Anda di halaman 1dari 10

Makalah

Morfologi Pulau Maluku Utara Dan Selatan

Oleh

Nama kelompok

1. RIKA NOFITRI WULANDARI : 19030014

2. SILVIACLORI : 19030018

3. SARAH SALSABILA : 19030022

4. MUHAMMAD ARRAYYAN FIQRI : 19030017

Dosen pembimbing:

Rika Despica. S.Pd, M.Si


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI

SUMATERA BARAT

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan hidayahnya kami dapat menyusun sebuah makalah yang membahas tentang
“Morfologi Pulau Maluku Selatan dan Utara” meskipun bentuknya sangat jauh dari
kesempurnaan, selanjutnya salawat dan salam kami kirimkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW sebagaimana beliau telah mengangkat derajat manusia dari alam kegelapan menuju
alam yang terang benderang.
Dalam penulisan makalah, kami memberikan sejumlah materi yang terkait dengan
materi yang disusun secara langkah demi langkah, agar mudah dan cepat dipahami oleh
pembaca.Dan kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang
membimbing mata Geomorfologi Indonesia atas bimbingannya pada semester ini meskipun
baru memasuki awal perkuliahan.Kami juga mengharapkan agar makalah ini dapat dijadikan
pedoman apabila, pembaca melakukan hal yang berkaitan dengan makalah ini, karena apalah
gunanya kami membuat makalah ini apabila tidak dimanfaatkan dengan baik.
Sebagai manusia biasa tentu kami tidak dapat langsung menyempurnakan makalah ini
dengan baik, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari dosen pembimbing mau pun pembaca.

Padang,21 Desember 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………...………………………….. 2
DAFTAR ISI…………………………………………..……………………………. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………...…………4
B. Rumusan Masalah…………………………………………….............. 4
C. Tujuan…………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Geomorfologi Pulau Maluku…………………….……………………….5
B. Morfologi Maluku Utara…………………….………………………7
C. Batas Pemisah Antara Maluku Utara dan Selatan....................................................8
D. Morfologi Maluku Selatan...................................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………….9
B. Saran………………………………………………….…………...9
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kepulauan Indonesia sangat dipengaruhi Tektonik Global yaitu merupakan interaksi


antara 3 blok kerak bumi yaitu : (a) Lempeng India-Australia, (b) Lempeng Pasifik dan (c)
Lempeng Eurasia. tiga Lempeng tersebut di atas merupakan sebagai mobil
penggerak, sehingga mengalami pertemuan antar lempeng yang sering menimbulkan
terjadinya penunjaman. Akibat penunjaman tersebut menyebabkan adanya salah satu
lempeng mengalami pengangkatan, dengan adanya pengangkatan itulah
menyebabkan munculnya pulau-pulau yang membentuk Kepulauan Indonesia. Batas dari
lempeng tersebut adalah suatu jalur palung dan sesar stike-slip fault di sebelah barat
Sumatera, Selatan Jawa, Utara Papua dan Timur Filipina. Sesar Sumatera, Sulawesi Filipina
yang memberikan pengaruh ke arah selatan, tenggara dari lempeng Eurasia, sedangkan jalur
paling Sumatera dan Jawa memberikan pengaruh gerakan ke utara dari lempeng India dan
Australia. Secara geografis maluku terletak pada 5º sampai 6,5º Lintang Selatan dan 131º
sampai 133,5º Bujur Timur.

Kepulauan Maluku terdiri dari kelompok rangkaian pulau-pulau yang batas-batasnya sebagai
berikut :

• Sebelah Utara : Kepulauan Filipina


• Sebelah Timur : Papua
• Sebelah Tenggara : Benua Australia
• Sebelah Baratdaya : Pulau Sunda Kecil
• Sebelah Barat : Sulawesi

Pulau-pulau yang besar adalah Halmahera, Ternate, Tidore, Obi, Sula, Seram, Buru,
Ambon, Banda, Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru. Daerah ini merupakan daerah yang
berelief beraneka ragam dengan basin-basin atau punggungan- punggungan, saat ini
pembentukan pegunungan masih aktif. Malukun Utara sebagian besar di hubungkandengan
rangkaian pulua-pulau Asia Timur sdan sebagian dengan sistem Melanesia. Maluku Selatan
(Busur Banda) merupakan suatu bagian dari sistem Pegunungan Sunda. Batas pemisah
antara Maluku Utara dengan Maluku Selatan adalah sebuah punggungan yang arah timur-
barat yang membujur dari Lengan Timur Sulawesi ke Kepala Burung Irian (Papua) yaitu
dereran kepulauan Banngai, Pulau-pulau Sula, Gamumu dan Pulau Misool

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Geomorfologi Pulau Maluku?


2. Bagaimana Pulau Maluku Utara?
3. Apa Saja yang Menjadi Batas Pemisah Antara Maluku Utara dan Selatan?
4. Bagaimana Pulau Maluku Selatan?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Kondisi Geomorfologi Pulau Maluku


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pulau Maluku Utara
3. Untuk Mengetahui Batas Pemisah Antara Maluku Utara dan Selatan
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Pulau Maluku Selatan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. GEOMORFOLOGI MALUKU

1. Letak Wilayah
Luas wilayah Provinsi Maluku adalah 712.479, 69 km2, dengan luas daratan 54.185
km2 (7,61%) dan luas lautannya 658.294,69 km2 (92,39%). Maluku memiliki gunung
tertinggi adalah Gunung Binaya, 3055 m di Pulau Seram, Kabupaten Maluku Tengah, lalu G.
Kapalatmada (2429 m) dan 113 sungai diantaranya 86 sungai besar (berair sepanjang tahun)
serta 11 danau.
Luas total wilayah Provinsi Maluku Utara mencapai 140.255,32 km2. Sebagian besar
merupakan wilayah perairan laut, yaitus eluas 106.977,32 km2 (76,27%). Sisanya seluas
33.278 km2 (23,73%) adalah daratan.

2. Topografi Wilayah dan Fisiografi


Secara topografis, luas daratan Maluku adalah 85.728 km2 memiliki bentuklahan
dataran seluas 1.251.630 Ha (14,6%), berombak seluas 2.417.530 Ha (28,2%) serta bukit dan
pegunungan seluas 4.903.640 Ha (57,2%). Maluku terdiri dari dua wilayah fisiografi, yang
pertama adalah lingkaran (busur) “dalam” Kepulauan Maluku dari Wetar, P. Roma, Kep.
Damar (P. Damar, P. Teun, P. Nila, P. Serui) sampai Kepulauan Banda; kemudian di Maluku
Utara, Pulau Tidore, Pulau Ternate, sampai dengan bagian utara dari Pulau Halmahera, yang
sifatnya vulkanik.
Wilayah lainnya yang terdiri dari pulau-pulau yang lebih besar membentuk busur dari
Kepulauan Leti, Kepulauan Babar, Kepulauan Tanimbar, Kepulauan Kai, Kepulauan Aru,
Kepulauan Watubela, Kepulauan Gorong, Seram, Buru, Kepulauan Sula, Kepulauan Obi,
Bacan, Halmahera Selatan Dan PulauMorotai, yang sifatnya non vulkanik.
Bentuk wilayah Kabupaten Buru dikelompokkan berdasarkan pendekatan fisiografi
(makro relief), yaitu dataran, pantai, perbukitan dan pegunungan termasuk didalamnya
dataran tinggi (plateau / pedmont) dengan kelerengan yang bervariasi. Kabupaten Buru
didominasi oleh kawasan pegunungan dengan elevasi rendah berlereng agak curam dengan
kemiringan lereng > 40% yang meliputi luas 15,43% dari keseluruhan luas daerah ini. Jenis
kelerengan lain yang mendominasi kawasan ini adalah elevasi rendah berlereng
bergelombang dan agak curam serta elevasi sedang berlereng bergelombang dan agak curam
dengan penyebaran lereng di bagian Utara dan Barat rata-rata berlereng curam terutama di
sekitar Gunung Kepala Madan. Sedangkan di Bagian Timur terutama di sekitar Sungai
Waeapo merupakan daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai agak curam.

5
Kabupaten Buru merupakan salah satu kawasan di luar busur banda (jalur gunung
api) dengan formasi geologi bervariasi antara batuan sedimen dan metamorfik. Dalam peta
sketsa Pulau Buru dan Seram, diuraikan bahwa secara umum ditemukan 3 (tiga) material
utama penyusun Pulau Buru. Tiga formasi dimaksud berada pada bagian Selatan, Utara dan
formasi disposisi di bagian Timur Laut, yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :
a) Batuan sedimen di bagian selatan yang kebanyakan dijumpai pada tempat-tempat dengan
permukaan air yang dangkal.
b) Batuan metamorfik yang mirip dengan tipe batuan benua yang meliputi filit, batu sabak,
sekis, arkose serta greywacke meta yang dominan berada pada bagian Utara Pulau Buru.
c) Endapan batuan sedimen berumur neogen bagian atas ditemukan pada bagian Timur Laut
sekitar kawasan Waeapu tersusun dari endapan aluvium dan kolovium berupa bongkahan,
kerikil, lanau, konglomerat, lumpur dan gambur. Sedangkan di sepanjang pantai Utara
terdapat jalur endapan pantai dan aluvio-kolovium yang diselingi dengan terumbu karang
angkatan (uplifted coral reef)
3. Geomorfologi dan Hidrogeologi
a. Kondisi geomorfologi
Pulau Buru dan pulau-pulau kecil lainnya yang termasuk kedalam Kabupaten Buru
dikontrol oleh geologi regional Provinsi Maluku, dimana wilayah ini merupakan ujung barat
busur kepulauan non magmatik dari lingkaran sirkam pasifik. Oleh karena itu, Kepulauan
Buru dapat dikelompokan kedalam beberapa satuan geomorfologi, sebagai berikut :
a. Satuan geomorfologi perbukitan / pegunungan lipatan patahan yang menempati wilayah
bagian tengah Kabupaten Buru;
b. Satuan geomorfologi pegunungan homoklin yang meliputi wilayah Bagian Utara dan
Selatan Kepulauan Buru;
c. Satuan geomorfologi lembah dan bataran sungai yang mengikuti lembah sungai-sungai
besar juga menjadi wilayah permukiman
b. Kondisi hidrogeologi
Pulau Buru dan pulau-pulau kecil lainnya yang termasuk dalam Kabupaten Buru
adalah sebagai berikut :

a) Pola Aliran Sungai


Sebagaimana telah dijelaskan didepan, sungai sebagai unsur geografi yang ada di
Kabupaten Buru (28 sungai) mempunyai pola aliran ; dendritik (menurun),
paralell, trellis, rektanguler dan radier mengalir menuju pantai kontrol oleh
struktur geologi (patahan, ekahan dan sistem perlipatan batuan) yang terdapat di
wilayah ini. Tingkat kerapatan sungai sangat intensif, dimana hampir seluruh
wilayah Kabupaten Buru tertutup oleh pola aliran sungai baik yang bersifat
permanen maupun intermittent.
Berdasarkan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), maka kondisi pola aliran
sungai dapat dibagi kedalam 4 (empat) arah aliran sungai, yaitu
1. DAS Air Buaya yang mengalir kearah utara dengan tingkat kecepatan sedang;
2. DAS Namlea yang mengalir kearah timur dengan tingkat kecepatan tinggi –
sangat tinggi;
3. DAS Leksula yang mengalir kearah selatan dengan tingkat kecepatan sedang –
tinggi;
4. DAS Labuan Leko yang mengalir kearah barat dengan tingkat kecepatan rendah
– sedang.

b) Zona Air Tanah


Dari kondisi tersebut di atas dan didukung oleh kontrol batuan dan struktur geologi,
maka secara umum neraca air tanah menunjukkan terdapat 2 (dua) zona air tanah, yaitu :
• Zona air tanah rendah, yang pada umumnya menempati punggung pemisah air
morfologi (morphological water devided) sebagai pemisah daerah tangkapan

6
hujan (catchment area) keempat wilayah DAS tersebut diatas serta pada 2 (dua)
punggung yang terdapat di selatan daerah studi.
• Zona air tanah sedang – tinggi menempati hampir seluruh wilayah studi, yang
mengelilingi Pulau Buru. Kawasan ini dapat tercapai jika sistem vegetasi tetap
terjaga, sehingga tingkat peresepan (recharged) dapat dipertahankan dan surface
run off dapat dicegah dan diperkecil.

c) Hidro Oceanograf
Sesuai dengan kondisi geografinya Kabupaten Buru dikelilingi oleh Laut Seram di
Utara dan Laut Banda di Selatan dan sebagai bagian yang tidak terpisahkan sebagai
kabupaten yang berada di dalam Provinsi Maluku. Oleh karena itu, pada bagian utara dan
selatan berada pada posisi gapura energi gelombang yang tinggi pada musim barat
maupun musim timur, dengan arus laut dari selatan yang sangat kuat pada musim timur
yang berlangsung Juni sampai September.
Berdasarkan kondisi tersebut dan sesuai dengan posisi Pulau Buru yang berada di
busur luar kepulauan non magmatik, maka Laut Seram di Utara dan Laut Banda di
Selatan merupakan 2 (dua) palung laut dalam (samudera) yang sangat mempengaruhi
wilayah ini, dengan kondisi batimetri yang sangat dalam. Disisi lain Pulau Buru memiliki
potensi sumber daya perikanan yang tinggi didukung keberadaan di jalur ALKI III
menghubungkan Timur, Barat, dan Utara seperti telah dijelaskan sebelumnya.
4. Geologi
Kondisi geologi di Kabupaten Buru adalah sebagai berikut :
1. Satuan litostratigrafi Kabupaten Buru disusun oleh batuan metamorfosa / malihan, yang
ditutup oleh batuan sedimen baik selaras maupun tidak selaras diatasnya, serta batuan
terobosan / intrusi yang memotong batuan metamorfosa dan batuan sedimen.
2. Struktur geologi, sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa batuan tertua di Pulau Buru
adalah kompleks, metamorfosa / malihan regional dinamotermal yang berumur pra tersier
(permo). Poros lipatan (antiklin dan sinklin) yang berarah Barat Laut – Tenggara
menunjukkan bahwa tekanan gaya kompressoal berasal dari Timur Laut – Barat Daya
untuk batuan yang berumur pra tersier. Kemudian pada tersier pola arah umum perlipatan
menjadi Timur – Barat, yang berarti bahwa arah gaya kompressional berarah Utara –
Selatan, hal ini menunjukkan adanya rotasi dari pra tersier ke tersier.

B. MALUKU UTARA

Provinsi Maluku utara terdiri dari 395 pulau besar dan kecil. Pulau yang dihuni
sebanyak 64 buah dan sisanya tak berpenghuni.
1. Pulau yang tergolong relative besara dalah Pulau Halmahera (18.000 km2)
2. Pulau yang ukurannya relative sedang yaitu Pulau Obi (3900 km2), Pulau Taliabu
(3195 km2), Pulau Bacan (2878 km2), dan Pulau Morotai (2325 km2).
3. Pulau-pulau yang relatifkecil antara lain Pulau Ternate, Tidore, Makian, Kayoa,
Gebe, dan sebagainya. Maluku Utara dibentuk oleh dua system punggungan yang
memusat, yang satu membatasi Basin Sulawesi yang cembung ketimur (Sistem
Sangihe), dan yang lain membatasi bagian tengah kelompok Halmahera yang
cembung kebarat (Sistem Ternate)

Sistem Sangihe terdiri dari satuan-satuan berikut:


1) Palung-belakang (back deep): Basin Sulawesi
2) Busur dalam yang vulkanis: Punggungan Sangihe
3) Palung-antara (interdeep): Palung Sangihe – Gorontalo
4) Busur luar non vulkanis: Punggungan Talaud – Mayu

7
Sistem Ternate terdiri dari elemen-elemen berikut:
1. Palung belakang: bagian umumdari kelompok Halmahera, hanya sebagian yang
tenggelam (Basin Halmahera)
2. Busur dalam yang vulkanis: Zona Ternate (ujung utara Halmahera, Hiri, Ternate,
Tidore, Mare, Makian)
3. Palung antara: Palung Morotai – Ternate – Bacan
4. Busur luar non vulkanis: Punggungan Snellius – Mayu – Obi

C. BATAS PEMISAH MALUKU UTARA DAN MALUKU SELATAN


Batas pemisah antara Maluku Utara dan Maluku Selatan ialah sebuah punggungan
yang arahnya timur – barat yang membujur dari lengan timur Sulawesi ke kepala burung di
Irian, lewat Kepulauan Banggai, pulau-pulau Sula, Gomumu (sebelah selatan Obi dan
Misool). Sumbu itu tenggelam di sebelah timur Mangole yang dalamnya ± 2000 m dan
merupakan ambang pintu dari Selat Lifamatola yang memisahkan Basin Mangole dengan
Basin Buru. Kemudian di sebelah selatan Obi Besar timbul lagi sebagai sebuah punggungan
arah timur – barat yang merupakan PulauGomumu. Punggungan bawah laut yang sempit ini
membentang lebih jauh kearah timur, merupakan batas antara basin kecil di selatan Tobalai
(pulau kecil di sebelah timur Obi, -2080 m) dan bagian timur Basin Buru. Akhirnya
punggungan itu muncul di sebelah timur membentuk Kepulauan Misool dan sebagai bagian
tepilaut – dangkal Irian.
Ambang antara Maluku Utara dan Selatan dalam pandangan geotektonis merupakan
batas pemisah antara Sistem Orogen Pasifik Barat dan Sistem Pegunungan Sunda, yang
termasuk kedalam Geosynclinals Tethys.

D. MALUKU SELATAN ATAU BUSUR BANDA


Busur banda terletak pada ujung timur (bagian) dari sebuah system pegunungan besar
dunia (Sistem Orogenesis/ Pegunungan Sunda) yang panjangnya di Indonesia kira-kira 7000
km. Basin Banda terdiri dari dua bagian, Basin Banda Utara terletak di antara Sulawesi dan
Buru sedangkan Basin Banda Selatan di antara Batu Tara (sebelah utara Lomblen) di bagian
barat dan Manuk di bagian timur. Busur-busur banda adalah sebuah pengangkatan
geantiklinal dari kulit bumi, lebarnya 100-200 km. Tempat endapan-endapan geosinklinal
telah diangkat menjadi rangkaian pegunungan dengan struktur yang sangat kompleks tetapi
tanpa vulkanisme aktif (berbeda dengan susunan/ struktur vulkanis muda dari pulau-pulau
busur dalam).

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kepulauan Indonesia sangat dipengaruhi Tektonik Global yaitu merupakan interaksi antara 3
blok kerak bumi yaitu : (a) Lempeng India-Australia, (b) Lempeng Pasifik dan (c) Lempeng
Eurasia. tiga Lempeng tersebut di atas merupakan sebagai mobil penggerak, sehingga
mengalami pertemuan antar lempeng yang sering menimbulkan terjadinya penunjaman. Akibat
penunjaman tersebut menyebabkan adanya salah satu lempeng mengalami pengangkatan, dengan
adanya pengangkatan itulah menyebabkan munculnya pulau-pulau yang membentuk Kepulauan
Indonesia. Batas dari lempeng tersebut adalah suatu jalur palung dan sesar stike-slip fault di
sebelah barat Sumatera, Selatan Jawa, Utara Papua dan Timur Filipina. Sesar Sumatera, Sulawesi
Filipina yang memberikan pengaruh ke arah selatan, tenggara dari lempeng Eurasia, sedangkan
jalur paling Sumatera dan Jawa memberikan pengaruh gerakan ke utara dari lempeng India dan
Australia. Secara geografis maluku terletak pada 5º sampai 6,5º Lintang Selatan dan 131º sampai
133,5º Bujur Timur.
Pulau-pulau yang besar adalah Halmahera, Ternate, Tidore, Obi, Sula, Seram, Buru, Ambon,
Banda, Kepulauan Kai dan Kepulauan Aru. Daerah ini merupakan daerah yang berelief beraneka
ragam dengan basin-basin atau punggungan- punggungan, saat ini pembentukan pegunungan
masih aktif. Malukun Utara sebagian besar di hubungkandengan rangkaian pulua-pulau Asia
Timur sdan sebagian dengan sistem Melanesia. Maluku Selatan (Busur Banda) merupakan suatu
bagian dari sistem Pegunungan Sunda. Batas pemisah antara Maluku Utara dengan Maluku
Selatan adalah sebuah punggungan yang arah timur-barat yang membujur dari Lengan Timur
Sulawesi ke Kepala Burung Irian (Papua) yaitu dereran kepulauan Banngai, Pulau-pulau
Sula, Gamumu dan Pulau Misool. Selanjutnya dalam makalah ini penulis akan membahas
tentang morfologi Maluku Selatan atau Busur Sunda. Hal-hal yang berkenaan denagan morfologi
Maluku Selatan dan Utara akan di uraikan dalam makalah ini.

B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dan dapat menyempurnakan makalah ini
sangat kami harapkan. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Belajar Itu Menyenangkan: MORFOLOGI PULAU BALI, NUSA TENGGARA, DAN MALUKU
(musfiraakyuni.blogspot.com)

MAKALA POTENSI DAERAH KEPULAUAN MALUKU


(febianafebi13bloggaddres.blogspot.com)

Geografi Regional Provinsi Maluku | Norhayati (wordpress.com)

10

Anda mungkin juga menyukai