Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH GEOGRAFI

POLA KERUANGAN, STRUKTUR RUANG DAN


PERKEMBANGAN KOTA

KELOMPOK 6
XII IPS 4

Anggota Kelompok :
1. Alvina Shafa Ramadhani ( 03 )
2. Desy Desfyani ( 09 )
3. Muhammad Risky A ( 20 )
4. Muhammad Jiwa I ( 21 )
5. Santi Putri ( 21 )

UPT SMA NEGERI 5 KOTA TANGERANG


Jl. Ciujung Raya No. 3 Perumnas 1 Kota Tangerang Telp (021) 5520357
TAHUN AJARAN 2023 – 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
anggota kelompok yang telah saling membantu menyelesaikan tugas makalah
geografi ini. Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bu Hanindah, S.pd
selaku guru mata pelajaran geografi. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah
wawasan siswa serta pengetahuan terhadap materi baru.

Kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran khusus nya kepada Bu Hanindah, S.pd selaku
guru mata pelajaran geografi agar tugas makalah ini sesuai dengan yang diharapkan
dan memenuhi standar penilaian yang telah di tentukan. Kami juga berharap makalah
yang kami buat dapat berguna bagi pembaca. Atas segala bentuk perhatian dan
sarannya, kami mengucapkan terimakasih.

Tangerang, 10 Oktober 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................... 1
B. Pokok Pembahasan................................................................................................................... 1
C. Tujuan...........................................................................................................................................................1
BAB II ISI........................................................................................................................................2
A. Pola Keruangan Kota.........................................................................................................2
B. Struktur Keruangan Kota.................................................................................................6
C. Perkembangan Kota .........................................................................................................7
BAB III PENUTUP........................................................................................................................8
A. Kesimpulan.........................................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................................9
C. Lampiran.............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Struktur ruang kawasan perkotaan dipengaruhi oleh fungsi kota tersebut. Pada
kota industri, struktur kota akan cenderung mengarah pada jenis kegiatan industri.
Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota yang berkaitan
dengan pusat kegiatan ekonomi penduduk kota dan struktur intern kota yang
berhubungan dengan struktur bangunan dan demografis.Kota akan terus berkembang
seiring meningkatnya jumlah aktivitas dan penduduk, sementara lahan semakin
terbatas. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang
meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi
budi daya.

B. Pokok Pembahasan
1. Apa saja pola keruangan kota ?
2. Hal apa saja yang mencakup wilayah perencanaan ?
3. Teori apa saja dalam struktur ruang kota ?
4. Bagaimana perkembangan kota ?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah selain untuk penilaian semata, makalah ini
juga kami jadikan acuan materi dalam pembelajaran . Tentunya menambah wawasan
baru menjadi tujuan utama para siswa. Makalah ini juga dapat di baca oleh umum
serta digunakan untuk hal positif.

4
BAB II
ISI

A. Pola Keruangan Kota


Kota akan terus berkembang seiring meningkatnya jumlah aktivitas dan penduduk,
sementara lahan semakin terbatas. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang
dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan
peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Pola ruang kota harus selaras dengan alam
dan memanfaatkan sepenuhnya faktor alam. Dengan ini, pola keruangan dapat
berguna dan berkelanjutan. Pola keruangan tentu perlu direncanakan dengan baik agar
kota dapat berkembang sesuai dengan fungsinya.
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/ Prt/M/2011 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi
Kabupaten/Kota, rencana pola ruang terdapat dalam rencana detail tata ruang (RDTR)
kabupaten/kota. RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah
kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. Peraturan
zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan
ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang
penetapan zonanya dalam rencana perinci tata ruang. Wilayah perencanaan rencana
detail

 Tata Ruang Mencakup hal-hal berikut :


a Wilayah administrasi.
b. Kawasan fungsional, seperti bagian wilayah kota/subwilayah kota.
c. Bagian dari wilayah kabupaten/kota yang memiliki ciri perkotaan.
d. Kawasan strategis kabupaten/kota yang memiliki ciri kawasan perkotaan; dan/atau
e. Bagian dari wilayah kabupaten/kota yang berupa kawasan perdesaan dan
direncanakan menjadi kawasan perkotaan.

 Pola Keruangan Kota


Kota berkembang membentuk pola tertentu. Pola kota tersebut di antaranya adalah:
a) Pola sentralisasi
Merupakan pola dimana kota pola persebaran kegiatan kota yang cenderung
mengelompok pada satu wilayah utama.
b) b. Pola desentralisasi
Merupakan pola persebaran yang cenderung menjauhi pusat atau inti kota.
c) Pola nukleasi
Merupakan pola persebaran kegiatan kota yang menyerupai pola sentralisasi,
tetapi skala ukuran lebih kecil. Inti kegiatan perkotaan berada di daerah utama
d) Pola segresi
Merupakan pola persebaran kota yang terpisah-pisah berdasarkan keadaansosial,
ekonomi, budaya, dan sebagainya.

5
 Teori Pola Keruangan Kota
A. Teori Konsentris, kota dibagi menjadi 5 zona yaitu

 Zona 1
Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau Central Business
District (CBD) yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan (civic center)
 Zona 2
Sebagai penunjang pusat kota atau zona peralihan. Umumnya terdapat banyak
aktivitas perdagangan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di kota tersebut.
Selain itu juga terdapat aktivitas industri pada zona ini.
 Zona 3
Khusus sebagai permukiman kelas pekerja atau buruh. Daerah tersebut dipilih
sebagai tempat tinggal agar biaya transportasi pekerja tidak mahal ketika menuju
zona 1 dan 2 untuk bekerja.
 Zona 4
Hampir sama dengan zona 3 sebagai tempat tinggal pekerja, tetapi perbedaannya
ialah zona ini digunakan bagi pekerja kelas menengah. Pekerja kelas menengah yang
dimaksud yakni profesional yang telah memiliki jabatan dan juga pendapatan yang
lebih tinggi, sehingga mereka memilih untuk tinggal sedikit lebih jauh dari pusat
kota, untuk menghindari kepadatan di zona 3.
 Zona 5
Permukiman bagi orang-orang yang menginginkan tempat tinggal yang tenang dan
jauh dari keramaian kota. Biasanya berisikan orang-orang yang memiliki jabatan
serta pendapatan yang sangat tinggi. Zona ini merupakan permukiman dengan
alamnya yang masih terbuka dan diselingi suasana perdesaan.

6
B. Teori Sektoral

Dikemukakan oleh Homer Hoyt pada tahun 1930, teori ini muncul sebagai
pertentangan dari teori konsentris sebelumnya, yang menyatakan bahwa struktur
keruangan kota tumbuh secara teratur, sedangkan teori sektoral menyatakan bahwa
struktur keruangan kota tumbuh secara tidak teratur. Pertumbuhan kota tidak hanya
dimulai dari bagian inti kota, tetapi dari wilayah sektoral-sektoral, yang kemudian
menyebar ke sekitarnya.
Munculnya ide mempertimbangkan variabel sektor pertama kali dikemukakan
oleh Yot (1939). Teori sektor membagi wilayah menjadi lima, yaitu sebagai berikut.
1. Daerah Pusat Kota atau CBD, terdiri atas pusat ekonomi, sosial, pemerintahan,
dan budaya.
2. Zone of wholesale light manufacturing terdiri atas industri kecil dan
perdagangan.
3. Zona permukiman kelas rendah merupakan tempat tinggal bagi pekerja industri
di kota dengan penghasilan rendah.
4. Zona permukiman kelas menengah merupakan daerah yang ditinggali oleh
penduduk dengan penghasilan tinggi.
5. Zona permukiman kelas tinggi, yaitu permukiman golongan atas

C. Teori Inti Ganda


Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, selanjutnya dua orang ilmuwan
geografi, bernama Edward Ullman dan C.D. Harris berpendapat bahwa sebuah kota,
jauh lebih kompleks dari penggambaran dua teori sebelumnya mengenai kota.
Gagasan utama dari teori inti ganda adalah inti atau pusat dari suatu kota tidak
hanya berada di pusat atau tengah kota tersebut, tetapi terdapat juga inti lain yang
terpisah. Inti-inti tersebut berkembang berdasarkan penggunaan lahannya yang
fungsional. Selain itu, segi kekuatan ekonomi juga menjadi dasar pertimbangan. Teori
ini yang kemudian disebut sebagai Teori Inti Ganda.
Teori inti ganda cukup berbeda dengan teori sebelumnya. Kompleksitas dari
teori ini mengelompokkan sembilan zona dari struktur keruangannya, antara lain:
7
a. Zona 1
Sebagai pusat kota dan kegiatan inti, seperti bisnis atau Central Business District
(CBD) yang termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan (civic center).
b. Zona 2
Merupakan daerah yang banyak terdapat kegiatan grosir dan manufaktur
ringan.
c. Zona 3
Sebagai permukiman kelas bawah. Zona ini dipilih karena pekerja kelas bawah
umumnya akan memilih tempat tinggal yang mendekati pusat kota untuk
meminimalisir biaya transportasi.
d. Zona 4
Permukiman kelas menengah. Daerah ini juga dekat dengan pusat kota, tetapi
tata letaknya tidak begitu menjamur seperti daerah permukiman di zona 3
e. Zona 5
Yakni permukiman kelas atas bagi orang-orang yang menginginkan tempat
tinggal yang tenang dan jauh dari keramaian kota.
f. Zona 6
Daerah manufaktur berat. Zona ini umumnya terletak jauh dari permukiman
atau pusat kota, agar tidak mengganggu kenyamanan akibat hasil polusi
industri.
g. Zona 7
Khusus bagi daerah pusat bisnis di luar kota. Umumnya terbentuk karena ada
orang-orang yang memiliki kepentingan bisnis, tetapi tidak ingin melakukannya
di pusat kota.
h. Zona 8
Yakni permukiman di pinggiran kota (suburban)
i. Zona 9
Yakni daerah penunjang kota, tetapi terletak di pinggiran kota untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat yang tinggal di wilayah pinggiran kota (suburban)

8
D. Teori Poros
Teori selanjutnya menjelaskan bagaimana jalur transportasi berperan utama
dalam memberikan pengaruh pada struktur ruang kota. Teori ini kemudian disebut
sebagai teori poros. Teori ini dikemukakan oleh Babcock pada tahun 1960.
Mengapa jalur transportasi berperan utama? Karena mobilitas fungsi dan
penduduk mempunyai intensitas yang sama dalam konfigurasi relief kota yang
seragam. Selain itu, daerah yang dilalui transportasi akan mengalami
perkembangan fisik yang lebih baik.

E. Teori Historis
Teori keruangan kota yang didasari atas nilai sejarah yang berkaitan dengan
perubahan tempat tinggal penduduk kota tersebut. Teori ini dicetuskan oleh
Alonso pada tahun 1964.
Perubahan tempat tinggal yang dimaksud, yakni masyarakat tertarik untuk
membangun permukiman di pinggiran wilayah CBD (Central Business District) atau
pusat kota karena wilayah CBD mengalami perubahan teknologi yang cepat di
bidang transportasi dan komunikasi. Hal ini kemudian menjanjikan kenaikan
standar hidup bagi penduduknya.

 Struktur Keruangan Kota


1. Pertumbuhan Kota Numerik
Pertumbuhan Kota Numerik menurut handout Geografi Prof. Enok
Maryani yakni mengelompokkan tingkat pertumbuhan kota berdasarkan jumlah
populasi yang tinggal di suatu kota. Teori ini ditulis dalam Handout Geografi Guru
Besar Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Enok Maryani.
Secara pembagian, berikut klasifikasi kota berdasarkan jumlah penduduk:
a. Town atau setara kecamatan, yang memiliki penduduk berjumlah 1.000-2.500
jiwa. Contoh dari town yakni kota-kota kecil di kepulauan.
b. Small city, yakni kota kecil yang memiliki penduduk berjumlah 2.500-25.000
jiwa. Contoh dari small city yakni Kab. Tana Tidung, di Prov. Kalimantan Utara
yang memiliki jumlah penduduk ±25.000 jiwa (2020).
c. Medium city yang merupakan kota sedang dengan penduduk berjumlah 25.000-
200.000 jiwa. Contohnya, yakni Kota Subulussalam di Prov. NAD yang memiliki
±82.000 jiwa (2020).
d. Large city atau kota besar yang bertumbuh seiring dengan bertambahnya
penduduk dan fasilitas. Kota ini memiliki populasi dalam rentang 100.000
hingga 800.000 jiwa. Contoh dari large city yakni Kota Banjarmasin di Prov.
Kalimantan Selatan dengan jumlah penduduk ±700.000 jiwa (2018).
e. Metropolis, merupakan kota besar yang terus berkembang hingga memiliki
populasi melebihi 800.000 jiwa, Contoh dari kota ini adalah Kota Malang di Jawa
Timur yang memiliki penduduk ±887.000 jiwa (2017).
f. Megalopolis kota ini tidak jauh berbeda dari kota metropolis, memiliki
penduduk kurang lebih 5.000.000 -10.000.000 jiwa, tetapi jumlahnya tidak
melebihi 10 juta jiwa penduduk. Kota ini tergolong maju dan sebagai pusat dari
kota-kota satelit lainnya. Kota ini tercermin pada Kota Surabaya dengan populasi
sebanyak ±2,87 juta jiwa (2020).
g. Ecumenopolis, kota terbesar dari skala jumlah penduduk. Kota ini bisa disebut
9
sebagai kota-kota terpadat di dunia dan memiliki jumlah penduduk di atas 10
juta jiwa. Contohnya, seperti Kota Beijing di Tiongkok dengan populasi ±21,5
juta jiwa (2018).

2. Pertumbuhan Fisik Dan Budaya


 Tahap Eopolis, tahapan pertumbuhan kota yang pertama ini, dicirikan dengan
terbentuknya benih kota, yakni perkampungan. Wilayah ini masih mencirikan
kehidupan perdesaan, tetapi sudah condong menjadi sebuah kota. Kegiatan
masyarakat masih terfokus pada sektor pertanian, pertambangan, perkebunan,
dan perikanan.
 Tahap Polis, pada tahapan ini, ciri utamanya yakni tumbuhnya pengaruh
industri yang belum begitu besar, dan masyarakatnya lebih cenderung untuk
membuka produksi kecil-kecilan (home industry).
 Tahap Metropolis, setelah tahapan polis mulai menampakkan pertumbuhan, lalu
masuk kedalam tahapan metropolis yang dapat dilihat berdasarkan struktur
ruang kota yang sudah berkembang dan cukup besar. Kota ini juga sudah
memiliki pengaruh bagi wilayah sekitarnya dan memunculkan kota satelit atau
kota-kota penyangga yang berada di sekitar kota metropolis.
 Tahap Megapolis, tak berbeda jauh dengan tahapan metropolis, pada megapolis,
dicirikan perilaku penduduknya rata-rata materialistis dan sistem
birokrasinya mulai rancu akibat jumlah penduduk yang terus meningkat untuk
memenuhi kebutuhan penduduknya yang kompleks.
 Tahap Tyranopolis, hal ini menjadi awal mula kemunduran sebuah kota,
ditandai dengan angka kriminalitas yang naik dan kondisi perdagangan yang
menurun.
 Tahap Necropolis, yang berarti tahap kehancuran. Kota dinilai hancur dan
ditinggalkan penduduknya akibat kekacauan. Beberapa faktor yang memicu
tahapan ini antara lain kelaparan, perang, bencana, atau sistem tata kota yang
buruk. Salah satu contoh kota ini adalah Kota Pripyat (Pryp’yat’) di Ukraina,
yang ditinggalkan penduduknya akibat bencana ledakan pembangkit listrik
tenaga nuklir di Chernobyl pada tahun 1986.

 Pertumbuhan Kota
Perkembangan kota adalah proses perubahan yang terjadi dari keadaan yang
satu ke keadaan yang lain dalam waktu yang berbeda pada suatu ruang yang sama.
Kota Ternate sebagai kota kepulauan dengan latar belakang kesultanan merupakan
hal spesefik yang menarik untuk diteliti. Penelitian ini kemudian diharapkan dapat
bermanfaat bagi pemerintah khususnya instansi terkait serta bagi peneliti
selanjutnya dalam melihat hal spesefik yang telah ditemukan. Penelitian ini
dilakukan dengan pendekatan teori perkembangan kota secara umum yang meliputi
faktor internal dan ekternal, guna mendapatkan hal yang berbeda sebagai kekhasan
tersendiri kota Ternate. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
deduktif rasionalistik yakni dengan mengkaji secara rasional dan obyektif terhadap
data yang didapat dalam tiga periode waktu .
BAB III
PENUTUP
10
A. Kesimpulan
Struktur ruang kawasan perkotaan dipengaruhi oleh fungsi kota tersebut. Pada
kota industri, struktur kota akan cenderung mengarah pada jenis kegiatan industri.
Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek, yaitu struktur ekonomi kota yang berkaitan
dengan pusat kegiatan ekonomi penduduk kota dan struktur intern kota yang
berhubungan dengan struktur bangunan dan demografis.Kota akan terus berkembang
seiring meningkatnya jumlah aktivitas dan penduduk, sementara lahan semakin terbatas.
Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi
peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.

B. Saran
Dengan adanya makalah tentang materi ini diharapkan pembaca mendapatkan
pengetahuan baru serta dapat digunakan untuk acuan pembelajaran yang bersifat positif.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ruangguru.com/blog/pola-keruangan-kota
https://repositori.kemdikbud.go.id/21737/1/XII_GEOGRAFI_KD-
3.2_FINAL.pdf
https://etd.repository.ugm.ac.id/home/detail_pencarian/
31269#:~:text=Perkembangan%20kota%20adalah%20proses%20perubahan,pada
%20suatu%20ruang%20yang%20sama.

12

Anda mungkin juga menyukai