Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ANALISA WILAYAH

Tentang

Bentuk Hirarki Dan Perencanaan Fasilitas Pelayanan

Dosen Pembimbing :
Rika Despica ,S.Pd, M.Si

Oleh :
Kelompok 4

Dewi Ayu Sari (19030028)

Devi Asri Purnama (19030029)

Nezia Dwitri Novisa (19030076)

PROGRAM STUDI

PENDIDIKAN GEOGRAFI 2019 A

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS PGRI SUMATERA BARAT

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan atau menyusun makalah ini yang
membahas tentang “Bentuk Hirarki Dan Perencanaan Fasilitas Pelayanan” Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
dosen pembina mata kuliah dan rekan-rekan yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta

dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa

Meridhoi segala usaha kita, Aamiin.

Padang, 10 Juni 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Menjelaskan Bentuk-Bentuk Hirarki Wilayah dan Pusat-pusat Pelayanan

B. Menganalisis Struktur Ruang Wilayah dan perencanaan fasilitas pelayanan

BAB III PENUTUP

a) Kesimpulan

b) Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Penentuan hirarki Wilayah dan fasilitas pelayanan di suatu Wilayah adalah cara yang
digunakan untuk pemerataan pembangunan sebagai kawasan stategis pengembangan
sehingga Bertujuan untuk mengidentifikasi hirarki perkotaan dan fasilitas pelayanan.
Pengembangan wilayah diarahkan sebagai solusi dari ketimpangan antar wilayah sebagai
akibat dari ketidakmerataan pembangunan. Melakukan pengoptimalan fasilitas pelayanan
merupakan salah satu upaya mengatasi ketidakmerataan pembangunan tersebut dengan
menentukan hirarki wilayahPusat pelayanan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki
fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik (pole of attraction). Pusat
pelayanan yaitu adanya pengelompokan sarana publik yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai upaya mensejahterakan wilayah yang menjadi pusat pelayanan.
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah ini adalah sebagai berikut:

Rumusan Masalah
1. Apa saja Bentuk-Bentuk Hirarki Wilayah dan Pusat-Pusat Pelayanan?
2. Bagaimana Analisis Struktur Ruang Wilayah dan Perencanaan Fasilitas Pelayanan?

Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Apa saja Bentuk-Bentuk Hirarki Wilayah dan Pusat-Pusat
Pelayanan
2. Untuk Mengetahui Analisis Struktur Ruang Wilayah dan Perencanaan Fasilitas
Pelayanan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Bentuk-Bentuk Hirarki Wilayah dan Pusat-Pusat Pelayanan


Teori tempat sentral atau biasa disebut Hirarki yaitu sebuah teori dikemukakan oleh
seorang ahli geografi dan ekonomi asal Jerman, Walter Christaller, pada tahun 1933. Teori ini
berusaha untuk menggambarkan suatu keadaan dimana sebuah daerah dapat menjadi sebuah
"pusat" atau "sentral" yang berhubungan serta memberikan dampak bagi pemukiman atau kota-
kota disekitarnya, sehingga, daerah "pusat" atau "sentral" tersebut menjadi pusat kegiatan
menyediakan berbagai macam barang atau jasa bagi pemukiman atau kota-kota disekitarnya.
Selain itu, teori ini juga menjelaskan fungsi dari berbagai tempat di sekitar pemukiman,
misalnya desa dan kota. Teori ini berorientasi pada lokasi suatu daerah, dengan berberapa
kondisi tertentu.
Hierarki perkotaan sangat terkait dengan hierarki sarana kepentingan umum yang ada di
masing-masing kota. Hierarki perkotaan dapat membantu untuk menentukan sarana apa yang
harus ada atau perlu dibangun di masing-masing kota. Sarana perkotaan bukan hanya
menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Tujuan pengaturan
adalah agar terdapat efisiensi biaya pembangunan dan perawatan sarana tidak berlebihan namun
masyarakat pun dapat terlayani tanpa mengorbankan biaya yang berlebihan untuk mendatangi
sarana yang letaknya jauh. Kota-kota yang tersebar di dataran sebagaimana yang diasumsikan
oleh Christaller (1933) dalam Daldjoeni (1992), kota-kota tersebut menyajikan berbagai barang
dan jasa untuk wilayah di sekelilingnya dengan membentuk suatu hierarki. Untuk melayani
permintaan tempat-tempat kecil yang tersebar luas, disediakan barang dan jasa tingkat rendah.
Kota-kota yang melayani barang dan jasa tingkat rendah dan tinggi sekaligus, jumlahnya pasti
lebih sedikit. Makin tinggi tingkat barang dan jasa, maka makin besar rangenya dari penduduk
di tempat kecil; di kota-kota besar terdapatlah pasar yang besar (Daldjoeni, 1992:106).Makin
besar suatu kota, makin beragam sarana yang disediakan sehingga semakin luas wilayah
pengaruhnya. Suatu kota yang besar selain memiliki daerah belakang yang berupa daerah
pertanian juga beberapa kota kecil. Apabila kota kecil banyak tergantung dari kota besar maka
kota kecil termasuk dalam daerah pengaruh dari kota yang lebih besar. Biasanya kota yang
paling besar wilayah pengaruhnya, diberikan rangking satu atau orde kesatu, yang lebih kecil
berikutnya diberi rangking dua, dan seterusnya. Kota orde kesatu tidak merupakan subordinat
kota lain. Kota orde dua berada dalam subordinat kota rangking kesatu dan kota orde ketiga
berada dalam subordinat kota orde kedua dan seterusnya (Robinson, 2005). Hirarki pelayanan
menurut Rondinelli dan Ruddle, di negara sedang berkembang dapat dibagi menjadi empat
tingkatan pelayanan, yaitu (Rondinelli dan Ruddle, 1978)
a) Pusat Desa (Village Service Center)
Merupakan pemukiman dengan berbagai kriteria, yaitu: Pertama, menyediakan berbagai
sarana dan pelayanan dasar yang dapat meningkatkan kualitas hidup penduduk di sekitar
wilayah perdesaan. Kedua, memiliki sarana yang diperlukan untuk memacu kegiatan non-
pertanian yaitu aktifitas industri skala kecil (industri rumah tangga) dan meningkatkan
produktivitas pertanian. Ketiga, merupakan pusat yang menyediakan pelayanan dasar dan
berbagai kebutuhan rumah tangga dan kegiatan pertanian bagi desa-desa terpencil dan wilayah
pertanian yang terisolasi. Keempat, memiliki organisasi kemasyarakatan yang dapat
meningkatkan partisipasi penduduk dalam melaksanakan pembangunan. Kelima, terletak pada
titik simpul (fisik, ekonomi dan sosial) yang menghubungkan wilayah perdesaan dengan kota
kecil dan pusat wilayah.
b) Kota Kecil/Kota Pasar (Market Town: Small City)
Fungsi utama kota ini adalah untuk kegiatan pemasaran terutama produk pertanian perdesaan
dan berperan dalam menghubungkan kehidupan perkotaan dan perdesaan. Hal ini dapat
terlaksana dengan adanya berbagai sarana dan kelembagaan untuk koleksi dan distribusi
barang dan jasa ke kota yang lebih besar.
c) Kota Menengah Pusat Wilayah Regional (Regional Centre)
Pusat wilayah ini berperan penting dalam proses transformasi dan pengembangan ekonomi
wilayah serta struktur ruang. Karena secara sosial dan ekonomi kehidupan di kota menengah
sangat beragam maka terjadi interaksi antara pola hidup modern (perkotaan) dengan pola
hidup tradisional (perdesaan). Kota ini juga berperan dalam menyerap penduduk migran dari
desa serta menciptakan suatu mekanisme sehingga penduduk-penduduk daridesa dapat
menyesuaikan diri dengan struktur ekonomi kota. Kota ini dilihat dari karakteristik fisiknya,
merupakan gabungan antara wilayah yang memiliki karakter desa dengan wilayah yang
berkarakter kota.
d) Kota Utama (Primary City)
Kota ini berperan sebagai pusat utama dan merupakan tingkat pelayanan paling tinggi dalam
melayani seluruh kegiatan dan memiliki kedudukan yang sangat dominan. Adapun kegiatan
yang terdapat di kota utama adalah komersial, jasa, administrasi pemerintahan, pendidikan,
industri dan perdagangan, dengan pertumbuhan ekonomi yang mengalami transformasi
menuju ke kegiatan tersier.
Metode yang digunakan dalam analisis hierarki pusat pelayanan adalah metode
Skalogram Guttman dan metode Indeks Sentralitas Marshall.
A. Metode Skalogram Guttman
Metode Skalogram Guttman digunakan untuk menentukan tempat-tempat yang dapat
dijadikan tempat pusat serta menentukan wilayah yang terkena pengaruhnya (Rondinelli,
1985). Fungsi Skalogram Guttman adalah untuk mengidentifikasi hierarki pusat-pusat
permukiman dengan melihat kelengkapan jenis sarana secara fungsi maupun aktivitas yang
terdapat di setiap kecamatan. Secara teknis, perhitungan Skalogram Guttman dengan
menggunakan tabel yang terdiri dari dua variabel yaitu wilayah dan jenis sarana yang tersedia
di masing-masing wilayah tersebut. Prosedur penggunaan metode Skalogram Guttman adalah
sebagai berikut:
 Identifikasi semua kawasan perkotaan yang ada
 Buat urutan wilayah berdasarkan jumlah penduduk pada bagian sebelah kiri tabel
kerja
 Membuat urutan sarana yang ditentukan berdasarkan frekuensi yang ditentukan pada
bagian atas tabel kerja
 Membuat matriks yang berisi kelengkapan dari tiap jenis-jenis sarana pada masing-
masing wilayah
 Memberi tanda (1) pada sel yang menyatakan keberadaan suatu sarana dan tanda (0)
pada sel yang menyatakan ketiadaan suatu sarana
 Menyusun ulang baris dan kolom berdasarkan jumlah keberadaan sarana. Semakin
banyak sarana yang didapati pada suatu wilayah, maka wilayah tersebut berada pada
tingkat paling atas. Begitupun jenis sarana dengan jumlah paling lengkap berada pada
posisi paling kiri.
 Mengidentikfikasi hierarki wilayah yang dapat diinterpretasikan berdasarkan
prosentase keberadaan sarana pada suatu wilayah. Semakin tinggi prosentasenya,
maka hierarki wilayah tersebut semakin tinggi.
Dalam Konteks spasial,scalogram diperoleh dengan cara membuat suatu tabel yang
mengurutkan keberadaan fasilitas suatu wilayah yang diidentifikasikan sebagai pusat
pelayanan. Beberapa jenis fasilitas yang biasanya digunakan di dalam analisis scalogram
antara lain:
 Fasilitas Publik: Kantor pos,pos satpam ,stasiun TV dan lain-lain.
 Pelayanan transportasi: bus,taksi,kereta api dll
 Fasilitas Kesehatan: rumah sakit,klinik,optic dll
 Fasilitas rekreasi : Bioskop,bar karaoke dll
 Organisasi/Komunitas masyarakat : koprasi kemasyarakatan .
 Fasilitas Pendidikan : TK,SD,SMP,SMA ,Akademi/universitas.
 Fasilitas pelayanan pribadi : salon,hotel, café
Hasil perhitungan skalogram perlu diuji kelayakannya dengan menggunakan persamaan
Coefisien of Reproducibility (COR). Apabila hasil perhitungan COR bernilai 0,9-1 maka hasil
perhitungan skalogram dapat diterima dan dapat digunakan untuk tahap analisis selanjutnya.
Rumus dari Coefisien of Reproducibility (COR) adalah sebagai berikut:

𝐶𝑂𝑅 = 1 - 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛


𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑊𝑖𝑙𝑎𝑦𝑎ℎ 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐹𝑎𝑠𝑖𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠

B. Metode Indeks Sentralitas Marshall (Weighted centrality Indeks WCI)


Metode Indeks Sentralitas Marshall digunakan untuk melihat kemampuan pelayanan suatu
pusat yang ditinjau berdasarkan jumlah unit sarana yang terdapat pada pusat pelayanan. Nilai
keterpusatan dapat diperoleh dari jumlah total bobot masing-masing jenis sarana dikalikan
jumlah sarana tersebut. Prinsip pembobotan suatu sarana dilakukan dengan cara membagi nilai
sentralitas gabungan (100) dengan jumlah sarana yang terdapat di seluruh pusat pelayanann
jadi semakin banyak jumlah suatu sarana maka bobotnya akan semakin kecil demikina pula
sebaliknya. Metode Indeks Sentralitas Marshall juga digunakan dengan tujuan menilai
kemampuan dan hierarki pusat pelayanan, seperti halnya analisis Skalogram Guttman. Setelah
disusun matriks seperti pada tebal skalogram, kemudian dihitung nilai skornya dengan
menjumlahkan nilai indeks sentralitas dari tiap sarana yang dimiliki. Sehingga muncul pusat-
pusat pelayanan yang dikelompokan berdasarkan nilai sentralitasnya. Secara teknis
lengkapnya,
berikut langkah-langkah perhitungan Indeks Sentralitas Marshall:
 Membuat matriks seperti matriks pada perhitungan scalogram
 Menjumlahkan tiap kolom dan baris
 Membobotkan terhadap seluruh jenis sarana yang merupakan nilai sentralitas
gabungan. Dalam pembobotan ini diasumsikan bahwa nilai sentralitas setiap jenis
sarana dianggap sama, maka asumsi nilainya adalah 100.
 Pembobotan terhadap jumlah dari tiap jenis sarana.
Pembobotan ini dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
𝐶=𝑡
𝑇

Keterangan:
C = Bobot dari atribut fungsional suatu sarana
t = Nilai sentralitas gabungan (100)
T = Jumlah total dari tiap jenis sarana
Berdasarkan rumus pembobotan tersebut dapat dihitung nilai pelayanan sarana suatu wilayah
sebagai berikut:
a. Mengalikan bobot atau jenis sarana dengan satuan yang bersangkutan di setiap wilayah.
b. Menjumlahkan perkalian tersebut dengan bentuk tiap wilayah.
c. Menambahkan pada matriks tersebut sebanyak 2 kolom di tiap jenis sarana dan 1 kolom
pada sisi paling kanan, dimana:
 Kolom 1 untuk nilai sentralitas gabungan (100)
 Kolom 2 untuk nilai sentralitas sarana (C=t/T)
 Kolom 3 untuk nilai total sentralitas di tiap wilayah
d. Menyusun urutan wilayah berdasarkan nilai total sentralitas. Semakin besar nilai total
sentralitas, maka semakin tinggi pula tingkat hierarki serta berada pada paling atas. Untuk
menentukan banyaknya kelas dalam menentukan jumlah hierarki yang dikehendaki dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 = 1 + 3,3 𝐿𝑜𝑔
Untuk memperoleh kelas dengan panjang interval tertentu, maka perlu menghitung banyaknya
kelas terlebih dahulu kemudian dihitung intervalnya dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐼𝑆 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖−𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐼𝑆 𝑇𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ
𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠

C. Klasifikasi Kawasan Perkotaan dan Perdesaan


Kawasan Perkotaan di definisikan sebagai status suatu wilayah administrasi setingkat
desa/kelurahan yang memenuhi kriteria klasifikasi wilayah perkotaan. Kriteria tersebut
mencakup kepadatan penduduk,presentase rumah tangga pertanian,dan keterbatasan akses
pada fasilitas perkotaan yang di miliki suatu desa/lurah . Fasilitas Perkotaan dan perdesaan
sebagaimana dimaksud tersebut adalah:
1. Sekolah taman kanak-kanak (TK)
2. SMP
3. SMA
4. Pasar
5. Pertokoan
6. Bioskop
7. Rumah Sakit
8. Hotel/Bilyar/Diskotik
Sesuai dengan kriteria tersebut masing-masing kriteria diberikan nilai/skor. Selanjutnya,
nilai/skor tersebut dijumlahkan dan di lihat hasilnya,apakah wilayah tersebut merupakan
Kawasan perkotaan atau perdesaan. Wilayah administrasi tersebut dianggap sebagai
Kawasan perkotaan apabila mempunyai total nilai skor 10 ( sepuluh ) atau lebih dari seluruh
kriteria tersebut. Sebaliknya , jika mempunyai nilai kurang dari 10 maka wilayah tersebut di
tetapkan sebagai Kawasan perdesaan.

Kriteria Penentuan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan

Keberadaan/akses pada fasilitas


Kriteria
perkotaan

Kepadatan Nilai/skor Persentase Nilai/ Fasilitas perkotaan Kriteria Nilai/


penduduk rumah skor skor
(jiwa/km2) tangga
pertanian
< 500 1 >70 1 TK • ada atau 1
500-1249 2 50-69,99 2 SMP ≤ 2,5
km 0
1250-2499 3 30-49,99 3 SMU
• >2,5 km
2500-3999 4 20-29,99 4 Pasar • ada atau 1
4000-5999 5 15-19,99 5 Pertokoan ≤ 2 km
• >2 km 0
6000-7499 6 10-14,99 6 Bioskop • ada atau 1
7500-8499 7 5-9,99 7 Rumah sakit ≤ 5 km
• >5 km 0
>8500 8 <5 8 Hotel/Bilyar/Disk • ada 1
otek/Panti • tidak 0
Pijat/Salon ada
Persentase • ≥8 1
Rumah tangga • <8 0
telepon
Persentase • ≥ 90 1
Rumah tangga • < 90 0
listrik

2. Menganalisis Struktur Ruang Wilayah dan perencanaan fasilitas pelayanan


Tata ruang wilayah adalah wujud susunan dari suatu tempat kedudukan yang berdimensi
luas dan isi dengan memperhatikan struktur dan pola dari tempat tersebut berdasarkan
sumber daya alam dan buatan yang tersedia serta aspek administratif dan aspek fungsional
untuk mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan demi kepentingan generasi sekarang
dan yang akan datang. Menurut UU No. 26 Tahun 2007, untuk mewujudkan pembangunan
yang berkelanjutan, maka diperlukan upaya penataan ruang. Penataan ruang menyangkut
seluruh aspek kehidupan sehingga masyarakat perlu mendapat akses dalam proses
perencanaan tersebut. Penataan ruang adalah suatu sistemproses perencanaan tata ruang,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Kegiatan penataan ruang
dimaksudkan untuk mengatur ruang dan membuat suatu tempat menjadi bernilai dan
mempunyai ciri khas dengan memperhatikan kondisi fisik wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang rentan terhadap bencana. Potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia, dan sumber daya buatan kondisi ekonomi, sosial budaya, politik, hukum,
pertahanan keamanan, lingkungan hidup, serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai satu
kesatuan, geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.
RENCANA TATA RUANG DAN WILAYAH: MEMAHAMI RENCANA UMUM TATA
RUANG
Untuk memahami Rencana Tata Ruang dan Wilayah, perlu diketahui aspek-aspek penataan
ruang. Aspek-aspek yang mempengaruhi dalam penataan ruang meliputi, aspek teknis,
ekonomi, sosial, budaya, hukum, kelembagaan dan lingkungan. Kegiatan ekonomi suatu
wilayah yang sangat pesat akan mempengaruhi tingkat kerusakan lingkungan. Para produsen
umumnya mengeksploitasi alam terutama lahan dan air dalam mengembangkan usahanya.
Dalam menanggulangi masalah tersebut, para pelaku ekonomi diharapkan mampu membuat
produk yang lebih ramah lingkungan dan dalam mengembangkan usahanya
harusmemperhatikan tata guna lahan wilayah setempat.
Selain itu pihak pemerintah juga ikut berperan mengenai masalah lingkungan. Pemerintah
bertanggungjawab dalam pembuatan peraturan, penetapan batas administrasi, penetapan
standar dan pedoman teknis, penetapan zoning, penetapan pajak.
 Teknis atau Rekayasa
Aspek teknis atau rekayasa menjelaskan proses mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan
terutama yang berhubungan dengan konstruksi suatu infrastruktur. Evaluasi manusia dan
interaksi lingkungan untuk melindungi dan dapat meningkatkan kesehatan lingkungan dan
kualitas lingkungan membutuhkan pengetahuan tentang bagaimana sistem alam bekerja dan
bagaimana mendesain sistem dan teknologi dapat mengurangi dampak-dampak yang
merugikan dari interaksi dan meningkatkan kualitas lingkungan.
 Ekonomi
Dari segi ekonomi penataan ruang tidak hanya dipengaruhi oleh biaya tetapi juga kegiatan
ekonomi dan potensi baik sumber daya alam maupun buatan pada wilayah tersebut. Dari
segi ekonomi misalnya penetapan kawasan industri, perdagangan, pertanian, daerah
pariwisata, permukiman, penetapan pasar dan pusat-pusat kegiatan ekonomi lainnya.
Penataan ruang umumnya berkembang dari terbentuknya wilayah pasar secara spasial
berlandaskan kaidah permintaan (ekonomi) hasil dari aktivitas suatu monopoli.
 Sosial dan Budaya
Aspek ini meliputi karakteristik sosial penduduk, karakteristik budaya (adat) masyarakat,
kehidupan sosial masyarakat, jumlah penduduk, kepadatan penduduk dan penyebaranya
sehingga dalam pelaksanaannya tidak bertentangan, dengan kehidupan sosial dan budaya
penduduk sosial. Analisis sosial diperlukan diantaranya untuk mengetahui dampak sosial
yang akan muncul akibat adanya pembangunan.
 Hukum dan Kelembagaan
Aspek hukum memberikan justifikasi dari suatu proses pembangunan. Dengan kata lain
produk pembangunan akan berdampak pada produk hukum yang ada serta dimungkinkan
dilakukan perubahan -perubahannya. Persoalan hukum menjadi sangat penting ketika terjadi
konflik, baik konflik kepentingan, konflik antar pengguna dll. Sedangkan aspek
kelembagaan memberikan peran yang besar pada penataan ruang.
 Lingkungan
1. Meminimalisasi dampak dari pembangunan dan kegiatan-kegiatan pada perubahan
ekologi.
2. Meminimalisasi risiko akibat adanya perubahan-perubahan terhadap bumi, seperti
kerusakan lapisan ozon, pemanasan global yang disebabkan emisi karbon dioksida,
perubahan iklim lokal yang disebabkan banjir, kekeringan, penebangan liar.
3. Meminimalisasi polusi udara, air dan tanah.
4. Adanya jaminan dan pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
Beberapa contoh yang dikaji dari Rencana Tata Ruang.
• Melakukan Penyusunan Materi Teknis RTRW
• Melakukan Kajian Lingkungan Hidup Strategis RTRW, sebagai salah satu contohnya
• Melakukan Penyusunan Peraturan Rencana Tata Ruang dan Wilayah
Dari materi teknis dan kajian lain, disusunlah peraturan RTRW untuk suatu kota, misalkan
adalah daerah Tangerang.
Beberapa contoh lampiran kajian dari dikeluarkannya peraturan Rencana Tata Ruang tiap
daerah (dalam hal ini kota misalkan)
• Peta Rencana Struktur Kota
• Peta Sistem Jaringan Transportasi
• Jaringan Jalan
• Peta Jaringan Energi dan Kelistrikan
• Peta Jaringan Sumber Daya Air
• Peta Pengembangan Pelayanan Jaringan Air Minum
• Peta Sistem Pengolahan Air Likbah
• Peta Sistem Persampahan
• Peta Jaringan Drainase
• Peta Pengembangan Jaur Sepeda
• Peta Jaur Evakuasi Bencana
• Peta Pola Ruang
• Peta Kawasan Strategi Kota
• Indikasi Program
• Ketentuan Umum Peraturan zonasi

RENCANA TATA RUANG DAN WILAYAH: MEMAHAMI RENCANA DETAIL TATA


RUANG
Dalam UU Nomor 26 tahun 2007 dijelaskan mengenai Rencana Umum Tata Ruang dan
Rencana Detail Tata Ruang. Untuk Rencana Umum Tata Ruang, bergantung dari skalanya
1. Strategis Nasional
2. Strategis Provinsi
3. Strategis Kota atau Kabupaten
Rencana Detail Tata Ruang adalah aspek yang lebih detail dari Rencana Umum Tata Ruang.
Rencana Detail Tata Ruang sudah mengkaji secara lebih spesifik melalui sistem zonasi dan
peruntukan detailnya

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hirarki menggambarkan suatu keadaan dimana sebuah daerah dapat menjadi sebuah
"pusat" atau "sentral" yang berhubungan serta memberikan dampak bagi pemukiman atau kota-
kota disekitarnya, sehingga, daerah "pusat" atau "sentral" tersebut menjadi pusat kegiatan
menyediakan berbagai macam barang atau jasa bagi pemukiman atau kota-kota disekitarnya.
Selain itu, teori ini juga menjelaskan fungsi dari berbagai tempat di sekitar pemukiman,
misalnya desa dan kota. Teori ini berorientasi pada lokasi suatu daerah, dengan berberapa
kondisi tertentu. Hierarki perkotaan sangat terkait dengan hierarki sarana kepentingan umum
yang ada di masing-masing kota. Hierarki perkotaan dapat membantu untuk menentukan sarana
apa yang harus ada atau perlu dibangun di masing-masing kota. Sarana perkotaan bukan hanya
menyangkut jenisnya, tetapi juga kapasitas pelayanan dan kualitasnya. Tujuan pengaturan
adalah agar terdapat efisiensi biaya pembangunan dan perawatan sarana tidak berlebihan namun
masyarakat pun dapat terlayani tanpa mengorbankan biaya yang berlebihan untuk mendatangi
sarana yang letaknya jauh.

Saran
Penulis Menyadari Dalam Pembuatan Makalah Yang Berjudul “ Bentuk Hirarki

DanPerencanaan Fasilitas Pelayanan” Masih jauh Dari Kesempurnaan . Oleh Karena Itu
Kritik Dan Saran Yang Bersifat Membangun sangat Di perlukan Agar Penulis Dapat Lebih Baik
Lagi Ke depannya.
DAFTAR PUSTAKA
https://jkpjournal.com/index.php/menu/article/view/14
analisis-struktur-ruang-dan-hierarki-pusat-pelayanan-wilayah_compress.
Siska, Dewi. 2019. “Hirarki Wilayah Berdasarkan Fasilitas Pelayanan Di Kabupaten
Banjar”. Jurnal Kebijakan Pembangunan 14 (2), 125 -31.
https://jkpjournal.com/index.php/menu/article/view/14.
https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/647666/mod_resource/content/
1/20211025%20SISTEM%20PERKOTAAN%20DAN%20KEWILAYAHAN%20-%20Bu
%20Istijabatul.pdf
http://eprints.undip.ac.id/67712/6/BAB_II_LITERATUR.pdf
Ayu, S. T., & Prasetya, S. P. (2016). Analisis Lokasi Pusat Pertumbuhan Satuan Wilayah
Pengembangan (SWP) Jawa Timur Bagian Barat (Karesidenan Madiun). Jurnal Pendidikan
Geografi, 389-407.
Hardati, P., (2016). Hierarki Pusat Pelayanan di Kecamatan Ungaran Barat dan Ungaran
Timur Kabupaten Semarang. Jurnal Teknik Geografi Universitas Negeri Semarang.
Mirsa, R. (2012). Elemen Tata Ruang dan Kota. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Pati Tahun 2010-2030

Anda mungkin juga menyukai