Fasilitasi Prakarsa Masyarakat dan Peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan Kota Tasikmalaya
Keberadaan RTH diharapkan mampu memberikan citra kota yang asri, nyaman,
ekonomis dan berkelanjutan. Di sisi lain laju pertumbuhan ruang terbangun di perkotaan
cenderung semakin tinggi. Sehingga mendorong alih fungsi RTH menjadi lahan-lahan
permukiman, perdagangan, jasa, dan industri.
Kebijakan alokasi RTH sebesar 30 % ( 20 % R TH publik dan 10% (R TH privat) dari total
luas kota, seperti yang disyaratkan Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR) Nomor 26
Tahun 2007 merupakan sesuatu yang harus diperjuangkan oleh Pemerintah kota.
Tantangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) dalam tempo 3 tahun sejak
diberlakukan UUPR tersebut sekarang sudah terlampaui, tetapi banyak kota yang belum
dapat memenuhi tuntutan UUPR tersebut. Oleh sebab itu perlu peningkatan peran serta
para pemangku kepentingan dan seluruh elemen masyarakat untuk meningkatkan
Partisipasinya dalam pengelolaan R TH tersebut.
Halaman |D- 1
Untuk mengimplementasikan amanat UU Penatsan Ruang 26 Tahun 2007 dan strategi
nasional pengembangan perkotaan, Ditjen Penataan Ruang pada Tahun Anggaran 2011
melalui SKPD Dekonsentrasi PU Mang Penataan Ruang akan melakukan fasilitasi kepada
kota-kota di Indonesia untuk mewujudkan penyediaan dan meningkatkan RTH kota
dengan melibatkan peran masyarakat. Penentuan kota yang akan difasilitasi adalah kota-
kota yang telah melakukan revisi RTRW kota dan minimal telah mendapat persetujuan
subtansi teknis dari Ditjen Penataan Ruang Kementerian PU. Sedangkan untuk
konsep/desain dan pengelolaan RTH sesuai tipikal kota masing-masing, juga akan
dilakukan penyusunan desain dengan menghimpun masukan-masukan dari masyarakat
lugs. Dengan upaya fasilitasi ini diharapkan akan menjadi pemicu bagi daerah dan kota
lain untuk mewujudkan RTH di wilayahnya.
Berdasar pada tanggapan latar belakang yang telah dijelaskan dan mengacu pada KAK
yang diberikan, kegiatan Fasilitasi Prakarsa Masyarakat dan Peningkatan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Perkotaan di Kota Tasikmalaya ini diselenggarakan dengan maksud
menjalankan salah satu tupoksi dari Ditjen Penataan Ruang, Direktorat Perkotaan dalam
menyusun rencana tata ruang yang dapat memberikan arahan dalam Fasilitasi Prakarsa
Masyarakat dan Peningkatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Perkotaan. Untuk menjamin
terlaksananya penyelenggaraan penataan ruang tersebut, maka kegiatan tersebut sebagai
acuan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan output pelaksanaan kegiatan
dapat dicapai secara optimal sesuai dengan maksud, tujuan dan sasaran kegiatan.
Hal tersebut dapat ditanggapi sebagai upaya Pemerintah Pusat dan Pemerintah daerah
dalam mengatasi berkurangnya ruang terbuka (open spaces), yang berupa Ruang Terbuka
Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Non Hijau sebagai ruang terbuka publik serta
meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaannya.
Berdasar pada maksud kegiatan yang telah dijelaskan diatas dan mengacu pada KAK yang
diberikan, kegiatan Fasilitasi Prakarsa Masyarakat dan Peningkatan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Perkotaan di Kota Tasikmalaya ini memiliki tujuan untuk mendorong prakarsa
Halaman |D- 2
masyarakat dalam perwujudan RTH kota melalui pelaksanaan penyusunan desain dan
pengelolaan RTH serta peningkatan RTH perkotaan.
Berdasarkan pemahaman terhadap tujuan, maka tanggapan terhadap tujuan ini adalah
merupakan suatu upaya mendorong peran serta masyarakat dalam perwujudan RTH kota
melalui pelaksanaan penyusunan desain dan pengelolaan RTH serta peningkatan RTH
perkotaan, sehingga memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan berdasarkan UU No.
26/2007 yang mengamanatkan bahwa perencanaan tata ruang wilayah kota harus
memuat ketentuan rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau (RTH), dan
mensyaratkan luas RTH minimal sebesar 30% dari luas wilayah kawasan perkotaan yang
dibagi menjadi RTH Publik minimal 20% dan RTH Privat minimal 10%.
Merujuk pada tujuan kegiatan yang telah dijelaskan diatas dan mengacu pada KAK yang
diberikan, kegiatan Fasilitasi Prakarsa Masyarakat dan Peningkatan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) Perkotaan di Kota Tasikmalaya memiliki sasaran sebagai berikut :
1. Terlaksananya pemilihan kota berikut lokasi RTH yang akan didukung perwujudan
RTH-nya (prioritas kota yang dipillh sebagai calon lokasi didasarkan pada progress
penyusunan revisi rencana tata ruang masing-masing kota) berdasarkan penilaian
proposal rencana perwujudan RTH masing-masing Pemerintah Kota.
Berdasarkan pada sasaran untuk mencapai tujuan, tetapi dalam sasaran yang terdapat
pada point 1 “Terlaksananya pemilihan kota berikut lokasi RTH yang akan didukung
perwujudan RTH-nya (prioritas kota yang dipilih sebagai calon lokasi didasarkan pada
progres penyusunan revisi rencana tata ruang masing-masing kota) berdasarkan penilaian
proposal rencana perwujudan RTH masing-masing Pemerintah Kota”, konsultan
menanggapi bahwa kota yang telah ditentukan adalah Kota Tasikmalaya sehingga tidak
Halaman |D- 3
perlu adanya pemilihan kota lagi, yang perlu dilakukan adalah alternatif-alternatif lokasi
yang akan dikembangkan sebagai RTH.
Lingkup lokasi kegiatan Fasilitasi Prakarsa Masyarakat dan Peningkatan Ruang Terbuka
Hijau (RTH) Perkotaan ini berlokasi di Kota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat.
Dalam era perencanaan yang partisipatif yang melibatkan sebanyak mungkin pelaku
pembangunan (stakeholders) tentu membutuhkan waktu yang panjang untuk mencapai
suatu kesepakatan, disini diperlukan kemampuan organisasi agar konsultasi dan asistensi
dapat berjalan lancar, efektif dan efisien.
Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian suatu pekerjaan yang baik adalah dapat
menghargai waktu dan dapat menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktu yang telah
ditentukan dan berharap berjalan lancar tanpa suatu halangan baik teknis maupun non
teknis. Dalam hal ini Konsultan memandang bahwa waktu yang disediakan akan sangat
bergantung dari progres pekerjaan yang telah dilakukan. Konsultan mengharapkan
dukungan sepenuhnya dari pihak pemberi kerja dalam rangka lebih mengefektifkan
pelaksanaan pekerjaan serta dalam rangka mencapai target yang telah ditetapkan dalam
rencana kerja.
Sistem pelaporan pekerjaan pada prinsipnya terkait dengan skema serta progres
pekerjaan yang telah dilakukan dan mencerminkan bobot penyerapan output yang telah
dicapai pada setiap tahapan pelaporan. Kondisi tersebut menyiratkan bahwa setiap
laporan merupakan milestone dari sebuah tahapan kegiatan yang telah dilewati yang
selanjutnya dapat terukur dari muatan materi dari setiap laporan yang telah diserahkan.
Beberapa tahapan pelaporan yang diserahkan adalah:
a. Laporan Pendahuluan
Halaman |D- 4
Laporan ini berisikan metoda atau cara pelaksanaan kegiatan, jadwal rinci
pelaksanaan kegiatan, dan personil yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan
ini, serta panduan penyusunan proposal rencana perwujudan dan pengelolaan RTH
kota yang akan disusun pemerintah kota. Laporan pendahuluan ini dibuat sebanyak
10 eksemplar dan diserahkan 1 bulan setelah SPMK ditandatangani. Presentasi
untuk Laporan Pendahuluan akan dilakukan di pusat dan di daerah.
b. Laporan Antara
Laporan ini akan berisikan hasil survei lapangan bersama dengan Pemerintah Kota
berupa penentuan lokasi, luasan, dan batasan RTH kota dari masing-masing kota
terpilih, pedoman/ketentuan-ketentuan desain RTH, serta laporan, pelaksanaan
penyusunan desain RTH termasuk hasil pelaksanaannya, desain RTH terbaik, dan
laporan fasilitasi yang telah diberikan kepada Pemerintah Kota dalam bentuk
pendampingan pembentukan Tim Desain Daerah. Laporan ini akan dibuat sebanyak
15 eksemplar clan diserahkan 3 bulan setelah SPMK ditandatangani.
c. Laporan Akhir
a. Executive Summary
Berisi softopy dari seluruh laporan yang dibuat oleh Konsultan harus
diserahkan kepada pemberi kerja sebanyak 20 buah.
c. Indikasi Program, baik itu jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
panjang dalam rangka upaya penyediaan dan peningkatan RTH berbasis
peran serta masyarakat.
d. Rencana Pembiayaan.
Halaman |D- 5
eksemplar. Presentasi untuk Laporan Akhir akan dilakukan di pusat dan di
daerah.
Tenaga ahli yang dapat kami siapkan dalam memenuhi ketentuan dalam Kerangka Acuan
Kerja tersebut rata-rata telah memenuhi syarat yang ditentukan dan memiliki keahlian
yang tinggi dalam penanganan pekerjaan. Disamping itu, dalam rangka penyelesaian
pekerjaan konsultan berkewajiban untuk menyusun time and manning schedule dalam
pelaksanaan kegiatan agar tahapan demi tahapan dapat terstruktur dan terkoordinasi
secara sistematis. Selain itu, juga konsultan akan memberikan suatu struktur organisasi
kerja dalam pelaksanaannya. Diharapkan dengan tenaga ahli yang profesional ini segala
permasalahan yang timbul dapat diatasi dan dapat dipecahkan secara baik.
1. Kantor Kerja
3. Telekomunikasi
4. Peralatan Survey
A. Peralatan/Perlengkapan Kantor
Halaman |D- 6
1. Meja + Kursi
2. Meja Sekretaris
3. Meja komputer
4. Filling Cabinet
6. Kalkulator
B. Telekomunikasi
Alat komunikasi yang akan dipergunakan oleh Konsultan di kantor pusat antara lain
pesawat telepon, facsimile dan internet, masing-masing satu unit yang akan dipergunakan
untuk manajemen proyek dan koordinasi dengan pemberi kerja.
C. Peralatan Survey
1. Kendaraan
2. Perlengkapan ATK
5. Alat Komunikasi
6. TO
8. Bor Tangan
2. Bahan diskusi
3. Perlengkapan ATK
Halaman |D- 7
4. Kamera digital/handycam
Halaman |D- 8