Anda di halaman 1dari 28

LATAR BELAKANG

 Kawasan Gerbangkertosusila merupkaan salah satu contoh penerapan metropolitan di Provinsi Jawa
Timur. Konsep pengembangan megacities yang akan diterapkan merupakan kerjasama lintas daerah dari
beberapa Kota dan Kabupaten di Jawa Timur yang meliputi, Kota Surabaya, Gresik, Kabupaten
Bangkalan, Kota Mojokerto, Kabupaten Mojokerto, Sidoarjo, dan Lamongan. Dalam RTRW Jawa Timur
telah ditetapkan Kota Surabaya sebagai pusat dan wilayah lainya seperti Sidoarjo, Gresik, dan Bangkalan
sebagai wialyah penunjang kawasan pusat.
 Pada perkembangannya kawasan Gerbangkertosusila terjadi beberapa permasalahan yang muncul seperti
masalah tingginya tingkat urbanisasi di Kota Surabaya, dan masalah disparitas pembangunan di beberpaa
wilayah di Gerbangkertosusila. Adanya faktor pertumbuhan penduduk dalam perkembangan kota ini
harus segera disikapi dengan strategi pengendalian kota yang sesuai. Strategi pengendalian ini dibutuhkan
agar kota dengan tingkat megacities tetap mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan juga mampu
memberikan fungsi maksimal terhadap penduduk secara merata.
DEMOGRAFI WILAYAH GERBANGKERTASUSILA

Daerah Administratif Luas (km²) 2015 Jumlah penduduk 2015 Kepadatan penduduk (/km² 2015

Kabupaten Gresik 1.192 1.577.042 1.087,45

Kabupaten 1.144 1.109.761 792,62


Bangkalan

Kabupaten 835,93 1.291.443 1.426,71


Mojokerto

Kota Mojokerto 16,46 169.196 8.002,3

Kota Surabaya 333,063 3.199.487 8.703,19


Kabupaten Sidoarjo 591,59 2.281.497 3.589,83

Kabupaten 1.812,80 1.189.959 680,4


Lamongan

Total 5.925,843 10.818.385 1.738,3


Dalam menyusun rencana tata ruang (RTR), pemerintah mendapatkan bantuan
dari pemerintah Jepang melalui JICA Study Team K. yang dipimpin oleh
Nagayama. Hal tersebut sangat penting agar dapat mencegah konurbasi seperti
yang sekarang terjadi di Jabodetabek. Dalam melakukan pembagian peran dan
fungsi, pemerintah tetap berusaha untuk memperhatikan kesesuaian RTR
Kawasan Gerbangkertosusila dengan RTRW provinsi/kabupaten/kota yang ada
wilayah tersebut, terutama yang telah diperdakan, serta masalah kelembagaan.
Seperti halnya Surabaya yang telah menjadi pusat bisnis, perdagangan, industri,
pendidikan kawasan Indonesia Timur dan mempunyai rumah sakit rujukan
sekawasan Indonesia Timur yaitu RSUD dr. Soetomo
TUJUAN

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:


 Mengetahui gambaran umum tentang Gerbangkertosusila
 Mengetahui isu dan permasalahan yang terdapat di kawasan
Gerbangkertosusila
 Memberikan solusi terkait permasalahan yang terjadi di megacities
Gerbangkertosusila
KEBIJAKAN-KEBIJAKAN TERKAIT GERBANGKERTOSUSILO

RTRW Provinsi Jawa


Timur
Struktur ruang wilayah digambarkan dalam RTRW Provinsi JawaTimur harus diadopsi
sebagai rencana tata ruang yang lebih tinggi, dimana Rencana Tata Ruang Kawasan GKS
harus konsisten terhadapnya. Penggunaan terbaik aset Surabaya dapat dimanfaatkan untuk
mencapai visi pembangunan dan misi dari kawasan GKS dibawah tujuan "Pengembangan
Struktur Ruang Wilayah dan Kota Kawasan GKS" sebagai berikut:
Untuk membentuk struktur ruang untuk mencapai pembangunan yang berimbang di
Kawasan GKS;
Untuk membuat delineasi yang jelas untuk kawasan lindung dan budidaya untuk
pemanfaatan lahan yang berkelanjutan di Kawasan GKS dan
Untuk mengelola pertumbuhan perkotaan dengan menciptakan "kota kompak dan
berorientasi lingkungan" untuk menghindari urbanisasi yang tidak terkendali.
SISTEM ZONA PEMBANGUNAN YANG DIRENCANAKAN OLEH RTRW
PROVINSI JAWA TIMUR

Kawasan GKS merupakan bagian dari Kawasan GKS-Plus. Dalam Kawasan GKS,
hirarki pusat di GKS dikategorikan dalam tiga tingkatan sebagai berikut:
1. Tingkat 1: Surabaya (Pusat layanan, perdagangan, industri, pemukiman,
pendidikan, dll)
2. Tingkat 2: Sidoarjo, Gresik, Bangkalan (Sub-pusat di SMA sebagai pusat layanan
untuk perdagangan, industri dan pendidikan)
3. Tingkat 3: Lamongan (Pertanian, Industri, Pariwisata), Kabupaten Mojokerto (Jasa,
Pertanian, Perdagangan), Kota Mojokerto (Dagang, Jasa, Pemerintah)
Peran Kawasan GKS dalam pengembangan regional

Kota/Kab Sistem Jaringan Kawasan


Surabaya Melayani sebagai pusat pengumpul, begitu juga dengan distribusi dan manukfaktur di
sub-pusat
Lamongan Melaynai sebagai pengumpul dan distribusi sub-pusat, sub-pusat untuk memproses
industry di LIS (Lamongan Integrated Shorebase) di daereah Pacitan dan untuk
pengembangan wisata diPacitan. Sub-pusat yang lebih kecil akan melayani area

Gresik Melayani sabagi pengumpul dan pendistribusi, begitu juga dengan proses industry di sub-
pusat. Sub-pusat yang lebih kecil akan melayani area
Sidoarjo Melayani sebagai pengumpul dan pendistribusi, begitu juga dengan manufaktur sub-
pusat. Sub-pusat yang lebih kecil akan melayani area
Mojokerto Melayani sebagai pengumpul dan pendistribusi, begitu juga dengan proses industry di
sub-pusat. Sub-pusat yanglebih kecil akan melayani area
Bangkalan Melayani sebagai sub-pusat untuk pengumpul dan pendistribusi (di Bangkalan),
perdagangan dan jasa (di Labang kaki jembatan Suramadu), industry (di Kamal, Labang,
Tragah, Burneh dan Socah), dan pengembangan wisata (di panatai selatan Bangkalan).
Sub-pusat yang lebih kecil akan melayani daerah
Arahan Pemangunan oleh Kota/Kabupaten di Kawasan GKS
Sektor pembangunan Kawasan strategis
  Sektor utama Industry Agropolitan Pariwisata
strategis lainnya
Surabaya Pembangunan KKJS sisi Jembatan SIER, Kawasan Pusat Pemasaran Koridor pintu Pusat CBD Surabaya
Surabya, Pembangunan Suramadi, Industri Utama gerbang utara, Metropolitan untuk
Pelabuhan Pergudangaan berteknologi pusat jasa Pasar Nasional &
tinggi dengan Internasional termasuk
pertumbuhan KKJS
tinggi
Sidoarjo EJIIZ: Industri Berpolusi Industri, Kawasan Industri Pembangunan Koridor A Kawasan Porong-
(Jabin), Terminal Kargo Perdagangan, Sidoarjo (Hi- terminl Gempol, Kawasan
Kota; Pembangunan perikanan tech) Kawasan agrobisnis Perdagangan
terminal agrobisnis Industi Berbek Purwodadi-Lawang

Gersik EJIIZ: Industri besrat, Kawasan Industri Kawasan Industri   Koridor A,  


Industri Pelabuhan + Perikanan Gresik, Kawasan Pertumbuhan
Bonded zone, Industri INdustri Tinggi
Estate, Bonded Zone, Teknologi TInggi
City Cargo Terminal Gresik (Surabaya
(2), EPZ Baat)
Kota - Perdagangan dan     Koridor B  
Mojokerto jasa untuk
melayani local
Sektor pembangunan Kawasan strategis
  Sektor utama Industry Agropolitan Pariwisata
strategis lainnya
Mojokerto -       Koridor B  
Bangkalan Pengentasan Industry dan Industry terpadu Pusat Hubungan KOridor A Pintu Pusat Pasar Nasional
Kemiskinan Pulau transportasi, sumberdaya dan Distribusi Gerbnag &Internasional di KKJS
Adura, EJIZZ: pergudangan di local untuk regional (RDCC) (Jembatan
Pelabuha Internasional Jembatan kesinambungan di Bangkalan, Suramadu)
dan Bonded Zone, Suramadu industry-industri untuk
Pebangunan KKJS sisi di Pulau Madura mencukupi
Madura kebutuhan
seluruh Pulau
Madura
Lamongan EJIIZ: Pacitan: Industri Industry berbasis Industri terpadu   Koridor A Pusat  
perikanan, dan kelautan, = sumber daya Pelayanan &
industry pengelolaan Pelabuhan berbasis industry Pintu Gerbang
non-polusi, perikanan, local untuk (Paciran)
pengembangan Perikanan pesisir keterkaitan
pelabuhan, Industrial utara industry dengan
Estate, Pengembangan FTZ dan
Industri minyak dan Pelabuhan
gas
Berdasarkan struktur ruang yang direncanakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Jawa Timur,
struktur ruang dibentuk sebagai wilayah multi-pusat dengan urutan hirarki pusat pengembangan
sebagai berikut:
  Hirarki pusat pengembangan Kota/Kabupaten

Tingkat 1 Pusat Regional Surabaya

Tingkat 2 Pusat SMA Sidoarjo, Gresik, dan Bangkalan (200 km radius from
Surabaya)
Tingkat 3 Pusat Kabupaten Mojokerto, Lamongan (40 Km radius dari Surabaya)

Tingkat 4 Sub-Pusat GKS Paciran, Babat (Lamongan), Sidayu (Gresik; Gempol


(Sidoarjo); Tanah Merah, Klampis, Tj. Bumi (Bangkalan)

Tingkat 5 Sub-Pusat SMA Menganti (Gresik); Krian (Sidoarjo); Labang (Bangkalan)

Tingkat 6 Sub Pusat Kabupaten Lainnya Brondong (Lamongan); Manyar,Cerme, Driyorejo (Gresik);
Tarik, Sedati (Sidoarjo); Sooko, Mojosari, Ngoro
(Mojokerto); Socah (bangkalan)

Lainnya Pintu gerbang Intermoda Tambakoso Wilangon (Gresik); Sepanjang dan Waru
(Sidoarjo)
Secara konseptual telah diakui bahwa area dalam radius 20 km
dari pusat Surabaya membentuk SMA (Surabaya Metropolitan
Area), dan bahwa keterkaitan dengan pusatnya menyebar ke
daerah-daerah sekitar radius 40 km dari Surabaya, yang
mencapai sampai Lamongan dan Mojokerto, dan Bangkalan,
dan juga bahkan Pasuran di luar Kawasan GKS. Keadaan ini
dapat disebut "Kawasan Integrasi Ekonomi Surabaya Raya".
KONSEP PENGEMBANGAN
PENERAPAN NETWORK
STRATEGY
Penerapan konsep network strategy di wilayah Gerbangkertosusila difokuskan untuk
pertumbuhan infrastruktur guna meningkatkan aksesibilitas antar wilayah sehingga terjadi
keterjangkauan wilayah yang tergabung dalam kawasan megaurban Gerbangkertosusila.
Penerapan network strategy ini dapat digunakan sebagai upaya menanggulangi masalah
kesenjangan ekonomi di wilayah Gerbangkertosusila serta sebagai upaya pemerataan
pembangunan sehingga daerah yang tergabung dapat tumbuh dan berkembang secara merata
dan seimbang.
Dengan adanya pusat-pusat pengembangan akan terjadi percepatan pembangunan di setiap
daerah yang ada dan pengembangan tidak akan terfokus pada Surabaya yang menurut
konsep megaurban merupakan CBD atau pusat Gerbangkertosusila.
KEBIJAKAN TRANSPORTASI
Teriminal di setiap kabupaten/kotan. terminal tipe A di
peruntukkan baik untuk pelayanan bus dalam provinsi atau
antar provinsi, terminal tipe B terutama digunakan untuk
pelayanan bus AKDP juga untuk pelayanan angkutan lokal.

Angkutan umum berupa bus yang yang dimanifestasikan


dalam bentuk AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) dan AKDP
(Antar Kota Dalam Provinsi)

Pengoptimalan pelabuhan tanjung perak agak lebih


mengefisiensikan distribusi barang.

Jaringan kereta api yang lebih luas dengan rencana


pembangunan tahun 2030
KEBIJAKAN SUMBER DAYA
AIR DAN SISTEM SUPLAI AIR
Strategi sistem suplai air :
1. Pengelolaan Sumber Daya Air, termasuk:
Konservasi DAS untuk air baku;
Pemeliharaan dan peningkatan kapasitas penyimpanan air bendungan;
Mitigasi kehilangan air irigasi;
Permintaan pihak manajemen (daur ulang, penggunaan air yang efisien);
Mitigasi kebocoran air (saat ini 34%)
Pemanfaatan air tanah dan air permukaan antar-Kabupaten
2. Pengelolaan air tanah - - Mekanisme transaksi air antar-kabupaten dari Pasuruan
3. Peningkatan Administrasi
Pembentukan Badan Regulasi Pembangunan dan Pemeliharaan Infrastruktur antar-Kabupaten
Pengenalan sistem Sistem Indikator Kinerja (PIS) untuk Pekerjaan Swastanisasi Air
PERKIRAAAN KEBUTUHAN
AIR
Year 2003 2005 2010 2015 2020 2025 2030

Household 13.52 14.07 15.57 17.28 19.25 21.51 22.95

Commercial 4.06 4.22 4.67 5.19 5.77 6.45 7.46

Industrial 3.24 3.54 4.49 5.87 7.89 10.89 14.58

Livestock 0.21 0.20 0.20 0.20 0.21 0.23 0.23

Fishery 31.97 32.14 32.81 33.78 35.03 36.53 36.53

Total 53.00 54.17 57.74 62.32 68.15 75.61 81.75

Polulation (000) 8605 8951 9899 10981 12223 13.652 14118


KEBIJAKAN
TELEKOMUNIKASI
Meskipun pelayanan telepon yang terjadi di daerah perkotaan sangat cepat, beberapa
wilayah desa belum dapat menikmati layanan telekomunikasi. Oleh karena itu, dalam
rangka memenuhi kebutuhan telekomunikasi masyarakat di desa-desa, Kementerian
Komunikasi dan Informatika melakukan program perbaikan untuk keterjangkauan
layanan telekomunikasi bagi masyarakat perdesaan. Jasa telekomunikasi di Indonesia
sudah diprivatisasi. Setiap operator menjajaki pasar dengan maksud untuk
meningkatkan jumlah pelanggan dan memperluas cakupan layanan, dengan
memperhatikan perkembangan kota dan rencana regional yang ada. Sektor
telekomunikasi di Indonesia sudah sangat kompetitif dan masing-masing operator
tidak mengungkapkan visi dan strategi pasar, dan menjaga hal-hal yang sangat
rahasia. Kewenangan Pemerintah harus tetap hati-hati mengawasi pasar dari sudut
pandang persaingan yang adil, dan memberikan beberapa intervensi jika diperlukan.
KEBIJAKAN PERSAMPAHAN
TPA yang ada dan / atau sedang direncanakan disediakan di setiap kabupaten di
kawasan GKS. Instalasi TPA ini memenuhi permintaan untuk pembuangan sampah saat
ini tetapi bukan untuk penanggulangan masa depan. Sebuah metode berkelanjutan
untuk Pengelolaan Persampahan sangat akan dibutuhkan untuk masing-masing kota
Diperkirakan bahwa sampah akan dihasilkan sebesar 5,35 juta ton pada tahun 2030,
dibandingkan dengan 3,51 juta ton pada tahun 2007. Pengurangan jumlah timbulan
sampah sangat penting dan sangat diperlukan bagi masyarakat di masa mendatang. Jadi
proses 3R (Reuse Reduce Recycle – Memakai Kembali, Mengurangi dan Daur Ulang)
langkah-langkahnya harus difasilitasi dengan memobilisasi masyarakat. Melalui
langkah-langkah 3R, jumlah sampah padat yang akan dilayani untuk TPA akan
berkurang drastis dari 35,8 juta ton / tahun menjadi 1,63 juta ton / tahun pada tahun
2030, atau mengurangi separuh lahan TPA yang diperlukan.
PENANGGULANGAN
URBANISASI
Penanggulangan masalah urbanisasi perlu dilakukan karena jumlah penduduk yang
semakin hari akan semakin bertambah. Pembebanan penduduk saat ini hanya
terfokus pada wilayah perkotaan sementara wilayah perdesaan cenderung
ditinggalkan. Masyarakat cenderung memilih pergi ke kota dikarenakan banyaknya
kegiatan yang menciptakan lapangan pekerjaan dan menarik para tenaga kerja. Oleh
karena itu, untuk menanggulangi masalah urbanisasi dan terlalu padatnya wilayah di
perkotaan dalam konteks ini adalah Kota Surabaya dapat dilakukan penumbuhan
pusat-pusat kegiatan di daerah lainnya. Hal itu dilakukan agar pusat kegiatan tidak
hanya terfokus pada Kota Surabaya saja melainkan daerah lainnya yang nantinya
akan ikut tumbuh dan berkembang. Berdasarkan RTR Gerbangkertasusila,
kota/kabupaten yang diarahkan pada industri adalah Surabaya, Sidoardjo, Gresik,
Bangkalan, dan Lamongan.
KEBUTUHAN LUAS LAHAN
UNTUK UKM
Wilayah Skala besar (ha) UKM (ha) Total (ha)
(80 pax/ha) (160 pax/ha)
Bangkalan 128 256 384
Gresik 2,753 243 2,996
Lamongan 129 258 387
Mojokerto 624 134 758
Sidoarjo 2,959 78 3,037
Kota Mojokerto 26 1 28
Kota Surabaya 1,035 57 1,092
GKS 7,654 1,028 8,682
PENANGGULANGAN
TRANSPORTASI
Upaya-upaya yang dilakukan di atas merupakan beberapa cara untuk menanggulangi
permasalahan transportasi di Gerbangkertosusila. Permasalahan transportasi
sebenarnya terjadi akibat adanya kegiatan-kegiatan yang berpotensi menghasilkan
bangkitan dan tarikan. Untuk mengatasi permasalahan transportasi yang lebih baik
adalah dengan mengurangi adanya kegiatan yang menimbulkan bangkitan dan
tarikan pada suatu wilayah yang telah mengalami permasalahan transportasi seperti
Kota Surabaya yang mengalami kemacetan. Oleh karena itu, perlu adanya
pembatasan pengembangan kegiatan atau penambahan kegiatan baru di Surabaya
yang memungkinkan akan menambah kemacetan dan pemasalahan transportasi
lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat ditumbuhkan pada wilayah lainnya di
Gerbangkertosusila yang nantinya dapat mengatasi permasalahan transportasi di
Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik yang mengalami kemacetan.
Adapun upaya-upaya jangka pendek dan jangka panjang sebagai berikut:

Perbaikan manajemen konstruksi berskala besar (jalan tol, busway, saluran/kanal, sarana komersial/perkantoran, dan
sebagainya)

Pembangunan jalan tol baru yakni yang langsung menghubungkan Krian dan Porong/Gempol, menghubungkan
Kabupaten Gresik sampai Kabupaten Tuban, menghubungkan Kota Surabaya dan Kabupaten Mojokerto, dan
menghubungkan Waru-Wonokromo-Tg. Perak (WWTP)

Memperbaiki jalan akses antara akses jalan Suramadu dan jalan di kawasan industri Socah dan Kota Bangkalan

Mengalihkan pengguna jalan non-tol ke jalan tol sebagai lalu-lintas potensial yang dapat menambah volume dari
jalan tol tersebut (jalan tol SERR dan WWTP di masukkan ke dalam rencana tindak lanjut transportasi)

Memecahkan permasalahan kemacetan akibat penyempitan di persimpangan-persimpangan utama dan perlintasan


KA terutama yang terjadi di wilayah perkotaan dibangun flyover /underpass
Perencanaan dan pembangunan moda transportasi umum

Pengembangan antar moda (kemudahan menggunakan fasilitas) dan system ongkos angkutan (ongkos murah)

Reklamasi sejumlah 50 ha direncanakan untuk dilaksanakan di Teluk Lamong untuk perluasan lapangan kontainer
yang dapat menampung sejumlah 1.5 juta TEU per tahun

Rencana pembangunan pelabuhan di GKS sepanjang sepanjang pesisir pantai utara (pelabuhan penumpang, industri,
container internasional, dll)

Pengembangan bandara Juanda dan bandara baru di Lamongan


KESIMPULAN
 Kawasan Gerbangkertosusila disebut sebagai kawasan Megaurban karena telah memiliki
jumlah penduduk sebanyak 10.818.385 jiwa, dimana hal ini termasuk dalam kategori untuk
Megaurban dimana dicirikan dengan jumlah penduduk 3-10 juta jiwa
 Salah satu upaya pengembangan wilayah Gerbangkertasusila dilakukan melalui perencanaan
aspek transportasi yang bertujuan untuk menghubungkan wilayah-wilayah yang ada dalam
GKS
 Salah satu permasalahan utama di Gerbangkertasusila adalah adanya kesenjangan antara
kabupaten dan kota. Ketidakmerataan pembangunan di Gerbangkertosusila didominasi kota
Surabaya, sehingga menimbulkan akibat-akibat negatif seperti hiper urbanisasi dan
konsentrasi pembangunan di kota Surabaya
 Penerapan network strategy ini dapat digunakan sebagai upaya menanggulangi masalah
kesenjangan ekonomi di wilayah Gerbangkertosusila serta sebagai upaya pemerataan
pembangunan sehingga daerah yang tergabung dapat tumbuh dan berkembang secara merata
dan seimbang
 Pembentukan jaringan transportasi yang komprehensif dan efisien adalah kunci untuk
kerangka spasial GKS. Dengan adanya jaringan transportasi yang efisien dan terbarukan
harapannya GKS ini dapat berjalan sesuai dengan tujuannya yaitu untuk mengurangi
disparitas antar wilayah.
 untuk menanggulangi masalah urbanisasi dan terlalu padatnya wilayah di perkotaan dalam
konteks ini adalah Kota Surabaya dapat dilakukan penumbuhan pusat-pusat kegiatan di
daerah lainnya
 Untuk mengatasi masalah urbanisasi dan kepadatan di Surabaya, fokus pengembangan
kawasan industri saat ini dapat dilakukan di wilayah Bangkalan dan Lamongan sementara
Surabaya dapat dijadikan sebagai wilayah pemasaran produk industri tersebut karena
Surabaya merupakan kawasan perdagangan dan jasa.
 Permasalahan transportasi sebenarnya terjadi akibat adanya kegiatan-kegiatan yang
berpotensi menghasilkan bangkitan dan tarikan. Untuk mengatasi permasalahan transportasi
yang lebih baik adalah dengan mengurangi adanya kegiatan yang menimbulkan bangkitan
dan tarikan pada suatu wilayah yang telah mengalami permasalahan transportasi seperti
Kota Surabaya yang mengalami kemacetan. Oleh karena itu, perlu adanya pembatasan
pengembangan kegiatan atau penambahan kegiatan baru di Surabaya yang memungkinkan
akan menambah kemacetan dan pemasalahan transportasi lainnya
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai