk dalam wilayah desa Melai Kabupaten Buton,
pada tahun 2001 setelah terbentuk Kota Bau-bau, kawasan ini kemudian termasuk
dalam wilayah Kelurahan Melai Kota Bau-bau, dan terbagi atas 4 (empat)
lingkungan, yaitu lingkungan Dete, Baluwu, Peropa dan Baadia. Perubahan yang
terjadi di kawasan meliputi perkembangan jaringan jalan, bangunan, sarana
prasarana dan fasilitas umum antara lain sekolah dasar dan perkantoran
pemerintah.
Sumber :
Wawancara dengan Kak Wawan (pengurus media centre di dalam Benteng
Keraton Baubau)
Jurnal Tata Kota dan Daerah Volume 3, Nomor 1, Juli 2011

Anda mungkin juga menyukai